• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2016."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKTOR

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR TAHUN 2016

MADE OKA KUMALA SURYA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

ii

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKTOR

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR TAHUN 2016

MADE OKA KUMALA SURYA

1220025098

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

iii

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKTOR

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR TAHUN 2016

Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

MADE OKA KUMALA SURYA

1220025098

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(4)
(5)
(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) karena atas berkat dan rahmat-Nya dapat diselesaikannya skripsi yang berjudul

“Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja

Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2016” ini tepat pada waktunya.

Ucapan terima kasih penulis berikan atas kerjasamanya dalam penyusunan skripsi ini kepada :

1. dr. I Made Ady Wirawan, MPH, Ph.D, selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat FK Unud.

2. dr. Ni Wayan Arya Utami, M.App.Sc, Ph.D selaku Kepala bagian perminatan gizi dan juga sekaligus pembimbing yang telah memberikan izin kepada penulis dalam penyusunan skripsi dan berkenan meluangkan waktu dalam memberikan masukan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

3. dr. Desak Putu Yuli Kurniati, M.KM selaku penguji I yang telah memberikan saran dan masukannya dalam penyusunan dan perbaikan skripsi ini.

4. dr. Luh Seri Ani, S.KM., M.Kes selaku penguji II yang telah memberikan saran dan masukannya dalam perbaikan skripsi ini.

5. Dinas Kesehatan Kota Denpasar yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Timur.

(7)

vii

7. Teman-teman seperjuangan Dwi, Dayu Amy dan Maria yang telah membantu menjadi tim peneliti, memberikan motivasi dan memberikan dukungan moril. 8. Bapak, Ibu, Anita dan Abie selaku keluarga peneliti yang telah memberikan

dukungan dan doa untuk kelancaran skripsi ini.

9. Teman-teman mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana angkatan 2012 yang telah membantu dan memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

10.Teman – teman di peminatan Gizi dan sesama satu bimbingan, terima kasih atas kerjasamanya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi program peningkatan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Timur.

Denpasar, 11 Juli 2016

(8)

viii

Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2016

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Timur tahun 2016. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah systematic random sampling. Responden adalah ibu yang mempunyai bayi berumur 6 bulan sampai dengan 12 bulan dengan besar sampel sebesar 88 ibu.

Hasil penelitian didapatkan proporsi pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Timur sebesar 57,95%. Faktor – faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Timur adalah paritas, pengetahuan tentang ASI eksklusif, sikap ibu terhadap ASI eksklusif, dukungan keluarga dan dukungan petugas kesehatan. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif merupakan faktor yang paling dominan dalam hubungannya dengan pemberian ASI eksklusif.

Saran untuk petugas puskesmas hendaknya memberikan sosialisasi kepada ibu hamil mengenai manfaat ASI, IMD dan kolostrum serta meningkatkan sosialisasi tentang ASI eksklusif untuk ibu menyusui di posyandu/puskesmas.

(9)

ix

Factors Associated with Practice of Exclusive Breastfeeding in the Area of East Denpasar I Public Health Center Year 2016

ABSTRACT

The objectives of this study was to asses factors associated of exclusive breastfeeding in the area of East Denpasar I Public Health Center Year 2016. This study used a cross sectional design and sampling technique selected by systematic random sampling. Respondents was mothers who had babies aged 6 to 12 months and the sample size was 88 mothers.

Results showed that the proportion of breastfeeding in the area of East Denpasar I Public Health Center is 57,95%. Factors associated with exclusive breastfeeding in the area of East Denpasar I Public Health Center are parity, mother’s knowledge of exclusive breastfeeding, mother’s attitude toward exclusive breastfeeding, family’s support and support of health workers. The results of multivariate analysis showed that mother’s knowledge of exclusive breastfeeding is the most dominant factor in association with exclusive breastfeeding.

Suggestions for Public Health Center officers should provide socializing to pregnant mothers about the benefits of breastfeeding, IMD and colostrum also increasing socialization of exclusive breastfeeding for breastfeed mothers in Integrated Health Center / Public Health Center.

(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iv

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH ... xix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Air Susu Ibu (ASI) ... 9

2.2 Pengertian ASI Eksklusif ... 9

(11)

xi

2.4 Komposisi Air Susu Ibu ... 12

2.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI ... 14

2.6 Manfaat Pemberian ASI Eksklusif ... 18

2.7 Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 20

2.7.1 Umur Ibu ... 23

2.7.2 Paritas ... 23

2.7.3 Pendidikan Ibu ... 24

2.7.4 Pekerjaan Ibu ... 25

2.7.5 Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif ... 25

2.7.6 Sikap Ibu terhadap ASI Eksklusif ... 26

2.7.7 Pendapatan Keluarga ... 27

2.7.8 Inisiasi Menyusu Dini ... 27

2.7.9 Dukungan Keluarga ... 28

2.7.10 Dukungan Petugas Kesehatan ... 29

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERATIONAL, DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep ... 30

