• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian - Keanekaragaman Arthropoda Hasil Koleksi Metode Canopy Knockdown Di Hutan Alami Kawasan Wisata Alam Bukit Tangkiling - Digital Library IAIN Palangka Raya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian - Keanekaragaman Arthropoda Hasil Koleksi Metode Canopy Knockdown Di Hutan Alami Kawasan Wisata Alam Bukit Tangkiling - Digital Library IAIN Palangka Raya"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian,1 menggunakan metode survei dengan teknik eksplorasi yaitu segala cara untuk menetapkan lebih teliti atau seksama dalam suatu penelitian,2 dan dokumentasi. Langkah-langkah dalam penelitian deskripsi ini adalah mengumpulkan spesimen, mengidentifikasi, mengklasifikasi, mendeskripsi, dan menghitung indeks nilai penting Lebih rinci lagi pencuplikan dilakukan dengan menggunakan metode Canopy Knockdown atau yang biasa disebut Canopy Fogging.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 08 Juni 2014 sampai dengan 25 Juli 2014. Sedangkan tempat atau lokasi penelitian berlokasi di kawasan Hutan Alami Wisata Alam Bukit Tangkiling, kelurahan Tumbang Tahai kecamatan Bukit Batu kota Palangka Raya.

1

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta : PT Raja Grafindo, 2010. h. 76. 2

(2)

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian3

3

(3)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah Keseluruhan subjek penelitian.4 Sedangkan populasi dalam penelitian ini adalah semua famili arthropoda yang terdapat di Kawasan Hutan Alami Wisata Alam Bukit Tangkiling, kelurahan Tumbang Tahai kecamatan Bukit Batu kota Palangka Raya. 2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.5 Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah semua famili arthropoda yang dapat ditemukan dan ditangkap pada lokasi penelitian dengan menggunakan metode Canopy Knockdown.

D. Alat dan Bahan

Alat (Tabel 3.1) dan bahan (Tabel 3.2) yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1 Bahan

No. Nama Bahan Jumlah

1. Insektisidan pyrethroid 20 ml

2. Ethanol 70% 800 ml

3. Air (H2O) 80 liter

4

Moh. Nazir, Metodologi Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988. h. 64. 5Ibid,

(4)

Tabel 3.2 Alat

No. Nama Alat Jumlah

1. Sling Psychometer/ Thermometer 1

2. Sprayer Solo Tipe Port 423 1

3. Botol Sampel 20

4. Payung Penampung 20

5. Botol Vial 20

6. Tali Tambang Besar 1

7. Tali Tambang Kecil 1

8. Mikroskop Cahaya 1

9. Alat Tulis 1

10. Kertas Tempel 40

11. Kamera Photo 1

12. Kuas 1

E. TeknikSampling

Untuk pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik

Purposive Sampling (sampel bertujuan), yaitu pengambilan sampel

berdasarkan ordo arthropoda yang di temukan di Kawasan Hutan Alami Taman Alam Bukit Tangkiling. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, yaitu alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh,6 yaitu dengan mengambil sampel berdasarkan ordo arthropoda yang ditemukan dan berhasil dicuplik dengan menggunakan metode yang dikenal dengan Canopy Knockdown, atau Canopy Fogging.

6

(5)

F. TeknikPengumpulanData

Pengumpulan data di lapangan menggunakan metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda yang ada di Kawasan Hutan Alami Wisata Alam Bukit Tangkiling, kelurahan Tumbang Tahai kecamatan Bukit Batu kota Palangka Raya. Data yang dikumpulkan meliputi nama daerah, habitat, nama ilmiah dan ciri-ciri morfologi setiap ordo arthropoda yang diperoleh.

Menentukan nama daerah dilakukan melalui wawancara terbuka dengan penduduk setempat, untuk mengetahui habitat arthropoda dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lokasi penelitian sedangkan penentuan nama ilmiah tiap sampel, diidentifikasi menggunakan cara mencocokkan dengan gambar atau sampel yang sudah diidentifikasi serta dengan menggunakan kunci determinasi oleh Boror dkk, Jumar serta referensi yang lain. Pengidentifikasian sampel ini dilakukan di laboraturium Biologi STAIN Palangka Raya, dan hasil identifikasi tersebut kemudian diklasifikasikan berdasarkan takson hingga tingkat Ordo.7

7

(6)

G. Prosedur Kerja Penelitian 1. Penentuan Lokasi Penelitian

Kegiatan dari observasi lapangan ini merupakan tahap awal sebelum penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mencari informasi dan gambaran mengenai objek yang akan diteliti dan serta lokasi yang akan dijadikan tempat pengumpulan sampel / pencuplikan.

2. MenentukanWilayahSampling

Menentukan wilayah sampel dengan menggunakan metode yang telah ditentukan oleh IBOY (Indonesia Biodiversity Of Year) yaitu dengan sistem Koordinat Cartesian, dimana pada masing-masing komunitas tumbuhan yaitu Hutan Alami Kawasan Wisata Alam Bukit Tangkiling diambil plot seluas 1 Ha. Setelah itu plot dibagi-bagi menjadi petak berukuran 10 x 10 m, sehingga dalam plot terdapat 100 petak-petak kecil. Dalam Plot yang telah terbagi, ditentukan aksis x dan y, sehingga setiap titik dalam plot dapat ditentukan secara acak dan ditunjukkan dengan koordinat.8 Teknik merupakan suatu teknik pengumpulan data yang biasa digunakan untuk populasi sampel yang sangat luas9, dimana area yang luas tersebut (533 hektar) di ambil 1 Ha yang akan menjadi plot permanen yang kemudian plot permanen ini dibagi lagi menjadi beberapa subplot. Kemudian dari subplot-subplot tersebut dipilih 4 subplot secara acak.

8 Dwi Tjahjaningrum, “Keanekaragaman dan Struktur Komunitas Arthropoda di Dua Komunitas Hutan Tangkuban Perahu Jawa Barat Hasil Analisis Perangkap Jendela”, Skripsi,

Bandung : ITB, 2003. H. 19 9

(7)

100 90

80

70

60

50

40

30

20

10

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 X

Y

Penentuan area sampel (subplot) juga dilakukan dengan cara Judgment Sampling, yaitu penentuan wilayah sampel dipilih berdasarkan penilaian

peneliti bahwa wilayah tersebut merupakan wilayah yang paling baik untuk dijadikan wilayah sampel, dengan membagi populasi ke dalam kelompok-kelompok yang homogen.10

Untuk lokasi titik pengambilan sampel (subplot) pada Hutan Alami Kawasan Wisata Alam Bukit Tangkiling dapat dilihat pada gambar 3.2.

Koordinat subplot dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Denah pemilihan subplot pada plot permanen untuk pencuplikan

Pemilihan 4 subplot didasarkan dari struktur habitat yang memungkinkan sebagai lokasi pencuplikan untuk memudahkan dan mengurangi kerusakan yang ditimbuilkan dalam pemasangan kelengkapan dalam subplot agar tidak merusak kelestarian kawasan dan sekitarnya, serta berdaraskan keberadaan arthropoda itu sendiri.

10

(8)

Tabel 3.3 Lokasi Subplot dalam plot permanen 1 Ha di Kawasan Hutan Alami Bukit Tangkiling, Palangka Raya

Subplot Koordinat Ketinggian

Tajuk Vegetasi

I (10,90) 9 m

Pohon : Accacia mangium, Havea brasiliensis, Leuchaena leucephala,

Macarang javanica, Pithecelobium jiringa, Eucrycoma Longifolia, dan

Artocarpusheterophyllus.

Herba : Lavandula angustifolia,

Bambusa arundinacea, Ochthocharis bornensis, Manihot utilistima, Ananas

comosus, dan paku-pakuan

(Genioplebiumsp.)

II (20.50) 10 m

Pohon : Accacia mangium, Tristania abovata, Macaranga, Vitex sp.,

Artocarpus heterophyllus, dan Elaeis guinensis.

Herba : Musa paradisiaca, Bambusa arundinacea, Ochthocharis bornensis,

Manihot , Ananas comosus, dan paku-pakuan (Genioplebiumsp.)

III (40,80) 13 m

Pohon : Accacia mangium, Havea brasiliensis, Leuchaena leucephala,

Macaranga javanica, Pithecelobium jiringa, Eucrycoma Longifolia,

Artocarpusheterophyllus.

Herba : Bambusa arundinacea,

Manihot utilistima, dan paku-pakuan. (Genioplebiumsp.)

IV (70,30) 15 m

Pohon : Accacia mangium, Durio zibethinus, Macaranga javanica,

Shorea sp., Artocarpus heterophyllus,

Pinus merkusii, Shorea sp,

Pithecelobium jiringa, dan Garcinia mangostana)

(9)

3. Pelaksanaan Pengamatan/PencuplikanSampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara memasang plot dan kemudian subplot pada seluruh wilayah sampling yang sudah ditentukan secara bertahap. Setiap specimen arthropoda yang didapat segera disimpan dalam botol vial yang berisi larutan pengawet yang sudah disiapkan.

Pencuplikan dilakukan dengan menggunakan metode Canopy

Knockdown atau biasa juga disebut Canopy Fogging. Teknik ini pernah

digunakan dalam skala besar di Australia.11 Metode ini lebih diutamakan untuk mencuplik arthropoda secara umum (terbang dan tidak terbang yang hidup di tajuk hutan).

Pengambilan sampel dilakukan selama empat hari berturut-turut pada pagi hari yaitu di usahakan tepat antara pukul 08.00 WIB – 09.00 WIB dan sedapat mungkin dilakukan pada periode yang tidak berangin. Tiap subplot menghasilkan 20 botol sampel. Hasil koleksi ini selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk proses sorting lebih lanjut.

Sebelum melakukan pencuplikan, terlebih dahulu dipersiapkan peralatan yang digunakan untuk pencuplikan, yaitu:

(a) Sebuah sprayer solo tipe port 423 (Gambar 3.3).

(b) Payung-payung penampung berwarna putih dengan ukuran 80 cm (Gambar 3.5 dan 3.7). Pada bagian tengah payung penampung terdapat lubang dengan karet elastik untuk menempatkan botol vial (Gambar 3.6). botol vial tersebut diisi dengan ethanol 70%.

11Gracemetarini A. “Keanekaragaman Jenis Arthropoda dari Hasil Koleksi Metode

(10)

(c) Insektisida pyrethroid merk Torebon (buatan Santou Chemical Farma Sionogi Jepang) yang digunakan untuk membunuh spesimen.

(d) Tali tambang besar dan kecil. Tambang plastik kecil digunakan untuk membuat kotak-kotak (grid) dalam subplot yang nantinya digunakan untuk menggantungkan payung-payung penampung, sedangkan tambang plastik besar digunakan untuk menarik sprayer ke tajuk pohon dan mengatur semburan insektisida (Gambar 3.4).

Gambar 3.3 Sprayer Solo Tipe 42312

Secara terperinci tahapan penelitian identifikasi adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Menyiapkan larutan insektisida yaitu dengan cara melarutkan 20 ml insektisida dengan 20 liter air.

3. Membuat grid (kotak-kotak) pada subplot yang telah ditentukan sebelumnya untuk mengaitkan payung-payung penampung.

12

Keulemans, J., et al. "Reduction of Fungicides to Control Apple Scab on a Partial Resistant Cultivar, Based on Type of Chemical, Biological and Climatological Conditions."

(11)

4. Memasang tali tambang besar dan tali tambang kecil pada tajuk pohon dan mengikatkannya pada sprayer yang telah diisi dengan insektisida. - Tali tambang besar untuk mengatur tinggi rendah sprayer

- Tali tambang kecil untuk mengatur arah semprotan sprayer

5. Memasang payung-payung penampung pada grid yang telah dibuat sebelumnya.

6. Mengatur suhu dan kelembaban udara pada lokasi penelitian.

7. Menghidupkan dan menaikkan secara perlahan sprayer yang telah di isi dengan larutan insektisida dengan cara menarik tambang besar. 8. Mengatur arah semburan sprayer selama sprayer berada di atas dengan

cara menarik tali tambang kecil yang di ikatkan pada sprayer agar semburannya merata.

9. Setelah lima menit, selanjutnya menurunkan dan mematikan sprayer kemudian area pencuplikan didiamkan selama setengah jam sampai dengan satu jam dan kemudian melakukan pengkoleksian arthropoda yang jatuh pada payung-payung penampung dengan menggunakan kuas.

10.Menyapu secara perlahan spesimen-spesimen yang jatuh pada payung-payung ke arah pusat hingga semuanya masuk ke dalam botol vial yang telah diisi dengan ethanol 70% yang terdapat pada pusat payung penampung.

(12)

12.Membawa hasil koleksi ke laboratorium yang telah ditentukan sebelumnya yaitu Laboratorium Biologi STAIN Palangka Raya untuk proses determinasi dan identifikasi.

Pada pencuplikan ini dibutuhkan minimal tiga orang, dua orang untuk menarik tali tambang besar agar sprayer ini terangkat ke tajuk pohon dan satu orang mengatur arah semprotan sprayer dengan menggunakan tambang plastik besar yang terikat pada sprayer dengan tujuan agar semburannya dapat homogen. Ketiga orang ini melakukan kerja di luar area pencuplikan.

Gambar 3.4 Suasana Pencuplikan Pada Subplot13

13Gracemetarini A. “Keanekaragaman Jenis Arthropoda dari Hasil Koleksi Metode

(13)

Gambar 3.5 Sketsa Payung Penampung14

Gambar 3.6 Perbesaran Tempat Botol Vial Pada Payung Penampung (Collecting Hoop)15

Gambar 3.7 Sebuah Payung Penampung (Collecting Hoop)16

(14)

Setelah pencuplikan selesai dilakukan, sampel dibawa ke laboraturium untuk dianalisis lebih lanjut dengan cara melakukan proses determinasi dan identifikasi dari sampel yang dikoleksi sampai tingkat ordo. Pekerjaan ini dilakukan di laboratorium Biologi STAIN Palangka Raya dengan menggunakan mikroskop stereo perbesaran 5x. Identifikasi dilakukan dengan pengamatan morfologi arthropoda berdasarkan ordonya. Buku acuan yang digunakan adalah Borror, Jumar dan referensi yang lain.

Spesimen yang telah di identifikasi kemudian diawetkan dengan menggunakan awetan basah. Spesimen yang didapat disimpan dalam botol sampel 5 ml yang telah diisi dengan ethanol 70% sampai setengahnya sebagai pengawet. Kemudian botol sampel diberi label nama, ordo, dan waktu pencuplikannya.

4. Tabulasi Data

Setelah melakukan pencuplikan arthropoda serta pengklasifikasian arthropoda maka data ditabulasikan berdasarkan lokasi subplot dan waktu pencuplikan seperti pada tabel hasil pengamatan berikut :

a. Tabulasi Data Hasil Pengamatan pada Subplot I

(15)

Tabel 3.4 Tabulasi Data Hasil Pengamatan Subplot I

b. Tabulasi Data Hasil Pengamatan pada Subplot II

Tabel hasil pengamatan ini merupakan tabulasi data yang diperoleh dari hasil pencuplikan pada subplot II yang bertujuan untuk mengetahui ordo arthropoda yang ditemukan pada lokasi ini. Tabel hasil pengamatan subplot II dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5 Tabulasi Data Hasil Pengamatan Subplot II

c. Tabulasi Data Hasil Pengamatan pada Subplot III

Tabel hasil pengamatan ini merupakan tabulasi data yang diperoleh dari hasil pencuplikan pada subplot III yang bertujuan untuk mengetahui ordo arthropoda yang ditemukan pada lokasi ini. Tabel hasil pengamatan subplot III dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut.

No. Ordo Jumlah

(16)

Tabel 3.6 Tabulasi Data Hasil Pengamatan Subplot III

a. Tabulasi Data Hasil Pengamatan pada Subplot IV

Tabel hasil pengamatan ini merupakan tabulasi data yang diperoleh dari hasil pencuplikan pada subplot IV yang bertujuan untuk mengetahui ordo arthropoda yang ditemukan pada lokasi ini. Tabel hasil pengamatan subplot IV dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut.

Tabel 3.7 Tabulasi Data Hasil Pengamatan Subplot IV

No. Ordo Jumlah

(17)

5. Diagram Alur Prosedur Kerja

Pendahuluan

Persiapan

Melakukan observasi di lokasi

penelitian.

Menentukan lokasi pengambilan

sampel / pencuplikan.

PencuplikanSampel

Menentukan dan membagi subplot (grid) di lokasi pencuplikan.

Melakukan pengkoleksian dan hasil koleksi dikumpulkan kedalam botol vial yang telah diisi ethanol 70%. ProsesIdentifikasi

Arthropoda yang ada di dalam botol vial di keluarkan untuk kemudian dilakukan proses identifikasi.

Mengidentifikasi arthropoda dengan bantuan dari buku acuan yang

digunakan, yaitu buku Boror,

Pengenalan Pelajaran Serangga “Edisi Keenam” serta referansi yang lain.

Pengawetan

Analisis Data

Arthropoda yang telah dikumpulkan dihitung keanekaragaman ordonya

dengan rumus keanekaragaman

Shanon-Wiener (H’)

Melakukan perhitungan Indeks

dominasinya dengan Rumus Dominasi Simpson (C)

Spesimen yang telah di identifikasi

kemudian diawetkan dengan

menggunakan awetan basah.

(18)

H. TeknikAnalisisData

Data yang didapat dari hasil identifikasi, selanjutnya dikelompokkan berdasarkan periode pencuplikan dimana kemudian dihitung untuk mengetahui keanekaragaman arthropoda yang didapat dan untuk mengetahui ordo yang mendominasi pada wilayah tersebut. Besaran-besaran ini dihitung dengan rumus :

1) Indeks keanekaragaman Shannon. Indeks ini secara umum biasanya digunakan untuk mengetahui komunitas yang memiliki keanekaragaman yang lebih tinggi, nilai keanekaragaman sampel dalam suatu komunitas dapat dilihat dari nilai indeks keanekaragaman Shannon. Semakin tinggi indeks yang dihasilkan, berarti keanekaragaman di komunitas tersebut juga semakin tinggi. Apabila indeks yang dihasilkan rendah, berarti keanekaragaman dari komunitas tersebut juga rendah.17

Adapun rumusnya yaitu sebagai berikut :

H’ = indeks keanekaragaman

Pi = proporsi individu dari suatu spesies per total individu dalam sampel18

Alasan digunakannya indeks keanekaragaman Shannon, selain karena umum digunakan juga dikarenakan indeks ini memiliki

17Tuti Irma, “Inventarisasi Arthropoda Di Lingkungan STAIN Palangka Raya”,

Skripsi, Palangka Raya : STAIN, 2013. h. 32.

18

Agus Dharmawan, dkk., Ekologi Hewan, Malang : Universitas Negeri Malang, 2005, h. 123.

(19)

perhitungan yang tidak terlalu rumit dengan hasil yang ckup akurat. Hanya saja kekurangan indeks ini adalah kesulitan untuk memasukkan semua spesies yang terdapat dalam satu komunitas kedalam sampel sehingga dapat mengurangi keakuratan perhitungannya. Tetapi kelemahan ini akan berkurang seiring dengan meningkatnya proporsi spesies yang terwakilkan dalam sampel.19

Nilai dari indeks keanekaragaman Shanon biasanya berkisar antara 1,5 sampai dengan 3,5.

1,5 : Keanekaragaman rendah 1,5 – 3,5 : Keanekaragaman sedang 3,5 : Keanekaragaman tinggi

2) Indeks Dominansi (C) dari Simpson. Selain indeks keragaman jenis menggunakan formulasi Shanon Weiner dihitung pula indeks dominansi, indeks dominansi digunakan untuk memperoleh informasi mengenai jenis tanaman penutup tanah yang mendominasi pada suatu komunitas pada tiap habitat. Indeks dominansi yang dikemukakan oleh Simpson menurut Ludwid dan Reynold (1988) yaitu:

∑( ⁄ )

Keterangan :

ni : Jumlah total individu dari 1 jenis N : Total individu dari seluruh jenis

(20)
(21)

I. JadwalPenelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Juli 2014. Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam Tabel 3.8 sebagai berikut:

Tabel 3.8 Jadwal Kegiatan Penelitian

No. Kegiatan. April Mei Juni Juli

1. Perijinan persiapan

penelitian x

2. Konsultasi persiapan

penelitian x

3. Persiapan alat dan

bahan x

4. Pelaksanaan

penelitian x x x x x x x

5. Pengambilan data x x

6. Analisis data x x

7. Pembahasan data x x

8. Penyusunan laporan x x

Bulan No. Tahapan kegiatan

Lanjutan Agustus September Oktober November 1. Konsultasi kepada

pembimbing x x x x x x x x x x x x x

2. Munaqasyah x

Gambar

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian3
Tabel 3.1 Bahan
Tabel 3.2 Alat
Gambar  3.2 Denah pemilihan subplot pada plot permanen untuk pencuplikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengamatan dilapangan, ditemukan anggrek epifit menempel pada pohon-pohon tinggi yang membentuk naungan untuk lantai hutan atau pada pohon yang lebih rendah.

a) Observasi atau menjelajahi hutan di Kelurahan Kanarakan Tangkiling Kota Palangka Raya yang bertujuan untuk menemukan spesimen tumbuhan makroepifit dan mengetahui

Deskripsi jenis tumbuhan paku yang ditemukan di kawasan hutan Kelurahan Kanarakan Tangkiling Kota Palangka

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di kawasan hutan Kelurahan Kanarakan Tangkiling Kota Palangka Raya ditemukan 21 jenis tumbuhan makroepifit yang terdiri

Spesimen tumbuhan data populasi yang sudah ditemukan dan. dikumpulkan, kemudian diidentifikasi, dideskripsikan, diklasifikasikan

diperoleh dari perangkap pada lahan daun bawang yang bertujuan.. untuk mengetahui jenis serangga yang berhabitat pada lahan daun. bawang.

Pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa hasil pengamatan serangga yang tertangkap pada lahan pertanaman kakao dengan teknik pengendalian hama terpadu (PHT) terdiri dari 12 ordo dan

Anggrek tanah yang merupakan anggrek yang hidup di permukaan tanah dan nutrisinya diperoleh dari dalam tanah (Soeryowinoto, 1984), maka keadaan tanah yang banyak mengandung unsur