• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENDALIAN PERSEDIAAN SPARE PART DAN PENGEMBANGAN DENGAN KONSEP (ANALISIS ABC) PADA AUTO2000 CABANG SUTOYO MALANG. Oleh : Ahmad Meilani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGENDALIAN PERSEDIAAN SPARE PART DAN PENGEMBANGAN DENGAN KONSEP (ANALISIS ABC) PADA AUTO2000 CABANG SUTOYO MALANG. Oleh : Ahmad Meilani"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENDALIAN PERSEDIAAN SPARE PART DAN PENGEMBANGAN DENGAN KONSEP 80-20 (ANALISIS ABC) PADA AUTO2000 CABANG SUTOYO MALANG

Oleh : Ahmad Meilani Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Djumilah Zain SE.

ABSTRAK

Setiap perusahaan, baik itu perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan, perusahaan akan dihadapkan pada sebuah risiko, tidak dapat memenuhi keinginan para pelanggannya. Pengelompokan ABC dalam pengendalian persediaan berangkat dari konsep 80-20 yang dikenal sebagai hukum Pareto. Konsep 80-20 berguna untuk merencanakan persediaan jika klasifikasi ABC akan diterapkan untuk jenis barang yang jumlahnya banyak sekali.Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan bantuan analisis kuantitatif yaitu nilai rata-rata persediaan.Peneliti mendeskripsikan pengendalian persediaan yang dilakukan oleh AUTO2000 cabang Sutoyo Malang. Selanjutnya digunakan pengelompokan barang berdasarkan analisis ABC yaitu kelompok A (nilai penjualan tinggi), kelompok B (sedang), dan kelompok C. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengendalian persediaan yang diterapkan oleh AUTO2000 Cabang Sutoyo Malang saat ini dan mengetahui rancangan analisis ABC mulai dari pengelompokan, menghitung nilai rata-rata persediaan, inventory turnover, rasio layanan dalam penentuan persediaan spare part di AUTO2000 cabang Sutoyo Malang.Hasil penelitian ini menunjukkan safety stock yang harus dimiliki oleh kelompok A sebanyak 3.362 unit dan kelompok B sebanyak 228 unit. Titik pemesanan ulang (Reorder Point) dilakukan pada saat kelompok A berjumlah 3.592 unit dan kelompok B sebanyak 258 unit.Persediaan rata-rata yang harus dimiliki oleh kelompok A yaitu sebanyak 5.388 unit yang setara dengan Rp. 286.824.253 dan untuk persediaan maksimal sebanyak 7.184 unit. Untuk kelompok B, persediaan rata-rata yang harus dimiliki digudang sebanyak 387 unit yang setara dengan Rp. 25.453.989 dan untuk persediaan maksimal sebanyak 516 unit. Inventory turnoveruntuk kelompok A yaitu sebanyak 9 kali dan kelompok B sebanyak 16 kali. Rasio layanan yang mampu diberikan oleh pengendalian persediaan AUTO2000 cabang Sutoyo Malang adalah senilai 95%.

(2)

ABSTRACT

Every company, whether it's corporate services and manufacturing company, always need supplies. Without the inventory, the company will be faced with a risk, can not meet the desires of its customers. ABC grouping in inventory control departing from 80-20 concept known as the law of Pareto. 80-20 The concept is useful for planning inventory if ABC classification will be applied to the type of goods which are numerous. Type of research used in this study was a descriptive study with the help of quantitative analysis is the average value of inventory. Researchers describe inventory control is done by AUTO2000 Sutoyo Malang branch. Subsequently used grouping items based on the ABC analysis of group A (high sales), Group B (medium), and group C.The purpose of this study is to describe inventory control is applied by AUTO2000 Branch Malang Sutoyo current design analysis and knowing the ABC ranging from clustering, calculate the average value of inventory, inventory turnover, the ratio of service in determining the inventory of spare parts in AUTO2000 Sutoyo Malang branch. The results of this study show that the safety stock must be owned by a group of as many as 3,362 units A and group B were 228 units. Reorder point (Reorder Point) performed at the time amounted to 3,592 units in group A and group B as many as 258 units. Average inventory that must be owned by a group of as many as 5,388 units equivalent to Rp. 286 824 253 and to supply a maximum of 7,184 units. For group B, the average inventory in warehouse should be owned as many as 387 units equivalent to Rp. 25,453,989 and to supply a maximum of 516 units. Inventory turnover for the group A which is about 9 times and 16 times the B group. The ratio of services that can be given by the inventory control AUTO2000 Sutoyo Malang branch is worth 95%.