3.2 Definisi Operational ... 31

3.3 Hipotesis ... 37

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 38

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

4.3.1 Populasi Penelitian ... 38

4.3.2 Sampel Penelitian ... 38

4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 40

4.4 Pengumpulan Data ... 41

4.4.1 Sumber Data ... 41

4.4.2 Instrumen Penelitian ... 41

(12)

xii 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 45

5.2 Hasil Analisis Univariat ... 46

5.2.1 Gambaran Variabel Dependen ... 46

5.2.2 Gambaran Variabel Independent ... 47

5.3 Hasil Analisis Bivariat ... 63

5.3.1 Hubungan Faktor Predisposisi dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 63

5.3.2 Hubungan Faktor Pemungkin dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 67

5.3.3 Hubungan Faktor Penguat dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 68

5.4 Hasil Analisis Multivariat ... 70

BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Pemberian ASI Eksklusif ... 72

6.2 Hubungan Faktor Predisposisi dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 72

6.2.1 Hubungan Umur Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 72

6.2.2 Hubungan Paritas dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 74

6.2.3 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 75

6.2.4 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 77

6.2.5 Hubungan Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 78

6.2.6 Hubungan Sikap Ibu terhadap ASI Eksklusif dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 79

6.3 Hubungan Faktor Pemungkin dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 80

6.3.1 Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 80

(13)

xiii

6.4 Hubungan Faktor Penguat dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 83 6.4.1 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 83 6.4.2 Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Pemberian ASI

Eksklusif ... 84 6.5 Faktor Dominan ... 86 6.6 Keterbatasan Penelitian ... 87

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan ... 88 7.2 Saran ... 89

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 31 Tabel 4.1 Persebaran Populasi dan Sampel Ibu yang Memiliki Bayi Usia 6 – 12 Bulan

per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Timur ... 41 Tabel 5.1 Pemberian ASI Saja berdasarkan Lama Waktu Pada Penelitian Faktor –

Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2016 ... 46 Tabel 5.2 Distribusi Responden dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada Penelitian Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2016 ... 47 Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Ibu Pada Penelitian Faktor

– Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2016 ... 47 Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Komponen Pengetahuan Ibu Pada Penelitian Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2016 .. 49 Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan Ibu Pada

(15)

xv

(16)

xvi

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

1. Tabel Jadwal Penelitian

2. Lembar Informasi Partisipasi Dalam Penelitian 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 4. Kuesioner Penelitian

5. Surat Keterangan Kelaikan Etik dari Komisi Etik

6. Surat Rekomendasi Penelitian dari Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali

7. Surat Rekomendasi Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Denpasar

(19)

xix IUD : Intra Uterine Device

IQ : Intellegence Quotient

KB : Keluarga Berencana

MP-ASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

SD : Sekolah Dasar

SKRT : Survei Kesehatan Rumah Tangga SMA : Sekolah Menengah Atas

SMP : Sekolah Menengah Pertama

UNICEF : United Nations International Children's Emergency Fund

WHO : World Health Organization

Daftar Istilah

Eksim : Peradangan hebat yang menyebabkan pembentukan lepuh atau gelembung kecil pada kulit yang akhirnya pecah dan mengeluarkan cairan.

(20)

xx

Laktoferrin : Protein yang dapat mengikat dan mentransfer ion Fe3+ dan terdapat dalam jumlah tinggi dalam susu dan kolostrum.

Riketsia : Penyakit yang disebabkan oleh bakteri familia Rickettsiae. Penyakit ini disebarkan oleh arthropoda, khususnya kutu, tungau, dan caplak.

Spingomyelin : Suatu kandungan lemak di dalam otak yang berperan sebagai kerangka penyusun membran sel dan pembentuk lapisan pelindung myelin, yang berfungsi mengoptimalkan kemampuan otak dalam mengirimkan pesan.

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan kunci keberhasilan pembangunan yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak pembuahan, bayi dalam kandungan, balita, anak, remaja, dewasa, sampai dengan usia lanjut. Pembentukan dan perkembangan otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, 2005). Salah satu usaha peningkatan sumber daya yang berkualitas adalah dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia dini, terutama ASI eksklusif (Depkes RI, 2002). Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan kehidupannya. Kebutuhan tersebut dapat tercukupi dengan memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi.

