• Tidak ada hasil yang ditemukan

Transkonjungtival Orbitotomi Anterior Inferior sebagai Manajemen pada Malignant Spindle Cell Sarcoma Orbita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Transkonjungtival Orbitotomi Anterior Inferior sebagai Manajemen pada Malignant Spindle Cell Sarcoma Orbita"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT CICENDO

BANDUNG

Laporan Kasus : Transkonjungtival Orbitotomi Anterior Inferior sebagai Tatalaksana pada Malignant Spindle Cell Sarcoma Orbita

Penyaji : Briska Sudjana

Pembimbing : Dr. dr. R. Angga Kartiwa., Sp.M(K)., M.Kes.

Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Pembimbing Unit Rekonstruksi, Okuloplasti, dan Onkologi

Dr. dr. R. Angga Kartiwa., Sp.M(K)., M.Kes.

Senin, 21 Desember 2020 Pukul 07.30 WIB

(2)

1

Introduction: Orbital tumors are quite common in ophthalmology. Malignant spindle cell sarcoma is a tumor originating from the mesenchyme. Malignant spindle cell sarcoma in adults were rare cases. Orbitotomy is a surgical procedure used to access multiple soft tissue compartments from the orbit. The transconjunctival orbitotomy provides good surgical access with a low incidence of complications and a better aesthetic outcome.

Purpose: The aim of this report is to discuss transconjunctival orbitotomy anterior inferior as surgical management in inferior palpebral tumor .

Case Illustration: A 65-year-old female came to Reconstructive Oculoplasty and Oncology (ROO) Clinic with chief complain of lump of her right eye since three years before admission. The lump accompanied by pain. The CT-scan examination showed isodense lession in inferior palpebral with no intracranial tumor metastases. She under-went transconjunctival orbitotomy anterior inferior under general anesthesia. Anatomical pathology examination after surgery showed that tumor was malignant spindle cell sarcoma.

Conclusion: Transconjunctival orbitotomy anterior inferior is preferred approach in managing inferior orbital tumors. This procedure has good outcome with low rate of complications.

Keywords: orbital tumors, malignant spindle cell sarcoma, inferior anterior orbitotomy, transconjunctival.

I. Pendahuluan

Tumor orbita merupakan kasus yang cukup sering di bidang oftalmologi.

Malignant spindle cell sarcoma merupakan tumor yang berasal dari mesenkim yang bersifat ganas. Tumor ini dapat menyerang jaringan lunak ataupun tulang.

Tumor yang masuk kedalam kategori spindle cell sarcoma antara lain synovial sarcoma, malignant peripheral nerve sheath tumor, leiomyosarcoma, fibrosarkoma, rhabdomyosarcoma, inflammatory myofibroblastic tumor, dan angiosarkoma. Angka kejadian terjadinya malignant spindle cell sarcoma pada usia tua jarang terjadi.1,2,9

Orbitotomi merupakan suatu tindakan bedah orbita. Prosedur operasi orbitotomi merupakan salah satu prosedur operasi yang digunakan untuk mengakses beberapa kompartemen jaringan lunak dari orbita. Terdapat beberapa pendekatan operatif kedalam rongga orbita. Pemilihan pendekatan tersebut

(3)

2

ditentukan oleh lokasi dari tumor dan dapat juga ditentukan oleh tujuan operasi, ukuran tumor dan keterlibatan dari struktur disekitarnya. Prosedur orbitotomi dengan pendekatan transkonjungtival merupakan teknik yang dinilai memiliki hasil yang baik.3,4,5 Laporan kasus ini bertujuan untuk membahas mengenai kasus malignant spindle cell sarcoma pada palpebra inferior dengan transkonjungtival orbitotomy anterior inferior sebagai tatalaksananya.

II. Laporan Kasus

Pasien Ny. E usia 65 tahun datang ke Poli ROO dengan keluhan terdapat benjolan pada kelopak bawah mata kanannya sejak tiga tahun yang lalu yang lama kelamaan semakin membesar. Keluhan benjolan disertai rasa nyeri. Keluhan tidak disertai penglihatan buram baik pada mata kanan ataupun pada mata kiri. Keluhan penglihatan ganda tidak dirasakan oleh pasien. Keluhan nyeri kepala, mual – muntah, dan berat badan turun tidak ada. Riwayat pekerjaan pasien sebagai ibu rumah tangga. Riwayat penyakit sistemik lainnya pasien memiliki riwayat hipertensi. Tanggal 27 Oktober 2020 pasien berobat ke RS Guntur, Garut lalu diberikan rujukan ke RS Mata Cicendo.

