• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Respirasi Manusia

1. Anatomi dan Fisiologi Paru-paru

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pernapasan Manusia (Fernandez, 2018)

Udara yang masuk sekitar 21% saat terjadinya proses inspirasi melalui hidung ataupun mulut akan melewati struktur yang lebih kecil dari paru- paru ke alveoli. Oksigen yang diakumulasi oleh gas karbondioksida inilah yang merupakan metabolisme sel dalam tubuh.

Proses pertukaran gas yang terjadi mempunyai beberapa fase yang berbeda, meliputi ventilasi pulmonari, respirasi eksternal, dan

(2)

respirasi internal. Ventilasi pulmonari merupakan proses udara yang dihirup dari paru-paru dan dikeluarkan dari paru-paru, respirasi eksternal yang berperan dalam pertukaran gas yang terjadi pada paru- paru dan darah tersebut akan mengambil atau menghirup oksigen dan melepaskan karbondioksida, sedangkan respirasi internal akan terjadi proses pertukaran gas yang terjadi antara darah dan sel jaringan tersebut akan melepaskan oksigen dan mengikat karbondioksida (Chalik, 2016).

Pada sistem respirasi yang terdiri dari sistem respirasi atas dan bawah memiliki beberapa komponen dan fungsinya masing-masing.

Gambar 2.2 Komponen Sistem Respirasi (Whittemore, 2014)

a. Hidung

Hidung berfungsi sebagai jalan masuk dan keluarnya udara pada dari rongga hidung, filter rongga hidung, dan menghangatkan, serta

(3)

berfungsi untuk melembabkan udara yang masuk. Hidung memiliki epitel torachs bertingkat, bersilian, dan terdapat kandungan goblet cell.

b. Faring

Udara yang masuk ke dalam rongga hidung dan laring akan menghangatkan dan melembabkan udara yang masuk. Serta menjadi jalan untuk masuknya makanan dari mulut ke kerongkongan. Faring terdiri dari tiga bagian, ialah nasofaring, oropharing dan laringopharing yang terhubungkan dengan rongga hidung, rongga mulut, dan laring pada faring (Lubis &

Jayanthi, 2019).

c. Laring

Laring berfungsi untuk mencegah adanya obyek yang masuk ke dalam trakea serta mengandung pita suara yang menghasilkan suara dalam vokalisasi. Laring merupakan saluran pernafasan yang berfungsi sebagai pintu masuknya ke saluran nafas bawah, berbentuk seperti segitiga terpancung (Tobing, 2020).

d. Trakea

Trakea merupakan saluran pernafasan yang berbentuk seperti pipa yang terdiri dari tulang rawan dan otot hingga dilapisi dengan pseudostratifies columnar cilliated epithelium (epitel PCC).

Trakea terletak pada leher dan mediastinum yang terletak pada tengah - tengah leher ke distal bergeser ke sebelah kanan, serta

(4)

masuk ke rongga mediastinum pada belakang manubrium sterni (Fitriah & Juniati, 2019).

Gambar 2.3 Saluran Pernapasan Bagian Bawah (Whittemore, 2014)

e. Bronkus

Bronkus berfungsi untuk menghangatkan dan melembabkan udara yang masuk antara trakea dan bronkiolus. Bronkus memiliki cabang - cabangnya yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri yang disebut dengan bronkus ekstrapulmoner. Bronkus kanan dan bronkus kiri memiliki perbedaan dalam ukurannya. Bronkus kanan lebih luas, pendek, dan lebih ke vertikal. Sed angkan bronkus kiri pada orang dewasa panjangnya 2.5 cm dan terdapat 6 – 8 cincin pada tulang yang rawan (Fitriah & Juniati, 2019).

f. Bronkiolus

Bronkioulus adalah cabang dari bronkus yang merupakan bagian dari jalur udara utama pada paru-paru. Bronkioulus

(5)

berfungsi untuk mengatur proses lajunya aliran udara yang masuk.

g. Alveoli

Alveoli berfungsi sebagai proses pertukaran gas yang masuk dari alveoli dan darah dalam kapiler sekitarnya, dimana saluran penghantar udara yang akan membawa udara ke dalam paru-paru adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan udara yang dihirup tersebut mengandung oksigen serta gas lainnya. Udara yang masuk tersebut akan menuju ke tenggorokan, kemudian masuk ke dalam paru - paru lalu udara akan mengalir sampai ke alveoli yang merupakan bagian dari ujung saluran (Saminan, 2016).

