• Tidak ada hasil yang ditemukan

isomer geometri isomer geometri isomer geometri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "isomer geometri isomer geometri isomer geometri"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ISOMER GEOMETRI

I. Tujuan

1. Menentukan titik leleh dan bentuk kristal dari asam maleat dan asam fumarat

2. Menentukan massa asam maleat dan asam fumarat yang terbentuk 3. Menentukan % rendemen asam maleat dan asam fumarat

4. Mengubah asam maleat menjadi asam fumarat

II. Landasan Teori

Dalam ilmu kimia, isomer ialah molekul-molekul dengan rumus kimia yang sama (dan sering dengan jenis ikatan yang sama) namun memiliki susunan atom yang berbeda. (dapat diibaratkan sebagai sebuah anagram). Kebanyakan isomer memiliki sifat kimia yang mirip satu sama lain. Juga terdapat istilah isomer nuklir, yaitu inti-inti atom yang memiliki tingkat eksitasi yang berbeda. Contoh sederhana dari suatu isomer adalah C3H8O. Terdapat 3 isomer dengan rumus kimia tersebut, yaitu 2 molekul

alkohol dan sebuah molekul eter. Dua molekul alkohol yaitu 1-propanol (n-propil alkohol, I), dan 2-propanol (isopropil alkohol, II). Pada molekul I, atom oksigen terikat pada karbon ujung, sedangkan pada molekul II atom oksigen terikat pada karbon kedua (tengah). Kedua alkohol tersebut memiliki sifat kimia yang mirip. Sedangkan isomer ketiga, metil etil eter, memiliki perbedaan sifat yang signifikan terhadap dua molekul sebelumnya. Senyawa ini bukan sebuah alkohol, tetapi sebuah eter, dimana atom oksigen terikat pada dua atom karbon, bukan satu karbon dan satu hidrogen seperti halnya alkohol. Eter tidak memiliki gugus hidroksil.

(Underwood, 1987)

(2)

linier, trigonal planar atau tetrahedral, tetapi umumnya terdapat pada kompleks planar segiempat dan octahedral.

Kompleks yang mempunyai isomer hanya kompleks-kompleks yang bereaksi sangat lambat dan kompleks inert. Ini disebabkan karena komplek-kompleks yang bereaksi sangat cepat atau kompleks-kompleks yang labil, sering bereaksi lebih lanjut membentuk isomer yang stabil.

Pada beberapa senyawa kompleks koordinasi, ikatan kovalen menimbulkan kemungkinan terbentuknya senyawa-senyawa isomer, karena ligan terikat dalam ruangan sekitar ion logam pusat. Yang dimaksud dengan senyawa isomer adalah molekul-molekul atau ion-ion yang mempunyai susunan atom yang sama sehingga bangun dan sifat-sifatnya berbeda. Ada dua keisomeran yang lazim dijumpai pada senyawa kompleks koordinasi yaitu keisomeran cis-trans dan keisomeran optic.

(Tim kimia anorganik I, 2014)

Dua gugus yang terletak pada satu sisi ikatan pi disebut cis (latin, “pada sisi yang sama”). Gugus-gugus yang terletak pada sisi yang berlawanan disebut trans (latin, “bersebrangan”). Perhatikan bagaimana kata cis dan trans ini digabungkan ke dalam nama.

Cl Cl Cl H

C=C C=C

H H H Cl

Cis-1,2-dikloroetana trans-1,2-dikloroetena

t.d. 60oC t.d. 48oC

(3)

isomer geometri (juga disebut isomer cis-trans) ; stereoisomer-stereoisomer yang berbea karena gugus-gugus berada pada satu sisi atau pada sisi-sisi yang berlawanan terhadap letak ketegaran molekul.

(Fessenden, 1997)

Keisomeran cis-trans terjadi pada beberpa senyawa kompleks yang mempunyai bilangan koordinasi 4, 5, dan 6. Tetapi untuk bilangan koordinasi 4, keisomeran hanya terjadi pada bangun bersisi empat ligan-ligan sama jaraknya ke logam pusat. Misalnya, senyawa kompleks platina (II), [Pb(NH3)2¬Cl2], mempunyai dua senyawa isomer yang berbeda kelarutan, warna dan sifat-sifat lainnya.

Kompleks kobalt (III) etilendiamin, [Co(en)2Br2]Br. Senyawa

kompleks ini merupakan/mempunyai dua isomer, yaitu dextro (d) dan levo (l)

(Rivai, 1994)

Werner mengemukakan bahwa jika kompleks logam koordinat empat tipe [MA2B2] memiliki isomer geometri, misalnya isomer cis dan

trans, maka dapat disimpulkan bahwa kompleks itu bujur sangkar. Kompleks ini tidak mungkin berbentuk tetrahedral karena bentuk tetrahedral tidak memiliki isomer geometri.