(22)

2

infeksi saluran pencernaan (diare), infeksi saluran pernapasan, dan infeksi telinga, menurunkan dan mencegah terjadinya penyakit noninfeksi, seperti penyakit alergi, obesitas, kurang gizi, asma, dan eksim. Selain itu ASI dapat pula meningkatkan IQ dan EQ anak. Menyusui anak bisa menciptakan ikatan psikologis dan kasih sayang yang kuat antara ibu dan bayi. Bayi merasa terlindungi dalam dekapan ibunya, mendengar langsung degup jantung ibu, serta merasakan sentuhan ibu saat disusui olehnya. Hal itu tidak akan dirasakan bayi ketika minum susu lainnya selain ASI, karena ia harus menggunakan botol. Sesungguhnya, lebih dari 100 jenis zat gizi terdapat dalam ASI. Diantaranya ialah AA, DHA, taurin, dan spingomyelin yang tidak terkandung dalam susu sapi. Beberapa susu formula mencoba menambahkan zat gizi tersebut, tetapi hasilnya tetap tidak mampu menyamai kandungan ASI, dan juga jika penambahan zat gizi ini tidak dilakukan dalam jumlah dan komposisi yang seimbang, maka akan menimbulkan terbentuknya zat berbahaya bagi tubuh. Karena sangat pentingnya ASI bagi bayi, maka para ahli menyarankan agar ibu menyusui bayinya selama 6 bulan sejak kelahiran, yang dikenal dengan ASI eksklusif (Prasetyono, 2009).

(23)

3

dalam biaya untuk mencegah kasus diare pada bayi dan mencegah kematian akibat diare (Horton, 1996).

Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dapat menyelamatkan 1,3 juta jiwa anak diseluruh dunia, termasuk 22% nyawa yang melayang setelah kelahiran. Sementara itu menurut UNICEF, ASI eksklusif dapat menekan angka kematian bayi di Indonesia. UNICEF menyatakan bahwa 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia setiap tahun bisa dicegah melalui pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan sejak segera setelah kelahirannya tanpa memberikan makanan dan minuman tambahan kepada bayi. WHO, UNICEF, dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes No.450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah menetapkan rekomendasi pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Dalam rekomendasi tersebut, dijelaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan yang optimal, bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Selanjutnya, demi tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu mulai memberikan makanan pendamping ASI dan ASI hingga bayi berusia 2 tahun atau lebih (Prasetyono, 2009).

Walaupun WHO dan UNICEF telah menetapkan untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi selama 6 bulan pertama bayi, namun berdasarkan hasil penelitian UNICEF tahun 2013, presentase anak – anak di bawah 6 bulan yang mendapat ASI masih sangat rendah yaitu 39% pada tahun 2012. Target cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia sebesar 80% namun berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 rata

(24)

4

Berdasarkan hasil cakupan ASI eksklusif di provinsi Bali dalam 5 tahun terakhir mengalami peningkatan namun belum mencapai target nasional sebesar 80%. Pada tahun 2011 sebesar 58,65%, tahun 2012 sebesar 65,88%, tahun 2013 sebesar 67,14%, tahun 2014 sebesar 71,7% dan tahun 2015 sebesar 74%. Di Kota Denpasar pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan pada tahun 2015 sebesar 76% (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2015). Berdasarkan hasil cakupan ASI eksklusif dari 11 Puskesmas yang ada di Kota Denpasar pada tahun 2015 bahwa Puskesmas I Denpasar Timur memiliki cakupan ASI eksklusif terendah sekaligus di bawah cakupan di Bali yaitu 70,34%. Pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Timur juga mengalami penurunan dalam kurun 3 tahun terakhir yaitu dari tahun 2013 sebesar 77,64%, tahun 2014 sebesar 77,12% dan kemudian turun di tahun 2015 sebesar 70,34%. Faktanya persentase cakupan ASI eksklusif di Puskesmas I Denpasar Timur tahun 2014 merupakan cakupan yang tertinggi di Kota Denpasar namun sebaliknya pada tahun 2015 menjadi cakupan yang terendah (Dinas Kesehatan Kota Denpasar, 2015).

(25)

5

meningkatkan kesehatan. Hasil penelitian Ida (2012) menunjukkan bahwa faktor dominan yang berhubungan bermakna dengan perilaku pemberian ASI eksklusif adalah faktor keluarga (ibu dan ibu mertua) karena dianggap sudah berpengalaman dalam pengasuhan bayi dan sama-sama perempuan, pendapat ibu dan ibu mertua merupakan hal tidak bisa diabaikan dalam pengambilan keputusan memberikan ASI eksklusif. Sedangkan hasil penelitian Rubinem (2012) menunjukkan bahwa pekerjaan merupakan faktor yang paling dominan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif.

Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang dipaparkan, maka penelitian ini di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Timur dan dilaksanakan berdasarkan teori Green dengan adanya variasi variabel yaitu faktor predisposisi yang mencakup umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan sikap ibu terhadap ASI eksklusif. Selain itu, peneliti juga meneliti dari segi faktor pemungkin yang mencakup pendapatan keluarga dan inisiasi menyusu dini. Pada akhirnya penelitian ini juga membahas faktor penguat yang mencakup dukungan keluarga dan dukungan petugas kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah

(26)

6

2015 sebesar 70,34%. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Timur tahun 2016.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Apakah faktor – faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Timur tahun 2016?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Timur tahun 2016.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan faktor predisposisi (predisposing factors) yaitu umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan sikap ibu terhadap ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Timur tahun 2016.

2. Untuk mengetahui hubungan faktor pemungkin (enabling factors) yaitu pendapatan keluarga dan inisiasi menyusu dini dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Timur tahun 2016.

(27)

7

4. Untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Timur tahun 2016.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Mengembangkan dan menambah pengetahuan pembaca yang telah ada tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Timur.

2. Sebagai referensi penelitian sejenis yang berhubungan dengan faktor – faktor yang berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Timur.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Sebagai masukan bagi instansi Dinas Kesehatan Kota Denpasar dan Puskesmas I Denpasar Timur dalam melaksanakan intervensi penyusunan program terutama untuk peningkatan program pemberian ASI eksklusif.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

(28)

8

keluarga dan inisiasi menyusu dini dan faktor penguat (reinforcing factors) meliputi dukungan keluarga dan dukungan petugas kesehatan.

(29)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air Susu Ibu (ASI)

Air susu ibu (ASI) adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui. Air susu ibu merupakan makanan yang telah disiapkan untuk calon bayi saat ia pada masa kehamilan. Pada masa kehamilan ibu, hormon tertentu merangsang payudara untuk memperbanyak saluran-saluran air susu dan kelenjar-kelenjar air susu. Air susu ibu merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi serta mempunyai nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat manusia ataupun susu hewan seperti sapi, susu kerbau dan lain-lainnya. Air susu ibu sangat menguntungkan ditinjau dari berbagai segi, baik segi gizi, kesehatan, ekonomi maupun sosio-psikologis. Air susu ibu merupakan makanan terbaik ciptaan Tuhan yang diperuntukkan bagi bayi yang baru dilahirkan. Makanan-makanan tiruan bagi bayi yang diramu menggunakan teknologi masa kini, ternyata tidak mampu menandingi keunggulan ASI. Sebab ASI, mempunyai nilai gizi paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat oleh manusia ataupun susu yang berasal dari hewan, seperti susu sapi, kerbau, atau kambing (Khasanah, 2011).

2.2 Pengertian ASI Eksklusif

(30)

10

infeksi telinga. ASI juga bisa menurunkan dan mencegah terjadinya penyakit noninfeksi seperti penyakit alergi, obesitas, kurang gizi, asma, dan eksim. Selain itu ASI dapat pula meningkatkan IQ dan EQ anak. Menyusi anak bisa menciptakan ikatan psikologis dan kasih sayang yang kuat antara ibu dan bayi. Bayi merasa terlindung dalam dekapan ibunya, mendengar langsung degup jantung ibu, serta merasakan sentuhan ibu saat disusui olehnya. Pedoman internasional menganjurkan pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan pertama. Hal tersebut didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberikan semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan oleh bayi selama 6 bulan pertama setelah kelahirannya. Yang dimaksud dengan pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral, dan obat. WHO, UNICEF, dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah menetapkan rekomendasi pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Dalam rekomendasi tersebut, dijelaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan yang optimal, bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Selanjutnya demi tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu mulai memberikan makanan pendamping ASI dan ASI hingga bayi berusia 2 tahun atau lebih (Prasetyono, 2009).

2.3 Jenis ASI Berdasarkan Waktu Produksi

(31)

11

1. Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan khusus yang disekresikan pada hari pertama sampai ketiga kelahiran bayi. Cairan ini encer dan berwarna kuning-putih dan seringkali menyerupai darah daripada susu. Kolostrum mengandung sel hidup

yang menyerupai “sel darah putih” yang dapat membunuh kuman penyakit.

Kolostrum merupakan pencahar yang ideal yang berguna untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi. Kolostrum lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI yang matang. Kolostrum keluar pada hari pertama sampai hari ke empat dengan komposisi yang selalu berubah dari hari ke hari. Jumlah kolostrum yang dikeluarkan sangat bervariasi berkisar 10-100 ml/hari dengan rata-rata sekitar 30 ml atau sekitar 3 sendok makan.

2. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)

ASI masa transisi adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI matang. ASI transisi diproduksi pada hari keempat hingga keempat belas. Pada tahap ini, kadar protein berkurang sedangkan kadar karbohidrat dan lemak serta volume ASI semakin meningkat.

