Laporan Ilmu Ukur Tanah Tahun 2017 Nilai:
a. Tabel 1. hasil pengukuran sudut horisontal (Lampiran 1)
b. Tabel 2. perbandingan hasil pengukuran sudut horisontal (Lampiran 1) c. Tabel 3. hasil pengukuran sudut vertikal (Lampiran 1)
d. Tabel 4. perbandingan hasil pengukuran sudut vertikal (Lampiran 2) e. Plotting hasil pengukuran sudut horisontal (Lampiran 3)
Pembahasan
Pengukuran merupakan pengamatan terhadap suatu besaran yang dilakukan dengan menggunakan peralatan dalam suatu lokasi dengan beberapa keterbatasan tertentu (Basuki, 2006). Menurut Wongsotjitro (1980), arti melakukan pengukuran suatu daerah ialah menentukan unsur – unsur (jarak dan sudut) titik yang ada di suatu daerah dalam jumlah yang cukup, sehingga daerah tersebut dapat digambar dengan skala tertentu. Pengukuran dengan alat sederhana dapat berupa pengukuran jarak, beda tinggi dan sudut. Pengukuran ini dapat dibedakan menjadi pengukuran langsung dan pengukuran tidak langsung. Pengukuran langsung adalah pengukuran dengan langsung mendapatkan nilai pengukuran. Pengukuran tidak langsung yaitu pengukuran yang tidak langsung didapat hasilnya tetapi harus melalui proses perhitungan terlebih dahulu. Pengukuran pada prinsipnya pasti dibutuhkan alat bantu yang sesuai ddengan tujuan pengukuran tersebut. Terdapat beberapa macam alat ukur yang digunakan dalam ilmu ukur tanah seperti theodolite, waterpass, disto meter, yallon, hagameter, baak ukur, abney level, kompas geologi, kompas survei, statif, pita ukur dan lain sebagainya. Masing – masing alat mempunyai fungsi yang berbeda – beda, dimana disetiap alat mempunyai bagian – bagian yang memiliki fungsi untuk mengoperasikan alat.
atau kaki penyangga untuk menjaga keseimbangan alat, sehingga saat melakukan pengukuran di lapangan alat tetap dalam kondisi stabil atau tidak berupah – ubah posisi. Kondisi stabil dalam pengukuran diperlukan untuk menjaga posisi datar alat dan juga menjaga agar kalibrasi terhadap arah utara pada alat tidak berubah – ubah. Theodolite dilengkapi dengan teropong pembidik yang mampu membaca dengan jelas objek yang diamati dalam jarak yang cukup jauh, sehingga akan mengurangi kesalahan pengukuran karena keterbatasan mata manusia. Ketelitian alat paling tinggi dalam pengukuran sudut adalah theodolite, selain karena memiliki niveu yang lengkap theodolite juga memiliki sistem yang begitu canggih sehingga mampu membaca sudut hingga ke ukuran menit dan detiknya.
Pengukuran sudut di dalam ilmu ukur tanah dibedakan menjadi dua, yaitu pengukuran sudut horisontal dan pengukuran sudut vertikal. Pengukuran sudut horisontal merupakan pengukuran sudut objek secara mendatar atau horisontal dengan acuan terhadap arah utara. Hasil pengukuran pembacaan sudut horisontal dapat langsung dibaca pada tampilan layar theodolite. Pengukuran sudut horisontal bertujuan untuk mengetahui posisi titik objek terhadap titik referensi atau titik dimana alat dipasang. Pengukuran sudut horisontal dilakukan dengan meletakkan alat secara vertikal, kemudian melihat posisi objek terhadap sudut datar alat.