Keywords: ABC analysis, Inventory, Safety Stock, ROP, ITO, Service Ratio

PENDAHULUAN

Salah satu bidang pembangunan yang men-dukung perkembangan Negara Indonesia adalah pembangunan di bidang ekonomi.Hal ini ditandai dengan munculnya perusahaan baru yang merupakan bentuk inisiatif dan kreativitas masyarakat dalam upaya turut serta mewujudkan kesejahteraan bangsa.Keadaan ini memacu persaingan bisnis yang semakin ketat yang ditandai dengan banyaknya perusahaan yang bersaing untuk satu jenis produk tertentu.

Pihak perusahaan dituntut untuk selalu memenuhi permintaan konsumen, baik dari segi kuantitas, kualitas maupun ketepatan waktu penyerahan hasil produksi yang dipesan. Apabila faktor-faktor ini dapat dipenuhi maka akan menciptakan kepuasan pelanggan. Ketika kepuasan konsumen sudah dapat terpenuhi ada kecenderungan konsumen akan setia berkunjung ke perusahan tersebut bila memerlukan barang yang dibutuhkan dan akan meningkatkan daya saing perusahaan. Sebagai contoh apabila kon-sumen menginginkan produk tersebut tepat waktu atau tepat jumlah, maka mendorong perusahaan untuk mengantisipasinya dengan memiliki persediaan.

Setiap perusahaan, baik itu perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur, selalu memer-lukan persediaan. Tanpa adanya persediaan, perusahaan akan dihadapkan pada sebuah risiko, tidak dapat memenuhi keinginan para pelanggan (Rangkuti, 2004:1).

Perusahaan yang memiliki barang dengan jenis yang mencapai ratusan bahkan ribuan. Misalnya bengkel, untuk memberikan fasters turnaround, bengkel menyediakan persediaan untuk bagian yang lebih sering diminta seperti busi, sabuk kipas, dan baterai. Tingkat ketersediaan suku cadang yang baik dapat dicapai dengan meminimalkan persediaan di gudang (Ballou, 2004).

Pengelompokkan ABC dalam pengendalian persediaan berangkat dari konsep 80-20 yang dikenal sebagai hukum Pareto. Ballou (2004) menjelaskan bahwa konsep 80-20 berguna untuk merencanakan persediaan bilamana klasifikasi ABC akan diterapkan untuk jenis barang yang jumlahnya banyak sekali. Sejumlah persediaan akan dibagi menjadi 3 kelompok,yaitu disebut kelompok A yang mempunyai nilai penjualan 80% dari 20% jenis spare part, disebut kelompok B yang mempunyai nilai penjualan sekitar 15% dari 30% jenis spare part, dan

(3)

sisanya disebut kelompok C yang mempunyai nilai penjualan sekitar 5% dari 50% jenis spare part. Konsep 80-20 memiliki arti bahwa 80% dari penjualan suatu perusahaan yang dihasilkan oleh 20% dari item lini produk.Menurut konsep 80-20 tidak ada rumus eksak untuk pengelompokan, sifatnya adalah pertimbangan dan pengalaman.

AUTO2000 sebagai dealer resmi penjualan produk Toyota di Kota Malang merupakan jaringan jasa penjualan, perawatan, perbaikan dan penyediaan spare part Toyota yang manajemennya ditangani penuh oleh PT Astra International Tbk. AUTO2000 cabang Sutoyo Malang sebagai perusahaan dagang yang bertindak sebagai perusahaan penjualan mobil dan spare part mobil. Dalam memanage persediaan spare part AUTO2000 cabang Sutoyo Malang dihadapkan pada pilihan dalam menetapkan kebijakan persediaannya, yaitu pada kebijakan persediaan yang dilebihkan atau dikurangkan. Bila persediaan dilebihkan, biaya penyimpanan dan modal yang dibutuhkan akan lebih besar. Sedangkan bila dikecilkan bisa terjadi kehabisan saat dibutuhkan.

