SURYA
7
Vol.01, No.XIV, April 2013KEKERASAN DI RUMAH SAKIT JIWA MENUR SURABAYA
Siti Sholikhah
ABSTRAK
Healthy according to WHO is the perfect state of good physical, mental, and social, not only free from diseases, weaknesses or flaws (Notosoedirjo, 2002). Mental health is a State of balance, a person's soul. The goal of this research is to identify the influence of group activity therapy to perception of the increase self-esteem in nature by patients of low self esteem.
Design research method using pre experiments with one group pre-post test design, population is being used throughout the all patient of violence behaviour in RSJ Menur Surabaya were 38 patients with purposive sampling technique and a large sample in this study were 35 patients that meets the criteria of inclusion. Data analysis in this research using Mc Nemar tests of and techniques of data collection with interviews and observation sheets.
The results of this research is that patients with violence behaviour after being given a group activity therapy mostly patient 22 of 35 people (61.7%) can indepandent. Based on calculation get result p=0.000 (p<0.005) then H0 rejected and H1 accepted means there significanty influence for given group activity therapy stimulation of perception about independent grade in patients with violence behaviour in RSJ Menur Surabaya.
Having collected data from patients, further data processing by means of editing, coding, scoring and tabulating.
From the results of the study, researchers gave advice to health services, educational institutions, and other research to increase Group Activity Therapy on the perception of Stimulation patients experiencing of violence
Keywords: Group Activity Therapy Stimulation Of Perception, Independent Grade, Violence Behaviour.
PENDAHULUAN
Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian besar masyarakat dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya. Masyarakat yang mengalami krisis ekonomi tidak saja akan mengalami gangguan kesehatan fisik berupa gangguan gizi, terserang berbagai penyakit infeksi, tetapi juga dapat mengalami gangguan kesehatan mental psikiatri yang pada akhirnya dapat menurunkan produktivitas kerja dan kualitas hidup secara nasional menurun yang akan mengakibatkan hilangnya satu generasi sehat yang akan meneruskan perjuangan dan cita – cita bangsa. Gangguan mental psikiatri yang dapat terjadi mulai dari tingkat yang ringan bahkan berat yang memerlukan penanganan khusus di rumah sakit, baik dirumah sakit jiwa atau di unit perawatan jiwa di rumah sakit umum (Rusman, 2001)
Beberapa penelitian tentang aktivitas fisik dan terapi olahraga terhadap gangguan kejiwaan membuktikan, bahwa aktivitas fisik tersebut dapat meningkatkan kepercayaan pasien terhadap orang lain (Campbell &
Foxcroft, 2008), dan juga membantu
mengontrol kemarahan pasien (Hassmen, Koivula & Uutela, 2000).
SURYA
8
Vol.01, No.XIV, April 2013 Dari hasil studi pendahuluan yangdilaksanakan tanggal 9 Oktober 2012, penulis mendapatkan data dari RSJ Menur Surabaya pada bulan agustus 2012 dan september 2012. Dari 282 pasien yang dirawat di ruang flamboyan terdapat pasien perilaku kekerasan sebanyak 114 pasien atau 40% menduduki peringkat pertama, pasien halusinasi sebanyak 90 pasien atau 32 % menduduki peringkat kedua pasien isolasi sosial sebanyak 58 pasien atau 19 % menduduki peringkat ketiga dan pasien harga diri rendah sebanyak 16 pasien atau 6 % menduduki peringkat ke empat, pasien waham sebanyak 8 pasien atau 2,9 % menduduki peringkat ke lima. Dari data di
atas dapat disimpulkan bahwa masih
banyaknya penderita dengan perilaku
kekerasan
Faktor predisposisi yang dapat
menyebabkan perilaku kekerasan berkaitan dengan beberapa teori antara lain: faktor psikologis, faktor sosial budaya, faktor biologis, dan faktor presipitasi.
