PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN DI KELAS XI SMAN I PERMATA KABUPATEN BENER MERIAH
TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh:
RAHAYU SEHAT WIDODO
NIM. 8116121015
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
v
ABSTRAK
RAHAYU SEHAT WIDODO, NIM. 8116121015. Pengaruh Model Pembelajaran dan Keterampilan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas XI SMA Negeri 1 Permata Kabupaten Bener Meriah. Tesis: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2013.
Penelitian kuasi eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan peserta didik yang dibelajarkan dengan model pembelajaran CTL dan yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ekspositori. (2) perbedaan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan peserta didik yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi dan yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah. (3) interaksi antara model pembelajaran dan keterampilan berpikir kritis terhadap hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Penelitian ini dilaksanakan di Kelas XI SMA Negeri 1 Permata pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Populasi berjumlah 128 peserta didik. Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sampling berjumlah 64 sampel yang terdiri dari 32 sampel kelas XI IPA 1 dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran contextual teaching learning sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori sebagai kelas kontrol. Tes keterampilan berpikir kritis dilakukan untuk mengelompokkan peserta didik yang mempunyai tingkat berpikir tinggi dan rendah. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen
dengan desain penelitian faktorial 2x2, sedangkan teknik analisis data menggunakan ANAVA dua jalur dengan taraf signifikan α = 0,05. Syarat Anava adalah data harus berdistribusi normal dengan lilifors dan data harus memiliki varians populasi homogen dengan uji Bartlett dan uji fisher.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) hasil belajar PKn yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran contextual teaching learning lebih baik dari pada hasil belajar PKn yang dibelajarkan dengan menggunakkan model pembelajaran ekspositori, dengan Fhitung = 4,32 > Ftabel = 4,00; (2) hasil belajar
PKn yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi lebih baik dari pada hasil belajar PKn yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah, dengan Fhitung =
34,25 > Ftabel = 4,00; (3) terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan
keterampilan berpikir kritis peserta didik dalam mempengaruhi hasil belajar peserta didik, dengan Fhitung = 4,39 > Ftabel = 4,00. Hipotesis ini menunjukkan
vi ABSTRACT
RAHAYU SEHAT WIDODO, NIM. 8116121015.The Effect of Learning Models and Critical Thinking Skills of Civics Student Learning Outcomes in XI Class SMA Negeri 1 Permata Bener Meriah regency. Thesis: Graduate Program, State University of Medan, 2013.
This study aims to obtain factual description of the: (1) The results of studying Civics students taught with CTL learning modelswith learning outcomes than students who were taught Civics with expository learning models, (2) Difference in student's learning outcomes who had skills of high critical thinking and low critical thinking, (3) Interaction between learning modelsand critical thinkingskills on learning outcomes of students of Civics
The research was carried out at XI class SMA Negeri 1 Permata in the second semester of academic year 2012/2013. Population of 128 people. Sampling was done by cluster random sampling amount to 64 samples consisting of 32 samples of class XI IPA 1 taught with CTL learning modelsas an experimental and 32 samples of class XI IPA 2 is taught with expository learning modelsas a control class. Critical thinking skills tests performed to classify students who had had skill of high critical thingking and low critical thingking. The research method used quasi experiment with factorial design 2x2. The data analysis technique was
analysis of variance (ANOVA) two way at significant α = 0.05.
The results showed: (1) learning outcomes Civics students taught with CTL learning modelsare better than the results of studying Civicsstudents taught with expository learning Models, with Fcount = 4.32 >Ftable = 4.00, (2) the results of
students who have learning Civics skills of high crtitical thinking better than the student's learning outcomes that have a skills of low critical thinking, with Fcount =
34.25 > F = 4.00, (3) there is an interaction between learning modelswith students' critical thinking skills in influencing student learning outcomes, with Fcount = 4.39
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur senatiasa penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
rahmat dan kasih karunia-NYa, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan
judul PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN KETERAMPILAN
BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS XI SMAN I PERMATA KABUPATEN BENER MERIAH. Tesis ini merupakan sebahagian dari persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Prodi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.
Tesis ini dalam proses penulisan banyak menemui hambatan dan rintangan
namun dengan segala upaya maksimal yang dilakukan penulis serta bantuan dari
berbagai pihak, akhirnya tesis ini dapat selesai tepat waktu. Atas bantuan yang
diberikan, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, dan Dr. R. Mursid, M.Pd selaku pembimbing I dan II
yang telah banyak meluangkan waktu dalam mengarahkan, memotivasi serta
memberikan nasehat kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
2. Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd, dan Dr. Deny
Setiawan, M.Si selaku nara sumber yang telah banyak memberikan masukan dalam
penulisan tesis ini. Sumbang saran yang diberikan sangatlah bermanfaat dalam
menambah cakrawala pengetahuan penulis khususnya dalam metodologi penelitian
3. Rektor Universitas Negeri Medan beserta para pejabat di jajaran Civitas Akademika
Universitas Negeri Medan
4. Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur PPs Universitas Negeri
Medan yang telah memfasilitasi penulis menyelesaikan studi.
5. Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd dan Dr. R. Mursid, M.Pd selaku ketua dan
sekretaris program studi Teknologi Pendidikan yang telah banyak membantu
penulis khususnya dalam administrasi sampai menyelesaikan studi di Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
6. Bapak/Ibu Dosen di lingkungan Program Studi Teknologi Pendidikan yang telah
vii
7. Bapak Sukur, S.Pd, M.Pd selaku Kepala SMA Negri 1 Permata Kabupaten Bener
Meriah yang telah memberikan ijin penelitian.
