• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - TINJAUAN KRIMINOLOGIS PEMBUNUHAN TERHADAP DUKUN SANTET (Studi Kasus Desa Buko, Kec. Buko Selatan Banggai Kepulauan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - TINJAUAN KRIMINOLOGIS PEMBUNUHAN TERHADAP DUKUN SANTET (Studi Kasus Desa Buko, Kec. Buko Selatan Banggai Kepulauan)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

610 TINJAUAN KRIMINOLOGIS PEMBUNUHAN TERHADAP DUKUN SANTET (Studi Kasus Desa Buko, Kec. Buko Selatan Banggai Kepulauan)

Elpianus Benny D Yusman Kartini Malarangan

Abstrak

Karya ilmiah ini berjudul Tinjauan Kriminologis Pembunuhan Terhadap Dukun Santet, yang juga menjadi pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadi pembunuhan terhadap dukun santet dan upaya penanggulangan supaya tidak terjadi lagi pembunuhan terhadap dukun santet. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisa untuk memberikan gambaran jelas dan konkrit terhadap objek yang dibahas secara kualitatif dan selanjutnya data tersebut disajikan secara deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Buko Kec. Buko Selatan Banggai Kepulauan dengan mengunakan teknik pengumpulan data dengan cara penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan langsung kepada narasumber yang terkait dengan persoalan yang dibahas oleh penulis. Pembunuhan yang dilakukan sekelompok warga masyarakat terhadap seseorang yang mereka sebut sebagai dukun santet. Pembunuhan adalah kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain, untuk menghilangkan nyawa orang lain itu, seseorang pelaku harus melakukan sesuatu atau suatu rangkaian tindakan yang berakibat dengan meninggalnya orang lain dengan catatan bahwa opzet dari pelakunya harus ditujukan pada akibat berupa meninggalnya orang lain tersebut. Dukun merupakan suatu profesi yang dikaitkan dengan ilmu klenik, takhyul, dan hal-hal yang berkesan kuno serta keterbelakangan. Santet adalah masalah klasik yang muncul bersamaan dengan adanya rasa tamak pada manusia yang tertuang dalam perasaan cemburu, iri dengki, senang berkuasa dan membalas dendam. Hubungan ini telah terjalin sejak lama, yakni sejak hari-hari pertama keberadaan manusia dimuka bumi hingga sekarang sesuai dengan kondisi dan keyakinan mereka. Kesimpulan dari penulisan ini adalah bahwa.

Kata kunci : warga masyarakat, pembunuhan, dukun dan santet

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang benar-benar menjunjung tinggi hak asasi manusia serta menjamin warga negara bersama kedudukannya dalam hukum dan

pemerintahan yang tidak ada kecualinya, sedangkan untuk menjamin ketaatan dan kepatuhan terhadap hukum adalah di tangan semua warga negara. Kejahatan tindak pidana merupakan salah satu bentuk

“perilaku menyimpang” yang selalu ada

(2)

611 Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana Indonesia yang selanjutnya disingkat (KUHP), dalam pidana pokoknya mencantumkan pidana mati dalam urutan pertama. Pidana mati di Indonesia merupakan warisan kolonial Belanda, yang sampai saat ini masih tetap ada. Sementara praktik pidana mati masih diberlakukan di Indonesia, Belanda telah menghapus praktik pidana mati sejak tahun 1870 kecuali untuk kejahatan militer. Kemudian pada tanggal 17 Febuari 1983, pidana mati dihapuskan untuk semua kejahatan. Tentu saja hal ini merupakan hal yang sangat menarik. Karena pada saat diberlakukan di Indonesia melalui asas konkordansi, di negara asalnya Belanda ancaman pidana mati sudah dihapuskan.