Berbagai terapi dilakukan untuk
mengatasi perilaku kekerasan seperti
pemberian psikofarmaka dan terapi aktivitas kelompok.Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok klien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist (Yosep, 2009). Terapi aktivitas kelompok (TAK) sering digunakan dalam praktek kesehatan jiwa, bahkan dewasa ini terapi aktifitas kelompok merupakan hal yang penting dari keterampilan terapeutik
dalam keperawatan. Berdasarkan
hal tersebut di atas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian tentang pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi terhadap tingkat kemandirian pada pasien perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Menur, Surabaya.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian merupakan suatu strategipenelitian dalam mengidentifikasi
permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data (Nursalam, 2008).Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pra Eksperimen dengan menggunakan desain One Group Pretest-Postest. Dalam
rancangan ini, tidak ada kelompok
pembanding (kontrol) tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama (pretes) yang memungkinkan peneliti dapat menguji
perubahan-perubahan yang terjadi setelah
terjadi adanya eksperimen (Soekidjo
Notoatmojo, 2010).
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya pada bulan Februari 2013. Tempat pelaksanaan di Rumah Sakit
Jiwa Menur, Surabaya. Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap dengan perilaku kekerasan Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya sebanyak 38 pasien. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah responden sebesar 35 responden.
HASIL PENELITIAN
1. Pasien Perilaku Kekerasan Di RSJ Menur Surabaya Sebelum Diberi TAK Stimulasi Persepsi.
Tabel 1 Distribusi Tingkat Kemandirian
Sebelum Diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Sesi 1 di RSJ Menur Surabaya Bulan Februari 2013
No Sesi I Frekuensi Prosentasi sebelum diberikan terapi aktivitas kelompok sesi I belum mampu mandiri.
Tabel 2 Distribusi Tingkat Kemandirian
Sebelum Diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Sesi II di RSJ Menur Surabaya Bulan Februari 2013
No Sesi II Frekuensi Prosentasi
SURYA
9
Vol.01, No.XIV, April 2013Tabel 3 Distribusi Tingkat Kemandirian
Sebelum Diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Sesi III di RSJ Menur Surabaya Bulan Februari 2013
No Sesi III Frekuensi Prosentase
1 Mampu 0 0%
2 Tidak
mampu
35 100%
Total 35 100%
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dijelaskan seluruh pasien 35 orang (100%) sebelum diberikan terapi aktivitas kelompok sesi III belum mampu mandiri.
Tabel 4 Distribusi Tingkat Kemandirian
Sebelum Terapi Aktivitas Kelompok Sesi IV di RSJ Menur Surabaya Bulan Februari 2013
No Sesi IV Frekuensi Prosentase
1 Mampu 0 0%
2 Tidak
mampu
35 100%
Total 35 100%
Berdasarkan tabel 4 diatas dapat
dijelaskan seluruh pasien 35 orang (100%) sebelum diberikan terapi aktivitas kelompok sesi I belum mampu mandiri.
Tabel 5 Distribusi Tingkat Kemandirian
Sebelum Diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Sesi V di RSJ Menur Surabaya Bulan Februari 2013
No Sesi V Frekuensi Prosentase
1 Mampu 0 0%
2 Tidak
mampu
35 100%
Total 35 100%
Berdasarkan tabel 5 di atas dapat dijelaskan seluruh pasien 35 orang (100%) sebelum diberikan terapi aktivitas kelompok sesi V belum mampu mandiri.