Gambar 2.4 Struktur Alveolus (Whittemore, 2014)

(6)

2. Fisiologi Paru-paru

Sistem respirasi didefinisikan sebagai suatu struktur yang sangat kompleks dalam tubuh manusia. Sistem respirasi terdiri dari sistem respirasi atas dan sistem respirasi bawah. Sistem respirasi atas merupakan bagian dari luar rongga dada yang menjadi jalan masuknya udara ke dalam sistem pernapasan, yang terdiri dari hidung, laring, faring, dan trakea. Sedangkan sistem respirasi bawah merupakan bagian dari dalam rongga dada yang menjadi jalan lewatnya udara pada paru-paru, yang terdiri dari bronkus dan bronkioulus utama (Weeks, 2015).

Sistem respirasi pada manusia mulai berfungsi saat individu lahir, pada saat tangisan pertama yang menunjukkan bahwa adanya proses mekanika inspirasi pertama yang disusul oleh ekspirasi pertama.

Secara fundamental sistem respirasi merupakan bagian dari sarana dan memfasilitasi pertukaran gas udara yang dihirup dan akhirnya dihembuskan keluar dengan kombinasi yang berbeda. Hukum gas ideal dan gas boyle mengatakan bahwa: udara dan gas yang merupakan komponennya ditandai oleh kuantitas, tekanan, dan volumenya. Fisiologi pernapasan dapat dijelaskan sebagai upaya rangkaian perubahan yang digerakkan oleh tekanan pad a volume gas di dalam paru - paru. Perubahan tersebut yang memungkinkan adanya regulasi O2 CO2 dan pH yang ada di dalam darah. Pertukaran gas oksigen dan karbondioksida pada pernapasan eksternal dan internal

(7)

meliputi bagian dari pengangkutan oksigen dan karbondioksida pada peredaran darah hingga utilisasi oksigen di jaringan, serta adanya pembebasan sisa metabolisma karbondioksida yang akan dibuang keluar oleh tubuh pada membran respirasi (Bakhtiar & Amran, 2016).

Proses respirasi terdiri dari tiga tahap yaitu ventilasi, perfusi, dan difusi. Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara di dalam paru. Perfusi adalah distribusi Oksi-Hb dari darah ke jaringan seluruh tubuh dan karbondioksida dari jaringan masuk ke alveoli paru. Difusi adalah proses perpindahannya O2 dari alveoli masuk ke dalam darah hingga diikat dengan hemoglobin (Hb) yang akan menjadi senyawa Oksi-Hb dan karbondioksida yang akan lepas dari ikatan karbomino hingga keluar dari darah sampai ke alveoli

3. Mekanisme Pernapasan

Mekanisme pernapasan terjadi secara inspirasi dan ekspirasi.

Pernapasan secara inspirasi terjadi ketika otot - otot yang berada pada interkostal eksternal jika terjadi kontraksi rusuk makan tulang akan bergerak ke atas dan keluar. Otot diafragma yang berkontraksi dan membentuk kubah yang datar tersebut akan meningkatkan volume ruang pada paru-paru (Chalik, 2016). Proses tersebutlah yang menyebabkan udara yang secara otomatis ditarik pada paru-paru.

Pernapasan secara ekspirasi terjadi ketika otot-otot yang berada pada interkostal eksternal akan berelaksasi sehingga tulang rusuk akan

(8)

kembali pada posisi istirahat. Otot diafragma yang berelaksasi akan kembali ke bentuk aslinya, sehingga saat mengeluarkan udara yang ada didalam paru - paru dapat mengakibatkan paru - paru menjadi lebih kecil.

B. Kapasitas Paru

Kapasitas paru didefinisikan sebagai suatu kemampuan paru untuk menampung udara di dalamnya dengan kombinasi peristiwa adanya sirkulasi paru yang lebih pada volume paru (Tumiwa et al., 2016).