Pengendalian persediaan yang dilakukan oleh AUTO2000 cabang Sutoyo Malang tidak menggunakan analisis ABC melainkan meng-gunakan peramalan berdasarkan permintaan di masa lalu. AUTO2000 cabang Sutoyo Malang membedakan spare part berdasarkan permintaan konsumen, spare part yang paling sering diminta dimasukkan kategori fast moving, sedangkan spare part yang jarang diminta dikategorikan dalam slow moving. Kategori ini membedakan spare part dari jumlah permin-taannya bukan dari nilai barangnya. Perusahaan memfokuskan persediaan pada fast moving, sehingga barang yang termasuk dalam slow moving seringkali tidak tersedia, padahal barang yang termasuk dalam slow moving bisa termasuk dalam barang yang nilainya tinggi, sampai ratusan kali harga barang fast moving.

Mengingat macam suku cadang mencapai ratusan macam, adanya pengendalian persediaan menggunakan analisis ABC lebih tepat supaya pengeluaran biaya persediaan dapat lebih efisien tanpa meninggalkan kepentingan kontinuitas operasional bengkel AUTO2000 cabang Sutoyo

Malang. Pengeluaran biaya yang relative rendah diharapkan akan menurunkan biaya- biaya yang dikeluarkan sehingga akan meningkatkan keuntungan perusahaan. Demikian pula seba-liknya dengan adanya investasi yang besar dalam persedian dibandingkan dengan kebutuhan, belum tentu memberikan keuntungan bagi perusahaan karena akan memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan gudang.

Berdasarkan uraian di atas tentang Analisis Kinerja Pengendalian Persediaan pada AUTO2000 cabang Sutoyo Malang, maka penulis merumuskan beberapa pokok per-masalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran pengendalian persediaan yang diterapkan AUTO2000 Cabang Sutoyo Malang saat ini ?

2. Bagaimana rancangan analisis ABC mulai dari pengelompokan, menghitung nilai rata-rata persediaan, inventory turnover, rasio layanan dalam penentuan persediaan spare part di AUTO2000 cabang Sutoyo Malang ? Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui gambaran pengendalian persediaan yang diterapkan oleh AUTO2000 Cabang Sutoyo Malang saat ini.

2. Mengetahui rancangan analisis ABC mulai dari pengelompokan, menghitung nilai rata-rata persediaan, inventory turnover, rasio layanan dalam penentuan persediaan spare part di AUTO2000 cabang Sutoyo Malang. KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Persediaan

Persediaan adalah bahan-bahan, bagian yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu (Rangkuti, 2004:2).

Persediaan merupakan asset yang akan digunakan untuk proses produksi atau dijual kepada konsumen. Manajemen persediaan merupakan suatu cara untuk mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat yaitu dengan biaya yang optimal. Oleh karena itu, konsep mengelola sangat

(4)

penting diterapkan oleh perusahaan agar tujuan efektivitas dan efisiensi tercapai.Semua organisasi mempunyai beberapa jenis perencanaan dan pengendalian persediaan. Fungsi Persediaan

Beberapa alasan diadakannya persediaan berkaitan dengan pelayanan konsumen atau untuk meminimalkan biaya yang secara tidak langsung dihasilkan dari usaha memuaskan pelanggan. Secara singkat dapat dipaparkan sebagai (Ballou, 2004):

1. Meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan. Sistem pengendalian persediaan yang dijalankan oleh perusahaan tidak selalu dapat bereaksi secara cepat dan ekonomis terhadap permintaan konsumen atau jasa, yang jika diperhitungkan secara benar dapat memenuhi fluktuasi permintaan yang tinggi akan produk maupun jasa. Adanya persediaan berpengaruh pada peningkatan penjualan.