Pengukuran juga dilakukan dengan menggunakan alat ukur kompas geologi dan kompas survei. Pengukuran dengan menggunakan kompas geologi dan kompas survei hanya dilakukan dua objek pengamatan saja yaitu AC panasonic lantai 2 gedung D dan lampu taman gedung D agar memudahakan dalam perbandingan objek menggunakan alat ukur theodolite, kompas survei dan kompas geologi. Hasil pengukuran sudut horisontal yang didapatkan dalam pengukuran menggunakan kompas geologi dengan objek AC panasonic lantai 2 gedung D adalah sebesar 3500N dan pada pengukuran menggunakan kompas survei yakni sebesar 3550N. Kedua hasil pengukuran menggunakan alat ukur yang berupa kompas geologi dan kompas survei menunjukkan hasil yang berbeda satu sama lain, demikian pula dengan theodolite yang hasilnya menunjukkan sudut horisontal sebesar 353,110N. Perbedaan besaran sudut menunjukkan hasil yang tidak terlalu signifikan pada objek pengukuran berupa AC panasonic lantai 2 gedung D. Pengukuran sudut horisontal pada objek lampu taman gedung D menunjukkan perbedaan yang signifikan ketika menggunakan kompas geologi menunjukkan hasil sebesar 3120N dan menggunakan kompas survei didapatkan hasil sebesar 3300N serta dibandingkan dengan menggunakan theodolite menunjukkan hasil sebesar 356,640N . Perbedaan besaran sudut menunjukkan hasil yang tidak terlalu signifikan. Perbedaan besaran sudut yang didapatkan terjadi akibat adanya human error yaitu kesalahan pengukuran yang dilakukan oleh pengamat baik dari segi ketelitian/akurasi maupun penguasaan dalam penggunaan alat. Faktor jenis alat juga mempengaruhi hasil sudut yang didapatkan, theodolite merupakan alat yang dirasa cukup akurat karena memiliki teknologi yang lebih canggih bila dibandingkan dengan kompas geologi maupun kompas survei serta memiliki ketelitian yang tinggi dan dapat meminimalisir kesalahan yang disebabkan oleh manusia maupun faktor alam.
beberapa alat ukur tanah yaitu abney level, kompas survei dan theodolite. Pengamatan objek dengan mengamati sudut vertikal dengan theodolite menggunakan formula perhitungan yaitu dimana sudut referensi 900 dikurangi dengan hasil pengukuran sudut menggunakan theodolite sehingga baru diperoleh hasil pengukuran sudut vertikalnya. Sepuluh objek yang dilakukan pengukuran sudut vertikalnya didapatkan hasil berupa tanda larangan membawa handphone sebesar 4,810 , AC panasonic lantai 2 gedung D sebesar 11,220, lampu taman gedung D sebesar 1,790, kubah masjid sebesar 21,010, lampu utara KLMB sebesar 9,180, lampu penangkal petir gedung D sebesar 26,760, lampu taman KLMB sebesar 2,190, pengait pintu sebesar 5,330, ujung tiang gedung D sebesar 30,170N, dan AC panasonic lantai 1 gedung D sebesar 0,470. Perbandingan pengukuran selanjutnya dengan menggunakan kompas survei dan abney level. Pengukuran sudut dengan vertikal menggunakan kompas survei pada objek AC panasonic lantai 2 gedung D yakni sebesar 12,50 dan lampu taman gedung D sebesar 2,50. Pengukuran menggunakan abney level didapatkan besar sudut vertikal pada objek AC panasonic lantai 2 gedung D yakni sebesar 11,50 dan pada objek lampu taman gedung D sebesar 10. Hasil yang didapatkan bila dibandingkan satu sama lain memiliki angka yang berbeda namun tidak terpaut jauh, namun kompas survei memiliki hasil pengukuran yang terpaut jauh bila dibandingkan dengan alat ukur kompas geologi dan theodolite. Perbedaan besaran sudut vertikal yang didapatkan terjadi akibat adanya human error yaitu kesalahan pengukuran yang dilakukan oleh pengamat baik dari segi ketelitian/akurasi maupun penguasaan dalam penggunaan alat. Jenis alat juga menjadi faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran yang didapatkan. Theodolite merupakan alat yang dirasa cukup akurat karena memiliki teknologi yang lebih canggih bila dibandingkan dengan abney level maupun kompas survei serta memiliki ketelitian yang tinggi dan dapat meminimalisir kesalahan yang disebabkan oleh manusia maupun faktor alam. Kompas survei menjadi alat yang tak cukup baik digunakan dalam pengukuran sudut vertikal karena memang sistem alatnya yang terbilang cukup konvensional serta mudah goyah saat penggunaanya serta diperlukan kalibrasi agar hasil yang didapatkan dapat maksimal.
Kesimpulan
sudut horisontal menggunakan alat ukur theodolite, kompas geologi dan kompas survei. Hasil pengukuran sudut horisontal dapat langsung diketahui hasilnya tanpa melakukan formasi perhitungan, sedangkan pengukuran sudut vertikal menggunakan alat ukur theodolite, kompas survei dan abney level. Hasil pengukuran sudut vertikal menggunakan theodolite tidak dapat langsung diketahui, tetapi harus menggunakan formula sudut referensi 900 dikurangi dengan hasil pengukuran sudut menggunakan theodolite sehingga baru diperoleh hasil pengukuran sudut vertikalnya.