Gambar 2.1 (A) Gambaran klinis preoperasi pasien (B) Gambaran klinis paskaoperasi pasien

Dikutip dari: PMN RS Mata Cicendo Bandung

Pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal. Tanda vital didapatkan Tekanan darah 150/80 mmHg, nadi 80x/menit, respirasi 20x/menit, suhu 36.5 C. Pemeriksaan oftalmologis dari tajam penglihatan mata kanan 0.16 dan mata kiri 0.5f1. Gerakan bola mata pada mata kanan dan kiri baik ke segala arah. Pemeriksaan mata kanan didapatkan massa pada palpebra inferior berukuran 3 cm x 2.5cm, nyeri tekan, batas tegas, terfiksir. Lensa pada mata kanan dan kiri agak keruh. Pemeriksaan segmen anterior lainnya dan segmen posterior dalam

A B

(4)

batas normal. Pasien di diagnosis massa at regio palpebra inferior OD. Pasien kemudian melakukan pemeriksaan Computed Tomography Scan (CT scan) kepala orbita dari hasil pemeriksaan CT scan didapatkan massa pada palpebra inferior mata kanan dan tidak tampak metastase tumor intrakranial.

Gambar 2.2 Hasil CT-Scan kepala orbita pasien. Terdapat massa pada palpebra inferior dan tidak tampak metastase tumor intrakranial

Dikutip dari: PMN RS Mata Cicendo Bandung

Pasien kemudian direncanakan tindakan debulking + patologi anatomi massa.

Pada tanggal 23 November 2020 dilakukan tindakan operasi orbitotomi anterior inferior dengan pendekatan transkonjungtiva. Pemilihan pendekatan tersebut ditentukan oleh lokasi dari tumor itu sendiri, akan tetapi dapat juga ditentukan oleh tujuan operasi, ukuran tumor dan keterlibatan dari struktur disekitarnya.

Setelah tumor terangkat utuh seluruhnya, dilakukan kontrol perdarahan. Luka operasi pada konjungtiva kemudian dilakukan penjahitan. Tumor dikirim ke Laboratorium Patologi Anatomi RS Mata Cicendo untuk konfirmasi diagnosis.

Paska operasi pasien diberikan Amoksisilin 3x500 mg, Asam mefenamat 3x500 mg dan Kloramfenikol + Hidrokortison salep mata 3x1 OS dan Metilprednisolon 1x40 mg per oral, serta disarankan untuk kompres es.

Gambar 2.3 Temuan intraoperasi, ditemukan massa berwarna kecoklatan kenyal.

Pada lamelasi warna putih kecokelatan.

Dikutip dari: PMN RS Mata Cicendo Bandung

(5)

4

Pemeriksaan oftalmologis kedua mata satu hari paska operasi didapatkan aposisi luka baik, perdarahan aktif tidak ada, dan jahitan intak. Tajam penglihatan tetap. Pergerakan bola mata baik ke segala arah. Palpebra inferior mata kanan tampak edema. Pasien kemudian diizinkan untuk rawat jalan setelah satu hari perawatan dengan terapi yang dilanjutkan. Pasien direncanakan kontrol 10 hari yang akan datang.

Gambar 2.3 Gambaran klinis paskaoperasi pasien hari ke-10 Dikutip dari: PMN RS Mata Cicendo Bandung

Pasien kontrol pada tanggal 2 Desember 2020. Keluhan masih ada bengkak pada kelopak bawah mata kanan. Posisi kedua mata orthotropia dengan gerak kedua bola mana penuh ke segala arah. Visus mata kanan pasien 0.16.

Pemeriksaan segmen anterior OD pada palpebra inferior didapatkan hematoma dan edema. Pada konjungtiva didapatkan hiperemis. Hasil pemeriksaan patologi anatomi menunjukkan malignant spindle cell sarcoma dd/ malignant peripheral nerve sheet tumor dd/ rhabdomyosarcoma dd/ fibrosarcoma. Pasien kemudian disarankan konsul ke bagian hematoonkologi RSHS untuk pemeriksaan imunohistokimia (IHK) S100, Vimentin, SMA, Myogenin dan Ki67. Pasien disarankan untuk tetap kompres es, kalium diklofenak 2x50mg dan dianjurkan untuk kontrol kembali setelah hasil IHK sudah keluar.

