• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESULITAN MENGAJAR DAN BELAJAR KIMIA DI KELAS X RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) SMA NEGERI DI KOTA MEDAN, BINJAI DAN DELI SERDANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KESULITAN MENGAJAR DAN BELAJAR KIMIA DI KELAS X RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) SMA NEGERI DI KOTA MEDAN, BINJAI DAN DELI SERDANG."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

r

M!LIK

PERPUSTAKAAN

Y/CJ

~

tJ

;l/

UNIMED

b~

C{

;.£4

ANALISIS KESULITAN MENGAJAR DAN BELAJAR KIMIA

DI KELAS X RINTISAN SEKOLAH BERT ARAF

INTERNASIONAL (RSBI) SMA

NEGERI DI

KOTA

MEDAN, BINJAI DAN DELISERDANG

z

?

m

Oleh:

SA.L UAT SIAHAAN

N""IM : 809425018

Tesis Untuk memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Stauii Pendidikan Kimia

PROGRAM PASCA SARTANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

I

ANALISIS KESULITAN MENGAJAR DAN BELAJAR KIMIA

DI KELAS X RINTISAN SEKOLAH BERT ARAF

INTERNASIONAL (RSBI) SMA NEGERf Df KOTA

MEDAN, BINJAI DAN DELISERDANG

Disusun dan diajukan oleh:

SALUAT SIAHAAN NIM :8094250 18

Telah Dipertahan'kan di Depan Panhia Ujian T esis Pada Tanggal 01 Maret 2011 dan Dinyatakan Telah Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Stool PendN:Jikan Kimia

Menyetujui Tim Pembimbing

Pembimbing II

M'edan, 0 l Maret 20 11

Pe~

Prof. Dr.

~an

Silaban, M.Si

NLP: 19600618 198703 1 002

~

NIP: 19670425 1994031 012

Ketua Program Studi Pendidikan Kimia

~

Prof:Dr. Z :n Silaban, M.S1

(3)

..

LEMBAR PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI UJIAN TESIS

MAGISTER PENDIDIKAN KIMIA

No

NAMA

1.

Prof.Dr.Ramlan Silaban,MSi

NIP: 19600618198701 1 002

(PEMBIMBING

I)

2.EDDY ANTO,PhD

NIP: 196704251994031012

(PEMBIMBING II)

3.Prof.Dr.Aibinus Silalahi,M.S

NIP: 130518778

(Penguji)

4.Dr.Mahmud,MSc

NIP: 1958 0222198903 1 002

(Penguji)

5.Dr,Zainuddin Muchtar,MSc

NIP:196703171992031004

(Penguji)

TANDA TANGAN

1#

E

...

~. /L.

... .

~/ l.O(lA~

t.. .-/'

e e e . e . . '· '· e e I ., e e . e • •

..•..•.•...

(4)

1

ABSTRAK

Saluat Siahaan, Analisis Kesulitan Mengajar dan Belajar Kimia di Kelas X Rintisan Sekolah bertaraf intemasional (RSBI) SMA Negeri di Kota Medan, Binjai dan Deliserdang. Program Pasca Sarjana. Universitas Negeri Medan . Pebruari2011.

Penelitian ini bertuj uan untuk mengetahui kesulitan mengajar Guru dan belajar kimia Siswa di kelas Rintisan Sekolah Bertaraf Internasioan ( RSBI) SMA Negeri di Kota Medan, Binjai dan Deliserdang,yaitu SMA Negeri 1 Medan, SMA Negeri 5 Binjai dan SMA Negeri 1 Lubuk Pakam. Dengan total sampel 180 orang. Instrumen penelitian ini adalah angket yang sudah divalidasi.

Teknik analisis data digunakan Microsoft excel2003 . Dari hasil penelitian menunjukan Hasil perhitungan persentase skor tertinggi kesulitan mengajar guru yaitu sebesar 67,5% yang termasuk ke dalam kategori sulit sedangkan persentase skor terendah yaitu 57,5% dengan kategori tingkat kesulitan kurang sulit dengan persentase rata-rata sebesar 61,67% yang tergolong dalam kategori sulit.. Nilai rata-rata kesulitan belajar siswa sebesar 62,87% yang termasuk kedalam kategori Selaras dengan kesulitan guru dalam mengajar kimia, kesulitan tertinggi sebesar 88% dengan kategori sangat sulit, terendah sebesar 44% tergolong kategori kurang sulit serta sulit.