2. Mengurangi biaya operasional, agar :

a. Pelaksanaan produksi lebih ekonomis karena persediaan bertindak sebagai penyangga antara jumlah yang harus diproduksi dengan variasi permintaan.

b. Dapat mengurangi biaya transportasi dan menyeimbangkan biaya dari sejumlah kuantitas yang dibeli dengan penurunan harga pasar.

c. Pembelian dalam jumlah yang besar semakin mendekati kuantitas kebutuhan yang mendesak.

d. Persediaan bertindak sebagai penyangga terhadap variasi waktu antara produksi dan pengiriman.

e. Persediaan dapat mengantipasi masalah pemogokan buruh, bencana alam, keterlam-batan pengiriman.

Pengertian Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan adalah salah satau kegiatan dari urutan kegiatan-kegiatan yang bertautan erat satu sama lain dalam seluruh operasi produksi perusahaan tersebut sesuai dengan apa yang telah direncanakan lebih dahulu baik waktu, jumlah, kualitas maupun biayanya (Sofjan Assauri, 2004:176)

Analisis ABC

Analisis ABC merupakan salah satu analisis yang digunakan untuk memecahkan masalah penentuan titik optimum, baik jumlah pemesanan maupun order point. Analisis ABC sangat berguna dalam memfokuskan perhatian manajemen terhadap penentuan jenis barang yang paling penting dalam system inventori yang bersifat multisystem

Konsep 80-20 berguna untuk merencanakan persediaan bilamana jumlah jenis barang mencapai ratusan. Sejumlah persediaan akan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu disebut kelompok A yang mempunyai nilai penjualan 80% dari 20% jenis spare part, disebut kelompok B yang mempunyai nilai penjualan sekitar 15% dari 30% jenis spare part, dan sisanya disebut kelompok C yang mempunyai nilai penjualan sekitar 5% dari 50% jenis spare part. Konsep 80-20 memiliki arti bahwa 80% dari penjualan suatu perusahaan yang dihasilkan oleh 20% dari item lini produk.

Lead Time

Lead time adalah waktu yang dibutuhkan antara pemesanan dengan barang sampai di perusahaan sehingga lead time berhubungan dengan reorder point dan saat penerimaan barang (Zulfikarijah, 2005:96).Lead time muncul karena setiap pesanan membutuhkan waktu dan tidak semua pesanan bisa dipenuhi seketika, sehingga selalu ada jeda waktu.

Safety Stock

Safety stock adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadi kekurangan bahan (stock out) (Sofyan Assauri, 2004:186). Tujuan safety stock adalah untuk meminimalkan terjadinya stock out dan mengurangi penambahan biaya penyimpanan dan biaya stock out total, biaya penyimpanan disini bertambah seiring dengan adanya penambahan yang berasal dari reorder point oleh karena adanya safety stock. Keun-tungan adanya safety stock adalah pada saat jumlah permintaan mengalami lonjakan, maka persediaan pengaman dapat digunakan untuk menutup permintaan tersebut.

(5)

Titik Pemesanan Ulang (ROP)

ROP atau biasa disebut dengan batas atau titik jumlah pemesanan kembali termasuk permintaan yang diinginkan atau dibutuhkan selama masa tenggang, misalnya suatu tambahan atau ekstra stock.

Inventory Turn Over (ITO)

Konsep yang berkaitan dan selalu digunakan oleh manajemen untuk memonitor tingkat persediaan.Inventory Turn Over termasuk

kedalam pengukuran relative

investasi.Perputaran persediaan merupakan angka yang menunjukkan kecepatan pergantian dalam periode tertentu, biasanya dalam waktu satu tahun.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan bantuan analisis kuantitatif yaitu nilai rata-rata persediaan.Peneliti mendeskripsikan pengenda-lian persediaan yang dilakukan oleh AUTO2000 cabang Sutoyo Malang. Selanjutnya digunakan pengelompokan barang berdasarkan analisis ABC yaitu kelompok A (nilai penjualan tinggi), kelompok B (sedang), dan kelompok C. Masing- masing kelompok memerlukan pengendalian persediaan yang berbeda untuk memfokuskan perhatian pengendalian terhadap penentuan jenis barang yang nilai penjualan tinggi dalam sistem persediaan yang bersifat multisistem.