Gambar 2.4 Gambaran histopatologi malignant spindle cell sarcoma Dikutip dari : PMN RS Mata Cicendo Bandung

(6)

III. Diskusi

Malignant spindle cell sarcoma merupakan kategori morfologi tumor yang besar dan beragam yang terdiri dari sel-sel memanjang dengan inti bulat, ovoid, atau meruncing dan jumlah sitoplasma yang bervariasi. Tumor jenis ini dapat terjadi di jaringan lunak, tulang, atau organ dalam. Tumor yang masuk kedalam kategori spindle cell sarcoma antara lain synovial sarcoma, malignant peripheral nerve sheath tumor, leiomyosarcoma, fibrosarkoma, rhabdomyosarcoma, inflammatory myofibroblastic tumor, dan angiosarkoma. Hasil pemeriksaan patologi anatomi pada pasien menunjukkan adanya hasil malignant spindle cell sarcoma yang didiagnosis banding malignant peripheral nerve sheath tumor, dd/

rhabdomyosarcoma, dd/ fibrosarkoma.9,10

Malignant peripheral nerve sheath tumor (MPNST) dapat terjadi pada pasien dengan neurofibromatosis tipe 1 (NF-1), dimana kejadian perubahan keganasan sekitar 5% atau secara sporadis. Faktor genetik meliputi inaktivasi gen penekan tumor NF1 pada kasus sporadis dan yang timbul pada NF-1, mutasi gen p53, penghapusan gen INK4A pada kromosom 9p21, dan kelainan pada 17p. Tumor pada pasien dengan NF-1 muncul pada usia yang lebih muda daripada yang sporadis, dengan puncak pada dekade keempat, dan lebih sering terjadi pada pria.

Angka kejadian MPNST pada orbita merupakan kasus yang sangat jarang yaitu sekitar 0 hingga 0.2% kejadian dari seluruh kejadian tumor orbita. Gambaran histopatologi pada MPNST adalah gambaran sel yang memanjang, dengan sedikit sitoplasma dan inti yang bergelombang, berkelok-kelok, tertekuk, atau lanset, dengan satu ujung runcing dan ujung lainnya tumpul dan inti dapat berbentuk segitiga pada keadaan yang ekstrem. Pemeriksaan imunohistokimia yang signifikan terhadap MPNST adalah protein S100. Fibrosarkoma pada orbita merupakan salah satu tipe tumor spindle cell yang berasal dari jaringan mesenkim yang jarang ditemui. Fibrosarkoma merupakan tumor yang progresivitasnya lambat tetapi agresif menginvasi secara lokal. Gambaran histopatologi pada fibrosarkoma adalah gambaran spindle cell disertai gambaran herringbone appearance, tanpa bentuk pleomorfik yang signifikan. Pemeriksaan imunohistokimia yang signifikan terhadap fibrosarkoma adalah vimentin.

(7)

6

Rhabdomyosarcoma pada oular merupakan salah satu tumor spindle cell yang paling sering terjadi pada anak-anak. Angka kejadian rhabdomyosarcoma pada usia tua atau paruh baya sangat jarang terjadi. Menurut World Health Organization (WHO) tipe rhabdomyosarcoma terbagi menjadi empat subtipe, yaitu embrional, alveolar, pleomorfik, dan spindle cell atau sclerosing. Sifat rhabdomyosarcoma yang muncul pada usia tua biasanya sangat agresif, yaitu pada subtipe pleomorfik dan spindle cell. Pemeriksaan imunohistokimia yang signifikan terhadap rhabdomyosarcoma adalah myogenin dan MyoD1.9-13 Pasien merupakan pasien usia tua, dengan keluhan benjolan pada kelopak bawah mata kanan yang muncul sejak tiga tahun yang lalu dan pada pemeriksaan status oftalmologi pasien, tidak ditemukan kelainan yang menggambarkan tumor menekan otot, saraf, ataupun infiltrasi kedalam tulang, yang bila dilihat progresivitas dari tumor pada pasien belum tergambar sifat agresif. Pasien pada kasus ini disarankan untuk melakukan pemeriksaan imunohistokimia (IHK) untuk menegakkan diagnosis secara patologi anatomi. Pasien disarankan pemeriksaan S100, Vimentin, SMA, Myogenin, dan Ki67, tetapi hasil dari IHK sampai saat ini belum keluar.

Gambaran lesi pada orbita sangat bergantung kepada hasil radiologi.

