• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DAN FRAKSI- Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Dan Fraksifraksinya Terhadap Staphylococcus Aureus Multiresisten Dan Streptococcu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DAN FRAKSI- Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Dan Fraksifraksinya Terhadap Staphylococcus Aureus Multiresisten Dan Streptococcu"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN

KELAPA SAWIT (

Elaeis guineensis

Jacq.) DAN

FRAKSI-FRAKSINYA TERHADAP

Staphylococcus aureus

MULTIRESISTEN DAN

Streptococcus pyogenes

SERTA PROFIL KLTNYA

SKRIPSI

Oleh :

ISTIQOMAH

K 100 100 122

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SURAKARTA

(2)
(3)

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN KELAPA SAWIT (Elaeis guinennsis Jacq.) DAN FRAKSI-FRAKSINYA TERHADAP

Staphylococcus aureus MULTIRESISTEN DAN Streptococcus pyogenes

SERTA PROFIL KLTNYA

ANTIBACTERIAL ACTIVITY ETHANOL EXTRACT OF PALM OIL LEAVES (Elaeis guinennsis Jacq.) AND FRACTIONS AGAINST Staphylococcus aureus multiresistant AND Streptococcus pyogenes

WITH PROFILE TLC

Istiqomah*, Rima Munawaroh

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani, Tromol Pos I, Pabelan Kartasura Surakarta 57102

*Email: Istiqomahthemajestic@gmail.com

ABSTRAK

Daun kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacg.) telah diteliti memiliki aktivitas antibakteri terhadap beberapa bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun kelapa sawit dan fraksi-fraksinya terhadap Staphylococcus aureus multiresisten dan Streptococcus pyogenes serta profil Kromatografi Lapis Tipis (KLT) kandungan senyawa didalam ekstrak dan fraksi. Daun kelapa sawit diekstraksi dengan menggunakan etanol 96% hingga diperoleh ekstrak etanol kental. Ekstrak dilarutkan dengan etanol:air (1:1) v/v kemudian difraksinasi dengan partisi cair-cair menggunakan n-heksan, kloroform dan etil asetat. Ekstrak etanol dan fraksi-fraksinya diuji aktivitas antibakteri dengan menggunakan metode Kirby Bauer dengan parameter diameter zona hambat. Kandungan senyawa dideteksi dengan KLT. Hasil penelitian menunjukkan fraksi etanol-air dan fraksi etil asetat mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus multiresisten tetapi tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes. Diameter zona hambat fraksi etanol-air lebih kecil jika dibandingkan fraksi etil asetat. Diameter zona hambat terendah dihasilkan fraksi etanol-air dengan konsentrasi 2,25 mg/disk (7,27±0,05 mm) sedangkan untuk fraksi etil asetat dengan konsentrasi 1,5 mg/disk (7,0±0,0 mm). Berdasarkan hasil KLT fraksi etil asetat mengandung senyawa tanin, alkaloid dan flavonoid, sedangkan fraksi etanol-air mengandung senyawa alkaloid dan tanin.

Kata Kunci : Elaeis guineensis Jacq., Antibakteri, ekstrak etanol, Staphylococcus aureus multiresisten, Streptococcus pyogenes, KLT

ABSTRACT

(4)

diluted with ethanol: water (1:1) v / v and then fractionated by liquid-liquid partition using n-hexane, chloroform and ethyl acetate. Ethanol extracts and fractions tested antibacterial activity using kirby bauer method with parameters inhibition zone diameter. The content of the compounds tested by Thin Layer Chromatography (TLC). The results showed ethanol-water fraction and ethyl acetate fraction could inhibit the growth of Staphylococcus aureus multiresistant bacteria but not able to inhibit the growth of bacteria Streptococcus pyogenes. Inhibition zone diameter of ethanol-water fraction smaller than ethyl acetate fraction. Lowest inhibition zone diameter of the resulting fractions of ethanol-water at a concentration of 2.25 mg / disk (7.27 ± 0.05 mm), while for ethyl acetate fraction with a concentration of 1.5 mg / disc (7.0 ± 0.0 mm ). Based on the results of TLC ethyl acetate fraction containing alkaloids, tannins, steroids, and flavonoids. While the ethanol-water fraction containing alkaloid and tannins.