Lokasi penelitian adalah di AUTO2000 cabang Sutoyo Malang dengan alamat Jl. Letjen Sutoyo No. 25 Malang.Sumber data diperoleh dari wawancara dengan CRC dan Partman serta melalui internet dan brosur.

Definisi variable

Definisi operasional adalah penjabaran masing-masing variabel terhadap indikator-indikator yang membentuknya. Dalam penelitian ini, variabel tersebut antara lain sebagai berikut : 1. Analisis ABC, melakukan pengelompokan

persediaan berdasarkan nilai penjualan bukan berdasarkan jumlah item permintaan.

2. Nilai rata-rata persediaan yang meliputi perhitungan safety stock, ROP, persediaan maksimal, dan menetapkan persedian rata-rata

3. Inventory Turn Over (ITO), menentukan berapakali pesanan yang perlu dilakukan oleh AUTO2000 cabang Sutoyo Malang dalam 1 tahun untuk kelompok A dan B. Sedangkan kelompok C, sesuai dengan teori lebih disederhanakan dengan cara melakukan pengecekan secara periodik tiap bulan (misalnya tiap bulan , 3 bulan atau 6 bulan). 4. Rasio layanan, mengukur tingkat efektivitas

dari persediaan barang. Metode analisis data

Mengelompokkan data berdasarkan analisis ABC

Pengklasifikasian berdasarkan analisis ABC dilakukan dengan mengelompokkan persediaan berdasarkan nilai penjualan. Tahap-tahap yang dilakukan dalam pengklasifikasian persediaan berdasarkan analisis ABC adalah:

1. Membuat daftar semua item yang diklasifikasikan dan harga beli masing-masing item

2. Menentukan jumlah penjualan rata-rata per tahun untuk setiap item tersebut

3. Menentukan nilai pemakaian per tahun setiap item dengan cara mengalikan jumlah penjualan rata-rata per tahun dengan harga beli masing-masing item

4. Menjumlahkan nilai penjualan tahunan semua item untuk memperoleh nilai total penjualan 5. Menghitung persentase penjualan setiap item

dari hasil bagi antara nilai penjualan per tahun setiap item dengan total nilai penjualan per tahun.

6. Mengurutkan sedemikian rupa nilai penjualan tahunan semua persediaan yang memiliki nilai uang paling tinggi sampai yang terendah agar mempermudah pembagian persediaan atas kelompok A, B, atau C sesuai dengan aturan pengkasifikasian yang dipakai, yaitu disebut kelompok A yang mempunyai nilai penjualan 80% dari 20% jenis spare part, disebut kelompok B yang mempunyai nilai penjualan sekitar 15% dari 30% jenis spare part, dan sisanya disebut kelompok C yang mempunyai nilai penjualan sekitar 5% dari 50% jenis spare part. (Ballou, 2004)

(6)

a) Menghitung Safety Stock dengan rencana service level yaitu 95% sehingga z = 1. 65. Dengan menggunakan persamaan.

………... (1) ………(2) Dimana: SS = Safety Stock Z = Service Level = Standar Deviasi LT = Lead Time n = jumlah sampel y = permintaan tahunan

= rata- rata permintaan b) Menghitung Reorder Point

………..…….…(3) Dimana:

D = jumlah permintaan L = Lead time

SS = Safety Stock

c) Menghitung Jumlah Persediaan Maksimal ………(4) d) Menentukan Nilai Rata-Rata Persediaan

.………..(5)

..(6) Menghitung Inventory Turn Over (ITO) …………(7) Perhitungan rasio layanan

Rasio layanan merupakan salah satu parameter untuk mengukur tingkat efektivitas dari persediaan barang.Artinya semakin tinggi rasio layanan, maka persediaan semakin mampu utuk memenuhi permintaan yang datang berarti pengelolaan persediaan semakin efektif.

