• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Intervensi Self-Managemen terhadap Self- Care dan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Intervensi Self-Managemen terhadap Self- Care dan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Intervensi Self-Management terhadap Self- Care dan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi

Nyayu Nina Putri Calisane

1

, Herdiman

2

, Linlin Lindayani

3

123STIKep PPNI Jawa Barat

ABSTRACT CONTACT

[email protected] KEYWORDS Hipertensi; self-management; self-

care; tekanan darah Received: 20/06/2021

Revised: 18/07/2021 Accepted: 23/07/2021 Online: 4/09/2021 Published: 8/09/2021

Risenologi is licenced under a Creative Commons Attribution 4.0 International Public Licence (CC-BY 4.0)

Hypertension is a major cause of premature death worldwide with a high prevalence and is one of the main risk factors for various chronic diseases such as heart and kidney disease.The purpose of this study was to determine the effectiveness of an intervention that combines self-management on self-care and blood pressure in hypertensive patients. The type of research used is quaesy experience with two groups. The sample in this study were hypertensive patients in the work area of the puskesmas in Bandung, West Java. The inclusion criteria in this study were 35-85 years old, taking two or less antihypertensive drugs for hypertension, having a blood pressure of more than 140/90 mmHg. The number of samples is estimated to require as many as 66 hypertensive patients.Before the intervention, respondents showed lower self-care, with an average score of 1.35 (SD=0.73). The self-care score increased over time as respondents in the intervention group by 3.21 (SD=1.44), and respondents in the control group by 2.52 (SD=10.78) at T2. Blood pressure decreased at T2 in the intervention group with a systolic score of 128.1 (SD=11.62), and respondents in the control group got a systolic score of 137 (SD=15.15). The self-management program improved outcomes relative to controls at T1 across four outcomes: 1) self-care scores improved 8.7% (95% CI 0.021-0.149) and blood pressure slightly improved 8.8% (95% CI 0.017-0.125) . At T2, improvements in outcomes relative to controls were still observed in self-care scores and blood pressure.The results of this study will provide recommendations to hypertensive patients and health workers in Indonesia regarding self-management to control blood pressure, diet, and medication, so that they can be used in daily practice.

ABSTRAK

Hipertensi merupakan penyebab utama kematian dini di seluruh dunia dengan prevalensi yang tinggi dan menjadi salah satu faktor risiko utama untuk berbagai penyakit kronis seperti penyakit jantung dan ginjal. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektifitas dari intervensi yang mengkoombinasi self-management terhadap self-care dan tekanan darah pada pasien hipertensi.Jenis penelitian yang digunakan yaitu quaesy experiemnt with two groups.

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi diwilayah kerja puskesmas di Bandung, Jawa Barat. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah berusia 35-85 tahun, mengkonsumsi dengan dua atau kurang obat antihipertensi untuk hipertensi, memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Jumlah sampel diperkiran memerlukan sebanyak 66 pasien hipertensi.

Sebelum intervensi, responden menunjukkan self-care yang lebih rendah, dengan skor rata- rata 1,35 (SD=0,73). Skor self-care meningkat dari waktu ke waktu sebagai responden dalam kelompok intervensi sebesar 3,21 (SD=1,44), dan responden dalam kelompok kontrol sebesar 2,52 (SD=10,78) di T2. Tekanan darah menurun pada T2 pada kelompok intervensi dengan skor sistolik 128,1 (SD=11,62), dan responden pada kelompok kontrol mendapatkan skor sistolik 137 (SD=15,15). Program manajemen diri meningkatkan hasil relatif terhadap kontrol di T1 di empat hasil: 1) skor self-care meningkat 8,7% (95% CI 0,021-0,149) dan tekanan darah sedikit meningkat 8,8% (95% CI 0,017-0,125). Pada T2, peningkatan hasil relatif terhadap kontrol masih diamati dalam skor self-care dan tekanan darah.Hasil penelitian ini akan memberikan rekomendasi kepada pasien hipertensi dan tenaga kesehatan di Indonesia mengenai self-management untuk mengontrol tekanan darah, pola makan, dan pengobatan, sehingga dapat digunakan dalam praktek sehari-hari.