Keywords: Elaeis guineensis Jacq., Antibacterial, ethanol extract, Staphylococcus aureus multiresistant, Streptococcus pyogenes, TLC

PENDAHULUAN

Resistensi antibiotik sekarang telah menjadi perhatian global. Dalam

beberapa tahun terakhir terdapat beberapa insiden peningkatan resistensi

antibiotik terhadap manusia (Westh et al., 2004). Pengobatan infeksi dengan

kombinasi berbagai antibiotik yang semula dipercaya mampu memusnahkan

bakteri penyebab infeksi ternyata menimbulkan permasalahan baru, yaitu

munculnya bakteri multiresisten (Maryati et al., 2007). Bakteri Staphylococcus

aureus dan Streptococcus pyogenes merupakan patogen utama yang bertanggung

jawab terhadap banyak penyakit yang mengancam hidup (Ahameethunisa, 2010;

Hart, 2004). Menurut penelitian Westh (2004), Staphylococcus aureus telah

resisten terhadap antibiotik metisilin, kuinolon dan aminoglikosida. Sedangkan

bakteri Streptococcus pyogenes adalah bakteri yang sangat sensitif terhadap

penisilin (O'Leary, 1989).

Munculnya resistensi antibiotik merupakan pengurangan efikasi yang serius

sehingga dapat meningkatkan jumlah infeksi yang sulit diobati. Pengembangan

obat-obat non antibiotik mulai digerakkan untuk mengatasi masalah multiresisten

tersebut (Chusri et al., 2009), antara lain mengembangkan antibiotik baru dari

sumber alam, terutama dari tanaman (Ahmad, 2013; Parekh, 2007). Elaeis

guineensis Jacq. adalah tanaman yang memiiki sifat antibakteri (Chong et al,

(5)

Penelitian sebelumnya terhadap ekstrak metanol daun kelapa sawit

menunjukkan adanya aktivitas antibakteri terhadap Salmonella typhi, Bacillus

subtilis, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Pseudomonas aeruginosa

(Chong et al.,2008; Vijayaratna et al., 2012). Berdasarkan penelitian tersebut

perlu dikembangkan untuk melanjutkan penelitian daun kelapa sawit dengan

memfraksinasi ekstrak etanol menggunakan n-heksan, kloroform, etil asetat,

etanol air dan menguji aktivitas antibakterinya terhadap Staphylococcus aureus

multiresisten dan Streptococcus pyogenes serta melakukan uji kualitatif

kandungan senyawa yang terdapat dalam ekstrak dan fraksi tersebut.

METODE PENELITIAN Alat

Autoklaf (My Life®), oven, inkubator shaker (New Brunswick®),

inkubator (Memmert®), mikroskop (Olympus®), alat timbang (Precisa®),

mikropipet (Socorex®), Laminar Air Flow (Astari Niagara International®), alat

vorteks, dan kompor listrik.

Bahan

Bakteri yang digunakan : Staphylococcus aureus multiresisten, Streptococcus

pyogenes yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran

UGM. Bahan yang digunakan dalam uji aktivitas antibakteri : ekstrak etanol daun

kelapa sawit dan fraksi-fraksinya, etanol 96%, disc blank (Oxoid), disc antibiotic

Kloramfenikol (Oxoid), Meropenem (Oxoid), media cair BHI (Oxoid), media MH

(Oxoid), media agar darah yang diperoleh dari Fakultas Kedokteran UNS, cat

Gram A, cat Gram B, cat Gram C, cat Gram D, formalin 1%, Hidrogen peroksida,

media KIA (Oxoid), media MIO (Oxoid), media MSA (Oxoid), NaCl (Merck),

dan reagen Kovac. Jalannya Penelitian Identifikasi Bakteri

Identifikasi bakteri dilakukan dengan uji biokimia dan pengecatan Gram.

Uji Sensitivitas Antibiotik

Bakteri di uji dengan menggunakan beberapa antibiotik, yaitu Ampisilin,

(6)

Uji Aktivitas Antibakteri

Fraksi n-heksan, kloroform, etil asetat dan etanol-air yang telah dibuat

seri konsentrasi (10%,15%, dan 20%), masing-masing dimasukkan ke dalam disk

kosong sebesar 15 µL. Etanol dimasukkan ke dalam disk yang lain sebagai

kontrol negatif. Media MH dituang ke dalam cawan petri sebanyak 20 mL.

Selanjutnya 300 µL suspensi bakteri yang telah dibuat setara dengan 1,5x108

CFU/mL diteteskan ke dalam media, kemudian diratakan dengan spreader glass.

Disk yang telah diisi masing-masing fraksi n-heksan, kloroform, etil asetat dan

etanol-air dengan berbagai seri konsentrasi, disk yang berisi etanol (kontrol

negatif), dan disk antibiotik kloramfenikol (kontrol positif S aureus) dan

meropenem (kontrol positif S pyogenes) diletakkan di atas media. Setelah itu

diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37°C dan diamati diameter zona

hambatnya. Pengujian direplikasi tiga kali.