(5)

ii

ABSTRACT

Saluat Siahaan, Analysis of Teaching and Learning Difficulties in Chemistry at Class X international School (RSBI) State high schools in the city of Medan, Binjai and Deliserdang. Postgraduate Program. State University of Medan. February 2011

This study aims to determine the difficulty of teaching and learning chemistry Teacher and Student in the classroom Intemasioanal Standard School Stubs (RSBI) State high schools in the city of Medan, Binjai and Deliserdang, namely SMA Negeri 1 Medan, Binjai SMA Negeri 5 and SMA Negeri 1 Lubuk Pakam. With a total sample of 180 peoples. The research instrument was a questionnaire that has been validated

Data analysis techniques used in Microsoft Excel. From the results of the calculation results showed the highest percentage score of teachers to teach difficult that is equal to 67.5% who belong to the category of difficult while the lowest percentage score of 57.5% with the level of difficulty less difficult category with an average percentage of 61.67% which classified in the category of difficult .. The average value of students' learning difficulties at 62.87% which included into the category of line with the difficulties of teachers in teaching chemistry, the highest difficulty by 88% with a very difficult category, the lowest of 44% classified as less difficult and the difficult category

(6)

..

I

KATAPENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis ucapkan keh adirat Tuhan Yang Maha Esa karena

segala rahmat dan kasi-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaik:an dengan baik

sesuai dengan yang diharapkan.Tesis berjudul Analisis Kesulitan Mengajar dan

Belajar Kimia di Kelas X Sekolah Bertaraf Intemasional (RSBI) SMA Negeri di

Kota Medan,Binjai dan Deliserdang.Disususn untuk memperoleh gelar Magister

Pendidikan Kimia di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada: Bapak

Prof .. DR.Ramlan Silaban,Msi dan Bapak Eddyanto,Phd, sebagai Dosen

Pembimbing tesis yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran pada

penulis sejak awal penelitian sampai dengan selesainya penulisan tesis ini

>

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada nara sumber/penguji:

Bapak Prof.DR.Aibinus Silalahi,MS, Bapak DR.Mahmud,Msc dan Bapak

DR.Zainuddin Muchtar,Msc. Dan juga kepada seluruh Staf pengajar di program

pendidikan Kimia Program Pasca Sarjana UNIMED.

Teristimewa kepada Istri ku tercinta Luke Sinaga dan anak-anak ku

tersayang Prawira,Jaya Negara dan Tri Prasetya serta Kakak,Abang ,Adik dan

seluruh keluarga Besar Samuel Siahaan yang telah mendukung dalam

doa,dorongan moril bantuan materil kepada penulis selama mengikuti pendidikan

sampai dengan selesai.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan tesis

ini,namun penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan dalam tesis ini baik dari segi isi maupun tata bahasa . penulis mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun dari pembaca demi penyempumaan tesis ini.

(7)

Pangkalan Susu, Pebruari 2011

Penulis

SALUAT SIAHAAN

(8)

1

ABSTRAK

Saluat Siahaan, Analisis Kesulitan Mengajar dan Belajar Kimia di Kelas X Rintisan Sekolah bertaraf intemasional (RSBI) SMA Negeri di Kota Medan, Binjai dan Deliserdang. Program Pasca Sarjana. Universitas Negeri Medan . Pebruari2011.

Penelitian ini bertuj uan untuk mengetahui kesulitan mengajar Guru dan belajar kimia Siswa di kelas Rintisan Sekolah Bertaraf Internasioan ( RSBI) SMA Negeri di Kota Medan, Binjai dan Deliserdang,yaitu SMA Negeri 1 Medan, SMA Negeri 5 Binjai dan SMA Negeri 1 Lubuk Pakam. Dengan total sampel 180 orang. Instrumen penelitian ini adalah angket yang sudah divalidasi.