2. Pasien Perilaku Kekerasan Di RSJ Menur Surabaya Setelah Diberi TAK Stimulasi Persepsi.
Tabel 6 Distribusi Tingkat Kemandirian Diri Setelah Diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Sesi I di RSJ Menur Surabaya Bulan Februari 2013
No Sesi I Frekuensi Prosentase
1 Mampu 19 54.3%
2 Tidak
mampu
16 45.7%
Total 35 100.0%
Dari tabel 6 di atas dapat dijelaskan lebih dari sebagian sebagian besar pasien perilaku kekerasan yang mampu mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan sebanyak 19 orang (54.3%) dan hampir sebagian pasien perilaku kekerasan yang belum mampu mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan yaitu sebanyak 16 orang (45.7%)
Tabel 7 Distribusi Tingkat Kemandirian
Setelah Diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Sesi II di RSJ Menur Surabaya Bulan Februari 2013
No Sesi II Frekuensi Prosentase
1 Mampu 20 57.1%
2 Tidak
mampu
15 42.9%
Total 35 100.0%
Dari tabel 7 di atas dapat dijelaskan bahwa lebih dari sebagian besar pasien perilaku kekerasan yang mampu mencegah perilaku kekerasan fisik yaitu sebanyak 20 orang (57.1%) dan hampir sebagian pasien perilaku kekerasan yang belum mampu mencegah perilaku kekerasan fisik sebanyak 15 orang (42.9%)
Tabel 8 Distribusi Tingkat Kemandirian
Setelah Diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Sesi III di RSJ Menur Surabaya Bulan Februari 2013
No Sesi III Frekuensi Prosentase
1 Mampu 20 57,1%
2 Tidak
mampu
15 42,9%
Total 35 100.0%
Dari tabel 8 di atas dapat dijelaskan
bahwa sebagian besar pasien perilaku
SURYA
10
Vol.01, No.XIV, April 2013 dan hampir sebagian pasien perilakukekerasan yang belum mampu mencegah perilaku kekerasan sosial sebanyak 15 orang (42.9%)
Tabel 9 Distribusi Tingkat Kemandirian
Setelah Diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Sesi VI di RSJ Menur Surabaya Bulan Februari 2013
No Sesi IV Frekuensi Prosentase
bahwa sebagian besar pasien perilaku
kekerasan yang mampu mencegah perilaku kekerasan spiritual sebanyak 24 orang (68.6%) dan hampir sebagian pasien perilaku kekerasan yang belum mampu mencegah perilaku kekerasan spiritual sebanyak 11 orang (31.4%)
Tabel 10 Distribusi Tingkat Kemandirian
Setelah Diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Sesi II di RSJ Menur Surabaya Bulan Februari 2013
No Sesi V Frekuensi Prosentase
bahwa sebagian besar pasien perilaku
kekerasan yang mampu mencegah perilaku keekerasan dengan patuh mengonsumsi obat sebanyak 25 orang (71.4%) dan hampir sebagian pasien perilaku kekerasan yang mampu mencegah perilaku kekerasan dengan patuh mengkonsumsi obat sebanyak 10 orang (28.6%).
3. Pengaruh TAK Stimulasi Persepsi Terhadap Tingkat Kemandirian Pada Pasien Perilaku Kekerasan di RSJ Menur Surabaya bulan Februari 2013
Sesuai dengan analisa data bila setelah data dikumpulkan maka untuk menghitung adanya pengaruh terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi terhadap tingkat
kemandirian dengan memasukkan data-data tersebut ke dalam sebuah tabel seperti tabel 11 dibawah ini.
Tabel 11 Pengaruh TAK Stimulasi Persepsi
(Sesi I) Terhadap Tingkat
Kemandirian Pada Pasien Perilaku Kekerasan Di RSJ Menur Surabaya Berdasarkan tabel 11 dapat dijelaskan bahwa ada pengaruh TAK stimulasi persepsi sesi I terhadap tingkat kemandirian. Hasil ini diperkuat oleh uji statistik Mc Nemar Test dengan nilai p=0,000 (p<0,05) yang artinya terdapat pengaruh terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi terhadap tingkat
kemandirian pada pasien perilaku kekerasan di RSJ Menur Surabaya
Tabel 12 Pengaruh TAK Stimulasi Persepsi
(Sesi II) Terhadap Tingkat
Kemandirian Pada Pasien Perilaku Kekerasan Di RSJ Menur Surabaya
Berdasarkan tabel 12 dapat dijelaskan bahwa ada pengaruh TAK stimulasi persepsi sesi II terhadap tingkat kemandirian. Hasil ini diperkuat oleh uji statistik Mc Nemar Test dengan nilai p=0,000 (p<0,05) yang artinya terdapat pengaruh terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi terhadap tingkat
kemandirian pada pasien perilaku kekerasan di RSJ Menur Surabaya.