Uji KLT

Ekstrak etanol dan fraksi-fraksinya dilarutkan dengan etanol. Larutan

sampel sebanyak 3 µL ditotolkan pada fase diam silika GF254 yang diaktifkan

dulu dengan cara dipanasi pada suhu 1050C-1100C selama 1 jam kemudian dielusi

dengan fase gerak hasil optimasi. Hasil kromatogram diamati pada UV254 nm

dan UV 366 nm. Bercak dideteksi dengan pereaksi semprot FeCl3, sitroborat,

dragendrof, Libermann Burchard (LB).

Teknik Analisis

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol dan Fraksi-Fraksinya

Diameter zona hambat diamati baik yang radikal maupun irradikal.

Radikal berarti yang dapat membunuh bakteri sedangkan irradikal berarti yang

tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Diameter zona hambat antara

ekstrak etanol dan fraksi-fraksinya dibandingkan.

Kromatografi Lapis Tipis

Hasil deteksi Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dibandingkan dengan

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Identifikasi Bakteri

Identifikasi bakteri dilakukan dengan cat Gram dan uji biokimiawi.

Berdasarkan hasil pada Tabel 1 dan Tabel 2 maka bakteri yang digunakan sebagai

bahan uji ialah benar Staphylococcus aureus multiresisten dan Streptococcus

pyogenes yang berasal dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran

UGM.

Tabel 1. Hasil Teknik Pengecatan Gram dengan Perbesaran 1000x

Bakteri Pengamatan Pustaka (Fidanoski, 2007)

Bentuk Warna Bentuk Warna

Staphylococcus aureus Bulat, bergerombol Ungu Bulat, bergerombol Ungu Streptococcus pyogenes Bulat, membentuk rantai Ungu Bulat,membentuk rantai Ungu

Tabel 2. Hasil Uji Biokimiawi Bakteri Staphylococcus aureus multiresistendan Streptococcus pyogenes

Bakteri Hasil Pengamatan Pada Media Pustaka (Spring, 2009)

Kligers Iron Agar (KIA) Kligers Iron Agar (KIA)

Staphylococcus aureus Perubahan warna media dari merah menjadi kuning (miring dan bawah),tidak terdapat gas dan H2S

Perubahan warna media dari merah menjadi kuning (miring dan bawah),tidak terdapat gas dan H2S

Streptococcus pyogenes Perubahan warna media dari merah menjadi kuning (miring dan bawah),tidak terdapat gas dan H2S

Perubahan warna media dari merah menjadi kuning (miring dan bawah),tidak terdapat gas dan H2S

Katalase Katalase

Staphylococcus aureus Katalase positif (terdapat buih) Katalase positif (terdapat buih) Streptococcus pyogenes Katalase negatif (tidak terdapat

buih)

Katalase negatif (tidak terdapat buih)

Manitol Salt Agar (MSA) Manitol Salt Agar (MSA)

Staphylococcus aureus Perubahan warna media dari merah menjadi kuning

Perubahan warna media dari merah menjadi kuning

Motility Indol Ornithin (MIO) Motility Indol Ornithin (MIO)

Streptococcus pyogenes Tidak ada pergerakan pada bekas tusukan, tidak ada indol dan deksrboksilase ornitin

Tidak ada pergerakan pada bekas tusukan, tidak ada indol dan deksrboksilase ornitin

Hasil Uji Sensitivitas

Uji sensitivitas bertujuan untuk melihat tingkat sensitivitas dan resistensi

bakteri terhadap antibiotik. Antibiotik yang digunakan dalam uji sensitivitas ialah

tetrasiklin, ampisilin, kloramfenikol, eritromisin, fosfomisin dan meropenem.

Hasil uji menunjukkan bakteri S.aureus bersifat resisten terhadap antibiotik

tetrasiklin, ampisilin dan eritromisin, bersifat intermediate terhadap antibiotik

kloramfenikol. Sedangkan bakteri Streptococcus pyogenes menunjukkan sifat

(8)

Tabel 3. Hasil Uji Sensitivitas Bakteri S.aureus dan Streptococcus pyogenes Terhadap Antibiotik.

