• Tidak ada hasil yang ditemukan

Putusan Mahkamah Agung Nomor : 1708/B/PK/PJK/2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Putusan Mahkamah Agung Nomor : 1708/B/PK/PJK/2016"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PUTUSAN

Nomor 1708/B/PK/PJK/2016

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG

Memeriksa permohonan peninjauan kembali perkara pajak telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara:

DIREKTUR JENDERAL PAJAK, berkedudukan di Jalan Jenderal Gatot Subroto No. 40-42, Jakarta 12190, dalam hal ini memberikan kuasa kepada:

1. ABC, Direktur Keberatan dan Banding, Direktorat Jenderal Pajak;

2. DEF, Kasubdit Peninjauan Kembali dan Evaluasi, Direktorat Keberatan dan Banding;

3. GHI, Kepala Seksi Peninjauan Kembali, Subdit Peninjauan Kembali dan Evaluasi, Direktorat Keberatan dan Banding;

4. JKL, Penelaah Keberatan, Subdit Peninjauan Kembali dan Evaluasi, Direktorat Keberatan dan Banding;

Keempatnya bertindak bersama-sama atau sendiri-sendiri berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor SKU - 1413/PJ./2011 Tanggal 19 Oktober 2011;

Pemohon Peninjauan Kembali dahulu Terbanding;

melawan:

PT. AAA, beralamat di QQQ E X.X Unit D-X, Jl. WWW Lot. X.X-X.X/E X.X, Kawasan Mega Kuningan - Jakarta Selatan 12950;

Termohon Peninjauan Kembali dahulu Pemohon Banding;

Mahkamah Agung tersebut;

Membaca surat-surat yang bersangkutan;

Menimbang, bahwa dari surat-surat yang bersangkutan ternyata Pemohon Peninjauan Kembali dahulu sebagai Terbanding, telah mengajukan permohonan peninjauan kembali terhadap Putusan Pengadilan Pajak Nomor PUT.32884/PP/M.III/15/2011, Tanggal 04 Agustus 2011 yang telah berkekuatan hukum tetap, dalam perkaranya melawan Termohon Peninjauan Kembali dahulu sebagai Pemohon Banding, dengan posita perkara sebagai berikut:

bahwa Pemohon Banding dalam Surat Banding Nomor: CFI/L-VI-10/009 tanggal 3 Juni 2010, pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

bahwa sehubungan dengan diterbitkannya keputusan Terbanding Nomor : KEP-143/PJ/2010 tanggal 8 Maret 2010 diterima melalui pos pada tanggal 8 Maret 2010, maka Pemohon Banding mengajukan banding;

DASAR PENGAJUAN BANDING bahwa Surat Permohonan Banding ini dibuat dan diajukan dengan mengacu pada Pasal 27 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 jo. Pasal 35, 36, dan 37 ayat (1) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak;

bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas dan bukti berupa dokumen dokumen yang Pemohon Banding lampirkan pada Surat Permohonan Banding ini, nyata bahwa Banding yang Pemohon Banding ajukan telah memenuhi ketentuan yang berlaku dan karenanya mohon Majelis Hakim menyatakan bahwa Banding ini dapat diterima;

bahwa selanjutnya Pemohon Banding mengemukakan penjelasan mengenai duduk permasalahan dari Sengketa Pajak dalam banding ini;

(2)

DUDUK PERMASALAHAN MENGENAI SENGKETA PAJAK bahwa kegiatan usaha yang dilakukan Pemohon Banding;

Mengenai Kegiatan Usaha

bahwa Pemohon Banding bergerak dalam bidang usaha Perdagangan Minyak Gas Oil (High Speed Diesel Fuel) yang diimpor dari Singapura untuk memenuhi permintaan pelanggan di Indonesia. Hasil penjualan diterima melalui Bank SSS Singapore dan di Indonesia Pemohon Banding menggunakan Bank DDD;

Mengenai Sengketa Pajak

bahwa duduk permasalahan Sengketa Pajak dimaksud dapat Pemohon Banding jelaskan secara kronologis sebagai beiikut:

1. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Badan Tahun 2007 Nomor: 00005/206/07/056/09 tanggal 25 Maret 2009;

bahwa Sengketa Pajak dimaksud berawal dari pemeriksaan atas kewajiban perpajakan Pemohon Banding untuk Tahun Pajak 2007 yang dilakukan Terbanding dan berakhir dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Badan Tahun 2007 Nomor 00005/206/07/056/09 tanggal 25 Maret 2009;

bahwa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tersebut diterbitkan Terbanding, dalam hal ini Pemeriksa Pajak, dengan melakukan sejumlah koreksi atas SPT Pajak Penghasilan Badan Pemohon Banding Tahun Pajak 2007. Sebagian dari koreksi tersebut dapat Pemohon Banding terima, namun sebagian yang lain tidak. Pemohon Banding tidak dapat menerima koreksi terhadap Peredaran Usaha dan Harga Pokok Penjualan;

bahwa rincian koreksi yang tidak dapat Pemohon Banding terima tersebut adalah sebagai berikut:

Peredaran Usaha : menurut Terbanding Rp. 413.936.315.365,00

menurut SPT Pemohon Banding Rp. 357.312.510.110.00

koreksi Rp. 56.623.805.255,00

Harga Pokok : menurut SPT Pemohon Banding

Rp. 354.689.900.480,00

menurut Terbanding Rp. 323.888.247.464.00

koreksi Rp. 30.081.653.026,00

bahwa perlu ditambahkan bahwa sekalipun kepada Terbanding telah diberikan penjelasan dengan disertai bukti pendukungnya, Terbanding tetap bersikukuh untuk tetap melakukan koreksi;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2021

(3)

2. Keberatan

bahwa menurut pendapat Pemohon Banding alasan koreksi Terbanding keliru karena:

bahwa koreksi Peredaran Usaha sebesar Rp.56.623.805.255,00 diperoleh Terbanding sebagai kesimpulan yang bersangkutan dari hasil pengujian terhadap piutang dagang dengan menggunakan dokumen berupa laporan keuangan, Rekening Koran dan buku bank Pemohon Banding pada Bank SSS Singapore dan DDD di Jakarta;

bahwa koreksi Harga Pokok Penjualan sebesar Rp.30.081.653.026,00 dilakukan Terbanding berdasarkan buku besar bank yang telah sesuai dengan commercial invoice yang dikeluarkan oleh BBB Pte. Ltd.;

bahwa dengan surat Nomor: 0045/FA/CFI/IV/2009 tanggal 17 April 2009 Pemohon Banding telah mengajukan Keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Badan Tahun 2007 Nomor: 00005/206/07/056/09 tanggal 25 Maret 2009 dengan alasan:

a. Koreksi Peredaran Usaha

bahwa dalam analisis Terbanding terhadap penerimaan melalui bank Terbanding telah rnembuat kekeliruan.

Sebagaimana diketahui Pemohon Banding rnenggunakan dua bank yaitu Bank SSS di Singapura untuk menampung penerimaan penjualan dan Bank DDD di Jakarta untuk kegiatan usaha lainnya;

- Koreksi Peredaran Usaha melalui Bank SSS

bahwa Terbanding membuat kekeliruan karena melakukan double counting terhadap invoice Nomor:

0016/FCI/VJ.I/2007, karena invoice tersebut telah dibayar melalui LC Nomor: MI 77106028769 dan Terbanding tidak memperhitungkan invoice Nomor: 022/CFI/XII/2007 yang pembayarannya diterima tahun 2008;

- Koreksi Peredaran Usaha melalui Bank DDD

bahwa Terbanding lelah membuat kekeliruan karena penerimaan pada Bank DDD sesungguhnya adalah penerimaan modal kerja;

b. Koreksi Harga Pokok Penjualan

bahwa Terbanding telah membuat kekeliruan karena menurut Pemohon Banding seharusnya yang bersangkutan menghitungnya melalui dokumen import;

bahwa dengan Keputusan Terbanding Nomor: KEP-143/PJ/2010 tanggal 8 Maret 2010 keberatan yang diajukan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Badan Tahun 2007 Nomor:

00005/206/07/056/09 tanggal 25 Maret 2009 telah ditolak dan karenanya mengajukan Banding;

(4)