Tabel 13 Pengaruh TAK Stimulasi Persepsi
(Sesi III) Terhadap Tingkat
Kemandirian Pada Pasien Perilaku Kekerasan Di RSJ Menur Surabaya
SURYA
11
Vol.01, No.XIV, April 2013 diperkuat oleh uji statistik Mc Nemar Testdengan nilai p=0,000 (p<0,05) yang artinya terdapat pengaruh terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi terhadap tingkat
kemandirian pada pasien perilaku kekerasan di RSJ Menur Surabaya.
Tabel 14 Pengaruh TAK Stimulasi Persepsi
(Sesi IV) Terhadap Tingkat
Kemandirian Pada Pasien Perilaku Kekerasan Di RSJ Menur Surabaya
Berdasarkan tabel 14 dapat dijelaskan bahwa ada pengaruh TAK stimulasi persepsi sesi IV terhadap tingkat kemandirian. Hasil ini diperkuat oleh uji statistik Mc Nemar Test dengan nilai p=0,000 (p<0,05) yang artinya terdapat pengaruh terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi terhadap tingkat
kemandirian pada pasien perilaku kekerasan di RSJ Menur Surabaya.
Tabel 15 Pengaruh TAK Stimulasi Persepsi
(Sesi V) Terhadap Tingkat
Kemandirian Pada Pasien Perilaku Kekerasan Di RSJ Menur Surabaya
Berdasarkan tabel 15 dapat dijelaskan bahwa ada pengaruh TAK stimulasi persepsi sesi II terhadap tingkat kemandirian. Hasil ini diperkuat oleh uji statistik Mc Nemar Test dengan nilai p=0,000 (p<0,05) yang artinya terdapat pengaruh terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi terhadap tingkat
kemandirian pada pasien perilaku kekekerasan di RSJ Menur Surabaya.
PEMBAHASAN
1. Tingkat Kemandirian Pasien Sebelum Diberikan Terapi Aktivitas Kelompok.
Menurut Stuart and Sundeen kelompok dapat menjadi alat terapeutik. Kelompok merupakan suatu sistem sosial yang khas yang dapat didefinisikan dan dipelajari. Pengertian kelompok sendiri adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan satu dengan yang lain, saling ketergantungan, serta mempunyai tujuan dan norma yang sama. Pengertian kelompok sendiri adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan satu dengan yang lain, saling ketergantungan, serta mempunyai tujuan dan norma yang sama.
Ketidakmampuan pasien perilaku
kekerasan dalam hal mandiri ini dikarenakan tidak dilakukanya terapi aktivitas kelompok karena TAK dapat memberikan stimulus bagi pasien dengan gangguan interpersonal dengan cara dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu bersama-sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang terlatih.
Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu terapi modalitas yang sangat penting untuk dilaksanakan karena akan membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptif, jika hal ini tidak dilaksanakan
maka akan memperlambat proses
penyembuhan pasien. Seperti hasil yang diperoleh bahwa apabila pasien perilaku kekerasan belum diberikan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi tidak mampu untuk mandiri, dimana kemandirian seorang pasien dapat tercapai apabila ia telah mampu untuk untuk berpikir dan berbuat yang bersifat konstruktif bagi kehidupannya sendiri dan orang lain.