2. Pengukuran sudut horisontal menggunakan theodolite pada 10 objek didapatkan hasil berupa tanda larangan membawa handphone sebesar 12,430N , AC panasonic lantai 2 gedung D sebesar 353,110N, lampu taman gedung D sebesar 356,640N, kubah masjid sebesar 277,440N, lampu utara KLMB sebesar 83,770N, lampu penangkal petir gedung D sebesar 334,940N, lampu taman KLMB sebesar 14,4410N, pengait pintu sebesar 22,270N, ujung tiang gedung D sebesar 40,020N, dan AC panasonic lantai 1 gedung D sebesar 331,270N. , sedangkan menggunakan kompas survei pada objek AC panasonic lantai 2 gedung D didapatkan hasil sebesar 3550N dan pada objek lampu taman gedung D sebesar 3300N. Pengukuran sudut vertikal pada 10 objek didapatkan hasil setelah dilakukan berupa tanda larangan membawa handphone sebesar 4,810 , AC panasonic lantai 2 gedung D sebesar 11,220, lampu taman gedung D sebesar 1,790, kubah masjid sebesar 21,010, lampu utara KLMB sebesar 9,180, lampu penangkal petir gedung D sebesar 26,760, lampu taman KLMB sebesar 2,190, pengait pintu sebesar 5,330, ujung tiang gedung D sebesar 30,170N, dan AC panasonic lantai 1 gedung D sebesar 0,470. Hasil pengukuran sudut vertikal menggunakan abney level pada AC panasonic lantai 2 gedung D yakni sebesar 11,50 dan pada lampu taman gedung D sebesar 10, sedangkan menggunakan kompas survei pada objek AC panasonic lantai 2 gedung D didapatkan hasil sebesar 12,50 dan pada objek lampu taman gedung D sebesar 2,50. Hasil pengukuran menggunakan theodolite dianggap paling akurat karena memiliki teknologi yang cukup canggih sehingga dapat meminimalisir kesalahan baik yang berasal dari faktor manusia maupun faktor alam.
Basuki, Slamet. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press.
Ghilani, C., and Wolf, P. 2012. Elementary Surveying : An Introduction to Geomatics (13th Edition).
New Jersey : Pearson Education.
Wongsotjitro, Soetomo.1980.Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta : Kanisius .
Tugas Praktikum
1. Apa yang saudara ketahui tentang deklinasi magnetik?
Deklinasi magnetik merupakan sudut yang dibentuk oleh kutub utara jarum kompas
dengan arah utara dan selatan geografis. Garis – garis gaya magnet bumi mengalami
penyimpangan terhadap arah utara selatan bumi. Sudut deklinasi (+) menunjukkan
jika kutub utara magnet menyimpang ke timur dan (-) juka kutub utara magnet
menyimpang ke barat seperti dalam gambar 1.
Gambar 1.
Sudut
deklinasi
yang dibentuk
oleh kutub
utara magnet.
2. Jelaskan
istilah
local
attraction
dan apa pula pengaruhnya pada pengukuran sudut horisontal?
lapangan.
Local attraction
di suatu tempat bisa dideteksi dengan mengamati
bearing
dari kedua ujung garis di area tersebut. Jika garis
bearing
depan dan
bearing
belakang
tepat 180 °, maka tidak ada
local attraction
di kedua ujung garis. Tapi jika perbedaan
ini tidak sama dengan 180 °, maka
local attraction
ada di salah satu atau kedua ujung
garis.
No.
Objek
Sudut Horisontal
Sudut Objek
Azimuth
Bearings
1
No Handphone Sign
12
025’38” (12,43
0)
N 12,43
0E
340,68
02
AC Panasonic Lantai 2
Gedung D
353
0
06’20” (353,11
0)
N 6,89
0W
3,53
03
Lampu Taman Gedung D
356
038’20” (356,64
0)
N 3,36
0W
79,20
04
Kubah Masjid
277
026’21” (277,44
0)
N 85,56
0W
193,67
05
Lampu Utara KLMB
83
046’18” (83,77
0)
N 83,77
0E
251,17
06
Lampu Penangkal Petir
Gedung D
334
0
56’25” (334,94
0)
N 25,06
0W
193,67
07
Lampu Taman KLMB
141
026’08” (141,44
0)
S 38,56
0E
119,17
08
Pengait Pintu
22
016’09” (22,27
0)
N 22,27
0W
17,75
09
Ujung Tiang Gedung D
40
001’18” (40,02
0)
N 40,02
0E
291,25
010
AC PanasonicLantai 1
Gedung D
331
0