Teknik analisis data digunakan Microsoft excel2003 . Dari hasil penelitian menunjukan Hasil perhitungan persentase skor tertinggi kesulitan mengajar guru yaitu sebesar 67,5% yang termasuk ke dalam kategori sulit sedangkan persentase skor terendah yaitu 57,5% dengan kategori tingkat kesulitan kurang sulit dengan persentase rata-rata sebesar 61,67% yang tergolong dalam kategori sulit.. Nilai rata-rata kesulitan belajar siswa sebesar 62,87% yang termasuk kedalam kategori Selaras dengan kesulitan guru dalam mengajar kimia, kesulitan tertinggi sebesar 88% dengan kategori sangat sulit, terendah sebesar 44% tergolong kategori kurang sulit serta sulit.

(9)

ii

ABSTRACT

Saluat Siahaan, Analysis of Teaching and Learning Difficulties in Chemistry at Class X international School (RSBI) State high schools in the city of Medan, Binjai and Deliserdang. Postgraduate Program. State University of Medan. February 2011

This study aims to determine the difficulty of teaching and learning chemistry Teacher and Student in the classroom Intemasioanal Standard School Stubs (RSBI) State high schools in the city of Medan, Binjai and Deliserdang, namely SMA Negeri 1 Medan, Binjai SMA Negeri 5 and SMA Negeri 1 Lubuk Pakam. With a total sample of 180 peoples. The research instrument was a questionnaire that has been validated

Data analysis techniques used in Microsoft Excel. From the results of the calculation results showed the highest percentage score of teachers to teach difficult that is equal to 67.5% who belong to the category of difficult while the lowest percentage score of 57.5% with the level of difficulty less difficult category with an average percentage of 61.67% which classified in the category of difficult .. The average value of students' learning difficulties at 62.87% which included into the category of line with the difficulties of teachers in teaching chemistry, the highest difficulty by 88% with a very difficult category, the lowest of 44% classified as less difficult and the difficult category

(10)

ABSTRAK

ABSTRACT

DAFI'ARISI

halaman

...

..

···•···•••···••

KA TA PENGANT

AR. ... iii

DAFI'AR TABEL ...•... iv

DAFr AR GAMBAR. ... v

DAFrAR LAMPIRAN ••••.••••.•••.••••.••••••••••••••••.•••••.•.••••••••.•••••.•••••.••••••••••• vi BAB I PENDAHULUAN 1.1 La tar Belakang ... ... .. .. .. .. ... .... ... .. . . .. .. .. . ... . . . ... .. .. .... .... I 1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Batasan Masalah ... 7

1.4 Rumusan Masalah ... ... 7

1.5 Tuj uan Penelitian ... 8

1.6 Manfaat Penelitian ... 8

BABll TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Standar Nasional Pendidikan ... 10

2.1.1 Standar Kompetensi Kelulusan ... 10

(11)

2.1.1.2 Standar KompetensinLulusan Mata Pelajaran ... 11

2.1.2 Stan dar lsi ... ... .... 13

2.1.3 Standar Proses ... ... ... 13

2.1.4 Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan ... 14

2.1.5 Standar sarana Prasarana ... 14

2.1.6 Standar Pengelolaan ... 16

2.1.7 Standar Pembiayaan Pendidikan ... 16

2.1.8 Standar Penilaian Pendidikan ... 17

2.2 Sekolah Bertaraflnternasional ... 18

2.3 Pembelajaran IPA di RSBI ... 23

2.4.Rintisan Sekolah Bertaraflntemasional ... 26

2.5 Hubungan Komponen X Pada SNP +X ... 28

2.6 Pelaksanaan Pembelajaran IPA Kimia di RSBI ... 29

2.6.1 Pengertian dan manfaat Bilingual ... 30

2.6.2 Karakteristik dan Keunggulan Bahan Ajar berbasis ICT ... 34

(12)

RABID

METODOLOGIPENELnnAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

3.2 Variabel Penelitian ... 43

3.3 Defenisi Operasional ... 43

3.4 Subjek Penelitian ... 43

3.5 Metode Penelitian ... 44

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.6.1 Wawancara ... 44

3.6.2 Observasi ... 45

3.6.3 Angket ... 46

a

.3.7. Teknik Analisa Data ... 47

3.8. Langkah- Langkah Penelitian ... 49

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 52

4.1.1 Deskripsi Angket Kesulitsn Mengajar,Lembar Observasi Guru ... 52

4.1.2 Deskripsi Angket Kesulitan Belajar,Lembar Observasi Siswa .... 52

(13)

4.2.1 Angk:et Kesulitan Guru dan Kesulitan Siswa Belajar ...•.. 57

4.2.2 Lembar Observasi Aktifitas Guru dan Aktifitas Siswa ... 57

BABV KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 73

5.2

Saran ...