2. Tingkat Kemandirian Pasien setelah Diberikan Terapi Aktivitas Kelompok.
Dari data yang diperoleh dari 35 pasien perilaku kekerasan di RSJ Menur Surabaya setelah diberikan TAK Stimulasi Persepsi sesi 1 sebagian besar pasien sejumlah 19 (54.3%) mampu meningkatan kemandiriannya. Pada 35 pasien perilaku kekerasan setelah diberi TAK stimulasi persepsi sesi II dan III sebagian besar
pasien sejumlah 20 (57.1%) mampu
SURYA
12
Vol.01, No.XIV, April 2013 besar pasien sejumlah 24 (68.6%) mampumeningkatkan kemandiriannya dan pada 35 pasien perilaku kekerasan setelah diberikan TAK stimulasi persepsi sesi V sebagian besar
pasien sejumlah 25 (71.4%) mampu
meningkatkan kemandiriannya.
Hal ini sesuai dengan tujuan umum terapi aktivitas kelompok yaitu meningkatkan kemampuan komunikasi dan umpan balik.
melakukan sosialisasi, meningkatkan
kesadaran terhadap hubungan reaksi emosi dengan tindakan, membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif dan TAK perilaku kekerasan yang bertujuan untuk mengenal dan mencegah perilaku kekerasan lebih lanjut. TAK stimulasi persepsi ini diharapkan respons klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif, bersifat rehabilitatif dimana mereka yang telah sembuh secara medis, tetapi perlu disiapkan fungsi dan kemampuan untuk persiapan mandiri dan sosial di tengah masyarakat
Menurut Keliat Budiana, 2005 ada 5
sesi TAK Stimulasi Persepsi Perilaku
Kekerasan yaitu; 1. Mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan; 2. Mencegah perilaku kekerasan fisik; 3. Mencegah perilaku kekerasan sosial; 4. Mencegah perilaku kekerasan spiritual; 5. Mencegah perilaku kekerasan dengan patuh mengkonsumsi obat.
Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan kemandirian sebelum pemberian terapi aktivitas kelompok sesi 1 hingga sesi 5 dan sesudah pemberian terapi aktivitas kelompok sesi 1 hingga sesi 5. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan
diberikannya terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi ini sangat berpengaruh terhadap tingkat kemandirian pasien dengan perilaku kekerasan sehingga pemberian terapi aktivitas kelompok ini harus diberikan kepada
pasien guna memepercepat proses
penyembuhannya.
3. Pengaruh pemberian TAK Stimulasi Persepsi terhadap tingkat kemandirian pada pasien perilaku kekerasan
Dari tabel 4.16 hingga tabel 4.20 hasil analisis dengan uji Mc Nemer Test yang
menggunakan SPSS versi 16,0 dapat
dijelaskan bahwa ada pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap tingkat kemandirian pasien dari sesi I hingga sesi V yaitu 1. Mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan; 2. Mencegah perilaku
kekerasan fisik; 3. Mencegah perilaku kekerasan sosial; 4. Mencegah perilaku kekerasan spiritual; 5. Mencegah perilaku kekerasan dengan patuh mengkonsumsi obat dengan masing-masing nilai p=0,000 (p<0,05) yang artinya terdapat pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap tingkat kemandirian pada pasien perilaku kekerasan di RSJ Menur Surabaya
Hal ini sesuai dengan tujuan umum
TAK yaitu meningkatkan kemampuan
komunikasi dan umpan balik. melakukan sosialisasi, meningkatkan kesadaran terhadap hubungan reaksi emosi dengan tindakan, membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif, selain itu juga sesuai dengan tujuan khusus TAK yaitu meningkatkan identitas diri, menyalurkan
emosi secara konstruktif, meningkatkan
ketrampilan hubungan interpersonal. TAK pun memiliki fungsi rehabilitatif dimana mereka yang telah sembuh secara medis, tetapi perlu disiapkan fungsi dan kemampuan untuk persiapan mandiri dan sosial di tengah masyarakat.
Dengan demikian Terapi Aktivitas Kelompok dapat memberikan stimulus positif bagi pasien perilaku kekerasan yang bertujuan untuk mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien, mencegah perilaku kekerasan baik fisik, sosial, maupun spritual dan dengan mengkonsumsi obat dengan teratur. TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan
merupakan upaya untuk meningkatkan
kemandiriannya baik secara fisik maupun mental agar dapat berpikir dan berperilaku yang konstruktif tanpa merugikan klien maupun keluarga dan lingkungan disekitarnya sehingga ia dapat menjalankan kehidupannya dengan lebih baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
1) Tingkat kemandirian pada pasien perilaku
kekerasan sebelum dilakukan TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan didapatkan 0 orang (0%) mampu mandiri.
2) Tingkat kemandirian pada pasien perilaku
kekersan sesudah dilakukan TAK
SURYA
13
Vol.01, No.XIV, April 20133) Terdapat pengaruh pemberian TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan terhadap tingkat kemandirian di RSJ Menur Surabaya. Hal ini dapat dibuktikan analisa data dengan menggunakan uji Mc Nemar test dengan taraf signifikan = 0,05 dan hasil statisticsnya p = 0.000 sehingga terdapat hubungan pengaruh
terapi aktifitas kelompok stimulasi
persepsi perilaku kekerasan terhadap tingkat kemandirian pada pasien perilaku kekerasan.
2 Saran
Dengan melihat hasil kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran dari penulis yakni sebagai berikut :
1) Bagi akademis
Sebagai bahan pustaka dalam
menambah wawasan pengetahuan khususnya tentang pengaruh terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi terhadap tingkat
kemandirian pasien dengan gangguan jiwa perilaku kekerasan dan sebagai sumbangan pemikiran perkembangan ilmu pengetahuan untuk penelitian selanjutnya terutama di bidang kesehatan.
2) Bagi rumah sakit atau tempat penelitian Diharapkan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan oleh para pelaksana program dalam meningkatkan upaya di bidang kesehatan jiwa.
3) Bagi profesi keperawatan
Diharapkan penelitian ini memberikan masukan bagi profesi keperawatan tentang pengaruh terapi aktivitas kelompok (TAK)
stimulasi persepsi terhadap tingkat
kemandirian pasien dengan perilaku
kekerasan. 4) Bagi peneliti
Sebagai pengalaman nyata dan berharga dalam menerapkan ilmu keperawatan jiwa yang telah diperoleh saat kuliah dan
mengetahui pengaruh terapi aktivitas
kelompok (TAK) stimulasi persepsi terhadap tingkat kemandirian pasien dengan perilaku kekerasan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad & Mohammad Asrori, 2009. Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik), Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, 2005. Metodologi Penelitian Edisi
3, UPP AMP YKPN (Unit Penerbit
dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN), Yogyakarta
Danim, Sudarwan, 2002. Metode Penelitian Administrasi, CV. Alfabeta, Bandung.
Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi
Perkembangan Remaja. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Deddy, Mulyana, 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: P.T. Remaja Rosda Karya.
Hidayat A. Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitihan Kebidanan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika
Keliat, Budi Anna, 2009. Model Praktik
Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC
Keliat, Budi Anna, 2005. Keperawatan Jiwa (Terapi Aktivitas Kelompok), EGC, Jakarta.
Ma’mun M. Y, 2002.Buku Saku Psikoterapi II,
Gajah Mada University
Press,Yogyakarta
Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Notosoedirjo, 2002. Mak, Psikologi Gangguan dan Penyakit Jiwa.
Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keparawatan ; Pedoman Skripsi, Tesis, institusi penelitian keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Sugiono, 2006. Dasar-dasar Metode
Penelitian Keperawatan, Tim
Metodologi Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya Malang.
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa, Jakarta : FKUI
Yosep, Iyus. 2009. Pendekatan Hollistik Pada Gangguan Jiwa. Jakarta : FKUI
Yusuf, Syamsu L.N. 2004. Psikologi