INTRODUCTION

Hipertensi merupakan penyebab utama kematian dini di seluruh dunia dengan prevalensi yang tinggi dan

menjadi salah satu faktor risiko utama untuk berbagai penyakit kronis seperti penyakit jantung dan ginjal (Dorans,

et al, 2021). Penyakit ini menyerang 24,1% pada pria dan 20,1% pada wanita (WHO, 2017). Diperkirakan hampir

1,5 miliar orang dewasa di dunia akan mengalami hipertensi (Chopra & Ram, 2019). Indonesia menduduki

peringkat ke-8 dengan prevalensi sebesar 26,5% di Asia (Chia et al., 2017). Menurut Survei Kesehatan Indonesia

(2018), prevalensi hipertensi sebesar 33,4%; 31,0% pada laki-laki dan 35,4 % pada perempuan (Riset Kesehatan

Dasar, 2018). Angka hipertensi meningkat dari 25,8% pada 2013 menjadi 34,1% pada 2018 (Riset Kesehatan Dasar,

(2)

2018). Sebanyak 13,3% penderita hipertensi tidak minum obat dan 32,3% tidak rutin minum obat. Alasan penderita hipertensi tidak minum obat karena penderita hipertensi merasa sehat (59,8%), kunjungan ke fasilitas kesehatan tidak teratur (31,3%), minum obat tradisional (14,5%), menggunakan terapi lain (12,5%). ), lupa minum obat (11,5%) (Riset Kesehatan Dasar, 2018). Sehingga dibutuhkan suatu intervensi yang bisa berfokus pada upaya pemberdayaan pasien dan mampu dimonitor oleh tenaga kesehatan.

Berkenaan dengan pencegahan dan pemeliharaan HTN, rekomendasi pola makan baru-baru ini didasarkan pada bukti empiris yang menyelidiki makanan yang dimakan dalam kombinasi, atau pola diet keseluruhan, dan hubungannya antara makanan dan tekanan darah. Dengan demikian, Pedoman Diet untuk Orang Amerika telah mendukung penekanan yang lebih besar pada pola diet, Dan AHA / ACC / Obesity Society (Tackling & Borhade, 2021), karena mereka menawarkan kesempatan untuk mengkarakterisasi nutrisi keseluruhan. kepadatan dan karenanya kualitas makanan dari populasi yang lebih 'realistis' perilaku makan (Chopra & Ram, 2019). Di antara pola diet yang ditinjau, organisasi kesehatan mengenai pedoman untuk pengobatan tekanan darah tinggi umumnya telah mendukung diet Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) sebagai diet yang efisien untuk mengelola BP (Pierdomenico et al., 2018). Studi observasi awal yang menyoroti hubungan antara tingkat prevalensi HTN dan CVD yang rendah pada mereka yang memiliki perilaku makan yang menghindari makan produk hewani adalah rendah lemak jenuh, tinggi lemak tak jenuh ganda, dan rendah kolesterol (Chopra & Ram, 2019), telah mempengaruhi perkembangannya. Selain itu, penerapan pola makan kaya nabati dan konsumsi tanpa atau terbatas daging merah oleh individu normotensi atau hipertensi yang sebelumnya sering memasukkan daging merah ke dalam makanan mereka telah terbukti mengurangi BP (Chopra & Ram, 2019). Diet DASH kemudian dikembangkan untuk menyoroti profil diet yang terutama terdiri dari makanan nabati, biji-bijian, dan produk susu rendah lemak. Kepatuhan diet telah terbukti mengurangi SBP di HTN sebesar 11 dan 3 mmHg pada orang yang biasanya tegang (Oparil et al., 2018). Mirip dengan prosedur resep awal untuk pengguna HTN.

Manajemen diri (self-management) adalah upaya pasien yang secara aktif berpartisipasi dalam rencana perawatan, membuat pilihan gaya hidup yang berbeda, seperti kebiasaan makan, pilihan olahraga, dan kondisi hidup, dan memantau gejala sendiri (McCartney & McManus, 2016; Oparil et al., 2018). Hasil penelitian tentang self- management pada pasien hipertensi terbukti efektif untuk menurunkan tekanan darah (Mills, Stefanescu, & He, 2020). Perubahan gaya hidup seperti aktifitas fisiki, mengurangi konsumsi garam, dan patuh mengkonsumsi obat hipertensi sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah dan komplikasi (Chamberlain, 2019). Survei terbaru terhadap pasien hipertensi menunjukkan bahwa banyak responden melaporkan self-monitoring BP, dengan 60%