73

Daftar Pustaka ...

75

Lampiran ... 79

z

?

(14)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel2.1 Fonnulasi SBI ... ... 19

Tabel4.1 Deskripsi Kesulitan Belajar dan Mengajar . . . ... . ... 61

Tabel4.3 Deskripsi Rata-rata Observasi Guru Pertemuan I . .. .. ... 63

Tabel4.4 Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas Guru Pertemuan II ... ... 65

Tabel 4.5 Deskripsi Rata-rata Observasi Aktivitas Pertemuan II .. ... 67

Tabel4.6 Rata-rata Hasil Observasi Guru Pertemuan Ill ... ... ... 69

(15)

v

DAFTAR GAMBAR

Prosedur Penelitian ... .. .. .... .. ... ... ... ... .. . ... . 51

Grafik rata-rata Kesulitan Guru dan Siswa .... ... .... .. . .. ... 60

Grafik rata-rata Aktivitas Guru Pertemuan I ... . ... 62

Persentasi rata-rata aktivitas Bela jar Siswa Pertemuan I. .... ... 64

Grafik rata-rata aktivitas Guru Pertemuan II ... .. 66

Persentasi rata-rata aktivitas Bela jar Siswa Pertemuan II ... 68

Graftk rata-rata aktifitas Guru Pertemuan III ... . 70

(16)

vi

DAFfAR LAMPIRAN

Lamp iran 2. Lembar Observasi Aktivitas Guru ... . ... . ... 79

Lampiran 3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... ... ... . ... 84

Lampi ran 6. Kisi-kisi angket Analisis Kompetensi Guru ... 91

Lampiran 7. Kisis-kisi angket Analisis Kompetensi Siswa ... .... 92

Lamp iran 8. Jawaban Angket Guru ... ... 93

Lamp iran 9. Hasil Lembar Observasi Guru Pertemuan I. ... 94

Lampiran 10. Hasil Lembar Observasi Guru Pertemuan II ... 95

Lampiran 11. Hasil Lembar Observasi Guru pertemuan III ... .. 96

Lampiran 12. Jawaban Angket Siswa ... .. . .. ... 97

Lamp iran 13. Hasil Lembar Observasi Be1ajar Siswa pertemuan 1.. ... .. .1 03 Lampiran 14. Hasil Lembar Observasi Belajar Siswa pertemuan II .... ... 109

Lampiran 15. Hasil Lernbar Observasi Belajar Siswa perternuan III ... 115

(17)

1.1. Latar Belakang

BABI

PENDAHULUAN

Pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) berhubungan erat

dengan perspektif global untuk membangun sekolah-sekolah berkinerja tinggi.

Perspektif ini menekankan perlunya transformasi sekolah nasional menuju SBI

dengan karakteristik otonomi yang lebih lugs, kapasitas inovatif, kinerja

berkualitas, dan orientasi nilai. Strategi untuk mewuJudkan SBI perlu

terlebih dahulu mengungkapkan kondisi keefektifan sekolah sebagai

dukungan terhadap, pengembangan SBI dengan karakteristik tersebut. Analisis

terhadap SBI di negara maju dan dalam negeri menghasilkan sejumlah tertentu

faktor keefektifan maupun karakteristik SBI.

Sekolah-sekolah bertaraf intemasional yang muncul sejak tahun 1990an

ternyata kemudian meluas sekolah negeri dan swasta nasional di berbagai kota

besar. Melihat perkembangan ini, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan

Dasar dan Menengah ( dalam Tim Direktorat Tenaga Kependidikan, 2006) telah

membuat kebijakan mengenai standar komponen-komponen input, proses, dan

output. Juga, mengenai pembagian tugas diknas pusat, propinsi, dan

kabupaten!kota dan sekolah yang menyangkut kebijakan dan standar,

perencanaan dan pembiayaan, sarana dan prasarana, pendidik dan tenaga

kependidikan, pengelolaan, dan pengendalian mutu. Untuk memudahkan upaya

sekolah-sekolah yang ada mengalihkan diri menjadi SBI, suatu strategi kiranya

(18)

2

sekolah dengan karakteristik-karakteristik tertentu yang tidak dimiliki

sebelurnnya.

