r
M!LIK
PERPUSTAKAAN
Y/CJ
~
tJ
;l/
UNIMED
b~
C{
;.£4
ANALISIS KESULITAN MENGAJAR DAN BELAJAR KIMIA
DI KELAS X RINTISAN SEKOLAH BERT ARAF
INTERNASIONAL (RSBI) SMA
NEGERI DI
KOTA
MEDAN, BINJAI DAN DELISERDANG
z
?
m
Oleh:
SA.L UAT SIAHAAN
N""IM : 809425018
Tesis Untuk memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Stauii Pendidikan Kimia
PROGRAM PASCA SARTANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
I
ANALISIS KESULITAN MENGAJAR DAN BELAJAR KIMIA
DI KELAS X RINTISAN SEKOLAH BERT ARAF
INTERNASIONAL (RSBI) SMA NEGERf Df KOTA
MEDAN, BINJAI DAN DELISERDANG
Disusun dan diajukan oleh:
SALUAT SIAHAAN NIM :8094250 18
Telah Dipertahan'kan di Depan Panhia Ujian T esis Pada Tanggal 01 Maret 2011 dan Dinyatakan Telah Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Stool PendN:Jikan Kimia
Menyetujui Tim Pembimbing
Pembimbing II
M'edan, 0 l Maret 20 11
Pe~
Prof. Dr.
~an
Silaban, M.SiNLP: 19600618 198703 1 002
~
NIP: 19670425 1994031 012Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
~
Prof:Dr. Z :n Silaban, M.S1
..
LEMBAR PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI UJIAN TESIS
MAGISTER PENDIDIKAN KIMIA
No
NAMA
1.
Prof.Dr.Ramlan Silaban,MSi
NIP: 19600618198701 1 002
(PEMBIMBING
I)
2.EDDY ANTO,PhD
NIP: 196704251994031012
(PEMBIMBING II)
3.Prof.Dr.Aibinus Silalahi,M.S
NIP: 130518778
(Penguji)
4.Dr.Mahmud,MSc
NIP: 1958 0222198903 1 002
(Penguji)
5.Dr,Zainuddin Muchtar,MSc
NIP:196703171992031004
(Penguji)
TANDA TANGAN
1#
E
...
~. /L.
... .
~/ l.O(lA~
t.. .-/' .·
• e e e . e . . '· '· e e I ., e e . e • •
..•..•.•...
1
ABSTRAK
Saluat Siahaan, Analisis Kesulitan Mengajar dan Belajar Kimia di Kelas X Rintisan Sekolah bertaraf intemasional (RSBI) SMA Negeri di Kota Medan, Binjai dan Deliserdang. Program Pasca Sarjana. Universitas Negeri Medan . Pebruari2011.
Penelitian ini bertuj uan untuk mengetahui kesulitan mengajar Guru dan belajar kimia Siswa di kelas Rintisan Sekolah Bertaraf Internasioan ( RSBI) SMA Negeri di Kota Medan, Binjai dan Deliserdang,yaitu SMA Negeri 1 Medan, SMA Negeri 5 Binjai dan SMA Negeri 1 Lubuk Pakam. Dengan total sampel 180 orang. Instrumen penelitian ini adalah angket yang sudah divalidasi.
Teknik analisis data digunakan Microsoft excel2003 . Dari hasil penelitian menunjukan Hasil perhitungan persentase skor tertinggi kesulitan mengajar guru yaitu sebesar 67,5% yang termasuk ke dalam kategori sulit sedangkan persentase skor terendah yaitu 57,5% dengan kategori tingkat kesulitan kurang sulit dengan persentase rata-rata sebesar 61,67% yang tergolong dalam kategori sulit.. Nilai rata-rata kesulitan belajar siswa sebesar 62,87% yang termasuk kedalam kategori Selaras dengan kesulitan guru dalam mengajar kimia, kesulitan tertinggi sebesar 88% dengan kategori sangat sulit, terendah sebesar 44% tergolong kategori kurang sulit serta sulit.