Kapasitas paru terdiri dari 4 bagian ialah:

1. Kapasitas paru total, yaitu total udara yang masuk ke dalam paru setelah inspirasi maksimal

2. kapasitas vital, yaitu udara yang dihirup saat ekspirasi maksimal setelah inspirasi maksimal

3. kapasitas inspirasi, udara yang masuk maksimal yang dapat masuk ke dalam paru setelah akhir ekspirasi biasa

4. kapasitas residu fungsional, udara yang masuk ke dalam paru saat akhir ekspirasi biasa

5. Kapasitas ekspirasi, menghirup dan menghembuskan udara dalam bernapas hanya menggunakan sekitar 500 cc volume udara pernapasan.

(9)

Volume paru merupakan suatu keadaan normal pada volume paru- paru manusia yang mencapai 4500 cc atau yang disebut dengan kapasitas total udara pada pernapasan manusia (Rifa’i & Edi, 2013). Volume paru terdiri dari 4 bagian, diantara yaitu; volume tidal, volume cadangan inspirasi, volume cadangan ekspirasi, dan volume residu (Harahap &

Aryastuti, 2012), ialah :

1. Volume tidal, yaitu jumlah udara yang masuk ke dalam dan ke luar pada pernapasan biasa dengan nilai normal 500ml dan saat berolahraga lebih dari 3L.

2. Volume cadangan inspirasi, yaitu udara yang masuk ke dalam paru- paru saat inspirasi maksimal setelah inspirasi biasa dengan nilai normal mencapai 3.300ml untuk laki - laki pada usia muda dan 1.900ml untuk perempuan pada usia muda.

3. volume cadangan ekspirasi, yaitu udara yang keluar secara aktif dan dalam paru saat ekspirasi biasa dengan nilai normal mencapai 1.000ml untuk laki - laki pada usia muda dan 700ml untuk perempuan pada usia muda.

4. volume residu, yaitu jumlah udara yang tersisa dalam paru setelah ekspirasi maksimal dengan nilai yang tidak akan berubah saat normal atau setelah seseorang berolahraga dengan rata-rata RV 1.200ml pada laki - laki dan 1.100ml pada perempuan.

(10)

Kapasitas paru Menurut Haq et al (2010)adalah bagian dari dua atau beberapa volume utama yang memiliki 5 macam kapasitas paru, yaitu:

1. Inspiratory Capacity (IC)

• Inspiratory Capacity = Tidal Volume + Inspiratory Reserve Volume (IC = TV + IRV)

2. Expiratory Capacity (EC)

• Expiratory Capacity = Tidal Volume + Expiratory Reserve Volume (EC = TV + ERV)

3. Functional Residual Capacity (FRC)

• Functional Residual Capacity = Expiratory Reserve Volume + Residual Volume (FRC = ERV + RV)

4. Vital Capacity (VC)

• Vital Capacity = Inspiratory Reserve Volume + Tidal Volume + Expiratory Reserve Volume (VC = IRV + TV + ERV)

5. Total Lung Capacity (TLC)

• Total Lung Capacity = Inspiratory Reserve Volume + Tidal Volume + Expiratory Reserve Volume + Residual Volume (TLC

= IRV + TV + ERV + RV)

C. Kapasitas Vital Paru

1. Definisi Kapasitas Vital Paru

Kapasitas vital paru didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk pengolahan udara pernapasan. Pearce dalam Yuliana

(11)

menjelaskan bahwa: Besarnya volume udara pada kapasitas vital paru diperoleh saat seseorang sedang berinspirasi berbeda dengan volume udara yang dikeluarkan saat ekspirasi (Ad’dien, 2011). Kapasitas vital paru adalah kemampuan seseorang dalam menghirup udara secara paksa dengan menggunakan alat spirometri untuk melihat apakah terdapat gangguan paru atau tidak pada seseorang (Pitoy &

Boki, 2018). Pada kapasitas vital paru menurut American Thoracis Society terdapat beberapa kategori yang menunjukkan gangguan fungsi pada paru: dinyatakan berat bila KVP yang antara ≤50%, dinyatakan sedang bila KVP antara 51-59%, dan dinyatakan ringan bila KVP antara 60-79% (Pitriamaryani, 2019).

Pengukuran kapasitas vital paru – paru Menurut Haq et al (2010) memiliki rumus untuk mengukurnya, yaitu :

a. Pada laki-laki:

Vital Capacity = 0.052T – 0.022U – 3.00 b. Pada perempuan:

Vital Capacity = 0.041T – 0.018U – 2.69 Keterangan:

U : Umur

T : Tinggi Badan

80% dari nilai VC sudah dianggap normal (sehat)

(12)

2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Vital Paru

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan fungsi paru antara lain usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, dan kebiasaan olahraga.

a. Usia

Kemampuan fisik seseorang seiring dengan bertambahnya umur dapat mengalami penurunan pada fungsi parunya.

Bertambahnya usia itu sendiri yang dapat mempengaruhi volume dan perubahan elastisitas paru, sehingga rentan terjadi gangguan pernafasan (Meita, 2012)

b. Jenis Kelamin

Pada kapasitas paru pria dan wanita lebih besar pada pria yaitu 4,8 liter sedangkan pada wanita yaitu 3,1 liter. Perbedaan tersebut disebabkan karena perbedaan pada kekuatan otot maksimal, luas permukaan tubuh, komposisi tubuh, kekuatan otot, jumlah hemoglobin dan elastisitas paru (Meita, 2012)

c. Kebiasaan Merokok

Kebiasaan merokok yang dapat terjadi gangguan pada ventilasi paru karena bisa menyebabkan sekresi mukus dan iritasi yang berlebih pada bronkus. Kondisi tersebut dapat mengurangi keefektifitas mukosiler dan membawa partikel debu itu sendiri yang akan tumbuhnya bakteri (Meita, 2012)

(13)

d. Kebiasaan Olahraga

Kebiasaan olahraga dapat mempengaruhi kapasitas vital paru, Semakin sering seseorang berolahraga maka otot pernafasannya akan semakin terlatih, maka oksigen yang berdifusi ke dalam kapiler paru dan volume maksimalnya tersebut yang akan menyebabkan kapasitas vitalnya meningkat (Meita, 2012)

D. Remaja

1. Definisi Masa Remaja

Umur seseorang dapat dibagi menjadi beberapa kelompok yang dimana masing-masing kelompok dapat menggambarkan tahap pertumbuhan manusia, Departemen Kesehatan RI (2009) telah mengeluarkan pembagian kelompok umur dalam situs resminya yaitu depkes.go.id antara lain sebagai berikut (Amin & Junianti, 2017):

a. Masa Balita : 0 - 5 Tahun.

b. Masa Kanak-kanak : 6 - 11 Tahun.

c. Masa Remaja Awal : 12 - 16 Tahun.

d. Masa Remaja Akhir : 17 - 25 Tahun.

e. Masa Dewasa Awal : 26 - 35 Tahun.

f. Masa Dewasa Akhir : 36 - 45 Tahun.

g. Masa Lansia Awal : 46 - 55 Tahun.

h. Masa Lansia Akhie : 56 - 65 Tahun.

(14)

i. Masa Manula : 65 - atas.

Masa Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja yang bisa menimbulkan terjadinya perubahan secara emosional, fisik, kepribadian, serta timbulnya berbagai macam masalah. Oleh sebab itu, dikalangan remaja mereka sering mengalami masalah psikososial atau masalah kejiwaan yang diakibatkan karena adanya perubahan sosial. Seperti yang kita ketahui bahwa, anak remaja dilarang untuk mengonsumsi rokok dilingkungan sekolah, masyarakat ataupun lingkungan lainnya. Masa remaja merupakan masa dimana yang mereka lakukan tidak dapat dikontrol, sehingga mereka dapat melakukan segala macam perilaku yang disebabkan karena emosional yang timbul serta kurangnya edukasi dari lingkungan sekolah atau dari lingkungan masyarakat tentang bahayanya merokok .

2. Faktor - faktor Resiko terjadinya Perilaku Merokok

Menurut Poltekkes Depkes Jakarta I (2012), diketahui bahwa faktor resiko yang dapat menimbulkan terjadinya perilaku kebiasaan merokok pada remaja adalah :

a. Pengaruh Orang Tua

Keluarga yang tidak bahagia dapat mempengaruhi resiko terjadinya kebiasaan merokok pada remaja dikarenakan orang tua yang tidak terlalu memperdulikan anak-anak mereka dan adanya

(15)

hukuman yang terlalu keras diberikan.

b. Pengaruh Teman

Kemungkinan besar remaja mulai merokok dikarenakan temannya adalah seorang perokok atau sebaliknya. Kejadian tersebut terjadi karena dua hal, yang pertama remaja tersebut dipengaruhi oleh temannya dan yang kedua remaja tersebutlah yang mempengaruhi teman - temannya untuk merokok.

c. Faktor Kepribadian

Seseorang yang ingin melepaskan rasa sakitnya dari fisik ataupun jiwa sehingga dapat membebaskan dirinya dari rasa kebosanan yaitu dengan memanfaatkan rokok sebagai alasan mereka untuk mencobanya.

d. Pengaruh Iklan

Iklan rokok yang ditampilkan pada media massa atau elektronik merupakan lambang dari kejantanan seseorang, sehingga menjadi artian untuk kalangan remaja yang sering terpengaruh untuk mengikuti perilaku tersebut.

E. Kebiasaan Merokok 1. Definisi Rokok

Rokok adalah silinder dari kertas yang berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi

(16)

tembakau yang telah di cacah dan salah satu produk tembakau untuk dibakar dan dihisap atau dihirup asapnya. Rokok merupakan produk industri dan komoditi international yang mengandung sekitar 300 bahan kimia. Rokok dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana nustica

Merokok merupakan kebiasaan buruk yang terjadi di masyarakat. Merokok dapat meningkatkan resiko timbulnya berbagai penyakit pada organ tubuh manusia seperti penyakit jantung, gangguan pembuluh darah, kanker paru, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker osefagus, bronkhitis, tekanan darah tinggi, serta gangguan pada kehamilan. Perlu diketahui bahwa merokok dapat menimbulkan kematian, berdasarkan hasil penelitian Badan Litbang Kemenkes bahwa kematian dapat mengakibatkan penyakit yang berkaitan dengan tembakau terjadi sekitar 12,7% dari seluruh kematian pada tahun yang sama (Sari, 2019).

Kebiasaan merokok dapat menurunkan fungsi paru seseorang karena zat adiktif yang di dalam organ tubuh atau paru-paru. Menurut Raj (2013) perubahan fungsi dan struktur dan jaringan paru seseorang disebabkan karena adanya kebiasaan merokok yang dapat mempercepat proses penurunan fungsi pada paru. Asap rokok yang masuk ke dalam tubuh yang akan merangsang sekresi lendir sedangkan zat nikotin akan melumpuhkan bulu - bulu silia disaluran pernapasan yang berfungsi untuk penyaring masuknya udara yang

(17)

masuk dalam pernapasan (Musniatun et al., 2016) 2. Jenis - Jenis Rokok

Rokok dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Rokok non- elektrik dan rokok elektrik. Rokok Non-elektrik adalah jenis rokok yang paling banyak dikonsumsi di kalangan masyarakat. Rokok konvensional diketahui mengandung kurang lebih sejumlah 4000 jenis bahan kimia berbahaya, diantara lain karbon monoksida, nitrogen oksida, nitrosamin, nitrosopirolidin, formaldehid, piridin, nikotin, dkk. Zat-zat tersebut diketahui merupakan substansi berbahaya yang dapat mempengaruhi pada jaringan paru - paru (Putra et al., 2019). Sedangkan rokok elektrik adalah inhaler berbasis baterai yang memberikan nikotin yang disebut oleh WHO sebagai Electronic Nicotine Delivery System (ENDS) atau sistem pengiriman elektronik nikotin. Rokok elektrik diciptakan dengan rancangan memberikan nikotin tanpa pembakaran tembakau dengan memberikan sensasi merokok pada penggunanya. Rokok elektrik pada umumnya merupakan buatan dari cina dan sekarang ini sudah cepat menyebar ke seluruh dunia dengan berbagai merek.

Pada umumnya rokok elektrik terdiri dari 3 bagian, yaitu battery (bagian yang berisi baterai), atomizer (bagian yang akan memanaskan dan menguapkan larutan nikotin, dan catridge/berisi larutan nikotin (Yazid & Rahmawati, 2018).

(18)

3. Kandungan Rokok

Jumlah komponen kimia yang telah terverifikasi dari 2.500 sangat berpengaruh terhadap mutu asap. Tembakau yang memiliki mutu yang tinggi adalah aromanya harum, rasa isapnya enteng, dan menyegarkan dan tidak memiliki ciri - ciri negatif seperti rasa pahit, menggigit, dan pedas. Zat - zat yang terdapat pada tembakau dan asap tersebut antara lain (Tirtosastro & Murdiyati, 2017) :

a. Persenyawaan Nitrogen (Nikotin dan Protein)

Nikotin merupakan senyawa yang bersifat organik spesifik yang terkandung di dalam daun tembakau. Senyawa tersebut dapat menimbulkan rangsangan secara psikologis bagi perokok dan menjadi ketagihan. Semakin tinggi kadar nikotin yang dihisap makan semakin berat dan sebaliknya jika tembakau kadar nikotinnya rendah makan semakin enteng (hambar). Rasa pedas dan menggigit tersebut yang dihasilkan protein, sehingga selama prosesing kedua senyawa tersebut harus dirombak menjadi senyawa yang lain seperti senyawa amida dan asam amino.

b. Senyawa Karbohidrat (Pati, pektin, selulose, dan gula).

Pati, pektin, dan selulose merupakan senyawa yang mempunyai tenaga tertinggi yang dapat merugikan aroma dan rasa saat seseorang menghisap tembakau. Sehingga senyawa tersebut perlu dirombak menjadi senyawa gula. Gula berfungsi untuk meringankan rasa berat dalam pengisapan rokok, tetapi

(19)

jika terlalu tinggi dapat menyebabkan panas dan iritasi pada kerongkongan, dan dapat menyebabkan tembakau mudah menyerap air dan lembab.

c. Resin dan Minyak Atsiri

Getah daun yang ada di dalam bulu-bulu daun mengandung resin dan minyak atsiri, sehingga dalam pembakaran tembakau dapat menimbulkan bau harum pada asap rokok.

d. Asam Organik

Asam oksalat, asam sitrat, dan asam malat dapat membantu daya pijar dan dapat memberikan kesegaran saat seseorang menghisap tembakau.

e. Zat Warna (Klorofil, santofil, dan karotin)

Jika klorofil masih terdapat pada daun tembakau, maka dalam pijaran rokoknya akan menimbulkan bau yang tidak enak, sedangkan pada santofil dan karotin tidak adanya pengaruh terhadap aroma dan rasa hisap.

4. Masa atau Durasi Perokok

Seseorang yang mengonsumsi rokok memiliki beberapa klasifikasi dalam intensitas saat merokok. Beberapa klasifikasi tersebut dibagi menjadi 3 bagian, yaitu perokok ringan, sedang, dan berat. Perokok ringan merupakan perokok yang mengonsumsi rokok dengan durasi satu sampai empat batang per harinya. Perokok sedang

(20)

merupakan perokok yang mengonsumsi rokok dengan durasi lima sampai empat belas batang per harinya. Sedangkan pada perokok berat merupakan perokok yang mengonsumsi rokok dengan durasi lebih dari lima belas batang per harinya (Setyani & Sodik, 2018).

Tabel 2.1 Klasifikasi Perokok (Setyani & Sodik, 2018) Klasifikasi Perokok Banyaknya rokok yang

dihisap

Perokok Ringan 1 – 4 Batang per hari Perokok Sedang 5 – 14 Batang per hari

Perokok Berat ≥ 15 Batang per hari

5. Efek dari Merokok

Ada beberapa efek jangka pendek dan panjang yang terjadi cukup cepat setelah seseorang mulai merokok, yaitu (Wulandari 2014):

a. Efek jangka pendek

Efek jangka pendek dari merokok yang dapat terjadi adalah denyut jantung pada perokok bertambah 2 atau 3 kali lebih cepat dari biasanya dari denyut jantung seseorang yang tidak merokok.

Sehingga dapat memicu terjadinya penyakit jantung dan stroke pada perokok.

b. Efek jangka Panjang

Efek merokok jangka panjang bagi perokok aktif adalah dapat memicu terjadinya kanker paru - paru, stroke, kanker perut, serta penyakit jantung coroner.

(21)

F . Alat Pengukuran

Spirometri adalah suatu pemeriksaan yang digunakan untuk mengukur volume dan kapasitas paru-paru. Spirometri bertujuan untuk mengetahui kapasitas - kapasitas yang ada didalam paru - paru, antara lain untuk mengukur kapasitas vital, kapasitas paksa, volume ekspirasi paksa dalam satu detik, dan maximum expiratory flow rate. Spirometri banyak digunakan untuk memeriksa fungsi paru. Spirometri dapat digunakan juga untuk menentukan diagnosis dan melihat gejala dan penyakit yang terjadi pada sistem pernapasan. Indikasi pada spirometri terdiri dari diagnostik, monitoring, disability/impairment evaluasi, dan kesehatan masyarakat.

Pemeriksaan spirometri dilakukan untuk menilai 4 volume paru dan 4 kapasitas pada paru (Harahap & Aryastuti, 2012).

Gambar 2.5 Alat Spirometri (Harahap & Aryastuti, 2012)

Terdapat beberapa indikasi dalam menggunakan spirometri antara lain diagnostik, monitoring, dan disability/impairment evaluasi, serta

(22)

kesehatan masyarakat (Langan & Goodbred, 2020) : 1. Diagnostik

a. Untuk mengevaluasi tanda dan gejala, atau tes laboratorium yang abnormal.

b. Untuk mengukur efek penyakit pada fungsi paru.

c. Untuk menyaring individu yang berisiko mengalami penyakit paru.

d. Untuk menilai risiko pra-operasi.

e. Untuk menilai prognosis

f. Untuk menilai status kesehatan sebelum memulai yang berat program aktivitas fisik.

2. Monitoring

a. Untuk menilai intervensi terapeutik.

b. Untuk menggambarkan perjalanan penyakit yang mempengaruhi fungsi paru - paru.

c. Untuk memantau orang yang terkena agen yang merugikan.

d. Untuk memantau reaksi merugikan terhadap obat dengan diketahui toksisitas peru.

3. Disability/impairment evaluasi

a. Untuk menilai pasien sebagai bagian dari program rehabilitasi.

b. Untuk menilai risiko sebagai bagian dari evaluasi asuransi.

c. Untuk menilai individu karena alasan hukum.

(23)

4. Kesehatan Masyarakat

a. Survei epidemiologi

b. Penurunan persamaan referensi c. Riset klinikal

Terdapat beberapa kontraindikasi sebelum menggunakan spirometri, antara lain Walaupun belum diketahui kontraindikasi yang absolut pada spirometri, maka terdapat kondisi yang diduga sebagai kontraindikasi yang relatif, yaitu: terdapat infeksi pada saluran pernafasan (contohnya influenza), pneumotoraks, hemoptisis yang tidak diketahui, aneurisma, hipertensi yang tidak terkontrol, abdominal atau eye surgery, operasi toraks, mual, muntah atau nyeri, dan demensia (Jat, 2013).

Keadaan ventilasi normal pada paru-paru dapat dipengaruhi oleh berbagai jenis penyakit pada paru yaitu penyakit paru obstruktif dan restriktif, kondisi tersebut dapat dilihat dengan menggunakan spirometri (Mokal et al., 2008)

1. Penyakit Obstruktif (Gangguan pada trakea, bronkus, dan bronkiolus) yang disebabkan oleh penyebab umum, yaitu penyakit asma, bronchitis, bronkiektasis, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).

2. Penyakit Restriktif (Adanya ketidakmampuan untuk perkembangan atau pertumbuhan pada paru-paru) yang diterbagi menjadi dua penyebab yaitu intrinsik dan ekstrinsik:

a. Penyebab Intrinsik, disebabkan karena parenkim.

(24)

b. Penyebab Ekstrinsik, disebabkan karena adanya masalah pada lapisan jaringan yang melapisi paru-paru (pleura) dan masalah ekstra pada paru.

Pada pemeriksaan spirometri dapat dilihat dari beberapa penilaian, yaitu pada penilaian pertama pada fungsi paru normal diketahui bahwa nilai normal pada spirometri menunjukkan FEV1 >80% dan FVC >80%.

Penilaian kedua pada gangguan obstruksi pada fungsi paru yang dimana adanya penyempitan pada saluran pernapasan dan adanya gangguan pada jalan masuknya udara di dalamnya, dapat mempengaruhi sistem pernapasan saat mengatasi resistensi nonelastik dan adanya manifestasi saat penurunan volume dinamik sehingga adanya penurunan rasio pada FEV1: FVC <70% FEV1 yang akan berkurang pada 0VD dan dalam jumlah yang besar, sedangkan pada FVC tidak dapat berkurang.

Penilaian tersebut dilihat dari derajat obstruksinya yang dimana pada derajat ringan 70-79% pred, derajat sedang 60-69% pred, derajat sedang- berat 50-59%, derajat berat 35-49%, dan derajat sangat berat < 35% pred.

Penilaian ketiga pada gangguan restriktif yang terjadi adalah adanya hambatan pada perkembangan paru dan dapat mempengaruhi terjadinya sistem kerja pernapasan saat mengatasi resistensi elastic. Manifestasi pada spirometri yang terjadi akibat adanya gangguan tersebut yang dapat menurunkan volume statik. Gangguan restriktif yang dapat menunjukkan

(25)

adanya redusi patologik TLC (<80%) dengan melihat sesuai derajat restriksinya yang dimana pada derajat ringan 70-79% pred, derajat sedang 60-69% pred, derajat sedang-berat 50-59% pred, derajat berat 35- 49% pred, dan derajat sangat berat < 35% pred (Ruppel, 2014).

Gambar

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pernapasan Manusia  (Fernandez, 2018)
Gambar 2.2 Komponen Sistem Respirasi  (Whittemore, 2014)
Gambar 2.3 Saluran Pernapasan Bagian Bawah  (Whittemore, 2014)
Gambar 2.4 Struktur Alveolus  (Whittemore, 2014)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Masalah yang lain terjadi adalah hasil pekerjaan IPAL adalah peta saluran IPAL dalam bentuk Peta KML Offline sehingga dibutuhkan semua metode berbasis webgis

Dekomposisi kain ialah !uatu cara menganalisis kain contoh, sehingga dari hasil analisis tersebut dapat diperoleh data%data yang dapat dipakai untuk membuat kembali kain

Kegiatan Awal - Siswa dibariskan menjadi empat barisan - Mengecek kehadiran siswa - Menegur siswa yang tidak berpakaian lengkap - Melakukan gerakan pemanasan yang

Pembelajaran (RPP), metode pembelajaran, media pembelajaran serta instrumen evaluasi atau penilaian. Perangkat pembelajaran yang telah disiapkan praktikan kemudian

Dan dalam bertransaksi secarasyari’ah, ada beberapa prinsip yang harus dipegang, yakni: saling ridha ( ‘An Taradhin ), bebas manupulasi ( Ghoror ), aman/tidak membahayakan

Pendidik yang memiliki dan menguasai berbagai keterampilan pendidik dalam mengajar dan dapat menerapkan dalam proses pembelajaran akan dinilai oleh peserta didik

Media massa cetak yaitu media yang dicetak dalam lembaran kertas. Dari segi format dan ukuran kertas, media massa dicetak secara terperinci meliputi, koran

(tanda titik) dimulai dari tepi kiri diikuti judul tabel. 4) Tulisan tabel dan nama tabel menggunakan huruf kecil kapitalisasi (setiap awal kata dimulai dengan huruf besar