• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Sains Sosio Humaniora P-ISSN: Volume 5 Nomor 2 Desember 2021 E-ISSN:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Jurnal Sains Sosio Humaniora P-ISSN: Volume 5 Nomor 2 Desember 2021 E-ISSN:"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

LPPM Universitas Jambi Halaman | 1230

Pertanggungjawaban Hukum Terhadap Pelanggaran Underlying Investment oleh Perusahaan Asuransi Ditinjau Dari Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

Nianda Dinilah Arifah, Elisatris Gultom, Nyulistiowati Suryanti Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Indonesia

Email korespondensi: niandaalda@gmail.com

ABSTRAK

Manusia sebagai makhluk sosial maupun sebagai makhluk individu akan selalu berusaha untuk memenuhi berbagai kebutuhan di dalam hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia selalu dihadapkan pada kemungkinan terjadinya peristiwa-peristiwa atau suatu hal yang dapat menyebabkan hilangnya atau berkurangnya nilai ekenomi yang mengakibatkan kerugian. Kemungkinan menderita kerugian yang dialami oleh manusia itu disebut risiko.

Munculnya Asuransi sebagai sarana untuk membagi dan mengalihkan risiko merupakan perwujudan dari konsep negara kesehjateraan yang dianut oleh Indonesia. Hal tersebut dikarenakan lembaga asuransi menghimpun dana dari masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi dan dana tersebut digunakan sebagai investasi untuk mendukung melaksanakan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional. Namun, pada praktiknya, sering kali asuransi mengalami tidak melaksanakan perannya sebagaimana yang diharapkan oleh nasabahnya yang disebut gagal bayar.

Kata Kunci: Asuransi, investasi, perseroan terbatas, underlying investment ABSTRACT

Humans as a social beings and as individual beings will always try to fulfill various needs in their lives. In the meantime, humans are always faced with the possibility of events that can cause loss or decrease in their economic value resulting in losses, in which the possibility of suffering losses experienced by humans is called a risk. The emergence of insurance as a tool to share and transfer risk is a manifestation of the concept of a welfare state adopted by Indonesia. This is because the insurance institutions collected the funds from the public through the collection of insurance premium and these funds are used to investment to support implementing national development in order to increasing the equitable development, economic growth, and national stability. However, in practice, insurance often does not carry their prudent principle as expected by insurance customer and caused the default.

Keywords: Insurance, Investment, incorprated company, underlying investment PENDAHULUAN

Manusia sebagai makhluk sosial maupun sebagai makhluk individu akan selalu berusaha untuk memenuhi berbagai kebutuhan di dalam hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia selalu dihadapkan pada kemungkinan terjadinya peristiwa-peristiwa atau suatu hal yang dapat menyebabkan hilangnya atau berkurangnya nilai ekonomi, yang mengakibatkan kerugian bagi dirinya maupun pada keluarga serta orang lain yang mempunyai kepentingan

(2)

LPPM Universitas Jambi Halaman | 1231 dengannya. Kemungkinan menderita kerugian yang dialami oleh manusia itu disebut risiko.1 Dengan demikian, munculnya asuransi sebagai sarana pengalihan dan pembagian risiko yang tidak dapat diprediksi pada kehidupan masa mendatang.

Saat ini, industri asuransi di Indonesia telah berkembang pesat selama lima tahun terakhir. Hal ini ditandai dengan jumlah perusahaan perasuransian yang memiliki izin usaha beroperasi di Indonesia per 31 Desember 2019 adalah 380 Perusahaan yang terdiri dari 151 Perusahaan Asuransi dan Reasuransi. Perusahaan Asuransi dan Reasuransi terdiri dari 60 Perusahaan Asuransi Jiwa, 79 Perusahaan Asuransi Umum, 7 Perusahaan Reasuransi, 2 Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial, dan 3 Perusahaan Penyelenggara Asuransi Wajib.2 Selanjutnya, kinerja industri Asuransi Jiwa juga mengalami pertumbuhan sebesar 23,7% pada bulan Juni 2020 dibandingkan dengan pendapatan di bulan Juni 2019. Data statistk OJK juga menggambarkan pertumbuhan aset yang terus meningkat sejak 2014 dari Rp 807,7 triliun menjadi Rp 1.141,8 triliun di 2019 lalu. Walaupun pada awal 2020 Pendapatan Premi Bruto Perusahaan Asuransi menurun dikarenakan dampak pandemi Covid-19, tetapi perusahaan asuransi jiwa dapat secara cepat memulihkannya. Hal tersebut dikarenakan dalam menjalankan kegiatan usahanya, perusahaan asuransi jiwa juga mengeluarkan produk asuransi yang mengikuti perkembangan zaman.

Salah satu bentuk perkembangan Perusahaan Asuransi Jiwa adalah pengeluaran produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi. Hal ini dikarenakan peranan hukum asuransi di Indonesia saat ini erat hubungannya dengan kebijakan ekonomi dalam bidang investasi.

Sebagai contoh produk asuransi di usaha asuransi jiwa yang dikaitkan dengan produk investasi adalah unit-link. Masyarakat mendapatkan proteksi sekaligus dapat berinvetasi melalui unit- link tersebut. Asuransi jiwa dengan produk unit-link ini tentunya memiliki karakteristik yang berbeda dengan asuransi jiwa konvensional. Pada produk ini, sebagian investasi digunakan untuk proteksi jiwa yang diberikan kepada polis individu, yang mana setiap nilai polis bervariasi sesuai dengan nilai aset investasinya, sehingga pemegang polis tersebut mendapat 2 (dua) manfaat sekaligus, yaitu untuk proteksi dan hasil investasi.3 Kehadiran unit-link ini tentunya membuat masyarakat berlomba-lomba untuk membeli produk unit-link karena manfaatnya yang menjanjikan. Dalam perusahaan asuransi jiwa, terdapat produk yang memberikan perlindungan terhadap risiko kematian dan memberikan manfaat yang mengacu pada hasil investasi dari kumpulan dana yang khusus dibentuk untuk produk asuransi baik yang dinyatakan dalam bentuk unit maupun bukan unit atau yang biasa disebut dengan PAYDI.4 PAYDI ini dihadirkan agar masyarakat dapat mendapatkan manfaat uang sekaligus proteksi untuk mengurangi masalah risiko.