Bakteri Disc Antibiotik

Standar resistensi zona hambat bakteri Resisten Intermediate Sensitif

S.aureus

Bakteri Staphylococcus aureus multiresisten dan Streptococcus pyogenes

disubkultur dengan cara digores secara streak plate kemudian diinkubasi pada

suhu 370C semalam, diambil 3-5 koloni dengan menggunakan ose steril,

kemudian disuspensikan pada 2 mL media BHI, diinkubasi dengan shacker

incubator selama 2 jam. Suspensi diambil 200 µL dan diencerkan dengan salin

steril sehingga mempunyai kekeruhan yang sama dengan standar Mc Farland

1,5x108 CFU/mL. Suspensi pada konsentrasi terakhir digunakan untuk pengujian.

Pembuatan Seri Konsentrasi Ekstrak Etanol dan Fraksi-Fraksinya

Pembuatan seri konsentrasi ekstrak etanol dibuat dengan cara ditimbang

100 mg, 130 mg dan 150 mg dilarutkan dengan etanol 1 ml sehingga diperoleh

konsentrasi 10%, 13% dan 15 %. Sedangkan fraksi n-heksan, kloroform, etil

asetat dan etanol-air ditimbang masing-masing fraksi berturut-turut 100 mg,

150 mg dan 200 mg dilarutkan dengan etanol 1 ml sehingga diperoleh

konsentrasi 10%, 15% dan 20%.

Hasil Aktivitas Ekstrak Etanol dan Fraksi-Fraksinya

Uji aktivitas antibakteri dilakukan terhadap bakteri Staphylococcus

aureus multiresisten dan Streptococcus pyogenes. Konsentrasi ekstrak etanol daun

kelapa sawit yang digunakan adalah 1,5 mg/disk, 1,95 mg/disk dan 2,25 mg/disk.

Sedangkan konsentrasi fraksi-fraksinya yaitu 1,5 mg/disk, 2,25 mg/disk, dan

3,0 mg/disk.

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa fraksi etanol-air ekstrak etanol

daun kelapa sawit dengan konsentrasi 2,25 mg/disk dan 3,0 mg/disk mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus multiresisten yang

(9)

etil asetat ekstrak etanol daun kelapa sawit dengan konsentrasi 1,5 mg/disk, 2,25

mg/disk, dan 3,0 mg/disk juga mampu menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus multiresisten. Ekstrak dan fraksi-fraksi lainnya tidak dapat

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus multiresisten ditandai

dengan tidak adanya zona hambat disekitar disk.

Baik ekstrak maupun fraksi daun kelapa sawit dengan konsentrasi yang

sama tidak mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus pyogenes. Hal

ini ditunjukkan dengan tidak adanya zona hambat di sekitar disk. Hal tersebut

dikarenakan bakteri Streptococcus pyogenes adalah bakteri yang dinding selnya

terdiri atas peptidoglikan yang sangat tebal sehingga memberikan kekakuan untuk

mempertahankan keutuhan sel (Abdullah & Retnoningrum, 2003 cit Madani A,

2010).

Diameter zona hambat yang dihasilkan fraksi etanol-air dengan

konsentrasi 2,25 mg/disk (7,27±0,05 mm) dan dengan konsentrasi 3,0 mg/disk

(7,50±0,08 mm). Sedangkan diameter zona hambat yang dihasilkan fraksi etil

asetat berturut-turut dengan konsentrasi 1,5 mg/disk (7,0±0,0 mm), konsentrasi

2,25 mg/disk (8,0±0,0 mm) dan konsentrasi 3,0 mg/disk (9,0±0,0 mm). Kontrol

positif (kloramfenikol) pada bakteri Staphylococcus aureus multiresisten memiliki

zona hambat 17,00±0,47 mm. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri

dari fraksi etanol-air dan etil asetat lebih lemah dibandingkan dengan kontrol

positifnya. Etanol sebagai kontrol negatif tidak terdapat zona hambat, sehingga

zona hambat yang dihasilkan dari fraksi etil asetat dan etanol-air tersebut murni

dari fraksi dan tidak dipengaruhi oleh pelarut.

Hasil penelitian ini menunjukkan fraksi etanol-air memiliki aktivitas

antibakteri terhadap Staphylococcus aureus multiresisten pada konsentrasi

terendah 2,25 mg/disk dengan diameter zona hambat 7,25±0,05 mm, sedangkan

fraksi etil asetat dengan konsentrasi 1,5 mg/disk dengan diameter zona hambat

7,0±0,0 mm. Hal ini menunjukkan bahwa fraksi etil asetat lebih poten dalam

membunuh bakteri Staphylococcus aureus multiresisten jika dibandingkan dengan

(10)

senyawa yang mempunyai aktivitas antibakteri, sehingga menghasilkan zona

hambat yang lebih besar.

