• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNGGUL PRESTASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "UNGGUL PRESTASI"

Copied!
285
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

M E N J A D I

D E N G A N

Profil Prestasi Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

2021

UNGGUL

PRESTASI

(3)

Katalog Dalam Terbitan (KDT)

© Bidang Kemahasiswaan UIN Sunan Kalijaga

Menjadi Unggul dengan Prestasi: Profil Prestasi Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Tahuan 2021/Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga 2021.

xii + 272 hlmn; 14 x 20 cm

I. Sosial II. Universitas III. Kemahasiswaan Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, tanpa izin tertulis dari penerbit.

Penulis : Jeki & Khoirul Anwar Editor : Ahmad Izudin Design Cover : Hendra Layouter : Hendra

Cetakan I, Desember 2021 Diterbitkan Oleh:

Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Jl. Marsda Adisucipto, Yogyakarta, Indonesia 55281 Phone: +62-274-512474, +62-274-589621

Email: humas@uin-suka.ac.id

(4)

Saya menyambut baik kehadiran buku profil prestasi mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Buku yang di dalamnya berisikan prestasi membanggakan para mahasiswa di delapan fakultas yang terdapat di lingkungan UIN Sunan Kalijaga. Buku ini tentu akan membawa aspirasi dan juga menginspirasi bagi teman- teman mahasiswa yang sedang belajar, paling tidak meniru kakak- kakanya yang sudah berprestasi di berbagai bidang. Pendidikan itu pada dasarnya peniruan atau mencari panutan (role model).

Menurut seorang filsuf kuno bernama Marcus Aurelius sekitar 2.000 tahun yang lalu, bahwa pendidikan yang paling utama itu adalah mencari role model, mencari orang yang bisa ditiru.

Bisa guru, bisa orang tua, bisa teman, bisa juga idola. Begitupun dengan para mahasiswa yang terurai di dalam tulisan buku ini juga bisa dijadikan role model bagi para pembaca.

Kata Pengantar

Prof. Dr. Phil. Al-Makin, MA

Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

(5)

Jika sejak mahasiswa sudah berprestasi dan bersaing, ini akan menjadi latihan hidup. Karena pada dasarya hidup itu harus bisa bersaing, baik dalam bidang ekonomi, dalam bidang sosial, dan bidang politik, yang semua itu harus bisa dimulai dari mahasiswa. Tentu hal ini akan membangun mental yang baik.

Orang bersaing bisa kalah dan menang, karena prestasi itu banyak, dan kesempatan itu bisa dimanfaatkan oleh para mahasiswa untuk meraihnya dengan perjuangan. Sebab itu, mahasiswa berprestasi harus dihargai. Dalam konteks inilah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga memberikan apresiasi melalui publikasi profil mahasiswa berprestasi.

Perihal prestasi itu ada banyak bidang, ada bidang akademik, seperti menulis, berdebat, kemudian ada penghargaan- penghargaan tentang beasiswa. Bisa juga prestasi itu dalam bidang seni, seperti menyanyi, melukis, atau prestasi dalam bidang olahraga, mulai dari tenis meja, bulu tangkis, dan berbagai macam bidang lainnya. Semua itu menggambarkan persiapan para mahasiswa setelah lulus, sekaligus juga membuka kesempatan. Jika sejak menjadi mahasiswa sudah berprestasi, maka hidupnya sudah terbiasa bersaing, terbiasa mencari celah dan terbiasa mencari peluang atau kesempatan.

Sebagai Rektor, saya menyambut dengan bangga kehadiran buku ini. Saya sangat bangga kepada para mahasiswa yang telah mengukir prestasi di era pandemi. Saya mengucapkan selamat bagi yang berprestasi. Semoga prestasi yang telah diraih menjadi kebanggaan bagi diri sendiri, kebanggaan orang tua, kebanggaan

(6)

teman-teman anda, dan juga menjadi bagian dari sejarah hidup yang menyenangkan pula.

Pendidikan itu memiliki empat pilar utama. Pertama, etika atau akhlak, atau bisa juga disebut caracter building, berupa sikap santun, sopan, ramah terhadap semua orang, loyal, setia kepada teman, hormat pada guru dan orang tua. Pilar kandungan utama di dalam pendidikan. Kedua, seni. Dalam seni itu sendiri memiliki banyak cakupan, dapat berupa seni suara, seni acting, seni rupa, seni tari. Hal itu juga bagian penting di dalam kandungan pilar pendidikan. Ketiga, kognitif atau pencarian pengetahuan.

Kegelisahan akademik yang dapat menuntun pemikiran kritis (critical thinking). Polanya baik melalui pembacaan intensif dengan cara membaca buku-buku, menghadiri perkuliahan, dan keterlibatan dalam pertemanan yang kritis dan akademis lainnya.

Keempat, olahraga. Olah raga bukan hanya sekeda membuat badan kita sehat, lebih dari itu dapat menjadi profesi. Banyak olah ragawan sukses yang memiliki penghasilan dna kekayaan luar biasa, seperti para pemain bulu tangkis.

Dari kesemua pilar diatas, semuanya ada di dalam UIN Sunan Kalijaga, tetapi sebagai Rektor UIN Sunan Kalijaga, saya mengapresiasi prestasi di keempat bidang. Dalam bidang etika itu kewajiban semua mahasiswa harus memiliki etika. Seandainya nanti menjadi pemimpin atau pejabat, anggota DPR, jadi Gubernur, Bupati, Lurah, anda harus beretika. Makanya penyelewengan kekuasaan, penyalahgunaan uang tidak akan terjadi ketika anda menjunjung tinggi etika atau akhlak. Adapun tentang pilar seni

(7)

maka harus diresapi. Jika anda memiliki jiwa seni, maka anda akan halus, anda akan mampu menghargai berbagai macam budaya. Seni ini sifatnya universal. Perihal Kognisi harus dikuasai oleh semua mahasiswa, harus membaca buku yang banyak, dan harus mendengar. Karena dengan membaca buku tidak akan membuat anda menyesal. Kemudian pilar yang terakhir olahraga, ini harus dilakukan oleh semua orang, karena itu akan membuat anda sehat. Apalagi di-era pandemi seperti ini, anda harus sehat, dan rajin olahraga.

Sebagai Rektor, sekali lagi saya mengapresiasi terbitnya buku ini, semoga membawa berkah, membawa manfaat, dan berguna bagi siapa saja. Bagi yang berprestasi, bagi yang membaca buku ini, dan juga bagi kampus-yang tentu sangat bangga dengan prestasi anda semua. Sekali lagi, saya meucapkan selamat dan ikut bangga atas kehadiran buku ini.

(8)

Pada tanggal 12 Oktober 2021, UIN Sunan Kalijaga memperoleh status Perguruan Tinggi dengan Akreditasi Unggul berdasarkan keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN- PT) No: 899/SK/BAN-PT/AK-ISK/PTX/2021. Hal ini tentu sangat membanggakan karena menjadi Perguruan Tinggi yang pertama yang memperoleh akreditasi Unggul di lingkungan PTKIN Kementrian Agama dan nomer dua belas secara nasional. Untuk meraih status ini tentu tidak mudah, membutuhkan kerja keras, kerja cerdas dan kolektifitas di lingkungan civitas akademika.

Menjadi unggul, salah satu upaya yang diperlukan diantaranya adalah pengembangan budaya prestasi para mahasiswa, baik di bidang akademik dan non akademik. Untuk meningkatkan budaya prestasi mahasiswa, Rektor UIN Sunan Kalijaga melalui bidang kemahasiswaan telah membuat kebijakan

Kata Pengantar

Dr. Abdur Rozaki, M.Si

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

(9)

berbagai bentuk pembinaan, pendampingan dan penghargaan atas prestasi mahasiswa. Hasilnya sungguh sangat luar biasa, pada tahun 2021 para mahasiswa UIN Sunan Kalijaga pada bulan Juni 2021 berhasil menjadi juara umum Invitasi Pekan Pengembangan Bakat dan Minat Mahasiswa (IPPBMM) ke-VIII yang diikuti oleh 18 Perguruang Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) se-Jawa dan Madura. IPPBMM adalah even kompetisi dua tahunan yang diselenggarakan oleh Kementrian Agama Republik Indonesia. Berikutnya, pada bulan November 2021, kontigen mahasiswa UIN Sunan Kalijaga menyabet juara umum kedua pada penyelenggaraan Olimpiade Agama, Sains dan Riset (OASE) yang diselenggarakan oleh Kementrian Agama Republik Indonesia, bertempat di UIN Arraniry Banda Aceh.

Sepanjang tahun 2021, kami merekapitulasi keberhasilan para mahasiswa UIN Sunan Kalijaga mengikuti kejuaraan lomba di tingkat Internasional dan nasional, yakni sebanyak 474 mahasiswa dari 8 fakultas yang terdapat di lingkungan UIN Sunan Kalijaga. Prestasi ini sungguh sangat membanggakan, menginspirasi dan bahkan dapat menjadi role model yang pantas ditiru oleh para mahasiswa lainnya. Prestasi yang telah diraih tentu sangat perlu diapresiasi, dibudayakan secara terus menerus agar berkelanjutan. Jantung sebuah perguruan tinggi adalah mutu dan budaya prestasi di kalangan para mahasiswanya.