(Ramlawati, 2005)

Tipe isomer ruang dimana 2 senyawa berbeda dalam hal kedudukan relatif 2 gugus terikat disekitar ikatan rangkapnya. Sebagai contoh adalah asam fumarat dan asam maleat. Pada asam fumarat, kedua gugusnya yaitu gugus –COOH dan gugus –H terletak pada sisi ikatan rangkap yang sama (disebut bentuk cis) sementara pada asam maleat kedua gugus tersebut terletak pada sisi ikatan rangkap yang berlawanan (disebut bentuk trans). Isomer geometris disebut juga isomer Cis-trans. Contoh lainnya adalah senyawa 1,2-dikloroetena.

(4)

III. Prosedur Percobaan A. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Erlenmeyer 125 mL b. Pembakar Bunsen c. Corong Buchner d. Labu bulat 400 mL e. Alat penentuan titik leleh 2. Bahan

a. Kertas saring b. Anhidrat maleat c. HCl pekat

B. Skema Kerja

Dididihkan dalam Erlenmeyer 125 mL Ditambahkan 15 gr anhidrat meleat

Didinginkan labu dibawah pancuran air keran Dikumpulkan asam meleat diatas corong Buchner Dikeringkan dan ditentukan titik leleh

Dimasukkan ke dalam labu bundar 100 mL Ditambahkan 15 mL HCl pekat selama 10 menit Didinginkan pada suhu kamar

Dikumpulkan asam fumarat dalam corong Hasil

(5)

IV. Pembahasan

Pada percobaan keisomeran geometri dilakukan pengubahan asam maleat menjadi asam fumarat. Dalam hal ini senyawa yang berisomer cis dan trans adalah asam maleat dan asam fumarat. Prinsip dari percobaan ini adalah reaksi adisi-eliminsi, yaitu memutuskan ikatan phi dengan reaksi adisi dan kemudian membentuk kembali dengan menggunakan reaksi eliminasi. Metode yang digunakan yaitu metode refluks (yaitu Proses pendidihan atau pendestilasian dengan kolom fraksionasi sehingga uap yang terbentuk berkondensasi dan mengalir lagi kebawah akibatnya terjadi proses alir balik dan proses ini berlaku kontinyu), selain itu juga menggunakan metode kristalisasi (pemisahan endapan dari larutan berdasarkan perbedaan kelarutan), dan metode rekristalisasi (pemurnian Kristal dari larutan pengotor).

Asam maleat dan asam fumarat memiliki rumus molekul yang sama, yaitu HOOCCHHCHCOOH tetapi memiliki susunan yang berbeda dalam ruang. Isomer geometri adalah isomer yang diakibatkan oleh ketegaran dalam molekul dan hanya dijumpai dalam dua kelas senyawa, yaitu alkena dan senyawa siklik. Asam-asam maleat mempunyai struktur cis sedangkan asam fumarat mempunyai struktur trans.

Mula-mula dilakukan pembuatan asam maleat terlebih dahulu dengan menggunakan 3 g anhidrida maleat yang ditambahkan dengan 4 ml aquades yang telah dididihkan. Pada saat pendidihan aquades dalam erlenmeyer, erlenmeyer yang digunakan ditutup aluminium foil agar air yang menguap tidak habis keluar, sehingga air tidak cepat habis saat dididihkan. Proses pendidihan aquades berfungsi agar anhidrida maleat dapat cepat larut. Ketika penambahan anhidrida maleat ke dalam air mendidih dalam erlenmeyer dilakukan dengan cepat sehingga air yang mendidih tadi tidak banyak menguap. Penggunaan aquades berfungsi sebagai pelarut sehingga mempermudah terjadi pembukaan ikatan pada senyawa siklik dari anhidrida maleat dan terbentuknya karbokation.

(6)

berwarna menandakan bahwa anhidrida maleat larut semua dalam air. Kemudian erlenmeyer yang berisi larutan tersebut didinginkan di dalam air agar terbentuk kristal. Pembentukan kristal pada proses ini harus terbentuk sebagian, artinya sebagian larutan terbentuk kristal dan sebagian lagi masih dalam keadaan cair (filtrat). Kristal yang terbentuk disaring dengan menggunakan kertas saring agar kristal dan filtratnya terpisah. Setelah kristal yang tersaring kering, kristal tersebut ditimbang dan diperoleh berat untuk kristal asam maleat, sehingga dapat dicari % rendemen asam maleat dengan menggunakan rumus :

% rendemen asam maleat = berat Kristal asam maleat murni × 100 % berat asam maleat kotor

Kristal asam maleat yang terbentuk kemudian ditentukan titik lelehnya dengan menggunakan alat penentuan titik leleh. Titik leleh asam maleat secara literatur yang leleh pada suhu 130˚C.

Filtrat yang diperoleh sebelumnya ditambahkan dengan HCl pekat. Proses ini merupakan proses perubahan asam maleat menjadi asam fumarat. Penambahan HCl berfungsi sebagai katalis yang digunakan untuk memprotonasi salah satu gugus karbonil sehingga ikatan rangkap pada atom karbon dapat beresonansi dan terjadi rotasi pada ikatan tunggal, selanjutnya ikatan rangkap beresonansi kembali. Ion H+ dihasilkan lagi

dari reaksi pada tahap keempat.

(7)

diperoleh berat asam fumarat, sehingga dapat dicari % rendemen asam fumarat dengan menggunakan rumus :

% rendemen asam fumarat = berat Kristal asam fumarat murni × 100% berat asam fumarat kotor

Kristal asam fumarat kemudian ditentukan titik lelehnya dengan menggunakan alat penentu titik leleh. Titik leleh asam fumarat secara literatur yang leleh pada suhu 287˚C.

Pada percobaan mengenai keisomeran geometri ini dilakukan pengubahan asam maleat menjadi asam fumarat. Sebelum dilakukan pengubahan menjadi asam fumarat, terlebih dahulu dilakuakan pembuatan asam maleat yang menggunakan anhidrida maleat sebagai bahan utama. Anhidrida maleat ditambahkan pada aquadest yang telah dididihkan. Dalam hal ini aquadestberfungsi sebagai pelarut sehingga mempermudah terjadinya pembukaan ikatan pada senyawa siklik dari anhidrida maleat dan terbentuknya karbokation. Mekanisme reaksinya sebagai berikut:

(8)

fumarat. Mekanisme reaksi pengubahan asam maleat menjadi asam fumarat sebagai berikut:

Pada percobaan pengubahan asam maleat menjadi asam fumarat, larutan filtrat asam maleat dari proses sebelumnya ditambahkan HCl pekat dan direfluks perlahan-lahan. Dalam hal ini HCl pekat berfungsi sebagai katalis yang digunakan untuk memprotonasi salah satu gugus karbonil sehingga ikatan rangkap pada atom karbon dapat beresonansi dan terjadi rotasi pada ikatan tunggal, selanjutnya ikatan rangkap beresonansi kembali. Ion H+dihasilkan lagi dari reaksi pada tahap keempat.

Setelah dilakukan refluks mulai terbentuk endapan kristal asam fumarat dari larutan panas. Larutan didinginkan pada suhu kamar dan direkristalisasi dengan air. Pada tahap rekristalisasi digunakan air sebagai pelarut yang sesuai karena asam fumarat termasuk senyawa yang polar sehingga akan larut dalam pelarut yang polar pula (like dissolve like).

(9)

V. Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :

1. % rendemen dapat dicari dengaqn menggunakan rumus : % rendemen = berat Kristal murni × 100%

berat kotor

2. Besar kecilnya % rendemen tergantuk Kristal murni yang didapat

3. Titik leleh asam maleat lebih rendah dari pada asam fumarat karena pada asam maleat, hal ini menandakan adanya perbedaan sifat fisik antara senyawa berisomer cis dan trans

B. Saran

Percobaan isomer geometri ini tidak dilakukan percobaan. Hal ini dikarenakan kemungkinan alat yang digunakan tidak cukup atau bahan yang digunakan tidak ada. Sehingga praktikan hanya mencari di literature mengenai percobaan isomer geometri ini. Untuk itu praktikan menyarankan agar menyediakan bahan dan alat yang akan digunakan sehingga perobaan dapat dilakukan

VI. Daftar Pustaka

Day, R.A, dan Underwood. 1987. Analisis Kimia Kualitatif. Jakarta: Erlangga

Fessenden. 1997. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga Mulyono. 2005. Kamus Kimia. Jakarta: Bumi Aksara Ramlawati. 2005. Kimia Anorganik . Bandung : ITB

Rivai. 1994. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarat: Universitas Indonesia Tim Kimia Anorganik I. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik

Referensi

Dokumen terkait

Tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa dapat dijadikan alat ukur untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti pelajaran. Penilaian yang

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Country Of Origin Terhadap Perceived Value dengan

Beberapa bentuk dukungan sosial menurut Cohen dan Hoberman yaitu; (1) appraisal Support yaitu adanya bantuan yang berupa nasihat yang berkaitan dengan

Kelemahan pendidikan Islam dilihat justru terjadi pada sector utama, yaitu pada konsep, sistem, dan kurikulum, yang dianggap mulai kurang relevan dengan kemajuan peradaban

Sisi yang sempit, hanya dibahas pada masalah penelitian yang akan dijawab melelui data yang diperoleh tersebut, sedang sisi yang lebih luas, interpretasinya tidak hanya

Sehubungan dengan diadakannya penelitian tentang “Penerimaan E-money Pada Kalangan Mahasiswa di Yogyakarta”, saya Dewi Paramita, mahasiswi program studi Magister

Bunun arkasında kuşkusuz, Soğuk Savaş döneminin şartlarında NATO tarafından, gerçekte potansiyel olarak ve jeo-stratejik anlamda Sovyetler Birliği'nin askeri tehdidi altında