Upaya tersebut dapat dimulai dengan mendeskripsikan sekolah

internasional yang sesuai dengan keinginan rnasyarakat dan telah rnapan

rnerniliki berbagai karakteristik tertentu dari SBI. Deskripsi ini kemudian

dikembangkan rnenjadi karakteristik utama yang dapat dij adikan sebagai

rujukan bag i pengernbangan SBI oleh pernerintah kabupatenlk.ota.

Direktorat Tenaga Kependidikan telah rnengidentifikasi sejurnlah

karakteristik SBI negara-negara rnaju. Karakteristik ini kemudian digunakan

sebagai dasar untuk rnernetakan sekolah-sekolah berbasis internasional yang

terdapat di Indonesia. Kesenjangan yang mungkin rnuncul dari basil pemetaan

tersebut rnerupakan inforrnasi penting untuk rnerurnuskan strategi pengernbangan

SBI, yang antara lain, rnenyangkut kesiapan suatu sekolah.

Strategi tersebut rnerupakan upaya untuk rnernenuhi Undang-Undang

Nornor 20 Tahun 2003 tentang Sistern Pendidikan Nasional Pasal 50 Ayat 3, yang

rnengharuskan pernerintah danlatau pernerintah daerah (pemda)

menyelenggarakan pads sernua jenjang sekurang-kurangnya satu satuan

pendidikan yang bertaraf internasional. Visi yang rnendasari ketentuan ini

adalah bahwa sistem pendidikan perlu tarnpil sebagai pranata social yang

kuat dan berwibawa. Kondisi seperti ini kiranya diperlukan untuk

rnernberdayakan sernua warga negara Indonesia sebagai manusia

(19)

..

..

3

Penyelenggaraan pendidikan yang bertaraf intemasional dilatarbelakangi

oleh era globalisasi menuntut kemampuan daya saing yang kuat dalam teknologi,

manajemen dan cumber daya manusia, upaya peningkatan mutu, efisien, relevan,

dan memiliki daya saing kuat. Upaya peningkatan mutu, efisiensi, relevansi,

dan peningkatan daya saing secara nasional dan sekaligus intemasional

ditetapkan pentingnya penyelenggaraan pendidikan bertaraf intemasional, baik

untuk sekolah negeri maupun swasta.

Berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bertaraf

internasional, pendidikan bertaraf internasional yang bermutu (berkualitas)

adalah pendidikan yang mampu mencapai standar mutu nasional dan

internasional, pendidikan bertaraf internasional yang efisien adalah

pendidikan yang menghasilkan standar mutu lulusan optimal (berstandar

nasional dan internasional) dengan pembiayaan yang minimal.

Pendidikan bertaraf internasional harus relevan, yaitu

penyelenggaraan pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta

didik, orangtua, masyarakat, kondisi lingkungan, kondisi sekolah, dan

kemampuan pemerintah daerah (kabupatenlkota dan propinsi). Pendidikan

bertaraf internasional harus memiliki days saing yang tinggi dalam hal

hash-hash pendidikan (output dan outcomes), proses, dan input sekolah baik secara

nasional maupun internasional. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan

perlu adanya pengembangan sekolah bertaraf internasional agar mencapai

(20)

'

...

4

Kemajuan globalisasi ditandai dengan persaingan sangat kuat diberbagai

bidang memerlukan penguasaan teknologi, keunggulan manajemen dan sumber

daya manusia (SDM). Terkait dengan tiga hal inilah, pemerintah Indonesia merasa

perlu menyiapkan SDM unggul lewat pembenahan sistem pendidikan nasional

(sisdiknas). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sisdiknas merupakan dasar hukum penyelenggaraan sisdiknas (Depdiknas,

2007:1).

Pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tertuang upaya peningkatan

mutu pendidikan, tepatnya pada pasal 50 ayat 3 yang berbunyi: "Pemerintah danlatau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan, untuk dikembangkan menjadi satuan p endidikan yang bertaraf internasional". lmplementasi dari undang-undang tersebut, Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Manajemen

Pendidikan Dasar dan Menengah akan melaksanakan proses layanan pendidikan

yang berkualitas dan menghasilkan lulusan yang diakui secara nasional dan

intemasional (Depdiknas, 2008:3). Salah satu realisasi dari layanan pendidikan

yang berkualitas ini adalah dengan menyelenggarakan Sekolah Bertaraf

Intemasional (SBI).Menurut Slamet (2008), SBI adalah sekolah nasional yang

menyelenggarakan pendidikan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP)

dan mutu intemasional SNP adalah standar nasional yang terdiri dari delapan

(21)

5

tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan.

Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang

mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Standar isi adalah ruang lingkup

materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi

(

tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus

pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis

pendidikan tertentu. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang

berkaitan dengan pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi

lulusan. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan

prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.

Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang

berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga,

tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain,

tempat berkreasi dan ruangltempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses

pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Standar

pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat

satuan pendidikan, kabupatenlkota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi

dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Standar pembiayaan adalah standar

yang mengatur komponen dan besamya biaya operasi satuan pendidikan yang

(22)

6

pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian

hasil belajar peserta didik (Tim Asa Mandiri, 2006:2-3).

Pemenuhan delapan SNP bagi SBI merupakan indikator kunci minimal.

Indikator tambahan atau plus-nya adalah acuan standar pendidikan dari

negara-negara anggota OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) atau negara-negara maju lainnya. Dalam proses pembelajaran, sesuai buku panduan SBI, pengajaran matematika dan IPA harus menggunakan

bilingual: bahasa Indonesia dan bahasa Inggris (Dharma, 2008). Selain itu, proses

pembelajaran diperkaya juga dengan menerapkan pembelajaran berbasis TIK

(teknologi informasi dan komunikasi) atau yang dikenal dengan information

1 . ...

communication technology (Depdiknas, 2008: 15).

Penyelenggaraan SBI dilakukan pada semua jenjang pendidikan, terrnasuk

sekolah menengah atas (SMA). Haryana (2008) mengemukakan bahwa

penyelenggaraan SBI pada jenjang SMA/MA telah dirintis sejak tahun 1990 an,

yakni sebanyak l 00 sekolah negeri dan dua sekolah swasta. Sementara itu, jumlah

sekolah pada jenjang ini baik negeri maupun swasta lebih dari 22 ribu sekolah.

Minimnya SMA bertaraf internasional yang telah ditetapkan sebagai rintisan lebih

disebabkan pada minimnya pemenuhan persyaratan kriteria oleh sekolah yang

"'

(23)

7

Berdasarkan wawancara bebas yang dilakukan peneliti terhadap guru

kimia yang mengajar di kelas RSBI SMA yang ada di Kota Medan,Binjai dan

Deliserdang. pelaksanaan pembelajaran kimia di kelas RSBI belum memiliki

pedoman yang jelaslkongkrit. Terkhusus dalam pembinaan RSBI, peran serta

pemerintah daerah juga belum ada sehingga pada saat pelaksanaan, perbedaan

yang terlihat antara pembelajaran Kimia di kelas reguler dan RSBI hanya terletak

pada penerapan program bilingual dan ICT saja. Dengan kondisi seperti ini,

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian. Bagaimana pelaksanaan

pembelajaran yang terjadi sesungguhnya pada pembelajaran Kimia dengan

menggunakan bilingual dan ICT serta untuk mengetahui kelebihan dan

kekurangannya. Adapun objek penelitiannya adalah kelas X. Peneliti melakukan

penelitian yang berjudul " Ana/isis kesulitan mengajar dan be/ajar Kimia di Kelas X Rintisan Sekolah Bertaraf lnternasional (RSB/) SMA Negeri di Kota Medan, Binjai dan Deliserdang ".

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan diatas maka

identiftkasi masalah adalah untuk melihat sejauh mana pembelajaran kimia

oleh Guru dan bela jar kimia siswa dengan menggunakan bilingual dan ICT

di Sekolah Rintisan Bertaraf Intemasional (RSBI) SMA Negeri di kota

(24)

1.3

8

Batasan Masalah

Adapun batasan Masalah dalam penelitian ini adalah pembelajaran Kimia

oleh

guru

dan belajar Kimia siswa dengan menggunakan bilingual dan ICT di Sekolah Rintisan Bertaraf Intemasional(RSBI) , pada 3 Sekolah yaitu :

SMA Negeri 1 Medan, SMA Negeri 1 Binjai, SMA Negeri I Lubuk

Pakam.