Kami ingin secara berkelanjutan meningkatkan lingkungan yang semakin kondusif untuk budaya prestasi, inovasi dan kreativitas para mahasiswa. Terlebih dalam suasana pandemi yang masih

(10)

belum bergeser menjadi endemi, banyak tantangan yang masih terus kami hadapi, agar para mahasiswa tetap aktif, kreatif dan tidak menjadi pasif layaknya generasi rebahan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak atas terbitnya buku “Menjadi Unggul Dengan Prestasi: Profil Prestasi Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Tahun 2021”, sebuah buku yang di dalamnya merangkum kumpulan prestasi mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. Terutama bagi para mahasiswa yang namanya tercantum di dalam buku ini, kami mengucapkan selamat, sejarah insyaallah akan abadi dan teruslah membuat sejarah baru di masa depan. Satu prestasi tentu tidaklah cukup, lengkapi dengan banyak lagi prestasi lainnya, agar duniamu berubah dan dunia masyarakatmu juga berubah.

Yogyakarta, 21 November 2021

(11)
(12)

Daftar Isi

Kata Pengantar Rektor ... iii

Kata Pengantar Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama ... vii

Daftar Isi ... xi

Bab I: Dinamika Prestasi Mahasiswa ... 1

A. Fakultas Adab dan Ilmu Budaya ... 1

B. Fakultas Dakwah dan Komunikasi ... 9

C. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam ... 31

D. Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora ... 50

E. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ... 65

F. Fakultas Sains dan Teknologi ... 68

G. Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam ... 73

(13)

BAB II: Direktori Mahasiswa Berprestasi ... 77

A. Fakultas Adab dan Ilmu Budaya ... 77

B. Fakultas Dakwah dan Komunikasi ... 102

C. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ... 125

D. Fakultas Syariah dan Hukum ... 148

E. Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam ... 176

F. Fakultas Sains dan Teknologi ... 199

G. Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora ... 216

H. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam ... 239

BAB III: Penutup ... 269

(14)

A. Fakultas Adab dan Ilmu Budaya

1. Ala’, dkk.

(Juara 2 International Arabic Debate Championship, Juara 1 Arabic Debate Competition Asean)

Kesuksesan merupakan sebuah pencapaian yang dilalui dengan proses panjang dan melelahkan. Sebelum meraih berkali-kali dalam kejuaran, baik dalam tingkat nasional maupun internasional, kami memiliki jalan dan perjuangan yang cukup panjang. Kami dari Tim Debat Bahasa Arab UKM SPBA UIN Sunan Kalijaga beranggotakan tiga orang dari program studi yang berbeda-beda, di antaranya Ala’ dari program studi Sastra Inggris Fakultas Adab dan Ilmu Budaya sebagai pembicara pertama, Faza Qurratu Aini dari program studi Sastra Arab Fakultas Adab dan Ilmu Budaya

BAB I

Dinamika Prestasi

Mahasiswa

(15)

sebagai pembicara kedua, dan Abdullah Asrori dari program studi Hukum Keluarga Islam Fakultas Hukum Syariah sebagai pembicara ketiga. Motivasi kami mengikuti event lomba tingkat internasional adalah untuk mencari berbagai pengalaman dan melatih skill, karena dari pengalaman kami akan belajar dan mengerti tentang arti sebuah kesuksesan. Motivasi yang lain, kami juga ingin mengharumkan nama kampus kami tercinta, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai tempat kami menimba ilmu.

Kesuksesan tidak diraih dengan begitu mudah, langkah demi langkah perjalanan kami selalu ada halangan, rintangan, bahkan kegagalan. Namun kegagalan tidak membuat kami menyerah begitu saja. Sebelumnya kami pernah mengikuti beberapa event lomba debat bahasa Arab tingkat nasional, saat itu masih gagal.

Dari kegagalan itu kami belajar untuk lebih baik dengan terus berlatih dan berlatih. Pengalaman dalam perlombaan debat Bahasa Arab mengajarkan kami bagaimana berpikir logis dalam memahami masalah, menyusun argumen yang menarik, dan mengasah pikiran saat menjawab sanggahan dari lawan. Banyak kriteria penilaian dalam debat Bahasa Arab, yaitu argumen, alasan argumen, bahasa, sopan santun, bahkan adab dalam penyampaian gagasan di depan publik tidak kalah penting dalam penilaian juri.

Tentunya dalam debat bahasa Arab membutuhkan banyak skill, yaitu skill berbahasa Arab, seni retorika, ketajaman logika, serta rasionalitas pola berpikir dalam memahami berita global yang aktual dalam mosi perdebatan. Oleh karena itu, dalam debat bahasa Arab membutuhkan persiapan yang sangat matang, dari

(16)

persiapan mental, latihan berfikir kritis, hingga latihan berbahasa Arab dengan kaidah bahasa Arab Fusha yang baik dan benar. Saat berdebat kita akan membicarakan Isu perdebatan yang mencakup berbagai bidang, diantaranya adalah bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, hukum, agama, kebudayaan, politik dan permasalahan lainnya baik pada level nasional maupun internasional.

Kompetisi lomba debat di acara Harokah Musabaqoh Al Lughoh Al Arobiyah yang diadakan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bukan suatu hal yang mudah bagi kami. Pada babak penyisihan, Tim Debat SPBA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta berhadapan dengan tim debat dari Universitas Sains Islam Malaysia. Pada saat itu kami membahas mosi hanya dalam waktu satu jam sebelum lomba dimulai. Setiap pembicara disediakan waktu 7 menit untuk memberikan pidato rekonstruksinya dari babak penyisihan sampai final. Babak demi babak Alhamdulillah berhasil kami lalui.

Dari babak penyisihan, babak perempat final, babak semi final hingga akhir di ujung final pertandingan. Saat itu rekan kami, Faza juga sempat sakit ditengah pertandingan perempat final. Tapi Alhamdulillah semuanya dapat dilalui dan berjalan dengan lancar.

Akrirnya tiap pertamdingan kami lalui dan kami selalu berjuang, belajar, berlatih, berdiskusi dan berdoa. Tiba saat pengumuman babak semifinal untuk melanjutkan babak final, dan atas segala kuasa serta izin Allah kami lolos ke babak final. Di babak final tim SPBA UIN Yogyakarta bertanding melawan tim Universitas Sains Islam Malaysia, dan memperoleh hasil akhir sebagai pemenang kedua dalam kompetisi tersebut.

(17)

Setelah Sebagai debaters, tim kami yang terdiri dari Ala’, Abdullah dan Riyan selalu menginginkan yang terbaik dalam perlombaan, baik dalam pengalaman ataupun kejuaraan. Sebelum mengikuti kejuaraan international di UIN Jakarta, kami mengikuti Musabaqoh Munadziroh (Mu’in 2021) yang selengarakan oleh USIM Malaysia. Event tersebut merupakan lomba tingkat internasional yang luar biasa bagi kami, dan dihadiri peserta dari berbagai negara. Karena itu kami mempersiapkan diri dengan lebih matang, dari pemahaman mosi hingga performa, kami usahakan memberikan yang terbaik.

Cerita kami dalam lomba ini bermula sejak kami dinyatakan massuk babak penyisihan, dimana pada babak tersebut terdapat tiga kali penyisihan. Pada penyisihan pertama kami melalui dengan lancar. Tetapi dalam penyisihan kedua, kami kehilangan Riyan, salah satu rekan kami yang harus hadir. Karena keterbatasan waktu, kami berinisiatif untuk mencari pengganti, didapatlah Faridah Majid yang dengan percaya diri dan berani, menggantikan Riyan pada detik-detik terakhir. Dalam waktu kurang dari lima menit, kami harus membedah dan memahami mosi tersebut hingga kami berhasil lolos pada penyisihan kedua.

Pada penyisihan ketiga, rekan kami Riyan aktif kembali berjuang bersama kami, hingga akhirnya kami sebagai delegasi UIN Sunan Kalijaga berhasil melalui babak penyisihan.

Pada babak seperempat final kami mendapat mosi tentang yang tidak terbiasa bagi kami, namun karena kami sedikit banyak telah mengetahui tentang politik, kami berhasil untuk membedah

(18)

dan berhasil lolos menuju babak berikutnya. Singkat cerita, babak semi final kami lalui, dan babak final juga dapat kami menangkan dan menjadikan kami sebagai juara 1 lomba debat Bahasa Arab tingkat international.

Dalam perjalanan yang kami lalui, tidak lepas dari dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Melalui tulisan ini, kami bersyukur pada Allah SWT sekaligus ingin mengucapkan untaian terimakasih kepada UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah memberi kami kesempatan, dukungan dan wadah untuk menimba ilmu. Kami juga sampaikan terimakasih untuk para pembimbing kami, baik dari dosen maupun pembimbing denat SPBA, serta teman-teman yang senantiasa memberikan doa dan dukungan.

Semoga kedepannya UIN Sunan Kalijaga dapat berprestasi lebih jauh lagi dan bermanfaat untuk seluruh masyarakat Indonesia.

(19)
(20)
(21)
(22)

B. Fakultas Dakwah dan Komunikasi

1. Muhammad Alif Fathullah

(Best Participant International Youth Leader Program Chapter Turkey 2021 dan Menjuarai Kompetisi Esai Bahasa Arab Internasional Berbekal Bahasa)

Pandemi Covid-19 yang masih tinggi menyebabkan proses pendidikan menjadi berubah. Hal tersebut sangatlah berbeda dengan keadaan sebagaimana sebelum pandemi melanda.