Gambaran radiologi terutama CT scan memegang peranan penting dalam membantu evaluasi lesi intraorbita. Pemeriksaan radiologi tersebut diharapkan mampu memberikan informasi untuk keperluan menegakkan diagnosis dan membantu dalam perencanaan dan penentuan pendekatan tindakan pembedahan atau orbitotomi.4,6 Pasien pada kasus ini telah dilakukan pemeriksaan CT scan dengan gambaran massa pada palpebra inferior mata kanan dan tidak tampak metastase tumor intrakranial.

Prosedur orbitotomi dapat dilakukan untuk manajemen tumor orbita.

Pendekatan operatif yang dipilih tergantung pada letak, tujuan, dan ukuran tumor itu sendiri. Orbitotomi dapat dilakukan dari pendekatan superior, inferior, lateral, ataupun medial.4,6 Pasien mengeluhkan adanya benjolan pada kelopak bawah mata kanan. Pasien kemudian direncanakan dilakukan debulking massa + PA.

(8)

Pendekatan operatif yang dijalani pasien pada akhirnya dengan melakukan tindakan orbitotomi anterior inferior dengan pendekatan transkonjungtival.

Orbitotomi anterior inferior menjadi pilihan tatalaksana yang dilakukan pada massa yang terlihat atau teraba yang berada pada forniks konjungtival inferior dari palpebra inferior. Pemilihan teknik ini berdasarkan letak massa pada bagian palpebra inferior agak lebih ke dalam baik untuk massa ekstrakonal maupun intrakonal. Pendekatan ini juga biasanya digunakan untuk fraktur pada bagian dasar orbita. Beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan dalam memilih pendekatan pembedahan antara lain lokasi lesi apakah anterior ataupun lebih dalam, posisi relatif terhadap nervus optikus, area pembedahan, tujuan pembedahan baik itu insisional ataupun eksisional. Lesi yang terletak di anterior dari ekuator akan lebih mudah dicapai dengan pendekatan orbitotomi anterior.

Lesi yang letaknya posterior dan lateral dari nervus optikus memungkinkan untuk dilakukan orbitotomi lateral. Lesi yang terletak posterior dan medial dari nervus optikus cenderung dengan pendekatan orbitotomi anterior dengan pendekatan yang lebih dalam. Lesi yang terletak posterior dari nervus optikus, kanal optik dan kiasma optikum cenderung dengan pendekatan yang lebih invasive yaitu orbitotomi transkranial.4,6,7 Kasus ini dilakukan orbitotomi inferior dengan pendekatan transkonjungtiva dengan mempertimbangkan posisi lesi yang lebih mudah dicapai dengan pendekatan tersebut.

Gambar 3.1 Ilustrasi teknik transkonjungtival orbitotomi anterior inferior Dikutip dari: Davies,dkk5

Pemilihan teknik inferior orbitotomi dengan pendekatan transkonjungtiva ini memiliki beberapa keunggulan. Menurut Brett et al., pendekatan transkonjungtiva

(9)

8

untuk lesi tumor yang berada di inferior memberikan akses bedah yang baik dengan insiden komplikasi yang rendah dan hasil estetika yang lebih baik daripada pendekatan transkutan. Pendekatan transkonjungtiva tidak hanya dapat dilakukan untuk lesi tumor saja, tetapi dapat dilakukan untuk fraktur pada bagian dasar orbita, sesuai dengan penelitian yang dikemukakan oleh Bernardini et al.5,6,8 Malignant spindle cell sarcoma merupakan tumor ganas yang berasal dari jaringan mesenkim. Prognosis ad vitam dan ad functionam pada pasien untuk saat ini adalah dubia ad bonam, dikarenakan pada keadaan saat ini, tumor belum menginvasi terlalu jauh dan belum ditemukan adanya tanda-tanda metastasis.

Prognosis ad sanationam dubia, dikarenakan belum terlalu banyaknya studi mengenai kasus ini yang terjadi pada usia dewasa, tetapi karena bersifat ganas, maka diperlukan adanya pemeriksaan berkala untuk mencegah adanya rekurensi atau metastasis.