Pembunuhan berencana dalam

KUHP diatur dalam pasal 340 adalah “

Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh

tahun”. Pembunuhan berencana itu dimaksudkan oleh pembentuk undang-undang sebagai pembunuhan bentuk khusus yang memberatkan, yang

rumusannya dapat berupa “pembunuhan

yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu dipidana karena pembunuhan

dengan rencana”. Berdasarkan apa yang diterangkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa merumuskan pasal 340 KUHP dengan cara demikian, pembentuk undang-undang sengaja melakukannya dengan maksud sebagai kejahatan yang berdiri sendiri.1

Salah satu tindak pidana yang dilakukan oleh masyarakat adalah tindak pidana pembunuhan. Pembunuhan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan/merampas jiwa orang lain. Selain itu pembunuhan dianggap perbuatan yang sangat terkutuk dan tidak berperikemanusiaan. Dipandang dari sudut agama, pembunuhan merupakan suatu yang terlarang bahkan tidak boleh dilakukan.

Di dalam tindak pidana pembunuhan yang menjadi sasaran si pelaku adalah jiwa nyawa seseorang yang tidak dapat diganti dengan apapun. Dan perampasan itu sangat bertentangan dengan Undang-Undang Negara Republik Indonesia 1945 pasal 28A yang berbunyi:

“setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan

kehidupannya”.

Apabila kita melihat ke dalam KUHP, segera dapat diketahui bahwa pembentuk undang-undang telah

1

(3)

612 bermaksud mengatur ketentuan ketantuan

pidana tentang kejahatan-kejahatan yang ditujukan terhadap nyawa orang itu dalam Buku ke II Bab ke-XIX KUHP yang terdiri dari tiga belas pasal, yakni dari Pasal 338 sampai dengan Pasal 350.2

Pada tahun 2007 telah terjadi pembunuhan yang dilakukan oleh beberapa orang yang mengatas namakan warga Desa Buko Kecamatan Buko Selatan. Warga masyarakat tersebut menyusun sebuah rencana untuk melakukan pembunuhan terhadap seseorang yang di sebut sebagai dukun santet di Desa Buko. Dalam menyusun strategi untuk pelakasanaan pembunuhan terhadap seseorang yang di sebut sebagai dukun santet di desa itu.3

Telah terjadi tindak pidana pembunuhan yang mengakibatkan meninggal dunia pada hari kamis tanggal 22 maret 2007 jam 11.55 Wita di Desa Buko Kecamatan Buko Selatan Kabupaten Banggai Kepulauan tepatnya di depan jalan raya. Pekarangan Markus Kalaseka, telah terjadi pembunuhan terhadap Umar Malinggong yang disebut sebagai dukun santet dengan barang bukti berupa kayu balok yang digunakan membunuh korban sehingga korban meninggal dunia.

2

P.A.F.,Lamintang, Theo Lamintang, Kejahatan Tarhadap Nyawa, Tubuh, dan Kesehatan, Cetakan Kedua, Jakarta, Sinar Grafika, 2012, hlm 11.

3

Hasil wawancara dengan salah satu pelaku pembunuhan (dirumah pelaku, Desa Berdikari) tanggal 20 Agustus 2015.

Alasan para warga masyarakat melakukan pembunuhan pada saat itu yaitu karena ada korban yang sakit yang bernama Suryani dan telah dibawah kepuskesmas lumbia-lumbia untuk diobati tetapi tidak ada penyakit yang dideritanya setelah melakukan pemeriksaan oleh tim mendis tetapi si Suryani tidak ada penyakit, tetapi si Suryani ini mengalami sakit yang sangat parah sekali.4 Kemudian si Suryani kemasukan tidak sadarkan diri berlari dari puskemas lumbi-lumbia sampai di Desa Buko langsung kerumah dukun santet yang bernama Umar Malinggong minta untuk diobati, namun karena tidak mau diobati oleh dukun tersebut.