Perkuliahan dinamis, diskusi mengasyikkan, kegiatan beraneka ragam, hingga kompetisi antar mahasiswa se-Indonesia seakan- akan meredup perlahan-lahan. Namun ternyata, kondisi tersebut tidak menghalangi sebagian orang untuk menorehkan kreasi dan kreatifitas di berbagai jenjang pendidikan. Terutama kalangan pelajar yang memiliki semangat dan antusiasme tinggi untuk berkarya.

Kondisi tersebut senantiasa memotivasi saya, Muhammad Alif Fathullah, selaku mahasiswa program studi Manajemen Dakwah, UIN Sunan Kalijaga untuk lebih meningkatkan kualitas keilmuan dan soft skills pribadi di masa pandemi. Sebelum merebaknya pandemi, saya terbiasa berdiskusi dengan kawan- kawan dan seringkali berbagi cerita, opini maupun pendapat.

Semenjak pandemi melanda, keadaan tersebut membuat saya harus beradaptasi lebih lanjut. Menyesuaikan dengan keadaan agar terus konsisten mengembangkan diri sekaligus mematuhi arahan dari pemerintah.

(23)

Sebelum berkuliah, saya pernah berpartisipasi dalam beberapa kegiatan dan perlombaan baik tingkat lokal, nasional hingga internasional selama di pesantren dahulu. Saya beberapa kali pernah menjadi Juara 1 Pidato Bahasa Arab di tingkat pesantren selama 2 tahun berturut-turut (2014-2015), LKTI Bahasa Arab tingkat Nasional di Gontor dan Essay Bahasa Arab se-Jawa Barat tahun 2016, hingga berhasil mengkhatamkan hafalan 30 Juz al-Quran pada tahun 2017 kepada seorang guru yang berasal dari Yaman, yaitu Syaikh Abu Hamzah Anwar al-

‘Azzany dalam program tahfidz “Masyru’ al-Syafi’ Li Tahfidz al-Qur’an” (Alshafee Project for Memorizing the Holy Qur’an) cabang Indonesia yang dikelola oleh International Islamic Charitable Organization (IICO) yang berpusat di Kuwait.

Ketika memulai perkuliahan di UIN Sunan Kalijaga, saya bertemu dan berkenalan dengan mahasiswa-mahasiswa yang multikultur, aktif, dinamis serta kompetitif. Saat PBAK, saya menjadi perwakilan Fakultas Dakwah dan Komunikasi dalam lomba orasi bahasa Indonesia antar mahasiswa baru. Kala itu saya dihubungi panitia penanggungjawab fakultas pada malam sebelum hari “H” perlombaan, dan dengan persiapan yang sangat mendadak saya berhasil meraih posisi runner up, alias Juara 2.

“Awal yang cukup baik bagiku”, pikir saya kala itu.

Proses perkuliahan mulai berubah semenjak pandemi Covid-19 melanda yang menyebabkan dinamika pendidikan di Indonesia, termasuk di UIN Sunan Kalijaga menjadi terkendala dan harus beradaptasi dengan situasi serta kondisi, serta

(24)

membuat sebagian besar proses pembelajaran berubah via online (dalam jaringan). Akan tetapi, di tengah-tengah kondisi sulit itu saya justru termotivasi oleh beberapa rekan-rekan yang masih aktif berkegiatan maupun berkompetisi walaupun di masa pandemi, sehingga ketika memasuki semester 3 saya mencoba kembali untuk mengikuti kompetisi dan berhasil menorehkan prestasi dengan menjuarai beberapa kompetisi nasional dan lokal, seperti: Juara 2 Arabic News Reading (Baca Berita Bahasa Arab) di UIN Walisongo, Juara 3 Esai Bahasa Arab di UIN Syarif Hidayatullah, Juara 1 Esai Bahasa Arab PBA UIN Sunan Kalijaga (tingkat Nasional) dan Juara 3 Hifdzil Quran 20 Juz Putra MTQ Kab. Majalengka (lokal).

Saya sangat tertarik mengikuti perlombaan yang berkaitan dengan literasi dan voice over terutama dalam bahasa Arab.

Antusiasme tinggi meliputi diri saya bilamana menemukan info perlombaan yang berlatar belakang bahasa Arab dan tak jarang membagikannya kepada kawan-kawan yang memiliki minat serupa untuk bersama-sama mengikuti kegiatan tersebut.

Saya menyukai bahasa Arab semenjak di Madrasah Ibtidaiyah dan meningkatkannya ketika di pesantren dahulu. Passion ini membawa saya tampil dalam beberapa kegiatan maupun perlombaan di berbagai tingkatan. Selain itu, saya juga menyukai bahasa Inggris dan dunia public speaking yang mengajarkan seni dalam berkomunikasi terutama ketika menjadi seorang pemimpin muda. Saya juga meluaskan koneksi dengan beberapa mahasiswa yang memiliki kemampuan bahasa asing dan leadership yang mumpuni.

(25)

Mendunia Dengan Bahasa

Buah dari hal tersebut, pada tahun 2021 ini, saya berhasil lolos sebagai delegasi yang dibiayai secara penuh atau fully funded pada program pelatihan kepemimpinan pemuda dan student exchange oleh International Youth Leader yang dilaksanakan pada tanggal 22-27 Januari lalu di negara dua benua, Turki.

Kelulusan saya mengikuti kegiatan tersebut didukung oleh kedua orangtua dan juga kafil (penanggung) selama ikut program tahfidz dahulu, yaitu Syaikh Abdullah Reja Farhan al-Mayyas asal Kuwait dan gurunya Syaikh Abu Hamzah Abdurrahman Mahfal serta Syaikh Abu Hamzah Anwar al-‘Azzany. Program tersebut selain menjaring berbagai mahasiswa yang memiliki kapabilitas kepemimpinan, bahasa Inggris maupun bahasa asing lainnya, juga menjaring mahasiswa yang berkecimpung dalam dunia Al- Qur’an.

Pada kegiatan yang dilaksanakan selama winter di negara

“Ottoman” tersebut, saya berangkat bersama 14 orang mahasiswa terpilih lainnya dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia seperti UIN Jakarta, Universitas Andalas, Universitas Negeri Semarang, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Pertamina, dan UIN Sultan Aji Samarinda. Dalam kegiatan yang didukung oleh Kementerian Pendidikan dan Budaya (Kemendikbud) tersebut, kami melakukan diskusi baik sesama delegasi maupun sharing talk bersama mahasiswa Indonesia di sana, al-Ustadz Usamah Abdurrahman, S.H. (Ketua PPI Turki 2020-2021) dan seorang Doktor sekaligus peneliti ekonomi syariah bidang zakat, Dr. Jama

(26)

Mohammed Farah asal Somalia, meneliti tempat-tempat penting dan strategis, mengunjungi KBRI Ankara serta mengkhatamkan bacaan 15 Juz Al-Quran di Hagia Sophia. Ada satu hal yang terlewat, yaitu studi komparasi bersama mahasiswa internasional di beberapa perguruan tinggi di Turki. Namun, karena pemerintah setempat menerapkan kebijakan lockdown, kami tidak diperkenankan untuk bergaul dengan para pelajar di kampus- kampus mereka.

Selain itu, kami mengunjungi tempat-tempat unik dan bersejarah di Turki seperti Ulucami (Grand Mosque) dan Uludağ di kota Bursa, Isa Bey Mosque, Kaleici Mosque, Pamukkale Hierapolis, Çardak Underground City Cappadocia, Museum dan Makam Jalaluddin Rumi, Sultanhanı Kervan Sarayı, Bosphorus Strait, Obelisk van Theodosius Hippodrome İstanbul, Grand Bazaar İstanbul, Blue Mosque (Sultan Ahmet Camii) dan ikon negara Turki, yaitu Hagia Sophia atau Aya Sofya. Kami juga mengunjungi pabrik maupun perusahaan bisnis seperti Munira Food (makanan

& minuman) di Bursa, Caliga Pelle (produsen fesyen kulit tersohor) di İzmir dan Altuğ Düğün & Davet (produsen fesyen dan pernak- pernik) di Denizli. Pada kunjungan tersebut, delegasi dibagi menjadi 3 kelompok yang wajib melakukan interview sekaligus riset pada tempat yang dikunjungi untuk kemudian dipresentasikan dan didiskusikan.

Pada even tersebut, saya yang bertugas sebagai koordinator pelaksana acara Khataman Tilawatil Qur’an sekaligus moderator pada sesi diskusi dan sharing talk, berhasil meraih

(27)

penghargaan “Best Participant” bersama 4 orang lainnya setelah mempresentasikan hasil riset kelompok. Pengalaman internasional kedua yang sangat berkesan bagi saya.