ii
ABSTRACT
Saluat Siahaan, Analysis of Teaching and Learning Difficulties in Chemistry at Class X international School (RSBI) State high schools in the city of Medan, Binjai and Deliserdang. Postgraduate Program. State University of Medan. February 2011
This study aims to determine the difficulty of teaching and learning chemistry Teacher and Student in the classroom Intemasioanal Standard School Stubs (RSBI) State high schools in the city of Medan, Binjai and Deliserdang, namely SMA Negeri 1 Medan, Binjai SMA Negeri 5 and SMA Negeri 1 Lubuk Pakam. With a total sample of 180 peoples. The research instrument was a questionnaire that has been validated
Data analysis techniques used in Microsoft Excel. From the results of the calculation results showed the highest percentage score of teachers to teach difficult that is equal to 67.5% who belong to the category of difficult while the lowest percentage score of 57.5% with the level of difficulty less difficult category with an average percentage of 61.67% which classified in the category of difficult .. The average value of students' learning difficulties at 62.87% which included into the category of line with the difficulties of teachers in teaching chemistry, the highest difficulty by 88% with a very difficult category, the lowest of 44% classified as less difficult and the difficult category
..
I
KATAPENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis ucapkan keh adirat Tuhan Yang Maha Esa karena
segala rahmat dan kasi-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaik:an dengan baik
sesuai dengan yang diharapkan.Tesis berjudul Analisis Kesulitan Mengajar dan
Belajar Kimia di Kelas X Sekolah Bertaraf Intemasional (RSBI) SMA Negeri di
Kota Medan,Binjai dan Deliserdang.Disususn untuk memperoleh gelar Magister
Pendidikan Kimia di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada: Bapak
Prof .. DR.Ramlan Silaban,Msi dan Bapak Eddyanto,Phd, sebagai Dosen
Pembimbing tesis yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran pada
penulis sejak awal penelitian sampai dengan selesainya penulisan tesis ini
>
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada nara sumber/penguji:Bapak Prof.DR.Aibinus Silalahi,MS, Bapak DR.Mahmud,Msc dan Bapak
DR.Zainuddin Muchtar,Msc. Dan juga kepada seluruh Staf pengajar di program
pendidikan Kimia Program Pasca Sarjana UNIMED.
Teristimewa kepada Istri ku tercinta Luke Sinaga dan anak-anak ku
tersayang Prawira,Jaya Negara dan Tri Prasetya serta Kakak,Abang ,Adik dan
seluruh keluarga Besar Samuel Siahaan yang telah mendukung dalam
doa,dorongan moril bantuan materil kepada penulis selama mengikuti pendidikan
sampai dengan selesai.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan tesis
ini,namun penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan dalam tesis ini baik dari segi isi maupun tata bahasa . penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca demi penyempumaan tesis ini.
Pangkalan Susu, Pebruari 2011
Penulis
SALUAT SIAHAAN
1
ABSTRAK
Saluat Siahaan, Analisis Kesulitan Mengajar dan Belajar Kimia di Kelas X Rintisan Sekolah bertaraf intemasional (RSBI) SMA Negeri di Kota Medan, Binjai dan Deliserdang. Program Pasca Sarjana. Universitas Negeri Medan . Pebruari2011.
Penelitian ini bertuj uan untuk mengetahui kesulitan mengajar Guru dan belajar kimia Siswa di kelas Rintisan Sekolah Bertaraf Internasioan ( RSBI) SMA Negeri di Kota Medan, Binjai dan Deliserdang,yaitu SMA Negeri 1 Medan, SMA Negeri 5 Binjai dan SMA Negeri 1 Lubuk Pakam. Dengan total sampel 180 orang. Instrumen penelitian ini adalah angket yang sudah divalidasi.
Teknik analisis data digunakan Microsoft excel2003 . Dari hasil penelitian menunjukan Hasil perhitungan persentase skor tertinggi kesulitan mengajar guru yaitu sebesar 67,5% yang termasuk ke dalam kategori sulit sedangkan persentase skor terendah yaitu 57,5% dengan kategori tingkat kesulitan kurang sulit dengan persentase rata-rata sebesar 61,67% yang tergolong dalam kategori sulit.. Nilai rata-rata kesulitan belajar siswa sebesar 62,87% yang termasuk kedalam kategori Selaras dengan kesulitan guru dalam mengajar kimia, kesulitan tertinggi sebesar 88% dengan kategori sangat sulit, terendah sebesar 44% tergolong kategori kurang sulit serta sulit.
ii
ABSTRACT
Saluat Siahaan, Analysis of Teaching and Learning Difficulties in Chemistry at Class X international School (RSBI) State high schools in the city of Medan, Binjai and Deliserdang. Postgraduate Program. State University of Medan. February 2011
This study aims to determine the difficulty of teaching and learning chemistry Teacher and Student in the classroom Intemasioanal Standard School Stubs (RSBI) State high schools in the city of Medan, Binjai and Deliserdang, namely SMA Negeri 1 Medan, Binjai SMA Negeri 5 and SMA Negeri 1 Lubuk Pakam. With a total sample of 180 peoples. The research instrument was a questionnaire that has been validated
Data analysis techniques used in Microsoft Excel. From the results of the calculation results showed the highest percentage score of teachers to teach difficult that is equal to 67.5% who belong to the category of difficult while the lowest percentage score of 57.5% with the level of difficulty less difficult category with an average percentage of 61.67% which classified in the category of difficult .. The average value of students' learning difficulties at 62.87% which included into the category of line with the difficulties of teachers in teaching chemistry, the highest difficulty by 88% with a very difficult category, the lowest of 44% classified as less difficult and the difficult category
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFI'ARISI
halaman
...
..
···•···•••···••
KA TA PENGANT
AR. ... iiiDAFI'AR TABEL ...•... iv
DAFr AR GAMBAR. ... v
DAFrAR LAMPIRAN ••••.••••.•••.••••.••••••••••••••••.•••••.•.••••••••.•••••.•••••.••••••••••• vi BAB I PENDAHULUAN 1.1 La tar Belakang ... ... .. .. .. .. ... .... ... .. . . .. .. .. . ... . . . ... .. .. .... .... I 1.2 Identifikasi Masalah ... 7
1.3 Batasan Masalah ... 7
1.4 Rumusan Masalah ... ... 7
1.5 Tuj uan Penelitian ... 8
1.6 Manfaat Penelitian ... 8
BABll TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Standar Nasional Pendidikan ... 10
2.1.1 Standar Kompetensi Kelulusan ... 10
2.1.1.2 Standar KompetensinLulusan Mata Pelajaran ... 11
2.1.2 Stan dar lsi ... ... .... 13
2.1.3 Standar Proses ... ... ... 13
2.1.4 Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan ... 14
2.1.5 Standar sarana Prasarana ... 14
2.1.6 Standar Pengelolaan ... 16
2.1.7 Standar Pembiayaan Pendidikan ... 16
2.1.8 Standar Penilaian Pendidikan ... 17
2.2 Sekolah Bertaraflnternasional ... 18
2.3 Pembelajaran IPA di RSBI ... 23
2.4.Rintisan Sekolah Bertaraflntemasional ... 26
2.5 Hubungan Komponen X Pada SNP +X ... 28
2.6 Pelaksanaan Pembelajaran IPA Kimia di RSBI ... 29
2.6.1 Pengertian dan manfaat Bilingual ... 30
2.6.2 Karakteristik dan Keunggulan Bahan Ajar berbasis ICT ... 34
RABID
METODOLOGIPENELnnAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 43
3.2 Variabel Penelitian ... 43
3.3 Defenisi Operasional ... 43
3.4 Subjek Penelitian ... 43
3.5 Metode Penelitian ... 44
3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 40
3.6.1 Wawancara ... 44
3.6.2 Observasi ... 45
3.6.3 Angket ... 46
a
.3.7. Teknik Analisa Data ... 473.8. Langkah- Langkah Penelitian ... 49
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 524.1.1 Deskripsi Angket Kesulitsn Mengajar,Lembar Observasi Guru ... 52
4.1.2 Deskripsi Angket Kesulitan Belajar,Lembar Observasi Siswa .... 52
4.2.1 Angk:et Kesulitan Guru dan Kesulitan Siswa Belajar ...•.. 57
4.2.2 Lembar Observasi Aktifitas Guru dan Aktifitas Siswa ... 57
BABV KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 73
5.2
Saran ...
73Daftar Pustaka ...
75Lampiran ... 79
z
?
iv
DAFTAR TABEL
Tabel2.1 Fonnulasi SBI ... ... 19
Tabel4.1 Deskripsi Kesulitan Belajar dan Mengajar . . . ... . ... 61
Tabel4.3 Deskripsi Rata-rata Observasi Guru Pertemuan I . .. .. ... 63
Tabel4.4 Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas Guru Pertemuan II ... ... 65
Tabel 4.5 Deskripsi Rata-rata Observasi Aktivitas Pertemuan II .. ... 67
Tabel4.6 Rata-rata Hasil Observasi Guru Pertemuan Ill ... ... ... 69
v
DAFTAR GAMBAR
Prosedur Penelitian ... .. .. .... .. ... ... ... ... .. . ... . 51
Grafik rata-rata Kesulitan Guru dan Siswa .... ... .... .. . .. ... 60
Grafik rata-rata Aktivitas Guru Pertemuan I ... . ... 62
Persentasi rata-rata aktivitas Bela jar Siswa Pertemuan I. .... ... 64
Grafik rata-rata aktivitas Guru Pertemuan II ... .. 66
Persentasi rata-rata aktivitas Bela jar Siswa Pertemuan II ... 68
Graftk rata-rata aktifitas Guru Pertemuan III ... . 70
vi
DAFfAR LAMPIRAN
Lamp iran 2. Lembar Observasi Aktivitas Guru ... . ... . ... 79
Lampiran 3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... ... ... . ... 84
Lampi ran 6. Kisi-kisi angket Analisis Kompetensi Guru ... 91
Lampiran 7. Kisis-kisi angket Analisis Kompetensi Siswa ... .... 92
Lamp iran 8. Jawaban Angket Guru ... ... 93
Lamp iran 9. Hasil Lembar Observasi Guru Pertemuan I. ... 94
Lampiran 10. Hasil Lembar Observasi Guru Pertemuan II ... 95
Lampiran 11. Hasil Lembar Observasi Guru pertemuan III ... .. 96
Lampiran 12. Jawaban Angket Siswa ... .. . .. ... 97
Lamp iran 13. Hasil Lembar Observasi Be1ajar Siswa pertemuan 1.. ... .. .1 03 Lampiran 14. Hasil Lembar Observasi Belajar Siswa pertemuan II .... ... 109
Lampiran 15. Hasil Lernbar Observasi Belajar Siswa perternuan III ... 115
1.1. Latar Belakang
BABI
PENDAHULUAN
Pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) berhubungan erat
dengan perspektif global untuk membangun sekolah-sekolah berkinerja tinggi.
Perspektif ini menekankan perlunya transformasi sekolah nasional menuju SBI
dengan karakteristik otonomi yang lebih lugs, kapasitas inovatif, kinerja
berkualitas, dan orientasi nilai. Strategi untuk mewuJudkan SBI perlu
terlebih dahulu mengungkapkan kondisi keefektifan sekolah sebagai
dukungan terhadap, pengembangan SBI dengan karakteristik tersebut. Analisis
terhadap SBI di negara maju dan dalam negeri menghasilkan sejumlah tertentu
faktor keefektifan maupun karakteristik SBI.
Sekolah-sekolah bertaraf intemasional yang muncul sejak tahun 1990an
ternyata kemudian meluas sekolah negeri dan swasta nasional di berbagai kota
besar. Melihat perkembangan ini, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah ( dalam Tim Direktorat Tenaga Kependidikan, 2006) telah
membuat kebijakan mengenai standar komponen-komponen input, proses, dan
output. Juga, mengenai pembagian tugas diknas pusat, propinsi, dan
kabupaten!kota dan sekolah yang menyangkut kebijakan dan standar,
perencanaan dan pembiayaan, sarana dan prasarana, pendidik dan tenaga
kependidikan, pengelolaan, dan pengendalian mutu. Untuk memudahkan upaya
sekolah-sekolah yang ada mengalihkan diri menjadi SBI, suatu strategi kiranya
2
sekolah dengan karakteristik-karakteristik tertentu yang tidak dimiliki
sebelurnnya.
Upaya tersebut dapat dimulai dengan mendeskripsikan sekolah
internasional yang sesuai dengan keinginan rnasyarakat dan telah rnapan
rnerniliki berbagai karakteristik tertentu dari SBI. Deskripsi ini kemudian
dikembangkan rnenjadi karakteristik utama yang dapat dij adikan sebagai
rujukan bag i pengernbangan SBI oleh pernerintah kabupatenlk.ota.
Direktorat Tenaga Kependidikan telah rnengidentifikasi sejurnlah
karakteristik SBI negara-negara rnaju. Karakteristik ini kemudian digunakan
sebagai dasar untuk rnernetakan sekolah-sekolah berbasis internasional yang
terdapat di Indonesia. Kesenjangan yang mungkin rnuncul dari basil pemetaan
tersebut rnerupakan inforrnasi penting untuk rnerurnuskan strategi pengernbangan
SBI, yang antara lain, rnenyangkut kesiapan suatu sekolah.
Strategi tersebut rnerupakan upaya untuk rnernenuhi Undang-Undang
Nornor 20 Tahun 2003 tentang Sistern Pendidikan Nasional Pasal 50 Ayat 3, yang
rnengharuskan pernerintah danlatau pernerintah daerah (pemda)
menyelenggarakan pads sernua jenjang sekurang-kurangnya satu satuan
pendidikan yang bertaraf internasional. Visi yang rnendasari ketentuan ini
adalah bahwa sistem pendidikan perlu tarnpil sebagai pranata social yang
kuat dan berwibawa. Kondisi seperti ini kiranya diperlukan untuk
rnernberdayakan sernua warga negara Indonesia sebagai manusia
..
..
•
3
Penyelenggaraan pendidikan yang bertaraf intemasional dilatarbelakangi
oleh era globalisasi menuntut kemampuan daya saing yang kuat dalam teknologi,
manajemen dan cumber daya manusia, upaya peningkatan mutu, efisien, relevan,
dan memiliki daya saing kuat. Upaya peningkatan mutu, efisiensi, relevansi,
dan peningkatan daya saing secara nasional dan sekaligus intemasional
ditetapkan pentingnya penyelenggaraan pendidikan bertaraf intemasional, baik
untuk sekolah negeri maupun swasta.
Berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bertaraf
internasional, pendidikan bertaraf internasional yang bermutu (berkualitas)
adalah pendidikan yang mampu mencapai standar mutu nasional dan
internasional, pendidikan bertaraf internasional yang efisien adalah
pendidikan yang menghasilkan standar mutu lulusan optimal (berstandar
nasional dan internasional) dengan pembiayaan yang minimal.
Pendidikan bertaraf internasional harus relevan, yaitu
penyelenggaraan pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta
didik, orangtua, masyarakat, kondisi lingkungan, kondisi sekolah, dan
kemampuan pemerintah daerah (kabupatenlkota dan propinsi). Pendidikan
bertaraf internasional harus memiliki days saing yang tinggi dalam hal
hash-hash pendidikan (output dan outcomes), proses, dan input sekolah baik secara
nasional maupun internasional. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan
perlu adanya pengembangan sekolah bertaraf internasional agar mencapai
'
...4
Kemajuan globalisasi ditandai dengan persaingan sangat kuat diberbagai
bidang memerlukan penguasaan teknologi, keunggulan manajemen dan sumber
daya manusia (SDM). Terkait dengan tiga hal inilah, pemerintah Indonesia merasa
perlu menyiapkan SDM unggul lewat pembenahan sistem pendidikan nasional
(sisdiknas). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas merupakan dasar hukum penyelenggaraan sisdiknas (Depdiknas,
2007:1).
Pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tertuang upaya peningkatan
mutu pendidikan, tepatnya pada pasal 50 ayat 3 yang berbunyi: "Pemerintah danlatau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan, untuk dikembangkan menjadi satuan p endidikan yang bertaraf internasional". lmplementasi dari undang-undang tersebut, Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah akan melaksanakan proses layanan pendidikan
yang berkualitas dan menghasilkan lulusan yang diakui secara nasional dan
intemasional (Depdiknas, 2008:3). Salah satu realisasi dari layanan pendidikan
yang berkualitas ini adalah dengan menyelenggarakan Sekolah Bertaraf
Intemasional (SBI).Menurut Slamet (2008), SBI adalah sekolah nasional yang
menyelenggarakan pendidikan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP)
dan mutu intemasional SNP adalah standar nasional yang terdiri dari delapan
5
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan.
Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Standar isi adalah ruang lingkup
materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi
(
tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus
pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan
prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.
Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga,
tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain,
tempat berkreasi dan ruangltempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Standar
pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat
satuan pendidikan, kabupatenlkota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi
dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Standar pembiayaan adalah standar
yang mengatur komponen dan besamya biaya operasi satuan pendidikan yang
6
pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian
hasil belajar peserta didik (Tim Asa Mandiri, 2006:2-3).
Pemenuhan delapan SNP bagi SBI merupakan indikator kunci minimal.
Indikator tambahan atau plus-nya adalah acuan standar pendidikan dari
negara-negara anggota OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) atau negara-negara maju lainnya. Dalam proses pembelajaran, sesuai buku panduan SBI, pengajaran matematika dan IPA harus menggunakan
bilingual: bahasa Indonesia dan bahasa Inggris (Dharma, 2008). Selain itu, proses
pembelajaran diperkaya juga dengan menerapkan pembelajaran berbasis TIK
(teknologi informasi dan komunikasi) atau yang dikenal dengan information
1 . ...
communication technology (Depdiknas, 2008: 15).
Penyelenggaraan SBI dilakukan pada semua jenjang pendidikan, terrnasuk
sekolah menengah atas (SMA). Haryana (2008) mengemukakan bahwa
penyelenggaraan SBI pada jenjang SMA/MA telah dirintis sejak tahun 1990 an,
yakni sebanyak l 00 sekolah negeri dan dua sekolah swasta. Sementara itu, jumlah
sekolah pada jenjang ini baik negeri maupun swasta lebih dari 22 ribu sekolah.
Minimnya SMA bertaraf internasional yang telah ditetapkan sebagai rintisan lebih
disebabkan pada minimnya pemenuhan persyaratan kriteria oleh sekolah yang
"'
7
Berdasarkan wawancara bebas yang dilakukan peneliti terhadap guru
kimia yang mengajar di kelas RSBI SMA yang ada di Kota Medan,Binjai dan
Deliserdang. pelaksanaan pembelajaran kimia di kelas RSBI belum memiliki
pedoman yang jelaslkongkrit. Terkhusus dalam pembinaan RSBI, peran serta
pemerintah daerah juga belum ada sehingga pada saat pelaksanaan, perbedaan
yang terlihat antara pembelajaran Kimia di kelas reguler dan RSBI hanya terletak
pada penerapan program bilingual dan ICT saja. Dengan kondisi seperti ini,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian. Bagaimana pelaksanaan
pembelajaran yang terjadi sesungguhnya pada pembelajaran Kimia dengan
menggunakan bilingual dan ICT serta untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangannya. Adapun objek penelitiannya adalah kelas X. Peneliti melakukan
penelitian yang berjudul " Ana/isis kesulitan mengajar dan be/ajar Kimia di Kelas X Rintisan Sekolah Bertaraf lnternasional (RSB/) SMA Negeri di Kota Medan, Binjai dan Deliserdang ".
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan diatas maka
identiftkasi masalah adalah untuk melihat sejauh mana pembelajaran kimia
oleh Guru dan bela jar kimia siswa dengan menggunakan bilingual dan ICT
di Sekolah Rintisan Bertaraf Intemasional (RSBI) SMA Negeri di kota
1.3
8
Batasan Masalah
Adapun batasan Masalah dalam penelitian ini adalah pembelajaran Kimia
oleh
guru
dan belajar Kimia siswa dengan menggunakan bilingual dan ICT di Sekolah Rintisan Bertaraf Intemasional(RSBI) , pada 3 Sekolah yaitu :SMA Negeri 1 Medan, SMA Negeri 1 Binjai, SMA Negeri I Lubuk
Pakam.
Rumusan Masalah
Dari ulasan di atas, adapun yang menjadi rumusan permasalahan pada
penelitian ini adalah apakah terdapat kesulitan mengajar dan belajar kimia
di kelas Rintisan Sekolah Bertaraf lnternasioanal( RSBI) SMA Negeri di
Kota Medan, Binjai dan Deliserdang.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah apakah terdapat kesulitan mengajar dan
belajar kimia di kelas Rintisan Sekolah Bertaraf lntemasioanal( RSBI)
SMA Negeri di Kota Medan, Binjai dan Deliserdang.
1.6. Manfaat Penelitian
9
1. Bagi
guru,
sebagai bahan masukan untuk memperkecil atau bahkan meniadakan kelemahan-kelemahan yang ada pada pembelajaran kimiadi kelas RSBI.
2. Bagi peneliti, dapat memperoleh pengetahuan tentang bagaimana
pelaksanaan pembelajaran kimia di kelas RSBI.
3. Bagi Institusi pendidikan,
a. Perguruan Tinggi, terutama FKIP jurusan kimia sebagai salah satu
gambaran pelaksanaan pembelajaran kimia di kelas RSBI, dan
b. Diknas, sebagai salah satu bahan evaluasi pelaksanaan pembelajaran
di RSBI SMA Negeri yang ada di Kota Medan, Kota Binjai dan
Deliserdang.
z
~
~
?
ffi
ffi
73
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan:
Guru mengalami kesulitan dalam mengajar kimia pada RSBI hal ini
dikarenakan kompetensi guru yang masih kurang dan belum
terlaksananya aturan RSBI secara menyeluruh.
Aktivitas guru saat pembelajaran berlangsung masih tergolong ke dalam
kategori sedang.
3. Siswa mengalami kesulitan belajar kimia pada RSBI hal ini dikarenakan
kompetensi siswa yang masih kurang dan belum terbiasanya siswa
dengan pembelajaran secara RSBI.
4. Aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung masih tergolong ke
dalam kategori sedang.
5.2. SARAN
Berdasarkan pengalaman selama penelitian, maka disarankan sebagai
berikut:
1. Sebaiknya kompetensi guru dalam mengajar dipersiapkan sebelum suatu
sekolah ditetapkan menjadi RSBI agar pelaksanaan pembelajaran secara
RSBI dapat terlaksana dengan baik.
MILIK PERPUSTAKAAN
74
2. Sebaik.nya dilakukan revisi secara berkala terhadap pelaksanaan proses
RSBI oleh petugas yang berwenang.
3. Dilakukannya pelatihan secara rutin terhadap guru dalam meningkatkan
,
kompetensi mengajamya.4. Sebaiknya dilakukan Evaluasi setiap tahun untuk melihat kemajuan
kinerja sekolah ,meliputi:
a.Kemampuan penguasaan bahasa inggris Guru dan Siswa dengan
menggunakan instrument TOEFL
b.Kemampuan penguasaan siswa dalam mata pelajaran
Mate-matika dan IP A
c.Kelengkapan Infrastruktur
d.Kelengkapan Bahan Ajar(Buku,peralatan)
e.Kepemimpinan Kepala Sekolah
f.Komitmen Pemerintah Daerah dalam mendukung RSBI
5.Sebaiknya basil Evaluasi setiap tahun ini dijadikan pertimbangan dalam
75
Daftar Pustaka
Astika, G. (2007). Readings in Language Teaching and Research. Salatiga: Widya Sari Press.