...(8)

HASIL PENELITIAN

Pengendalian Persediaan AUTO2000 Cabang Sutoyo Malang

AUTO2000 Sutoyo Malang membedakan spare part berdasarkan permintaan konsumenbukan dari nilai barangnya. Spare part yang paling sering diminta dimasukkan kategori fast moving, sedangkan spare part yang jarang diminta dikategorikan dalam slow moving.Perusahaan memfokuskan persediaan pada fast moving, sehingga barang yang termasuk dalam slow moving seringkali tidak tersedia. Divisi part direct AUTO2000 cabang Sutoyo malang melakukan reorder pada saat barang berkurang. Apabila pada hari ini barang berkurang sejumlah 5 item maka akan langsung dilakukan pemesanan ulang spare part sejumlah 5 item. Hal ini menyebabkan biaya pengiriman menjadi besar karena terlalu sering terjadi pemesanan ulang.Cara ini diperlakukan untuk setiap item tanpa memper-timbangkan harga item tersebut. Pengelompokan Persediaan

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa kelompokA memiliki persentase kumulatif jumlah spare part sebesar 19,95%atau sebanyak 77 jenis spare part dari jumlah total jenis spare part utama (386 jenis). Selain itu, kelompok A memiliki persen kumulatif penyerapan modal sebesar 82,63% atau sejumlah Rp. 5.092.885.440 dari jumlah total biaya persediaan spare part Rp. 6.163.486.360.

Kelompok B memiliki persentase jumlah spare part sebanyak 30,05% atau sebanyak 116 jenis spare part dari jumlah total jenis spare part utama (386 jenis). Selain itu, kelompok B memiliki persen kumulatif penyerapan modal sebesar 13,40% atau sejumlah Rp. 825.840.520 dari jumlah total biaya persediaan spare part Rp.6.163.486.360.

Spare part yang termasuk dalam kelompok C memiliki persentase jumlah spare partsebanyak 50,00% atau sebanyak 193 jenis spare part dari jumlah total jenis spare part utama (386 jenis). Selain itu, kelompok C memiliki persen kumulatif penyerapan modal sebesar 3,97 % atau

(7)

sejumlah Rp. 244.760.400 dari jumlah total biaya persediaan spare part Rp. 6.163.486.360.

Tabel 4.3

Pengelompokkan Part Berdasarkan Analisis ABC Kelompok Jumlah Part yang terjual Total Nilai Permintaan % Nilai Permintaan Tinggi (A) 47.835 5.092.885.440 82,63% Sedang (B) 6.278 825.840.520 13,40% Rendah (C) 4.874 244.760.400 3,97% Total 58.987 6.163.486.360 100,00% Sumber : Data Primer diolah

Gambar 4.5

Diagram Pareto Hasil Analisis ABC

Sumber: Data Primer diolah Tabel 4.4

Safety stock

Kelompok Standar Deviasi Safety stock

A 1663,62 3362

B 112,91 228

Sumber : Data Primer diolah

Tingkat pelayanan persediaan pengamanspare part dalam kelompok A adalah 95% menyatakan bahwa dengan persediaan pengaman sebesar 3362 unit spare part terdapat peluang sebesar 5% untuk mengalami kekurangan persediaan.Tingkat pelayanan persediaan pengaman spare part dalam kelompok B adalah 95% menyatakan bahwa dengan persediaan pengaman sebesar 228 unit spare part terdapat peluang sebesar 5% untuk mengalami kekurangan persediaan.

Tabel 4.5

Reorder point

Kelompok Reorder point

A 3.592

B 258

Sumber : Data Primer diolah

Dengan mengetahui safety stock untuk masing-masing klasifikasi atau kelompok, maka akan mempermudah AUTO2000 cabang Sutoyo Malang dalam memperkirakan kapan dilakukan-nya pemesanan kembali untuk masing-masing pengelompokkan tersebut, maka untuk kelompok Adengan jumlah penjualan tahunannya sebanyak 47.835unit spare part, akan dilakukan ROP pada saat barang mencapai jumlah 3.592 unit. Untuk kelompok Bdengan jumlah penjualan tahunannya sebanyak 6.278 unit , ROP dilakukan pada saat barang mencapai jumlah 258 unit.