Warga masyarakat Desa Buko Kecamatan Buko Selatan Banggai Kepulauan yang ketika itu telah datang disekitar kompleks rumah dukun telah terpancing amarah yang dikaitkan dengan isu bahwa dukun tersebut memiliki ilmu hitam. Dengan kata lain bahwa sebelumnya pernah mengancam akan meracuni air bersih, memasang bom digereja saat peresmian dan orang-orang yang ia pernah ancam akan membunuh dengan santet telah meninggal sebanyak 20 (dua puluh) orang dan masih banyak lagi perlakuan si Umar Malinggong (dukun

4

(4)

613 santet) yang sangat meresakan warga

masyarakat Desa Buko Kecamatan Buko Selatan Kabupaten Banggai Kepulauan. Ditambah pada tanggal 22 maret 2007 sekitar jam 10.00 Wita itu perempuan yang bernama Suryani kemasukan dan menyebut nama lelaki Umar Malinggong (Dukun Santet) ketika itu perempuan tersebut meminta untuk diobati oleh lelaki umar (Dukun santet) namun ia tidak mau mengobatinya.5

Adapun yang menjadi pelaku pembunuhan terhadap dukun santet di Desa Buko Kecamatan Buko Selatan Kabupaten Banggai Kepulauan yaitu sebagai berikut:

1. Arianto Tunggul (Petani) 2. Ernia Molidako (Petani) 3. Thomas Sadali (Petani) 4. Hermon Dalaman (Petani) 5. Apoja Sadali (Petani) 6. Roy Dalaman (Petani) 7. Yesaya Mbolian (Petani) 8. Edi Dalaman (Petani) 9. Toni Kapung (Petani) 10.Mira Tunggul (Petani)

Adapun yang menjadi saksi-saksi dalam kasus pembunuhan terhadap dukun santet di Desa Buko Kecamatan Buko

5

Hasil wawancara dengan mantan Kades Desa Buko Kecamatan Buko Selatan Banggai Kepulauan hari sabtu 14 November 2015 jam 10.00 Wita.

Selatan Banggai Kepulauan yaitu sebagai berikut:

1. Almarhum H. Kahar Kuatan (Polri) 2. Sutri Malingong (Tukang Ojek) 3. Pina Lambala (Petani)

4. Edi Pakide (PNS) 5. Omri Kopotini (Kadus)

6. Martinus Kalaseka (Mantan Kades pada tahun 2007 pada saat kasus terjadinya pembunuhan di Desa Buko).6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Faktor-faktor apakah yang

menyebabkan terjadinya pembunuhan terhadap dukun santet di Desa Buko Kec. Buko Selatan Banggai Kepulauan? 2. Bagaimana upaya penanggulangan

supaya tidak terjadi lagi pembunuhan terhadapa dukun santet di Desa Buko Kec. Buko Selatan Banggai Kepulauan? II.PEMBAHASAN

A. Faktor-faktor penyebab terjadinya pembunuhan terhadap dukun santet di Desa Buko Kec. Buko Selatan Banggai Kepulauan

Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya pembunuhan terhadap dukun santet di Desa Buko Kecamatan Buko Selatan Banggai

6

(5)

614 Kepulauan dalam peneltian ini, penyusun

mengangkat faktor-faktor penyebab terjadinya pembunuhan terhadap dukun santet di Desa Buko yang dilakukan sekelompok warga masyarakat terhadap seseorang yang disebut sebagai dukun santet didesa itu.

Terjadinya suatu perbuatan pembunuhan terhadap dukun santét pasti mempunyai sebab tanpa mempelajari sebab-sebabnya, maka sangat sulit untuk mengetahui mengapa sampai bisa terjadinya pembunuhan, untuk menentukan tindakan apa yang harus diambil dalam menghadapi para pelaku pembunuhan serta upaya apakah yang sebaiknya dilakukan untuk menanggulanginya.

Asas legalitas dalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa tiada suatu perbuatan dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan yang telah ada sebelumnya7.

Berkaitan dengan perbuatan menghilangkan nyawa orang lain dengan sengaja sebagaimana dirumuskan dalam pasal 338 KUHP. Demikian juga dirumuskan dalam pasal 351 ayat (3) KUHP dalam hal ini dirumuskan dengan sengaja merusak kesehatan mengakibatkan matinya orang lain berarti kualifikasikan hukumannya sama.