3. ASI Matang (mature)

(32)

12

2.4 Komposisi Air Susu Ibu

ASI mengandung nutrisi lengkap yang dibutuhkan oleh bayi (Suhardjo, 1992) yang terdiri dari :

1. Kolostrum

Segera setelah melahirkan air susu ibu yang keluar berwarna kekuningkuningan, kental dan agak lengket. Air susu ini disebut kolostrum dan ini diproduksi dalam masa kira-kira seminggu pertama. Kemudian setelah itu air susu yang diproduksi berwarna putih. Kolostrum berbeda dengan air susu ibu yang berwarna putih dalam hal :

a. Lebih banyak protein

b. Lebih banyak immunoglobulin A dan laktoferrin dan juga sel-sel darah putih yang berperan penting dalam mencegah timbulnya infeksi penyakit.

c. Kurang dalam hal lemak dan laktose d. Lebih banyak vitamin A

e. Lebih banyak natrium dan seng 2. Protein

Kandungan protein air susu ibu sepertiga dari susu sapi. Hampir semua protein

dari susu sapi berupa kasein dan hanya sedikit berupa “soluble whey protein”.

Kasein membentuk gumpalan liat dalam perut bayi. Air susu ibu mengandung total protein lebih rendah tetapi lebih banyak “soluble whey protein”. Whey

(33)

13

3. Lemak

Sekitar separuh dari energi air susu ibu berasal dari lemak yang mudah diserap dibandingkan dengan susu sapi. Hal ini karena adanya enzim lipase dalam ASI. Kandungan lemak total ASI bervariasi antara ibu satu dengan lainnya dari satu fase laktasi ke fase lainnya. Air susu yang pertama keluar selama menyusui disebut susu awal (foremilk). Cairan ini mengandung kira-kira 1-2 persen lemak dan tampak encer. Air susu encer ini membantu memberikan kepuasan kepada bayi yang merasa haus waktu mulai minum air susu ibu. Air susu berikutnya disebut susu akhir (hindmilk) yang mengandung lemak paling sedikit tiga atau empat kali lebih banyak daripada susu mula. Ini memberi hampir seluruh energi, oleh karena itu merupakan hal yang sangat penting bahwa bayi harus mendapatkan susu akhir tersebut.

4. Laktose

Zat gizi ini merupakan komponen utama karbohidrat dalam air susu ibu. Jumlah laktose dalam ASI tidak banyak bervariasi antara ibu-ibu yang menyusui. Dibandingkan dengan susu sapi, kandungan laktose dalam ASI lebih banyak. Disamping merupakan sumber energi yang mudah dicerna, beberapa laktose diubah menjadi asam laktat. Asam ini membantu mencegah pertumbuhan bakteri yang tak diinginkan dan mungkin membantu dalam penyerapan kalsium dan mineral-mineral lainnya.

5. Mineral

(34)

14

kebutuhan bayi. Dalam kedua macam air susu itu kandungan zat besinya rendah. Namun sekitar 71,5 persen besi dalam ASI dapat diserap, sedangkan dari bahan makanan lainnya hanya 5-10 persen. Selain itu simpanan besi pada bayi sudah cukup untuk memenuhi kebutuhannya selama bulan-bulan pertama dalam hidupnya. Air susu ibu juga mengandung natrium, kalium, fosfor, dan khlor yang lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dengan jumlah itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.

6. Vitamin

Apabila makanan ibu cukup seimbang, maka vitamin-vitamin yang dibutuhkan bayi selama 4-6 bulan pertama dapat dipenuhi dari air susu ibu. Hanya dijumpai sedikit vitamin D dalam lemak ASI, namun bagi bayi yang mendapatkan air susu ibu dalam periode yang cukup, jarang menderita riketsia selama memperoleh sinar matahari yang cukup. Akhir-akhir ini fraksi vitamin D yang larut dalam air ditemukan. Fungsi substansi ini masih terus dipelajari, namun diperkirakan bahwa zat tersebut merupakan suplemen vitamin D dalam lemak. Jumlah vitamin, vitamin A dan vitamin C bervariasi tergantung pada makanan ibunya.

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI

(35)

15

tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi produksi ASI (Siregar, 2004, Khasanah, 2011) diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Makanan Ibu

Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI (Siregar, 2004). Ibu membutuhkan kalori tambahan 300-500 kalori per hari untuk

(36)

16

samping bahan makanan sumber protein, seperti ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI.

2. Frekuensi Menyusui

Frekuensi menyusui dapat mempengaruhi produksi ASI. Semakin sering menyusui, akan semakin meningkatkan produksi ASI. Oleh karena itu, berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan bayi. Berdasarkan hasil penelitian, produksi ASI akan optimal ketika ibu menyusui bayinya 8 kali atau lebih per hari selama 1 bulan awal menyusui.

3. Menyusui Sesuai Keinginan Bayi

Menyusui yang tidak dijadwal atau menyusui sesuai keinginan bayi, ternyata dapat meningkatkan produksi ASI pada 2 minggu pertama. Hal ini menunjukkan bahwa produksi ASI lebih dipengaruhi oleh kebutuhan bayi dibandingkan kapasitas ibu untuk memproduksi ASI. Artinya, ASI akan diproduksi sesuai kebutuhan bayi.

4. Keadaan Psikologis Ibu

(37)

17

stres. Akibatnya, bisa menekan refleks sehingga ASI tidak berproduksi dengan baik.

5. Pengaruh Sarana Kesehatan

Tempat melahirkan diduga berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif oleh ibu kepada bayinya. Ibu yang melahirkan di fasilitas kesehatan yang menerapkan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui mempunyai kesempatan yang besar untuk memberikan ASI secara eksklusif. Hal ini berkaitan dengan diterapkannya 10 langkah menuju keberhasilan menyusui di fasilitas kesehatan. Tetapi banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin yang tidak menerapkan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui. Sebab, melahirkan di rumah sakit lebih menitikberatkan pada upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, dan ibu maupun anaknya berada dalam keadaan selamat dan sehat, sementara masalah pemberian ASI kurang mendapat perhatian. Makanan pertama yang diberikan, justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu, dan ia selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih baik dari ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang gambar atau poster-poster yang memuji penggunaan susu formula. 6. Penggunaan Alat Kontrasepsi yang Mengandung Estrogen dan Progesteron

(38)

18

ASI secara keseluruhan. Kontrasepsi yang dianjurkan adalah kontrasepsi dalam rahim yaitu IUD atau spiral. Karena IUD dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon oksitosin, yaitu hormon yang dapat merangsang produksi ASI.

2.6 Manfaat Pemberian ASI Eksklusif

- Manfaat Bagi Bayi

Menurut Roesli (2000) manfaat ASI pada bayi adalah sebagai berikut:

1. Sebagai nutrisi terbaik karena sumber gizi yang ideal dengan komposisi seimbang yang sesuai dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhan. 2. Meningkatkan daya tahan tubuh, karena mengandung berbagai zat antibodi

yang mencegah terjadinya infeksi.

3. Meningkatkan kecerdasan, karena ASI mengandung asam lemak (DHA, AA/Arachidonic Acid, omega-3, omega-6) yang diperlukan untuk pertumbuhan otak.

4. Meningkatkan jalinan kasih sayang.

5. Tidak memberatkan fungsi saluran pencernaan dan ginjal.

6. Bayi yang menyusu pada ibunya, pertumbuhan gigi gerahamnya lebih baik. 7. Buah dada ibu telah diciptakan sedemikian rupa sehingga waktu bayi

menghisap, kemungkinan bayi akan tersedak lebih kecil.

- Manfaat Bagi Ibu

Adapun menurut Roesli (2000) manfaat ASI eksklusif pada ibu bila memberikan ASI eksklusif yaitu:

(39)

19

2. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk konstriksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti.

3. Mempercepat pemulihan kesehatan.

4. Menjarangkan kehamilan karena menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah dan cukup berhasil.

5. Mengecilkan rahim karena kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat membantu rahim ke ukuran semula seperti sebelum hamil.

6. Lebih cepat langsing kembali karena menyusui membutuhkan energi maka tubuh akan mengambil lemak dari lemak yang tertimbun selama hamil. 7. Mengurangi kemungkinan menderita kanker payudara.

8. Lebih ekonomis dan murah karena dapat menghemat pengeluaran untuk susu formula.

9. Tidak merepotkan dan hemat waktu karena ASI dapat diberikan dengan segera tanpa harus menyiapkan atau memasak air.

10.Portabel dan praktis karena mudah dibawa kemana-mana sehingga saat berpergian tidak perlu membawa berbagai alat untuk menyusui.

11.Memberi ibu kepuasan, kebanggaan dan kebahagiaan yang mendalam karena telah berhasil memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

- Manfaat Bagi Keluarga

Prasetyono (2009) menyebutkan beberapa hal yang menjadi keuntungan bagi keluarga dengan memberikan ASI eksklusif yaitu:

(40)

20

2. Kedekatan bayi dan ibu yang terus menerus akan menjadi dasar yang kuat 3. Membangun hubungan psikososial yang kuat dalam keluarga

4. Hemat dan mengurangi biaya pengobatan karena bayi jarang sakit 5. Tidak memerlukan dana khusus

6. Keluarga menjadi bahagia karena ibu dan anak sehat

- Manfaat Bagi Negara

Pemberian ASI akan dapat menghemat pengeluaran negara untuk pemberian susu formula, perlengkapan menyusui serta biaya menyiapkan susu. Menyusui juga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi serta mengurangi subsidi rumah sakit untuk perawatan ibu dan anak, sehingga menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk membangun negara (Roesli, 2009).