Tabel 4. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi-Fraksi Ekstrak Etanol Daun Kelapa Sawit terhadap

Staphylococcus aureus multiresisten dan Streptococcus pyogenes

Komponen Seri konsentrasi (mg/disk)

Diameter zona hambat (mm)

Staphylococcus aureus multiresisten

Streptococcus pyogenes

Ekstrak 1,5 6,00±0,00 6,00±0,00

1,95 6,00±0,00 6,00±0,00

2,25 6,00±0,00 6,00±0,00

Fraksi n-Heksan

1,5 6,00±0,00 6,00±0,00

2,25 6,00±0,00 6,00±0,00

3 6,00±0,00 6,00±0,00

Fraksi Kloroform

1,5 6,00±0,00 6,00±0,00

2,25 6,00±0,00 6,00±0,00

3 6,00±0,00 6,00±0,00

Fraksi Etil Asetat

1,5 7,00±0,00 6,00±0,00

2,25 8,00±0,00 6,00±0,00

3 9,00±0,00 6,00±0,00

Fraksi Etanol-Air

1,5 6,00±0,00 6,00±0,00

2,25 7,27±0,05 6,00±0,00

3 7,50±0,08 6,00±0,00

Kontrol + 17,00±0,82 25,00±0,82

Kontrol - 6,00±0,00 6,00±0,00

Keterangan : *=diameter zona hambat termasuk diameter disk

Hasil Kromatografi Lapis Tipis

Identifikasi kandungan kimia ekstrak etanol daun kelapa sawit dan

fraksi-fraksinya dilalukan secara kualitatif terhadap flavonoid, aklaloid, saponin, tanin,

steroid, dan terpenoid karena senyawa-senyawa tersebut terdapat dalam daun

kelapa sawit (Sasidharan, 2010). Kromatografi lapis tipis digunakan untuk

mengidentifikasi kandungan senyawa kimia tersebut.

Golongan senyawa flavonoid secara teoritis pada UV 254 akan

menghasilkan pemadaman hal ini dikarenakan senyawa flavonoid memiliki ikatan

rangkap terkonjugasi yang panjang, tetapi sinar UV 254 tidak dapat mengeksitasi

elektron dalam jumlah yang banyak dan tidak dapat menghasilkan flurosensi

sehingga memadamkan flurosensi indikator dari fase diam (terjadi pemadaman)

(Gritter et al, 1991 cit Yuliastuti, 2013). Pada UV 366 senyawa flavonoid

menghasilkan flurosensi biru, hijau biru, ungu atau biru kelabu (Wagner, 1984 cit

Sari, 2010), flurosensi tersebut dapat terjadi karena adanya interaksi antara sinar

(11)

tampak merupakan hasil emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen ketika

elektron tereksitasi dari tingkat dasar ketingkat yang lebih tinggi dan kemudian

kembali seperti semula sambil melepaskan energi (Rahayu, 2010 cit Pratiwi,

2013), sedangkan setelah disemprot dengan pereaksi semprot sitoborat

memberikan warna kuning kehijauan (Sari, 2010).

Golongan senyawa saponin secara teoritis tidak menghasilkan pemadaman

pada UV 254 dan tidak menghasikan flurosensi pada UV 366 (Wagner, 1996 cit

Yuliastuti, 2013). Deteksi saponin menggunakan reagen LB memberikan warna

hijau biru dengan kebanyakan sterol dan triterpena alkohol (Yuliastuti, 2013).

Sedangkan untuk triterpenoid menghasilkan warna merah ungu (violet)

(Farnsworth, 1996).

Golongan senyawa fenolik pada UV 254 menghasilkan pemadaman, pada

UV 366 menghasilkan flurosensi biru tua atau biru kelabu, dan setelah disemprot

dengan pereaksi semprot FeCl3 memberikan warna hijau kelabu (Sari, 2010), biru

kehitaman, hijau atau biru kehijauan (Harbone, 1987 cit Yuliastuti, 2013).

Sedangkan golongan senyawa alkaloid pada UV 254 menghasilkan

pemadaman, pada UV 366 menghasilkan flurosensi biru, hijau biru, ungu atau

biru kelabu, setelah disemprot dengan pereaksi sitoborat memberikan kuning

kehijauan (Sari, 2010).

