• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pendahuluan Fraktur Cruriis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan " Laporan Pendahuluan Fraktur Cruriis"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN POST DEBRIDEMENT FRAKTUR CRURIS DI RUANG C1 RUMKITAL Dr.RAMELAN

SURABAYA 1. Pengertian

a. Pengertian fraktur

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Bruner & sudarth, 2002).

Fraktur cruris adalah terputusnya hubungan tibia dan fibula di sertai kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf, pembuluh darah) sehingga memungkinkan terjadinya hubungan antara fragmen tulang yang patah dengan udara luar yang disebabkan oleh cedera dari trauma langsung yang mengenai kaki ( muttaqin, 2012).

b. Pengertian Debridement

Debridement adalah menghilangkan jaringan mati juga membersihkan luka dari kotoran yang berasal dari luar yang termasuk benda asing bagi tubuh.Caranya yaitu dengan mengompres luka menggunakan cairan atau beberapa material perwatan luka yang fungsinya utuk menyerap dan mengangkat bagian-bagian luka yang nekrotik (Bruner & sudarth, 2002).

Tujuan dilakukannya debridement yaitu untuk mengeluarkan kontaminan dengan rasa nyeri yang minimal pada pasien serta trauma jaringan yang minimal pula.untuk luka yang kotor,mencelupkan bagian yang cidera ke dalam air yang sama dengan suhu tubuh , dapat meredakan nyeri dan dapat membantu menghilangka debris (Manajemen luka Moya J.Morison,2004)

Debridemen bedah terdiri atas eksisi jaringan mati, jaringan terkontaminasi hebat dan daerah tidak teratur yang dapat mengganggu penutupan luka. Untuk debridemen ini digunakan skapel tahan karat.

1) Eksisi Total Luka

(2)

2) Debridement selektif

Pada beberapa situasi, cara terbaik adalah membersihkan luka secara mekanis, kemudian dilakukan debridemen selektif pada semua jaringan mati. Tidak perlu melakukan tes laboratorium untuk melakukan vabilitas jaringan, yang berarti jaringan harus dinilai melalui inspeksi yang cermat. Tanda dari jaringan nekrosis berupa adanya warna abu-abu atau kehitaman dan ketika diinsisi hanya timbul sedikit pendarahan. Semua jaringan mati kecuali jariangan fibrosa, harus dibersihkan. Tepi luka yang tidak teratur atau robek-robek menunjukan luka hebat jaringan lokal dan harus diratakan. Jika pada evaluasi awal atau selanjutnya, tampak bahwa debrideman akan mencegah penutupan luka tanpa takanan, maka konsultasi dengan seorang ahli bedah. Kulit yang menonjol karena trauma harus dinilai secara seksama apakah terdapat pengisian kapiler dan kongesti vena. Adanya pengisian kapiler yang cepat atau sianosis di daerah tersebut menunjukan adanya obstruksi vena. Bila terdapat batas yang jelas avtara daerah normal dengan abnormal maka bagian yang abnormal harus dieksisi. Jika di daerah perfusi tidak mempunyai batas tegas maka luka harus dibersihkan dan diamati dengan seksama. Konsultasi dengan ahli bedah mungkin diperlukan.

2. Jenis fraktur

a. Berdasarkan garis fraktur 1) Fraktur komplit

Garis patahnya melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang

2) Fraktur inkomplit

Garis patahnya tidak melalui seluruh penampang tulang

Greenstick fracture: bila menegenai satu korteks dimana korteks tulangnya sebagian masih utuh juga periosteum akan segera sembuh dan segera mengalami remodeling kebentuk normal

b. Fraktur menurut jumlah dan garis patah/bentuk/konfigurasi

(3)

2) Fraktur segmental: bila garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah menjadi sulit untuk sembuh dan keadaan ini perlu terapi bedah

3) Fraktur multipel: garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya. Seperti fraktur femur, cruris dan vertebra.

c. Fraktur menurut posisi fragmen

1) Fraktur undisplaced (tidak bergeser): garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser, periosteumnya masih utuh.

2) Fraktur displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang disebut juga dislokasi fragmen.

d. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar 1) Fraktur terbuka (open fracture/compoun frakture)

Fraktur terbuka karena integritas kulit robek/terbuka dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit. Fraktur terbuka ini dibagi menjadi tiga berdasarkan tingkat keperahan:

a) Derajat I: robekan kulit kurang dari 1 cm dengan kerusakan kulit/jaringan minimal.

b) Derajat II: luka lebih dari 1 cm, kerusakan jaringan sedang, potensial infeksi lebih besar, fraktur merobek kulit dan otot.

c) Derajat III: kerusakan/robekan lebih dari 6-8 cm dengan kerusakan jaringan otot, saraf dan tendon, kontaminasi sangat besar dan harus segera diatasi

2) Fraktur tertutup (closed fracture/simple fracture)

Fraktur tidak kompkleks, integritas kulit masih utuh, tidak ada gambaran tulang yang keluar dari kulit.

e. Fraktur bentuk fragmen dan hubungan dengan mekanisme trauma 1) Fraktur transversal (melintang), trauma langsung

Garis fraktur tegak lurud, segmen tulang yang patah direposisi/direduksi kembali ketempat semula, segmen akan stabil dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips.

(4)

Fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki.

3) Fraktur spiral; trauma rotasi

Fraktur ini timbul akibat torsi pada ekstrimitas, menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak dan cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.

4) Fraktur kompresi; trauma axial flexi pada tulang spongiosa

Fraktur terjadi karena ketika dua tulang menumpuk tulang ketiga yang berada diantaranya seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya.

5) Fraktur avulsi; taruma akibat tarikan (fraktur patela)

Fraktur memisahkan suatu fragmen tulang tempat insersi tendon atau ligamen.

f. Fraktur patologi

Terjadi pada daerah yang menjadi lemah oleh karena tumor atau proses patologik lainnya.

3. Anatomi Fisiologi a. Struktur Tulang

Tulang merupakan kerangka tubuh yang menyebabkan tubuh dapat berdiri tegak, Tempat melekatnya otot-otot sehingga memungkinkan jalannya pembuluh darah, tempat sumsum tulang dan syaraf yang melindungi jaringan lunak, juga tulang merupakan organ yang dibutuhkan manusia untuk mengangkat dan membawa barang-barang yang berat. Intinya tulang adalah organ yang kita butuhkan untuk melakukan aktifits sehari–hari. Sehingga kita tidak dapat membayangkan bagaimana terganggunya kita bila ada kerusakan yang terjadi pada tulang kita. Dari keterangan di atas, ada 4 fungsi utama jaringan tulang :

1) Fungsi mekanik, sebagai penyokong tubuh dan tempat melekat jaringan otot untuk pergerakan. Otot merupakan alat gerak aktif, sedangkan tulang merupakan alat gerak pasif.

2) Fungsi Protektif, Melindungi berbagai alat vital dalam tubuh dan juga sumsum tulang.

(5)

4) Fungsi Hemopetik, berlangsungnya proses pembentukan dan perkembangan sel darah.

Secara anatomi ( dilihat dari bentuknya ), tulang terbagi dua : 1) Tulang Pipih ( Tulang-tulang kepala, tulang rahang ) 2) Tulang panjang ( Tulang-tulang lengan, paha, punggung )

Bagian luar tulang (bagian yang keras) disebut tulang kortikal, dimana bagian ini sudah mengalami klasifikasi sehingga terlihat sangat kokoh, kompak dan kuat. Sedangkan bagian dalam yang berpori dan berongga disebut tulang trabekular, bagian ini belum terklasifikasi sempurna, sehingga bersifat berpori.

a) Periosteum

Pada lapisan pertama kita akan bertemu dengan yang namanya periosteum. Periosteum merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat dan pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.

b) Tulang Kompak(Compact Bone)

Pada lapisan kedua ini kita akan bertemu dengan tulang kompak. Tulang ini teksturnya halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebih banyak mengandung kapur (Calsium Phosfat dan Calsium Carbonat) sehingga tulang menjadi padat dan kuat.Kandungan tulang manusia dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan dengan anak-anak maupun bayi. Bayi dan anak-anak memiliki tulang yang lebih banyak mengandung serat-serat sehingga lebih lentur.Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan.

c) Tulang Spongiosa (Spongy Bone)

Pada lapisan ketiga ada yang disebut dengan tulang spongiosa. Sesuai dengan namanya tulang spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula. d) Sumsum Tulang (Bone Marrow)

(6)

tulang. Sumsum tulang wujudnya seperti jelly yang kental. Sumsum tulang ini dilindungi oleh tulang spongiosa seperti yang telah dijelaskan dibagian tulang spongiosa. Sumsum tulang berperan penting dalam tubuh kita karena berfungsi memproduksi sel-sel darah yang ada dalam tubuh.

b. Fisiologi Tulang 1) Fungsi mekanik

sebagai penyokong tubuh dan tempat melekat jaringan otot untuk pergerakan. Otot merupakan alat gerak aktif, sedangkan tulang merupakan alat gerak pasif.

2) Fungsi Protektif,

Melindungi berbagai alat vital dalam tubuh dan juga sumsum tulang. 3) Fungsi Metabolik,

Sebagai cadangan dan tempat metabolisme berbagai mineral yang penting seperti kalsium dan phospat.

4) Fungsi Hemopetik

Berlangsungnya proses pembentukan dan perkembangan sel darah. c. Proses Penyembuhan Tulang

1) Hematoma

Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma di sekitar dan di dalam fraktur. Hal ini mengakibatkan gangguan suplay darah pada tulang yang berdekatan dengan fraktur dan mematikannya (Maurice King, 2001).

2) Proliferasi

Dalam 8 jam setelah fraktur terdapat reaksi radang akut disertai proliferasi sel di bawah periosteum dan di dalam saluran medulla yang tertembus. Hematoma yang membeku perlahan-lahan diabsorbsi dan kapiler baru yang halus berkembang ke dalam daerah itu (Maurice King, 2001).

3) Pembentukancallus

Selama beberapa minggu berikutnya, periosteum dan endosteum menghasilkan callus yang penuh dengan sel kumparan yang aktif. Dengan pergerakan yang lembut dapat merangsang pembentukan callus pada fraktur tersebut (Maurice King, 2001).

4) Konsolidasi

(7)

Fragmen yang patah tetap dipertahankan oleh callus sedangkan tulang mati pada ujung dari masing-masing fragmen dihilangkan secara perlahan, dan ujungnya mendapat lebih banyak callus yang akhirnya menjadi tulang padat (Maurice King, 2001). Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang cukup kuat untuk membawa beban yang normal.

5) Remodeling

Tulang yang baru terbentuk, dibentuk kembali sehingga mirip dengan struktur normal. Semakin sering pasien menggunakan anggota geraknya, semakin kuat tulang baru tersebut (Maurice King, 2001).

4. Patofisiologi

Menurut wahid (2013) tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tetapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari pada di serap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medulla tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang di tandai dengan vasodilatasi, eksudatasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya.

5. Etiologi

Menurut Oswari (1993) dalam Padila (2012) etilogi fraktur adalah :

a. Trauma langsung yang menyebabkan terjadinya fraktur pada titik terjadinya trauma tersebut. Misalnya tulang kaki terbentur bumper mobil maka tulang akan patah tepat di tempat benturan.

b. Trauma tidak langsung yang meyebabkan fraktur di tempat yang jatuh dari tempat terjadinya trauma. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.

(8)

d. Trauma akibat faktor patologis, misalnya adanya metastase kanker tulang yang dapat melunakkan struktur tulang dan menyebabkan fraktur, ataupun adanya penyakiti osteoporosis.

6. Tanda dan Gejala

a. Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi, hematoma, dan edema.

b. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah.

c. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi ototang melekat di atas dan di bawah tempat fraktur.

d. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit.

7. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis fraktur menurut wahid (2013) yaitu : a. Deformitas

Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya, perubahan keseimbangan dan kontur terjadi seperti : 1) Rotasi pemendekan tulang

2) Penekanan tulang b. Bengkak

Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravasasi darah dala jaringan yang berdekatan dengan fraktur

c. Echimosis

Ekstravasasi darah di dalam jaringan subkutan d. Spasme otot involunters dekar fraktur

e. Tenderness/ keempukan

f. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot, berpindahnya tulang dari tempatnya, dan kerusakan di daerah berdekatan

(9)

i. Shock hipovolemik akibat perdarahan j. Krepitasi

8. Komplikasi

a. Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok yang dapat berakibat fatal dalam beberapa jam setelah cidera

b. Emboli lemak , yang dapat terjadi dalam 48 jam atau lebih

c. Sindrom kompartemen yang berakibat kehilangan fungsi ekstremitas permanen jika tidak ditangani segera.

d. Infeksi

e. Tromboemboli (emboli paru) yang dapat menyebabkan kematian beberapa minggu setelah cidera

f. Koagulopati intavaskuler diseminata ( KID ) g. Delayed union

Proses penyembuhan fraktur sangat lambat dari yang diharapkan biasanya lebih dari 4 bulan. Proses ini berhubungan dengan proses infeksi. Distraksi/tarikan bagian fragmen tulang

h. Non union

Proses penyembuhan gagal meskipun sudah diberi pengobatan. Hal ini disebabkan oleh fobrous union atau pseudoarthrosis

i. Mal union

Proses penyembuhan terjadi tetapi tidak memuaskan (ada perubahan bentuk)

j. Nekrosis avaskuler di tulang

Karena suplai darah menurun sehingga menurunkan fungsi tulang 9. Penatalaksanaan dan Terapi

a. Pemeriksaan Diagnostik

1) Pemeriksaan ronten : menentukan lokasi / luasnya fraktur / trauma

2) Scan tulang ,tomograf, scan CT/ MRI : memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak

3) Anteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler di curigai

(10)

trauma multiple). Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma

5) Kretinin : trauma otot meningkatkan beban kratinin untuk klirens ginjal 6) Pofil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah , tranfusi

multiple atau cidera hati.

b. Prinsip-Prinsip Penatalaksanaan

Ada beberapa konsep dasar yang harus diperhatikan/pertimbangkan pada waktu menangani fraktur:

1) Rekognisi: menyangkut diagnosa fraktur pada tempat kejadian kecelakaan dan kemudian di rumah sakit.

a) Riwayat kecelakaan b) Parah tidaknya luka

c) Diskripsi kejadian oleh pasien

d) Menentukan kemungkinan tulang yang patah e) Krepitus

2) Reduksi: reposisi fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak normalnya. Reduksi terbagi menjadi dua yaitu:

a) Reduksi tertutup: untuk mensejajarkan tulang secara manual dengan traksi atau gips.

b) Reduksi terbuka: dengan metode insisi dibuat dan diluruskan melalui pembedahan, biasanya melalui internal fiksasi dengan alat misalnya; pin, plat yang langsung kedalam medula tulang.

3) Immobilisasi : Setelah fraktur di reduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi untuk membantu tulang pada posisi yang benar hingga menyambung kembali.

4) Retensi: menyatakan metode-metode yang dilaksanakan untuk mempertahankan fragmen-fragmen tersebut selama penyembuhan (gips/traksi)

5) Rehabilitasi: langsung dimulai segera dan sudah dilaksanakan bersamaan dengan pengobatan fraktur karena sering kali pengaruh cidera dan program pengobatan hasilnya kurang sempurna (latihan gerak dengan kruck).

(11)

1) Mobilisasi segera fraktur minimal dan penyangga fraktur yang memadai saat pemindahan dan merubah posisi merupakan upaya yang dapat mengurangi insiden emboli lemak

2) Karena emboli lemak merupakan penyeban utama kematian pasien fratur dukungan pernafasan dilakukan dengan oksigen yang diberikan dengan konsentrasi tinggi.

3) Obat vaksoaktif untuk mendukung fungsi kardiovaskuler diberikan untuk mencegah hipotensi, syok, dan edema paru interstisial.

4) Pencatatan masukan dan haluaran yang akurat memungkinkan terapi penggantian cairan yang memadai.

5) Morfin dapat diresepkan untuk mengurangi nyeri dan ansietas pasien yang di pasang ventilator.

6) Untuk mengatasi rasa takut di berikan penenang. 7) Respon pasien terhadap terapi di pantau ketat d. Tindakan Pembedahan

1) ORIF (Open Reduction And Internal Fixation)

a) Insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cidera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur

b) Fraktur diperiksa dan diteliti

c) Fragmen yang telah mati dilakukan irigasi dari luka

d) Fraktur di reposisi agar mendapatkan posisi yang normal kembali

e) Sesudah reduksi fragmen-fragmen tulang dipertahankan dengan alat ortopedik berupa; pin, sekrup, plate, dan paku

Keuntungan: a) Reduksi akurat

b) Stabilitas reduksi tinggi

c) Pemeriksaan struktur neurovaskuler

d) Berkurangnya kebutuhan alat imobilisasi eksternal

e) Penyatuan sendi yang berdekatan dengan tulang yang patah menjadi lebih cepat

f) Rawat inap lebih singkat

(12)

Kerugian

a) Kemungkinan terjadi infeksi b) Osteomielitis

2) Eksternal Fiksasi

a) Metode alternatif manajemen fraktur dengan fiksasi eksternal, biasanya pada ekstrimitas dan tidak untuk fraktur lama

b) Post eksternal fiksasi, dianjurkan penggunaan gips.

c) Setelah reduksi, dilakukan insisi perkutan untuk implantasi pen ke tulang d) Lubang kecil dibuat dari pen metal melewati tulang dan dikuatkan pennya. e) Perawatan 1-2 kali sehari secara khusus, antara lain :

- Obsevasi letak pen dan area

- Observasi kemerahan, basah dan rembes - Observasi status neurovaskuler distal fraktur 10. Asuhan Keperawatan

a. Fokus pengkajian

Menurut Carpenito dkk (2000) dalam Padila (2012) fokus pengkajian pasien fraktur adalah :

1) Anamnesa a) Identitas Pasien :

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.

b) Keluhan Utama

Pada umumnya keluhan utama pada kasus ini adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri pasiendigunakan: - Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor

presipitasi nyeri.

- Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan pasien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.

(13)

- Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan pasien, bisa berdasarkan skala nyeri atau pasien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.

- Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.(Ignatavicius, Donna D, 1995)

c) Riwayat Penyakit Sekarang

Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena.Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain

d) Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang (Ignatavicius, Donna D, 1995).

e) Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik.

f) Riwayat Psikososial

Merupakan respons emosi pasienterhadap penyakit yang dideritanya dan peran pasiendalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. 2) PemeriksaanFisik

Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis).Hal ini perlu untuk dapat melaksanakan total care karena ada kecenderungan dimana spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang lebih sempit tetapi lebih mendalam.

(14)

Perlu menyebutkan: Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda, seperti:

- Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada keadaan klien.

- Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada kasus fraktur biasanya akut

- Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun bentuk.

b) Secara sistemik dari kepala sampai kaki 3) Pemeriksaan Diagnostik

a) Pemeriksaan Radiologi

Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan” menggunakan sinar rontgen (x-ray).Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral.

b) Pemeriksaan Laboratorium

- Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.

- Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.

- Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang.

c) Pemeriksaan lain-lain

- Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi.

- Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.

- Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur.

(15)

- Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang.

- MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur b. Diagnosa keperawatan

1) Nyeri akut b.d Kompresi saraf, cedera neuromuskular, trauma jaringan, dan refleks spasme otot sekunder.

2) Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri sekunder akibat pergerakan fragmen tulang, pemasangan fiksasi eksterna.