- Manfaat ASI Bagi Lingkungan

ASI akan mengurangi bertambahnya sampah dan polusi udara. Dengan hanya memberi ASI manusia tidak memerlukan kaleng susu, karton dan kertas pembungkus, botol plastik dan dot karet. Karena untuk membuat ASI tidak memerlukan pabrik yang mengeluarkan asap dan tidak memerlukan alat trasportasi (Roesli, 2009).

2.7 Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif

(41)

21

1. Faktor predisposisi (predisposing factors) merupakan faktor yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku. Faktor predisposisi meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan faktor demografi seperti usia, pendidikan dan pekerjaan.

2. Faktor pemungkin (enabling factors) mencakup berbagai keterampilan dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku kesehatan. Sumber daya meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, keterjangkauan berbagai sumber daya, biaya, jarak, ketersediaan transportasi, jam buka, dan keterampilan petugas kesehatan.

(42)

22

Gambar. 2.1

(43)

23

2.7.1 Umur Ibu

Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan. Umur sangat menentukan kesehatan maternal dan berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan dan nifas serta cara mengasuh dan menyusui bayinya. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun masih belum matang dan belum siap dalam hal jasmani dan sosial dalam menghadapi kehamilan, serta persalinan. Sedangkan ibu yang berumur 20-30 tahun disebut masa dewasa, dimana pada masa ini diharapkan telah mampu memecahkan masalah yang dihadapi dengan tenang secara emosional, terutama dalam menghadapi kehamilan, nifas dan merawat bayinya nanti, serta keterpaparan mengenai informasi ASI eksklusif cenderung lebih besar. Sedangkan pada usia >30 tahun informasi yang didapat kurang, karena pada usia tersebut sebagian besar ibu dianjurkan tidak hamil lagi untuk mencegah terjadinya komplikasi (Depkes RI, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Sariyanti (2015) menunjukkan bahwa umur berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,022), dengan proporsi responden yang berumur 20 – 30 tahun pada pemberian ASI eksklusif sebesar 62,9% sedangkan responden yang berumur <20 dan >30 tahun pada pemberian ASI eksklusif sebesar 30,6%.

2.7.2 Paritas

(44)

24

pengalaman pada ibu dalam memberikan ASI kepada bayi. Penelitian di Brazil menyebutkan bahwa paritas mempengaruhi dalam pemberian ASI eksklusif, yaitu ibu dengan paritas 1 (primipara) mempunyai kecenderungan mengalami permasalahan dalam menyusui bayi yang dilahirkannya, masalah yang paling sering muncul adalah puting susu yang lecet akibat kurangnya pengalaman yang dimiliki atau belum siap menyusui secara fisiologis (Venancio, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Ida (2012) bahwa paritas berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,043), dengan proporsi responden yang mempunyai paritas lebih dari 1 kali pada pemberian ASI eksklusif sebesar 31,4% sedangkan responden yang mempunyai paritas 1 kali pada pemberian ASI eksklusif sebesar 16,4%.

2.7.3 Pendidikan Ibu

(45)

25

berpendidikan tinggi pada pemberian ASI eksklusif sebesar 44,4%, sedangkan responden yang berpendidikan rendah pada pemberian ASI eksklusif sebesar 20,4%.

2.7.4 Pekerjaan Ibu

Bagi ibu yang bekerja, upaya pemberian ASI eksklusif sering kali mengalami hambatan lantaran singkatnya masa cuti hamil dan melahirkan. Sebelum pemberian ASI eksklusif berakhir secara sempurna, dia harus kembali bekerja. Kegiatan atau pekerjaan ibu sering kali dijadikan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif, terutama yang tinggal di perkotaan (Prasetyono, 2009). Di kota besar ada kecendrungan makin banyak ibu yang tidak memberi ASI pada bayi nya dengan alasan ibu bekerja. Walaupun sebenarnya ibu bekerja dapat memberikan ASI eksklusif pada bayinya bila ibu tersebut memiliki pengetahuan tentang menyusui, memerah ASI serta menyimpan ASI (Soetjiningsih, 1997). Peningkatan jumlah angkatan kerja wanita ini menyebabkan banyak ibu yang harus meninggalkan bayi sebelum usia 6 bulan karena masa cuti sudah habis (Depkes, 2005). Hasil penelitian (Madani, 2013) menunjukkan ada hubungan bermakna antara pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,001), dengan proporsi responden yang tidak bekerja pada pemberian ASI eksklusif sebesar 41,5%, sedangkan responden yang bekerja pada pemberian ASI eksklusif sebesar 9,8%.

