i
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN ULANG
PASCA PEMASANGAN IUD
DI PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR
TAHUN 2016
LUH PUTU SUSENI ARIATI NIM. 1420015034
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
ii
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN ULANG
PASCA PEMASANGAN IUD
DI PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR
TAHUN 2016
LUH PUTU SUSENI ARIATI NIM. 1420015034
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
i
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah dipresentasikan dan diujikan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Oleh:
Luh Putu SuseniAriati 1420015034
Menyetujui. Denpasar, 14 Juli 2016
Pembimbing
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah dipresentasikan dan diujikan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Denpasar, 14 Juli 2016
Tim Penguji Skripsi Ketua (Penguji I)
(Ni Putu Suariyani, S.KM, MHlth&IntDev.) NIP. 198001132005012005
Anggota (Penguji II)
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) karena atas berkat dan rahmat-Nya skripsi yang berjudul “Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Ulang Pasca Pemasangan IUD Puskesmas I
Denpasar Timur Tahun 2016”dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Skripsi ini diajukan sebagai persyaratan kelulusan dalam rangka menyelesaikan kuliah di Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. I Md. Ady Wirawan, MPH, Ph.D., selaku Ketua Program StudiKesehatan Masyarakat Universitas Udayana yang telah memberikankesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.
2. Ketut Hari Mulyawan, S.Kom, MPH., selaku Kepala Bagian PeminatanKesehatan Ibu dan Anak (KIA).
3. Desak Nyoman Widyanthini S.ST, M.Kes,selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan serta masukan dan bimbingan dalam penyusunanskripsi ini.
4. Ibu Ni Putu Nurwati, S.Sos., selaku Kepala Puskesmas I Denpasar Timur yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi.
vi
6. Keluarga yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
7. Semua teman-teman angkatan 2014 yang selalu memberikan saran dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran guna penyempurnaan dan semoga skripsi penelitian ini bermanfaat.
Denpasar, 14 Juli 2016
vii
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
PEMINATAN KESEHATAN IBU DAN ANAK Skripsi, 14 Juli 2016
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN ULANG PASCA PEMASANGAN IUD DI PUSKESMAS I
DENPASAR TIMUR TAHUN 2016
ABSTRAK
Kunjungan ulang pasca pemasangan IUD merupakan bagian kegiatan kontrol untuk memantau dan mencegah terjadinya efek samping, komplikasi dan kegagalan IUD dikemudian hari. Menurut Data Puskesmas I Denpasar Timur tahun 2015, kunjungan ulang pasca pemasangan IUD masih rendah. Dimana terdapat 142 akseptor baru IUD namun yang melakukan kunjungan ulang hanya 48 akseptor (33,8%). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kunjungan ulang pasca pemasangan IUD di Puskesmas I Denpasar Timur.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatancross sectional. Populasi dan sampel adalah seluruh akseptor IUDdi Puskesmas I Denpasar Timur tahun 2015. Besar sampel sebanyak 105 orang.Pengumpulan data meliputi data primer melalui wawancara dan data sekunder laporan bulanan. Data dianalisis secara bivariat dengan ujichi-squaredan multivariat dengan regresi logistik. Hasil analisa multivariat faktor yang mempengaruhi kunjungan ulang IUD adalah pendidikan (OR = 2,715 ; 95%CI = 0,961-7,675), informasi (OR = 9,085; 95%CI = 1,941-42,521), dukungan suami (OR = 10,736 ; 95%CI = 3,352-34,382).
Dukungan suami merupakan faktor yang paling berperan dalam mempengaruhi ibu untuk melakukan kunjungan ulang pasca pemasangan IUD di Puskesmas I Denpasar Timur. Diharapkan petugas secara rutin menyebarkan informasi tentang kunjungan ulang pemasangan IUD, tidak hanya kepada akseptor saja, tapi juga kepada suami untuk meningkatkan peran suami dalam mendukung keikutsertaan ibu melakukan kunjungan ulang IUD.
viii SCHOOL OF PUBLIC HEALTH
FACULTY OF MEDICINE UDAYANA UNIVERSITY MOTHERS AND CHILDS HEALTS
Essay, on July 14, 2016
FACTORS AFFECTING RE-VISIT AFTER THE INSTALLATION IUD IN THE PUSKESMAS I TIMUR DENPASAR
IN 2016
ABSTRACT
Re-visit after IUD insertion is part of control activities to make sure the contraceptives are installed functioning properly until the time of revocation or release. According to data from Puskesmas I Denpasar Timur in 2015, re-visit after insertion are low. There are 142 new IUD acceptor but just 48 acceptor (33,8%) do re-visit IUD. The purpose of this study was to determine the factors that influence re-visit after IUD insertion in Puskesmas I Denpasar Timur.
