• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEGALITAS KETENTUAN WAIVER CLAUSE DI DALAM SAN FRANCISCO PEACE TREATY 1951 YANG BERTENTANGAN DENGAN NORMA DASAR HUKUM INTERNASIONAL (JUS COGENS NORM) BERDASARKAN HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LEGALITAS KETENTUAN WAIVER CLAUSE DI DALAM SAN FRANCISCO PEACE TREATY 1951 YANG BERTENTANGAN DENGAN NORMA DASAR HUKUM INTERNASIONAL (JUS COGENS NORM) BERDASARKAN HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL."

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

iii

LEGALITAS KETENTUAN WAIVER CLAUSE DI DALAM SAN FRANCISCO PEACE TREATY 1951 YANG BERTENTANGAN DENGAN

NORMA DASAR HUKUM INTERNASIONAL (JUS COGENS NORM) BERDASARKAN HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL

Selama pasca Perang Dunia Kedua, banyak negara-negara yang membuat perjanjian perdamaian (peace treaty) untuk mengakhiri perang diantara mereka. Di dalam perjanjian damai ini terdapat ketentuan yang menghalangi para korban pelanggaran HAM yang diklasifikasikan sebagai norma dasar (jus cogens norm) dalam hukum internasional pada masa perang untuk menuntut ganti rugi kepada negara ataupun korporasi yang telah melakukan pelanggaran HAM tersebut terhadap mereka. Ketentuan ini dikenal dengan sebutan waiver clause. Salah satu contoh perjanjian perdamaian antarnegara yang mengatur tentang waiver clause ini adalah Perjanjian Perdamaian dengan Jepang tahun 1951 (San Francisco Peace Treaty 1951). Dalam kurun waktu antara tahun 1999 sampai tahun 2003, di pengadilan nasional Amerika Serikat, terdapat serangkaian penuntutan ganti rugi dari para korban kerja paksa dan penyiksaan pada masa perang dunia kedua kepada korporasi tempat dimana dulu mereka berkerja. Namun, ketentuan waiver clause ini menghalangi mereka untuk melakukan penuntutan ganti rugi.

Di dalam hukum internasional dikenal adanya sumber hukum tertinggi yang tidak dapat dikecualikan oleh sumber hukum internasional lainnya termasuk perjanjian internasional maupun hukum kebiasaan internasional (customary international law). Sumber hukum tertinggi ini disebut dengan norma dasar ( jus cogens norm). Negara selalu terikat dengan norma jus cogens dan perjanjian internasional dilarang untuk mengatur ketentuan yang bertentangan dengan sumber hukum tertinggi ini. Di dalam hal ini berdasarkan perkembangan hukum internasional, larangan terhadap penyiksaan dan kerja paksa telah diterima sebagai salah satu norma jus cogens. Akibat hukum dari hal tersebut adalah perjanjian internasional yang di dalamnya terdapat ketentuan yang bertentangan dengan norma tersebut harus dinyatakan tidak sah dan tidak boleh berlaku. Namun, pada praktiknya pengadilan di Amerika Serikat cenderung mempertahankan ketentuan waiver clause tersebut tanpa mempertimbangkan ketentuan di dalam hukum perjanjian internasional yang pada dasarnya melarang pengaplikasian dari ketentuan waiver clause ini karena bertentangan dengan norma jus cogens yaitu larangan praktek kerja paksa dan penyiksaan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana keabsahan perjanjian perdamaian antarnegara yang di dalamnya mengatur tentang waiver clause. Dimana ketentuan tersebut pada dasarnya bertentangan dengan norma jus cogens dalam hukum internasional. Metode penelitian dalam skripsi ini bersifat deskriptif analitis. Metode pendekatan yang digunakan adalah yuridis normatif dengan berusaha meneliti ketentuan-ketentuan hukum internasional dan data-data

(2)

iv

(3)

v

LEGALITY OF WAIVER CLAUSE IN SAN FRANCISCO PEACE TREATY 1951 WHICH IN CONTRADICTION WITH PEREMPTORY NORM OF GENERAL INTERNATIONAL LAW (JUS COGENS NORM) UNDER THE

LAW OF TREATIES

During the post World War Two, states concluded peace treaties to end the war among them. Under the peace treaty there is a provision which prevents the victims of human rights violation which clasified as jus cogens norm in wartime to claim for compensation to state or corporation who committed such human rights violation to them. This provision is known as the waiver clause. One among the peace treaties between states which governs regarding the waiver clause is Peace Treaty with Japan 1951 (San Francisco Peace Treaty 1951). Between the year 1999 until 2003, in American District Court, there is several compensation lawsuit from the victim of forced labor and torture in World War Two againts the corporation where they used to worked. However, this waiver clause prevented them to claim for compensation.

Under international law there is a highest source of law which can not be derogated by another sources of international law including treaty and customary international law. This highest source of law is called jus cogens norm. States always being bound to jus cogensnorm and treaty is prohibited to governs matter which in conflict with this highest source of law. In this sense under international law, the prohibition of torture and forced labor has been accepted as one of jus cogens norms. The consequences of such thing is that a treaty which have a provision that is in conflict with such norm shall be consider null and void. However, in practice the court in United States held that the waiver clause prevails without considering the provision under the law of treaties which fundamentaly prohibits the application of such waiver clause since it is in contradiction with jus cogens norm which are prohibition of forced labor and torture.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini terbukti dengan nilai-nilai akhlak dari kisah Uwais al- Qarni yang masih bisa diterapkan pada saat ini serta mampu mendukung Penguatan Pendidikan Karakter yang

Prima Dinamika Sentosa selama dua tahun terakhir diperoleh dari pengumpulan data, selanjutnya dilakukan pengolahan dengan melakukan peramalan produksi pada mesin-mesin

Aspek terakhir yaitu mengajarkan untuk menghormati orang tua, dari grafik dapat disimpulkan bahwa cenderung berada pada kategori sering sebanyak 33 orang, sangat sering

Penelitian ini menitikberatkan pada anteseden orientasi pasar yang terdiri dari variabel-variabel tekanan manajer, formalization, centralization, dan sistem reward

Website pembelajaran try out unas ini memberikan informasi mengenai berita, profil , tips dan trik, serta link yang selalu dibutuhkan bagi para siswa SMA tingkat akhir

Kemudian diselidiki titik kesetimbangan (ekuilibrium) pada model, menganalisis kestabilan pada model, serta menyelidiki eksistensi dari solusi periodik pada model,

Skripsi berjudul “Efektivitas Sari Kedelai (Glycine max L.) sebagai penghambat Proliferasi Sel pada Kanker Kolon Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diinduksi

Perubahan atau modifikasi yang sama sekali tidak disetujui Shure In- corporated dapat membatalkan hak Anda untuk mengoperasikan per- alatan ini.. Silahkan ikuti skema daur ulang