3. Banding

bahwa Pemohon Banding tidak dapat menerima keputusan Terbanding yang menolak Keberatan yang Pemohon Banding ajukan tersebut;

bahwa sebagaimana terlihat dari uraian mengenai koreksi di atas, nyata bahwa dasar koreksi Terbanding hanya didasarkan pada asumsi dan bukan bukti, sehingga tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud Pasal 12 ayat (3) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undangundang Nomor 16 Tahun 2000, oleh karenanya secara yuridis koreksi tersebut tidak sah, namun bila Majelis Hakim Pengadilan Pajak berpendapat lain, disamping alasan dan penjelasan yang telah disampaikan dalam proses pemeriksaan pajak, dan keberatan berikut Pemohon Banding sampaikan penjelasan dan bukti bahwa koreksi Terbanding adalah tidak benar;

a. Koreksi Peredaran Usaha

- Koreksi Peredaran Usaha melalui Penerimaan pada Bank SSS bahwa mengenai masalah double counting Terbanding menjelaskan bahwa yang bersangkutan tidak dapat melakukan analisis lebih lanjut karena (menurut Terbanding), dokumen tersebut belum diserahkan oleh Pemohon Banding. Sebenarnya dalam proses Keberatan Pemohon Banding telah menyebutkan bahwa invoice Nomor: 0016/CFI/VII/2007 telah dilunasi melalui LC Nomor: MI 77106028769. Oleh karena permasalahannya sekarang adalah masalah bukti berupa dokumen LC Nomor: MI 77106028769, maka bersama ini fotokopi dokumen dimaksud Pemohon Banding lampirkan;

bahwa mengenai invoice Nomor: 0022/CFI/XII/2007 yang pembayarannya diterima tahun 2008, permasalahannya adalah sama yaitu menyangkut keyakinan Terbanding. Oleh karena itu bersama ini dokumen tentang penerimaan melalui Bank SSS tahun 2008, berupa fotokopi rekening bank dimaksud Pemohon Banding lampirkan;

- Koreksi Peredaran Usaha melalui Penerimaan pada Bank DDD bahwa dalam proses Keberatan Terbanding tidak dapat menerima penjelasan Pemohon Banding bahwa penerimaan pada Bank DDD adalah penerimaan modal kerja dengan alasan: bahwa dalam agreement pinjaman tersebut hanya berjumlah USD 1.000.000,00 sedang dalam kenyataannnya adalah sebesar USD 3.063.895,00 dan USD 2.794.895,00. Disamping terdapat perbedaan besarnya utang antara angka di neraca dan angka di buku besar bank. Alasan Terbanding tersebut tidak dapat Pemohon Banding terima karena kedua hal yang dikemukakan Terbanding tidak memiliki relevansi dengan pembuktian bahwa penerimaaan tersebut adalah penerimaaan pinjaman dan bukan penerimaaan dari hasil usaha. Mengingat masalah ini mengenai pembuktian, maka Pemohon Banding dengan ini mengajukan permohonan kepada Majelis Hakim Pengadilan Pajak untuk menyampaikan bukti-bukti.;

bahwa sesungguhnya yang dikoreksi Terbanding tersebut adalah pinjaman bukan penerimaan penjualan;

PERMOHONAN

bahwa berdasarkan penjelasan, alasan, dokumen yang telah Pemohon Banding sampaikan dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, mohon kiranya Majelis Hakim mengabulkan permohonan Pemohon Banding dengan membatalkan koreksi Peredaran Usaha dan Harga Pokok Penjualan yang dilakukan Terbanding;

PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN TERUTANG

bahwa dari penjelasan di atas, Pajak Penghasilan Terutang menurut Pemohon Banding adalah sebagai berikut:

Peredaran Usaha Harga Pokok Penjualan Laba Bruto

Biaya Usaha Penghasilan Neto Penghasilan Luar Usaha Penyesuaian Fiskal Positif Jwnlah Penghasilan Neto PPti Terutang

Jumlah Pajak yang dapat Dikreditkan Jamlah Pajak yg Lebih Dibayar

Rp. 357.312.510.109,00 Rp. 354.689.900.480.00 Rp. 2.622.609.629,00 Rp. 4.505.044.432,00 ( Rp. 1.882.434.803,00) Rp. 51.374.308,00 Rp. 2.910.133.855,00 Rp. 1.079.073.360,00 Rp. 304.222.008,00 (Rp. 8.866.247.506,00) (Rp. 8.560.024.498,00)

bahwa perlu Pemohon Banding sampaikan bahwa 50% Pajak Terutang sebagaimana dimaksud Pasal 36 ayat (4) Undang-

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2021

(5)

undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak telah dilunasi pada tanggal 5 Mei 2010;

Menimbang, bahwa amar Putusan Pengadilan Pajak Nomor PUT.32884/PP/M.III/15/2011, Tanggal 04 Agustus 2011 yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut adalah sebagai berikut:

Menyatakan mengabulkan sebagian permohonan banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-143/PJ/2010 tanggal 8 Maret 2010, tentang Keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2007 Nomor: 00005/206/07/056/09 tanggal 25 Maret 2009 sehingga perhitungan Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2007, atas nama: PT. AAA, NPWP: 0X.XXX.XXX.X-0XX.000, Alamat: QQQ E X.X Unit D- X, Jl. WWW Lot. X.X-X.X/E X.X, Kawasan Mega Kuningan - Jakarta Selatan 12950, dengan Perhitungan jumlah Pajak Penghasilan Badan yang lebih dibayar menjadi sebagai berikut:

Penghasilan Neto Penghasilan Kena Pajak

Pajak Penghasilan yang terutang Kredit Pajak

Pajak Penghasilan yang lebih dibayar

Rp. 1.107.031.179,00 Rp. 1.107.031.000,00 Rp. 314.609.300,00 Rp. 8.866.247.506,00 (Rp. 8.551.638.206,00)

Menimbang, bahwa sesudah putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap yaitu Putusan Pengadilan Pajak Nomor PUT.32884/PP/M.III/15/2011, Tanggal 04 Agustus 2011, diberitahukan kepada Pemohon Peninjauan Kembali pada Tanggal 23 Agustus 2011 kemudian terhadapnya oleh Pemohon Peninjauan Kembali dengan perantaraan kuasanya berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor SKU-1413/PJ./2011 Tanggal 19 Oktober 2011, diajukan permohonan peninjauan kembali secara tertulis di Kepaniteraan Pengadilan Pajak pada Tanggal 15 November 2011 dengan disertai alasanalasannya yang diterima di

Kepaniteraan Pengadilan Pajak tersebut pada Tanggal 15 November 2011;

Menimbang, bahwa tentang permohonan peninjauan kembali tersebut telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama pada Tanggal 29 November 2011, kemudian terhadapnya oleh pihak lawannya diajukan Jawaban yang diterima di

Kepaniteraan Pengadilan Pajak tersebut pada Tanggal 28 Desember 2011;

Menimbang, bahwa permohonan peninjauan kembali a quo beserta alasan-alasanya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama, diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan oleh Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009, juncto Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, maka permohonan peninjauan kembali tersebut secara formal dapat diterima;

ALASAN PENINJAUAN KEMBALI

Menimbang, bahwa Pemohon Peninjauan Kembali telah mengajukan alasan Peninjauan Kembali yang pada pokoknya sebagai berikut:

a. Formal pengajuan banding

b. Koreksi peredaran usaha Rp. 27.491.784.360,00

(6)

- Tentang Pembahasan Pokok Sengketa Peninjauan Kembali Bahwa setelah Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) membaca, meneliti dan mempelajari lebih lanjut atas Putusan Pengadilan Pajak Nomor:

Put.32884/PP/M.III/15/2011 tanggal 4 Agustus 2011 tersebut, maka dengan ini menyatakan sangat keberatan atas putusan Pengadilan Pajak tersebut, karena Majelis Hakim Pengadilan Pajak telah salah dan keliru dengan telah mengabaikan fakta- fakta hukum (rechtsfeit) dan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku dalam pemeriksaan Gugatan di Pengadilan Pajak (tegenbewijs) atau setidaktidaknya telah membuat suatu kekhilafan baik berupa error facti maupun error juris dalam membuat pertimbangan-pertimbangan hukumnya, sehingga pertimbangan hukum dan penerapan dasar hukum yang telah digunakan menjadi tidak tepat serta menghasilkan putusan yang nyatanyata tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (contra legem), khususnya peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku dengan dalil-dalil dan alasan-alasan hukum sebagai berikut:

a. Sengketa pemenuhan ketentuan formal pengajuan banding

1. Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) sangat keberatan dengan pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Pajak, yang antara lain berbunyi sebagai berikut :

Halaman 16 Alinea ke-1 :

“bahwa dengan demikian Sural Banding Nomor: CFI/L-VI-10/009 tanggal 3 Juni memenuhi ketentuan formal pengajuan banding;”

2. Bahwa Surat Banding Nomor: CFI/L-VI-10/009 tanggal 3 Juni 2010, ditandatangani oleh Sdr. PPP, S.H., M.Sc, jabatan: Kuasa Hukum dengan Surat Kuasa Khusus Nomor: CFI/L-V-10/008 tanggal 20 Mei 2010 dari Sdr. OOO, jabatan: Direktur Utama;

3. Bahwa selama persidangan, Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) hanya menunjukkan fotokopi Surat Kuasa Khusus Nomor: CFI/L-V-10/008 tanggal 20 Mei 2010 dari Sdr.

OOO, jabatan Direktur yang memberikan kuasa kepada Sdr. PPP, S.H., M.Sc, jabatan: Kuasa Hukum.

Selama persidangan Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) tidak dapat menunjukkan asli dokumen Surat Kuasa Khusus tersebut.;

4. Bahwa di dalam pemeriksaan di Pengadilan Pajak dilakukan pengambilan sumpah terhadap Sdr. OOO dan sesuai dengan Berita Acara Sumpah Nomor: BAS.SS-Ol/SP/Pg.14/2011 tanggal 3 Maret 2011 Sdr.

OOO bersumpah telah memberikan kuasa Khusus Nomor: CFI/L-V-10/008 tanggal 20 Mei 2010 kepada Sdr. PPP, S.H., M.Sc. dan fotokopi Surat Kuasa Khusus Nomor: CFI/L-V-10/008 tanggal 20 Mei 2010 yang dilegalisir permeteraian kemudian.;

5. Bahwa terkait dengan fotokopi surat kuasa yang tidak disertai dengan aslinya, Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) berpendapat bahwa dokumen fotokopi bukan merupakan alat bukti, dan pengambilan sumpah yang dilakukan Majelis atas sdr OOO, hanya satu pihak, yaitu pemberi kuasa, sedangkan penerima kuasa a.n. PPP tidak pernah dilakukan sumpah, sehingga pelaksanaan sumpah hanya dilakukan oleh satu pihak saja, sehingga Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) meragukan kebenaran pernyataan sdr OOO karena sdr OOO merupakan Direktur Pemohon Banding, pihak yang bersengketa;

6. Bahwa berdasarkan Pasal 1888 KUH Perdata dinyatakan bahwa, "Kekuatan Pembuktian suatu bukti tulisan adalah pada akta aslinya. Apabila akta yang asli itu ada, maka salinan-salinan serta ikhtisar- ikhtisar hanyalah dapat dipercaya, sekedar salinan-salinan serta ikhtisar itu sesuai dengan aslinya. Yang mana senantiasa dapat diperintahkan mempertunjukkannya";

7. Bahwa berdasarkan yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 7011 K/Sip/1974 tanggal 14 April 1974 antara lain ditegaskan bahwa, “putusan yang didasarkan pada surat bukti fotokopi-fotokopi adalah tidak sah karena surat bukti fotokopi-fotokopi tersebut dinyatakan sama dengan aslinya, sedang terdapat diantaranya perbedaan yang penting secara substansial. Dengan demikian judex facti telah memutus perkara berdasarkan bukti-bukti yang tidak sah.” Pendapat yang sama juga dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 3609 K/Pdt/1985 tanggal 9 Desember 1987 yang menyatakan bahwa, “surat bukti fotokopi yang tidak pernah diajukan atau tidak pernah ada surat asliny, harus dikesampingkan sebagai surat bukti”.;

8. Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) berpendapat bahwa pengakuan keabsahan identiknya fotokopi Surat Kuasa Khusus dengan aslinya adalah apabila Termohon Peninjauan kembali (semula Pemohon Banding) dapat menunjukkan asli dokumen Surat Kuasa Khusus di dalam persidangan. Dengan demikian, seharusnya jika dalam persidangan Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) tidak dapat menunjukkan asli dokumen Surat Kuasa Khusus, maka dokumen berupa fotokopi Surat Kuasa Khusus tersebut tidak sah sebagai alat bukti.;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2021

(7)

9. Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) berpendapat bahwa dengan mengakui dokumen fotokopi Surat Kuasa Khusus sebagai alat bukti yang sah dalam persidangan maka Majelis telah mengambil suatu putusan yang bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku, yaitu Pasal 1888 KUH Perdata, Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 7011 K/Sip/1974 tanggal 14 April 1974 serta Nomor 3609 K/Pdt/1985 tanggal 9 Desember 1987. Dengan demikian, Majelis telah nyata-nyata mengambil putusan tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.;

b. Sengketa Koreksi Peredaran Usaha Rp. 27.491.784.360,00

1. Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) sangat keberatan dengan pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Pajak, yang antara lain berbunyi sebagai berikut :