Rumusan Masalah

Dari ulasan di atas, adapun yang menjadi rumusan permasalahan pada

penelitian ini adalah apakah terdapat kesulitan mengajar dan belajar kimia

di kelas Rintisan Sekolah Bertaraf lnternasioanal( RSBI) SMA Negeri di

Kota Medan, Binjai dan Deliserdang.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah apakah terdapat kesulitan mengajar dan

belajar kimia di kelas Rintisan Sekolah Bertaraf lntemasioanal( RSBI)

SMA Negeri di Kota Medan, Binjai dan Deliserdang.

1.6. Manfaat Penelitian

(25)

9

1. Bagi

guru,

sebagai bahan masukan untuk memperkecil atau bahkan meniadakan kelemahan-kelemahan yang ada pada pembelajaran kimia

di kelas RSBI.

2. Bagi peneliti, dapat memperoleh pengetahuan tentang bagaimana

pelaksanaan pembelajaran kimia di kelas RSBI.

3. Bagi Institusi pendidikan,

a. Perguruan Tinggi, terutama FKIP jurusan kimia sebagai salah satu

gambaran pelaksanaan pembelajaran kimia di kelas RSBI, dan

b. Diknas, sebagai salah satu bahan evaluasi pelaksanaan pembelajaran

di RSBI SMA Negeri yang ada di Kota Medan, Kota Binjai dan

Deliserdang.

z

~

~

?

ffi

ffi

(26)

73

BABV

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan:

Guru mengalami kesulitan dalam mengajar kimia pada RSBI hal ini

dikarenakan kompetensi guru yang masih kurang dan belum

terlaksananya aturan RSBI secara menyeluruh.

Aktivitas guru saat pembelajaran berlangsung masih tergolong ke dalam

kategori sedang.

3. Siswa mengalami kesulitan belajar kimia pada RSBI hal ini dikarenakan

kompetensi siswa yang masih kurang dan belum terbiasanya siswa

dengan pembelajaran secara RSBI.

4. Aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung masih tergolong ke

dalam kategori sedang.

5.2. SARAN

Berdasarkan pengalaman selama penelitian, maka disarankan sebagai

berikut:

1. Sebaiknya kompetensi guru dalam mengajar dipersiapkan sebelum suatu

sekolah ditetapkan menjadi RSBI agar pelaksanaan pembelajaran secara

RSBI dapat terlaksana dengan baik.

MILIK PERPUSTAKAAN

(27)

74

2. Sebaik.nya dilakukan revisi secara berkala terhadap pelaksanaan proses

RSBI oleh petugas yang berwenang.

3. Dilakukannya pelatihan secara rutin terhadap guru dalam meningkatkan

,

kompetensi mengajamya.

4. Sebaiknya dilakukan Evaluasi setiap tahun untuk melihat kemajuan

kinerja sekolah ,meliputi:

a.Kemampuan penguasaan bahasa inggris Guru dan Siswa dengan

menggunakan instrument TOEFL

b.Kemampuan penguasaan siswa dalam mata pelajaran

Mate-matika dan IP A

c.Kelengkapan Infrastruktur

d.Kelengkapan Bahan Ajar(Buku,peralatan)

e.Kepemimpinan Kepala Sekolah

f.Komitmen Pemerintah Daerah dalam mendukung RSBI

5.Sebaiknya basil Evaluasi setiap tahun ini dijadikan pertimbangan dalam

(28)

75

Daftar Pustaka

Astika, G. (2007). Readings in Language Teaching and Research. Salatiga: Widya Sari Press.

Astika, G, Wahyana, A, & Andreyana, R. (2008). Kemampuan bahasa Inggris guru SMA Negeri 1 dan SMK Negeri 2 Salatiga dalam mendukung p rogram SBI.

Laporan penelitian, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

Chin, NgBee, and Wigglesworth, G. (2007). Bilingualism: anAdvancedresource book. Abigdon: Routledge.