Sepulangnya ke Indonesia, saya menerima tawaran dari kawan sesama delegasi untuk mengikuti lomba baca berita bahasa Arab yang diadakan oleh Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Al-Azhar Indonesia pada 1 – 27 Maret. Awalnya, saya hendak membantu kawan tersebut dalam menyusun naskah beritanya, namun justru ia menawari saya untuk ikut. Yang mengherankan adalah kawan saya justru memilih mundur karena suatu alasan. Akhirnya karena saya sangat menyukai bahasa Arab dan voice over, maka dengan persiapan selama kurang lebih 4 hari menyusun dan menghafal teks, mengambil video dan mengeditnya hingga dikirimkan kepada panitia, saya berhasil keluar sebagai Juara 1 dan menyisihkan beberapa pesaing dari universitas ternama seperti Universitas Padjadjaran, Unversitas Indonesia, Universitas Andalas dan lain-lain.

Ketika memasuki awal tahun ajaran 2021-2022, saya mengikuti dua perlombaan esai berbahasa Arab tingkat Internasional yang diselenggarakan oleh DEMA Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada even HAMASAH (Harakah Musabaqoh Al-Lughoh Al-Arobiyyah) pada akhir September hingga awal Oktober 2021. Prosesnya meliputi penentuan judul, kerangka esai, pengumpulan referensi, hingga menuliskannya langsung dalam bahasa Arab. Untuk mengoreksi kosakata, saya memakai kamus Al-Munawwir yang

(28)

telah menemani selama 6 tahun. Kegemaran dalam membaca artikel dan menonton video berbahasa Arab turut membantu saya menyusun kalimat-kalimat sehingga menjadi padu dan menarik sehingga terwujudlah sebuah artikel yang baik. Pada acara yang digelar selama sepekan itu, saya berhasil meraih Juara 2 alias Runner Up. Meski belum sepenuhnya meraih posisi pertama, namun raihan tersebut cukup membuat saya senang dan bersyukur bahagia.

Saya sangat bersyukur dengan beberapa pencapaian selama tahun 2021 tersebut. Dulu saya pernah membaca kalimat dalam bahasa Arab yang artinya: “Jika bahasa-bahasa ada pada lisan kita, niscaya dunia akan berada pada genggaman kita”. Saya ingin membuktikan kebenaran ungkapan tersebut. Tentu dunia yang diinginkan bukan sekadar dalam arti tekstualis saja namun lebih daripada itu. Perlahan-lahan ungkapan itu menunjukkan keampuhannya dimana saya dapat bereksplorasi dalam berbagai kegiatan dan perlombaan di berbagai even yang menarik. Saya percaya bahwa bahasa, terlebih lagi bahasa internasional adalah solusi jitu untuk berkoneksi dan berkomunikasi dengan berbagai manusia yang inspiratif dan prestisius sehingga dapat meniru serta meniti way of success mereka.

Pada tahun ketiga studi, tepatnya pada Dies Natalis UIN Sunan Kalijaga yang ke-70 tahun ini, saya meraih Anugerah Mutu dari Lembaga Penjaminan Mutu (Quality Assurance) UIN Sunan Kalijaga sebagai Mahasiswa Teladan Mutu yang merupakan salah satu pencapaian terbesar sejak memulai studi dua tahun yang

(29)

lalu. Saya sangat bersyukur karena senantiasa mendapatkan dukungan dan doa dari berbagai pihak, terutama orangtua, Rektor beserta jajarannya, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi beserta jajarannya, para dosen, sahabat, dan teman-teman.

Dukungan tersebut senantiasa membuat saya terus melangkah demi bisa merealisasikan tujuan dan harapan studi selama ini, yaitu menjadi orang yang berdayaguna tinggi dan bermanfaat bagi sesama.

Jangan ragu untuk bergerak!

Perlombaan maupun kegiatan yang telah diikuti tentu sangat berkesan bagi saya. Selain menambah pengalaman, relasi dan pengetahuan, saya juga bersyukur dan senang bisa membawa nama baik keluarga dan kampusnya di kancah nasional hingga internasional. Satu hal yang perlu diingat juga bahwa menerapkan passion dalam berbagai kegiatan maupun perlombaan itu merupakan hal yang sangat penting karena dapat meningkatkan rasa percaya diri dan optimisme untuk beraksi sebaik mungkin.

Dalam mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut, seringkali ada berbagai hal yang menjadi motivasi saya dan mungkin dapat menjadi inspirasi bagi siapa saja yang membaca tulisan ini, Pertama; “Dibalik suatu musibah, pasti ada hikmah”.

Ditengah pandemi Covid-19 yang cukup membosankan hingga menghilangkan esensi pendidikan yang sesungguhnya dan harus beradaptasi melalui jaringan, memberi waktu yang lebih luas

(30)

untuk menjelajah berbagai media sehingga dapat menemukan informasi perlombaan yang sesuai dengan kapasitas pribadi.

Kesempatan ini tentu bisa dimanfaatkan siapa saja untuk meng- upgrade potensi diri sehingga dapat menemukan bakat yang sesungguhnya. Maka, ketika kita terpuruk dalam suatu kondisi, janganlah ragu untuk bangkit berdiri karena kabar baik akan menanti di hadapan.

Kedua; “Menguasai bahasa sama dengan menguasai dunia”. Well, this phrase should be the biggest motivation for everyone. Jika kita ingin membangun komunikasi, relasi, dan pergaulan dengan orang-orang tertentu, maka sudah pasti kita harus mampu berkomunikasi dengan bahasa mereka. Bahasa asing seolah menjadi kebutuhan penting di masa sekarang.

Hampir semua sektor kehidupan menggunakannya, apalagi dunia pendidikan. Riset, perlombaan, hingga perkuliahan pun tidak akan terlepas dari bahasa internasional. Bahasa jiwa bangsa.

Selain kita mencintai bahasa nasional, bahasa asing tentu perlu ditingkatkan sehingga menambah self value and branding untuk dapat berkontribusi bagi siapa saja. Terutama dalam mendorong visi UIN Sunan Kalijaga menjadi a World Class University.

Dan yang ketiga adalah “Dare to dream, dare to achieve”.

Setiap kita tentu punya impian, punya harapan, punya cita-cita.

Maka jangan sampai impian tersebut hanya terpaku di pikiran saja. Jangan takut untuk bergerak! Wujudkan impian tersebut dengan perlahan-lahan. Nikmati setiap prosesnya. Gagal, bangkit, evaluasi. Gagal, bangkit, evaluasi. Gagal, bangkit hingga berhasil

(31)

mewujudkan setiap impian. Tidak perlu takut gagal, selama kita beriman pada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, impian yang mustahil pun dapat terwujud.

Dalam antologi “Gagal Jangan Bikin Ambyar” (Teman Nulis, 2020), saya menuliskan bahwa setiap orang memiliki jatah kegagalannya masing-masing. Tidak ada satupun orang sukses yang tidak pernah gagal. Justru orang sukses itulah yang selalu bangkit dari kegagalannya dan memperbaiki kesalahannya agar tidak terulang kembali sehingga dapat benar-benar mencapai apa yang diimpikannya. Entah itu menjadi juara di berbagai kompetisi, menjadi ahli diplomatik, menjadi duta berbagai even, menjadi delegasi program pertukaran pemuda antar negara, menjadi peneliti, pebisnis, dan impian lainnya.

Saya senantiasa berpesan kepada kawan-kawan, saudara, atau bahkan siapa saja yang pernah saya temui, bahwa setiap orang itu memiliki jatah kegagalan dalam hidupnya, maka kegagalan tersebut harus dihabiskan selagi masih muda sehingga kita dapat terus mengevaluasi diri dan meningkatkan performa menjadi diri sendiri yang terbaik di masa-masa selanjutnya.

Carilah pengalaman sebanyak-banyaknya selama kita masih kuat.

Tingkatkan kemampuan berbahasa. Sering-seringlah berlatih reading, listening, speaking, and writing bersama kawan, dosen, ataupun siapa saja yang memiliki kemampuan berbahasa yang mumpuni. Percayalah! Dengan bahasa, kita bisa menjelajah dunia dan meraih berbagai pengalaman berharga.

He who gives his all will surely succeed.

(32)

Lampiran Foto:

Penyerahan Cenderamata kepada Dr. Jama Farah

pada IYL Turki

Sebagai moderator Sharing Talk bersama Dr. Jama Farah pada IYL

Turki di Kahya Ötel Ankara

Sebagai moderator Sharing Talk bersama Usamah Abdurrahman, S.H.

(Ketua PPI Turki 2020-2021) pada IYL Turki di Sultan Selim Mosque, Konya

Mengunjungi Uludağ pada IYL Turki di Bursa

(33)

Mengunjungi Hagia Sophia pada IYL Turki di İstanbul dan menjadi

salah satu Best Participant

Khataman al-Quran pada IYL Turki di İstanbul

Ziarah Museum Jalaluddin Rumi

pada IYL Turki di Konya Riset Produsen Makanan dan Minuman khas setempat pada

IYL Turki di Bursa

Mengunjungi KBRI Ankara pada

IYL Turki Ziarah Hagia Sophia

(34)

Penampilan Baca Berita bahasa Arab &

meraih Juara 1 pada even FIBER Univ. Al-Azhar Indonesia 2021 tingkat Nasional

Penghargaan Juara 2 Esai Ilmiah Bahasa Arab tingkat Internasional even HAMASAH

FDI UIN Syarif Hidayatullah 2021

(35)

2. Mohammad Bahrul Sidik

(Juara II Kaligrafi Lukis Tingkat Internasional Hamasah al Lughah al ‘Arabiyyah 2021)

Kaligrafi itu seperti hidup, begitu kau menarik garis maka tidak ada jalan untuk mundur. Seseorang harus teliti dan menunjukkan kesabaran sebelum menggambar garis, jika kau terburu-buru, garis itu akan muncul, jika kau ragu, garis itupun akan muncul.