Banyaknya perusahaan asuransi beserta produknya yang berkembang sangat pesat, perlu dibutuhkannya peran perusahaan asuransi untuk menjaga kestabilitasan pelaksanaan kegiatan usaha asuransi dan menghindari terjadinya kerugian di kemudian hari. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekarang ini, banyak sekali perusahaan asuransi yang mengalami masalah pada likuiditasnya dikarenakan tidak menjaga kesehatan keuangan, yang penyebab utamanya adalah tidak terlaksananya prinsip kehati-hatian perusahaan asuransi. Banyaknya terjadi kesalahan

1 Man S. Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga, Alumni, Edisi ke-1, Cetakan 1, 1997, hlm. 1

2 Statistik Perasuransian 2019 Otoritas Jasa Keuangan, https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/data-dan- statistik/asuransi/Documents/Pages/Statistik-Perasuransian-

2019/Statistik%20Perasuransian%20Indonesia%20Tahun%202019.pdf, diakses pada 4 April 2021, pukul 19.11 WIB

3 Ketut Sendra, Konsep dan Penerapan Asuransi Jiwa Unit Link: Proteksi Sekaligus Investasi, Jakarta:

PPM, 2004, hlm. 9

4 Lihat Pasal 1 ayat 7 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 71/ POJK.05/2016 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.

(3)

LPPM Universitas Jambi Halaman | 1232 pada penempatan investasi yang salah satunya dikarenakan penempatan investasi terhadap perusahaan afiliasi menyebabkan perusahaan asuransi gagal bayar terhadap nasabahnya.5 Salah satu Perusahaan Asuransi yang menyebabkan gagal bayar kepada Nasabahnya yaitu PT Asuransi Jiwa Kresna. Sehingga, atas permasalahan yang terdapat dalam latar belakang di atas, maka fokus penelitian ini ditentukan identifikasi masalah adalah (1) Bagaimana Pengelolaan Investasi PAYDI yang dilakukan oleh Perusahaan Asuransi Jiwa dan (2) Bagaimana Pertanggungjawaban Hukum Perusahaan Asuransi Jiwa terhadap pelanggaran Prinsip Kehati- hatian dalam Likuiditas Portofilio Investasi?

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan penulis adalah yuridis normatif yang menggunakan pendekatan kesimpulan sumber data sekunder sebagai data utama yang didasarkan pada hukum positif Indonesia. Tahap penelitian yang dilakukan yakni penelitian kepustakaan penelitian lapangan. Data primer di dapatkan dari Polis PT Asuransi Jiwa Kresna, Kuasa Hukum Nasabah PT Asuransi Jiwa Kresna, Kuasa Hukum PT Asuransi Jiwa Kresna, dan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Semua data ini kemudian diolah dan disusun untuk kemudian dianalisis secara normatif kualitatif untuk menghasilkan kesimpulan dalam bentuk deskriptif analitis.

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Eksistensi Lembaga Perasuransian di Indonesia

Keberadaan lembaga perasuransian di Indonesia merupakan pengejawantahan dari Pasal 33 ayat (4) UUD 1945 amandemen ke-IV yang menjelaskan bahwa:

“Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip keadilan, kebersamaan efesiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan, dan kesatuan ekonomi nasional.”

Dengan demikian keberadaan asuransi menjadi penting bagi seluruh masyarakat Indonesia guna memperkecil risiko yang timbul dari ketidakpastian dengan mengalihkan atau membagi risiko yang menjadi ancaman bagi mereka, antar satu pihak dengan pihak yang lainnya.6 Manfaat tersebut sejalan dengan definisi mengenai asuransi yang terdapat pada Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2014 tentang Perasuransian, yaitu:

“Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:

a. memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggungjawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau b. memberikan pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan

manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.”

5 Lihat Penjelasan Pasal 13 ayat (1) POJK 71/POJK.05/2016 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, “Pihak yang terafiliasi sebagaimana dimaksud merupakan pihak yang memiliki hubungan dengan satu atau lebih Pihak lain, sedemikian rupa sehingga salah satu Pihak dapat mempengaruhi pengelolaan atau kebijakan dari Pihak yang lain atau sebaliknya.”

6 Junaedy Ganie, Hukum Asuransi di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2013, hlm. 31.

(4)

LPPM Universitas Jambi Halaman | 1233 Dari definisi di atas tergambar adanya beberapa unsur asuransi, yaitu:7

1. Merupakan suatu perjanjian;

2. Adanya premi;

3. Adanya kewajiban penanggung untuk memberikan penggantian kepada tertanggung; dan 4. Adanya suatu peristiwa yang belum tentu pasti terjadi.

Perkembangan asuransi semakin lama semakin memberikan perubahan yang cukup signifikan.8 Perusahaan Asuransi Jiwa pun mengeluarkan produk unit-link yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan asuransi jiwa konvensional. Pada produk ini, sebagian investasi digunakan untuk proteksi jiwa yang diberikan kepada polis individu, yang mana setiap nilai polis bervariasi sesuai dengan nilai aset investasinya, sehingga pemegang polis tersebut mendapat 2 (dua) manfaat sekaligus, yaitu untuk proteksi dan hasil investasi. Dengan demikian, masyarakat pun berlomba-lomba untuk membeli produk produk asuransi baik yang dinyatakan dalam bentuk unit maupun bukan unit atau yang biasa disebut dengan PAYDI karena manfaatnya tersebut yang sangat menjanjikan. PAYDI ini diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 23/POJK.05/2015 tentang Produk Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi. Pasal 1 ayat (2) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 23/POJK.05/2015 tentang Produk Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi mendefinisikan pengertian PAYDI adalah:9

“PAYDI merupakan Produk Asuransi yang paling sedikit memberikan perlindungan terhadap risiko kematian dan memberikan manfaat yang mengacu pada hasil investasi dari kumpulan dana yang khusus dibentuk untuk Produk Asuransi baik yang dinyatakan dalam bentuk unit maupun bukan unit.”

PAYDI ini tentu berbeda dengan asuransi tradisional dimana seluruh preminya dialokasikan untuk proteksi. Dalam PAYDI ini, nasabah dapat memilih kebutuhan proteksi dan investasi sesuai dengan jenis investasi yang dipilih oleh nasabah. Manfaat dasar dari produk asuransi yang diperoleh nasabah yaitu berupa manfaat pertanggungan untuk memberikan proteksi kepada konsumen dari risiko kematian (death benefit) dan manfaat cacat total tetap (total and permanent disability), dan juga manfaat produk asuransi tambahan (riders) sesuai kebutuhan nasabah.10

Namun, di dalam PAYDI sendiri, adanya risiko ber-investasi dimana asuransi tersebut pasti menimbulkan risiko yang tak terduga.11

Pengelolaan Investasi PAYDI yang dilakukan oleh Perusahaan Asuransi Jiwa (PT ASURANSI JIWA KRESNA)

Dengan adanya pandemi covid-19 di tahun 2020 ini yang sudah disahkan sebagai pandemi global oleh World Health Organization menjadi salah satu akar terjadinya kerugian investasi yang menyebabkan gagal bayar ini. Industri Asuransi jiwa telah mencatat perkembangan tertanggung yang jumlahnya mencapai 10,8 juta orang dalam satu tahun terakhir, akan tetapi

7 Elisatris Gultom, Perlindungan Transaksi Electronic Commerce Melalui Lembaga Asuransi, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 5 No. 4 December 2008, hlm. 62.

8 Riau, J.I.H. Pemegang Polis Asuransi dan Kedudukan Hukumnya, Jurnal Ilmu Hukum Riau, 2002), hlm.

2

9 Lihat Pasal 1 ayat (2) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 23/POJK.05/2015 tentang Produk Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi

10 Otoritas Jasa Keuangan II, Kajian Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan: Unit Link, Departemen Perlindungan Konsumen, Jakarta, 2017, hlm. 29

11 Hasil wawancara dengan Ricardo Simanjuntak

(5)

LPPM Universitas Jambi Halaman | 1234 terjadinya penurunan jumlah premi sebesar 2,3 triliun rupiah hingga maret 2020, dan juga risiko investasi pada produk PAYDI pun menimbulkan kerugian di berbagai sektor.12

Dalam kasus ini, Produk Asuransi yang dikeluarkan oleh PT Asuransi Jiwa Kresna adalah PIK dan K-LITA. Kedua produk asuransi jiwa tersebut adalah produk yang berbeda yang ditawarkan kepada para nasabah. PIK merupakan produk asuransi jiwa yang memberikan manfaat meninggal dunia dan manfaat tunai serta tingkat investasi tertentu yang digaransi dan diberikan kepada nasabah sesuai dengan syarat dan ketentuan yang diatur dalam PIK.

Sedangkan K-LITA merupakan Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi (PAYDI) yang tidak digaransi yang memberikan tingkat target investasi tertentu yang diberikan kepada nasabah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam K-LITA.

Pasal 5 ayat (1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 71/POJK.05/2016 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi menyatakan bahwa:13

“Perusahaan wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penempatan investasi.”

Penjelasan mengenai prinsip kehati-hatian berdasarkan Pasal tersebut adalah penempatan investasi adalah prinsip yang memperhatikan keamanan, imbal hasil yang optimal, kebutuhan likuidasi, dan profil Liabilitas Perusahaan.

Pada kasus PT Asuransi Jiwa Kresna ini, Perusahaan diduga telah melakukan kesalahan dalam hal penempatan likuiditas portofolio Investasi atau underlying investment. Kesalahan tersebut dikarenakan Perusahaan salah dalam hal melakukan penempatan investasi terhadap perushaaan afiliasinya yang melebihi batas yang telah ditentukan oleh OJK, dan juga PT Asuransi Jiwa Kresna menetapkan fixed rate yang sangat tinggi yakni 9%. Perusahaan telah menempatkan angka fixed rate yang tidak aman bagi seluruh nasabahnya. Sehingga, pada tahun 2020 Perusahaan mengalami kesulitan dalam hal membayar bunga dari produk asuransi unit- link nya tersebut. Imbal hasil yang optimal dari adanya investasi ini pun tidak tercapai, akhirnya pun PT Asuransi Jiwa Kresna tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk membayar klaim nasabahnya. Dalam hal ini, Nasabah pun mengalami kerugian sampai 6,3 triliun Rupiah.

Padahal, Pasal 21 UU Perasuransian telah menjelaskan menjelaskan bahwa:14

“Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan reasuransi, dan perusahaan reasuransi Syariah wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dan kesesuaian antara kekayaan dan kewajiban dalam menginvestasikan kekayaan Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta.”

Perusahaan asuransi jiwa Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diatur di masing- masing Polis, PT Asuransi Jiwa Kresna berkewajiban untuk memberikan manfaat-manfaat asuransi kepada para nasabah termasuk di dalamnya adalah manfaat investasi sebagaimana yang diatur dalam PIK dan K-LITA. Namun, likuiditas dari masing-masing investasi yang ditempatkan oleh PT Asuransi Jiwa Kresna tersebut mengalami penurunan yang cukup signifikan sehingga menyebabkan gagal bayar. Orientasi yang dilakukan oleh PT Asuransi Jiwa Kresna adalah penempatan investasi dengan jumlah yang tinggi. Hal tersebut juga tertuang dalam tabel ilustrasi investasi di bawah ini:

12 Pratama, Wibi, https://finansial.bisnis.com/read/20200625/215/1257785/pandemi-covid-19- jumlah-tertanggung-naik-kinerja-bisnis-asuransi-tertekan, Diakses pada Senin, 25 Oktober 2021)

13 Lihat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 71/POJK.05/2016 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi

14 Lihat Pasal 21 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian

(6)

LPPM Universitas Jambi Halaman | 1235 Tabel 1. Ilustrasi target investasi

yang mana, Tingkat Target Investasi nasabah yaitu sebesar 9,50% per tahun selama 24 bulan dengan target investasi sebesar Rp 190.260.294 di dalam Polis K-LITA.

Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) POJK No. 23/POJK.05/2015 tentang Produk Asuransi Pemasaran Produk Asuransi, PAYDI harus memenuhi kriteria:

a. Memiliki proporsi perlindungan terhadap risiko kematian dan manfaat yang dikaitkan dengan investasi;

b. Memiliki masa pertanggungan tertentu; dan c. Memiliki strategi investasi yang spesifik.

Dalam Polis tersebut sudah tercantum mengenai manfaat risiko kematian dan juga manfaat investasi, namun sepertinya belum mencantumkan strategi investasi yang spesifik. Hal tersebut dikarenakan dalam Pasal 6 ayat 3 “Dana Investasi” Polis Asuransi Jiwa Kresna, menyatakan bahwa:15

“3. Kami memiliki hak untuk setiap saat:

a. Menambah jenis dana investasi Asuransi Kresna Link Investa baru, dan

b. Mengakhiri / menutup setiap jenis dana investasi Asuransi Kresna Link Investa yang ada dengan pemberitahuan tertulis kepada Pemegang Polis sekurang- kurangnya 3 (tiga) bulan sebelumnya, dalam hal akan dilakukan pemgakhiran/penutupan jenis dana investasi yang Pemegang Polis Ikuti

c. Kami akan memberikan kesempatan kepada Pemegang Polis untuk memilih melakukan penarikan investasi atau melakukan pengalihan investasi. Dalam hal Pemegang Polis tidak menggunakan kesempatan untuk menentukan pilihan dalam batas waktu yang telah kami tentukan, kami akan menentukan pilihan tersebut atas tanggungan, risiko dan tanggung jawab Pemegang Polis.

Selanjutnya, ayat 4 menyatakan bahwa:

15 Polis Kresna Link Investa Nasabah PT Asuransi Jiwa Kresna

NO Periode Target investasi Nilai Target Investasi

1. 11-02-2019 s/d 10-03-2019 7.287.672

2. 11-03-2019 s/d 10-04-2019 8.068.494

3. 11-04-2019 s/d 10-05-2019 7.808.220

4. 11-05-2019 s/d 10-06-2019 8.068.494

5. 11-06-2019 s/d 10-07-2019 7.808.220

6. 11-07-2019 s/d 10-08-2019 8.068.494

7. 11-08-2019 s/d 10-09-2019 8.068.494

8. 11-09-2019 s/d 10-10-2019 7.808.220

9. 10-10-2019 s/d 10-11-2019 8.068.494

10. 11-11-2019 s/d 10-12-2019 7.808.220

11. 11-12-2019 s/d 10-02-2020 8.068.494

12. 11-02-2020 s/d 10-02-2020 8.068.494

13. 11-02-2020 s/d 10-03-2020 7.547.946

14. 11-03-2020 s/d 10-04-2020 8.068.494

15. 11-04-2020 s/d 10-05-2020 7.808.220

16. 11-05-2020 s/d 10-06-2020 8.068.494

17. 11-06-2020 s/d 11-07-2020 7.808.220

18. 11-07-2020 s/d 11-08-2020 8.068.494

19. 11-08-2020 s/d 11-09-2020 8.068.494

20. 11-09-2020 s/d 11-10-2020 7.808.220

21. 11-10-2020 s/d 11-11-2020 8.068.494

22. 11-11-2020 s/d 11-12-2020 7.808.220

23. 11-12-2020 s/d 10-01-2021 8.068.494

24. 11-01-2021 s/d 11-02-2021 8.068.494

(7)

LPPM Universitas Jambi Halaman | 1236

“4. Penempatan aset suatu jenis dana investasi Asuransi Kresna Link Investa sepenuhnya merupakan hak kami dan kami berhak untuk mendelegasikan seluruh ataupun sebagian pengelolaan jenis dana investasi Asuransi Kresna Link Investa kepada perusahaan pengelolaan investasi lain.”

Tidak adanya kejelasan mengenai strategi investasi yang spesifik, dan juga transparasi penempatan investasi yang diberikan oleh PT Asuransi Jiwa Kresna dalam hal ini diduga sudah melanggar prinsip kehati-hatian sesuai dengan ketentuan sebagaimana yang telah ditetapkan oleh OJK. Sehubungan dengan hal transparasi tersebut telah di atur dalam Pasal 53 ayat (1) POJK No. 23/POJK.05/2015 tentang Produk Asuransi Pemasaran Produk Asuransi yang menjelaskan bahwa:

“Perusahaan dan/atau perusahaan pialang asuransi wajib menyampaikan informasi akurat, jelas, jujur, dan tidak menyesatkan mengenai Produk Asuransi kepada calon pemegang polis, tertanggung, atau peserta sebelum calon pemegang polis, tertanggung, atau peserta memutuskan untuk melakukan penutupan asuransi dengan Perusahaan.”

Selanjutnya, dalam Pasal 53 ayat (2)

“Perusahaan yang memasarkan PAYDI wajib memiliki, menerapkan, dan mengembangkan kebijakan dan prosedur peniliaian kesesuaian Produk Asuransi dengan kebutuhan dan profil calon pemegang polis, tertanggung, atau peserta yang menjadi target pemasaran (customer risk profile assessment).

Prinsip kehati-hatian merupakan penempatan investasi yang memperhatikan keamanan, imbal hasil yang optimal, kebutuhan likuidasi, dan profil Liabilitas Perusahaan. Martin Brownbridge dalam tulisannya “Policy Lessons for Prudential Regulation in Developing Countries” menjelaskan bahwa prinsip kehati-hatian sangat penting.

“The objective of prudential regulation is to safeguard the stability of the financial system and to protect deposits. Hence its main focus is on the safety and soundness of the banking system and non-bank financial institutions which take deposits.”16

Dalam melakukan penempatan investasinya, diperlukan manajemen portofolio investasi dimana hal ini merupakan proses yang sistematis, dinamis, dan berkelanjutan. Manajemen portofolio investasi ini memberikan kerangka (framework) bagi pengelolaan investasi yang mencakup proses perencanaan, implementasi, evaluasi, dan penyesuaian. Dengan mengikuti kerangka tersebut, pengelolaan investasi diharapkan memberikan hasil yang optimal.17 Dengan tingginya penempatan investasi dan fixed rate return yang tinggi ini Perusahaan diduga melanggar prinsip kehati-hatian. Tidak terjalannya implementasi investasi yang diharapkan, evaluasi dan penyesuaian fixed rate dan kondisi pandemi ini, sehingga menyebabkan Perusahaan sulit untuk menjaga kesehatan keuangannya. Sehingga diduga melanggar Pasal 2 ayat (1) POJK Nomor 71/POJK.05/2016 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi yang menyatakan bahwa:

“Perusahaan wajib setiap waktu memenuhi persyaratan tingkat kesehatan keuangan”

Selanjutnya, Pasal 2 ayat (2) menjelaskan lebih lanjut bahwa:

“Pengukuran tingkat kesehatan keuangan Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Tingkat Solvabilitas;

b. Cadangan Teknis;

c. Kecukupan Investasi;

16 Martin Brownbridge, “Policy Lessons for Prudential Regulation in Developing Countries”, Development Policy Review, Vol 20, Blackwell Publisher, Oxford, 2002, hlm. 305

17 Eko Priyo dan Ubaidillah Nugraha, Reksadana Solusi Perencanaan di Era Modern, Jakarta: PT.

Gramedia, 2009, hlm. 78

(8)

LPPM Universitas Jambi Halaman | 1237 d. Ekuitas;

e. Dana Jaminan; dan

f. Ketentuan lain yang berhubungan dengan kesehatan keuangan.

Pada Huruf C Pasal 2 ayat (2) di atas, diperlukannya kecukupan investasi dalam hal perusahaan asuransi menempatkan investasinya. Dalam kasus PT Asuransi Jiwa Kresna, penempatan investasi yang dilakukan oleh PT Asuransi Jiwa Krena telah melebihi batas. Hal ini dibuktikan dengan OJK meminta memperkecil portofolio investasi saham. Berdasarkan aturan OJK, investasi saham paling banyak 40% (empat puluh persen) dari jumlah investasi perusahaan asuransi, dan investasi saham per emiten paling tinggi 10% (sepuluh persen) dari jumlah investasi.18

Selain penempatan fixed-rate yang terlalu tinggi tersebut, Perusahaan juga diduga menempatkan investasi kepada Perusahaan afiliasi yang melewati batas yang telah ditentukan oleh OJK. Hal tersebut tercantum dalam Nomor Sanksi S-499/NB.2/2020 Otoritas Jasa Keuangan tertanggal 7 Desember 2020 dikarenakan tidak memenuhi rekomendasi dan pemenuhan sanksi hasil pemeriksaan tahun 2020 antara lain:

“Menurunkan konsentrasi penempatan investasi pada pihak terafiliasi Grup Kresna, hal ini agar permuahaan dapat memenuhi Pasal 5 ayat (1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 71/POJK.05/2016 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi yang mengatur bahwa perusahaan wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penempatan investasi.”

Investasi perusahaan afiliasi yang dilakukan oleh PT Asuransi Jiwa Kresna telah melebihi batas yang ditentukan oleh OJK berdasarkan Pasal 12 ayat (1) di atas. Berdasarkan data OJK, PT Asuransi Jiwa Kresna menempatkan uang nasabah di portofolio investasi saham berkisar 90% (sembilan puluh persen) dan 75% (tujuh puluh lima persen) ditempatkan di perusahaan afiliasi.19 Pasalnya, penempatan atas Aset yang Diperkenankan dalam bentuk investasi pada Pihak yang terafiliasi dengan Perusahaan paling tinggi 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah investasi. Hal ini sudah diatur dalam Pasal 12 ayat (1) POJK Nomor 71/POJK.05/2016 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.

Pertanggungjawaban Hukum Perusahaan Asuransi Jiwa terhadap pelanggaran Prinsip Kehati-hatian dalam Likuiditas Portofilio Investasi

Dalam hukum, tanggung jawab sendiri terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu accountability, responsibility, dan liability. Accountability merupakan tanggung jawab hukum dalam kaitannya dengan keuangan, responsibility adalah tanggung jawab hukum dalam mengemban atau memikul suatu beban, dan liability adalah tanggung jawab hukum dalam kaitannya dengan kewajiban menanggung kerugian yang diderita karena kesalahan yang dilakukan oleh suatu subjek hukum yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.20

Menurut Hans Kelsen dalam teorinya mengenai tanggung jawab hukum menyatakan bahwa “seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum, subyek berarti bahwa dia bertanggung jawab atas suatu

18 Majalah Gatra, Kresna Life Goreng Dana Nasabah, hlm. 12

19 Hasil pemaparan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Majalah Gatra, Kresna Life Goreng Dana Nasabah, 23-30 Desember 2020, hlm. 12

20 Zainal Asikin dan Wira Pria Suhartana, Pengantar Hukum Perusahaan, Jakarta: Prenadamedia Group, 2016, hlm. 252; HR. Ridwan, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, hlm.

337; Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility dari Voluntary menjadi Mandotary, Jakarta: Raja Grafindo Perss, hlm. 54

(9)

LPPM Universitas Jambi Halaman | 1238 sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan.21 Hans Kelsen lebih lanjut menyatakan bahwa:22

“Kegagalan untuk melakukan kehati-hatian yang diharuskan oleh hukum disebut kekhilafan (negligence); dan kekhilafan biasanya dipandang sebagai satu jenis lain dari kesalahan (culpa), walaupun tidak sekeras kesalahan yang terpenuhi karena mengantisipasi dan menghendaki, dengan atau tanpa maksud jahat, akibat yang membahayakan.”

Hans Kelsen selanjutnya membagi mengenai tanggung jawab terdiri dari:

a. Pertanggungjawaban individu (individual liability) yaitu seorang individu bertanggung jawab terhadap pelanggaran yang dilakukannya sendiri;

b. Pertanggungjawaban kolektif (collective liability) berarti bahwa seseorang individu bertanggung jawab atas suatu pelanggaran yang dilakukan oleh orang lain;

c. Pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan (liability based on fault) yang berarti bahwa seorang individu bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena sengaja dan diperkirakan dengan tujuan menimbulkan kerugian;

d. Pertanggungjawaban mutlak (strict liability) yang berarti bahwa seseorang individu bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena tidak sengaja dan tidak diperkirakan.

Dalam menjalankan kegiatan investasi, Dalam berinvestasi berdasarkan Pasal 58 POJK No. 73/POJK.05/2016 tentang Tata Kelola Perusahaan yang Baik Bagi Perusahaan Asuransi telah menyebutkan secara jelas, yaitu:

“Dalam mengelola investasi, Direksi Perusahaan wajib melakukan:

a. Analisis terhadap risiko investasi yang antara lain meliputi risiko pasar, risiko likuiditas, dan risiko operasional serta rencana penanggulangannya dalam hal terjadi peningkatan risiko investasi; dan

b. Kajian yang memadai dan terdokumentasi dalam menempatkan, mempertahankan, dan melepaskan investasi.”

Berkaitan dengan kasus PT Asuransi Jiwa Kresna, Direksi PT Asuransi Jiwa Kresna wajib untuk melakukan setiap analisis terhadap risiko investasi, likuiditas, operasional serta rencana penanggulangannya dalam hal terjadi peningkatan risiko investasi. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadinya kesalahan dalam hasil investasi perusahaan.