melaporkan setidaknya setiap bulan (Fletcher et al., 2016). Banyak laporan menunjukkan proporsi yang lebih tinggi dari mereka dengan hipertensi swa-monitor; sebuah studi menemukan bahwa lebih dari setengah pasien telah menilai tekanan darah mereka sendiri di rumah pada tahun lalu (Le Bras, 2018). Tinjauan sistematis paling komprehensif hingga saat ini tentang swa-monitor dalam manajemen hipertensi termasuk meta-analisis dari membandingkan diri pemantauan sendiri dengan perawatan biasa, dan menemukan penurunan TD sistolik dan diastolik pada 6 bulan, di atas dan di luar perawatan biasa, dengan penurunan yang lebih kecil tetapi tidak signifikan pada 12 bulan (Tackling & Borhade, 2021).

Akan tetapi self-management saja kurang cukup tanpa dilakukan monitoring oleh tenaga kesehatan, terbukti banyak pasien akhirnya tidak patuh mengkonsumsi obat atau tidak mengurangi konsumsi garam sehingga tekanan dara tidak terkontrol sehingga sampai saat ini jumlah pasien hipertensi masih tinggi (Octaviany, 2019). Monitoring dari tenaga kesehatan secara konvensional membutuhkan waktu dan sumberdaya yang banyak, sehingga dibutuhkan metode monitoring yang bisa efektif dan dikontrol dari jarak jauh. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan efektifitas dari intervensi yang mengkoombinasi self-management terhadap self-care dan tekanan darah pada pasien hipertensi. Hasil penelitian ini akan memberikan rekomendasi kepada pasien hipertensi dan tenaga kesehatan di Indonesia mengenai self-management untuk mengontrol tekanan darah, pola makan, dan pengobatan, sehingga dapat digunakan dalam praktek sehari-hari. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar ilmiah yang kuat untuk pembuatan pedoman tatalaksana hipertensi yang komprehensif untuk mengurangi angka kematian dan komplikasi.

METHODS

Penelitian ini yang digunakan yaitu quaesy experiemnt with two groups. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien

hipertensi diwilayah kerja puskesmas di Bandung, Jawa Barat. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah berusia

35-65 tahun, mengkonsumsi dengan dua atau kurang obat antihipertensi untuk hipertensi, memiliki tekanan darah

lebih dari 140/90 mmHg. Kriteria eklusi adalah pasien dengan tekanan darah di atas 200/100 mmHg, hipotensi

postural (penurunan sistolik> 20 mm Hg), penyakit terminal, demensia, skor lebih dari 10 pada tes perhatian

memori orientasi pendek, 14 hipertensi tidak dikontrol oleh dokter keluarga mereka. , atau pasangan yang sudah

diacak ke kelompok belajar.Teknik sampel yang akan digunakan yaitu simple random sampling. Jumlah sampel dihitung

(3)

menggunakan G-Power Software Version 3.1.6 dengan asumsi uji t, α = 0.05, effect size = 0.25 (Cohen, 1992), power level=0.80, 2 kali pengukuran. Sehingga total sampel yang akan direkrut adalah 66 sampel.

Prosedur intervensi

Intervensi dilakukan melalui 3 fase yaitu tahapan pre-interevnstion, intervention, dan post-interevention. Penjelasan lebih lanjut terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tahapan intervensi self-management pada pasien hipertensi

FASE KELOMPOK INTERVENSI KELOMPOK KONTROL

Pre-intervention - Perekrutan peserta - Penjelasan dan persetujuan - Penilaian pra-tes

- Perekrutan peserta - Penjelasan dan persetujuan - Penilaian pra-tes Intervention - Self-management selama dua bulan

- 4 sesi pelatihan:

• Fakta tentang hipertensi

• Pengobatan dan pencegahan hipertensi

• Manajemen hipertensi dirumah sesuai rekomendasi dari American Heart Asscoiation.

• Demonstrasi yang kompeten monitor tekanan darah dan, kapan dan bagaimana melakukan pembacaan tekanan darah, memahami bacaan dan mampu menafsirkannya memahami dan menerapkan metode kode warna rutin

Mendapatkan edukasi kesehatan melalui leaflet tentang modifikasi gaya hidup untuk hipertensi

Post-intervention - Penilaian pasca tes: 1 bulan setelah intervensi.

- Penilaian tindak lanjut: 1 bulan setelah post-test - Penilaian pasca tes: 1 bulan setelah intervensi.