7

Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP. Rineka Cipta, Jakarta. 2007. hlm. 3.

Perbuatan yang berkaitan adanya suatu kematian orang lain. Perbuatan itu tentunya ada unsur kesamaan atau minimal bersinggungan erat dengan ketentuan pasal-pasal pidana lainnya yang berdekatan, misalnya Pembunuhan yang direncanakan (pasal 340 KUHP), Penganiayaan yang menimbulkan kematian (pasal 351 ayat (3) KUHP) dan pembunuhan biasa yaitu pasal 338 KUHP. Ketiga pasal tersebut merupakan pasal-pasal pidana yang berdekatan dan sama-sama mengatur tindak pidana yang menimbulkan kematiaan, dengan kata lain terdapat unsur-unsur kesamaan, walaupun adan unsur-unsur lain yang membedakan8.

Melihat pasal diatas berarti santet adalah tindak pidana, karena santet memenuhi unsur delik yang sama atau berdekatan erat. Meninjau masalah santet dalam prespektif hukum, berarti meninjau sebagai salah satu permasalahan hukum perlu adanya kajian lebih dalam tentang bagaimana kebijakan hukum pidana terhadap tindak pidana santet karena santet merupakan suatu perbuatan gaib yang sangat sulit dalam pembuktiannya secara hukum.

Berdasarkan pada kasus pembunuhan terhadap seseorang dukun santet yang terjadi pada tanggal 22 bulan

8

(6)

615 maret tahun 2007 jam 11.55 Wita di

sebuah daerah yang bernama Desa Buko Kecamatan Buko Selatan Kabupaten Banggai Kepulauan. Kasus pembunuhan terjadi tepatnya didepan jalan raya wilayah pekarangan seorang warga masyarakat Desa Buko Kecamatan Buko Selatan yang bernama Bapak Markus Kalaseka, telah terjadi penganiayaan sampai dengan menghilangkan nyawa orang lain (pembunuhan) terhadap seseorang lelaki yang bernama Umar Malinggong yang disebut sebagai dukun santet. Pada saat warga masyarakat melakukan pembunuhan terhadap seseorang yang mereka sebut sebagai dukun santet terdapatlah sebuah barang bukti berupa kayu balok yang digunakan menganiaya korban (dukun santet) sehingga korban meninggal dunia sesuai dengan pasal 338 KUHP Sub. Pasal 35 KUHP lebih sub pasal 170 jo. Pasal 55 KUHP.

Adapun beberapa hal yang menjadi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembunuhan terhadap dukun santet di Desa Buko Kecamatan Buko Selatan yaitu sebagai berikut akan dijelaskan di bawah ini:

a. Korban yang dibunuh oleh sekelompok warga masyarakat Desa Buko Kecamatan Buko Selatan di duga mengunakan ilmu hitam.

b. Korban yang di bunuh bernama Umar Malinggong (almarhum) disebut

sebagai dukun santet di Desa Buko sudah meresahkan warga masyarakat Desa Buko dengan adannya rencana akan meracuni air bersih dengan tujuan untuk membunuh semua orang yang ada di Desa Buko, karna warga masyarakat Desa Buko menyakini Umar Malinggong memiliki ilmu hitam. Karena pada saat itu Suryani (Korban Santet) tidak sadarkan diri dan pada saat itu dihubungkan dengan lelaki Umar Malinggong yang telah menyantetnya.

c. Emosional yang sangat tinggi yaitu suatu keadaan yang kompleks, dapat berupa perasaan/pikiran yang ditandai oleh perubahan biologis yang muncul dari perilaku seseorang. Seperti yang terlihat dalam pembunuhan di Desa Buko yang dilakukan warga masyarakat pada saat itu. Melainkan timbul rasa emosi yang mengebu-gebu dari warga masyarakat sehingga mereka melakukan pembunuhan secara langsung tanpa memikirkannya terlebih dahulu melainkan mementingkan perasaan emosi mereka sudah memuncak.