2.7.5 Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif

(46)

26

Behavior). Pengalaman penelitian menyatakan ternyata perilaku yang disadari oleh pengetahuan lebih baik dari pada perilaku yang tidak disadarai oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Hasil penelitian Septia (2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,003), dengan proporsi responden yang berpengetahuan baik pada pemberian ASI eksklusif sebesar 38,9% sedangkan ibu yang berpengetahuan kurang pada pemberian ASI eksklusif sebesar 11,8%.

2.7.6 Sikap Ibu terhadap ASI Eksklusif

(47)

27

terhadap menyusui (Depkes RI, 2005). Penelitian Rubinem (2012) menunjukkan hubungan bermakna antara sikap dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,01), dengan proporsi responden yang positif pada pemberian ASI eksklusif sebesar 34,7% sedangkan responden dengan sikap negatif pada pemberian ASI eksklusif sebesar 11,8%.

2.7.7 Pendapatan Keluarga

Tingkat ekonomi dalam kehidupan sosial memegang peranan penting karena tingkat ekonomi sosial yang baik atau cukup akan memberi kemudahan akses terhadap pelayanan dan fasilitas kesehatan serta tingkat konsumsi makan bergizi dalam keluarga yang berkaitan dengan produksi dan kualitas pemberian ASI eksklusif oleh ibu menyusui sedangkan jika keluarga memiliki tingkat ekonomi sosial yang rendah akan mengakibatkan kurangnya daya beli untuk mencukupi kebutuhan keluarga, hal ini akan berdampak kurangnya tingkat kecukupan gizi dan produksi ASI bagi ibu menyusui (Depkes RI, 2005). Hasil penelitian Fatmawati (2013) menunjukkan terdapat hubungan status ekonomi dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,041), dengan proporsi responden yang mempunyai status ekonomi tinggi pada pemberian ASI eksklusif sebesar 24,2% sedangkan responden yang mempunyai status ekonomi rendah pada pemberian ASI eksklusif sebesar 10,5%.

2.7.8 Inisiasi Menyusu Dini

(48)

28

berkelanjutan dalam kehidupan ibu dan bayi. IMD dapat melatih motorik bayi, dan sebagai langkah awal untuk membentuk ikatan batin antara ibu dan bayi. Untuk melakukan IMD, dibutuhkan waktu, kesabaran, serta dukungan dari keluarga (Roesli, 2008). Cara bayi melakukan inisisiasi menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara. Berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan, proses IMD ini menjadi salah satu faktor penentu keberhasilannya. Dengan mempraktekkan IMD, maka produksi ASI akan terstimulasi sejak dini, sehingga tidak ada

lagi alasan “ASI kurang”, atau “ASI tidak keluar” yang seringkali menjadi penghambat

ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan. (Depkes RI, 2008). Dengan IMD, ibu semakin percaya diri untuk tetap memberikan ASI-nya sehingga tidak merasa perlu untuk memberikan makanan/minuman apapun kepada bayi karena bayi bisa nyaman menempel pada payudara ibu segera setelah lahir (Fikawati S, 2009). Penelitian Ida (2012) menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara IMD dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,024), proporsi responden yang melakukan IMD pada pemberian ASI eksklusif sebesar 36,7% sedangkan responden yang tidak melakukan IMD pada pemberian ASI eksklusif sebesar 19,6%.

2.7.9 Dukungan Keluarga

(49)

29

keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Suami cukup memberikan dukungan secara emosional dan bantuan-bantuan praktis seperti mengganti popok dan lain-lain (Roesli, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Septia (2012) menunjukkan terdapat hubungan dukungan keluarga baik dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,005), dengan proporsi responden dengan dukungan keluarga baik pada pemberian ASI eksklusif sebesar 40,4% sedangkan responden yang kurang mendapat dukungan keluarga pada pemberian ASI eksklusif sebesar 8,3%.

2.7.10 Dukungan Petugas Kesehatan

Gambar

Gambar. 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Dalam penelitian ini akan ditampilkan tingkat efisiensi 8 delapan Bank Umum Syariah yang merupakan hasil Akuisisi dan konversi dari Bank Umum Konvensional antara lain;

Supervisi bidan koordinator mempunyai pengaruh lebih besar dibandingkan dengan motivasi da- lam meningkatkan kepatuhan bidan pelaksana dalam melaksanakan MTBM

[r]

Hasil penelitian menunjukkan Nilai-nilai humanistis yang ada dalam proses pembelajaran PAI di SMA Insan Cendekia Mandiri Boarding School (ICMBS) Sidoarjo

Adapun studi penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan Gross Domestic Product (GDP), Foreign Direct

Berdasarkan tanggapan responden atas staff kerjasama Udinus merespon pada kebutuhan mitra dengan tepat dan profesional yang diukur dengan skala 4 menunjukkan bahwa

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh motivasi, persepsi, sikap konsumen dan kepuasan konsumen terhadap loyalitas konsumen pasta gigi Pepsodent pada

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberi berkat-Nya sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul