HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS
4.1. Hasil Pengujian dan Analisisnya 4.1.2. Huffman Code
(a)
(c)
Gambar 4.1. (a). Probabilitas tiap Karakter; (b). Diagram Pohon Huffman Code; (c).Penghitungan Huffman Code
Pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Huffman Code dilakukan dengan memasukkan kata bermakna, yaitu NAMA dan bit error bernilai 1. Langkah pertama adalah mencari probabilitas tiap karakter, seperti
pada Gambar 4.1.(a). Kemudian dibuat diagram pohon Huffman dengan cara mengurutkan probabilitas tiap karakter dari yang paling besar sampai yang
paling kecil. Setelah itu dua karakter dengan probabilitas terkecil dijumlahkan
dan diurutkan kembali dengan probabilitas yang lain. Begitu seterusnya sampai
total probabilitas untuk seluruh karakter sama dengan 1. Kemudian diberi kode
‘1’ di sebelah kiri dan kode 0 di sebelah kanan, seperti ditunjukan pada Gambar 4.1.(b).
Selanjutnya akan didapatkan hasil penyandian seperti hasil penghitungan
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 4.2.(a). Interval Probabilitas; (b). Diagram Arithmetic Code;(c). Tabel Arithmetic Code; dan (d) Pengawasandian Arithmetic Code.
Pada pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Arithmetic Code,digunakan masukan berupa kata bermakna, yaitu: NAMA dan jumlah bit error nya 1. Pertama-tama probabilitas tiap karakter dicari dan dibuat interval seperti pada Gambar 4.2.(a). Kemudian dibuat diagram Arithmetic Code sesuai dengan masukan berarti, dimulai dari N , A, M, dan A dengan menggunakan
rumus ( ( batas atas-batas bawah) * probabilitas karakter + batas bawah) seperti
pada Gambar 4.2.(b).
Selanjutnya didapat hasil penyandian seperti hasil dan penghitungan
pengawasandiannya dapat mengembalikan lagi seperti kata masukan. Dengan
demikian dapat dilihat bahwa penyandian dan pengawasandian Arithmetic Code sudah bekerja dengan baik sesuai teori yang ada.
4.1.4. Parity Check Code
(a) (b)
Gambar 4.3.(a). Hasil Penyandian Penyandian Parity Check Code; (b). Hasil Pengawasandian Parity Check Code.
Pada pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Parity Check Code, masukan berupa kata bermakna, yaitu: NAMA, jumlah bit error nya 1, dan Paritas Genap. Pertama-tama tiap karakter dijadikan biner berdasarkan kode ASCII. Kemudian jumlah angka 1 dihitung, jika genap, maka bit paritynya 0 dan jika gasal, bit paritynya 1, seperti pada Gambar 4.3.(a). Untuk data error
caranya juga sama, yaitu menghitung angka ‘1’ lagi. Jika genap, maka bit paritynya 0 dan jika gasal, bit paritynya 1 seperti pada Gambar 4.3.(a).
Jika bit paritynya sama dengan data yang dikirim, maka dianggap tidak mengalami error. Dengan ini dapat dilihat bahwa penyandian dan pengawasandian Parity Check Code sudah bekerja dengan baik sesuai teori yang ada.
(a)
(b)
Gambar 4.4.(a).Penyandian LRC; (b). Pengawasandian LRC.
Jika bit LRC nya sama dengan data yang dikirim, maka dianggap tidak mengalami error. Dengan ini dapat dilihat bahwa penyandian dan pengawasandian Longitudinal Redundancy Check telah bekerja dengan baik sesuai teori yang ada.
4.1.6. CRC (Cyclic Redundancy Code)
(b)
Gambar 4.5.(a). Penyandian Cyclic Redundancy Code; (b).Pengawasandian Cyclic Redundancy Code.
Pada pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Cyclic Redundancy Code digunakan masukan berupa 1 karakter, yaitu A, jumlah bit error nya 1, dan pembagi 101. Pertama-tama tiap karakter dijadikan biner berdasarkan kode ASCII. Data dibagi dengan pembagi 101 dan akan mendapatkan sisa CRCnya seperti pada Gambar 4.5.(a). Untuk data error caranya juga sama, yaitu data yang diterima dibagi dengan pembagi seperti pada
Gambar 4.5.(b).
4.1.7. Checksum Code
(a)
(b)
Gambar 4.6.(a). Penyandian Checksum Code; (b).Pengawasandian Checksum Code.
Pada pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Checksum Code digunakan masukan berupa kata bermakna, yaitu: NAMA dan jumlah bit error nya 1. Pertama-tama tiap karakter dijadikan biner berdasarkan kode ASCII. Data dibagi menjadi 2 bagian kemudian kedua bagian tersebut dijumlahkan, dan
kemudian ditambahkan checksum kemudian dikomplemenkan seperti Gambar 4.6 (b).
Jika hasil setelah dideteksi adalah 0 (nol) semua, maka data yang diterima
dianggap tidak mengalami error. Dengan demikian penyandian dan pengawasandian Checksum Code telah bekerja dengan baik sesuai teori yang ada.
4.1.8. Hamming Code
(b)
Gambar 4.7.(a). Penyandian Hamming Code; (b).Pengawasandian Hamming Code.
Pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Hamming Code dilakukan dengan masukan berupa kata bermakna, yaitu: NAMA dan jumlah bit error nya 1. Pertama-tama tiap karakter dijadikan biner berdasarkan kode ASCII. Data biner akan diproses dengan cara menambahkan bit tambahan pada bit ke 1,2,4,8, dan seterusnya seperti Gambar 4.7.(a).
Untuk data error, Hamming Code dapat membetulkan kesalahan tetapi hanya untuk 1 kesalahan saja.
Dengan demikian, dapat dilihat bahwa penyandian dan pengawasandian
(a) (b)
(c) (d)
Pada pengujian simulator penyandian dan pengawasandian BCH Code digunakan masukan 1 karakter, yaitu A, jumlah bit error nya 1. Pertama-tama tiap karakter dijadikan biner berdasarkan kode ASCII. Data diubah menjadi fungsi x dan dimodulo g(x) seperti pada Gambar 4.8.(a). Untuk data error, caranya juga sama, yaitu data yang diterima dimodulo g(x) dengan seperti pada Gambar 4.8.(b). Untuk lebih sederhananya, bisa dilihat contoh penyandian BCH Code pada Gambar 4.8.(c) dan contoh pengawasandian BCH Code. Gambar 4.8.(d).
Jika hasil sisa modulonya setelah dideteksi pada data yang diterima hasilnya
adalah 0, maka data yang diterima dianggap tidak mengalami error. Dengan demikian dapat dilihat bahwa penyandian dan pengawasandian BCH Code dapat bekerja dengan baik sesuai teori.
4.1.10.Convolution Code
(b)
(c)
Gambar 4.9.(a). Penyandian Convolution Code; (b).Penyandian Convolution Code;(c)Pengawasandian Convolution Code.
Pada pengawasandian Convolution Code menggunakan diagram trelis yang dihitung menggunakan pendekatan nilai-nilai pada setiap titik diagram
trelis sehinggga dapat memeriksa kesalahan.
4.1.11.Reed Salomon Code 4.1.12.
(a)
(b)
Salomon Code menggunakan contoh bukan seperti kode pertama sampai kode kesembilan. Dikarenakan kode ini merupakan kode yang paling kompleks dari
pada yang lain. Cara penyandian dan cara pengawasandiannya hampir sama
dengan BCH Code tetapi lebih sulit karena cara pengoreksiannya multibit. Contoh yang dipakai dalam simulasi ini menggunakan RS(7,5) karena dirasa mudah dan sederhana untuk dimengerti cara proses penyandian dan
pengawasandian. Proses penyandian dan pengawasandian ditunjukkan pada
Gambar 4.10(a) dan Gambar 4.10(b).
4.2. Hasil Perolehan Data Kuesioner
Tabel 4.1. Kuesioner Responden.
No Pertanyaan Jawaban
1 2
1. Proses penyandian dan pengawasandian Huffman Code dapat dimengerti dengan baik
2. Proses penyandian dan pengawasandian Arithmetic Code dapat dimengerti dengan baik
3. Proses penyandian dan Parity Check Code dapat dimengerti dengan baik
4. Proses penyandian dan pengawasandian Longitudinal Redundacy Check Code (LRC Code) dapat dimengerti dengan baik
5. Proses penyandian dan pengawasandian Cyclic Redundacy Check Code (CRC Code) dapat dimengerti dengan baik 6. Proses penyandian dan pengawasandian Checksum Code
dapat dimengerti dengan baik
7. Proses penyandian dan pengawasandian Hamming Code dapat dimengerti dengan baik
8. Proses penyandian dan pengawasandian BCH Code dapat dimengerti dengan baik
9. Proses penyandian dan pengawasandian Convolution Code dapat dimengerti dengan baik
10. Proses penyandian dan pengawasandian Reed Salomon Code dapat dimengerti dengan baik
11. Secara keseluruhan penyandian dan pengawasandian mudah digunakan
12. Simulator ini dapat membantu anda dalam perkuliahan, khususnya untuk mata kuliah konsentrasi telekomunikasi dan anda tertarik untuk menggunakannya.
Tabek 4.1 menunjukkan kuisoner yang harus diisi oleh responden. Kuesioner
diberikan kepada 30 responden yang terdiri dari mahasiswa teknik elektro
dengan syarat sudah atau sedang menempuh mata kuliah Sistem Komunikasi,
Jaringan Telekomunikasi, atau Matematatika Diskrit.Responden berasal dari
tahun angkatan yang bervariasi yaitu angkatan 2008, 2009, 2010, 2011, dan
2012. Kuesioner berisi 13 pertanyaan dan setiap pertanyaan diberikan 2 pilihan
jawaban: 1 (setuju) dan 2 (tidak setuju).Untuk jawaban setuju diberikan poin 1
dan untuk jawaban tidak setuju diberikan poin 0. Dan simulator ini dianggap
berhasil apabila nilai rata-rata poin kuesioner adalah 70%. Hasil kuesioner
No Pertanyaan Jawaban
1 2
1. Proses penyandian dan pengawasandian Huffman Code dapat dimengerti dengan baik
30
(100%)
0
(0%)
2. Proses penyandian dan pengawasandian Arithmetic Code dapat dimengerti dengan baik
23
(76,67%)
7
(23,33%)
3. Proses penyandian dan Parity Check Code dapat dimengerti dengan baik
30
(100%)
0
(0%)
4. Proses penyandian dan pengawasandian Longitudinal
Redundacy Check Code(LRC Code) dapat dimengerti
dengan baik
28
(93,33%)
2
(6,67%)
5. Proses penyandian dan pengawasandian Cyclic Redundacy Check Code(CRC Code) dapat dimengerti dengan baik
25
(83,33%)
5
(16,67%)
6. Proses penyandian dan pengawasandian Checksum Code dapat dimengerti dengan baik
28
(93,33%)
2
(6,67%)
7. Proses penyandian dan pengawasandian Hamming Code dapat dimengerti dengan baik
27
(90%)
3
(10%)
8. Proses penyandian dan pengawasandian BCH Code dapat dimengerti dengan baik
12
(40%)
18
(60%)
9. Proses penyandian dan pengawasandian Convolution Code dapat dimengerti dengan baik
19
(63,3%)
11
(36,7%)
10. Proses penyandian dan pengawasandian Reed Salomon Code dapat dimengerti dengan baik
15
(50%)
15
(50%)
11. Secara keseluruhan penyandian dan pengawasandian mudah digunakan
28
(93,33%)
2
(6,67%)
12. Simulator ini dapat membantu anda dalam perkuliahan, khususnya untuk mata kuliah konsentrasi telekomunikasi dan anda tertarik untuk menggunakannya.
28
(93,33%)
2
(6,67%)
13. Pedoman aplikasi untuk pengguna jelas dan membantu. 30
(100%)
0
(0%)
Rerata 323
(82,82%)
67
Nilai rerata kepuasan responden terhadap simulator adalah 82,82%
didapat dari
Nilai
rata-rata poin setuju minimal yang diharapkan yaitu 70%, ternyata didapatkan hasil
nilai rata-rata poin setuju sebesar . Artinya, simulator ini dianggap
berhasil dan responden merasa puas dengan simulator yang dibuat.
Dilihat dari hasil ini Huffman Code dan Parity Check Code mendapatkan nilai 100% dikarenakan penyandian Huffman Code dan Parity Check Code termasuk mudah dan sudah diajarkan pada matematika diskrit dan untai digital.
Arithmetic Code mendapatkan hasil lebih jelek daripada Huffman Code yaitu 76,67% dikarenakan penyandian ini memiliki penghitungan yang cukup sulit
dan penyandian ini belum pernah diajarkan pada salah satu pelajaran matematika
diskrit, sistem komunikasi, maupun jaringan telekomunikasi. Sedangkan Cyclic Redundancy Code mendapatkan 83,33 % dikarenakan penyandiannya cukup sulit karena adanya pembagian biner yang rumit. Hamming Code mendapatkan presentase yang tinggi yaitu 90%. Hamming Code sudah pernah diajarkan pada mata kuliah lain seperti jaringan komputer,dan komunikasi data, meskipun
penyandian Hamming Code termasuk penyandian yang cukup sulit.
Pada BCH Code, Convolution Code, dan Reed Salomon Code mendapatkan hasil yang kurang memuaskan karena kurang dari 70%.
Dikarenakan penyandian dan pengawasandian ketiga kode tersebut sangat sulit
dibandingkan ketujuh kode yang lainnya. BCH Code mendapatkan hasil lebih jelek daripada Reed Salomon Code karenakan Reed Salomon hanya memberi contoh yang sederhana sedangkan BCH Code diberi masukan sehingga penyandian dan pengawasandiannya terlihat lebih rumit dibandingkan Reed Salomon Code.
Bagi responden yang merupakan mahasiswa pengambil mata kuliah
jaringan telekomunikasi, sistem komunikasi, dan komunikasi data, cukup mudah
untuk mengerti setiap penyandian dan pengawasandian dikarenakan saat
menempuh mata kuliah tersebut sebagian besar penyandian sudah pernah
diajarkan dan hanya tinggal mengingatnya saja. Sedangkan mahasiswa yang
hanya mengambil matematika diskrit saja, hanya tahu dasar-dasarnya saja
simulator masih menggunakan bantuan pembuat dikarenakan kedua kode ini
merupakan penyandian yang sangat rumit.
Dengan user interface yang sederhana penggunaan simulator ini termasuk mudah untuk dioperasikan dan sudah cukup berwarna. Beberapa
responden memberikan saran untuk pengembangan simulator ini yaitu