IV. Kesimpulan

Malignant spindle cell sarcoma merupakan tumor ganas yang berasal dari jaringan mesenkim yang terdiri dari banyak diagnosis banding secara patologi anatomi. Tatalaksana pembedahan dan pemeriksaan patologi anatomi dilakukan untuk pengangkatan massa tumor dan penegakkan diagnosis. Transkonjungtival orbitotomi anterior inferior dapat menjadi pilihan tatalaksana pada tumor palpebra inferior. Tindakan ini dipercaya memberikan hasil yang lebih baik dari segi estetika maupun dalam kepentingan pengangkatan massa terutama di bagian inferior. Tindakan orbitotomi inferior dengan pendekatan transkonjungtiva sebagai manajemen tumor pada palpebra inferior memiliki hasil yang cukup memuaskan dan komplikasi minimal.

(10)

9

Pe’er J, Murphree AL, Perry JD, eds. Clinical Ophthalmic Oncology. Philadelphia:

Elsevier; 2007. Hlm. 11-5.

2. Pe’er J. Classification and Differential Diagnosis of Eyelid Tumors. Dalam: Singh AD, Damato BE, Pe’er J, Murphree AL, Perry JD, eds. Clinical Ophthalmic Oncology. Philadelphia: Elsevier; 2007. Hlm. 62-6.

3. Tse DT. Color Atlas of Oculoplastic Surgery. Edisi ke 2. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2011. Hlm. 358-72.

4. Dutton JJ. Orbitotomy Pocedures. Dalam : Atlas of Oculoplastic and Orbital Surgery. Editor : Dutton JJ. Edisi ke-1. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2013. Hlm.

270-80.

5. Davies BW, Hink EM, Durairaj VD. Transconjunctival Inferior Orbitotomy:

Indications, Surgical Technique, and Complications. Craniomaxillofac Trauma Reconstruction 2014;7:169–174.

6. American Academy of Ophthalmology. Orbitotomy. Dalam : Basic and Clinical Science Course. Bagian ke-7 : Oculofacial Plastic and Orbital Surgery. San Francisco: American Academy of Ophthalmology; 2019-2020. Hlm.124–30.

7. Jeffrey N. Techniques in Opthalmic Surgery. Saunders Elsevier; 2010. Hlm.429- 59.

8. Bernardini FP, et al. The Revised Direct Transconjunctival Approach to the Orbital Floor. Ophthal Plast Reconstr Surg. Vol. XX. 2016.

9. Enriquez AM, et al. Spindle Cell Tumor of Adults. Dalam: Practical Soft Tissue Pathology: A Diagnostic Approach. Elsevier: 2019. Hlm. 15-100.

10. Fisher CM. Spindle Cell Sarcomas. Dalam: Surgical Pathology Clinics. Edisi ke-4.

Elsevier; 2011. Hlm. 721-44.

11. Lin AY. Tumors of The Conjunctiva. Dalam: McKee's Pathology of the Skin. Edisi ke -5. Elsevier; 2020. Hlm.1363-87.

12. Yu L, Wang J. Rhabdomyosarcoma in middle to old-aged patients: analysis of clinicopathological features and prognosis in 76 cases. Zhonghua Zhong Liu Za Zhi. 2012.

13. Scruggs BA, Ho ST, Valenzuela AA. Diagnostic challenges in primary orbital fibrosarcoma: a case report. Clin Ophthalmol. 2014;8:2319-23.

Referensi

Dokumen terkait

Kantor Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menetapkan indikator kinerja input umumnya terdiri dari tersedianya dana, sumber daya manusia (SDM), dan bahan. Indikator

Penanggungjawab Ketua Pelaksana Administrasi Sekretaris Anggota Sekretaris Anggota Staf Administrasi Pengarah Penanggungjawab Koordinator Umum Koordinator Tim Ketua Tim Pelaksana

Struktur Menu Aplikasi Login Menu Utama Database Umum Perencanaan Proyek Pengendalian Proyek Laporan Perencanaan Proyek Laporan Pengendalian Proyek Databese proyek Database

Informasi yang diberikan oleh laporan arus kas membantu investor, kreditor, dan pihak lain untuk menilai kemampuan perusahaan menghasilkan arus kas bersih masa

Hasil penelitian pengembangan perangkat berorientasi niali karakter melalui inkuiri terbim- bing efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep IPA karena dengan praktikum inkuiri

Meskipun seseorang dengan peningkatan tekanan darah sedang, tetap memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena stroke dibandingkan seseorang dengan tekanan darah yang

Motivasi masyarakat dalam keikutsertaan JKN mandiri berdasarkan jawaban responden karena kemudahan mendaftar, sosialisasi, informasi yang diterima, dokter yang

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas hikmat yang telah penulis terima selama masa penyelesaian skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor