• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN WONOGIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN WONOGIRI"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

PENYERAPAN TENAGA KERJA

DI KABUPATEN WONOGIRI

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Oleh :

Wahyu Santoso

H 0305042

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

ii

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

PENYERAPAN TENAGA KERJA

DI KABUPATEN WONOGIRI

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

Wahyu Santoso

H0305042

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal : Januari 2010

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

Dr. Ir. Darsono, MSi______ NIP. 19660611 199103 1 002

Wiwit Rahayu, SP, MP____ NIP. 19711109 199703 2 004

Nuning Setyowati, SP, MSc NIP. 19820325 200501 2 001

Surakarta, Januari 2010

Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian

Dekan

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peranan Sektor Pertanian dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Wonogiri”.

Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Catur Tunggal BJP, MS (Almarhum) selaku mantan Ketua Jurusan Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Ir Agustono, MSi selaku Ketua Jurusan Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bapak Dr. Ir Darsono, MSi selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

begitu sabar memberikan nasehat, bimbingan, arahan dan masukan yang sangat berharga bagi penulis.

5. Ibu Wiwit Rahayu, SP, MP selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah begitu cermat dan teliti memberikan bimbingan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Nuning Setyowati, SP, MSc selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis.

7. Ibu Dr. Ir. Minar Ferichani, MSi selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama kuliah di Fakultas Pertanian UNS.

8. Kepala Badan Pusat Statistik Jawa Tengah dan Kepala Badan Pusat Statistik Wonogiri, beserta stafnya yang telah memberikan bantuan.

(4)

iv

10.Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.

11.Mbak Ira, Pak Samsuri dan seluruh Karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan.

12.Orang tuaku, Bapak Tarmo dan Ibu Sri Muryati, terimakasih atas segala doa, dukungan, motivasi, nasihat, dan kasih sayang yang tiada tara sepanjang masa, serta kesempatan yang telah diperoleh penulis.

13.Adik-adikku, Helmi Wulandari, Hastiti Milasari dan Wilda Nur Rahmi Hapsari, terimakasih atas doa, dukungan, serta kasih sayang.

14.Teman-teman seperjuanganku Hamdan, Bentar, Didit, Gulan, Hafidh; My editor Wewe Gombel, Pandan and My cheerleaders Eka, Devi. Gracias. Dan juga kepada teman-teman Agrobisnis 2005 lainnya; Ama, Andryana, Junkis, Ayu, O’on, Dwi, Erry, Becak, Iva, Jack, Si-Pex, Mega, Mila, Nicho, Niken, Brintik, Panjul, “Piti”, Putri, Rahardian, Darti, Jajuk, Triana, Wheny, Yusnin, Abdul, Andre, Patrik, Dora, Cuprik, Asong, Baby, Diana, Suminten, Eye, Martha, Herlindut, Okhasan, Taufik, Naily, Jaran, Nurul, Hayuk, Rima, Rumbay, Septo, Shiti, Ullyl, Viarka, Wurya; terimakasih atas kebersamaan dan kekeluargaan yang akan selalu jadi kenangan terindah.

15.Seluruh pengurus dan anggota HIMASETA FP UNS yang kenal “simbah”, terimakasih atas kesempatan dan pengalaman luar biasa.

16.Teman-teman UNSk8boarding.

17.Teman-teman Empat Sekawan Lima Sempurna; Jatmik, Dedy, Kang Abdul. 18.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun di kesempatan yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi para pembaca.

Surakarta, 2010

(5)

v DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PENGESAHAN...ii

DAFTAR ISI...iii

DAFTAR TABEL...iv

DAFTAR GAMBAR... v

I....P ENDAHULUAN... 1

A...La tar Belakang ... 1

B...Pe rumusan Masalah ... 5

C...Tu juan Penelitian ... 8

D...Ke gunaan Penelitian... 8

II....TI NJAUAN PUSTAKA... 9

A....Pe nelitian Terdahulu ... 9

B....Ti njauan Pustaka ... 10

C....Ke rangka Teori Pendekatan Masalah... 20

D....As umsi-Asumsi ... 24

E...Pe mbatasan Masalah... 24

(6)

vi

III....M

ETODE PENELITIAN... 27

A....M etode Dasar Penelitian ... 27

B....M etode Pengambilan Daerah Penelitian ... 27

C...Je nis Dan Sumber Data ... 28

D...M etode Analisis Data ... 29

IV....K ONDISI UMUM KABUPATEN WONOGIRI... 33

A...Ke adaan Alam ... 33

1. Letak Geografis ... 33

2. Curah Hujan dan Iklim ... 33

3. Topografi ... 33

4. Pemanfaatan Lahan... 34

B....Ke adaan Penduduk ... 35

1. Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk ... 35

2. Keadaan Penduduk menururt Jenis Kelamin... 36

3. Keadaan Penduduk menurut Kelompok Umur... 37

4. Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian ... 39

C....Ke sempatan Kerja ... 42

V....H ASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 50

(7)

vii

B....K omponen Pertumbuhan Kesempatan Kerja... 56

1. Analisis Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor

Pertanian ... 56 2. Analisis Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor

Pertanian dan Sektor yang Lainnya ... 65 C...Pr

oyeksi Kesempatan Kerja di Sektor Pertanian... 69 VI....K

ESIMPULAN DAN SARAN ... 74 A...Ke

simpulan... 74 B...Sa

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tingkat Pengangguran Terbuka Indonesia Tahun 2003-2007 ... 2 Tabel 2. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun 2000

Kabupaten Wonogiri Tahun 2003-2007 ... 4 Tabel 3. Perkembangan Komposisi Penduduk yang Bekerja Menurut

Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Wonogiri Tahun

2003-2007 ... 5 Tabel 4. Distribusi Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut

Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Wonogiri Tahun

2003-2007 ... 7 Tabel 5. Luas Lahan Menurut Pemanfaatannya di Kabupaten Wonogiri

Tahun 2007 ... 34 Tabel 6. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten

Wonogiri tahun 2003-2007... 35 Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio di

Kabupaten Wonogiri tahun 2003-2007 ... 36 Tabel 8. Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Golongan Umur

Tahun 2003-2007 (orang)... 37 Tabel 9. Jumlah Penduduk di Kabupaten Wonogiri Menurut Mata

Pencaharian Utama Tahun 2003-2007 (orang)... 39 Tabel 10. Data Penduduk Boro Kabupaten Wonogiri Tahun 2003-2007

(orang) ... 40 Tabel 11. Jumlah Penduduk yang Bekerja di Sektor Pertanian di

Kabupaten Wonogiri setelah Dikurangi Penduduk Boro ... 41 Tabel 12. Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri yang Bekerja Menurut

Mata Pencaharian Utama Beserta Persentasenya Tahun

2003-2007 ... 43 Tabel 13. Pertumbuhan Kesempatan Kerja Kabupaten Wonogiri Menurut

Mata Pencaharian Utama Tahun 2003-2007 (%) ... 45 Tabel 14. Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor Pertanian di

Kabu-paten Wonogiri Tahun 2003-2007... 48

(9)

ix

Tabel 15. Hasil Penghitungan Angka Pengganda di Kabupaten Wonogiri

Tahun 2003-2007... 50 Tabel 16. Produksi dan Luas Panen Beberapa Komoditas Tanaman

Bahan Makanan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2003-2004... 52 Tabel 17. Produksi dan Luas Panan Tanaman Perkebunan Kabupaten

Wonogiri Tahun 2003-2004 ... 53 Tabel 16. Komponen Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor Pertanian

di Kabupaten Wonogiri ... 56 Tabel 17. Komponen Pertumbuhan Nasional Sembilan Sektor

Pereko-nomian di Kabupaten Wonogiri ... 57 Tabel 18. Komponen Pertumbuhan Proporsional Sembilan Sektor

Perekonomian di Kabupaten Wonogiri ... 58 Tabel 18. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Sembilan Sektor

Perekonomian di Kabupaten Wonogiri ... 60 Tabel 19. Komponen Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor Pertanian

di Kabupaten Wonogiri ... 62 Tabel 20. Komponen Pertumbuhan Kesempatan Kerja beserta

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penduduk dan Tenaga Kerja ... 15 Gambar 2. Bagan Alur Penelitian untuk Melihat Penyerapan Tenaga

Kerja di Sektor Pertanian Kabupaten Wonogiri... 23

(11)

xi RINGKASAN

Wahyu Santoso, H0304042. Peranan Sektor Pertanian dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Wonogiri. Skripsi di bawah bimbingan Dr. Ir. Darsono, MSi. dan Wiwit Rahayu, SP., MP. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan mengetahui besarnya peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Wonogiri beserta komponen pertumbuhannya selama tahun 2003 sampai 2007 dan memproyeksikan jumlah kesempatan kerja di sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri pada sepuluh tahun ke depan, yaitu tahun 2008 sampai 2017.

Besarnya peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja dihitung dengan angka pengganda tenaga kerja. Untuk progresifitas pertumbuhan kesem-patan kerja tahun 2003-2007 diamati dengan Analisis Shift Share, melalui kompo-nen Pertumbuhan Nasional, kompokompo-nen Pertumbuhan Proporsional dan kompokompo-nen Pertumbuhan Pangsa Wilayah. Sedangkan proyeksi kesempatan kerja sektor pertanian dilakukan dengan analisis pure forecast, asumsinya elastisitas kesempat-an kerja dkesempat-an pertumbuhkesempat-an ekonomi di Kabupaten Wonogiri dikesempat-anggap tetap.

(12)

xii SUMMARY

Wahyu Santoso, H 0305042. The Role of Agricultural Sector in Labor Absorbtion in Wonogiri Regency. This script is under tuition by Dr. Ir. Darsono, MSi. and Wiwit Rahayu, SP., MP. Agriculture Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta.

The aims of this research are to know the role of agricultural sector in labor absorbtion in Wonogiri Regency, to know it’s regional development component during 2003-2007 and to project the amont of work opportunity in agricultural sector in Wonogiri Regency in ten years forwards 2008-2017.

The role level of agricultural sector ability in labor absorbtion perceived by labor multiplier effect. The work opportunity progression 2003-2007 percieved by Shift Share Analysis uses the National Growth Share, Proportional Growth Component and Regional Growth Component. While the projection of work opportunity precieved by ‘pure forecast’ analysis that assumed the work opportunity elasticity and fixed regional economics growth is constant.

The result show that the average of agricultural sector labor multiplier effect in Wonogiri Regency is 1,72. It means every the agriculture labor rises up one level, the entire of labor in Wonogiri Regency will rise up one until two. The result of Shift Share Analysis indicate the value of Proportional Growth Component is -36.456,40. It means the work opportunity in the one of economic sector at Wonogiri Regency has changed, the work opportunity of agricultural sector will decrease for 36.456 persons. The Regional Growth Component value is 28.624,01. It means the labor of agricultural sector at Wonogiri Regency increase for 28.624 persons when compared with the agricultural sector in others regency central java province. The amount of Proportional Growth component and regional growth component will become a net friction value. The net friction value in Wonogiri Regency is -7.832,39, that means the employment growth in Wonogiri Regency is in tardy category. The work opportunity Projection of agricultural sector in 2017 will increase 101.304 persons from 2007 or during 2008 until 2017 the work opportunity number of agricultural sector annually has been increase achieve 10.130 persons. The increses of farmers prosperity and added value is very important for agricultural sector labor that couldn’t move to another job in other sector in present day or in the future.

(13)

xiii

I. PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Pembangunan adalah suatu proses perubahan yang berkelanjutan menuju peningkatan kualitas kehidupan yang menempatkan manusia sebagai pelaku, dengan memanfaatkan teknologi dan sumber daya alam yang berkelanjutan serta berwawasan lingkungan. Dengan demikian pelaksanaan pembangunan harus dapat memberikan pilihan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka pembangunan harus dilakukan secara bertahap di segala bidang dan sektor maupun sub sektor secara terencana dan terprogram.

UU RI No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU RI No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menunjukkan mengenai kebijakan otonomi daerah di negara Indonesia. Dengan demikian, maka pemerintah daerah memiliki wewenang dalam menetapkan kebijakan dan melaksanakan pembangunan di daerahnya masing-masing sesuai dengan potensi dan kehendak masyarakat daerah tersebut. Agar pelaksanaan pembangunan daerah ini berhasil maka pemerintah daerah harus mengetahui potensi daerahnya masing-masing guna menentukan ke arah mana pembangunan di daerah tersebut akan digiring.

Peranan pembangunan ekonomi daerah merupakan hal yang sangat vital dalam memproyeksikan keadaan ekonomi nasional. Keadaan perekono-mian nasional disusun dari keadaan perekonoperekono-mian berbagai daerah (regional) di nusantara, sehingga keberhasilan pembangunan tingkat daerah akan turut menentukan keberhasilan pembangunan tingkat nasional.

Tenaga kerja dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan pembangunan suatu daerah, maksudnya penyerapan tenaga kerja mendukung keberhasilan pembangunan nasional secara keseluruhan. Menurut Priadi (2005), suatu daerah dapat dikatakan maju apabila ditunjang dari segi pengetahuan

(14)

xiv

masyarakat yang tinggi, adanya sumber daya alam yang cukup memadai yang dikelola oleh sumber daya manusia yang mempunyai potensi besar guna tercapainya kemajuan pembangunan daerah. Salah satu indikasinya adalah minimnya pengangguran di daerah tersebut, apabila pengangguran dapat ditekan sedemikian rupa maka bisa dikatakan daerah tersebut telah bisa memanfaatkan sumber daya manusianya untuk masuk ke dalam sektor-sektor perekonomiannya guna meningkatkan pembangunan daerah.

Besarnya angka pengangguran merupakan suatu permasalahan yang sekaligus dapat menggambarkan masih kurangnya tingkat pencapaian keberhasilan pembangunan daerah. Hingga kini masalah pengangguran masih menjadi salah satu masalah ekonomi yang sulit dipecahkan di berbagai negara berkembang, termasuk di Indonesia. Walaupun pemerintah telah menerapkan berbagai tindakan ekonomi guna mengatasi masalah ini, namun tingkat pengangguran cenderung mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya. Penyebab permasalahan pengangguran ini lebih kepada tidak tersedianya lowongan pekerjaan guna menampung sebagian besar angkatan kerja baru yang tumbuh cepat dan besar jumlahnya.

Tabel 1. Tingkat Pengangguran Terbuka Indonesia Tahun 2003-2007

Tahun Tingkat Pengangguran Terbuka (%)

2003 9,67

2004 9,88

2005 10,26

2006 10,28

2007 9,11

Sumber : BPS Nasional, 2007

Dari data di atas dapat diketahui bahwa tingkat pengangguran tebuka dari tahun 2003 hingga tahun 2006 terus mengalami peningkatan, sedangkan dari tahun 2006 ke tahun 2007 mengalami penurunan drastis sebesar 1,17 %. peningkatan terbesar adalah saat memasuki tahun 2005 dari tahun 2004, yaitu sebesar 0,33.

(15)

xv

jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka jumlah angkatan kerja juga bertambah. Sedangkan setiap penduduk memerlukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ini berarti permintaan terhadap pekerjaan juga bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

Simanjuntak (1985) menyatakan bahwa jumlah penduduk dan angkatan kerja yang besar serta laju pertumbuhan penduduk yang tinggi sebenarnya tidak perlu menjadi masalah bila daya dukung ekonomi yang efektif di daerah itu cukup kuat memenuhi berbagai macam kebutuhan masyarakat termasuk penyediaan kesempatan kerja.

Indonesia identik dengan negara agraris. Secara tidak langsung, hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya pada pertanian. Selain itu, peran sektor pertanian dalam pemba-ngunan di negara Indonesia juga cukup signifikan. Wonogiri merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang sebagian besar lahannya merupakan areal pertanian. Berdasarkan penggunaan lahan di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2007, lebih dari 98.082 ha atau 53,82 persen dari 182.236 ha keseluruhan wilayah dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian.

(16)

xvi

Tabel 2. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun 2000 Kabupaten

Sumber : BPS Kabupaten Wonogiri, 2008

Distribusi PDRB sektor pertanian dari tahun 2003 sampai 2007 terha-dap perekonomian di Kabupaten Wonogiri cenderung berfluktuasi. Namun setiap tahunnya distribusi PDRB sektor pertanian mencapai lebih dari 50 % dari keseluruhan PDRB di Kabupaten Wonogiri. Persentase distribusi PDRB turun sebesar 0,43 % dari tahun 2003 ke tahun 2004, yaitu dari 51,58 % menjadi 51,15 %. Selanjutnya pada tahun 2004 hingga tahun 2006 persentase distribusinya mengalami kenaikan, yaitu berturut turut pada tahun 2005 dan 2006 menjadi sebesar 51,22 % dan 51,34 %. Sedangakan pada tahun 2007 persentase distribusi PDRB kembali mengalami penurunan sebesar 0,35 % menjadi sebesar 50,99 %. Apabila dibandingkan dengan empat tahun berikutnya, tahun 2003 menunjukkan distribusi yang paling tinggi sedangkan distribusi terendah adalah pada tahun 2007.

(17)

xvii

yang terserap di sektor pertanian masih merupakan yang terbesar dibanding sektor perekonomian lain. Hal ini dapat dilihat dari data perkembangan komposisi penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha utama di Kabu-paten Wonogiri sebagai berikut :

Tabel 3. Perkembangan Komposisi Penduduk yang Bekerja Menurut Lapang-an Usaha Utama di Kabupaten Wonogiri Tahun 2003-2007 (orLapang-ang)

Tahun

1 Pertanian 325.528 347.784 304.113 321.346 345.639 2 Pertambangan & Galian 2.105 2.905 3.822 347 7.287

3 Industri Pengolahan 32.059 26.249 29.036 32.908 25.349

4 Listrik,Gas & Air Bersih 371 377 375 372 1.407

5 Bangunan 8.729 26.929 42.353 24.052 36.988

6 Perdagangan & Hotel 79.997 77.075 94.041 89.265 72.963

7 Pengangkutan & Komunikasi

18.939 13.882 15.950 13.614 11.382

8 Keuangan & Persewaan 2.289 2.151 1.508 2.232 2.046

9 Jasa 33.867 42.074 36.081 34.690 36.303

Jumlah 503.884 539.426 527.299 518.826 539.364

Sumber : BPS Kabupaten Wonogiri, 2008

(18)

xviii

B.

Perumusan Masalah

Berdasarkan UU No.32 Tahun 2004 mengenai pemerintah daerah yang menempatkan otonomi daerah secara luas, nyata dan bertanggung jawab, dan UU No. 33 Tahun 2004 mengenai perimbangan keuangan antara daerah dengan pusat, maka tiap daerah memiliki kewenangan dalam menyusun dan melaksanakan kebijakan pembangunan sesuai dengan kondisi, potensi, dan aspirasi masyarakat. Hal tersebut mendorong pemerintah daerah tingkat II untuk menetapkan kebijakan ekonominya dengan lebih mengandalkan pada potensi yang dimiliki sesuai dengan kondisi daerah baik kondisi sumber daya alam maupun kondisi sumber daya manusia dengan segala kelebihan dan kelemahannya.

Sektor pertanian merupakan salah satu potensi wilayah di Kabupaten Wonogiri yang dapat dikembangkan semaksimal mungkin untuk meningkatkan pembangunan perekonomian di Kabupaten Wonogiri. Arah pengembangan sektor ini dapat disesuaikan dengan kondisi sumber daya alam dan sumber daya manusia di Kabupaten Wonogiri itu sendiri, agar kedepannya sasaran pembangunan yang telah direncanakan oleh pemerintah tercapai.

Sebagian besar lahan di Kabupaten Wonogiri dimanfaatkan sebagai areal pertanian. Selain itu, selama lima tahun terakhir, sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri masih merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar pada PDRB dibandingkan dengan sektor perekonomian yang lainnya. Distribusi PDRB sektor pertanian dari tahun 2003 sampai 2007 terhadap perekonomian di Kabupaten Wonogiri cenderung mengalami fluktuasi. Namun dibandingkan dengan empat tahun berikutnya, tahun 2003 menunjukkan distribusi terbesar yaitu 51,58 %. Sedangkan distribusi terendah adalah pada tahun 2007 sebesar 50,99 %. Hal ini seperti yang sudah dijelaskan pada Tabel 2. sebelumnya.

(19)

xix

penduduk sepuluh tahun keatas yang bekerja menurut lapangan usaha utama di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2003 hingga 2007 cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2004, 2005 dan 2006 persentase penduduk yang bekerja di sektor pertanian berturut-turut mengalami penurunan, yaitu dari 64,60 % pada tahun 2003 menjadi 64,47 % pada tahun 2004; kemudian kembali mengalami penurunan menjadi 59,29 % pada tahun 2005. Sedangkan pada tahun 2006 dan 2007 masing-masing mengalami peningkatan menjadi sebesar 61,94 % dan 64,08 %. Hal itu dapat dilihat pada tabel 4. berikut :

Tabel 4. Distribusi Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Wonogiri Tahun 2003-2007

Tahun

Sumber : BPS Kabupaten Wonogiri, 2008

(20)

xx

bertahan sebagai sektor yang dapat menyerap tenaga kerja terbesar dan mem-berikan kontribusi PDRB terbesar dibandingkan dengan sektor perekonomian yang lainnya, khususnya sampai proyeksi tahun 2017.

Berawal dari hal tersebut maka sektor pertanian sangat penting untuk terus dikembangkan dalam upaya meningkatkan pembangunan perekonomian wilayah Kabupaten Wonogiri dengan terus memperhatikan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki. Mengingat hal ini sesuai dengan potensi wilayah Kabupaten Wonogiri yang sebagian besar masih merupakan lahan pertanian. Dengan mengetahui besarnya peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja, diharapkan sektor pertanian nantinya dapat memberikan kontribusi yang lebih besar bagi perekonomian wilayah.

Dari uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini, antara lain :

1. Bagaimana dinamika peranan sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Wonogiri ?

2. Bagaimanakah pertumbuhan kesempatan kerja di sektor pertanian Kabu-paten Wonogiri dilihat dari komponen pertumbuhannya ?

3. Bagaimanakah prospek peranan sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja untuk sepuluh tahun ke depan (tahun 2008-2017) di Kabupaten Wonogiri ?

C.

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis dinamika peranan sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Wonogiri.

2. Menganalisis pertumbuhan kesempatan kerja di sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri dilihat dari komponen pertumbuhannya.

(21)

xxi

D.

Kegunaan penelitian

1. Bagi penulis, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 2. Bagi pemerintah daerah Kabupaten Wonogiri, sebagai sumbangan

pemikiran dan bahan pertimbangan pengambilan kebijakan pembangunan daerah, khususnya perencanan tenaga kerja di Kabupaten Wonogiri.

(22)

xxii

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Amin (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Peranan Sektor

Pertanian dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Semarang”,

menggunakan Analisis Shift Share (ASS) untuk mengetahui pertumbuhan sektor pertanian Kabupaten Semarang, menyimpulkan bahwa pertumbuhan

kesempatan kerja di Kabupaten Semarang termasuk dalam kelompok lambat

karena hasil perhitungan komponen pertumbuhan proporsional (PP) sebesar

-33.019,853. Namun melihat nilai komponen pertumbuhan pangsa wilayah

(PPW), yaitu 17.168,373 menunjukkan perubahan kesempatan kerja sektor

pertanian di Kabupaten Semarang terjadi peningkatan sebesar 17.168 orang

jika dibandingkan dengan sektor pertanian di wilayah lainnya. Penjumlahan

PP dan PPW diperoleh nilai pergeseran bersih (PB) sebesar -15.851,462

dengan nilai pertumbuhan kesempatan kerja -4,07 % berarti sektor pertanian

tumbuh secara lambat sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan

kesempatan kerja di sektor pertanian. Hasil penghitungan dari angka

pengganda tenaga kerja, diperoleh rata-rata angka pengganda tenaga kerja

di Kabupaten Sema-rang sebesar 1,76. Artinya sektor pertanian di Kabupaten

Semarang berperan dalam meningkatkan kesempatan kerja pada sektor

perekonomian lainnya sebesar 1 sampai 2 orang setiap terjadi peningkatan

kesempatan kerja pada sektor pertanian sebesar 1 orang.

Kurniawan (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Peranan Sektor Pertanian dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Temanggung”, menggunakan Analisis Shift Share (ASS) untuk mengetahui pertumbuhan sektor pertanian Kabupaten Temanggung, diperoleh nilai komponen pertumbuhan proporsional (PP) sebesar -33.508,559. Ini berarti pertumbuhan kesempatan kerja di sektor pertanian Kabupaten Temanggung termasuk kelompok lambat. Sedangkan melihat nilai komponen pertumbuhan pangsa

(23)

xxiii

wilayah (PPW) sebesar -63.214,044, artinya perubahan kesempatan kerja di sektor pertanian di Kabupaten Temanggung mengalami penurunan sebesar 63.214 orang apabila dibandingkan dengan sektor pertanian di daerah yang lainnya. Penjumlahan PP dan PPW diperoleh nilai pergeseran bersih (PB) sebesar -96.722,603 dengan nilai pertumbuhan kesempatan kerja -34,73 % berarti sektor pertanian tumbuh secara lambat sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan kesempatan kerja di sektor pertanian. Hasil penghitungan dari angka pengganda tenaga kerja, diperoleh rata-rata angka pengganda tenaga kerja di Kabupaten Temanggung sebesar 2,8. Artinya sektor pertanian di Kabupaten Temanggung berperan dalam meningkatkan kesempatan kerja pada sektor perekonomian lainnya sebesar 2 sampai 3 orang setiap terjadi peningkatan kesempatan kerja pada sektor pertanian sebesar 1 orang.

Alasan dari pengambilan kedua penelitian tersebut sebagai referensi

atau landasan dari penelitian ini adalah karena kedua penelitian di atas

menggunakan analisis yang sama yaitu Analisis Shift Share (ASS) untuk

mengetahui besarnya pertumbuhan sektor pertanian dan menggunakan angka

pengganda tenaga kerja untuk mengetahui peranan sektor pertanian dalam

menyerap tenaga kerja. Selain itu dari kedua penelitian tersebut, memiliki

dasar yang sama yaitu sektor pertanian masih memberikan kontribusi

tertinggi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan merupakan

salah satu sektor yang banyak memberikan lapangan pekerjaan bagi

penduduk di daerah penelitian tersebut.

B. Tinjauan Pustaka

(24)

xxiv

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan

total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya

pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental

dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat

lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan

ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan

ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi (Wikipedia, 2009).

Pembangunan ekonomi sebagai proses transisi dan transformasi

berkisar pada perubahan struktural. Perubahan struktural menyangkut

perubahan-perubahan pada struktur dan komposisi produk nasional, pada

kesempatan kerja produktif, pada ketimpangan antar sektoral, antar

daerah dan antar golongan masyarakat, pada kemiskinan dan

kesenjangan antara golongan berpendapatan rendah dan tinggi

(Djojohadikusumo, 1994).

Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu wilayah dapat diukur

melalui beberapa indikator, seperti tinggi pertumbuhan ekonomi dan

pendapatan perkapita, semakin terbukanya kesempatan kerja sehingga

dapat menekan pengangguran, menurunnya jumlah penduduk yang hidup

di bawah kemiskinan absolut, pergeseran struktur ekonomi kearah yang

lebih modern dan semakin besarnya kemampuan keuangan untuk

membiayai administrasi pemerintah dan kegiatan pembangunan

(Soekarni dan Mahmud, 2000).

2. Pembangunan Ekonomi Daerah

(25)

xxv

bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan dan sumber daya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi (Arsyad, 1999).

Setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengan daerah lain. Oleh sebab itu perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah pertama-tama perlu mengenali karakter ekonomi, sosial dan fisik daerah itu sendiri, termasuk interaksinya dengan daerah lain. Dengan demikian tidak ada strategi pembangunan ekonomi daerah yang dapat berlaku untuk semua daerah. Namun di pihak lain, dalam menyusun strategi pembangunan ekonomi daerah, baik jangka pendek maupun jangka panjang, pemahaman mengenai teori pertumbuhan ekonomi wilayah, yang dirangkum dari kajian terhadap pola-pola pertumbuhan ekonomi dari berbagai wilayah, merupakan satu faktor yang cukup menentukan kualitas rencana pembangunan ekonomi daerah (Darwanto, 2006).

Dengan mengetahui tujuan dan sasaran pembangunan ekonomi daerah, serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki suatu daerah maka strategi pengembangan potensi yang ada akan lebih terarah dan strategi tersebut akan menjadi pedoman bagi pemerintah daerah atau siapa saja yang akan melaksanakan kegiatan usaha di daerah yang bersangkutan (Suparmoko, 2002).

3. Pembangunan Pertanian

(26)

xxvi

pendapatan maupun produktivitas ini berlangsung terus, sebab apabila tidak, berarti pembangunan terhenti (Surahman dan Sutrisno, 1997).

Pertanian merupakan basis perekonomian Indonesia. Walaupun sumbangsih sektor pertanian dalam perekonomian diukur berdasarkan proporsi nilai tambahnya dalam membentuk produk domestik bruto atau pendapatan nasional tahun demi tahun kian mengecil, hal itu bukanlah berarti nilai dan peranannya semakin tidak bermakna. Nilai tambah sektor pertanian dari waktu ke waktu tetap selalu meningkat. Kecuali itu, peranan sektor ini dalam menyerap tenaga kerja tetap terpenting. Mayoritas penduduk Indonesia sebagian besar tinggal di pedesaan hingga saat ini masih menyandarkan mata pencahariannya pada sektor pertanian (Dumairy, 1997).

Peran pertanian dalam pembangunan pertanian hanya sebagai sumber tenaga kerja dan bahan-bahan pangan yang murah untuk berkembangnya sektor industri yang berfungsi sebagai unggulan dinamis dalam strategi pembangunan ekonomi secara keseluruhan (Todaro, 2000).

Dalam periode 2005-2009, pembangunan pertanian diarahkan untuk mencapai visi: “Terwujudnya pertanian tangguh untuk pemantapan ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani”. Pembangunan pertanian pada hakekatnya adalah pendayagunaan secara optimal sumberdaya pertanian dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan, yaitu :

a. Membangun SDM aparatur profesional, petani mandiri dan kelembagaan pertanian yang kokoh

b. Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya pertanian secara berke-lanjutan

c. Memantapkan ketahanan dan keamanan pangan

d. Meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk pertanian

(27)

xxvii

f. Membangun sistem manajemen pembangunan pertanian yang berpihak kepada petani

(Apriyantono, 2005)

4. Peranan Sektor Pertanian dalam Pembangunan

Sektor pertanian di Indonesia dianggap sangat penting karena peran-annya dalam penyediaan lapangan kerja, penyedia pangan, penyedia faktor produksi dan penghasil devisa yang cukup besar (Soekartawi, 1996).

Pembangunan pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini menjadi penyelamat perekonomian nasional karena justru pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain pertumbuhannya negatif. Beberapa alasan yang mendasari pentingnya pertanian di Indonesia :

a. Potensi sumberdayanya yang besar dan beragam, b. Pangsa terhadap pendapatan nasional cukup besar,

c. Besarnya penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini, dan

d. Menjadi basis pertumbuhan di pedesaan (Brawijaya, 2008)

Permasalahan pokok negara dunia ketiga, pada prinsipnya sama, yaitu membuncahnya jumlah tenaga kerja, kecilnya modal, fluktuasi hasil produksi yang kadang-kadang ekstrim, rendahnya penguasaan teknologi, kecilnya return of capital (ROC), investasi yang minim, pemerataan dan konversi nilai tukar produksi pertanian yang tidak memadai. Dari banyak-nya persoalan tersebut, John Mellor, seorang pakar ekonomi pertanian me-ngemukakan bahwa negara-negara berkembang memerlukan strategi pem-bangunan yang berorientasi pada pertanian dan tenaga kerja. Selain karena mampu menyerap banyak tenaga kerja, Mellor berpendapat pertanian menjadi penting karena ia juga memberi pengaruh yang demikian besar terhadap perekonomian secara menyeluruh (Nugroho, 2007)

(28)

xxviii

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja atau labour force terdiri dari golongan yang bekerja, dan golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan lain atau penerima pendapatan (Simanjuntak, 1985).

Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti sekolah dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan terakhir, yaitu pencari kerja, bersekolah dan mengurus rumah tangga, walaupun sedang tidak bekerja namun secara fisik dianggap mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. Secara praktis pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan menurut batas umur. Di Indonesia dipilih batas umur minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Dengan demikian tenaga kerja di Indonesia adalah penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih (Simanjuntak, 1985).

Simanjuntak (1985) membagi penduduk dan tenaga kerja sebagai berikut :

Tenaga Kerja Bukan Tenaga Kerja

Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja

Penduduk

Sekolah Mengurus Rumah Tangga

Penerima Pendapatan Menganggur Bekerja

Setengah Menganggur Bekerja Penuh

Setengah Menganggur Tidak Kentara Kentara (Jam Kerja Sedikit)

(29)

xxix Gambar 1. Penduduk dan Tenaga Kerja

Tenaga Kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan/atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Silalahi, 2009). Dalam sensus penduduk, orang dinyatakan bekerja bila selama satu minggu sebelum pencacahan melakukan kegiatan untuk memperoleh penghasilan paling sedikit selama satu jam. Sedangkan penganggur adalah orang yang tidak bekerja sama sekali selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan.

Tenaga kerja produktif (kelompok pemuda) sangat signifikan jumlahnya, memberikan harapan mampu merubah wajah negeri ini. Data BPS tahun 2006, menggambarkan jumlah pemuda usia 15-35 tahun mencapai 83,97 juta orang atau 38,31 persen dari seluruh penduduk Indonesia dan terdiri atas 41,62 juta laki-laki dan 42,35 juta perempuan. Jumlah usia produktif yang begitu fantastis, harus diarahkan dalam menopang pembangunan, bukan malah menghambat proses pembangunan yang berlangsung. Potensi besar bangsa tersebut harus dikelola dengan baik sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, bermoral, berakhlak mulia, dan bermanfaat bagi pembangunan bangsa (Chalid, 2008).

6. Analisis Shift Share

Analisis shift share digunakan untuk menganalisis perubahan-perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan kesempatan kerja pada dua titik waktu di suatu wilayah. Dari analisis ini diketahui perkembangan suatu sektor di suatu wilayah jika dibandingkan

Produktivitas Rendah

(30)

xxx

secara relatif dengan sektor-sektor lainnya, apakah pertumbuhannya cepat atau lambat. Dalam analisis ini diasumsikan bahwa perubahan kesempatan kerja di suatu wilayah antara tahun dasar dengan tahun akhir analisis dibagi menjadi tiga komponen pertumbuhan, yaitu: komponen pertum-buhan nasional (national growth component) disingkat PN, komponen pertumbuhan proporsional (proportional or industrial mix growth component) disingkat PP dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah

(regional growth component) disingkat PPW (Budiharsono, 2005).

Komponen pertumbuhan proporsional tumbuh karena perbedaan dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri (misalnya subsidi, kebijakan perpajakan dan price support) dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar.

Komponen pertumbuhan pangsa wilayah timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB/kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibanding-kan wilayah lain. Cepat lambatnya pertumbuhan suatu wilayah dengan wilayah lain ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses ke pasar, du-kungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut (Budiharsono, 2005).

(31)

xxxi

mempengaruhi laju wilayah pertumbuhan tersebut. Artinya apakah industri yang berlokasi di wilayah tersebut termasuk ke dalam kelompok industri yang secara nasional memang berkembang pesat dan bahwa industri tersebut cocok berlokasi di wilayah itu atau tidak.

Menurut Bappenas (2006) data yang biasa digunakan untuk analisis shift share adalah pendapatan per kapita (Y/P), PDRB (Y) atau tenaga

kerja (e) dengan tahun pengamatan menurut rentang waktu tertentu.

Pertumbuhan ekonomi dan pergeseran struktural suatu perekonomian daerah ditentukan oleh tiga komponen (Bappenas, 2006) :

a. Provincial share (R), yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan atau pergeseran struktur perekonomian suatu daerah (kabupaten/kota) dengan melihat nilai PDRB daerah pengamatan pada periode awal yang dipengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan perekonomian daerah yang lebih tinggi (provinsi). Hasil perhitungan tersebut akan menggambarkan peranan wilayah provinsi yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian daerah kabupaten. Jika pertumbuhan kabupaten sama dengan pertumbuhan provinsi maka peranannya terhadap provinsi tetap.

b. Proportional (industry-mix) shift (Sp) adalah pertumbuhan nilai tambah bruto suatu sektor i dibandingkan total sektor di tingkat provinsi.

c. Differential shift (Sd), adalah perbedaan antara pertumbuhan ekonomi daerah (kabupaten) dan nilai tambah bruto sektor yang sama di tingkat provinsi. Suatu daerah dapat saja memiliki keunggulan dibandingkan daerah lainnya karena lingkungan dapat mendorong sektor tertentu untuk tumbuh lebih cepat.

(32)

xxxii

(provinsi), sedangkan Sd adalah akibat dari pengaruh faktor-faktor yang bekerja di dalam daerah yang besangkutan.

Apabila nilai Sd dan Sp positif maka sektor yang bersangkutan dalam perekonomian daerah menempati posisi yang baik untuk daerah yang bersangkutan. Sebaliknya bila negatif maka perekonomian daerah sektor tersebut masih dapat diperbaiki antara lain dengan membandingkan dengan struktur perekonomian provinsi.

Sektor-sektor yang memiliki differential shift (Sd) positif maka memiliki keunggulan komparatif terhadap sektor yang sama di daerah lain. Selain itu, sektor-sektor yang memiliki Sd positif berarti bahwa sektor tersebut terkonsentrasi di daerah dan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan daerah lainnya. Apabila Sd negatif maka tingkat pertumbuhan sektor tersebut relatif lamban.

Pendekatan yang bisa dipakai untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu daerah yaitu (Bappenas, 2006) :

G = R + S atau G = R + Sp + Sd Dimana:

G = Regional Economic Growth R = Regional Share

S = Shift, yang terdiri dari Sp = Proportional Shift dan Sd = Differential Shift.

7. Proyeksi Tenaga Kerja

Swasono dan Sulistyaningsih (1987) mengklasifikasian model proyeksi untuk memperkirakan keadaan tenaga kerja dalam tiga kelompok dasar, yaitu :

1. Pure Forecast (Time Series Forecast)

Pure Forecast merupakan perhitungan proyeksi dengan

(33)

xxxiii Rumus : Lt = Lto (1+b)t

Lt = tenaga kerja pada waktu tertentu Lto = tenaga kerja pada waktu to

b = angka konstanta (koefisien arah dari data) t = waktu

2. Conditional Forecast

Conditional Forecast merupakan perhitungan perkiraan jumlah

tenaga kerja berdasarkan keadaan sebab akibat (hubungan erat dua variabel), yang satu variabel bebas dan yang lain variabel terikat, mi-salnya jumlah pendapatan (Y=Output) dengan jumlah tenaga kerja (L).

Rumus : Y = a + b L, a dan b = konstanta / parameter 3. Teleological Forecast

Teleological Forecast merupakan kebalikan dari Conditional

Forecast, dengan dasar bahwa untuk mencapai produksi tertentu harus

disediakan tenaga kerja dengan jumlah tertentu. Jumlah tenaga kerja sebagai akibat dan jumlah output sebagai sebab.

Rumus : (Lij/Yj) t = (Lij/Yj) to + f (t)

Lij = tenaga kerja dengan jabatan I dalam industri j Yj = produksi industri j (output j)

f(t) = waktu

Perencanaan tenaga kerja pada umumnya disusun berdasarkan sasaran pertumbuhan perekonomian (Gy) dan sasaran pertumbuhan kesempatan kerja (Gn). Perencanaan tenaga kerja pada dasarnya diarahkan untuk memenuhi jumlah dan mutu tenaga kerja yang dibutuhkan oleh pembangunan suatu daerah guna mencapai target pertumbuhan ekonomi serta pengendalian tingkat pengangguran, baik pengangguran terbuka maupun pengangguran tersembunyi (Molo dan Setyowati, 1998).

(34)

xxxiv

jumlah kesempatan kerja yang terserap di tiap sektor dengan pertumbuhan PDRB tiap sektor yang bersangkutan serta perubahan teknologi yang terjadi dalam sektor tersebut. Koefisien penyerapan tenaga kerja (elastisitas kesempatan kerja) dari sektor dihitung berdasarkan perban-dingan antara pertumbuhan kerja (Gn) dan pertumbuhan PDRB (Gy) (Molo dan Setyowati, 1998).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Adanya otonomi daerah memungkinkan pemeritah daerah untuk lebih

leluasa dalam mengatur dan mengembangkan arah pembangunan daerah

tersebut. Sehingga pembangunannya dapat disesuaikan dengan potensi dan

kemampuan yang dimiliki oleh daerah tersebut. Apabila pembangunan daerah

diserahkan pada pemerintah daerah itu sendiri, maka pembangunan

diharap-kan lebih maksimal. Bagaimanapun juga; keadaan, potensi dan kemampuan

suatu daerah lebih dikenal oleh daerah itu sendiri.

Salah satu indikator yang dapat digunakan sebagai tolok ukur

keberha-silan pembangunan daerah adalah tingkat pengangguran di suatu

daerah. Tingkat pengangguran yang rendah menunjukkan keberhasilan

pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan, dan sebaliknya

apabila tingkat pengangguran tinggi pemerintah daerah dinilai kurang

berhasil dalam melaksanakan pembangunan. Angka tingkat pengangguran

diperoleh dari perbandingan antara jumlah orang yang mencari pekerjaan

dengan jumlah angkatan kerja. Menurut BPS (2009) angkatan kerja yang

tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan (baik bagi mereka yang belum

pernah bekerja sama sekali maupun yang sudah penah berkerja) atau sedang

mempersiapkan suatu usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena

merasa tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah

memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja merupakan bagian dari

pengangguran terbuka.

Setiap daerah memiliki potensi yang berbeda apabila dibandingkan

dengan daerah yang lainnya. Kabupaten Wonogiri memiliki potensi

(35)

xxxv

Kabupaten Wonogiri merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar

pada PDRB dan menyerap tenaga kerja terbanyak dibandingkan dengan

sektor yang lainnya.

Berdasarkan status pekerjaannya, penduduk di Kabupaten Wonogiri

dapat dikategorikan menjadi tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga

kerja sendiri dapat merupakan mereka yang sudah termasuk dalam angkatan

kerja ataupun yang belum termasuk dalam angkatan kerja. Angkatan kerja

yang belum atau tidak memiliki pekerjaan disebut pengangguran. Sedangkan

yang sudah memiliki pekerjaan dapat bekerja pada sektor pertanian maupun

sektor luar pertanian. Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya tenaga

kerja yang bekerja di sektor pertanian adalah pertumbuhan kesempatan kerja

di sektor lainnya, tingkat pertumbuhan PDRB dan kebijakan pemerintah.

Terutama yang berkaitan langsung dengan ketenagakerjaan.

Besarnya tenaga kerja yang bekerja persektor perekonomian di

Kabupaten Wonogiri pada tahun 2003 hingga 2007 dapat diketahui melalui

data tenaga kerja di daerah tersebut pada tahun yang bersangkutan. Dengan

menggunakan rumus pengganda tenaga kerja, maka dapat dihitung besarnya

peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja di Kabupaten

Wonogiri. Asumsinya adalah proporsi pendapatan wilayah yang dibelanjakan

di Kabupaten Wonogiri sebanding dengan proporsi tenaga kerjanya.

Progresifitas tenaga kerja yang bekerja di setiap sektor perekonomian

dari tahun 2003 sampai 2007 dapat dihitung dengan menggunakan Analisis

Shift Share klasik. Data yang digunakan adalah data tenaga kerja berdasarkan sektor perekonomian di Kabupaten Wonogiri dan di Provinsi

Jawa Tengah pada tahun yang bersangkutan. Dari perhitungan tersebut maka

akan diperoleh nilai komponen Pertumbuhan Nasional (PN), Pertumbuhan

Proporsional (PP) dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW). Penjumlahan

dari komponen PP dan komponen PPW akan diperoleh komponen Pergesaran

Bersih. Nilai dari komponen Pergeseran Bersih akan menunjukkan

(36)

xxxvi

(37)

xxxvii

Alur kerangka pemikiran penelitian untuk melihat peranan sektor

pertanian dalam penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Wonogiri dapat

(38)

xxxviii

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Tentang Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Pertanian di Kabupaten Wonogiri.

D. Asumsi-asumsi

1. Proporsi pendapatan yang dibelanjakan di Kabupaten Wonogiri sebanding dengan proporsi tenaga kerjanya.

2. Perkembangan kesempatan kerja di sektor pertanian Kabupaten Wonogiri pada masa mendatang mengikuti pola perkembangan kesempatan kerja di masa lampau.

3. Dalam memproyeksikan kesempatan kerja sektor pertanian sepuluh tahun mendatang di Kabupaten Wonogiri; perhitungannya menggunakan skenario moderat, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah di Kabupaten Wonogiri dan elastisitas kesempatan kerja antara periode analisis dan periode dasar dianggap tetap.

E. Pembatasan Masalah

1. Penelitian ini memusatkan pada analisis data tentang penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian Kabupaten Wonogiri. Data yang dianalisis adalah data penduduk Kabupaten Wonogiri yang bekerja menurut lapangan usaha utama tahun 2003 sampai tahun 2007. Data tersebut yang kemudian akan digunakan sebagai dasar untuk menentukan peranan sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja dan untuk memproyeksikan penyerapan kesempatan kerja di sektor pertanian pada tahun 2008-2017.

2. Penelitian ini menggunakan data tenaga kerja menurut lapangan usaha utama di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2003 sampai tahun 2007. Data tersebut selanjutnya dianalisis dengan Analisis Shift Share (ASS) untuk mengetahui pertumbuhan kesempatan kerja di sektor pertanian pada tahun 2003-2007.

(39)

xxxix

1. Sektor pertanian adalah sektor ekonomi yang dalam proses produksinya yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang menghasilkan barang, hewan dan ikan. Sektor pertanian meliputi sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan di Kabupaten Wonogiri.

2. Tenaga kerja (manpower) adalah seluruh penduduk dalam usia kerja yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa. Dalam penelitian ini data tenaga kerja untuk tahun 2003 hingga tahun 2006, sesuai data SUSENAS menggunakan patokan umur sepuluh tahun keatas tanpa batasan umur sebagai usia kerja. Namun pada tahun 2007 patokan umur usia kerja dalam data SUSENAS menjadi lima belas tahun keatas tanpa batasan umur. Hal ini untuk menyesuaikan dengan patokan umur International Labor Organisation (ILO). Kemudian untuk jumlah tenaga kerja, didekati

dengan jumlah orang yang bekerja di Kabupaten Wonogiri. Dinyatakan dalam satuan Orang.

3. Tenaga kerja di sektor pertanian adalah jumlah penduduk usia kerja yang mampu menghasilkan produk dan jasa yang secara nyata memberikan kontribusi pada sektor pertanian. Dalam penelitian ini, jumlah tenaga kerja di sektor pertanian didekati dengan jumlah orang yang bekerja di sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri. Dinyatakan dalam satuan Orang.

4. Angkatan kerja adalah penduduk usia lima belas tahun ke atas yang beker-ja dan tidak bekerbeker-ja tetapi mencari kerbeker-ja atau siap untuk mencari kerbeker-ja. 5. Penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian adalah kemampuan sektor

pertanian dalam menarik tenaga kerja yang digunakan dalam melaksanakan proses produksinya. Dinyatakan dalam satuan Orang.

(40)

xl

7. Kesempatan kerja di sektor pertanian adalah jumlah orang yang dipeker-jakan di sektor pertanian baik pada lowongan yang sudah terisi maupun yang belum terisi. Dalam penelitian ini kesempatan kerja didekati dengan jumlah tenaga kerja. Dinyatakan dalam satuan Orang.

8. Pertumbuhan kesempatan kerja sektor pertanian menurut Analisis Shift Share klasik adalah hasil penjumlahan persentase perubahan kesempatan

kerja yang disebabkan oleh komponen Pertumbuhan Proporsional dan komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (%).

9. Proyeksi kesempatan kerja sektor pertanian merupakan perhitungan matematis jumlah tenaga kerja di Kabupaten Wonogiri yang diserap oleh sektor pertanian pada beberapa tahun (sepuluh tahun) ke depan berdasar-kan jumlah tenaga kerja yang ada sekarang.

10.Pure forecast merupakan perhitungan proyeksi berdasarkan kejadian masa lalu. Perhitungan dilaksanakan dengan mengamati perubahan dan perkem-bangan masa lalu untuk dapat memperkirakan keadaan di masa yang akan datang.

11.Pertumbuhan kesempatan kerja sektor pertanian menurut proyeksi skenario moderat adalah perubahan kesempatan kerja di sektor pertanian dibanding dengan kesempatan kerja di sektor pertanian pada tahun sebelumnya (%).

(41)

xli

III.

METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Menurut Mardalis (2004), metode ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendiskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata lain penelitian diskrip-tif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini, dan melihat kaitan antara variabel-variabel yang ada. Penelitian-penelitian semacam ini sering dilakukan oleh pejabat-pejabat guna mengambil kebijakan atau keputusan untuk melakukan tindakan-tindakan dalam melakukan tugas-nya.

B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja, yaitu cara pengambilan daerah penelitian dengan mempertimbangkan alasan yang diketahui dari daerah penelitian tersebut (Singarimbun, 1995).

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Wonogiri, dengan pertim-bangan bahwa sektor pertanian merupakan sektor dengan kontribusi PDRB paling besar di Kabupaten Wonogiri, apabila dibandingkan dengan sektor perekonomian lainnya. Pada tahun 2003 hingga 2007 distribusi PDRB sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri mengalami fluktuasi, yaitu terjadi penurunan pada tahun 2004 dan 2007. Selebihnya kontribusi PDRB sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri mengalami peningkatan. Persentase distribusi PDRB sektor pertanian pada tahun 2003, 2004, 2005, 2006 dan 2007 berturut-turut adalah sebesar 51,58 %; 51,15 %; 51,22 %; 51,34 % dan 50,99 % (selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2. dan Tabel 3.).

Sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri juga merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam penyerapan tenaga kerja dari tahun

(42)

xlii

2003 sampai tahun 2007. Pada tahun 2004 jumlah tenaga kerja di sektor pertanian bertambah dari 325.528 orang pada tahun 2003 menjadi 347.784 orang. Namun pada tahun 2005 mengalami penurunan menjadi 304.113 orang. Dan pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2006 kembali mengalami peningkatan yaitu menjadi 321.346 orang. Kemampuan sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja pada tahun 2007 dapat dilihat dalam data Tabel 4. yang menun-jukkan bahwa jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor pertanian adalah sebanyak 345639 orang atau 64,08 % dari keseluruhan tenaga kerja di Kabu-paten Wonogiri.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Wonogiri masih merupakan lahan pertanian sehingga Kabupaten Wonogiri merupakan daerah yang bercorak agraris. Menurut BPS Kabupaten Wonogiri (2008), tiga sektor yang memberikan kontribusi terbesar pada PDRB Kabupaten Wonogiri adalah sektor pertanian; sektor perdagangan dan hotel; dan sektor jasa-jasa. Ini menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang berpengaruh penting dalam perekonomian di Kabupaten Wonogiri. Di sisi lain, penyusunan perencanaan kesempatan kerja di Kabupaten Wonogiri memerlukan informasi mengenai peranan sektor pertanian dalam penyediaan lapangan kerja dan bagaimana perkembangan dari tahun ketahunnya.

Kaedaan geografis Kabupaten Wonogiri yang berupa daratan dan perbukitan merupakan potensi yang dapat mendukung dalam sektor pertanian. Beberapa produk pertanian di Kabupaten Wonogiri adalah padi, palawija, buah-buahan, sayuran, tanaman perkebunan, kehutanan, peternakan maupun perikanan. Berdasarkan penggunaan lahan di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2007, lebih dari 98.082 ha atau 53,82 persen dari 182.236 ha keseluruhan wilayah dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian.

C. Jenis dan Sumber Data

(43)

xliii

Pangan dan Hortikultura Kabupaten Wonogiri. Data tersebut berupa data tenaga kerja Kabupaten Wonogiri dan Provinsi Jawa Tengah, data PDRB Kabupaten Wonogiri, dan kondisi umum Kabupaten Wonogiri.

D. Metode Analisis Data

1. Peranan Sektor Pertanian

Besarnya peranan sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja, dihitung dengan menggunakan angka pengganda tenaga kerja, dengan asumsi bahwa proporsi pendapatan wilayah yang dibelanjakan dalam wilayah sebanding dengan proporsi tenaga kerja wilayah. Rumusnya secara matematis adalah sebagai berikut :

S

k : Angka pengganda tenaga kerja sektor pertanian

S : Peranan sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja NP : Tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri N : Tenaga kerja total di Kabupaten Wonogiri

Angka pengganda tenaga kerja yang diperoleh, dikalikan dengan perubahan kesempatan kerja di sektor pertanian akan dihasilkan angka perubahan kesempatan kerja total dengan rumus :

ΔY = k x ΔX

Dimana: ΔY : perubahan tenaga kerja total

ΔX : perubahan tenaga kerja di sektor pertanian 2. Komponen Pertumbuhan Sektor Pertanian

Pertumbuhan kesempatan kerja sektor pertanian terhadap kesempatan kerja total wilayah dianalisis dengan menggunakan Analisis Shift Share. Secara matematik dapat dinyatakan sebagai berikut :

ΔYij = PNij + PPij + PPWij

Y'ij - Y ij = Yij (Ra - 1) + Yij (Ri - Ra) + Yij (ri - Ri) Dimana : Ra = Y' / Y

(44)

xliv ri = Y'ij / Yij

Keterangan :

PN : komponen pertumbuhan nasional PP : komponen pertumbuhan proporsional PPW : komponen pertumbuhan pangsa wilayah

Y : kesempatan kerja total Provinsi Jawa Tengah tahun 2003 Y' : kesempatan kerja total Provinsi Jawa Tengah tahun 2007 Yi : kesempatan kerja sektor pertanian Provinsi Jawa Tengah tahun

2003

Y'i : kesempatan kerja sektor pertanian Provinsi Jawa Tengah tahun 2007

∆Yij : pertumbuhan dalam kesempatan kerja sektor pertanian Kabu-paten Wonogiri

Yij : kesempatan kerja di sektor pertanian Kabupaten Wonogiri pa-da tahun pa-dasar analisis (tahun 2003)

Y'ij : kesempatan kerja di sektor pertanian Kabupaten Wonogiri pa-da tahun akhir analisis (tahun 2007)

(Ra - 1) : persentase perubahan kesempatan kerja yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan nasional

(Ri-Ra) : persentase perubahan kesempatan kerja yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan proporsional

(ri - Ri) : persentase perubahan kesempatan kerja yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan pangsa wilayah

Kriterianya adalah sebagai berikut :

PPij < 0 berarti pertumbuhan kesempatan kerja sektor pertanian Kabupaten Wonogiri lambat.

PPij > 0 berarti pertumbuhan kesempatan kerja sektor pertanian Kabupaten Wonogiri cepat.

(45)

xlv

PPWij < 0 maka sektor pertanian Kabupaten Wonogiri tidak dapat bersa-ing dengan baik apabila dibandbersa-ingkan dengan wilayah lainnya. Dari penjumlahan komponen pertumbuhan proporsional dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah, dapat diperoleh nilai pergeseran bersih (PB) yang digunakan untuk mengidentifikasi pertumbuhan kesem-patan kerja sektor pertanian Kabupaten Wonogiri. Pergeseran bersih di-nyatakan dengan rumus :

PBij = PPij + PPWij

Dimana : PBij adalah pergeseran bersih kesempatan kerja sektor perta-nian Kabupaten Wonogiri

Kriteria :

PBij > 0, maka pertumbuhan kesempatan kerja sektor pertanian Kabupaten Wonogiri termasuk ke dalam kelompok progresif (maju)

PBij < 0, maka pertumbuhan kesempatan kerja sektor pertanian Kabupaten Wonogiri termasuk ke dalam kelompok lamban 3. Proyeksi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian Tahun 2017

Perkiraan kesempatan kerja di sektor pertanian tahun 2008 sampai tahun 2017 dapat dilakukan dengan model proyeksi pure forecast seperti yang dirumuskan oleh Swasono dan Sulistyaningsih (1987), yaitu perhi-tungan proyeksi yang dilaksanakan dengan mengamati perubahan dan pola pengembangan masa lalu untuk dapat memperkirakan keadaan di masa yang akan datang. Secara sederhana dibuat persamaan :

L2017 = L2007 (1+ Gn 2017)10

Dimana : L2017 : kesempatan kerja sektor pertanian Kabupaten Wonogiri tahun 2017

L2007 : kesempatan kerja sektor pertanian Kabupaten Wonogiri tahun 2007

(46)

xlvi 10

: selisih tahun proyeksi dengan tahun akhir periode dasar proyeksi

Sedangkan menurut Molo dan Setyowati (1998) bahwa dalam pro-yeksi tenaga kerja digunakan skenario moderat di mana tingkat elastisitas kesempatan kerja dianggap sama antara periode dasar dengan periode analisis, sehingga :

EKK 2017 = EKK 2007 Gy 2017 = Gy 2007 Gn 2017 = Gn 2007 Dimana : EKK = Gn / Gy Gy = dY / Y Gn = dN / N Keterangan :

EKK : elastisitas kesempatan kerja di sektor pertanian Gn : pertumbuhan kesempatan kerja di sektor pertanian

dN : perubahan kesempatan kerja di sektor pertanian selama periode dasar (N 2007 dikurangi N 2003)

N : kesempatan kerja di sektor petanian saat tahun awal periode dasar (N = N 2003)

Gy : pertumbuhan PDRB di sektor pertanian

dY : perubahan PDRB di sektor pertanian selama periode dasar (PDRB 2007 dikurangi PDRB 2003)

(47)

xlvii

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Wonogoiri selama tahun 2003-2007 yang diamati dengan menggunakan angka pengganda tenaga kerja menunjukkan kecenderungan berfluktuasi. Rata-rata hasil perhitungan angka pengganda adalah 1,72 yang berarti bila terjadi peningkatan satu kesempatan kerja di sektor pertanian maka dapat meningkatkan kesempatan kerja secara keseluruhan dalam perekonomian sebanyak satu hingga dua kesempatan.

2. Progresifitas pertumbuhan kesempatan kerja di sektor pertanian Kabupaten Wonogiri termasuk kelompok lamban.

3. Berdasarkan hasil proyeksi pure forecast, diperoleh hasil proyeksi kesem-patan kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2017 sebesar 329.366 orang atau diperkirakan selama tahun 2008-2017 terjadi kenaikan kesempatan kerja di sektor pertanian sejumlah 101.304 orang dengan rata-rata kenaikan kesempatan kerja setiap tahunnya sejumlah 10.130 orang.

B. Saran

1. Banyaknya tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri yang memilih untuk boro disebabkan karena pendapatan dan nilai tambah dari produksi pertanian yang rendah. Oleh karena itu dukungan pemerintah daerah guna meningkatkan nilai tambah produksi pertanian tersebut sangat diperlukan, dengan memacu pertanian on farm menjadi pertanian on farm-off farm.

2. Fenomena nilai PP negatif sedangkan nilai PPW positif terjadi karena sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri baru mengandalkan faktor alam guna memperoleh produksi yang sebesar-besarnya, tanpa memperhatikan kualitas hasil produksi. Jadi perlu adanya teknologi budidaya tepat guna

(48)

xlviii

agar produk pertanian di Kabupaten Wonogiri juga memiliki keunggulan kompetitif, selain keunggulan komparatif.

3. Tingginya peluang kesempatan kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri di waktu yang akan datang tidak diimbangi dengan progresifitas pertumbuhan tenaga kerjanya. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan kesadaran masyarakat mengenai potensi sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri agar pekerjaan pada sektor pertanian tidak lagi dianggap sebagai pekerjaan yang identik dengan kesejahteraan yang rendah.

(49)

xlix

DAFTAR PUSTAKA

Amin, R. 2006. Peranan Sektor Pertanian dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Semarang. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitans Sebelas Maret: Surakarta

Apriyantono, A. 2005. Arah Kebijakan Pembangunan Pertanian Nasional pada Kabinet Indonesia Bersatu. http://fp.brawijaya.ac.id. Diakses pada tanggal 8 November 2008 pukul 01.00

Arsyad, L. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE UGM: Yogyakarta

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2009. Prima Tani Kabupaten Wonogiri. http://jateng.litbang.deptan.go.id/ind/. Diakses tanggal 29 Desember 2009 pukul 02.00

Bappeda Kabupaten Wonogiri. 2009. Profil Daerah Kabupaten Wonogiri. Pemda Kabupaten Wonogiri: Wonogiri

Bappenas. 2006. Perangkat Analisis untuk Perencanaan. http://www.bappenas.go.id/index/php. Diakses tanggal 28 Desember 2008 pukul 01.00

BPS. 2009. Statistik Indonesia Pengangguran Terbuka. http://www.datastatistik-indonesia.com/. Diakses tanggal 30 Mei 2009 pukul 01.00

BPS Kabupaten Wonogiri. 2008. Wonogiri Dalam Angka. BPS Kabupaten Wonogiri: Wonogiri

BPS Nasional. 2008. Statistik Indonesia 2007. BPS Nasional: Jakarta

Brawijaya. 2008. Arah Pembangunan Sektor Pertanian Masa Datang. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. http://www.fp.brawijaya.ac.id. Diaskses pada 30 Mei 2009 pukul 01.30

Budiharsono, S. 2005. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Pradnya Paramita: Jakarta

Gambar

Tabel 1. Tingkat Pengangguran Terbuka Indonesia Tahun 2003-2007
Tabel 2.  Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun 2000 Kabupaten Wonogiri Tahun 2003-2007
Tabel 3.  Perkembangan Komposisi Penduduk yang Bekerja Menurut Lapang-an Usaha Utama di Kabupaten Wonogiri Tahun 2003-2007 (orang)
Tabel 4.  Distribusi Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Wonogiri Tahun 2003-2007
+2

Referensi

Dokumen terkait

Disini penulis mencoba membuat alat pengukur tinggi dan berat badan menggunakan sensor ultrasonik HCSR-04 dan Sensor load cell yang hasil pengukurannya tidak

Teknik pembelajaran wait time adalah suatu teknik yang digunakan dalam pembelajaran dengan memberikan waktu tunggu kepada peserta didik untuk berfikir dan guru

Ibrahim berkata: Sesungguhnya Allah telah memilih Islam sebagai agamamu, sebab itu janganlah kamu meninggal melainkan dalam memeluk agama Islam (QS..

Puji syukur atas anugerah yang diberikan Tuhan YME akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Kemampuan Kinerja Keuangan dalam Membentuk Model

Berdasarkan angka sementara hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013, jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Seram Bagian Barat mengalami

success.” Pemberdayaan adalah suatu konsep psikologis dengannya karyawan memiliki pengalaman yang lebih dalam hal (1) self-determination – karyawan memiliki (a)

Selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, dan selaku Dosen Pembimbing I, yang telah berusaha meluangkan waktu dan memberi kesempatan

Dengan alasan tersebut peneliti membuat gagasan untuk membangun sebuah aplikasi yang bisa menyajikan informasi persebaran peserta BPJS Kesehatan, agar BPJS Kesehatan