Hasil KLT ekstrak etanol dengan fase gerak etil asetat 2 ml didapatkan

berbagai bercak. Bercak dideteksi dengan reagen semprot. Hasilnya ekstrak etanol

positif mengandung alkaloid, tanin, dan flavonoid. Senyawa alkaloid dan tannin

ditunjukkan pada bercak pertama dengan reagen dragendrof terjadi bercak coklat

(positif alkaloid), reagen FeCl3 terjadi bercak hijau kelabu (positif tannin)

dilanjutkan uji gelatin hasilnya positif mengandung tanin. Senyawa flavonoid

ditunjukkan pada bercak kedua dengan reagen sitoborat terjadi warna kuning

(12)

Tabel 5. Hasil uji KLT ekstrak etanol daun kelapa sawit

Keterangan: H (hijau), P ( pemadaman), HB (hijau biru), C (coklat), M (merah), HK (hijau kelabu), HKG (hijau kuning), A (alkaloid), T (tanin), F (flavonoid) dan TT (triterpen)

Hasil KLT fraksi heksan dengan menggunakan fase gerak perbandingan antara n-heksan: aseton: etil asetat (4:2:1) v/v/v didapatkan bercak, bercak dideteksi menggunakan reagen semprot sitoboratterlihat bercak ke-1 mengandung flavonoid dengan adanya fluoresensi kuning kehijauan.

Tabel 6. Hasil KLT fraksi n-heksan dengan jarak pengembangan 5 Cm

No Rf Vis UV 254 UV

Keterangan: H (hijau), P ( pemadaman), HB (hijau biru), M (merah), HK (hijau kelabu), HKG (hijau kuning), dan F (flavonoid)

Hasil KLT fraksi kloroform menggunakan fase gerak perbandingan antara kloroform: etil asetat (4:6) v/v. Deteksi menggunakan reagen FeCl3 terjadi warna hijau

kelabu pada bercak ke- 1, hal ini ditegaskan menggunakan uji gelatin hasilnya positif fraksi kloroform mengandung tanin.

Tabel 7. Hasil KLT fraki kloroform dengan jarak pengembangan 5cm

No Rf Vis UV 254 UV 366

(13)

Hasil KLT fraksi etil asetat menggunakan fease gerak etil asetat: kloroform: metanol (18:8:4) v/v/v. Deteksi dengan reagen semprot LB untuk mendeteksi adanya senyawa steroid ditunjukkan dengan adanya warna hijau pada bercak ke 3, reagen sitoborat untuk mendeteksi adanya senyawa flavonoid yang terlihat pada UV 366 pada bercak 2, 3 dan 4 menjadi warna kehijauan, reagen dragendrof untuk mendeteksi adanya senyawa alkaloid ditunjukkan pada bercak 1 terjadi warna coklat dan FeCl3 digunakan

untuk mendeteksi senyawa tanin yang ditunjukkan adanya warna hiaju kelabu pada bercak 1. Senyawa tanin ditegaskan kembali menggunakan uji gelatin, hasilnya fraksi etil asetat positif mengandung tanin.

Tabel 8. Hasil KLT fraki etil asetat dengan jarak pengembangan 5 cm

No Rf Vis UV 254 UV 366

Keterangan Tabel 8. H (hijau), P ( pemadaman), BK (biru kelabu), C (coklat), M (merah), HK (hijau kelabu), HKG (hijau kuning), A (alkaloid), T (tanin), S (steroid) dan F (flavonoid)

Hasil KLT fraksi etanol-air menggunakan fease gerak etil asetat: kloroform: metanol (18:8:4) v/v/v. Alkaloid pada bercak 1 berwarna coklat setelah disemprot dragendrof dan tannin pada bercak 1 berwarna hijau kelabu setelah disemprot dengan FeCl3. Senyawa tanin ditegaskan kembali menggunakan uji gelatin, hasilnya fraksi

etanol-air positif mengandung tanin.

Tabel 9. Hasil KLT fraksi etanol air dengan jarak pengembangan 5 cm

No

Keterangan Tabel 9. H (hijau), P ( pemadaman), BK (biru kelabu), C (coklat), HK (hijau kelabu), A (alkaloid) dan T (tanin)

(14)

etanol-air tersari senyawa alkaloid, dan tanin. Hal tersebut sudah sesuai dengan penelitian Sasidharan (2010), bahwa daun kelapa sawit mengandung senyawa tanin, flavonoid, alkaloid, steroid, dan terpenoid.

Tabel 11. Hasil kandunagn senyawa ekstrak etanol dan fraksinya

Komponen Kandungan senyawa

Ekstrak etanol Alkaloid, tanin, dan flavonoid Fraksi n-heksan Flavonoid

Fraksi kloroform Tanin

Fraksi etil asetat Alkaloid, tanin, steroid dan flavonoid Fraksi etanol-air Alkaoloid, dan tanin

Berdasarkan hasil uji aktivitas antibakteri terhadap S.aureus multiresisten,

fraksi etil asetat mempunyai aktivitas antibakteri lebih besar jika dibandingkan

dengan fraksi etanol-air. Hal ini disebabkan karena fraksi etil asetat lebih banyak

menyari golongan senyawa yang mempunyai aktivitas antibakteri. Menurut

penelitian Nanyanyo, et al. (2010) daun kelapa sawit mengandung senyawa

luteolin dan chyrysoeriol. Luteolin adalah flavonoid semi polar yang diduga

tersari dalam fraksi etil asetat. Kemungkinan hal ini yang menyebabkan fraksi etil

asetat memiliki aktivitas antibakteri yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan

fraksi etanol-air. Luteolin mempunyai aktivitas antibakteri dengan cara

mengurangi sintesis asam nukleat dan protein (Xie, et al., 2010). Menurut

penelitian Schinor et al. (2007) senyawa luteolin mempunyai aktivitas antibakteri

yang tinggi terhadap S. aureus karena luteolin memiliki gugus hidroksil pada

posisi 3’, gugus hidroksil pada posisi 3’ dapat bertanggungjawab terhadap

aktivitas antimikroba. Hal ini semakin memperkuat dugaan bahwa senyawa

luteolin mempunyai aktivitas antibakteri terhadap S.aureus multiresisten.

Sedangkan ekstrak etanol dan fraksi n-heksan juga menyari flavonoid tetapi

tidak mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus

multiresisten, hal ini dikarenakan kemungkinan flavonoid yang tersari dalam

ekstrak dan fraksi n-heksan adalah flavonoid chyrysoeriol. Senyawa chyrysoeriol

ini tidak mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme (Schinor et al, 2007), hal

ini disebabkan karena adanya gugus metoksi yang dapat menurunkan aktivitas

antibakteri (Alcaras et al 2000 cit Cushni & Lamb 2005). Hal lain yang

(15)

antibakteri terhadap Staphylococcus aureus multiresisten adalah adanya

perbedaan kecepatan difusi senyawa antibakteri terhadap media agar (Ariyanti,

2012).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Fraksi etanol-air dan etil asetat ekstrak etanol daun kelapa sawit memiliki

aktivitas antibakteri dengan menghasilkan diameter zona hambat terhadap

Staphylococcus aureus multiresisten pada konsentrasi minimal berturut-turut

2,25 mg/disk (7,27±0,05 mm) dan 1,5 mg/disk (7,0±0,0 mm), tetapi ekstrak

etanol dan fraksinya hingga konsentrasi 3,0 mg/disk tidak memiliki aktivitas

antibakteri terhadap Streptococcus pyogenes.

2. Fraksi etil asetat merupakan fraksi yang memiliki aktivitas antibakteri paling

besar terhadap Staphylococcus aureus multiresisten jika dibandingkan dengan

fraksi lain.

3. Ekstrak etanol mengandung senyawa tanin, alkaloid, dan flavonoid. Fraksi

n-heksan mengandung senyawa flavonoid. Fraksi kloroform mengandung

senyawa tanin. Fraksi etil asetat mengandung senyawa alkaloid, tanin, steroid

dan flavonoid. Fraksi etanol air mengandung senyawa flavonoid, dan tanin.

SARAN

Perlu dilakukan optimasi fase gerak lagi agar dihasilkan pemisahan yang lebih

baik.

DAFTAR ACUAN

(16)

Alcaras et al 2000 cit Cushnie, T.P.T, & Lamb, A.I., 2005, Antimicrobial Activity of Flavonoids, International Journal of Antimicrobial Agent, 26, 343-356

Ahameethunisa, A.R. & Hopper, W., 2010, Antibacterial activity of Artemisianilagirica leaf extracts against clinical and phytopathogenic bacteria, BMC Complementary and Alternative Medicine, 1-6

Ahmad, B. & Ali, J., 2013, Physiochemical, minerals, phytochemical contents,antimicrobial activities evaluation and fourier transform infrared (FTIR) analysis of Hippophae rhamnoides L. leaves extracts, African Journal of Pharmacy and Pharmacology, 7 (7), 375-388

Chong, K. H., Zuraini, Z., Sasidharan, S., Devib Kalnisha, P. V., Yoga Lathac,L. & Ramanathand, S., 2008. Antimicrobial Activity of Elaeis Guineensis Leaf, Pharmacologyonline, 3, 379-386

Chusri, S., Villaneuva, I., Voravuthikunchai, S. P.,Davies, J., 2009, Enhancing Antibiotic Activity : A Strategy to control Acinetobacter Infection, Jurnal of Antimicrobial Chemotherapy, 64 (6), 1203-1211

Cowan & Marjorie, M., 1999, Plant Product as Antimicrobial Agent, Microbiology Review, 12 (4), 564-582

Farnsworth, N. R., 1966, Biological and Phytochemical Screening of Plants, Journal of Pharmaceutical Sciences, 55 (3)

Fidanoski, N & Fidanoski B., 2007, Staphylococcus Vs Streptococcus A Comprehensive Analysis Comparison and Contras, Port Credit, Canada

Gritter et al, 1991 cit Yuliastuti, D. & Sulistyani, N., 2013, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat Batang Binahong (Anredera cordifolia tenore Steen.) Terhadap Salmonella typhi serta Skrining Fitokimia, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Hart, Tony, 2004, Microterrors. Buffalo, New York, Firefly Books Ltd

Maryati, Fauzia, R. S, & Rahayu, T., 2007, Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Kemangi (Ocinum basilicum L.) Terhadap Staphylococus aureus dan Eschericia coli, Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi, 8 (1), 30-38

(17)

O'Leary, William, 1989, Practical Handbook of Microbiology, CRC Press Inc, Boca Raton

Parekh, J. & Chanda, S., 2007, Antibacterial and phytochemical studies on twelve species of Indian medicinal plants, African Journal of Biomedical Research, 10, 175 – 181

Rahayu, 2010 cit Pratiwi, D., Wahdaningsih, S. & Isnidar, 2013, Uji Aktivitas Antioksidan Daun Bawang Mekah (Eleutherine americana Merr.) dengan Metode DPPH, Trad Med Jurnal, 18(1), 9-16

Sasidharan, S., Nilawatyi, R., Xavier, R., Latha, LY., & Amala, R., 2010,Wound Healing Potential of Elaeis guinensis. Jacq Leaves in a Infected Albina Rat Model, International Journal of Molecular Sciences, (15), 3186-3199

Schinor, E. C., Salvador, M. J., Ito, I. Y., Dias, D. A., 2007, Evaluation of the Antimicrobial Activity of Crude Extracts and Isolated Constituens from Chresta scapigera, Brazilian Journal of Microbiology, 38, 145-149

Spring, 2009, Microbiology 20 Biochemical Unkow, (Online),

http://www.lamission.edu/lifesciences/steven/biochemicalunknownguideli

nes.pdf, diakses tanggal 4 september 2012

Wagner, 1984 cit Sari, Y. D., Djannah, S. N. & Nurani H. L., 2010, Uji Aktivitas Antibakteri Infusa Daun sirsak (Annona muricata L.) secara In Vitro terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli serta Profil KLTnya, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Westh, H., Zinn, C.S., Rosdahl, V. T., Group S.S., 2004, An InternationalMulticenter Study of Antimicrobial Consumption and Resistance in Staphylococcus aureus Isolates from 15 Hospitals in 14 Countries, Microbial Drugs Resistant, 10 (2), 1-8

Gambar

Tabel 1. Hasil Teknik Pengecatan Gram dengan Perbesaran 1000x
Tabel 3. Hasil Uji Sensitivitas Bakteri S.aureus dan Streptococcus pyogenes Terhadap Antibiotik
Tabel 4. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi-Fraksi Ekstrak Etanol Daun Kelapa Sawit  terhadap Staphylococcus aureus multiresisten dan Streptococcus pyogenes
Tabel 5. Hasil uji KLT ekstrak etanol daun kelapa sawit
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian tentang Analisa Dampak Faktor–faktor Fundamental Perusahaan ( Current Ratio , ROI, TATO dan EPS) Terhadap Deviden Kas pada Perusahaan

Dengan ini menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya ilmiah ini telah diperiksa/divalidasi dan hasilnya telah memenuhi kaidah ilmiah, norma akademik dan norma hukum sesuai

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran biologi kelas X 2 SMA Muhammadiyah I Simo dengan menggunakan strategi pembelajaran model

A sequence is created by beginning with −→ and repeatedly turning the arrow 45 ◦ counter clockwise.. Determine the 2013th figure in

Meteran Dry Bulb & Wet

commit to user ª·· ½ò

Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “ Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Lisan Melalui Metode Bercerita Kelas A Di TK Desa

Jenis wawancara yang penulis gunakan adalah wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang dalam pelaksanaannya pewawancara menetapkan sendiri masalah dan