3) Resiko terjadinya infeksi b.d Adanya port de entree luka operasi

4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status metabolik, kerusakan sirkulasi.

c. Evaluasi

1) Nyeri pasienberkurang dengan skala 1-2 2) Nutrisi pasienterpenuhi

3) Tidak terjadi kerusakan integritas kulit 4) Pasien tidak merasa cemas

5) Tidak terjadi infeksi

(16)

INTERVENSI KEPERAWATAN N

o

Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

1 Nyeri akut b.d Kompresi

saraf, cedera

neuromuskular, trauma jaringan, dan refleks spasme otot sekunder

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, nyeri berkurang (terkontrol), dengan kriteria hasil :

a. Setelah diberikan teknik distraksi relaksasi dan dam 2 jam setelah pemberian analgetik nyeri hilang atau berkurang. b. Ekspresi tidak meringis.

a. Pantau TTV dan GCS

b. Kaji tingkat persepsi pasien terhadap nyeri. c. Berikan informasi

tentang peningkatan

e. Berikan kesempatan waktu istirahat bila

perhatiannya dan dapat melupakan nyerinya walaupun hanya sejenak.

e. Istirahat merelaksasi semua jaringan sehingga meningkatkan kenyamanan

(17)

f. Atur posisi

h. Kolaborasi dalam pemberian pbat pereda

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam, aktivitas fisik pasien dapat meningkat dengan kriteria hasil :

a. Tidak mengalami

(18)

melakukan ROM dan perawatan diri sesuai toleransi

d. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk melatih fisik pasien

c. Untuk mempertahankan fleksibilitas sendi sesuai kemampuan

d. Kemampuan mobilisasi ekstremitasdapat

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam,

a. Identifikasi tanda-tanda infeksi, seperti perubahan warna, suhu, adanya cairan yang keluar, bengkak. b. Observasi tanda-tanda

vital klien.

c. Lakukan perawatan luka dengan teknik

d. Pertahankan masukan

(19)

kalori protein yang adekuat

e. Kolaborasi dalam pemberian antiobiotik. f. Jika di temukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit.

g. Berikan pendidikan kesehatan persiapan pulang

infeksi dapat menghindari.

e. Antibiotik dapat mencegah infeksi. f. Penurunan Hb dan

peningkatan jumlah leukosit dari normal bias terjadi akibat terjadinya proses infeksi.

(20)

4 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status metabolik, kerusakan sirkulasi.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, lembab dan tidak kotor, b. Tanda- tanda vital dalam

a. Mengetahui sejauhmana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat

b. mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi c. suhu tubuh yang meningkat

dapat diidentifikasi sebagai adanya proses peradangaN d. agar benda asing atau

Referensi

Dokumen terkait

Memahami prosedur survey penentuan kebutuhan data § Prosedur survey untuk menentukan kebutuhan dapat dijelaskan sesuai jenis pekerjaan yang akan dilakukan § Prosedur operasi fungsi

PEKERJAAN : PENGADAAN DAN PEMBANGUNAN GENSET BESERTA JARINGANN5A DI $0 KABUPATEN6KOTA SE7PROINSI RIAU LOKASI : DESA BATANG NILO KECIL ,

Demikianlah proposal ini kami susun dan kami sangat mengharapkan bantuan dan kerja sama yang baik dari semua pihak, demi terlaksananya kegiatan DIKLAT DAN PELATIHAN PALANG

Dengan semakin berkembangnya industri di Jawa Tengah, dibutuhkan dukungan yang kuat akan adanya arus informasi industri yang dapat memberikan arahan yang tepat dan

Program rancangan atau rencana pengajaran adalah bahan acuan yang diperlukan oleh seorang guru untuk melaksanakan kegiatan mengajar pada setiap kali pertemuan agar

Filogram menggunakan metode Bootstrap Neighbor-Joining berdasarkan runutan nukleotida gen Cox-1 parsial Kryptopterus limpok dari Sungai Kampar dan Indragiri Riau dengan pembanding

Akuntan Publik tersebut tidak menghormati kepercayaan publik (raden motor) dikarenakan melakukan kesalahan dalam laporan keuangan Perusahaan Raden Motor untuk mengajukan pinjaman