This research is an analytic research with cross sectional approach. Population and the sample is whole the acceptors at the Puskesmas IDenpasarTimur at 2015. Large sample of cases as many as 105 people . The data collection includes primary data through interviews and secondary data by monthly report . Data were analyzed using bivariate with chi-square test and multi variat logistic regression. Multivariate result that the factor in influence the re-visit after IUD insertion are Education (OR = 2,715 ; 95%CI = 0,961-7,675), information (OR = 9,085; 95%CI = 1,941-42,521), husband support (OR = 10,736 ; 95%CI = 3,352-34,382)
The husband support is the most instrumental factor in influencing mothers to re-visit after IUD insertion in the Puskesmas I Denpasar Timur. Expected officers routinely disseminate information about the visit of the IUD , not only to the acceptor, but also to the husband to increase the participation of the husband’s role in supporting mothers to do re-visit of the IUD .
ix
BAB IPENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar belakang ... ...1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Pertanyaan Penelitian ... 5
1.4 Tujuan Penelitian... 6
1.4.1 Tujuan Umum ... 6
1.4.2 Tujuan Khusus ... 6
1.5 Manfaat Penelitian...7
1.5.1 Manfaat Praktis ... 7
1.5.2 Manfaat Teoritis ... 7
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 7
BAB IIKAJIAN PUSTAKA ... 8
2.1 Keluraga Berencana... 8
2.2 Kontrasepi ... 8
2.3 IUD/AKDR (Intra-Uterine Devices) ... 8
2.3.1 Definisi IUD... 8
2.3.2 Jenis IUD...9
2.3.3 Cara Kerja ...9
x
2.3.5 Kontra Indikasi ... 10
2.3.6 Keuntungan dan Kerugian ... 10
2.3.7 Efek Samping ... 11
2.3.8 Waktu Pemasangan IUD ... 11
2.4 Kunjungan Ulang ... 12
2.4.1 Pengertian Kunjungan Ulang ... 12
2.4.2 Pelayanan Kunjungan Ulang... 12
2.4.3 Tindakan Yang Dilakukan ... 12
2.4.4 Tempat Dilakukan Kunjungan Ulang ... 13
2.5 Faktor-Faktor Kunjungan Ulang. ... 13
2.5.1 Faktor Predisposisi ... 13
2.5.2 Faktor Pemungkin ... 16
2.5.3 Faktor Penguat ... 17
BAB IIIKERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 19
3.1 Kerangka Konsep ... 19
3.2 Definisi Operasional Variabel ... 20
3.3 Hipotesis ... 21
BAB IVMETODE PENELITIAN ... 22
4.1 Desain Penelitian ... 22
4.2 Tempat dan Waktu Pengumpulan Data ... 22
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 22
4.3.1 Populasi ... 22
4.3.2 Sampel... 22
4.4 Pengumpulan Data ... 23
4.5 Teknik Analisa Data ... 23
4.5.1 Pengolahan Untuk Data Komunikasi ... 23
4.5.2 Teknik Analisis Data...24
BAB VHASIL PENELITIAN ... 26
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 26
5.2 Karakteristik Responden ... 26
xi
5.4 Gambaran Indikator Sikap Responden ... 30
5.5 Analisis Bivariat ... 31
5.6 Analisis Multivariat ... 34
BAB VI PEMBAHASAN... 37
6.1 Faktor-Faktor Kunjungan Ulang ... 37
6.1.1 Faktor Predisposisi ... 37
6.1.2 Faktor Pemungkin ... 40
6.1.3 Faktor Penguat ... 41
6.2 Keterbatasan Penelitian ... 42
BAB VIIPENUTUP ... 43
7.1 Simpulan... 43
7.2 Saran ... 44
xii DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 19
Tabel 5.1 Gambaran Karakteristik Responden ... 27
Tabel 5.2 Gambaran Indikator Pengetahuan Responden ... 29
Tabel 5.3 Gambaran Indikator Sikap Responden ... 30
Tabel 5.4 Hasil Analisis Bivariat ... 32
xiii DAFTAR GAMBAR
xiv DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Lampiran 2 Jadwal Penelitian
Lampiran 3 Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 4 Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 5 Hasil Analisa Data Lampiran 6 Dokumentasi Lampiran 7 Etika Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
4.1 Latar Belakang
Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu permasalahan sosial yangpaling mendesak negara-negara berkembang seperti Indonesia (Muhi, 2011).Jumlah penduduk yang besar tanpa disertai dengan fasilitas yang memadai,justru menjadi beban pembangunan dan menyulitkan pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional (BKKBN, 2007).
Salah satu upaya pemerintah untuk menekan peningkatan jumlah penduduk adalah melalui program Keluarga Berencana (KB) (BKKBN, 2011). Program pelayanan KB mempunyai arti penting dalam mewujudkan manusia Indonesia yang sejahtera, disamping program pendidikan dan kesehatan.Kesadaran mengenai pentingnya kontrasepsi di Indonesia masih perlu ditingkatkan untuk mencegah terjadinya peningkatan jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2015 (BKKBN, 2007).
2
Dari semua Puskesmas yang ada di Kota Denpasar, Puskesmas I Denpasar Timur merupakan Puskesmas dengan jumlah akseptor ketiga tertinggi diantara 11 Puskesmas di Denpasar yang memiliki data lengkap untuk kunjungan IUD (Dinkes Kota Denpasar, 2015).Pada tahun 2014 jumlah akseptor KB aktif di Puskesmas I Denpasar Timur sebanyak 6.551 akseptor. Akseptor metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) meliputi 5 akseptor (0,07%) MOP, 272 akseptor (4.15%), MOW, 3.721 akseptor (56.80%) IUD, 37 akseptor (0,56%) Implan. Sedangkan akseptor non MKJP meliputi KB Suntik 1.429 akseptor (21,81%), Pil 624 akseptor (9,52%) dan Kondom 463 akseptor (7,06%). Sedangkan pada tahun 2015, jumlah akseptor KB aktif sebanyak 6.856 akseptor. Akseptor metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) meliputi 5 akseptor (0,07%) MOP, 280 akseptor (4,08%)MOW, 3.766 akseptor (54,92%) IUD, 56 akseptor (0,81%) Implan. Sedangkan akseptor non MKJP meliputi KB Suntik 1.782 akseptor (25,99%), Pil 602 akseptor (8,78%)dan Kondom 365 akseptor (5,32%). Dari data tahun 2014 dan 2015 tersebut, alat kontrasepsi IUD adalah jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan.
3
Kunjunganulang pasca pemasangan IUD sangat penting untuk memantau dan mencegah terjadinya efek samping, komplikasi dan kegagalan IUD dikemudian hari. Kunjungan ulang IUD dilakukan hari ketujuh post insersi, akhir bulan pertama, akhir bulan ketiga, akhir bulan keenam, selanjutnya sekali setahun atau jika ada keluhan (Ari Sulistyawati, 2014). Tujuan dari kunjungan ulang minggu pertama adalah adanya kemungkinan insiden IUD terlepas secara spontan. Sedangkan kunjungan ulang satu bulan post insersi adalah untuk pengawasan ginekologi dan efek samping, dan selanjutnya dilakukan setiap tiga bulan sekali sampai satu tahun post insersi. Dan selanjutnya dilakukan apabila ada keluhan (Ari Sulistyawati, 2014).
Efek samping yang dapat terjadi apabila akseptor IUD tidak melakukan kunjungan ulang adalah spooting, nyeri perut, komplikasi seperti pedarahan dan flour albous, dan kegagalan seperti kehamilan (Ari Sulistyawati, 2014). Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Intan RiyadhulZannahdkk (2011) dari 140 akseptor IUD di puskesmas Sukajadi Kota Bandung terdapat 3 akseptor (4,62%) yang mengalami perubahan siklus mestruasi, 28 akseptor (43,08%) mengalami peningkatan jumlah darah menstruasi, 18 akseptor (27,69%) mengalami spooting, 13 akseptor (20,00%) mengalami dismenorea, 32 akseptor (23,08%) gangguan hubungan seksual, 29 akseptor (44,62%) mengalami leukoreadan 49 akseptor (75,38%) mengalami perubahan tekanan darah.
4
IUD. Dari 142 akseptor IUD tersebut yang melakukan kunjungan ulang sebanyak 48 (33.80%) akseptor, dan terdapat 14 akseptor (9,85%) yang mengalami efek samping dan komplikasi.
Kunjungan ulang pasca pemasangan IUD adalah suatu bentuk perilaku. Menurut teori oleh Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku di kelompokkan ke dalam tiga faktor yaitu faktor predisiposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Faktor predisposisi adalah latar belakang sesuai demografi seperti pengetahuan, sikap, pendidikan, umur, pemakaian alat kontrasepsi sebelumnya. Sedangkan faktor pemungkin adalah hal-hal diluar diri seseorang yang bersifat fisik seperti ketersediaan IUD, dan adanya informasi. Faktor penguat adalah hal yang berada didalam diri seseorang tentang bersifat tidak fisik seperti dukungan tenaga kesehatan, dan dukungan suami.
5
yang diterima, akseptor akan melakukan kunjungan ulang pasca pemasangan IUD sebesar (59.3%). Menurut penelitian Nilawatidkk (2015) menyatakan bahwa ada hubungan dukungan suami dengan kepatuhan akseptor KB suntik dalam melakukan kunjungan ulang suntik dengan nilai (p = 0,027).
Masih rendahnya kunjungan ulang di Puskemas I Denpasar Timur (33.80%),masih adanya efek samping dan komplikasi pasca pemasangan IUD(9.85%) dan belum ada penelitian serupa yang dilakukan di Puskesmas I Denpasar Timur menyebabkan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ulang pasca pemasangan IUD di Puskesmas I Denpasar Timur.
4.2 Rumusan Masalah
Dalam penggunaan IUD, efek samping, komplikasi dan kegagalan dapat terjadi apabila akseptor IUD tidak melakukan periksa ulang yang seharusnya. Efek samping tersebut diantaranya,spotting, nyeri perut, komplikasi seperti pendarahan dan flour albus, dan kegagalan seperti kehamilan(Ari Sulistyawati, 2014). Masih adanya
efek samping dari pemasangan IUD (9.85%) dan masih banyaknya yang tidak melakukan kunjungan ulang pasca pemasangan IUD (66,20%) di Puskesmas I Denpasar Timur Kota Denpasar mungkin disebabkan berbagai faktor yang mempengaruhi. Oleh sebab itu peneliti ingin mengidentifikasi “Faktor-faktor yang
mempengaruhi kunjungan ulang pasca pemasangan IUD di Puskesmas I Denpasar Timur Kota Denpasar”.
6
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut perlu dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1.3.1. Apakah ada hubungan antara pendidikan dengan kunjungan ulang pasca pemasangan IUD di Puskesmas I Denpasar Timur Kota Denpasar?
1.3.2. Apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan kunjungan ulang pasca pemasangan IUD di Puskesmas I Denpasar Timur Kota Denpasar?
1.3.3. Apakah ada hubungan antara sikap dengan kunjungan ulang pasca pemasangan IUD di Puskesmas I Denpasar Timur Kota Denpasar?
1.3.4. Apakah ada hubungan antarainformasidengan kunjungan ulang pasca pemasangan IUD di Puskesmas I Denpasar Timur Kota Denpasar?
1.3.5. Apakah adahubungan antara dukungan suami dengan kunjungan ulang pasca pemasangan IUD diPuskesmas I Denpasar Timur Kota Denpasar?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Menjelaskan dan menganalisisfaktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ulang pasca pemasangan IUD di Puskesmas I Denpasar Timur Kota Denpasar. 1.4.2 Tujuan Khusus
• Menjelaskan dan menganalisis hubungan pendidikan dengan kunjungan ulang
pasaca pemasangan IUD di Puskesmas I Denpasar Timur Kota Denpasar.
• Menjelaskan dan menganalisishubungan pengetahuan dengan kunjungan ulang
7
• Menjelaskan dan menganalisis hubungan sikap dengan kunjungan ulang pasaca
pemasangan IUD di Puskesmas I Denpasar Timur Kota Denpasar.
• Menjelaskan dan menganalisishubunganinformasi dengan kunjungan ulang
pasca pemasangan IUD di Puskesmas I Denpasar Timur Kota Denpasar.
• Menjelaskan dan menganalisishubungan dukungan suami dengan kunjungan
ulang pasca pemasangan IUD di Puskesmas I Denpasar Timur Kota Denpasar.
• Menganalisis variabel yang paling berhubungan dengan kunjungan ulang pasca
8
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
• Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang pentingnya kunjungan
ulang pasca pemasangan IUD.
• Dapat menjadi acuan bagi penelitian berikutnya, terutama yang berkaitan
dengan kunjungan ulang pasca pemasangan IUD 1.5.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) untuk meningkatkan partisipasi akseptor untuk melakukan kunjungan ulang guna meminimalisir efek samping dan kegagalan IUD.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Keluarga Berencana
Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan cara memberi nasehat perkawinan pengobatan kemandulan, dan penjarangan kelahiran. Paradigma baru program KB nasional telah berubah visinya dari “Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera” (NKKBS) menjadi “MewujudkanKeluargaBerkualitas”(Saifuddin, 2010).
2.2 Kontrasepsi
Kontrasepsi menurut BKKBN (2012), adalah alat atau cara untuk menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma.Jenis kontrasepsi ada dua macam, yaitu kontrasepsi yangmengandung hormonal (pil, suntik dan implant) dan kontrasepsi non -hormonal (IUD,Kondom).
2.3 IUD/AKDR (Intra-Uterine Devices)
2.3.1 Definisi IUD
9 2.3.2 Jenis IUD
Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah : a. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus.
b. Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. c. Multi load
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel.
d. Lippes loop
IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung.
Gambar 2.1Macam-macam IUD 2.3.3 Cara Kerja
Menurut Prawirohardjo (2008), cara kerja kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut :
• Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi.
0
• IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD
membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
• Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
2.3.4 Indikasi
Menurut Prawirohardjo(2011), yang dapat menggunakan IUD adalah : 1) usia reproduktif, 2) keadaan nulipara, 3)menginginkan menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang, 4) menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi, 5) setelah melahirkan dan setelah keguguran, 6) setelah mengalami abortus dan terlihat tidak adanya infeksi, 7) risiko rendah dari infeksi menular seksual (IMS), 8) tidak menghendaki metode hormonal, 9) tidak menyukai untuk mengingat minum pil setiap hari.
2.3.5 Kontra Indikasi
✁ ✁
Menurut (Saifuddin, 2010) Adapun keuntungan dari IUDyaitu sebagai berikut : 1) IUD dapat efektif segera setelah pemasangan, 2) metode jangka panjang, 3) tidak mempengaruhi hubungan seksual, 4) sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat, 5) meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil, 6) tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI, 7) dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus, 7) dapat digunakan sampai menapouse.
Menurut (Saifuddin, 2010) Adapun kerugian dari IUDyaitu sebagai berikut : 1) efek samping yang umum terjadi, seperti perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar mensturasi, saat haid lebih sakit, 2) komplikasi lain: merasa sakit dan kejang, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus, 3) tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS, 4) tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan, 6) prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelviksdiperlukan dalam pemasangan IUD, 7) sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD. Biasanya menghilang dalam 1 - 2 hari, 8) pencabutan IUD hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih, 9) mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui, 9) perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.
2.3.7 Efek Samping
✂✄
8) translokasi (keluarnya IUD dari tempat seharusnya), 9) Kehamilan dengan IUD insitu, 10) IUD tertanam dalam dinding rahim (Embedment).
2.3.8 Waktu pemasangan IUD
MenututSarwono (2011) waktu yang tepat untuk pemasangan IUD adalah sebagai berikut.
• Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau empat minggu pasca
persalinan, setelah enam bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi (MAL).
• Setelah abortus (segera atau dalam waktu tujuh hari) apabila tidak ada gejala infeksi.
• Selama 1 (satu) sampai 5 (lima) hari setelah senggama yang tidak dilindungi.
2.4 Kunjungan Ulang
2.4.1 Pengertian Kunjungan Ulang
Kunjungan ulang pasca pemasangan IUD adalah kunjungan yang selanjutnya dilakukan wanita setelahpemasangan IUD. Kunjungan ulang ini merupakan bagian kegiatan kontrol yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk memastikan alat kontrasepsi yang terpasang dapat berfungsi dengan baik hingga waktu pencabutan atau melepas (BKKBN, 2007).
2.4.2 Pelayanankunjungan ulang
☎✆ 2.4.3 Tindakan yang dilakukan
Mengevaluasi penemuan yang terjadi serta aspek-aspek yang menonjol pada pasca pemasangan IUD. Oleh karena itu, telah banyak dilakukanpengkajian mengenai riwayat ibu dan pemeriksaan lengkap selama kunjunganpada saat pemasangan IUD. Maka kunjungan ulang difokuskan pada pendeteksian komplikasi atau keluhan yang dirasakan.Pada tahap ini, bidan menginventarisasi beberapa masalah yang terjadi beserta aspek yang menonjol yang membutuhkan penanganan dan pemberian KIE.
2.4.4 Tempat dilakukannya kunjungan ulang
Kunjungan ulang dapat dilakukan di tempat fasilitas kesehatan yang memiliki tenaga kesehatan yang profesional di bidangnya seperti bidan praktik mandiri, puskesmas, rumah sakit, klinik dan sebagainya(Imbarwati, 2009). Kunjungan ulang dapat diketahui dengan cara: 1) melihat dokumen, 2) bertanya, dan 3) observasi. 2.5 Faktor- faktor Kunjungan Ulang
Menurut teori Lawrance Green dan kawan-kawan (1980) menyatakan bahwaperilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya perilaku itusendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu:
2.5.1 Faktor predisposisi (predisposing factors)
• Pengetahuan
✝✞
dan sebagainya), dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek(Notoatmodjo, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Suharti (2010) menyatakan bahwa akseptor IUD yang berpengetahuan rendah akan memiliki sikap yang kurang tentang kunjungan ulang pasca pemasangan IUD, demikian sebaliknya. Apabila akseptor IUD memiliki pengetahuan tinggi akan memiliki sikap yang baik tentang kunjungan ulang pascapemasangan IUD.
• Sikap
Sikap menurut Notoatmojo (2007), adalah kesiapan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku atau merespon sesuatu baik terhadaprangsangan positif atau rangsangan negatif dari suatu objek rangsangan. Sikap belum merupakan suatu tindakan aktifitas, akan tetapi merupakan fakor predisposisi bagi seseorang berperilaku. Merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus objek.
Menurut Maramis (2006)sikap merupakan bentuk respon atau tindakan yang memiliki nilai positif dan negatif terhadap suatuobjek atau orang yang disertai dengan emosi.Sikap adalah juga diartikan sebagai respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidakbaik dan sebagainya).
✟✠
pemasangan IUD yang dinyatakan dalam tindakan mendukung atau tidak mendukung (Suharti, 2010) Jika semakin senang seseorang melakukan kunjungan ulang untuk pertama kalinya, maka orang tersebut akan datang untuk kunjungan selanjutnya yang diakibatkan rasa senang atas kejadian sebelumnya.
• Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Demikian pula halnya dengan menentukan pola perencanaan keluarga dan pola dasar penggunaan kontrasepsi serta peningkatan kesejahteraan keluarga. Pendidikan juga mempengaruhi pola berpikir pragmatis dan rasional terhadap adat kebiasaan, dengan pendidikan yang tinggi seseorang dapat lebih mudah untuk menerima ide atau masalah baru seperti penerimaan, pembatasan jumlah anak, dan keinginan terhadap jenis kelamin tertentu. Pendidikan juga akan meningkatkan kesadaran wanita terhadap manfaat yang dapat dinikmati bila ia mempunyai jumlah anak sedikit. Wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung membatasi jumlah kelahiran dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah(Mubarak, 2007).
✡6
• Alat kontrasepsi Sebelumnya
Kontrasepsi merupakan suatu cara atau metode yang bertujuan untuk mencegah pembuahan sehingga tidak terjadi kehamilan. Negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki jumlah penduduk besar mendukung program kontraspesi untuk mengendalikan pertumbuhan jumlah penduduk dan untuk meningkatkan kesejahteraaan keluarga. Dalam hal ini pemerintah Indonesia menyelenggarakan program Keluarga Berencana atau KB melalui pengaturan kelahiran.Pemakaian alat kontrasepsi sebelumnya akan mempengaruhi dalam melakukan kunjungan ulang. Karena terkait dengan informasi yang diperoleh sebelumnya, sehingga perbedaan penggunaan alat kontrasepsi terkait dengan intensitasnya melakukan kunjungan ulang terhadap alat kontrasepsi yang akan di pakai (Manuaba, 2010).
2.5.2 Faktor pemungkin (enabling factors)
• Ketersediaan IUD
Pelayanan tenaga kesehatan tak lepas dari ketersediaan fasilitas yangdimilikinya. Semakin lengkap fasilitasnya, berpengaruh terhadap kemungkinan perubahan sikap masyarakat untuk melakukan kunjungan pada tenaga kesehatan selain mendapatkan informasi yang tepat. Salah satunya ketersediaan IUD yang mempengaruhi kunjungan.
• Informasi
☛☞
dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun nonelektronik (BKKBN, 2011). Menurut penelitian Imbarwati (2009)menyatakan bahwa informasi yang diperoleh sangat mempengaruhi akseptor untuk melakukan kunjungan ulang, dimana semakin baik informasi yang diterima maka akseptor akan melakukan kunjungan ulang pasaca pemasangan IUD sebesar (59,3%).Dengan adanya informasi yang jelas maka peserta KB mengerti terhadap pentingnya kunjungan ulang pasca pemasangan IUD.
2.5.3 Faktor penguat (reinforcing factors)
• Dukungan tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan merupakan role model dari masyarakat. Yang merupakan panutan penting dalam pengambilan keputusan terutama dalam kesehatan masyarakat. Terlebih dalam memberikan motivasi. Motivasi atau dukungan yang kuat mempengaruhi perilaku masyarakat, sehingga dukungan dirasa sangat penting untuk melakukan perubahan kesehatan masyarakat menuju kearah yang lebih baik. Semakin baik motivasi dan informasi yang diberikan tenaga kesehatan, maka meningkatkan kunjungan ulang akseptor pasca pemasangan KB.Penelitian Budiadi N, Wijayanegara H, Aliansy D (2013), menemukan bahwa akseptor IUD yang mendapat dukungan bidan sebanyak 86 (94,4%), dan 62 (68,1%) responden non IUD yang mendapat dukungan bidan.
✌8
Menurut Prawirohardjo (2008) ikatan suami istri yang kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena suami/istri sangat membutuhkan dukungan dari pasangannya.
Menurut House (1994, dalam penelitian Prabandani 2009) dukungan suami merupakan salah satu sumber dukungan sosial yang berasal dari lingkugan keluarga. Dukungan sosial memiliki 4 jenis yang berbeda yang disesuaikan dengan situasi yang dibutuhkan.Hal itu disebabkan orang yang paling bertanggung jawab terhadap keluarganya adalah pasangan itu sendiri.
• Dukungan Emosional
Mencakup ungkapan simpati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang membutuhkan sehingga dukungan tersebut memberikan rasa aman dan rasa mengasihi.
• Dukungan Penghargaan
Meliputi ungkapan hormat, dorongan untuk maju serta membantu seseorang untuk melihat segi-segi positif yang ada dalam dirinya dengan keadaan orang lain, sehingga orang tersebut dapat merasakan penghargaan dirinya.
• Dukungan Instrumental
Meliputi bantuan secara langsung sesuai dengan yang dibutuhkan oleh seseorang misalnya meberikan penyediaan sarana atau memberikan pernyataan yang bersifat memotivasi.
✍9
Mencakup pemberian nasehat secara langsung, saran-saran petunjuk dan umpan balik.