- Penilaian tindak lanjut: 1 bulan setelah post-test

Instrument

Lembar data demografis akan melaporkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan penyakit penyerta.Tekanan darah dapat dipantau secara teratur dengan mengukur dan menyimpan data yang relevan di google form secara teratur. Skor akan diberikan untuk setiap pendaftaran tepat waktu. Bagian penelitian itu berlangsung selama 60 hari. Setiap dua hari sekali peserta akan diminta untuk menghitung dan mencatat tekanan darah mereka.

Skor 25 atau lebih tinggi dianggap tepat. Perbedaan antara pemantauan tekanan darah dengan telemonitoring akan diperiksa validitas diskriminannya.

Hypertension self-care inventory (SC-HI) akan digunakan untuk menilai perawatan diri dengan 3 komponen meliputi, perawatan perawatan diri, manajemen perawatan diri, dan efikasi diri yang dikembangkan oleh (Dickson, Yehle, & Abel, 2017). Skala perawatan diri terpercaya adalah skala 4 poin (1, tidak percaya diri, sampai 4, sangat percaya diri) yang digunakan untuk mengukur keyakinan pada kemampuan seseorang untuk terlibat dalam setiap aspek perawatan diri individu. Kepercayaan dalam perawatan diri bukanlah elemen perawatan diri, tetapi kami sebelumnya telah menunjukkan bahwa itu adalah indikator perawatan diri yang kuat. Masing-masing dari 3 ukuran (pemeliharaan, manajemen, dan kepercayaan) dinilai secara terpisah skala perawatan diri. Dengan setiap aspek perawatan diri, faktor kepercayaan satu dimensi menangkap kepercayaan diri dan ketekunan (alfa = 0,83) (Riegel, Dickson, & Faulkner, 2016).

Data analisis

Data post-tes dan skor perubahan akan dibandingkan untuk analisis utama antara kelompok kontrol dan intervensi menggunakan uji-t Student independen. Paired Student t-test dilakukan untuk membandingkan data baseline dan data post-test dalam kelas kontrol dan intervensi. Analisis sekunder yang bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh intervensi dari waktu ke waktu, dengan menggunakan teknik general linear mixed model, akan dievaluasi dengan menggunakan titik waktu 1 dan 2 bulan.

RESULTSANDDISCUSSIONS RESULTS

Karakteristik peserta dalam kelompok intervensi yang dibandingkan dengan kelompok kontrol tercantum pada Tabel 1. Dalam hal data demografi dan klinis, tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi dan kontrol.

Tabel 1. Perbandingan data demografik pada kelompok intrervensi dan kontrol (n=100)

(4)

Sebelum intervensi, responden menunjukkan self-care yang lebih rendah, dengan skor rata-rata 1,35 (SD=0,73).

Skor self-care meningkat dari waktu ke waktu sebagai responden dalam kelompok intervensi sebesar 3,21 (SD=1,44), dan responden dalam kelompok kontrol sebesar 2,52 (SD=0,78) di T2 (Gambar 1).

Gambar 1. Perbedaan skor self-care sebelum dan setelah intervensi pada kedua kelompok

Tekanan darah menurun pada T2 pada kelompok intervensi dengan skor sistolik 128,1 (SD=0,62), dan responden pada kelompok kontrol mendapatkan skor sistolik 137 (SD=15,15) (Gambar 2).

1,35

2,77 3,21

1,47

2,31

2,52

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

Pre-test Post-test 1 Post-test 2

Kelompok intervensi Kelompok intervensi Karakteristik Kelompok Intervensi

n=33 (%)

Kelompok Kontrol n=33

(%) p-value

Usia dalam tahun

(Mean ± SD) 47.54 ± 11,33 44.95 ± 9,67 0,121

Jenis Kelamin

Laki – Laki 15 (45,5) 13 (50.0) 0,216

Perempuan 18 (54,5) 20 (50,0)

Pendidikan

SD 5 (15,2) 4 (12,1) 0,134

SMP 10 (30,3) 13 (39,4)

SMA 16 (48,5) 12 (36,4)

Perguruan Tinggi 2 (6,0) 4 (12,1)

Merokok 12 (36,4) 10(30,3 0,421

Mengkonsumsi obat darah tinggi 5(15,2) 7 (21,2) 0,098

(5)

Gambar 1. Perbedaan skor tekanan darah sistolik sebelum dan setelah intervensi pada kedua kelompok

Sedangkan skor untuk diastolik juga menurun dari 93,45 (SD=9,78) menjadi 84,23 (SD=10,45). Sedangkan pada kelompok intervensi dan tidak terjadi penurunan pada kelompok kontrol (Gambar 3).

Gambar 1. Perbedaan skor tekanan darah diastolik sebelum dan setelah intervensi pada kedua kelompok Program self-management meningkatkan hasil relatif terhadap kontrol di T1 adalah skor self-care meningkat 8,7%

(95% CI 0,021-0,149) dan tekanan darah menurun meningkat 8,8% (95% CI 0,017-0,125).

Discussions

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa intervensi self-management dapat meningkatkan self-care pasien hipertensi.

self-management melibatkan pemahaman kondisi sendiri dan berpartisipasi aktif dalam rencana perawatan, membuat pilihan gaya hidup yang berbeda, seperti kebiasaan makan, pilihan olahraga, dan kondisi hidup, dan memantau gejala sendiri (McCartney & McManus, 2016; Oparil et al., 2018). Perubahan gaya hidup yang berpotensi menurunkan tekanan darah tinggi antara lain penurunan berat badan (mempertahankan IMT 18,5 – 24,9 kg/m2), penerapan pola makan yang sehat (konsisten dengan diet diet hipertensi (DASH), pengurangan asupan natrium dalam diet (mengkonsumsi tidak lebih dari 6 g garam per hari), aktivitas fisik secara teratur selama minimal 30 menit per hari dan aktivitas fisik berkala selama minimal 30 menit per hari dan asupan alkohol moderat (tidak lebih dari 2 minuman per hari untuk kebanyakan pria dan tidak lebih dari 1 minuman per hari untuk wanita dan orang dengan berat badan lebih rendah) (Chamberlain, 2019). Perawatan tersebut didasarkan pada bukti dan telah menunjukkan penurunan tekanan darah dan regulasi hipertensi (McManus et al., 2018; Mills et al., 2020). Instruksi

134,6

130,3

128,1 134,5

138,6

137,0

122 124 126 128 130 132 134 136 138 140

Pre-test Post-test 1 Post-test 2

Kelompok intervensi Kelompok intervensi

93,45

88,47

84,23 95,56

90,43

90,3

78 80 82 84 86 88 90 92 94 96 98

Pre-test Post-test 1 Post-test 2

Kelompok intervensi Kelompok intervensi

(6)

dnengan menyebutkan berbagai obat, dosisnya, dan lamanya pengobatan, berbagai formulasi obat untuk individu dengan tingkat tekanan darah yang berbeda. Rekomendasinya adalah jika tujuan tekanan darah tidak tercapai melalui perubahan gaya hidup awal, maka obat-obatan yang tepat harus digunakan dan dioptimalkan berdasarkan kondisi pasien sampai tujuan tekanan darah tercapai (Chamberlain, 2019).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa intervensi self-management dapat mengontrol tekanan darah pada pasien hipertensi. Self-management hipertensi yaitu pasien memantau tekanan darahnya sendiri dan terlibat langsung dalma penentuan rencana perawatan serta pencegahan komplikasi (Tucker et al., 2017). Meskipun kurangnya pedoman untuk self-management, ada bukti banyak tentang penggunaan self-management oleh pasien hipertensi (Fletcher et al., 2016; McCartney & McManus, 2016; McManus et al., 2018; Triyanto et al., 2017). Sebuah survei terbaru terhadap pasien dengan hipertensi menunjukkan bahwa banyak responden melaporkan pemantauan tekanan darah sendiri, dengan 60% melaporkan setidaknya setiap bulan (Fletcher et al., 2016). Banyak laporan menunjukkan proporsi yang lebih tinggi dari mereka yang memiliki hipertensi yang dapat dipantau sendiri; sebuah penelitian menemukan bahwa lebih dari separuh pasien telah menilai tekanan darah mereka sendiri di rumah (Le Bras, 2018). Tinjauan sistematis yang komprehensif tentang self-management hipertensi membandingkan self-management saja dengan perawatan biasa, dan menemukan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada 6 bulan, di atas dan di luar perawatan biasa, dengan lebih kecil tetapi pengurangan tidak signifikan pada 12 bulan (Tucker et al., 2017).

