• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1 I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lahan merupakan ruang darat yang dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia memanfaatkan lahan dalam wujud penggunaan lahan. Penggunaan lahan adalah usaha manusia memanfaatkan lingkungan alamnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu dalam kehidupan dan keberhasilannya (Ritohardoyo, 2002). Penggunaan lahan merupakan perwujudan dari interaksi manusia dengan lingkungan alamnya dalam memenuhi kebutuhan dalam hidupnya. Dinamika yang terjadi dalam ruang memicu terjadinya perubahan penggunaan lahan ruang dalam suatu wilayah senantiasa mengalami perubahan dalam aspek fisik maupun non fisik dari waktu ke waktu. Terdapat dua faktor yang sangat berperan dalam perubahan tersebut yaitu faktor penduduk dan aspek kependudukan. Faktor penduduk penting dari segi kualitasnya. Perubahan jumlah penduduk suatu ruang ditentukan oleh pertumbuhan alami dan migrasi dalam ruang tersebut. Tingkat pertumbuhan penduduk ruang dapat bervariasi karena adanya variasi dalam ruang itu sendiri dan variasi interaksinya dengan ruang yang lain (Putra, 2008).

Permasalahan laju penduduk yang semakin tinggi memicu terjadinya krisis ekonomi, potensi krisis pangan, dan kerusakan lahan. Semakin meningkatnya pertumbuhan jumlah dan kebutuhan penduduk, semakin meningkat pula kebutuhan tempat atau lahan untuk tempat kegiatan dan memenuhi kebutuhan tersebut. Selain itu, pertumbuhan penduduk yang semakin pesat juga memicu pertumbuhan pembangunan yang tinggi pula. Perubahan ruang secara fisik seperti ini dapat dikatakan sebagai perubahan penggunaan lahan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat, maka upaya peningkatan kapasitas produksi tanaman pangan melalui pencetakan sawah baru dan peningkatan jaringan irigasi telah dilakukan. Namun, upaya tersebut belum memberikan dampak yang signifikan bagi peningkatan produksi pangan, karena terbentur pada berbagai kendala teknis dan kendala anggaran. Areal sawah baru

(2)

2 yang dikembangkan terutama di luar Jawa ternyata kurang produktif akibat kendala biofisik tanah sehingga dampak perluasan areal baru tersebut tidak cukup berarti bagi peningkatan produksi pangan nasional, padahal biaya investasi yang diperlukan sangat mahal dan membutuhkan jangka waktu yang lama bagi pemantapan ekosistem sawah baru tersebut.

Sebaliknya areal sawah produktif yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap produksi pangan justru telah mengalami penyusutan akibat alih fungsi lahan ke penggunaan non pertanian. Gejala ini terutama terjadi di Jawa yang merupakan produsen utama komoditi pangan di tingkat nasional. Oleh karena itu, meskipun secara agregat luas areal baku tanaman pangan dapat meningkat akibat pencetakan sawah baru, namun areal tanaman pangan cenderung menurun secara kualitas. Masalah pengadaan pangan akan semakin kompleks di masa yang akan datang yang dicirikan dengan menyusutnya lahan baku tanaman pangan dan semakin terbatasnya anggaran pemerintah untuk memacu peningkatan produksi beras. Disatu sisi kebutuhan pangan terutama beras terus meningkat akibat pertambahan penduduk dan peningkatan daya beli. Dalam situasi tersebut upaya untuk mengurangi “kehilangan produksi pangan” yang terjadi akibat alih fungsi lahan tanaman pangan menjadi penting guna mengimbangi stagnasi pertumbuhan produksi pangan. Dalam konteks inilah upaya “perlindungan” atas lahan tanaman pangan merupakan alternatif yang harus diperhitungkan. Walaupun upaya tersebut cukup sulit diharapkan dapat memacu peningkatan produksi pangan tetapi kebijakan reservasi lahan pertanian tanaman pangan yang tertata dengan baik diharapkan akan mampu menekan laju

“kehilangan produksi pangan” yang terjadi akibat konversi lahan tanaman pangan ke penggunaan non pertanian.

Perkembangan kehidupan yang pesat telah membuat alih fungsi lahan pertanian sulit dihindarkan. Lahan pertanian yang sempit semakin terfragmentasi akibat kebutuhan perumahan dan lahan industri. Sementara itu, pola pewarisan yang ada pada masyarakat cenderung semakin mendorong fragmentasi lahan sehingga rata-rata penguasaan lahan oleh petani terus menurun dari waktu ke

(3)

3 waktu. Hal ini mengakibatkan makin bergesernya luas lahan-lahan disektor pertanian semakin sempit setiap tahunnya karena adanya konversi lahan secara besar-besaran. Kondisi yang seperti ini menimbulkan berbagai implikasi yang sangat kompleks.

Konversi lahan pertanian pada umumnya dipicu oleh transformasi struktur ekonomi yang semula bertumpu pada sektor pertanian menjadi sektor ekonomi yang lebih bersifat industrial, khususnya di negara-negara yang sedang berkembang. Proses transformasi ekonomi tersebut selanjutnya merangsang terjadinya migrasi penduduk ke daerah pusat kegiatan bisnis sehingga lahan pertanian yang lokasinya mendekati kawasan tersebut akan dikonversi untuk pembangunan kompleks pemukiman. Secara umum pergeseran atau transformasi struktur ekonomi merupakan ciri dari suatu daerah atau negara yang sedang berkembang (Kustiawan, 1997).

Undang-Undang RI No. 7 tahun tentang pangan 1996 telah menyebutkan mengenai pangan bahwa pangan merupakan hak asasi bagi setiap individu di Indonesia. Oleh karena itu, terpenuhinya kebutuhan pangan dalam suatu negara merupakan hal yang mutlak dipenuhi. Selain itu, pangan juga memegang kebijakan penting dan strategis di Indonesia berdasar pada pengaruh yang dimilikinya secara sosial, ekonomi, dan politik. Diamanatkan juga dalam Undang-Undang RI No. 7 tahun 1996 bahwa ketahanan pangan merupakan suatu kondisi bahwa setiap individu dan rumah tangga memiliki akses secara fisik, ekonomi, dan ketersediaan pangan yang cukup, aman, serta bergizi untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan seleranya bagi kehidupan yang aktif dan sehat. Ketahanan pangan ini pada saat ini sedang mengalami banyak ancaman yang berkaitan dengan posisi sektor pertanian yang belum menjadi sektor unggulan ditingkat nasional maupun daerah. Selain itu, ancaman yang serius terjadi dari berbagai aspek seperti aspek sosial, aspek ekonomi, dan aspek fisik.

Penelitian terbaru Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Bogor yang dilaporkan Irawan dan Friyatno (2002), dampak konversi lahan sawah terhadap produksi padi di Jawa selama 18 tahun (1981-1999)

(4)

4 diperkirakan secara akumulasi mencapai 50,9 juta ton atau sekitar 2,82 juta ton per tahun. Kehilangan tersebut tidak mampu ditutup oleh pencetakan lahan sawah yang dilakukan di Luar Jawa. Menurut Irawan dan Friyatno (2002), kehilangan produksi padi dari areal lahan sawah di Jawa tersebut setara dengan 1,7 juta ton beras per tahun yang jumlahnya sebanding dengan impor beras Indonesia pada periode 1984-1997 yang berkisar antara 1,5-2,5 juta ton beras per tahun. Ketidakmampuan sawah baru menggantikan sawah yang terkonversi di Jawa disebabkan rata-rata sawah di Jawa tingkat produktivitasnya lebih tinggi dibandingkan produktivitas lahan sawah di Luar Jawa, apalagi sawah-sawah yang baru dicetak.

Gejala masuknya pendatang baru ke daerah pinggiran kota selalu diikuti oleh pendesakan lahan pertanian untuk menjadi lahan non pertanian. Hal ini mengakibatkan tekanan yang besar terhadap penduduk asli yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Penghasilan yang memadai memungkinkan para pendatang untuk membeli lahan dan membangun tempat tinggal maupun untuk investasi usahanya seperti ruko, kolam renang, perkantoran, hotel, dan lali-lain. Gaya hidup para pendatang ini mengansumsikan penduduk asli bahwa tingkat taraf hidup mereka yang jauh lebih baik daripada mereka. Permasalahan ini yang dapat memicu penduduk asli untuk dapat mengubah taraf hidup mereka seperti para pendatang dengan menjual hasil panen bahkan menjual lahan pertanian mereka untuk membeli kebutuhan rumah tangga seperti furniture, alat transportasi baru, merenovasi rumah, dan sebagainya yang bertujuan untuk menambah penampilan gaya hidup agar tidak ketinggalan dengan para pendatang.

Persaingan pemenuhan kebutuhan untuk penggunaan lahan yang semakin meningkat menjadi faktor penting dalam terjadinya kerusakan lahan. Hal ini sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam terutama kajian mengenai tata guna lahan baik perdesaan maupun perkotaan di Indonesia merupakan tantangan bagi para pakar ilmu pengetahuan sumberdaya dan para pengguna. Ditinjau dari segi ruang dan waktu, penggunaan lahan oleh manusia di wilayah yang demikian luas

(5)

5 dan tersebar sangatlah kompleks. Hal ini berakibat pada penting dan perlunya pelaksanaan inventarisasi terlebih untuk pemantauannya. Hasil inventarisasi baik kemampuan lahan, penggunaan lahan perdesaan maupun perkotaan dapat disimpulkan dalam bentuk konsepsi yang dapat dipergunakan sebagai dasar baik perencanaan maupun pelaksanaan pengelolaan lahan di suatu wilayah.

Kabupaten Nganjuk dipilih sebagai tempat penelitian karena tahun 2012 dibangun jalan tol Gerbang Kertasusila yang menghubungkan Solo hingga Mojokerto. Pembangunan tol tersebut berakibat pada besarnya kebutuhan lahan pertanian untuk dikonversi menjadi jalan tol sehingga daerah tersebut dapat diketahui perkembangannya dan dapat diprediksi kondisinya pada tahun mendatang. Kemudian dapat terlihat dampak terhadap perkembangan perekonomian Kota Nganjuk dan hinterlandnya.

1.2. Tujuan Penelitian

1. Memetakan luasan perubahan fungsional kawasan pertanian lahan basah (sawah) dan lahan kering (tegalan), arah serta pola konversi lahan di sembilan kecamatan sekitar Kota Nganjuk

2. Mengetahui faktor utama yang mempengaruhi konversi lahan pertanian ke non pertanian

1.3. Manfaat Hasil Penelitian

Menentukan strategi pembangunan pertanian, bahan penting untuk revisi tata ruang daerah, serta sebagai sumber informasi sentra produksi khususnya tanaman pangan.

1.4. Hipotesis

1. Pola perkembangan kota akibat perubahan lahan pertanian ke non pertanian mengikuti tipe perembetan kota lompat katak/leapfrog

2. Faktor utama yang mempengaruhi konversi lahan pertanian ke non pertanian adalah kebutuhan papan

Referensi

Dokumen terkait

L : Ya Tuhan Yesus yang telah mati di kayu salib, hanya oleh karena kasihMu kepada orang berdosa ini. P : Ajarilah kami selalu mengingat Tuhan yang mati di kayu

Dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 41 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Otoritas Bandar Udara pasal 54 disebutkan bahwa tugas dan fungsi

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa perancangan Media Pembelajaran untuk Anak TK Berbasis Animasi 3D dengan Memanfaatkan Game

Dalam uji coba produk bahan ajar Akidah Akhlak (bahan ajar komik) ini, yang menjadi subjek uji coba adalah siswa-siswa kelas V MIN Model Palangka Raya yang

Penataan promosi statis ialah suatu kegiatan untuk mempertunjukkan, memamerkan atau memperlihatkan hasil praktek atau produk lainnya berupa merchandise kepada masyarakat

3 Scatter plot hasil clustering algoritme PAM untuk k=17 7 4 Scatter plot hasil clustering algoritme CLARA untuk k=19 9 5 Plot data titik panas tahun 2001 sampai dengan

Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja di Indonesia sangatlah diperlukan demi menjaga kualitas jalan khususnya jalan tol di Indonesia. Salah satu ciri KBK ialah

Berdasarkan hal-hal yang telah penulis uraikan dalam pembahasan mengenai kesesuaian penetapan tersangka korupsi oleh KPK tanpa bukti permulaan yang cukup dengan asas due of