8. Isteriku tercinta Sri Maharani, S.Pd dan anakku tersayang Haulina Ariny Kyo atas
kasih sayang yang selalu memberikan semangat, menjadi motivator serta inspirasi
bagi penulis untuk menjadi suami, ayah dan pemimpin yang bertanggungjawab.
Semoga karya ini menjadi penawar dan penyejuk atas kesabaran, kesetiaan,
kebersamaan dan pengorbanan selama menanti penyelesaian studi
9. Ayahanda Saring (almarhum) dan Ibunda Sari yang telah membesarkan dan
membimbing penulis menjadi yang lebih baik. Kemudian kedua mertua saya Bapak
M. Hasan BS, A.Ma serta Ibu Kasmawati, A.Ma dan beserta abang dan adik
tersayang: Abangda Budi, Deny, Jaya dan Adinda Suci Hari Ono, Selanjutnya juga
kepada Abangda Kapten Junaedy, Saiful Amri HS, S.Pd dan Adinda Al Munthasar,
S.Sos atas doa yang tiada henti untuk penulis dalam mengarungi hidup ini. Semoga
Allah SWT selalu melindungi keluarga besar penulis.
10. Teman-teman Program Studi Teknologi Pendidikan Angkatan XX (Bunda
Chairani, Pak Muslim, Fandi Setiawan, Bu Khairani, Darmawati, Juliana Tarigan,
Ronauly, Atika, Yanti, Hasni, Anna Novelin, Poppi, Fatma, Fitri, Afrina Sari Dewi,
Devi Simanjorang, Rahmadani Hasibuan, Nominanda, Zahara dan bu Nina Merina
yang sangat membantu dalam memberikan motivasi bagi penulis sehingga dapat
menyelesaikan studi dan penulisan tesis ini.
Dengan segala kerendahan hati penulis mengakui bahwa Tesis ini masih perlu
perbaikan dalam rangka penyempurnaan, oleh karenanya kritik, saran yang sifatnya
membangun sungguh sangat diperlukan. Akhirnya penulis berharap semoga Tesis
bermanfaat bukan hanya kepada penulis tetapi juga kepada pembaca yang
membutuhkannya, Amin.
Medan, Agustus 2013 Penulis,
viii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT ... iii
ABSTRACT ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 9
C. Pembatasan Masalah ... 9
D. Perumusan Masalah ... 10
E. Tujuan Penelitian... 10
F. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teoretis ... 14
1. Hakikat Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 14
ix
b. Pengertian Hasil Belajar PKn ... 16
c. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 18
d. Fungsi dan Tujuan PKn ... 19
e. Pembelajaran PKn ... 23
1). Pengertian Pembelajaran ... 23
2). Pendekatan Pembelajaran PKn ... 25
2. Hakikat Model Pembelajaran ... 28
a. Pengertian Model ... 28
b. Pengertian Model Pembelajaran ... 29
c. Jenis-jenis Model Pembelajaran ... 30
d. Karakteristik Model Pembelajaran ... 31
e. Model Pembelajaran CTL ... 32
1). Hakikat Model CTL ... 34
2). Pengertian Model CTL ... 35
3). Karakteristik Model CTL ... 38
4). Komponen-Komponen Pendekatan CTL ... 39
5). Langkah-Langkah Pembelajaran CTL ... 46
6). Keunggulan dan Kelemahan Model CTL ... 48
f. Model Pembelajaran Ekspositori ... 50
1). Pengertian Model Pembelajaran Ekspositori ... 50
2). Langkah Pelaksanaan Model pembelajaran Ekspositori... 54
3). Kelemahan dan Keunggulan Model Ekspositori ... 56
x
Halaman
3. Hakikat Keterampilan Berpikir Kritis ... 59
a. Pengertian Keterampilan Berpikir Kritis ... 59
b. Tujuan Keterampilan Berpikir Kritis ... 64
c. Karakteristik Keterampilan Berpikir Kritis ... 64
d. Tahap-Tahap Keterampilan Berpikir Kritis ... 66
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 68
C. Kerangka Berpikir ... 69
D. Pengajuan Hipotesis ... 77
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 78
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 78
1. Populasi Penelitian ... 78
2. Sampel Penelitian... 78
C. Metode dan Desain Penelitian... 79
D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 81
E. Prosedur dan Pelaksanaan Perlakuan ... 82
1. Prosedur Perlakuan ... 82
2. Pelaksanaan Perlakuan ... 83
a. Model CTL ... 83
b. Model Pembelajaran Ekspositori ... 85
F. Pengontrolan Perlakuan ... 86
1. Validitas Internal ... 87
2. Validitas Eksternal ... 88
G. Teknik Pengumpulan Data... 88
1. Instrumen Penelitian ... 88
a. Tes Hasil Belajar PKn ... 89
xi
2. Uji Coba Instrumen ... 91
a. Uji Validitas... 91
b. Uji Reliabilitas... 92
c. Indeks Kesukaran ... 92
d. Daya Beda ... 92
e. Pengecoh... 93
H. Teknik Analisa Data ... 93
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 95
B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 109
C. Pengujian Hipotesis ... 114
D. Pembahasan dan Hasil Penelitian ... 120
E. Keterbatasan Penelitian ... 127
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan ... 129
B. Implikasi ... 131
C. Saran ... 132
DAFTAR PUSTAKA ... 130
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Data Hasil UAS PKn SMAN I Permata... 5
Tabel 2.1. Perbandingan model pembelajaran CTL dan model pembelajaran ekspositori ... 72
Tabel 3.1. Rancangan Eksperimen Disain Faktorial 2 x 2 ... 80
Tabel 3.2. Prosedur model CTL ... 83
Tabel 3.3. Prosedur perlakuan model pembelajaran ekspositori ... 85
Tabel 3.4. Kisi -kisi Tes Hasil Belajar PKn Kelas XI Semester 2 Setelah dilakukan ujicoba ... 90
Tabel 3.5. Kisi-Kisi Instrumen Tes Keterampilan Berpikir Kritis Setelah dilakukan ujicoba ... 90
Tabel 4.1. Deskripsi data hasil belajar PKn Yang Dibelajarkan dengan menggunakan model CTL ... 95
Tabel 4.2. Deskripsi data hasil belajar PKn Yang Dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori ... 97
Tabel 4.3 Hasil belajar PKn yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi ... 99
Tabel 4.4 Hasil belajar PKn Yang Memiliki keterampilan berpikir kritis rendah ... 100
Tabel 4.5 Hasil belajar sistem PKn Yang Dibelajarkan Dengan Menggunakan model pembelajaran CTL dan keterampilan berpikir kritis tinggi ... 102
xiii
Tabel 4.7 Hasil belajar PKn yang dibelajarkan dengan menggunakan
model pembelajaran ekspositori berdasarkan keterampilan
berpikir kritis tinggi ... 106
Tabel 4.8 Hasil belajar PKn yang dibelajarkan dengan menggunakan
model pembelajaran ekspositori berdasarkan keterampilan
berpikir kritis rendah ... 106
Tabel 4.9 Hasil Analisis Uji Normalitas Hasil Belajar PKn
Yang diajarkan dengan menggunakan Model pembelajaran
CTL dan Ekspositori ... 109
Tabel 4.10 Hasil Analisis Uji Normalitas Hasil Belajar PKn
Berdasarkan Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi dan Rendah ... 110
Tabel 4.11 Rangkuman Uji Normalitas Hasil Belajar PKn Peserta Didik
Yang dibelajarkan dengan menggunakan model
Pembelajaran CTL dan Model pembelajaran ekspositori berdasarkan
Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi dan Rendah ... 110
Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Perhitungan Varians Model Pembelajaran ... 112
Tabel 4.13 Rangkuman Hasil Perhitungan Varians Keterampilan
Berpikir Kritis ... 112
Tabel 4.14 Rangkuman Perhitungan Homogenitas Varians
Populasi Uji Bartlett ... 113
Tabel 4.15. Rangkuman Analisis Varians (ANAVA) ... 114
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 4.1. Histogram hasil belajar PKn Yang Dibelajarkan
dengan menggunakan model CTL ... 96
Gambar 4.2. Histogram hasil belajar PKn Yang Dibelajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori ... 98
Gambar 4.3. Histogram hasil belajar PKn Peserta Didik Yang Memiliki
keterampilan berpikir kritis tinggi ... 99
Gambar 4.4. Histogram hasil belajar PKn Yang Memiliki
keterampilan berpikir kritis rendah ... 101
Gambar 4.5. Histogram hasil belajar PKn yang dibelajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran CTL berdasarkan
keterampilan berpikir kritis tinggi ... 103
Gambar 4.6. Histogram hasil belajar PKn yang dibelajarkan dengan
Menggunakan model pembelajaran CTL berdasarkan
keterampilan berpikir kritis rendah ... 105
Gambar 4.7. Histogram hasil belajar PKn yang dibelajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran ekspositori berdasarkan
keterampilan berpikir kritis tinggi ... 106
Gambar 4.8. Histogram hasil belajar PKn yang dibelajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran ekspositori berdasarkan
keterampilan berpikir kritis rendah ... 108
Gambar 4.9 Interaksi antara Model Pembelajaran dan Keterampilan
xv
Halaman
LAMPIRAN I
Lampiran 1. Silabus ... 137
Lampiran 2. RPP Model CTL dan RPP Model Ekspositori ... 142
Lampiran 3. Soal Tes Hasil Belajar dan Kunci Jawaban ... 170
Lampiran 4. Hasil Uji Coba Tes Hasil Belajar: Uji Validitas Tes Hasil
Belajar, Uji Reliabilitas, Analisis Tingkat Kesukaran Butir
Tes, Analisis Daya Pembeda Butir Tes dan Rekapitulasi
Hasil Uji Coba Tes ... 177
Lampiran 5. Instrumen Variabel Moderator ... 190
Lampiran 6. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian: Uji Validitas dan Uji
Reliabilitas ... 199
Lampiran 7. Hasil Analisis Data Penelitian: Data Induk Penelitian,
Perhitungan Distribusi Frekuensi Data Penelitian Dalam
Tabel dan Gambar Histrogram, Perhitungan Dasar Statistik, Perhitungan Uji Normalitas Data, Perhitungan Uji
Homogenitas Data, Pengujian Hipotesis, Pengujian Uji Lanjut
dengan Uji Scheffe/Uji Tukey/Uji-t dan Uji Lanjut ... 214
Lampiran 8. Tabel Statistik: Tabel Nilai Kritis L untuk Uji Liliefors, Tabel
Luas Dibawah Lengkungan Kurva Normal dari 0 s/d Z,
Tabel Nilai-Nilai R Product Moment, Tabel Nilai-Nilai
Chi Kuadrat ... 254
Lampiran 9. Pedoman penggunaan Model Pembelajaran CTL dan
xvi
Lampiran 10. Foto Dokumen Penelitian ... 279
Lampiran 11. Surat Keputusan Pembimbing Tesis
Lampiran 12. Undangan Seminar Proposal Tesis
Lampiran 13. Surat Keterangan Proposal Tesis
Lampiran 14. Surat Keterangan Validasi Instrumen Penelitian
Lampiran 15. Surat Izin Melakukan Uji Coba Instrumen
Lampiran 16. Surat Izin Melakukan Penelitian Lapangan
Lampiran 17. Izin Melakukan Penelitian Yang Dituju
Lampiran 18. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Dari Tempat Penelitian
Lampiran 19. Undangan Ujian Tesis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan
bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan.
Keberhasilan pendidikan akan dicapai suatu bangsa apabila ada usaha untuk
meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu sendiri. Pendidikan adalah usaha sadar
untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia (SDM). Fungsi dan
tujuan pendidikan nasional menurut pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemudian
pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Ini jelas bahwa pendidikan merupakan ujung tombak dalam mempersiapkan
SDM yang handal. Pendidikan diyakini dapat memaksimalkan potensi peserta
didik untuk dapat bersikap kritis, logis dan inovatif dalam menyelesaikan setiap
permasalahan yang dihadapinya. Dalam proses kegiatan belajar mengajar perlu
adanya model pembelajaran yang penekanannya mengarah kepada kemampuan
berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis dapat membantu peserta didik membuat
2
keputusan yang tepat berdasarkan usaha yang cermat, sistematis, logis dan
mempertimbangkan berbagai sudut pandang khususnya dalam mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan.
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah program
pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-
sumber pengetahuan lainya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan
persekolahan, masyarakat, dan orang tua yang kesemuanya itu diproses guna
melatih para peserta didik untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak
demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan pancasila
dan UUD 1945. (Soemantri, 2001: 299).
Sedangkan menurut Azra (2003: 10) menjelaskan bahwa pendidikan
kewarganegaraan merupakan kebutuhan mendesak saat ini, karena beberapa
alasan antara lain (1) meningkatnya gejala dan kecenderungan political illiteracy,
dan (2) meningkatnya apatisme politik (political aphatisme). Untuk itu pendidikan
kewarganegaraan (civics education) harus mulai diterapkan sejak dini, dalam
dunia pendidikan nasional, agar warga negara Indonesia mampu untuk
membentuk kecakapan partisipatif yang bermutu dan bertanggung jawab dalam
kehidupan berpolitik dan bermasyarakat baik di tingkat lokal, nasional, regional
dan global yang mampu menjadikan warga negara Indonesia menjadi warga
masyarakat yang baik dan mampu menjaga persatuan dan integritas bangsa guna
mewujudkan Indonesia yang tangguh, sejahtera dan demokratis, serta mampu
menghasilkan peserta didik yang berpikir komprehensif, analitis, kritis dan
bertindak demokratis sesuai dengan apa yang dikatakan Lord Henry Peter
kewarganegaraan (civics education) akan mampu menjadikan warga bangsa yang
mudah dipimpin tetapi sulit untuk dikendalikan, mudah diperintah tetapi sulit
untuk di perbudak.
Untuk mencapai tujuan tersebut, tentunya guru sebagai pengajar harus
mendidik peserta didik melalui proses berpikir kritis, reflektif, analitis dan kreatif
dikembangkan menjadi cara-cara berpikir warga negara yang demokratis, cerdas
dan bertanggung jawab berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Hal ini sesuai
dengan Whardha (2010:50) bahwa tugas seorang guru adalah memahami,
membina, mengembangkan, serta menerapkan kemampuan berpikir secara
cermat, tepat dan efektif dalam proses belajar mengajar. Demikian juga menurut
Glesser (1976) mengatakan bahwa untuk meningkatkan mutu pembelajaran di
sekolah diperlukan ílmu merancang yaitu seperangkat tindakan dengan tujuan
mengubah situasi pembelajaran yang ada ke situasi yang diinginkan.
Proses mencapai tujuan tersebut salah satunya perlu dipersiapkan pandangan
baru dalam pembelajaran PKn yang lebih berpusat pada kepentingan peserta
didik. Dalam proses pembelajaran PKn guru harus menciptakan situasi yang
kondusif artinya situasi yang merangsang aktivitas dan kreativitas peserta didik
yang dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kritis serta perilaku yang inovatif
dan kreatif. Hasil pengamatan awal di kelas XI SMA Negeri 1 Permata, diperoleh
gambaran factual bahwa pembelajaran yang dikembangkan di dalam kelas kurang
melibatkan peran peserta didik secara aktif, hal itu ditunjukan dengan: (1) Peserta
didik hanya menerima hasil belajar yang diberikan oleh guru berupa metode
ceramah (ekspositori) sehingga tidak merangsang daya berpikir peserta didik.
4
peserta didik untuk lebih memperdalam dan memperluas informasi yang
didapatnya. Winkel (1999: 274) menjelaskan bahwa kelemahan dari informasi
lisan ialah sulit mendapatkan jaminan bahwa peserta didik sungguh-sungguh
terlibat dalam mengelolah hasil belajar yang disampaikan dengan baik karena
perbedaan diantara peserta didik itu sendiri seperti motivasi, daya konsentrasi,
daya tangkap dan tempo belajar kurang diperhatikan; (2) Peserta didik masih
beranggapan bahwa guru sebagai satu-satunya sumber informasi. Hal ini terlihat
saat proses pembelajaran berlangsung; (3) Peserta didik hanya menerima apa yang
diberikan oleh guru untuk dihapalkan. Selain itu, guru tidak mewajibkan peserta
didik untuk mempunyai buku teks sehingga buku teks hanya dimiliki oleh
sebagian kecil peserta didik. Akibatnya peserta didik hanya memperoleh
informasi dari guru tidak dari sumber informasi yang lainnya; (4) Penggunaan
media pembelajaran masih terbatas sehingga kurang membantu peserta didik
dalam memahami konsep-konsep pembelajaran PKn. Hal ini menyebabkan mata
pelajaran PKn menjadi membosankan dan kurang merangsang peserta didik
untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran; (5) Evaluasi yang diberikan
pada umumnya berkadar dalam ranah tingkat kognitif rendah yang bersifat
hapalan dengan bentuk soal isian dan multiple choice. Hal itu terlihat pada soal tes
yang dibuat oleh guru umumnya masih tingkat ranah kognitif rendah yang
bersifat hapalan sehingga peserta didik hanya dilatih untuk mengingat saja bukan
untuk mengembangkan keterampilan berpikir.
Kondisi di atas menggambarkan bahwa proses pembelajaran masih
terbatas pada satu atau dua metode saja dan belum menumbuhkan keterampilan
keterampilan berpikir kritis peserta didik terhadap pelajaran PKn belum mencapai
taraf optimal. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
peserta didik dalam pembelajaran PKn diperlukan suatu model pembelajaran. Hal
ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Dick & Carrey (2005) bahwa
terjadinya penyimpangan terhadap pembelajaran, karena ketepatan suatu model
pembelajaran yang masih belum tepat yang tidak menyesuaikan dengan
karakteristik peserta didik. Menurut Suparman (2001: 117) ada dua pendekatan
yang dapat dipilih untuk mengatasi masalah karakteristik peserta didik yang
mempunyai ketrampilan yang heterogen dalam satu kelas yaitu: (1) pertama
peserta didik menyesuaikan dengan hasil belajar pelajaran, dan (2) sebaliknya,
hasil belajar pelajaran disesuaikan dengan peserta didik.
Selain keterampilan berpikir kritis peserta didik rendah di SMA Negeri 1
Permata Permasalahan juga terlihat rendahnya hasil belajar peserta didik pada
Ujian Akhir Semester (UAS) dalam mata pelajaran PKn di kelas XI dengan nilai
rata-rata 6,50. Berikut hasil nilai rata-rata UAS SMAN I Permata dalam mata
pelajaran PKn relatif rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya, seperti
terlihat pada Tabel 1.1 berikut:
Tabel 1.1: Data Hasil UAS PKn SMAN I Permata
Tahun
6
pemahaman peserta didik terhadap konsep pembelajaran PKn. Mereka
menganggap pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang membosankan. Masalah
lain yang ditemukan peneliti adalah kurangnya perhatian guru dalam
mengembangkan keterampilan
Untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan pembelajaran di
atas, dibutuhkan suatu model pembelajaran yang lebih efektif dan inovatif yang
membuat peserta didik lebih aktif selama pembelajaran berlangsung, sehingga
terjadi perubahan paradigma belajar yang semula berpusat pada guru (
teacher-centered) beralih berpusat pada peserta didik (student-centered); metodologi yang
semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partismatematikatori; dan
pendekatan yang semula bersifat tekstual beralih ke kontekstual. Ada asumsi
tentang pembelajaran yang mengatakan bahwa peserta didik akan belajar lebih
baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika peserta
didik mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran
yang berorientasi pada penguasaan hasil belajar terbukti gagal dalam membekali
peserta didik memecahkan persoalan dalam kehidupan yang mereka hadapi dalam
sebuah teori common sense menurut Sukmara (2003:98) menyatakan bahwa,
“Karena terjadinya perubahan terus menerus dalam masyarakat, semakin
pentingnya setiap lulusan memiliki kemampuan dalam bertindak, belajar dan
mengatur masa depan sendiri secara mandiri dengan memadukan unsur-unsur
terbaik dari sistem-sistem yang telah terbukti berhasil”. Oleh karena itu dalam
mengatasi permasalahan tersebut perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang
banyak model pembelajaran adalah model pembelajaran melalui pembelajaran
kontektual (Contextual Teaching and Learning (CTL).
Dengan demikian model pembelajarn CTL adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara hasil belajar yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif,
yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan
(Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan
penilaian sebenarnya (Authentic Assessment) serta refleksi. Dengan konsep itu,
hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi peserta didik dan dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kritis terhadap berbagai masalah yang
dihadapi oleh peserta didik. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam
bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami, bukan mentransfer
pengetahuan secara ekspositori. Menurut Kumalasari (2010:8) menjelaskan bahwa
pembelajaran CTL adalah merupakan konsep belajar dan mengajar yang
membantu guru mengkaitkan antara hasil belajar yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan sebagai anggota keluarga dan warga negara.
Untuk itu model pembelajaran ini dianggap efektif, karena model
pembelajaran ini memandang bahwa proses belajar benar-benar berlangsung
hanya jika peserta didik dapat menemukan hubungan yang bermakna antara
8
Dalam pengalaman belajar yang demikian, fakta, konsep, prinsip, dan prosedur
sebagai hasil belajar pelajaran diinternalisasikan melalui proses penemuan,
penguatan, keterkaitan dan keterpaduan (Forgarty, 1991:1, Mathews & Cleary,
1993:2). Selanjutnya, Johnson (2002:25) menegaskan bahwa model CTL
membantu peserta didik melihat makna di dalam hasil belajar akademik yang
mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan
konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan
pribadi, sosial, dan budaya mereka.
Hal ini sesuai dengan hasil belajar PKn, dimana guru harus dapat
mengaitkan antara hasil belajar dengan kehidupan sehari-hari peserta didik.
Dengan diterapkannya model pembelajaran CTL diharapkan dapat menjadi tolak
ukur untuk mengetahui interaksi antara guru dan peserta didik sehingga peserta
didik menjadi aktif bertanya, mengeluarkan pendapatnya dan meningkatkan
keterampilan berpikir kritisnya. Kegiatan interaksi yang efektif antara guru dan
peserta didik akan mempermudah peserta didik menerima dan mempelajari hasil
belajar pelajaran dengan baik.
Dengan demikian model pembelajaran CTL dapat menuntut peserta didik
untuk aktif dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis mereka. Karena tugas
guru tidak lagi dijadikan sebagai sumber utama melainkan mengatur model
belajar, membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru
dan memfasilitasi pembelajaran PKn. Kemampuan berpikir kritis memberikan
arahan yang tepat dalam berpikir dan bekerja, dan membantu dalam menentukan
keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Oleh sebab itu,
menciptakan suasana belajar yang lebih demokratis dan dapat memacu peserta
didik untuk berpikir kritis dalam pemecahan masalah dalam pembelajaran.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah,
maka masalah penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: (1) kebiasaan
belajar bagaimanakah yang akan memberikan dampak kepada hasil belajar mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan? (2) apakah model pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik dapat meningkatkan kualitas belajar mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan? (3) apakah keterampilan berpikir kritis
mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh peserta didik? (4) apakah bahan ajar
berpengaruh terhadap hasil belajar? (5) apakah ada pengaruh kurikulum dan
perangkat akomodasinya terhadap hasil belajar peserta didik? (6) apakah hasil
belajar peserta didik yang dibelajarkan dengan model pembelajaran CTL lebih
baik dari pada hasil belajar peserta didik yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran ekspositori? (7) apakah terdapat perbedaan hasil belajar peserta
didik yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi dan yang memiliki
keterampilan berpikir rendah? (8) apakah terdapat interaksi antara model
pembelajaran dan keterampilan berpikir kritis dalam mempengaruhi hasil belajar
peserta didik?.
C. Pembatasan Masalah
Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik, sehingga
perlu adanya pembatasan masalah dalam penelitian ini agar penelitian lebih
10
dibatasi pada model pembelajaran yang dipilah atas model pembelajaran CTL dan
model pembelajaran ekspositori. Karakteristik peserta didik dibatasi pada
keterampilan berpikir kritis yang dipilah atas keterampilan berpikir kritis tinggi
dan keterampilan berpikir kritis rendah, dan hasil belajar PKn dengan materi
sistem hukum dan peradilan internasional dibatasi pada ranah kognitif yang dapat
diukur dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru di Kelas XI SMA Negeri 1
Permata Kabupaten Bener Meriah Tahun Pelajaran 2012/2013.
D. Perumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah yang
dikemukakan, maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apakah hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan peserta didik yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran CTL lebih tinggi dibandingkan yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran ekspositori?
2. Apakah hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan peserta didik yang
memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi lebih baik dibandingkan yang
memiliki keterampilan berpikir kritis rendah?
3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan keterampilan
berpikir kritis terhadap hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini, maka
1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan
peserta didik yang dibelajarkan dengan model pembelajaran CTL dan yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran ekspositori.
2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan
peserta didik yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi dan yang
memiliki keterampilan berpikir kritis rendah.
3. Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran dan keterampilan
berpikir kritis terhadap hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan
F. Manfaat penelitian
Manfaat yang dimaksudkan adalah aplikasi hasil penelitian ini, baik bagi
penulis sendiri, lembaga-lembaga yang berkaitan maupun bagi masyarakat umum.
Disamping itu penulis juga mengharapkan manfaat penelitian ini tidak hanya
memberikan manfaat secara teoritis saja tetapi juga dapat memberikan manfaat
secara praktis.
1) Manfaat teoretis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
terhadap perkembangan ilmu pendidikan terutama dalam pengembangan model
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
2) Manfaat praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan-masukan yang berarti dan berguna bagi peningkatan penelitian pembelajaran,
12
a. Bagi Guru
1) Model pembelajaran dapat membantu dalam menciptakan suasana belajar
mengajar yang aktif, interaktif dan memicu keterampilan berpikir kritis
peserta didik.
2) Merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dan
dikembangkan oleh guru dalam proses pembelajaran yang dapat
meningkatkan cara berpikir kritis peserta didik.
b. Bagi peserta didik
1) Dengan model pembelajaran dapat memberikan bekal dan keterampilan
berpikir kritis bagi peserta didik dalam kemampuan menganalisis,
memecahakan permasalahan, pengambilan keputusan, dan menuntun
peserta didik akrab dengan dunia nyata, serta memberikan bekal dalam
memecahkan masalahnya dalam kehidupan sehari-hari.
2) Untuk menjadikan peserta didik mempunyai pemahaman tentang berbagai
sistem nilai, persepsi, dan sikap-sikap tertentu yang berkaitan dengan
situasi atau masalah tertentu.
3) Dapat mencapai sinergi kelompok dalam memecahkan masalah.
4) Dengan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik.
c. Bagi pihak sekolah
1) Dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan
sekolahnya melalui pengembangan model pembelajaran.
2) Diharapkan mampu mencermati kebutuhan peserta didik yang beragam
harapan masyarakat terhadap dunia kerja untuk menghasilkan out put yang
mandiri, produktif, potensial, dan berkualitas.
3) Diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi dalam menemukan model
pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan
129
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan:
1. Hasil belajar PKn yang dibelajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran CTL lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar PKn
peserta didik yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
ekspositori.
2. Hasil belajar PKn peserta didik yang memiliki keterampilan berpikir kritis
tinggi lebih tinggi daripada hasil belajar PKn peserta didik yang memiliki
keterampilan berpikir kritis rendah.
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan keterampilan
berpikir krits yang memberikan perbedaan pengaruh terhadap hasil belajar
PKn peserta didik. Perbedaan pengaruh tersebut adalah:
a. Hasil belajar PKn peserta didik yang memiliki keterampilan berpikir
kritis tinggi yang dibelajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran CTL lebih tinggi daripada hasil belajar PKn peserta didik
yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi yang dibelajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori.
b. Hasil belajar PKn peserta yang memiliki keterampilan berpikir kritis
tinggi lebih tinggi dari pada hail belajar PKn peserta didik yang
memiliki keterampilan berpikir kritis rendah yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran CTL.
c. Hasil belajar PKn peserta didik yang memiliki keterampilan berpikir
kritis tinggi yang dibelajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran CTL lebih tinggi dari pada hasil belajar PKn peserta
yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran ekspositori.
d. Hasil belajar PKn peserta didik yang memiliki kemmapuan berpikir
kritis tinggi yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ekspositori
lebih tinggi dari pada hasil belajar PKn peserta didik yang memiliki
keterampilan berpikir kritis rendah yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran CTL.
e. Hasil belajar PKn peserta didik yang memiliki keterampilan berpikir
kritis tinggi yang dibelajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran ekspositori lebih tinggi dari pada hasil belajar PKn
peserta didik yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah yang
dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori.
f. Hasil belajar PKn peserta didik yang memiliki kemampun berpikir
kritis rendah yang dibelajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran CTL lebih rendah daripada hasil belajar peserta didik
yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah yang dibelajarkan
131
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan pertama dari hasil penelitian ini, hasil belajar PKn
peserta didik yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran CTL
lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar PKn peserta didik yang
dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori. Hal ini dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi para guru PKn untuk menggunakan
model ini dalam pembelajaran.
Pelaksanaan model pembelajaran merupakan konsep belajar dan
mengajar yang membantu guru mengkaitkan antara hasil belajar yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta
didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan nyata peserta didik.
Hasil belajar PKn peserta didik yang dibelajarkan dengan menggunakan
model pembelajaran CTL lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar PKn
peserta didik yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
ekspositori, hasil temuan ini perlu disosialisasikan kepada para guru yang
mengajar. Temuan ini dapat disosialisasikan melalui seminar, ataupun lokakarya
maupun pelatihan. Dengan memperkenalkan model pembelajaran CTL lewat
pelatihan maupun lokakarya diharapkan dapat memberikan hasil belajar yang
lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori.
Berdasarkan simpulan kedua, bahwa peserta didik yang memiliki
keterampilan berpikir kritis tinggi memberikan hasil belajar PKn yang lebih tinggi
dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki keterampilan berpikir kritis
kondisi peserta didik dan menerapkan model yang tepat sesuai dengan kondisi
peserta didik.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah dikemukakan, maka
disarankan beberapa hal, yaitu:
1. Mengingat hasil belajar pembelajaran PKn menitik beratkan kepada situasi
dan kondisi gambaran factual saat ini dalam kehidupan internasional maka
disarankan kepada guru untuk menggunakan model pembelajaran CTL
agar hasil belajar PKn peserta didik lebih baik daripada yang sebelumnya.
2. Untuk meningkatkan hasil belajar PKn peserta didik yang memiliki
keterampilan berpikir kritis tinggi, maka salah satu alternatif pilihan yang
digunakan dalam model pembelajaran adalah CTL
3. Menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
peserta didik dan karakteristik hasil belajar memberikan pengaruh pada
hasil belajar, untuk itu disarankan kepada pemilik sekolah untuk
memberikan pelatihan kepada para guru dalam upaya meningkatkan
kualitas pelaksanaan pembelajaran.
4. Mengingat populasi dan sampel penelitian tergolong kecil, untuk itu
disarankan kepada peneliti yang lain untuk menggunakan populasi dan
133
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. (Eds.) (2001). A taxonomy for learning,
teaching, and assessing:A revision of Bloom’s taxonomy of educational
bjectives. New York: Longman
Al-Muchtar, Suwarma. (2005). Pendidikan dan Masalah Sosial Budaya. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri
Arikunto, Suharsimi. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Ary, D. Jacobs. L.C dan Razaviech, A.(1982). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional : Surabaya
Azra, Azyumardi (2003). Pendidikan Kewargaan (Civuc Education), Demokrasi Hak Azasi Manusia & Masyarakat Madani. Jakarta : Prenada Media
Bangsawan, LT (2006). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Citra Praya
Baharuddin, dan Esa Nur Wahyuni. (2008). Teori Belajar & Pembelajaran.
Beyer, B.K. (1995). Critical Thinking: What is It? Social Education
Bloom, B. S. (1956). A taxonomy for learning, teaching, and assessing.' a revision
of Bloom ’s taxonomy of educational objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc Reigeluth, M., Charles. 1983. Instructional Design Theories And Models : An Overview of
Djahiri, Kosasih. (1985). Strategi Pengajaran Afektif Nilai Moral VCT dan Games dalam VCT. Bandung: Jurusan Peendidikan Moral dan Kewargaan Negara FPIPS IKIP.
Djamarah, Syaiful Bahri. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Dick, W. Carey L & Carey, J. (2005). The Systematic Design of Instruction.
Fourth Edition. New York: Harper Collins College Publisher.
Gagne ,R.M, Briggs & Wager (1992). Principles of instructional Design. Second Editio . New York :Holt, Rinehart and Winston.
Glasersfeld, E (1996). “Introduction: Aspects of Construtivism” dalam Fosnot C
(ed). Controctivisme: Theory, Perspectives, and Practice. New York: teachers College.
Glesser,R. (1976). Componen Of Psycology of Instruction : Toward A science of Design, Review of Educational Research
Izhab, Hassoubah Z. (2007). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa Indah
Johnson E.B (2002). Contextual Teaching and Learning : What it is and why it is here to stay. Thousands Oaks. California : Corwin Press, Inc.
Kardi, S dan Nur, M (2000). Pengajaran Langsung, Surabaya, UNESA University Press.
Komalasari, Kokom (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.Bandung: Refika Aditama
Liliasari. ( 2002). Beberapa Pola Berpikir dalam Pembentukan Pengetahuan Kimia oleh Siswa SMA. Disertasi : Tidak diterbitkan.
Mayana. (2011). Pengaruh Model pembelajaran dan Media Gambar Terhadap hasil Belajar Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Pada Pembelajaran Biologi SMAN Tanjung Pura. Tesis Medan; UNIMED
Maftuh, Bunyamin dan Sapriya (2005). “Pembelajaran PKn melalui Pemetaan Konsep”. Jurnal civicus I (V). (319-329)
Miarso, Yusufhadi, (2007). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Kencana
Oemar H. (2001). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara..
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Bandung: Fokusmedia.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
135
Reigeluth, M ,Charles. (1983). Instructional Design Theories And Models :An Overview of Their Current Status . Hillsdale, New Jersey London:Lawrence Erlbaum Assosiates
Roestiyah, (2001) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Rosalin, Elin (2008) Gagasan merancang pembelajaran kontekstual. Bandung: Karsa Mandiri Persada
Sapriya, Winataputra. (2003). Pendidikan Kewarganegaraan: Model Pengembangan Materi dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan PKn FPIPS UPI.
Sapriya. (2002). Studi Sosial Konsep dan Model Pembelajaran. Bnadung: Buana Nusantara.
Sagala, S. (2007). Konsep dan makna pembelajaran: Untuk membantu memecahkan problematika belajar dan mengajar. Bandung: Alfabeta
Sanjaya, Wina. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana, Prenada Media Grup.
Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Kencana Prenada Media Group, Jakarta
Slavin, R.E. (2000). Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston : Allyn and Bacon
Sudirjo, Encep. & Didi Sutardi. (2007). Pembaharuan Dalam PBM di SD. Bahan Belajar Mandiri. Bandung : UPI Press.
Sudrajat, Akhmad. (2008). Media Pembelajaran. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com. (Diunduh 25 Januari 2008)
Sukmara, Dian (2003). Implementasi Program Kompetensi Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi Pada Jalur Sekolah. Bandung: Muhni Sejahtera
Suparman, Atwi (1995). Desain Instruksional, Pusat Antar Universitas Untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Suparman, Atwi (2001). Model-model pembelajaran interaktif, Jakarta, STIA Lan Press
Suria, Kusumah. (2003). Pengantar PKn dan Masalah Wargenegara. Bandung: Jurusan PMPKn Bandung.
Somantri, Muhammad Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Titin, Rosmala Dewi. (2008). Pengaruh Penggunaan Metode Pemecahan Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaramn PKn. Skripsi pada FPIPS. Bandung: UPI.
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Impelemntasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana
Tuckman, Brucewe W.(1978) Conducting Educational Research, New York: Harcourt Brace Jovanovich Publishers
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Wardhana, Yana (2010). Teori Belajar dan Mengajar, Bandung: Pribumi Mekar
Winkel, W.S. (1989). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia
Yennice. (2010). Pengaruh Model Pembelajaran & Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III SD Kota Langsa. Tesis Medan; Unimed
Yulia, Widya, T. (2008). Penggunaan Metode Pembelajaran Studi Kasus dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi pada FPIPS. Bandung: UPI.