Mengenai pencegahan dan pemeliharaan hipertensi, rekomendasi diet baru-baru ini didasarkan pada bukti empiris yang mengeksplorasi makanan yang dimakan dalam kombinasi, atau pola diet keseluruhan, dan hubungannya antara makanan dan tekanan darah. Dengan demikian, Pedoman Diet untuk Orang Amerika telah mendukung penekanan yang lebih besar pada pola diet, Dan AHA / ACC / Obesity Society karena mereka menawarkan kesempatan untuk mengkarakterisasi kepadatan nutrisi secara keseluruhan dan karenanya kualitas makanan dari perilaku makan populasi yang lebih 'realistis'. Di antara pola diet yang ditinjau, organisasi kesehatan (yaitu National Heart, Lung, and Blood Institute, AHA, Pedoman Diet untuk Orang Amerika, pedoman Amerika Serikat (AS) untuk pengobatan tekanan darah tinggi) umumnya mendukung diet Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH). sebagai diet yang efisien untuk mengelola BP. Manajemen hipertensi mandiri (HSM), di mana pasien memantau tekanan darah (BP) mereka sendiri dalam pengaturan non-klinis, lebih unggul daripada manajemen hipertensi berbasis kantor konvensional dalam beberapa penelitian.

CONCLUSIONS

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa intervensi self-management dapat meningkatkan self-care dan mengontrol tekanan darah pada pasien hipertensi. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menyusun rekomendasi untuk self-management untuk mengontrol tekanan darah, diet, dan pengobatan pada pasien hipertensi di Indonesia.

Untuk lebih mengembangkan self-management strategi, kedepannya penting untuk memahami bagaimana self- management dapat meningkatkan kinerja tekanan darah. self-management memungkinkan seseorang untuk menilai tekanan darah mereka sendiri di luar lingkungan sehari-hari klinik dan lebih terlibat dalam mobil mereka sendiri.

REFERENCES

Chamberlain, A. M. (2019). Heart Disease and Stroke Statistics — 2019 Update A Report From the American Heart Association. https://doi.org/10.1161/CIR.0000000000000659

Chia, Y. C., Buranakitjaroen, P., Chen, C. H., Divinagracia, R., Hoshide, S., Park, S., … Kario, K. (2017). Current status of home blood pressure monitoring in Asia: Statement from the HOPE Asia Network. Journal of Clinical Hypertension, 19(11), 1192–1201. https://doi.org/10.1111/jch.13058

Chopra, H. K., & Ram, C. V. S. (2019). Recent Guidelines for Hypertension. Circulation Research, 124(7), 984–986.

https://doi.org/10.1161/CIRCRESAHA.119.314789

Dickson, V. V, Yehle, K. S., & Abel, W. M. (2017). ScholarlyCommons Psychometric Testing of the Self-Care of Hypertension Inventory Psychometric Testing of the Self-Care of Hypertension Inventory. 32, 431–438.

Dorans, K. S., Mills, K. T., Liu, Y., & He, J. (2018). Trends in prevalence and control of hypertension according to the 2017 American College of Cardiology/American Heart Association (ACC/AHA) guideline. Journal of the American Heart Association, 7(11), 1–11. https://doi.org/10.1161/JAHA.118.008888

Fletcher, B. R., Hinton, L., Bray, E. P., Hayen, A., Hobbs, F. R., Mant, J., … McManus, R. J. (2016). Self-monitoring blood pressure in patients with hypertension: an internet-based survey of UK GPs. The British Journal of General Practice : The Journal of the Royal College of General Practitioners, 66(652), e831–e837.

https://doi.org/10.3399/bjgp16X687037

(7)

Le Bras, A. (2018). Benefit of BP self-monitoring for hypertension. Nature Reviews Cardiology, 15(5), 254.

https://doi.org/10.1038/nrcardio.2018.25

McCartney, D. E., & McManus, R. J. (2016). Self-monitoring and self-management: new interventions to improve blood pressure control. Current Opinion in Nephrology and Hypertension, 25(6), 502–507.

https://doi.org/10.1097/MNH.0000000000000279

McManus, R. J., Mant, J., Franssen, M., Nickless, A., Schwartz, C., Hodgkinson, J., … Banerjee, T. (2018). Efficacy of self-monitored blood pressure, with or without telemonitoring, for titration of antihypertensive medication (TASMINH4): an unmasked randomised controlled trial. The Lancet, 391(10124), 949–959.

https://doi.org/10.1016/S0140-6736(18)30309-X

Mills, K. T., Stefanescu, A., & He, J. (2020). The global epidemiology of hypertension. Nature Reviews Nephrology, 16(4), 223–237. https://doi.org/10.1038/s41581-019-0244-2

Octaviany, L. A., Efrina, E., & Alsuhendra, A. (2021). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Program Studi Tata Boga Universitas Negeri Jakarta Dengan Tindakan Penggunaan Plastik Untuk Minuman Panas.