Kaligrafi mengajarkan kesabaran dan tekad. Orang menarik kembali hal-hal yang mereka katakan, apa yang menurut mereka hanya diketahui oleh beberapa orang. Tetapi begitu sesuatu dilakukan, maka tidak ada jalan baginya untuk kembali, tidak ada yang bisa memutar waktu, jadi seseorang harus memikirkan semuanya sebelum bertindak.

Demikian untaian kata dari kesimpulan pengalaman hidup saya, Mohammad bahrul Sidik, sebagai pembuka. Sedikit flash back, sejak Tsanawiyah (SLTP), sejak diceritakan seperti apa kota jogja dan bagaimana UIN Sunan Kalijaga, sejak itu pula tidak tahu mengapa cita-cita saya hanya ingin kuliah di UIN dan itu tidak berubah sampai lulus Aliyah (SLTA). Namun tidak semudah itu, mulai dari jalur undangan yang ada semuanya tertolak, tersisa satu-satunya yaitu jalur mandiri, padahal sudah ada tawaran dari kampus lain yang sudah pasti diterima, namun saya masih bersikukuh untuk masuk UIN Suka. Alhamdulillah dengan izin yang maha kuasa usaha saya tidak sia-sia, saya diterima di BKI UIN Sunan Kalijaga.

(36)

Jogja terkenal dengan kota seni, itulah mengapa keinginan saya sangat kuat untuk bisa menginjakkan kaki dan mengeruk ilmu yang ada. Seni kaligrafi adalah bidang yang saya geluti sejak lama, namun belum ada perkembangan yang signifikan.

Perkembangan yang saya rasakan begitu lambat setelah hampir 6 tahun berkecimpung di dunia kaligrafi. Saya mendapatkan info bahwa ada UKM yang terkenal sudah mencetak banyak kaligrafer hebat di UIN, Al Mizan. Saat mendengar nama tersebut, tanpa pikir panjang saya langsung ingin masuk dan tidak sabar memulai latihan di kota baru ini. Namun keinginan saya harus tertunda karena open recruitment dilakukan di semester genap.

Setelah masuk al-Mizan, bertemu dengan orang- orang hebat adalah hal yang paling berkesan bagi saya, hal itu memotivasi saya untuk terus menjadi pribadi yang berkembang dan memicu semangat saya dalam berkarya. Di tahun pertama saya sangat percaya diri karena sebelumnya memang sering juara.

Perlombaan pertama yang saya ikuti, saya mencoba cabang baru, yaitu cabang hiasan mushaf. Saat itu saya berfikir pengalaman saya sudah cukup untuk meraih juara diperaduan, kerena lomba yang pertama kali saya ikuti hanya tingkat kabupaten. Namun setelah lomba selesai saya menyadari, di Jogja ini saya bukanlah apa-apa, masih banyak orang yang kemampuannya jauh di atas saya. Suatu Ketika saya sempat pesimis, apakah saya mampu bersaing di kota seni ini?.

Setelah pengalaman pertama tadi, saya terus berlatih.

Menggores tinta diatas kertas adalah makanan wajib saya

(37)

setiap hari. Di lomba kedua pun ternyata sama, masih belum membuahkan hasil. Hal itu membuat saya semakin bimbang.

Karena merasa kurang membuahkan hasil di cabang yang baru, saya pun memutuskan untuk kembali ke cabang sebelumnya, yaitu Kaligrafi Kontemporer. Alhamdulillah, lomba demi lomba mulai dari tingkat provinsi sampai tingkat nasional bisa saya raih.

Semangat saya kembali pulih untuk terus berlatih meningkatkan skill. Sampai akhirnya dating lah kesempatan emas, yaitu lomba kaligrafi lukis tingkat internasional.

HAMASAH (Harakah Musabaqah al-Lughah al-Arabiyah) 2021 adalah Event tingkat internasional yang diselenggarakan oleh fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ada beberapa cabang yang diperlombkan yaitu: Debat Bahasa Arab, Essai Bahasa Arab, Qiraatul Akhbar dan Lukis Kaligrafi.

Berbeda dengan kaligrafi kontemporer yang cenderung bebas dan tidak terikat dengan kaidah kaligrafi apapun, cabang lukis kaligrafi ini memiliki background lukisan, namun tulisan harus sesuai dengan kaidah penulisan kaligrafi yang berlaku.

Di tengah pendemi yang sedang melanda dunia ini, banyak kegiatan yang sebelumnya dilaksanakan secara offline kini dilaksanakan secara online. Begitupun dengan lomba kaligrafi HAMASAH ini, saat peserta cabang lomba lain bisa langsung membuat karyanya, tidak dengan kaligrafi. Lomba kaligrafi ini harus menunggu terlebih dahulu, ayat yang akan ditulis dalam perlombaan. Peraturan ini sungguh sangat menantang karena ayatnya akan diberitahukan satu hari sebelum deadline pengumpulan karya.

(38)

Ayat yang harus dilukis kaligrafi diberikan pada tanggal 29 September dan harus dikumpulkan pada tanggal 30 September.

Begitu ayat keluar saya langsung membuat sketsa karya terlebih dahulu. Namun dalam pembuatan sketsa mengalami hambatan, yang tidak lain adalah inspirasi. Saya mencoba memaksakan, namun inspirasi itu tak kunjung datang. Sampai ditanggal 30 September tepatnya setelah dzuhur, inspirani, mood dan semangat dalam berkarya baru kembali berkobar.

Pembuatan sketsa memakan waktu cukup lama sampai jam 6 sore, padahal deadline pengumpulan karya pukul 24.00 WIB. Setelah shalat maghrib, saya bergegas menyelesaikan karya yang kurang dari enam jam ini. Waktu yang terus berjalan rasanya semakin menghimpit, memberikan tekanan yang begitu besar dan hampir membuat saya putus asa di tengah jalan. Namun saya mencoba menghela nafas terlebih dahulu sembari meyakinkan diri bahwa saya mampu menyelesaikan karya ini.

Pukul 23.50, alhamdulillah karya saya sudah selesai, namun saya belum bisa tenang karena hasus mengumpulkan bukti berupa video sebagai tanda ke-orisinilan karya, saya sempat was-was karena proses ekstrak video berjalan lambat, namun alhamdulillah pada pukul 24.00 berhasil mengumpulkan karya tepat waktu. Setelah itu saya benar-benar lega dan tidak memikirkan hasil sama sekali. Tanggal 2 Oktober 2021 tiba saatnya pengumuman kejuaraan,saya sudah siap mental walaupun tidak mendapatkan juara. Namun ternyata, alhamdulillah wa qodarullah, saat pengumuman dilaksanakan saya dinyatakan sebagai juara II kaligrafi lukis tingkat internasional.

(39)

Seperti yang tuliskan diawal ketika kita sudah memulai sesuatu maka tidak ada jalan untuk kembali, selesaikanlah apa yang sudah kamu mulai. Saya sudah memilih untuk mempelajari kaligrafi, maka saya harus mendalaminya bukan sekedar mempelajarinya.

Pengiriman Karya

(40)

3. Rachmat Insani Akbar

(Gold Medalist Of Poomsae Individual Senior Male Gorontalo International Virtual Championship 2021)

Saya, Rachmat Insani Akbar, adalah mahasiswa semester lima di program studi Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pada awal masa pandemi, saya mengira bahwa kondisi akan semakin tertekan dan peluang untuk bekerja atau berprestasi akan semakin mengecil.

Dilihat dari banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang mengalami banyak kerugian bahkan sampai gulung tikar. Banyak pegawai-pegawai yang di-PHK secara besar-besaran. Pandemi juga berdampak pada kegiatan Taekwondo yang saya tekuni sejak lima tahun terakhir. Latihan rutin yang biasanya dilaksanakan Bersama, sejak pandemi hanya bisa dilaksanakan via daring yang akhirnya juga berpengaruh pada kurangnya motivasi untuk mengikuti latihan dan pastinya akan banyak event-event kejuaraan yang ditunda.

Namun karena pandemi yang tak kunjung berakhir, maka secara tidak langsung manusia dituntut untuk survive, baik dalam bekerja maupun berprestasi. Secara perlahan, mulai banyak bermunculan event-event yang diadakan via daring sehingga dapat mengembalikan motivasi saya untuk latihan yang telah terkubur. Saya mulai menyusun kembali porsi-porsi latihan tambahan yang dapat dilakukan selesai kuliah daring. Dari sini saya berpikir bahwa masa pandemi tidak menjadi halangan seseorang untuk berprestasi sebaliknya masa pandemi memberikan sarana

(41)

kepada sesorang untuk berkreasi lebih luas lagi. Keuntungan lain yang dapat saya rasakan dari masa pandemi yaitu pembelajaran kuliah via daring memberikan waktu luang yang cukup banyak untuk saya melakukan latihan tambahan.