Pasal 92 ayat (2) UU PT menyebutkan Direksi dalam menjalankan tugas dan kewenangannya dilakukan sesuai dengan kebijakan yang dianggap tepat, yaitu kebijakan didasarkan pada keahlian, peluang yang tersedia, dan kelaziman dalam dunia usaha yang sejenis. UU PT melalui Pasal 97 ayat (1) jo. (2) jo. (3) menekankan tanggung jawab direksi dalam pengurusan Perseroan itu harus dilaksanakan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. Pengurusan Perseroan dengan “iktikad baik” (good faith), meliputi aspek:23

1. Wajib dipercaya (fiduciary duty) yakni anggota Direksi selamanya dapat dipercaya (must always bonafide) dan selamanya harus jujur (must always honest);

2. Wajib melaksanakan pengurusan untuk tujuan yang wajar atau layak (duty to act for a proper purpose);

3. Wajib menaati peraturan perundang-undangan (statutory duty or duty obedience);

21 Hans Kelsen (a), sebagaimana diterjemahkan oleh Somardi, General Theory of Law and State, Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Imu Hukum Deskriptif Empirik, Jakarta:

BEE Media Indonesia, hlm. 81

22 Hans Kelsen (b), General Theory of Law and State, terjemahan Somardi, Teori Umum Hukum dan Negara: Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif Empirik, Jakarta: BEE Media Indonesia, 2007, hlm. 140

23 M Yahya Harahap, M Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta: Sinar Grafika, 2019, hlm.383.

(10)

LPPM Universitas Jambi Halaman | 1239 4. Wajib loyal terhadap Perseroan (loyalty duty), tidak menggunakan dana dan aset

Perseroan untuk kepentingan pribadi, wajib merahasiakan segala informasi (confidental duty of information) Perseroan;

5. Wajib menghindari terjadinya benturan kepentingan pribadi dengan kepentingan Perseroan (must avoid conflict of interest), Direksi Perseroan juga wajib melaksanakan pengurusan Perseroandengan penuh tanggung jawab, yang meliputi aspek:

1) Wajib seksama dan hati-hati melakukan pengurusan (the duty of the due care), yakni kehati-hatian yang biasa dilakukam orang dalam kondisi dan posisi yang demikian disertai dengan pertimbangan yang wajar (reasonable judgement) yang disebut juga kehati-hatian yang wajar (reasonal care);

2) Wajib melaksanakan pengurusan secara tekun (duty to be diligent), yakni terus menerus secara wajar menumpahkan perhatian atas kejadian yang menimpa Perseroan;

3) Ketekunan dan keuletan wajib disertai kecakapan dan keahlian (duty to display skill) sesuai dengan ilmu pengetahuan dan pengetahuan yang dimilikinya.

Selain beritikad baik, Direksi dalam menjalankan kepengurusannya tidak boleh melampaui kewenangan yang tertuang dalam Anggaran Dasar dan Peraturan Perundang- undangan terkait. Jika Direksi melanggar ketentuan tersebut dan menimbulkan kerugian, maka Direksi dapat dimintakan pertanggung jawabannya secara pribadi atau tanggung renteng.

Tanggung jawab atau Perbuatan Melawan Hukum (PMH) (aanspraakelijkheid uitonrechtmatige daad, liability arising from unlawful act) Perseroan dapat diklasifikasikan sebagai tanggung jawab PMH berdasar Pasal 1365 KUH Perdata yang menyatakan bahwa tiap perbuatan melawan hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.24

Kemudian pertanggungjawaban hukum akibat perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad/tort) didasarkan pada adanya hubungan hukum, hak dan kewajiban.

Kemudian terdapat beberapa unsur dalam perbuatan melawan hukum agar seseorang dalam hal ini yaitu Direksi PT Asuransi Jiwa Kresna yang melakukan tindakan tersebut dapat dipertanggungjawabkan hukum, yaitu:25

1) Perbuatan itu harus melawan hukum (onrechtmatig)

Suatu perbuatan dikatakan melawan hukum apabila perbuatan tersebut melanggar hak subjektif orang lain atau bertentangan dengan kewajiban hukum orang tersebut yang tercantum dalam undang-undang.26

Berkaitan dengan kasus yang dilakukan oleh PT Asuransi Jiwa Kresna, perusahaan diduga telah melanggar ketentuan yang ditetapkan oleh OJK yaitu berkaitan dengan penempatan investasi kepada Perusahaan Afiliasi, dan juga pengelolaan investasi PAYDI yang tidak memperhatikan prinsip kehati-hatian. Orientasi investasi yang dilakukan oleh PT Asuransi Jiwa Kresna sangat tinggi dan tidak memerhatikan kestabilitasan keuangan dan juga cadangan teknis yang dimiliki oleh PT Asuransi Jiwa Kresna. Hal ini ditandai dengan fixed rate yang terlalu tinggi. Likuiditas Perusahaannya sangat rendah, kesesuaian antara kekayaan perusahaan dan kewajiban perusahaan sangat berbanding terbalik. Tidak terpenuhinya tingkat likuiditas minimum portofolio investasi PT Asuransi Jiwa Kresna untuk mendukung ketersediaan dana guna pembayaran manfaat asuransi kepada para nasabahnya. Padahal

24 Lihat Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

25 Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak Innominat di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, hlm.

21

26 Syahrul Machmud, Penegakan Hukum dan Perlindungan Hukum bagi Dokter yang Diduga Melakukan Medikal Malpraktek, Bandung: Mandar Maju, 2008, hlm. 185

(11)

LPPM Universitas Jambi Halaman | 1240 seharusnya Asuransi yang memberikan manfaat pertanggungan sesuai dengan manfaat dan fungsinya.

2) Perbuatan itu harus menimbulkan kerugian

Kerugian yang diderita seseorang dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu kerugian yang menimpa diri dan kerugian yang menimpa harta benda seseorang. Sedangkan kerugian harta benda sendiri dapat berupa kerugian nyata yang dialami serta kehilangan yang diharapkan.27

Dengan adanya kasus gagal bayar PT Asuransi Jiwa Kresna, yang diduga penyebabnya adalah kesalahan dalam penempatan investasi, para Nasabah PT Asuransi Jiwa Kresna pun mengalami kerugian yang dikatakan cukup besar. Hilangnya uang pertanggungan, manfaat pertanggungan, premi yang dibayarkan setiap bulan, keuntungan investasi membuat para Nasabah kehilangan kerugian harta benda yang telah dimilikinya. Total nilai polis kerugian nasabah adalah sebesar Rp 6,4 triliun. Pasal 58 POJK No. 73/POJK.05/2016 tentang Tata Kelola Perusahaan yang Baik Bagi Perusahaan Asuransi telah menyebutkan secara jelas, yaitu:

“Dalam mengelola investasi, Direksi Perusahaan wajib melakukan:

a. Analisis terhadap risiko investasi yang antara lain meliputi risiko pasar, risiko likuiditas, dan risiko operasional serta rencana penanggulangannya dalam hal terjadi peningkatan risiko investasi; dan

b. Kajian yang memadai dan terdokumentasi dalam menempatkan, mempertahankan, dan melepaskan investasi.”

Tidak terlaksananya analisis terhadap risiko investasi, risiko pasar akibat pandemi covid- 19, risiko likuiditas perusahaan, dan penanggulangan dalam terjadi peningkatan risiko investasi membuat Direksi sebagai perwakilan Perusahaan di dalam dan di luar pengadilan harus bertanggung jawab. Hal ini juga sesuai dengan Pasal 56 ayat (3) huruf O yaitu,

“Tindakan yang akan diterapkan kepada Direksi atas pelanggaran kebijakan investasi.”

Anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian yang dialami Perseroan apabila bersalah (schuld) atau lalai (culpoos) menjalankan tugasnya melaksanakan Perseroan. Dalam hal anggota Direksi terdiri atas dua orang atau lebih, Pasal 97 ayat (4) UU PT menegakkan prinsip penerapan tanggung jawab secara tanggung renteng. Dengan demikian apabila salah anggota Direksi lalai atau melanggar kewajiban pengurusan secara iktikad baik dan penuh tanggung jawab sesuai dengan lingkup aspek-aspek iktikad baik dan pertanggungjawaban pengurusan yang disebut di atas, maka setiap anggota Direksi sama-sama ikut memikul tanggung jawab secara tanggung renteng terhadap kerugian yang dialami Perseroan.

3) Perbuatan itu harus dilakukan dengan kesalahan

Unsur kesalahan digunakan untuk menyatakan bahwa seseorang dinyatakan bertanggungjawab untuk akibat yang merugiakan orang lain karena perbuatannya yang salah baik sengaja maupun kelalaian. Harus ada unsur kesalahan (schuld) dalan suatu perbuatan untuk dapat masuk ke dalam kategori perbuatan melawan hukum.28

PT Asuransi Jiwa Kresna berkewajiban untuk memberikan manfaat-manfaat asuransi kepada para nasabah termasuk di dalamnya adalah manfaat investasi sebagaimana yang diatur dalam PIK dan K-LITA. Namun, likuiditas dari masing-masing investasi yang ditempatkan oleh PT Asuransi Jiwa Kresna tersebut mengalami penurunan yang cukup signifikan sehingga menyebabkan gagal bayar. Gagal bayar adalah Kesalahan dalam penempatan investasi yang tidak menerapkan prinsip kehati-hatian diduga menjadi unsur kesalahan yang dilakukan oleh PT Asuransi Jiwa Kresna.

27 Purwahid Patrick, Dasar-Dasar Hukum Perikatan (Perikatan yang Lahir dari Perjanjian dan Undang- Undang), Bandung: Mandar Maju, 2004, hlm. 11

28 Wirjono Prodjodikoro, Perbuatan Melanggar Hukum Dipandang Dari Sudut Hukum Perdata, Bandung: Mandar Maju, 2000, hlm. 16

(12)

LPPM Universitas Jambi Halaman | 1241 Kesalahan penempatan investasi perusahaan afiliasi yang dilakukan oleh PT Asuransi Jiwa Kresna dengan menempatkan uang nasabah di portofolio investasi saham berkisar 90%

(sembilan puluh persen) dan 75% (tujuh puluh lima persen) ditempatkan di perusahaan afiliasi ini menjadi faktor utama dari adanya gagal bayar PT Asuransi Jiwa Kresna.

4) Adanya hubungan kausal antara perbuatan dan kerugian yang timbul

Hubungan kausal yang didasarkan oleh teori adaequate veroorzaking, dimana teori tersebut pada intinya menjelaskan bahwa pembuat hanya bertanggungjawab untuk kerugian yang dapat diharapkan sebagai akibat dari perbuatan melawan hukum atau perbuatan yang seimbang.29

UU Perseroan Terbatas mengharuskan Direksi dan pengurus Perseroan lainnya untuk benar-benar melakukan tugasnya dengan sangat hati-hati (corporate prudential principle) sesuai dengan ketentuan Undang-Undang dan maksud serta tujuan didirikannya perusahaan tersebut. Perbuatan yang dilakukan oleh Direksi PT Asuransi Jiwa Kresna dengan lalai melanggar prinsip kehati-hatian penempatan investasi yang memerhatikan keamanan, imbal hasil yang optimal, kebutuhan likuidasi, dan profil Liabilitas Perusahaan. Direksi PT Asuransi Jiwa Kresna tidak melaksanakan fiduciary duty kepada Perseroan. Pasalnya, mengenai penempatan investasi ini telah diatur di dalam peraturan perundang-undangan yang telah ada, dan juga termasuk dengan kegiatan Perseroan.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa PT Asuransi Jiwa Kresna tidak menerapkan prinsip kehati-hatian dalam melakukan pengelolaan investasi PAYDI yang dikeluarkan oleh nya sehingga, fungsi asuransi sebagai pengalihan dan pembagian risiko tidak terlaksana sebagaimana mestinya. Perusahaan asuransi harus menjalankan kegiatan usahanya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang ditegakkan oleh OJK selaku badan pengawas lembaga keuangan bank dan non-bank. Prinsip kehati-hatian yang menjadi pedoman dan landasan perusahaan asuransi wajib diimplementasikan dalam setiap kegiatan perusahaan asuransi agar tidak menimbulkan kerugian bagi nasabah yang telah mempercayainya. Salah satunya yaitu pengelolaan investasi PAYDI yang harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Seperti kerugian yang dialami oleh nasabah PT Asuransi Jiwa Kresna dikarenakan tidak terlaksananya prinsip kehati-hatian sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Asuransi harusnya memberikan perlindungan kepada nasabahnya sehingga dapat tercapainya fungsi hukum pembangunan dan kesehjateraan sebagaimana yang dicita-citakan oleh Mochtar Kusumaatmadja.

Dengan demikian, pertanggung jawaban hukum yang harus dilakukan dalam hal ini adalah tanggung jawab direksi PT Asuransi Jiwa Kresna berdasarkan Doktrin Ultra Vires dan Piercing the Corporate Veil. Hal yang dilakukan PT Asuransi Jiwa Kresna juga merupakan tindakan Perbuatan Melawan Hukum (PMH) yang dapat dituntut pertanggungjawaban perdatanya berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata apabila hal itu dilakukannya untuk dan atas nama Perseroan serta sepanjang tindakan itu masih dalam kapasitas melaksanakan maksud dan tujuan kegiatan usaha Perseroan. Anggota Direksi PT Asuransi Jiwa Kresna harus bertanggung jawab penuh secara pribadi (persoonlijk aansprakelijk, personally liable) atas kerugian yang dialami oleh Perseroan. Hal ini ditandai dengan adanya kelalaian dalam melakukan penempatan likuiditas portofolio investasi (underlying investment) dengan demikian nasabah mengalami gagal bayar dan kerugian yang cukup besar. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dalam melaksanakan pengurusan Perseroan anggota Direksi wajib melakukannya dengan itikad baik (good faith) dan penuh tanggung jawab. Apabila anggota Direksi lalai melaksanakan kewajiban itu atau melanggar apa yang dilarang atas pengurusan itu, dan

29 R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Bandung: Binacipta, 2002, hlm. 87

(13)

LPPM Universitas Jambi Halaman | 1242 kelalaian atau pelanggaran itu menimbulkan kerugian terhadap Perseroan, maka anggota Direksi itu bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Eko Priyo dan Ubaidillah Nugraha, Reksadana Solusi Perencanaan di Era Modern, Jakarta:

PT. Gramedia, 2009

Elisatris Gultom, Perlindungan Transaksi Electronic Commerce Melalui Lembaga Asuransi, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 5 No. 4 December 2008

Emmet J. Vaughan dan Therese Vaughan, Fundamentals of Risk and Insurance, John Wiley

& Sons, Inc, 9th Edition, 2003, hlm. 21 Pratama, Wibi

Hans Kelsen (a), sebagaimana diterjemahkan oleh Somardi, General Theory of Law and State, Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Imu Hukum Deskriptif Empirik, Jakarta: BEE Media Indonesia

Hans Kelsen (b), General Theory of Law and State, terjemahan Somardi, Teori Umum Hukum dan Negara: Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif Empirik, Jakarta: BEE Media Indonesia, 2007

https://finansial.bisnis.com/read/20200625/215/1257785/pandemi-covid-19-jumlah- tertanggung-naik-kinerja-bisnis-asuransi-tertekan, Diakses pada Senin, 25 Oktober 2021)

Junaedy Ganie, Hukum Asuransi di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2013

Ketut Sendra, Konsep dan Penerapan Asuransi Jiwa Unit Link: Proteksi Sekaligus Investasi, Jakarta: PPM, 2004

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

M Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta: Sinar Grafika, 2019 Majalah Gatra, Kresna Life Goreng Dana Nasabah

Man S. Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga, Alumni, Edisi ke- 1, Cetakan 1, 1997

Man S. Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga, Alumni, Edisi ke- 3, Cetakan 3, 2012

Man Suparman dan Endang, Hukum Asuransi, Cetakan ketiga, Bandung: PT. Alumni, 2004 Martin Brownbridge, “Policy Lessons for Prudential Regulation in Developing Countries”,

Development Policy Review, Vol 20, Blackwell Publisher, Oxford, 2002

Otoritas Jasa Keuangan II, Kajian Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan: Unit Link, Departemen Perlindungan Konsumen, Jakarta, 2017

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 71/ POJK.05/2016 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 23/POJK.05/2015 tentang Produk Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi

Polis Kresna Link Investa Nasabah PT Asuransi Jiwa Kresna

Purwahid Patrick, Dasar-Dasar Hukum Perikatan (Perikatan yang Lahir dari Perjanjian dan Undang-Undang), Bandung: Mandar Maju, 2004

R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Bandung: Binacipta, 2002

Riau, J.I.H. Pemegang Polis Asuransi dan Kedudukan Hukumnya, Jurnal Ilmu Hukum Riau, 2002

Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak Innominat di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2006

Statistik Perasuransian 2019 Otoritas Jasa Keuangan, https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/data-dan-

statistik/asuransi/Documents/Pages/Statistik-Perasuransian-

(14)

LPPM Universitas Jambi Halaman | 1243 2019/Statistik%20Perasuransian%20Indonesia%20Tahun%202019.pdf, diakses pada 4 April 2021, pukul 19.11 WIB

Syahrul Machmud, Penegakan Hukum dan Perlindungan Hukum bagi Dokter yang Diduga Melakukan Medikal Malpraktek, Bandung: Mandar Maju, 2008

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian Wawancara Penulis dengan Ricardo Simanjuntak

Wirjono Prodjodikoro, Perbuatan Melanggar Hukum Dipandang Dari Sudut Hukum Perdata, Bandung: Mandar Maju, 2000

Zainal Asikin dan Wira Pria Suhartana, Pengantar Hukum Perusahaan, Jakarta:

Prenadamedia Group, 2016; HR. Ridwan, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006; Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility dari

Voluntary menjadi Mandotary, Jakarta: Raja Grafindo Perss

Referensi

Dokumen terkait

​ Jika tidak ada mekanisme yang tepat untuk mengotentikasi server ​game ​ ke ​client​ , ​cheater dapat mengumpulkan ID dan kata sandi dari pemain sah dengan cara membuat server

Perolehan rekomendasi sangat valid dari rerata hasil penilaian ketiga validator tersebut dikarenakan LKS hasil pengembangan ini telah memiliki tujuan belajar yang

Berdasarkan kuesioner yang telah diberikan dan diisi oleh responden terdapat beberapa jawaban yang memiliki skor nilai terendah pada kuesioner pengaruh Media Sosial Instagram

Keefektifan model pembelajaran bermain peran ditinjau berdasarkan ketuntasan hasil belajar siswa dalam menyimak naskah drama berdasarkan keseluruhan nilai tes

Berdasarkan penelitian sebelumnya Kompos Keong Emas (KKE) selain mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman, juga mampu memperbaiki kondisi lahan- lahan

Free Trade Zone (FTZ) merupakan suatu konsep dalam perdagangan internasional yang pengaturannya dilaksanakan oleh institusi kepabeanan dunia yang bernama World

Nama Jurnal, Tahun terbit, Volume, Nomor,

Pengembangan UMKM Taman Wisata Airlangga di Desa Pataan untuk saat ini sudah mengalami peningkatan yang bagus, karena dari tahun - ketahun mengalami peningkatan terlihat