Dharma, S. (2007). SekolahBertaraflnternasional: Quo Vadiz?

Http://www.ask.com. Accessed: 19 June 2009

Doughty, C. & Williams, J. (1998). Pedagogical choices in focus on form. In C.

Doughty and J. Williams (Eds.), Focus on Form in Classroom Second Language Acquisition (pp.197 -261 ). New York: Cambridge University Press.

Dudley-Evans, T., & StJohn, M. J. (1998). Developments in ESP: A multi-disciplinary approach. New York: Cambridge University Press.

Elena, S. L. (2006). Recruiting Paraeducators Into Bilingual Teaching Roles: The

(29)

76

Ellis, R. (2000). Task-based research and language pedagogy. Language Teaching Research, 4(3), 193-220.

Gillett, A. (2007). Using English for Academic Purposes. Http://www. UEfAP, Speaking in Academic Contexts, html. A cce s ~ed: May 9, 2008.

Hutchinson, T. & Waters, A. (2006). English for Specific Purp oses. Cambridge: Cambridge University Press.

Lee, C. (2008). Interdisciplinary collaboration in English language teaching:

Some observations from subject teachers' reflections. Reflections on English Language Teaching, vol 7, (2), 129-138.)

Liu, L. (2008). Co-teaching between native and non-native English teachers: An

exploration of co-teaching models and strategies in the Chinese primary school

context. Reflections on English language teaching, vol 7 (2), 103-117.

Long, M. H. (1983). Inside the 'black box': methodological issues in classroom

research on language learning. In H. W. Seliger & M. H. Long (Eds.), Classroom Oriented Research in Second Language Acquisition (pp. 3-38). Cambridge: Newbury House.

Long, M. H. (1996). The role of the linguistic environment in second language

(30)

Menuju sekolah bertaraf internasioanal. Http://sbisman5bekasi.blogspot.com/

Accessed: 20 June 2009

Nunan, D. (2004). Task Based Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press.

77

Pica, T., Kanagy, R., & Falodun, J. (1993). Choosing and Using Communication

Tasks for Second Language Instruction. In G. Crookes & S. M. Gass (Eds.), Tasks and Language Learning: Integrating Theory and Practice (pp. 9-34).

Philadelphia: Multilingual Matters.

Sofa (2009). Konsep Sekolah Bertaraflnternasional.

Http://massofa.wordpress.com. Accessed: 20 June 2009

Wee, S. & Jacobs, G.M. (2006). Implementing cooperative learning with secondary school students. In S.G. McCafferty & G. M. Jacobs (Eds).

Cooperative Learning and Second Language Teaching (pp. 113-133). Cambridge: Cambridge University Press.

Weisberg, R. (2006). Scaffolded feedback: Tutorial conversations with advanced

L2 writers. InK. Hyland & F. Hyland (Eds.). Feedback in Second Language Writing (pp. 246-265). Cambridge: Cambridge University Press.

(31)

78

Willis, J. (2005). Aims and explorations into tasks and task-based teaching. In C.

Edwards & J. Willis (Eds.), Teachers Exploring Tasks in English Language Teaching (pp. 1-12). New York: Palgrave McMillan.

Yule, G. (1997). Referential Communication Tasks. Mahwah: Lawrence Erlbaum Associates.

-

z

?

Referensi

Dokumen terkait

[r]

• Tampilan Gambar 5.5 adalah tampilan bagian form edit tambahan yang berfungsi untuk mengupdate dan menambah history berobat pasien yang pernah berkunjung pada

[r]

Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Sertifikasi Usaha Pariwisata sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al- Qur’an dan teremahannya (Bandung: CV Mikraj Khazanah Ilmu, 2013), h.113.. yang lebih mendalam tentang materi-materi yang ada didalam

keuangan dari orang tua terhadap perilaku keuangan mahasiswa, (3) sikap pada.. uang terhadap perilaku keuangan

Syarat- syaratnya adalah: Harga barang ditentukan jelas dan pasti diketahui pihak penjual dan pembeli, pembayaran cicilan disepakati kedua belah pihak

Pengukuran good corporate governance dengan sebelas indikator memiliki kekurangan pada tahun 2013 dan 2014 banyak bank yang menggunakan penilaian komposit