Halaman 27 Alinea ke-5, 6 dan 8:

“bahwa bea meterai terutang atas dokumen dan atau surat perjanjian tertanggal 1 Oktober 2005, 1 Maret 2007 dan 28 Agustus 2007 yang diajukan Pemohon Banding dalam persidangan, belum dilunasi Pemohon Banding pada saat terutangnya Bea Meterai terkait;”;

“bahwa kemudian Pemohon Banding melakukan pelunasan bea meterai terutang dengan menggunakan benda meterai;”;

“bahwa Pemohon Banding telah melakukan pelunasan sebagaimana pengaturan dalam pasal-pasal terkait pada tanggal 27 Mei 2011 dan dengan demikian kewajiban terkait dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 Tentang Bea Meterai telah dipenuhi Pemohon Banding;”

Halaman 28 Alinea ke-1, 2, dan 3 :

“bahwa keabsahan suatu dokumen dan atau surat perjanjian tertanggal 1 Oktober 2005, 1 Maret 2007 dan 28 Agustus 2007 yang diajukan Pemohon Banding dalam persidangan diatur dalam Pasal 1320 Undang-undang Hukum Perdata sebagai berikut:

Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarai:

1. sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

3. suatu hal tertentu;

4. suatu sebab yang halal;”

“bahwa keempat syarat tersebut telah dipenuhi dalam perjanjian dimaksud serta tidak terdapat bukti atau fakta yang menyangkalnya dan oleh karena itu dokumen dan atau surat perjanjian tertanggal 1 Oktober 2005, 1 Maret 2007 dan 28 Agustus 2007 yang diajukan Pemohon Banding dapat dipertimbangkan dalam sidang banding ini;”;

“bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas maka atas pinjaman-pinjaman kepada Concord Fuels International (pemegang saham) melalui Bank DDD telah dapat dibuktikan oleh Pemohon Banding dengan loan agreement yakni atas pinjaman pemegang saham sebesar Rp.11.180.908.971,00 yang terdiri dari sebagai berikut:...”

2. Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) melakukan koreksi positif peredaran usaha (tahun pajak 2007) sebesar Rp.27.491.784.360,00 berdasarkan penerimaan bank di Bank DDD (X0X.00- 0XXXXXX-X) sebesar Rp. 27.491.784.360,00 yang tidak dilaporkan dalam peredaran usaha Termohon Peninjauan Kembali (semula pemohon Banding);

3. Bahwa atas penerimaan uang sebesar Rp.27.491.784.360,00 tersebut Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) menyatakan merupakan pinjaman dalam rangka modal kerja dari BBB Singapura (BBB Fuels Internasional Limited selaku pemegang saham dan BBB Pte Ltd selaku pemasok dan PT CCC (pemilik YYY yang merupakan presiden direktur), dan untuk mendukung argumentasinya di dalam persidangan Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) memberikan agreement tertanggal 1 Oktober 2005, 1 Maret 2007, dan 28 Agustus 2007;

4. Bahwa berdasarkan penelitian terhadap data yang disampaikan Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon banding) tersebut diketahui bahwa agreement dibuat diatas meterai yang didesain tahun 2009 dan meterai tersebut baru berlaku/bisa digunakan mulai tanggal 1 Juli 2009 sesuai dengan Peng- 2/PJ/2009 tanggal 9 Juni 2009;

5. Bahwa berdasarkan fakta tersebut di atas, secara jelas dapat disimpulkan bahwa agreement yang disampaikan oleh Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) dibuat sematamata untuk kepentingan Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) dalam urusan sengketa perpajakannya dan tidak dibuat berdasarkan fakta yang ada sebenarnya, dengan kata lain Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) berpendapat bahwa penerimaan uang tersebut merupakan penghasilan yang tidak dilaporkan oleh Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) ; 6. Bahwa kesimpulan Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) bahwa penerimaan di Bank

DDD sebesar Rp. 27.491.784.360,00 merupakan penghasilan yang tidak dilaporkan didukung adanya fakta tidak adanya akun pinjaman/hutang kepada pemegang saham ataupun penambahan modal dari pemegang saham dalam laporan keuangannya.;

7. Bahwa berdasarkan kedua fakta yang ada yaitu adanya agreement yang menurut Pemohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) dibuat karena adanya sengketa perpajakan ini dan tidak adanya akun pinjaman/hutang kepada pemegang saham ataupun akun penambahan modal dari pemegang saham, maka terdapat penerimaan yang tidak dilaporkan oleh Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding), dengan demikian koreksi Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) seharusnya dipertahankan.;

8. Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) juga tidak setuju dengan pendapat Majelis Hakim Pengadilan Pajak yang tetap mempertimbangkan agreement yang disampaikan oleh Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) dengan hanya mempertimbangkan keabsahan suatu dokumen berdasarkan pelunasan bea materai yang terhutang, tanpa mempertimbangkan kejanggalan adanya pembuatan perjanjian yang dibuat jauh setelah kejadian yang terjadi dan ketidaksinkronan adanya pengakuan hutang berdasarkan agreement dengan tidak adanya akun hutang ataupun penambahan modal pada laporan keuangan Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding);

9. Bahwa dengan demikian pendapat Majelis yang membatalkan koreksi Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) peredaran usaha yang berasal dari Penerimaan di Bank DDD Jakarta sebesar Rp.27.491.784.360,00 tidak sesuai sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

c. Bahwa berkenaan dengan amar pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Pajak yang tertuang dalam Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.32884/PP/M.III/15/2011 tanggal 4 Agustus 2011 tersebut di atas, maka Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) dengan ini menyatakan bahwa Majelis Hakim Pengadilan Pajak yang telah memeriksa dan mengadili sengketa banding tersebut telah salah dan keliru atau setidak-tidaknya telah membuat suatu kekhilafan (error facti dan error juris) dalam membuat pertimbangan-pertimbangan hukumnya dengan telah mengabaikan fakta hukum dan atau prinsip perpajakan yang berlaku, sehingga hal tersebut nyata- nyata telah melanggar Asas Kepastian Hukum dalam bidang perpajakan di Indonesia. ;

d. Bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum (fundamentum petendi) tersebut di atas secara keseluruhan telah membuktikan secara jelas dan nyatanyata bahwa Majelis Hakim Pengadilan Pajak telah mengabaikan faktafakta dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga pertimbangan dan amar putusan Majelis

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2021

(8)

- Mengabulkan sebagian permohonan Banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Terbanding Nomor : KEP- 143/PJ/2010 tanggal 8 Maret 2010, tentang keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2007 Nomor: 00005/206/07/056/09 tanggal 25 Maret 2009 sehingga perhitungan Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2007, atas nama: PT. AAA, NPWP: 0X.XXX.XXX.X-0XX.000, Alamat: QQQ E X.X Unit D-X, Jl. WWW Lot. X.X-X.X/E X.X, Kawasan Mega Kuningan - Jakarta Selatan 12950, dan menetapkan jumlah pajak yang masih harus dibayar menjadi sebagaimana perhitungan di atas; Adalah tidak benar serta nyata-nyata bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

PERTIMBANGAN HUKUM

Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan peninjauan kembali tersebut, Mahkamah Agung berpendapat:

Alasan-alasan permohonan Pemohon PK tidak dapat dibenarkan, karena putusan Pengadilan Pajak yang menyatakan mengabulkan sebagian permohonan banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Terbanding Nomor : KEP-143/PJ/2010 tanggal 8 Maret 2010, mengenai keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2007 Nomor : 00005/206/07/056/09 tanggal 25 Maret 2009, atas nama Pemohon Banding, NPWP :

0X.XXX.XXX.X-0XX.000, sehingga pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih dibayar sebesar (Rp8.551.638.206,00) ; adalah sudah tepat dan benar dengan pertimbangan :

a. Bahwa alasan-alasan permohonan Pemohon Peninjauan Kembali dalam perkara a quo yaitu alasan butir a tentang Formal pengajuan banding dan alasan butir b tentang Koreksi peredaran usaha sebesar Rp27.491.784.360,00; tidak dapat dibenarkan, karena setelah meneliti dan menguji kembali dalil-dalil yang diajukan dalam Memori Peninjauan Kembali oleh Pemohon PK dihubungkan dengan Kontra Memori PK tidak dapat menggugurkan fakta-fakta dan melemahkan bukti-bukti yang terungkap dalam persidangan serta pertimbangan hukum Majelis Pengadilan Pajak, karena dalam perkara a quo berupa butir A mengenai formal Banding telah memenuhi syarat fomal dan butir B mengenai substansi Harga Pokok Penjualan berdasarkan Nilai Pemberitahuan Impor Barang dengan Harga Pokok Penjualan berdasarkan tagihan BBB Pte Ltd terjadi selisih masih dalam batas kewajaran disebabkan karena selisih jumlah liter antara tagihan dan PIB, sehingga dapat dikurangkan sebagai biaya karena berhubungan langsung dengan 3M (Mendapatkan, Memelihara dan Menagih) penghasilan dan oleh karenanya koreksi Terbanding sekarang Pemohon Peninjauan Kembali tidak dapat dipertahankan karena tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagaimana diatur dalam Penjelasan Pasal 29 ayat (2) Alinea Ketiga Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) jo Pasal 4 jo Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan.;

b. Bahwa dengan demikian, tidak terdapat putusan Pengadilan Pajak yang nyata-nyata bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana diatur dalam Pasal 91 huruf e Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan Kembali: DIREKTUR JENDERAL PAJAK, tersebut tidak beralasan sehingga harus ditolak;

Menimbang, bahwa dengan ditolaknya permohonan peninjauan kembali, maka Pemohon Peninjauan Kembali dinyatakan sebagai pihak yang kalah, dan karenanya dihukum untuk membayar biaya perkara dalam peninjauan kembali;

Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak serta peraturan perundang-undangan yang terkait;

MENGADILI,

Menolak permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali : DIREKTUR JENDERAL PAJAK, tersebut;

Menghukum Pemohon Peninjauan Kembali untuk membayar biaya perkara dalam peninjauan kembali ini ditetapkan sebesar Rp2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu Rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada hari Rabu tanggal 30 November 2016, oleh Dr.

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2021

(9)

H. KJL, S.H.,M.S., Hakim Agung, yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, GFH, S.H., M.H., dan Dr.DSW, S.H., C.N., dan Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota Majelis, dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis beserta Hakim-Hakim Anggota Majelis tersebut dan dibantu oleh VMB, S.H., Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh para pihak;

Anggota Majelis:

ttd.

GFH, S.H., M.H., ttd.

Dr. DSW, S.H., C.N.,

Ketua Majelis, ttd.

Dr. H. KJL, S.H., M.S.,

Panitera Pengganti, ttd.

VMB, S.H., Biaya-biaya

1. Meterai ……... Rp 6.000,00 2. Redaksi ……... Rp 5.000,00 3. Administrasi …... Rp2.489.000,00 Jumlah …... Rp2.500.000,00

Untuk Salinan MAHKAMAH AGUNG R.I.

a.n. Panitera

Panitera Muda Tata Usaha Negara,

XTR, SH.

NIP. XX0000XXX

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa alasan-alasan permohonan Pemohon Peninjauan Kembali dalam perkara a quo yaitu koreksi Dasar Pengenaan Pajak sebesar Rp619.239.996.597,00, yang tidak disetujui oleh Pemohon

Bahwa alasan-alasan permohonan Pemohon Peninjauan Kembali dalam perkara a quo yaitu Koreksi Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan PPN Masa Pajak April 2014 sebesar Rp3.198.635,00

Bahwa alasan-alasan permohonan Pemohon Peninjauan Kembali dalam perkara a quo yaitu dikabulkannya gugatan Termohon Peninjauan Kembali (semula Penggugat) terhadap Keputusan

Bahwa alasan-alasan permohonan Pemohon Peninjauan Kembali dalam perkara a quo yaitu koreksi Pemohon Peninjauan Kembali terhadap Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Pajak Pertambahan

Bahwa alasan-alasan permohonan Pemohon Peninjauan Kembali dalam perkara a quo yaitu Koreksi Pajak Masukan Masa Pajak November 2012 sebesar Rp9.385.381,00 (merupakan bagian dari

Bahwa alasan-alasan permohonan Pemohon Peninjauan Kembali dalam perkara a quo yaitu Koreksi Positif penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sendiri sebesar Rp6.049.387.027,00;

Bahwa alasan-alasan permohonan Pemohon Peninjauan Kembali dalam perkara a quo yaitu tidak dapat diterimanya permohonan banding Pemohon Banding (sekarang Pemohon Peninjauan

Bahwa alasan-alasan permohonan Pemohon Peninjauan Kembali dalam perkara a quo yaitu Koreksi Pajak Masukan yang merupakan Koreksi Pajak Masukan berdasarkan hasil penelitian dan