• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKSI TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) PADA BERBAGAI JARAK TANAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRODUKSI TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) PADA BERBAGAI JARAK TANAM"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

1

PRODUKSI TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) PADA BERBAGAI JARAK TANAM

TUGAS AKHIR

Oleh:

ANDI ARFIKA AKHMAD 1522040109

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP 2018

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis yang diacau dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.

Pangkep , mei 2017 Yang membuat pernyataan

Andi Arfika Akhmad

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT , karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penulis masih diberi kesempatan serta kesehatan menyelesaikan tugas akhir ni dengan baik. Dan tak lupa pula kita panjatkan shalawat dan salam kepada nabi besar kta Nabi Muhammad SAW, ialah sang Revolusioner sejati yang sang pembawa Rahmatan Lil Almin, Wali Allah yang telah menorehkan tinta emas diperadaban muka bum ini dan juga untuk para sahabat Rasulullah para Tabi’-Tabiin.

Adapun judul tugas akhir di dalam kesempatan ini yaitu, Produksi tanaman Tanam kakao (Theobroma cocoa L).

Tugas akhir ini dibuat sebagai bahan pembelajaran penulis, begitupun seluruh teman-teman mahasiswa. Laporan ini juga dibuat sebagai salah satu syarat penyelesaia studi di Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

Penulis menyadari bahwa manusia adalah makhluk sosial ygng tidak bisa hidup tanpa bantuan dari berbagai pihak dan tentunya bantuan ini sangatberarti bagi penulis. Karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kapada kedua orangtua ayahanda Akhmad H dan Ibunda Andi Hasdawati, beserta segenap keluarga yang telah memberikan baik berupa bimbigan moral ataupun moril, hingga penulis dapat menyelesaikan. Melalui kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr.Junaedi,S.P.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan sekaligus pembimbing I dan Dr.Kafrawi,S.P.,M.P. selaku pembimbing II 2. Dr. Ir. Darmawan M.P. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

(6)

vi

3. Dosen serta staf pegawai dan teknisi Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan yang setia membimbing dan mendidik kami selama ini.

4. Teman-teman dari jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan khususnya angkatan 28, yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

Penulis berharap bahwa Tugas Akhir ini dapat memberikan mamfaat bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna penyempurnaan dan perbaikan selanjutnya.

Pangkep, Mei 2018

Penulis

(7)

vii

DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN PENGESAHAN ... I

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ... II

PERNYATAAN ... III

KATA PENGANTAR ... IV

DAFTAR ISI ... V

DAFTAR TABEL... VII

DAFTAR GAMBAR ... VIII

DAFTAR LAMPIRAN ... IX ABSTRAK ... X

I.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan dan Manfaat ... 2

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Syarat Tumbuh Kakao ... 3

2.2. Botani dan Morfologi ... 5

2.3. Jarak Tanam Kakao ... 7

III.METODOLOGI 3.1. Waktu danTempat ... 9

3.2. Alat dan Bahan ... 9

3.3 Metode Pengumpilan Data ... 9

3.4 Metode Analis Data ... 9

3.5 Parameter Pengamatan ... 10

V.HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil... 11

5.2 Pembahasan ... 12

VI.PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 13

6.2 Saran ... 13

(8)

viii

DAFTAR PUSTAKA ... 15 LAMPIRAN ... 16 RIWAYAT HIDUP

(9)

ix

DAFTAR TABEL

NO Teks Hal.

4.1. Hasil urvei produksi tanaman kakao didesa Tarengge Kecamatan

Wotu Kabupaten Luwu Timur. ... 11

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

NO Teks Hal.

4.1. Produksi/ha (kg) tanaman kakao pada jarak tanam yang berbeda ... 11

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No Tabel Hal.

1.a kebun satu jarak tanam 3,5 × 3,5 meter ... 17 1.b kebun satu jarak tanam 3 × 3 meter ... 18 1.c kebun satu jarak tanam 4 × 4 meter ... 19

No Gambar Hal.

2a. Jarak tanam 3,5 × 3,5 meter ... 2I 2b. Jarak tanam 3 × 3 meter ... 2I

(12)

xii

ABSTRAK

Andi Arfika Akhmad,1522040109. Produksi Tanaman Kakao (Theobroma Cocoa L). Pada berbagai jarak tanam. Dibimbimg oleh Junaedi, dan Kafrawi.

Penelitian ini bertujuan untuk : mengetahui produksi tanaman kakao (Theobroma cocoa L.). pada berbagai jarak tanam, sampel penelitian menggunakan 3 unit tanaman yang diperoleh dari 3 lokasi kebun sehingga terdapat 9 unit sampel tanaman pengamatan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa produksi tertinggi ialah pada jarak 3,5 × 3,5 ialah 4898,02 kg/ha diikuti oleh jarak 3 × 3 dengan jumlah 3697,02 kg/ha, serta 2251 kg/ha pada jarak tanam 4 × 4 meter.

Kata kunci : Kakao, Jarak Tanam, Produksi

(13)

13

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Tanaman kakao (Theobroma cocoa L.) adalah salah satu komoditi perkebunan yang sangat penting karena merupakan sumber bahan baku industri yang dapat meningkatkan devisa negara dan pendapatan petani kakao. Produksi biji kakao Indonesian secara signifikan terus meningkat, namun mutu yang dihasilkan sangat rendah dan beragam diantaranya tidak terfermentasi (Doume, et.al., 2013). Komoditas kakao diharapkan menduduki tempat sejajar dengan

komuditas perkebunan lainnya, seperti kelapa sawit dan karet smpai pada tahun 1998 pemerintah telah merencanakan perluasan areal kakao seluas 1.213.600 hektar, yang baik dikelola oleh PT.Perkebunan Negara, swasta, maupun rakyat (Siregar, et.al., 2009).

Perkebunan kakao di Indonesia mendapatkan perhatian intensif dari pemerintah karena memiliki arti penting bagi kesejahtraan keluarga petani, kurang lebih setara dengan 1,4 juta jiwa ( Pancaningtiyas, 2013). Pada tahun 2016, luasan perkebunan kakao di Indonesia mencapai 1.722.325 ha. Dari luasan tersebut, 1.680.092 hanya adalah perkebunan rakyat dengan hasil produksi mencapai730.172 ton per tahun ( Anonim, 2015).

Puncak produksi berada pada tahun 2010 mencapai 0,8 juta ton kakao, tahun 2011 hingga tahun 2014 produksi kakao berada dikisaran 0,7 juta ton kakao per tahun. Pada tahun 2015 produksi kakao mengalami penurunan hingga mencapai angka produksi sekitar 0,6 juta ton kakao. Dengan luas lahan atau areal kebun kakao yang mencapai total 1,7 juta hektar seharusnya Indonesia sangat berpotensi meningkatkan produksi kakao (Direktorat Jendral Perkebunan, 2016).

(14)

14

Upaya peningkatan produksi kakao dapat ditempuh melalui program intensifikasi. Salah satu teknik intensifikasi yaitu dengan memperbanyak populasi tanaman budidaya dalam satu luasan pertanaman dengan pengaturan jarak tanam yang sesuai agar produktivitas lahan dapat dimaksimalkan.

Jarak tanam yang sesuai adalah pengaturan ruang tumbuh bagi tanaman yang bersangkutan sedemikian rupa sehingga persaingan dalam penyerapan cahaya matahari, air dan unsur hara diantara masing masing individu tanaman dapat ditekan sekecil kecilnya. Semakin rapat jarak tanam semakin banyak populasi tanaman per satuan luas, sehingga persaingan hara antar tanaman semakin ketat. Akibatnya pertmbuhan tanaman akan terganggu dan produksi per tanaman akan menurun (Mawazin dan Suhendi, 2008). Fujimori (2001) menyatakan pertumbuhan pohon dan kualitas tanaman berkayu secara individu dapat diatur melalui penerapan tehnik pemangkasan dan penjarangan. Jarak tanam erat kaitannya dengan lingkungan pertumbuhan tanaman terutama faktor cahaya (Janick et al., 1974). Belum diketahui pengaruh jarak tanam kakao di lapangan terhadap produksi kakao sehingga diperlukan penelitian yang mendalam terhadap hal tersebut.

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini untuk mengetahui produksi tanaman kakao (Theobroma cocoa L.) pada berbagai jarak tanam. Sedangkan kegunaan adalah sebagai sumber informasi dan acuan dalam membudidaya tanaman kakao.

(15)

15

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Syarat Tumbuh Kakao

Produktivitas kakao dipengaruhi oleh aspek lingkungan dan teknik budidaya. Teknik budidaya menentukan pertumbuhan tanaman dan produksi, termasuk kualitas biji kakao. Selain faktor budidaya, pengaruh iklim yang penting pengaruhnya adalah curah hujan, suhu udara dan sinar matahari.

Curah Hujan

Curah hujan khususnya distribusinya sepanjang tahun berhubungan dengan pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Distribusi curah hujan berkaitan dengan masa pembentukan tunas muda dan produksi. Areal pertanaman kakao yang ideal adalah didaerah daerah dengan curah hujan 1,100 - 3.000 mm per tahun. Curah hujan yang melebihi 4.500 mm per tahun berkaitan erat dengan serangan penyakit busuk buah (black pods) (Rahayu, 2014).

Daerah yang curah hujannya lebih rendah dari 1.200 mm per tahun, proses evapotranspirasi lebih besar dari curah hujannya sehingga tanaman kakao membutuhkan tambahan pengairan agar pertumbuhnnya bisa berlangsung normal.

Pada kisaran hujan diatas 3000 mm per tahun biasanya bayak dijumpai serangan hama dan penyakit, pencucian hara yang berlabih serta terjadinaya erosi tanah (Wibawa et al., 2008).

Buah kakao yang berkembang dimusim keriang cenderung menghasilkan biji kakao yang lebih kecil daripada buah kakao yang berkembang dimusim hujan.

Penelitian telah menunjukkan bahwa curah hujan 2 – 3 bulan pertama berhubungan dengan rata – rata berat biji. Selain itu kualitas produk kakao yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh pengolahan (Jasman, 2008).

(16)

16 Suhu

Suhu ideal untuk tanaman kakao sekitar 25ᵒC, sehingga semakin rendah tempat penanaman kakao maka semakin tinggi tingkat kesuaiannya. Tanaman kakao sangat rentang terhadap perubahan suhu, semakin tinggi tempat maka suhu semakin rendah. Suhu yang terlalu rendah bisa menghambat pertumbuhan bunga dan perkembangan tanama kakao yang pada akhirnya berpengaruh terhadap pruduksi (Wibawa et al.,2008)

Suhu sangat berpengaruh terhadap fush, pembungaan, serta kerusakan daun.

Menurut hasil penelitian suhu ideal bagi tanaman kakao adalah 30 – 32 ᵒc (minimum). Kakao juga dapat tumbuh dengan baik pada husu minimum 15 ᵒc.

Suhu ideal lainnya dengan distribusi tahunan 16,6 ᵒc masih baik untuk pertumbuhan kakao asalkan tidak didapati musim hujan yang panjang. Suhu yang lebih rendah 10 ᵒc dari yang dituntut tanaman kakao akan memgakibatkan gugur daun dan mengeringnya bunga, sehingga laju pertumbuhannya berkurang. Suhu yang tinggi memacu pembungaan, tetapi kemudian akan gugur. Pembungaan akan lebih bai jika berlangsung pada suhu 23 ᵒc. Demikian juga suhu 26 ᵒc pada malam hari masih lebih baik pengaruhnya terhadap pembungaan darp pada suhu 23 – 30 ᵒc . suhu tinggi selama kurung waktu yang panjang berpengaruh terhadap bobot biji. Suhu yang relatif rendah akan menyebabkan biji kakao banyak mengandung asam lemak tidak jenuh dibandingkan dengan suhu tinggi. Suhu tinggi selama kurung waktu yang panjang menyebabkan matinya pucuk daun. Daun kakao masih toleran sampai suhu 50 ᵒc untuk jangka waktu yang pendek (Satriana, 2010).

(17)

17 Cahaya Matahari

Penyinaran cahaya matahai secara langsung mengakibatkan lilit batang kakao kecil, daun sempit, dan batang relatif pendek, oleh karena itu cahaya matahai dikelola melalui penanaman pohon penaung agar diperoleh cahaya potimum untuk tanaman kakao. Pada tanama kakao juga perlu dilakukan pemangkasan untuk mendapatkan interspsi cahaya dan pencapaian indeks luas dau optimum. Kakao tergolong tanaman C3 yang mampu berfotosintesis pada suhu daun dan intensitas sinar matahari relatif rendah (Satriana, 2010).

2.2. Botani, Morfologi

Divisi : Spermatophyta Anak divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonaee Bangsa : Malvales Suku : Sterculiaceae Marga : Theobromae

Jenis : Theobroma cacao L.

Daun

a) Helai daun dapat berbentuk bulat memanjang (oblongus), ujung daun meruncing (acuminatus) dan pangkal daun meruncing (acutus).

b) Daun pada tunas ortotrop tersusun menurut rumus duduk daun 3/8 artinya untuk mendapatkan daun diatasnya yang mempunyai posisi sama diperlukan 1 kali melingkar dan melewati 8 helai daun.

(18)

18

c) Daun pada tunas plagiotrop tersusun menurut rumus duduk daun, artinya untuk mendapatkan daun diatasnya yang mempunyai posisi sama diperlukan 1 kali melingkar dan melewati dua daun.

d) Periode flushing (pertumbuhan tunas daun baru) merupakan periode kritis rawan hama dan penyakit terutama Helopeltis, sp memiliki klorofil, klorofil baru akan terbentuk setelah daun mencapai ukuran sempurna atau 3 – 4 minggu.

Batang

a) Batang kakao memiliki sifat dimorfisme, artinya mempunyai dua bentuk tunas vegetative.

b) Tunas yang arah pertumbuhannya keatas disebut plagiotrof/cabang kipas.

c) Jorket merupakan tempat perubahan pola percabangan dari tipe ortotrof ke plagiotrof.

Akar

a) Pada awal perkecambahan benih, akartunggang tumbuh cepat, laju pertum buhannya kemudian melambat dan untuk mencapai 50 cm diperkirakan Memakan waktu 2tahun.

b) System perakaran kakao dangkal, berkembang dekat permukaan tanah, yaitu pada kedalaman 0 – 30 cm.

Buah dan Biji

a) Buah yang ketika muda berwarna hijau ketika masak berwarna kuning.

b) Buah yang ketika muda berwarna merah ketika masak berwarna orange.

c) Buah kakao masak setelah berumur 5 – 6 bulan.

(19)

19

d) Warna kotiledon kakao ada yang berwarna putih (pada jenis criollo) dan ada yang berwarna ungu ( pada jenis forester).

2.3. Jarak Tanam Kakao

Produksi dan pertumbuhan suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dan kemampuan tanaman dalam memamfaatkan sumber daya lingkungan tumbuh tanaman. Pengaruh jarak tanam yang tepat, merupakan salah satu tehnik penting untuk bududaya tanaman setelah pemilihan varietas tanaman yang baik. Jarak tanam sangat berhubungan erat dengan kerapatan tanaman.

Menurut Soemarno (1973), tanaman yang terlalu rapat mengakibatkan pertumbuhan keatas dominan, sedangkan pertumbuhan kesamping terhambat, karena tanaman saling berlomba untuk mendapatkan sinar matahari.

Jarak tanam yang sesuai adalah pengaturan ruang tumbuh bagi tanaman yang bersangkutan sedemikian rupa sehingga persaingan dalam penyerapan cahaya matahari, air dan unsur hara diantara masing masing individu tanaman dapat ditekan sekecil kecilnya. Semakin rapat jarak tanam semakin bayak populasi tanaman per satuan luas, sehingga persaingan hara antar tanaman semakin ketat. Akibatnya pertmbuhan tanaman akan terganggu dan produksi per tanaman akan menurun (Mawazin dan Suhendi, 2008). Fujimori (2001) menyatakan pertumbuhan pohon dan kualitas tanaman berkayu secara individu dapat diatur melalui penerapan tehnik pemangkasan dan penjarangan. Jarak tanam erat kaitannya dengan lingkungan pertumbuhan tanaman terutama faktor cahaya (Janick et. al., 1974).

Jarak tanam yang ideal bagi tanaman kakao adalah jarak yang sesuai dengan perkembangan bagian atas tanaman serta cukup tersedia ruang bagi perkembangan

(20)

20

perakaran di dalam tanah. Dengan demikian, pilihan jarak tanam erat kaitannya dengan sifat pertumbuhan, sumber bahan tanam dan kesuburan areal. Ditinjau dari segi produksinya, jarak tanam 3 × 3 m, 4 × 2 m, dan 3,5 × 3,5 m adalah sama, walaupun pertautan tajuk membutuhkan waktu lebih lama bila dibandingkan dengan jarak tanam optimum bergantung pada bahan tanam dan kejagurannya (besar pohonnya), jenis tanah, dan iklim areal yang dikehendaki.

Di Fillipina, kakao ditanam dengan jarak tanam 3×3 m dan jarak tanam pohon pelindung 1,5×1,5 m bila mana area yang hendak ditanami merupakan arel terbuka sepenuhnya. Di Malaysia Barat, kakao ditanam berjarak 3,2×3,2 diantara barisan tanaman kalapa berjarak 8,64×8,64 m. Sedangkan di kebun Maryke PT.perkebunan II- Medan, kakao ditanam dengan jarak 2,5×3,3 m, dengan pohon pelindung berjarak 5×6 m (Anonim, 2017).

(21)

21

BAB III METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Mei 2018, yang berlokasi di Desa Tarengge Kecamatan Wotu Kabupaten Luwu Timur Sulawesi Selatan. Lokasi ini berada pada ketinggian tempat 30 meter dari permukaan laut denga suhu rata 30-32 oC dan jenis tanah alluvial dengan PH berkisar 6-7.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam pelaksanaan ini penelitian ini yaitu gunting pangkas, parang, timbangan, para – para, timbangan, buku, pulpen, kamera.

Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan ini penelitian ini yaitu tanaman dan buah kakao MCC 02.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data penelitian diperoleh dari 3 lokasi kebun, pada masing masing kebun diambil 3 sampel buah kakao sehingga terdapat 9 unit sampel tanaman.

3.4 Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk mengetahui jumlah produksi tanaman.

Produksi tanaman diperoleh berdasarkan rumus:

Produksi kakao (kg/ha) = Bh × Bj × Bbj Keterangan:

Bh = Jumlah buah per pohon (buah) Bb = Jumlah biji per buah (biji) Bbj = Berat biji (gram)

(22)

22 3.6 Parameter Pengamatan

a. Jumlah buah per pohon, dihitung berdasarkan total buah yang dalam satu pohon, dalam satuan buah.

b. Berat buah, dihitung berdasarkan rata-rata berat buah dari satu pohon, dalam satuan gram.

c. Jumlah biji per buah, dihitung berdasarkan banyaknya rata-rata biji yang ada dalam setiap buah yang dihasilkan, dalam satuan biji.

d. Berat biji, dihitung berdasarkan rata-rata berat biji berdasarkan jumlah biji dibagi berat biji per pohon, dalam satuan gram.

e. Produksi per hektar, dihitung berdasarkan jumlah produksi per pohon dikalikan dengan jumlah populasi tanaman per hektar, dalam satuan gram dan dikonversi menjadi kilogram per hektar (kg/ha).

Referensi

Dokumen terkait

Hasil studi menunjukkan tidak adanya konversi dari kolesterol maupun koprostanol menjadi senyawa steroid lain, sehingga komposisi senyawa steroid dalam suatu sampel akan

Yang bertanda tangan dibawah ini saya, Cepi Nurdiansah, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: “ Analisis Pengaruh Maturity , Tingkat Suku Bunga SBI, Kurs dan Harga

berupa aspal baru (Pen 60/70) dan polimer yang bersifat elastomerik, dalam hal ini polimer SBS, proporsi elastis dalam campuran akan meningkat. Kondisi ini terlihat pada nilai sudut

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lama umur operasional TPA Gampong Jawa dengan upaya reduksi sampah, mengetahui unit apa saja yang harus diperhatikan

Dengan kata lain target dalam penelitian ini adalah orang yang hidup dan berkembang dalam suatu masyarakat yang berbeda budaya dan berbeda agama dan berbeda etnis yaitu

Namun berdasarkan hasil penelitian Anwar Sitepu (2014) ada lima faktor yang menyebabkan kesalahan dalam penetapan sasaran, yaitu: 1) basis data terpadu yang digunakan sebagai

Penelitian ini memperlihatkan bahwa muncak M1 yang berumur 4 tahun, berat badan 19.5 kg dan postur tubuh lebih besar, memiliki ukuran RV dan durasi pertumbuhan RV lebih