Risenologi, 6(1), 70–76. https://doi.org/10.47028/j.risenologi.2021.61.158

Oparil, S., Acelajado, M. C., Bakris, G. L., Berlowitz, D. R., Cífková, R., Dominiczak, A. F., … Whelton, P. K.

(2018). Hypertension. Nature Reviews. Disease Primers, 4, 18014. https://doi.org/10.1038/nrdp.2018.14 Pierdomenico, S. D., Pierdomenico, A. M., Coccina, F., Clement, D. L., De Buyzere, M. L., De Bacquer, D. A., …

Staessen, J. A. (2018). Prognostic Value of Masked Uncontrolled Hypertension. Hypertension (Dallas, Tex. : 1979), 72(4), 862–869. https://doi.org/10.1161/HYPERTENSIONAHA.118.11499

Riegel, B., Dickson, V. V., & Faulkner, K. M. (2016). The Situation-Specific Theory of Heart Failure Self-Care:

Revised and Updated. The Journal of Cardiovascular Nursing, 31(3), 226–235.

https://doi.org/10.1097/JCN.0000000000000244 Riset Kesehatan Dasar. (2018). Penyakit Jantung.

Tackling, G., & Borhade, M. B. (2021). Hypertensive Heart Disease. Treasure Island (FL).

Triyanto, J., Janjua, P. Z., Samad, G., Khan, N., Ishaq, M., Rumiati, A. T., … Tohirin, M. (2017). No 主観的健康

感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析Title. Jurnal Sains Dan

Seni ITS, 6(1), 51–66. Retrieved from

http://repositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624.pdf%0Ahttp://fiskal.kemenkeu.go.id/ejournal%0Ahttp://dx .doi.org/10.1016/j.cirp.2016.06.001%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.powtec.2016.12.055%0Ahttps://doi.

org/10.1016/j.ijfatigue.2019.02.006%0Ahttps://doi.org/10.1

Tucker, K. L., Sheppard, J. P., Stevens, R., Bosworth, H. B., Bove, A., Bray, E. P., … McManus, R. J. (2017). Self- monitoring of blood pressure in hypertension: A systematic review and individual patient data meta-analysis.

PLoS Medicine, 14(9), e1002389. https://doi.org/10.1371/journal.pmed.1002389

WHO. (2017). Cardiovascular diseases (CVDs. Retrieved from https://www.who.int/news-room/fact-

sheets/detail/cardiovascular-diseases-(cvds)

Gambar

Tabel 1. Tahapan intervensi self-management pada pasien hipertensi
Gambar 1. Perbedaan skor self-care sebelum dan setelah intervensi pada kedua kelompok
Gambar 1. Perbedaan skor tekanan darah sistolik sebelum dan setelah intervensi pada kedua kelompok

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini membuktikan bahwa minuman alami tinggi kalsium berpengaruh secara signifikan dalam penurunan tekanan darah systole dan diatole pada pasien

1) Pada kelompok kontrol sebelum (skor pre) sebagian besar tingkat tekanan darah hipertensi stadium 2 dan setelah (skor post) sebagian besar dengan tingkat tekanan

Dari hasil didapatkan p value tekanan darah sistole = 0,000 dan p value tekanan darah diastole = 0,000.Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh

Berdasarkan hasil penelitian tekanan darah pada pasien yang dilakukan terapi bekam didapatkan seluruhnya (100%) responden tidak memperlihatkan penurunan tekanan darah

Hasil Independent T-Test menunjukkan adanya perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik yang signifikan pada pasien hipertensi di Banguntapan Bantul dari

Sedangkan kelompok kelompok interuensi tekanan darah sistoiik inter-vcnsi menunjukkan peabedaan tekanan scbelum 153.24 nnnHg dan scsudah darah sistolik darr diastolik yang bermakna

Pengaruh self Manajemen terhadap tekanan darah Hasil analisa pengaruh Self Management terhadap tekanan darah sistolik didapatkan bahwa responden yang mempunyai Self Management yang

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang pengaruh aromaterapi kenanga cananga odorata menggunakan humidifier terhadap penurunan tekanan darah pada pasien