• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Kerugian Keuangan Negara Menurut Hukum Pidana Korupsi di Indonesia T1 312006051 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Kerugian Keuangan Negara Menurut Hukum Pidana Korupsi di Indonesia T1 312006051 BAB IV"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai 2 sub pokok bahasan

yaitu kesimpulan dan saran

A.KESIMPULAN

Tindak pidana korupsi dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa

(extraordinary crime) karena dampak yang ditimbulkannya memang luar biasa.

Sebab, kejahatan tindak pidana korupsi yang selama ini terjadi secara sistematis

dan meluas, tidak hanya merugikan keuangan Negara, mengganggu stabilitas dan

keamanan masyarakat, serta melemahkan nilai-nilai demokrasi, etika, keadilan,

dan kepastian hukum, sehingga dapat membahayakan kelangsungan

pembangunan, tetapi juga telah melanggar hak-hak social dan ekonomi

masyarakat secara luas. Oleh karena itu, tindak pidana korupsi digolongkan

sebagai kejahatan luar biasa yang pemberantasannya juga harus dilakukan secara

luar biasa juga.

Tindak pidana korupsi digolongkan oleh undang-undang sebagai delik formil.

Dengan demikian, kategori tindak pidana korupsi sebagai delik formil adalah

dimana unsure-unsur perbuatan harus sudah dipenuhi dan bukan lagi menjadi

delik materiil, yang mensyaratkan akibat perbuatan berupa kerugian harus nyata

(2)

Berdasarkan contoh putusan dari Mahkamah Agung yang telah diteliti oleh

penulis, maka akan didapatkan dua pandangan yang berbeda pula oleh para

penegak hukum dalam hal ini adalah para hakim dalam penanganan kasus tindak

pidana korupsi khususnya mengenai pandangan tentang kerugian keuangan

Negara dan sifat kerugiannya. Dalam satu putusan sifat kerugiannya harus nyata

dan telah terjadi, sedangkan putusan yang lain sifatnya tidak harus nyata namun

juga yang potensial atau yang dimungkinkan dapat terjadi.

Untuk dapat menentukan unsure kerugian keuangan Negara dan perekonomian

Negara seperti dalam undang-undang yang mengatur di dalamnya tentang tindak

pidana korupsi bukanlah perkara yang mudah oleh akuntan forensik.

Kompleksitas konsep-konsep hukum mengharuskan akuntan forensic berinteraksi

dengan penyelidik/penyidik/penuntut atau dengan tim pembela. Pertimbangan

hukum yang diharapkan dapat diterima majelis hakim, menentukan perhitungan

kerugian keuangan Negara. Kerugian keuangan Negara tidaklah dihitung dan

ditetapkan dalam tabung hampa, melainkan dibangun dalam suatu konteks

hukum. Sebagaimana kita ketahui bahwa kerugian keuangan Negara tidaklah

hanya kerugian yang bersifat riil, namun juga yang bersifat potensial.

Seharusnya ada keseragaman mengenai konsep pasti tentang kerugian Negara

baik kerugian keuangan Negara dan kerugian perekonomian Negara. Sehingga,

perbedaan pemaknaan dan penafsiran mengenai kerugian Negara khususnya para

penegak hukum dalam penanganan tindak pidana korupsi dapat dihindari karena

(3)

Sehingga, upaya pemberantasan tindak pidana korupsi tidak menemui hambatan

dan lebih memberikan asas kepastian hukum bagi masyarakat.

B.SARAN

Dalam melaksanakan penelitian, penulis mengajukan saran yaitu diperjelasnya

pengertian-pengertian dengan apa itu yang dimaksud dengan “kekayaan Negara”,

“keuangan Negara”, “kerugian keuangan Negara” dan “kerugian perekonomian

Negara” sehingga para penegak hukum tidak akan menemui kesulitan untuk

menentukan ada atau tidaknya unsure kerugian Negara dalam pembuktian satu

tindak pidana korupsi. Dalam peraturan perundang-undangan memang sudah

memberikan ketentuan dan definisi tentang apa itu yang dimaksud dengan

keuangan Negara, kekayaan Negara, dan perekonomian Negara, namun tak jarang

ada perbedaan pengertian apabila dikaji dari satu Undang-Undang ke Peraturan

Perundang-Undangan yang lain. Tentunya hal ini akan menjadi masalah dalam

menetapkan ada atau tidaknya unsure kerugian keuangan Negara dan kerugian

perekonomian Negara dalam Undang-Undang Tipikor khususnya apabila terjadi

kerugian di sector BUMN karena tindak pidana korupsi. Dalam hal ini bisa saja

tindak pidana korupsi mengenai penyalahgunaan wewenang atau kebijakan seperti

yang diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang Tipikor beralih menjadi satu resiko

bisnis seperti yang diatur dalam Undang-Undang mengenai P.T. Tentunya hal ini

akan menjadi celah untuk terdakwa melepaskan diri dari jerat hukum apabila

dapat dibuktikan bahwa tidak terjadi kerugian keuangan maupun perekonomian

(4)

Dengan adanya satu konsep pasti mengenai kerugian keuangan Negara dan

perekonomian Negara yang bisa dijadikan acuan, maka pembuktian telah terjadi

atau tidaknya kerugian Negara dalam kasus tipikor tidak akan menimbulkan

hambatan karena perbedaan pemaknaan dari para penegak hukum dan tentunya

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan hidayah-Nya hingga penulis dapat menyusun hasil penelitian dengan judul, EVALUASI

Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Tambak Tinggi Kecamatan Depati VII dengan rumusan masalah bagaimanakah dampak percepatan pembangunan infrastruktur pasca

Data yang diambil adalah data demografik dan profil klinis pasien yang meliputi usia, jenis kelamin, lateralitas mata yang terkena, mekanisme dan penyebab cedera,

Activities Implementation Locations Project Implementation Unit Construction works and services North Sumatra Province State Electricity

Daerah pengambilan data pada lintasan 1 berada dekat dengan kolam lindi dan kolam rawa yang bersebelahan dengan bentangan lintasan dengan panjang lintasan 220

Hasil observasi minat belajar peserta didik mulai dari pertemuan ke 1,2,3 siklus I sampai pertemuan k e1 dan 2 siklus II menunjukkan peningkatan yang

Demikian halnya dengan keluarga, adalah sebagai lembaga pendididkan pertama seorang anak, sebuah keluarga yang cendrung jauh dari dunia ilmu pengetahuan akan menghasilkan

Tujuan dari penelitian ini adalah mencari nilai rata-rata tekanan intraokular, kedalaman bilik mata depan, dan ketebalan lensa pada pasien preoperasi katarak senilis di RS PHC