Tabel 4.6 Persediaan Maksimal

Kelompok Persediaan Maksimal

A 7.184

B 516

Sumber : Data Primer diolah

Pada kelompokA jumlah persediaan yang boleh ada digudang adalah sebesar 7.184 unit. Bila jumlah persediaan spare part yang ada di gudang melebihi jumlah tersebut, maka dikhawatirkan jumlah biaya penyimpanan yang akan dikeluar-kan untuk persediaan tersebut adikeluar-kan semakin besar.Pada kelompok B jumlah persediaan yang boleh ada digudang adalah sebesar 516 unit. Bila jumlah persediaan spare part yang ada di gudang melebihi jumlah tersebut, maka dikhawatirkan jumlah biaya penyimpanan yang akan dikeluarkan untuk persediaan tersebut akan semakin besar.

Tabel 4.7

Nilai Rata-rata Persediaan

Kelompok Rata- rata persediaan

Nilai rata- rata persediaan

A 5388 Rp 286.824.153

B 387 Rp 25.453.989

Sumber : Data Primer diolah Tabel 4.8

Inventory turn over

Kelompok ITO

A 9

B 16

Sumber : Data Primer diolah

Tabel 4.8 menjelaskan bahwa pada persediaan spare part yang masuk dalam kelompokAdapat

(8)

melakukan perputaran sebayak 9 kali. Spare partyang masuk dalam kelompokBdapat melakukan perputaran sebayak 16 kali.

Tabel 4.9 Rasio Layanan

Transaksi Terpenuhi 16.302 Transaksi Tidak

Terpenuhi 858

Rasio layanan yang

terpenuhi 95%

Rasio layanan yang

tidak terpenuhi 5%

Sumber : Data Primer diolah

Rasio layanan merupakan salah satu parameter untuk mengukur tingkat efektivitas dari persediaan barang.Artinya semakin tinggi rasio layanan, maka persediaan semakin mampu untuk memenuhi permintaan yang datang berarti pengelolaan persediaan semakin efektif. Diper-kirakan AUTO2000 Cabang Sutoyo Malang dapat memenuhi 95% layanan, karena 95% merupakan rasio layanan yang diinginkan. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. AUTO2000 membedakan spare part berdasarkan permintaan konsumen bukan dari nilai barangnya. Spare part yang paling sering diminta dimasukkan kategori fast moving, sedangkan spare part yang jarang diminta dikategorikan dalam slow moving. Perusahaan memfokuskan persediaan pada fast moving, sehingga barang yang termasuk dalam slow moving seringkali tidak tersedia

2. Berdasarkan perhitungan pengembangan analisis ABC di AUTO2000 Cabang Sutoyo Malang, kelompok A memiliki jumlah nilai penjualan yang lebih besar dan penyerapan modal pesediaan spare part yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok B dan C. 3. Berdasarkan perhitungan safety stock, adanya

persediaan pengaman diperlukan untuk menghadapi terjadinya kenaikan pemakaian

spare part dan apabila terjadi keterlambatan kedatangan barang yang dipesan, sehingga dapat memenuhi service level yang diinginkan AUTO2000 Cabang Sutoyo Malang.

4. Berdasarkan perhitungan reorder point AUTO2000 Cabang Sutoyo Malang tidak harus melakukan pemesanan secara berulang- ulang, tetapi hanya melakukan pemesanan pada saat reorder point untuk meminimalkan biaya pemesanan.

5. AUTO2000 Cabang Sutoyo Malang dapat menghindari biaya penyimpanan dengan cara menentukan persediaan maksimal, agar jumlah persediaan spare part yang ada di gudang tidak berlebih.

6. Berdasarkan perhitungan inventory turnover menggunakan analisis nilai rata- rata persediaan perputaran spare part dinilai baik karena tidak terlalu besar dan tidak terlalu tinggi yang berarti stok tidak terlalu banyak ataupun terlalu sedikit.

7. Berdasarkan rasio layanan yang diinginkan AUTO2000 Cabang Sutoyo Malang maka hampir seluruh transaksi dapat terpenuhi. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka beberapa saran berikut ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan:

1. Pada saat ini AUTO2000 Sutoyo Cabang Malang melakukan pengendalian persediaan secara harian yang tentunya akan mening-katkan biaya pemesanan menjadi tinggi. Untuk itu perlu dilakukan penurunan frekuensi pemesanan dengan cara menggu-nakan analisis ABC khususnya kelompok A dan kelompok B titik pemesanan ulang. Oleh karena itu hendaknya AUTO2000 cabang Sutoyo Malang mau mempertimbangkan untuk menggunakan analisis ABC dalam melakukan pengendalian persediaan spare part.

2. Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk menambahkan perhitungan EOQ Adjustment dengan syarat data harus lengkap.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Sanusi, 2011, Metodologi Penelitian Bisnis, Jilid 1, Jakarta: Salemba Empat.

(9)

Assauri, Sofjan, 2004, Manajemen Produksi dan Operasi, Fakultas Ekonomi UI, Jakarta. Ballou, Ronald H. 2004. Business logistics /

supply chain management: planning, organizing, and controlling the supply chain. (5thed.) New Jersey:Prentice-Hall. Buffa, Elwood S. 2002. Manajemen Produksi/

Operasi,edisi 6, Jilid II. Jakarta:Erlangga. Dajan, Anto. 1987, Pengantar Metode Statistik,

Jilid 2, Jakarta: LP3ES.

Fadlin, Taslim. 2013. Pengendalian Persediaan Barang Dagangan Batu Alam Pada UD.Amino 2 Malang.Skripsi Program Studi Manajemen, Universitas Brawijaya, Malang.

Gujarati, Damodar N, 1995, Basic Econometrics, Third Edition, Mc Graw-Hill Book: New York.

Handoko, T Hani. 2000. Dasar- Dasar Manajemen Produksi dan Operasional, Jilid 1. Yogyakarta: BPFE.

Heizer, Jay dan Barry Render. 2009. Operations Management :Manajemen Operasi, Jilid 1.Jakarta : Salemba Empat.

Heizer, Jay dan Barry Render. 2009. Operations Management : Manajemen Operasi, Jilid 2. Jakarta : Salemba Empat.

Herjanto, Eddy, 2007, Manajemen Produksi dan Operasi , Jakarta: Grasindo.

Indrajit, R. Eko dan. Djokopranoto, R, 2003,

Manajemen Persediaan,

Jakarta:PTGramedia Widiasarana Indonesia.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, 2009, Metodologi Penelitian Bisnis, EdisiPertama, Yogyakarta: BPFE.

Rangkuti, Freddy. 2004. Manajemen Persediaan: Aplikiasi di Bidang Bisnis, Cetakan Kedua. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Stephyna, Happy. 2011. Analisis Kinerja Manajemen Persediaan Pada PT. United Tractors, Tbk Cabang Semarang (Studi Kasus PT. United Tractors, Tbk Cabang Semarang). Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang. Stevenson, William J. (2005). Operations

Management, 8th Edition. New York: McGraw-Hill Co.

Gambar

Tabel  4.3  menunjukkan  bahwa  kelompokA  memiliki persentase kumulatif jumlah spare part  sebesar 19,95%atau sebanyak 77 jenis spare part  dari  jumlah  total  jenis  spare  part  utama  (386  jenis)
Tabel 4.5  Reorder point
Tabel 4.9  Rasio Layanan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini untuk pembangunan sosial ekonomi di Indragiri Hilir lebih baik, sehingga setelah melihat kondisi di lapangan perlunya agar pemerintah sebaiknya

Bentuk ketidak patuhan dan tindakan tegas terhadap Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2010 Provinsi DKI Jakarta,

Detektor yang telah dilengkapi supervisi yang sejenis. Detektor kebakaran penginderaan panas. Panas adalah penambahan energi yang menyebabkan bahan temperaturnya naik dan juga

MANAJERIAL (Survey pada Dua Perusahaan BUMN Bidang Logistik di Kota Bandung)” Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh seminar usulan penelitian guna

KEDUA : Indikator Kinerja Utama merupakan acuan ukuran kinerja yang digunakan oleh masing-masing unit kerja di lingkungan Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga

Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah meliputi: mengkritik diri sendiri atau orang lain, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain,

Berdasarkan uraian di atas tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pendapatan keluarga petani karet yang anaknya tidak melanjutkan pendidikan ke

Hal ini berarti pembelajaran pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan penelitian dengan ketuntasan belajar klasikal memperoleh nilai minimal 65%, maka dapat