(7)

616 pembunuhan) dan secara umum

masyarakat Desa Buko.9

B. Upaya penanggulangan supaya tidak terjadi lagi pembunuhan terhadap

dukun santet di Desa Buko Kec. Buko Selatan Banggai Kepulauan

Berdasarkan hasil penelitian setelah penulis melakukan wawancara dengan mantan Kepala Desa Buko yang menjabat pada tahun 2007 pada saat terjadinya pembunuhan yang dilakukan warga masyarakat. Upaya yang dapat dilakukan dalam menanggulangi supaya tidak terjadi pembunuhan terhadap dukun santet di Desa Buko Kecamatan Buko Selatan Banggai Kepulauan hal yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut:

a. Upaya preventif b. Upaya represif c. Upaya persuasif d. Upaya reformatif

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa upaya penanggulangan kejahatan mencakup aktivitas preventif dan sekaligus berupaya untuk memperbaiki perilaku seseorang yang telah dinyatakan bersalah (sebagai seorang narapidana) di lembaga pemasyarakatan. Dengan kata lain upaya penanggulangan kejahatan dapat dilakukan secara preventif dan represif. Kemudian akan dijelaskan dibawah ini

9

Hasil Wawancara dengan Kapolsek Buko. IPDA DARFIN di Kantor, hari rabu tanggal 11 November 2015 jam 10 Wita.

upaya-upaya penanggulangan terhadap kejahatan yaitu sebagai berikut:

a. Upaya preventif yaitu merupakan suatu penanggulangan kejahatan secara preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya atau timbulnya kejahatan yang pertama kali. Mencegah kejahatan lebih baik daripada mencoba untuk mendidik penjahat menjadi lebih baik kembali, sebagaimana semboyan dalam kriminologi yaitu usaha-usaha memperbaiki penjahat perlu diperhatikan dan diarahkan agar tidak terjadi lagi kejahatan ulangan.

b. Upaya represif adalah suatu upaya penanggulangan kejahatan secara konsepsional yang ditempuh setelah terjadinyakejahatan. Penanggulangan dengan upaya represif dimaksudkan untuk menindak para pelaku kejahatan sesuai dengan perbuatannya serta memperbaikinya kembali agar mereka sadar bahwa perbuatan yang dilakukannya merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan merugikan masyarakat, sehingga tidak akan mengulanginya dan orang lain juga tidak akan melakukannya mengingat sanksi yang akan ditanggungnya sangat berat10.

10

Chairul Huda, Dari Tiada Pidana Tanpa

Kesalahan Menuju Kepada Tiada

(8)

617 c. Upaya Persuasif yakni tidak dilakukan

melalui kekerasan, tetapi melalui ajakan atau bimbingan supaya orang dapat bertindak sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

d. Upaya Reformatif adalah suatu bentuk usaha untuk merubah kembali seseorang yang telah melakukan kejahatan dan kejahatan itu tidak akan terulang kembali apabila dia telah kembali ke masyarakat11.

Upaya yang di tempuh untuk menyelesaikan supaya tidak terjadi lagi pembunuhan terhadap dukun santet di Desa Buko Kecamatan Buko Selatan Kabupaten Banggai Kepulauan adalah dengan Upaya represif dimana suatu upaya penanggulangan kejahatan secara konsepsional yang ditempuh setelah terjadinya kejahatan.

Penanggulangan dengan upaya represif dimaksudkan untuk memproses para pelaku kejahatan sesuai dengan perbuatannya serta memperbaikinya kembali agar mereka sadar bahwa perbuatan yang dilakukannya merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan merugikan masyarakat.

Di mana penegakan hukum secara normative merupakan sebuah keniscayaan

11

Taufik Mustakim, Weni Bukamo, Saiful Azri, Hukum Perlindungan Anak dan penghapusan

kekerasan dalam rumah Bab VI tentang

“Perlindungan”Rumah Tangga. Jakarta. Rineka Cipta, 2012, hlm. 85.

bagi aparat kepolisian ketika mengetahui atau mendapat laporan dari masyarakat berupa delik biasa dan delik aduan. Delik biasa perkara tersebut dapat diproses tanpa adanya persetujuan dari yang dirugikan (korban) walaupun korban telah mencabut laporannya kepada pihak yang berwenang, penyidik tetap berkewajiban untuk memproses perkara tersebut.

Dalam rangka menanggulangi kejahatan diperlukan berbagai sarana sebagai reaksi yang dapat diberikan kepada para pelaku kejahatan, berupa sanksi pidana maupun non pidana, yang dapat diintegrasikan satu dengan lainnya. Apabila sarana pidana dianggap relevan untuk menanggulangi kejahatan, berarti diperlukan konsepsi politik hukum pidana, yakni mengadakan pemilihan untuk mencapai hasil perundang-undangan pidana yang sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu waktu dan untuk masa-masa yang akan datang.12

Kemudian upaya penanggulangan kejahatan yang sebaik-baiknya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut akan diuraiakan dibawah ini:

a. Sistem dan operasi Kepolisian yang baik.

b. Peradilan yang efektif.

c. Hukum dan perundang-undangan yang berwibawa.

12

(9)

618 d. Koodinasi antar penegak hukum dan

aparatur pemerintah yang serasi.

e. Partisipasi masyarakat dalam penangulangan kejahatan.

f. Pengawasan dan kesiagaan terhadpa kemungkinan timbulnya kejahatan.

g. Pembinaan organisasi

kemasyarakatan13.

Usaha penanggulangan kejahatan sebagaimana tersebut diatas merupakan serangkaian upaya atau kegiatan yagn dilakukan oleh aparat penegak hukum seperti kepolisian dalam rangka menanggulangi kejahatan. Selain upaya-upaya penanggulangan yang telah disebutkan diatas, untuk tercapainya hal-hal diatas bukanlah mudah dan bukan pula hanya tanggungjawab petugas semata, melainkan adalah tanggungjawab semua pihak termasuk penulis dan masyarakat secara keseluruhnya.

III.PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada pembahasan yang coba penulis uraikan diatas maka berakhirlah semua yang penulis telah susun dan kemudian penulis mencoba untuk menyimpulkan secara keseluruhan yang telah penulis teliti atau tulis selama ini akan penulis jelaskan dibawah ini.

13

Soedjono D, Penanggulangan Kejahatan (Crime Prevention). Alumni, Bandung, 1976. hlm. 45

Adapun yang menjadi faktor-faktor yang menyebabkan sehingga terjadinya pembunuhan terhadap seseorang yang disebut warga masyarakat sebagai dukun santet di Desa Buko Kecamatan Buko Selatan Kabupaten Banggai Kepulauan antara lain yaitu sebagai berikut:

a. Masih kurangnya kesadaran tentang hukum para pelaku pembunuhan dukun santet di Desa Buko Kecamatan Buko Selatan Kabupaten Banggai Kepulauan (secara khusus para pelaku pembunuhan) dan secara umum masyarakat Desa Buko.

b. Emosional yang sangat tinggi yaitu suatu keadaan yang kompleks, dapat berupa perasaan/pikiran yang ditandai oleh perubahan biologis yang muncul dari perilaku seseorang. Seperti yang terlihat dalam pembunuhan di Desa Buko yang dilakukan warga masyarakat pada saat itu. Melainkan timbul rasa emosi yang mengebu-gebu dari warga masyarakat sehingga mereka melakukan pembunuhan secara langsung tanpa memikirkannya terlebih dahulu melainkan mementingkan perasaan emosi mereka sudah memuncak.

(10)

619 perbuatan yang mereka lakukan itu sangat

merugikan mereka dan bahkan bagi orang lain yang menjadi korban pembunuhan. Di karenakan itu perlu diadakan penyuluhan tentang hukum kepada warga masyarakat yang dilakukan oleh aparat penegak hukum seperti dari aparat kepolisian, para praktisi/akademis yang mengetahui atau memahami hukum harus mengadakan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya hukum bagi masyarakat.

Supaya warga masyarakat memahami pentingnya hukum bagi mereka dan semua perbuatn yang mereka lakukan sudah aturan hukum yang mengaturnya. Barang siapa melakukan suatu perbuatan yang merugikan orang lain maupun buat diri sendiri akan mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatan yang dilakukan itu.

Upaya penganggulangan supaya tidak terjadi lagi pembunuhan terhadap dukun santet di Desa Buko Kecamatan Buko Selatan Kabupaten Banggai Kepulauan antara lain yaitu sebagai berikut:

a. Upaya Persuasi yaitu melalui ajakan atau bimbingan supaya mereka dapat bertindak sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

b. Upaya Represif yaitu memproses secara hukum para pelaku kejahatan sesuai dengan perbuatannya serta memperbaikinya kembali agar mereka

sadar bahwa perbuatan yang dilakukannya merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan merugikan masyarakat.

Dalam rangka menanggulangi kejahatan diperlukan berbagai sarana prasana sebagai reaksi yang dapat diberikan kepada para pelaku kejahatan, berupa sanksi pidana maupun non pidana, yang dapat diintegrasikan satu dengan lainnya.

Apabila sarana prasarana pidana dianggap relevan untuk menanggulangi kejahatan, berarti diperlukan konsepsi politik hukum pidana, yakni mengadakan pemilihan untuk mencapai hasil perundang-undangan pidana yang sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu waktu dan untuk masa-masa yang akan datang. Supaya tidak akan terjadi perbuatan yang merugikan orang lain maupun bagi para pelaku kejahatan.

B. Saran

Adapun yang menjadi saran penulis kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini yaitu sebagai berikut akan diuraikan dibawah ini:

(11)

620 wujud hak setiap orang atas

perlindungan diri pribadi serta memberikan sanksi tegas bagi siapapun yang melakukan dan perbuatan yang melanggar hukum.

b. Masyarakat Desa Buko Kecamatan Buko Selatan Kabupaten Banggai

Kepulauan sebaiknya lebih meningkatkan kesadaran hukum bahwa perbuatan mereka lakukan dengan cara membunuh adalah perbuatan yang melanggar hukum dan dapat dihukum.

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Chairul Huda, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada

Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan, Kencana, Jakarta, 2006.

P.A.F., Lamintang, Theo Lamintang, Kejahatan Tarhadap Nyawa, Tubuh, dan

Kesehatan, Cetakan Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 2012.

Soedjono D, Penanggulangan Kejahatan (Crime Prevention), Alumni, Bandung, 1976.

Teguh Prasetyo, Kriminalisasi Dalam Hukum Pidana, Nusa Media, Jakarta, 2010. Taufik Mustakim Dkk, Hukum Perlindungan Anak dan penghapusan kekerasan

dalam rumah Bab VI tentang “Perlindungan”Rumah Tangga. Rineka

Cipta, Jakarta, 2012. B. Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Kitab Undang-Undang Acara Pidana C. Internet

Http://jiwoagung21.blogspot.com/2011/05/tindak-pidana-kasus-pembunuhan.html diunduh tanggal 8 agustus 2015.

Http://madewarka.blogspot.com/2012/02/segi-hukum-praktek-teluh-dalam.html diunduh tanggal 12 November 2015.

D. Lain-lain

Berdasarkan BAP kasus pembunuhan di Desa Buko Kecamatan Buko Selatan Kabupaten Banggai Kepulauan pada tahun 2007.

(12)

621 Hasil wawancara dengan tokoh masyarakat dirumah Desa Buko Kecamatan Buko Selatan Banggai Kepulauan hari kamis 12 November 2015 jam 10.00 Wita.

Hasil wawancara dengan mantan Kades Desa Buko Kecamatan Buko Selatan Banggai Kepulauan hari sabtu 14 November 2015 jam 10.00 Wita.

Referensi

Dokumen terkait