Astika, G, Wahyana, A, & Andreyana, R. (2008). Kemampuan bahasa Inggris guru SMA Negeri 1 dan SMK Negeri 2 Salatiga dalam mendukung p rogram SBI.
Laporan penelitian, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.
Chin, NgBee, and Wigglesworth, G. (2007). Bilingualism: anAdvancedresource book. Abigdon: Routledge.
Dharma, S. (2007). SekolahBertaraflnternasional: Quo Vadiz?
Http://www.ask.com. Accessed: 19 June 2009
Doughty, C. & Williams, J. (1998). Pedagogical choices in focus on form. In C.
Doughty and J. Williams (Eds.), Focus on Form in Classroom Second Language Acquisition (pp.197 -261 ). New York: Cambridge University Press.
Dudley-Evans, T., & StJohn, M. J. (1998). Developments in ESP: A multi-disciplinary approach. New York: Cambridge University Press.
Elena, S. L. (2006). Recruiting Paraeducators Into Bilingual Teaching Roles: The
76
Ellis, R. (2000). Task-based research and language pedagogy. Language Teaching Research, 4(3), 193-220.
Gillett, A. (2007). Using English for Academic Purposes. Http://www. UEfAP, Speaking in Academic Contexts, html. A cce s ~ed: May 9, 2008.
Hutchinson, T. & Waters, A. (2006). English for Specific Purp oses. Cambridge: Cambridge University Press.
Lee, C. (2008). Interdisciplinary collaboration in English language teaching:
Some observations from subject teachers' reflections. Reflections on English Language Teaching, vol 7, (2), 129-138.)
Liu, L. (2008). Co-teaching between native and non-native English teachers: An
exploration of co-teaching models and strategies in the Chinese primary school
context. Reflections on English language teaching, vol 7 (2), 103-117.
Long, M. H. (1983). Inside the 'black box': methodological issues in classroom
research on language learning. In H. W. Seliger & M. H. Long (Eds.), Classroom Oriented Research in Second Language Acquisition (pp. 3-38). Cambridge: Newbury House.
Long, M. H. (1996). The role of the linguistic environment in second language
Menuju sekolah bertaraf internasioanal. Http://sbisman5bekasi.blogspot.com/
Accessed: 20 June 2009
Nunan, D. (2004). Task Based Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press.
77
Pica, T., Kanagy, R., & Falodun, J. (1993). Choosing and Using Communication
Tasks for Second Language Instruction. In G. Crookes & S. M. Gass (Eds.), Tasks and Language Learning: Integrating Theory and Practice (pp. 9-34).
Philadelphia: Multilingual Matters.
Sofa (2009). Konsep Sekolah Bertaraflnternasional.
Http://massofa.wordpress.com. Accessed: 20 June 2009
Wee, S. & Jacobs, G.M. (2006). Implementing cooperative learning with secondary school students. In S.G. McCafferty & G. M. Jacobs (Eds).
Cooperative Learning and Second Language Teaching (pp. 113-133). Cambridge: Cambridge University Press.
Weisberg, R. (2006). Scaffolded feedback: Tutorial conversations with advanced
L2 writers. InK. Hyland & F. Hyland (Eds.). Feedback in Second Language Writing (pp. 246-265). Cambridge: Cambridge University Press.
78
Willis, J. (2005). Aims and explorations into tasks and task-based teaching. In C.
Edwards & J. Willis (Eds.), Teachers Exploring Tasks in English Language Teaching (pp. 1-12). New York: Palgrave McMillan.
Yule, G. (1997). Referential Communication Tasks. Mahwah: Lawrence Erlbaum Associates.
-
z
?