Kejuaraan yang saya ikuti pada event Gorontalo International Virtual Championship 2021 adalah event kompetisi yang diadakan oleh Kementrian Pemuda dan Olahraga pada tanggal 4 sampai 5 September 2021. Kejuaraan ini berskala internasional dengan 13 negara yang berpartisipasi. Hal itu tidak menjadikan saya minder atau merasa ragu namun saya jadikan motivasi dan dorongan untuk dapat meningkatkan potensi dan kemampuan saya dalam beladiri Taekwondo. Kejuaraan ini menjadi kali pertama saya untuk berkompetisi dalam skala internasional dan menjadi peluang untuk membanggakan almamater saya yaitu UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Untuk teknis umum kejuaraan ini yaitu peserta cukup mengirimkan video sesuai kategori lomba yang diikuti. Saya mengikuti kategori individual poomsae (rangkaian gerakan, dalam silat disebut jurus) dalam kategori invidual poomsae gerakan yang ditampilkan disesuaikan dengan tingkatan sabuk masing-masing peserta. Jadi semakin tinggi tingkatan sabuk peserta semakin rumit juga rangkaian gerakannya.

Dalam Taekwondo terdapat 10 tingkatan sabuk dari sabuk putih ke sabuk merah strip dua, kemudian sabuk hitam sendiri terdapat 10 tingkatan. Untuk urutannya dibalik yaitu sabuk putih disebut dengan Geup 10 dan sabuk merah strip dua disebut Geup

(42)

1, sedangkan sabuk hitam disebut dengan Dan dari Dan 1 sampai dengan Dan 10. Saya berada pada tingkatan Geup 3 yaitu sabuk merah polos (tanpa strip)

Dengan tingkatan yang dapat dikatakan cukup tinggi maka rangkaian gerakan yang dilakukan juga cukup rumit. Usaha yang saya lakukan supaya dapat memaksimalkan penampilan saya pada saat perekaman video, yaitu dengan menambah porsi latihan, meminta evaluasi kepada pelatih dan meminta doa restu dari orang tua. Pada saat perekaman, saya meminta bantuan kepada teman saya karena di tempatnya memiliki matras yang biasanya dilakukan untuk latihan taekwondo. Walaupun tempat teman saya cukup jauh sekitar 15 km dari rumah, saya tetap datang ke tempatnya agar saat perekaman dapat memberikan hasil yang maksimal.

Dalam proses perekaman video, saya mengulang sampai 3 kali agar mendapat pilihan jika ada kekurangan dalam video lainnya. Berikutnya, video saya kirimkan ke tim UKM Taekwondo yang menjadi manajer dalam kejuaraan ini. Hari-hari berikutnya saya hanya bisa berdoa dan bertawakkal atas usaha yang telah saya lakukan semaksimal mungkin. Ketika hari pengumuman, saya sangat bersyukur atas hasil yang saya capai “Gold Medalist Of Poomsae Individual Senior Male” menjadi kebanggan bagi diri saya karena dapat menorehkan prestasi dalam skala internasional.

Tidak lupa, saya berterimakasih sebanyak-banyaknya kepada tim manajer dan teman-teman taekwondo, serta paling utama saya tak lupa untuk berterimakasih kepada orang tua saya dan juga

(43)

pelatih saya yang telah membina saya dalam mempelajari ilmu beladiri taekwondo. Berterimakasih kepada Allah sudah tidak perlu ditanyakan lagi karena hamdalah yang terucap pertama kali saat saya mengetahui hasil dari kejuaraan yang saya ikuti.

Pencapaian ini tidak menjadi tujuan akhir yang menjadikan saya sangat berpuas diri atas apa yang saya lakukan sampai sekarang. Banyak keinginan saya untuk terus menorehkan prestasi dari bidang yang saya tekuni sejak SMA ini. Semoga saya dapat kembali memberikan sumbangan prestasi yang membanggakan bagi orang tua dan bagi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

(44)

C. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

1 Nabil Ghazy Hamdun

(Juara 1 Essay / 2nd International Short Course, UIN Sunan Kalijaga)

My name is Nabil Ghazy, I am happy to be able to write this short recount of my experience of achieving an appreciation for the best essay during my time at the 2nd International Short Course by UIN Sunan Kalijaga. I hope not that this will be received as an avowal about something that my group and I achieved but rather to share a story that may fuel your passion in learning! To preface, I would also like to congratulate my three other teammates for achieving this as well and thank them for letting me ride on their backs for this achievement. For convenience and utility, I have also decided to write this in English, which I hope is befitting for the occasion.

It was during the 2nd International Short Course held by the University of Sunan Kalijaga that this event took place. I was very lucky to be invited as a participant of this event and to receive the course that was held during that time. I was a first semester student that just entered university, the environment all still felt very new to me. It was a great chance to better my self and an even bigger one to show myself.

The course was held in the Royal Ambarrukmo Hotel, a five-star hotel in the heart of Yogyakarta. I’m sure I share this feeling with the other participants in saying that we felt like fish out of water. It was a very prestigious venue and the event itself

(45)

was no less grand. As University students we rarely find ourselves in such places, especially I, as a fresh High school graduate. The event was held during the span of three days in mid-November.

The participants varied from a few universities from around the country and some from overseas. We were divided between those that attended online and offline. Naturally living in Yogyakarta myself I was able to attend the event offline.

The course itself was very fruitful and brought up many interesting topics to discuss about. It facilitated our learning not only by listening to the speakers at hand but we were given the chance also to have dialogues. We were very spirited in discussion and in learning from the many speakers from around the world. It was honestly very bewildering for me to see students very ambitious to share their thoughts and very cleverly and articulately express them. Everyone had their participation in the discussion and you would think that it was a UN meeting with how enthusiastic we were. As students, you are often told to share your opinions and have your own perspectives. But in reality, it is often very hard to formulate an opinion and just as hard in sharing them to someone else. We are often scared of being wrong in our understanding, and even more so from having those thoughts rejected. In retrospect, these feelings are always present in everyone. But what differs the one person from the rest is how they are able to overcome those feelings and strive for the greater reward.

The event continued for two days of active learning and

(46)

discussion. In the final day, as a part of the course we were obligated to write an essay as an outcome of our discussions throughout the event. Fortunately, we were separated into groups of four to write this essay. I was placed in a group with three other students. They were all in senior semesters, but they accepted me nonetheless. I felt great respect towards them. They were very experienced and intelligent. I honestly felt like I couldn’t compete with them but they were especially welcoming. We decided on a topic for our essay and discussed it. We only had a night to finish the essay so we felt like we didn’t have the best conditions.

Nevertheless, we finished it to best of our abilities. We took no shortcuts and no compromises. With what little time we had it was the best possible work that we could’ve done. Our goal was honestly not to be better than everybody else but it was to be the best of ourselves. With these kind of things some may choose to do it just for the sake of finishing it, everyone is a culprit of doing this and I think it’s human nature. But if a world were to exist with everyone doing that then we would all be gleefully celebrating mediocrity. Life would be so and so and everything would be meaningless. I believe it is the passion and hard work that gives life its meaning. People striving to be better should not hope for a reward but said reward will come naturally.

I believe that is what happened this time round with me and my three teammates. We didn’t hope for a reward and we also didn’t do it just for the sake of it. It was a battle of will and hard work within ourselves which I feel should be the driving force

(47)

of society in general. Not an orientation towards reward or pay, but an orientation of being better and giving it our upmost best.

In the end we submitted our short essay with full contentment.

“It may not win but we did our best,” we thought to ourselves. A cliché line to say the least. In all honesty I feel the appreciation for best essay itself was because of the competence of my other team members. They were far more skilled and better than me, it was only because of them that we managed to pull through. I was surprised I didn’t hold them back. I just chimed in to taste the sweet taste of appreciation and success. Once again I can only thank them for this experience.

But withal, I feel, what I would like to take from this experience is far better than any award I have received thus far.

And I have a feeling of responsibility to share it to anyone else who seeks it. We hear often the line of “hard work always pays off”. I disagree with that. It gives a false pretense of how working hard will always give you something beneficial to you. It falsely gives hope that when you work hard you will always get something in return. It is considerably a bitter pill to swallow but in reality this is not always the case.

Instead I feel that hard work should be its own reward.

Working hard itself is something that should be highly regarded.

We should work hard because that is what we must do. It is not a tool to achieve something else but hard work in itself is its own reward. In conclusion I don’t wish to preach as a messiah about how wrong our society is and how right I am. I am very thankful

(48)

for this experience and to be able to taste what being a university student is like. It was also very humbling to meet people way better than yourself and be regarded as equals.

This short recount was rashly written in the span of less than an hour so I apologize for the disordered mess of thoughts I’ve exposited. Even with that this is still overdue a few minutes so I must quickly end this. Again this is not an avowal of my achievement but a story I hope would fuel your thoughts.

Regardless I am still a first semester student and have yet to learn anything. Thank you very much for reading.

I would like to also thank kak Achmad Fadlil Abidillah, kak Diana Olivia and kak Uma Zalfa Salsabiil, for being the best teammates. My best wishes to you all!

(49)

2. Muhammad Rizqiansyah

(Juara 2 Essay 2nd International Short Course, UIN Sunan Kalijaga

Halo, aku Muhammad Rizqiansyah mahasiswa Program studi Akuntansi Syariah angkatan 2019 FEBI UIN Sunan Kalijaga.

Aku lahir pada 21 Desember 1999, Selasa malam saat bulan purnama. Hobi ku main game dan nonton youtube. Sebenarnya aku mahasiswa biasa-biasa saja, oleh karena itu aku mencoba untuk menjadi sedikit tidak biasa, aku jadi pengurus di Language Community FEBI dan HMPS Akuntansi Syariah dan saat sebelum pandemi aku pernah ikut sanggar tari yang dibuat oleh DEMA fakultas (dan pernah tampil juga sekali, hehe). Jadi disini aku ingin sedikit bercerita tentang bagaimana hobi sesimpel nonton youtube dapat memberikan dampak yang besar.

Jadi ada acara namanya International Short Course Program (disingkat ISC) dan acaranya itu diadakan tanggal 15 - 17 November yang kebetulan diorganisir langsung oleh fakultasku, FEBI. Sebenarnya fakultas sudah menyebarkan pamflet acara tersebut di akun instagram resminya, tapi kebetulan waktu itu aku deactive akun instagram dan baru aja dibuka lagi. Jadi aku cukup telat mengetahui informasi acara itu. Tepatnya aku baru tau acaranya itu saat temanku, Ummu memberitahu tanggal 5 November 2021, 5 hari sebelum penutupan pendaftaran.

Sebelumnya, Ummu juga pernah mengajak untuk ikut panitia acara itu tapi karena aku masih di Banjarmasin dan kalau menjadi panitia harus kembali ke Jogja dalam 2 hari, ditambah

(50)

lagi orang tua sedikit kurang mendukung untuk menjadi panitia lagi karena pengalaman menjadi panitia di acara Language Fest yang diadakan Language Community FEBI cukup membebani, sampai membuat pinggangku sakit. Padahal masih 21 tahun dan acaranya full online, jadi orang tuaku mungkin berpikir aku jadi panitia online saja sampai seperti itu, apalagi kalau offline.

Setelah mendapat pamflet ISC dari Ummu, aku tertarik untuk ikut, kapan lagi kan bisa mengikuti acara tingkat internasional dan bisa online lagi jadi tidak harus mengeluarkan uang untuk kembali ke Jogja. Tapi sayangnya untuk ikut acara itu ada beberapa syarat yang harus dipenuhi seperti surat rekomendasi dari dekan, motivation letter, IPK minimal 3,25, sertifikat TOEFL/TOEIC dan melampirkan sertifikat kegiatan yang diikuti. Sebenarnya semua syaratnya mudah saja dilakukan tetapi yang jadi masalah adalah aku tidak punya sertifikat TOEFL/TOEIC, mungkin apabila aku di Jogja bisa minta sertifikat tes TOEFL saat semester 1 di P2B.

Sayangnya, aku masih di Banjarmasin dan kalau mau tes pun kata temanku yang pernah tes TOEFL hasilnya tidak langsung keluar.

Jadi saat itu aku putuskan untuk tidak ikut.

Pada tanggal 11 November 2021, seperti ada keajaiban turun dari langit. Ibu Lina, sekretaris prodi mengirimiku pesan WhatsApp untuk menawari untuk mewakili prodi pada acara ISC.

Aku langsung setuju dong pastinya karena memang dari awal ingin ikut acara tersebut tapi tidak bisa karena tidak memenuhi syarat. Aku senang sekali sampai merasa kalau Allah itu sangat baik ke aku padahal aku ibadah seadanya jadi tidak enakkan kalau

(51)

diberi nikmat padahal ibadah standar hehe. Setelah orang tua kuberitahu, mereka juga ikut senang karena mereka tau aku mau ikut acaranya mulai dari mau jadi panitia sampai jadi peserta yang terhalang berbagai hal sampai tidak jadi ikut dan akhirnya malah ditunjuk untuk mewakili prodi.

Singkat cerita acara ISCnya dimulai 15 November 2021 hari senin awalnya sempat bingung ini bagaimana kuliah sambil mengikuti ISC kan tapi ya dijalani saja sudah menjadi konsekuensi karena menyanggupi ikut acaranyakan. Acara ISC sendiri ini sebenarnya sangat bagus jika bisa dibilang dengan peserta yang berasal dari berbagai negara seperti Malaysia, Filipina, Brunei Darussalam dan beberapa negara lain. Dalam ISC ada banyak materi yang diberikan oleh pembicara-pembicara yang ahli dibidangnya. Beberapa materi yang terdapat di dalamnya, seperti “Fiqh of Halal Industry Products and Services” oleh Dr.

Phil. Sahiroh, MA., “The Global Halal Industry, Public Awareness of Halal Products and Halal Labels” oleh Prof. Dr. Irwandi Jaswir, M,Sc., “Indonesia Halal Industry Director and Development” oleh Afdhal Aliasar, MBA pada hari pertama. Hari kedua materinya juga tidak kalah menarik seperti “Halal Assurance System Implementation” oleh Hj. Siti Aminah, S.Ag., M.Pd.I., “Global Halal Supply Chain Management” oleh Sapta Nirwandar, “Halal Tourism Index” oleh Dr. M. Ghafur Wibowo, M.Sc, dan “Halal Supply Chain Management in Halal Cosmetic Industry” oleh Dwi Wahyu Haryo.

Pada penghujung hari pertama, secara tiba-tiba tidak ada angin tidak ada hujan seluruh peserta ISC diharuskan untuk

(52)

membuat sebuah esai dengan tema “Promoting Halal Industry in Achieving SDGs”. Seluruh peserta baik yang online dan offline dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dan kebetulan aku sekelompok dengan Ummu, Sabrina dari Palembang, Zahro dari Jakarta, Erna dari Kudus, Karisma dari Batang, dan Shilvi dari Jayapura. Kami semua merupakan peserta online dan dari daerah yang benar-benar tersebar dari Indonesia Barat sampai Indonesia Timur. Awalnya aku sendiri cukup bingung selain karena aku tidak pernah mengikuti lomba esai sehingga tidak terlalu berpengalaman dalam pembuatan esai, selain itu karena esai merupakan buah pemikiran pribadi cukup sulit untuk mengerjakannya secara berkelompok.

Awalnya kami mulai diskusi saat diberi waktu oleh panitia untuk berdiskusi langsung melalui breakout room dan kami cukup kesulitan bagaimana teknis pengerjaannya karena akan sangat sulit menggabungkan semua pemikiran orang dalam suatu esai yang tidak boleh lebih dari 3 halaman. Awalnya kami sempat ingin membagi per bagian esai seperti beberapa orang mengerjakan pembukaan, yang lain isi dan sisanya penutup tapi apabila begitu akan tambah sulit untuk mengerjakannya karena bisa saja arah tulisan pada pembukaan berbeda dengan isinya. Akhirnya kami semua sepakat membuat mini essay dan nanti satu orang yang bertugas untuk mengumpulkan dan merapikan esainya dan kami sepakati topiknya tentang halal fashion dengan judul esai “Halal, Modest, Sustainable:The Way to Elevate Muslim Fashion Industry in the Global Market”. Sebenarnya aku kurang tertarik dengan

(53)

topik tersebut aku lebih suka halal tourism atau halal awareness yang lebih mendasar tapi bagaimanapun aku harus setuju dengan kesepakatan kelompok.

Dalam proses pengerjaannya awalnya aku sempat bingung bagaimana mengerjakannya, akhirnya aku putuskan untuk lebih fokus ke sustainable fashion dan halal awareness dalam fashion.

Kebetulan beberapa hari sebelum ada lomba esai tersebut aku menonton sebuah dokumenter singkat di youtube tentang bagaimana industri fast fashion berdampak buruk pada lingkungan oleh channel DW Planet A yang merupakan media berbasis di Jerman dan fokus pada kelestarian lingkungan dan bagaimana aktivitas manusia mempengaruhinya. Selain itu aku juga berfokus pada halal awareness karena itu merupakan masalah terbesar industri halal di Indonesia. Berdasarkan pemaparan dari Prof Irwandi Jaswir dari Malaysia yang kesadaran gaya hidup halal di Indonesia masih tertinggal jauh apabila dibandingkan dengan Malaysia padahal pasar industri halal di Indonesia merupakan yang terbesar di dunia dengan sekitar 231 juta penduduk muslim.

Setelah proses rekapitulasi esai dari seluruh anggota kelompok, teman-teman kelompok juga saling membantu dalam proses final editingnya, mulai dengan merevisi salah ketik, merubah kata hasil terjemahan yang kurang tepat hingga menggunakan aplikasi untuk mengecek apakah penggunaan grammarnya sudah benar atau belum. Akhirnya esai tersebut kami kumpulkan kurang lebih setengah jam sebelum deadline pengumpulannya.

(54)

Keesokan harinya, pengunguman pemenang kami benar- benar terkejut dapat menjadi juara esai pada lomba di ISC ini.

Peserta ISC sendiri tidak hanya dari undergraduate, tetapi master dan bahkan Profesor dari negara lain juga mengikuti acara ini.

Ini merupakan hal yang sangat-sangat tidak terduga khususnya untuk diriku pribadi karena bagaimanapun esai yang kami buat masih jauh dari kata sempurna tetapi mendapatkan hal seperti ini merupakan berkah yang luar biasa.

Faktor yang tidak kalah penting adalah dukungan dari semua pihak, terutama dari orang tua yang memberikan semua sarana dan prasarana dalam mengikuti lomba itu. Bahkan jauh sebelumnya dukungan finansial dan moral serta yang penting tidak pernah membatasiku untuk mengeksplor hal yang ku suka.

Selain itu dukungan dari teman-temanku juga sangat membantu seperti Lukman yang kebetulan menjadi panitia ISC yang terus memberikan semangat selama proses ISC dan dia bahkan orang yang bertugas untuk mengirimkan hadiah juara esai dari Jogja.

Kemudian Ummu yang memberikan informasi tentang ISC hingga kebetulan sekelompok dalam pembuatan esai juga memberikan sangat banyak dukungan. Dukungan langsung dan tidak langsung dari teman-teman Universitas lain, dukungan dari pihak prodi untuk mengikuti acara tersebut aku ucapkan terima kasih banyak yang sebanyak-banyaknya karena ini merupakan pengalaman yang paling berharga yang pernah terjadi untukku .

(55)
(56)

3. Uma Zalfa Salsabiil

Uma Zalfa Salsabiil, itukah nama lengkapku, seorang anak kecil yang bertualang di dunia perkuliahan sejak umurnya masih 16 tahun. Selayaknya anak kecil, saya seringkali gegabah dalam mengambil keputusan. Keputusan untuk memilih Program Studi Akuntansi Syariah pun tidak didasari dengan landasan yang kuat.

Bagaimana tidak, pada saat itu saya bahkan belum mengetahui apa kelebihan, bakat, dan tujuan hidup saya. Yang ada hanya keraguan dan ketidaktahuan. Perkenalkan, inilah saya, yang akrab dipanggil Uma, saya lahir tanggal 26 Desember 2002, asal daerah Kuningan, Jawa Barat.

Bertanggung jawab dan mempertahankan pilihan atau mencari yang lebih dari apa yang telah aku dapat, menjadi problematika yang meramaikan isi kepalaku. Berbagai pertimbangan saling bertarung dan saling berisik. Pada akhirnya, berdamai dengan kesalahan telah gegabah dalam menggambil keputusan mungkin jalan terbaik, pikirku pada saat itu. Tentu aku harus menyiapkan diri menghadapi risiko akibat dari keputusanku itu. Menurutku, meskipun pada akhirnya memang sulit untuk memahami akuntansi, aku setidaknya harus bisa memahami dan memiliki bakat di bidang lain.

Tahun 2019 menjadi jejak awal sebuah pencarian.

Jalan memang selalu ada, aku mengenal organisasi bernama ForSEBI. Organisasi ini sangat mewadahi orang-orang yang ingin berkembang, organisasi ini memiliki orang-orang hebat didalamnya, orang-orang yang dengan tulus membagikan

(57)

ilmu kepada adik tingkatnya. Beruntungnya aku, jika aku tidak melakukan kesalahan dalam pemilihan jurusan, mungkin aku akan tetap di jurusan IPA dan tidak akan mengenal ForSEBI. Setelah mempertimbangkan dan mencoba untuk mengenal diri sendiri, aku merasa ingin berfokus pada bidang kepenulisan ilmiah.

Memilih untuk mendalami kepenulisan sudah menjadi tekad. Kita tidak akan berkembang tanpa mengorbankan sesuatu. Waktu, tenaga, pikiran, sudah menjadi hal biasa yang harus dikorbankan. Setidaknya menabung usaha yang entah akan mendapat balasan baik atau tidak, sudah aku lakukan. Ini hal berharga yang sampai saat ini aku jadikan sebagai prinsip, bahwa tugas kita adalah berusaha. Hasil baik dari sebuah usaha adalah hadiah, hasil yang kurang baik dari sebuah usaha adalah pembelajaran, dan usaha baik pasti akan memberikan pengalaman yang sangat berharga.

Proses menabung pengalaman dimulai, biar ku ceritakan secara singkat kisah sebelum pada akhirnya aku mengikuti acara internasional. Bersama dengan kak Putri dan kak Diana, aku mengikuti LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) tingkat regional.

Banyak hal yang harus direlakan, banyak hal juga yang aku dapat.

Lomba perdanaku berakhir dengan kekalahan. Aku memiliki pandangan, aku akan benar-benar kalah jika aku tidak belajar dar sebuah kekalahan. Aku akan menang jika aku bisa menjadikan sebuah kekalahan sebagai pecutan halus untuk tetap berlari.

Lariku tidak selalu ke arah yang sama, aku mencoba untuk ke arah lain. Mungkin aku memiliki ketertarikan di bidang lain,

(58)

aku harus mencobanya, pikirku pada saat itu. Dengan begitu, aku bersama dengan kak Putri dan Dida, mengambil langkah untuk mengikuti olimpiade ekonomi Islam. Kami hampir menemukan kekalahan lagi, tapi essay yang kami buat pada tahap penyisihan menyelamatkan kami sampai menuju final dan pada akhirnya semua usaha kami dibayarkan pada saat itu juga dengan kemenangan. Mungkin ini cerita singkat, tetapi percayalah, perjuangan kami tidak sesingkat dan semudah itu untuk meraih juara. Kejadian itu membuat aku berpikir apakah memang aku harus meneruskan perjuangan untuk mendalami kepenulisan, karena sebenarnya kekalahan di lomba sebelumnya membuat aku merasa tidak memiliki bakat di kepenulisan.

Selanjutnya, aku menemukan kemudahan lagi. Salah satu kakak tingkat (kak Hanif) dan teman sejak awal perkuliahanku yaitu Annes, mengajak aku untuk mengikuti LKTI, kali ini tingkat nasional. Bagiku, ini kesempatan langka. Aku harus menyelesaikan PR berupa segudang pertanyaan tentang kepenulisan di lomba tersebut. Niat aku untuk memperdalam kepenulisan sepertinya didukung oleh keadaan. Singkatnya seperti itu, banyak hal yang aku dapatkan dari kedua orang hebat tersebut. Seolah-olah aku diberi modal untuk masuk ke dunia kepenulisan.

Tidak pernah terlintas dipikiranku bahwa aku akan mengikuti kegiatan bertaraf internasional. ISC (International Short Course) menjadi acara internasional pertamaku. Sebelumnya aku memang tertarik untuk mengikuti acara tersebut, tetapi aku menyadari bahwa kemampuan bahasa inggris aku tidak bagus.

(59)

Namun tak disangka, aku dipilih menjadi perwakilan mahasiswa Akuntansi Syariah untuk mengikuti acara tersebut. Aku menerima tawaran itu karena aku berpikir bahwa ini kesempatan emas, aku pun berpikir bahwa ISC akan banyak menggunakan bahasa Indonesia dalam setiap kegiatannya, ternyata tidak. Perasaan minder yang seharusnya tidak ada, muncul begitu saja. Merasa tidak layak mengikuti acara tersebut juga aku rasakan, merasa ada yang lebih baik menggantikan aku untuk mengikuti acara tersebut juga tentunya aku rasakan, tetapi dukungan teman- teman sangat kuat sehingga aku dapat bertahan di acara yang bahkan aku kesulitan untuk memahami materinya. Terlebih lagi semester 5 yang membuat aku kehilangan waktu tidur turut menjadi pengganggu kefokusanku dalam mengikuti ISC. Belum lagi tugas dari acara ISC pada hari pertama yaitu membuat essay perkelompok dalam waktu satu malam yang pada akhirnya dikompetisikan itu menjadi tantangan tersendiri. Berusaha memunculkan ide dalam waktu singkat dan menyinkronkan dengan pendapat-pendapat orang yang baru aku temui juga tantangan tersendiri bagi aku yang sulit untuk bergaul dengan orang lain. Setelah menemukan ide yang akan dituangkan dalam essay, kami membagi tugas yang kemudian harapannya bisa disatukan menjadi sebuah essay utuh yang bagus. Ada cerita menarik di sini, kelompok kami mengumpulkan essay paling akhir. Kami memang agak kesulitan untuk menyempatkan waktu untuk menyelesaikannya, akhirnya sepulang dari kegiatan ISC hari kedua tepatnya setelah maghrib, kami baru sempat mengerjakan pembagian tugas masing-masing, padahal jika tidak salah, pukul

Referensi

Dokumen terkait

sudah dapat diajukan kepada Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN. Sunan

Dewan Penguji skripsi saudara Miftahul Mushlih, NIM 09220036, mahasiswa Fakultas Syari‟ah Jurusan Hukum Bisnis Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik

Dengan hormat disampaikan bahwa dalam rangka program pengembangan sekolah mitra Fakultas Sains Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yaitu MAN Laboratorium UIN

Progam Studi Strata Satu (S-1) jurusan Hukum Keluarga Islam Fakultas Syari‟ah dan Hukum di UIN Walisongo Semarang dengan judul, “Analisis Implikasi Hak Dan

PRODI PGMI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA TANGGAL MASUK 1

Skripsi yang dibuat oleh Muhammad Husen Asyhari Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2009 dengan judul “ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Model Bisnis Google Adsense”,

TIM PENGUJI BIDANG BACA TULIS AL-QUR’AN BTQ PROGRAM PASCASARJANA S2 DAN S3 FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA NO NAMA MAHASISWA PRODI TIM PENGUJI

Kajian Pustaka Peneliti Judul Hasil Penelitian Wijaya Kususma Eka Putra Fakultas Suariah dan Hukum Muamalah UIN Sunan Kalijaga Skripsi tahun 2013 Konsep Ba’I Al- Mu’athah Studi