• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Guru dalam Memotivasi Siswa PAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Strategi Guru dalam Memotivasi Siswa PAI"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Sesungguhnya kodrat manusia dilahirkan di dunia ini dengan membawa fitrah. Hal inilah yang membedakan antara manusia dengan makhluk ciptaan lainnya. Fitrah merupakan faktor kemampuan dasar perkembangan manusia yang dibawa sejak lahir yang merupakan potensi dasar untuk berkembang. Misalnya, kemampuan dasar untuk beragama, manusia diberi kelebihan berupa akal yang tidak dimiliki oleh makhluk yang lain. Dengan akal itu manusia dapat mengembangkan potensinya untuk berfikir, berkembang dan beragama serta dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Potensi-potensi tersebut harus diaktualisasikan dan ditumbuh kembangkan dalam kehidupan nyata di dunia ini melalui proses pendidikan sepanjang hayat yang kelak akan di pertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT di akhirat.1

Pada umumnya pendidikan diselenggarakan untuk memenuhi tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, setelah lulus diharapkan anak dapat membantu mengembangkan masyarakat atau ikut serta ambil bagian dalam memenuhi kebutuhan demi kesejahteraan masyarakat. Hal ini selaras dengan pendidikan nasional Indonesia sebagaimana tercantum dalam UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 1989 yang berbunyi : “Pendidikan Nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan’’.2

Dalam UURI (sisdiknas), No.20 tahun 2003 Pasal 1 tentang pengertian pendidikan adalah: “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan , akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara’’.3

Dalam rangka memenuhi kebutuhan mental dan spiritual seperti yang disebutkan dalam pengertian tersebut, Pendidikan Islam dapat membentuk manusia agar mempunyai

1 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2002, hal :12 2 Tim Penyusun Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang Sistem Nasional, (Jakarta :Grasindo, 1991), hal : 10

(2)

kepribadian muslim yakni manusia seluruh aspek kepribadiannya baik tingkah laku, kegiatan- kegiatan jiwa maupun falsafah hidup dan kepercayaanya sesuai dengan nilai-nilai islam.4

Di Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah sendiri untuk mata pelajaran agama cenderung diabaikan oleh peserta didik, karena bagi sebagian peserta didik mata pelajaran Akidah Akhlak merupakan mata pelajaran yang membosankan, dengan adanya metode ceramah, hafalan yang diterapkan selain metode-metode lain yang juga digunakan dalam pembelajaran Akidah Akhlak. Harus diakui juga bahwa pendidikan agama islam termasuk didalamnya Akidah Akhlak masih belum mendapatkan tempat di hati sebagian siswa dan keberadaannya acap kali kurang mendapat perhatian serta waktu belajarnya masih relatif kurang karena mata pelajaran ini waktunya hanya satu minggu sekali itupun hanya dua jam pelajaran. Selain itu juga mata pelajaran agama yang didalamnya termasuk Akidah Akhlak merupakan kelompok mata pelajaran yang tidak di UAN-kan.

Dalam pendidikan, Akidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran agama islam yang dijadikan sumber hokum akan keimanan yang utama sebagaimana firman Allah SWT :

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui

orang-orang yang mendapat petunjuk.5

Salah satu prinsip dalam melaksanakan pendidikan adalah siswa secara aktif mengambil bagian dalam kegiatan yang dilaksanakan. Untuk dapat melaksanakan suatu kegiatan pertama-tama harus adanya pendorong untuk mewujudkan kegiatan itu atau dengan kata lain, untuk dapat melakukan sesuatu harus ada motivasi. Sebagaimana dijelaskan A.Tabrani dan kawan –kawan bahwa :

1. Motivasi memberi semangat terhadap peserta didik dalam kegiatan –kegiatan belajarnya.

2. Motivasi- motivasi perbuatan merupakan pemilih dari tipe kegiatan-kegiatan untuk melakukannya.

3. Motivasi memberi petunjuk pada tingkah laku.6

(3)

Sebenarnya kegiatan atau tingkah laku individu bukanlah kegiatan yang terjadi begitu saja, akan tetapi terdapat faktor yang mendorongnya dan selalu ada sasaran yang akan dicapai sebagai tujuan. Faktor pendorong itu adalah motif yang bertujuan untuk memenuhi atau mempertahankan situasi dan kondisi tertentu. Dengan demikian setiap kegiatan individu selalu ada yang mendorongnya (motif) dan memiliki sasaran yang dicapai atau tujuan. “motif diartikan sebagai daya seseorang untuk melakukan sesuatu.”7

Dari uraian tersebut, dapat ditegaskan bahwa motif adalah suatu dorongan yang ada pada manusia yang menyebabkan dia bertindak atau bertingkah laku, sedangkan motivasi adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri manusia yang menimbulkan kegiatan atau aktifitas. Dalam hubungannya dengan pembelajaran maka aktifitas yang dimaksud adalah belajar.

Motivasi belajar adalah faktor yang praktis, peranannya adalah menumbuhkan gairah belajar, merasa senang dan semangat untuk belajar. A. Tabrani Rusyan mengutip pendapat Crow dan Crow untuk memperjelas pentingnya motivasi dalam belajar sebagai berikut :“Belajar harus diberi motivasi dengan berbagai cara sehingga minat yang dipentingkan dalam belajar itu dibangun dan minat yang telah ada pada diri anak.”8

Berdasarkan kegiatan belajar-mengajar selalu ada strategi guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Strategi guru bertujuan untuk memotivasi siswa agar memiliki gairah dan semangat dalam belajar dan dapat prestasi yang optimal. Oleh karena itu, guru harus mempunyai strategi untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan untuk membangkitkan semangat belajar siswa. Strategi guru dalam pembelajaran diperlukan agar siswa tidak merasa bosan, bahkan benci tetapi dapat menikmati dengan senang terhadap mata pelajaran Akidah Akhlak. Apabila siswa benar- benar memahami dan mengamalkan apa yang terkandung didalamnya yaitu Akidah Akhlak, maka siswa akan mampu menjadi pribadi yang bijak serta mampu menjalankan perintah agama dengan benar sesuai perintah Allah Swt.

Dari permasalahan inilah, penulis ingin meneliti dan mengungkapkan serta memberikan pemecahan dari permasalahan yang timbul dengan judul “STRATEGI GURU MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK DALAM PENINGKATAN

(4)

MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MADRASAH TSANAWIYAH AL-KHAIRIYAH”. Dalam pembelajaran sangat diperlukan strategi ataupun cara untuk memberikan materi pelajaran sehingga siswa dapat termotivasi dalam kegiatan pembelajaran dikelas. Dengan demikian siswa akan lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran dikelas sehinnga memudahkannya untuk memahami apa yang telah guru sampaikan dengan baik.

Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan yang diungkap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi guru dalam memotivasi belajar siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah?

2. Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah?

3. Faktor penghambat dan penunjang dalam peningkatan motivasi belajar siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui strategi guru dalam memotivasi belajar siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas VIII Mts Al-Khairiyah.

2. Untuk mengetahui peningkatan peningkatan motivasi belajar siswa kelas VIII Mts. Al-Khairiyah.

3. Untuk mengetahui faktor penghambat dan penunjang dalam peningkatan motivasi belajar siswa kelas VIII Mts. Al-Khairiyah.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat secara teoritis maupun praktis.

1. Secara teoritis, bermanfaat bagi pengembangan khazanah ilmu pengetahuan di bidang pembelajaran pendidikan islam khususnya Akidah Akhlak.

2. Secara praktis, penelitian ini berguna bagi: a. Peneliti

Penelitian ini mempunyai manfaat sebagai penerapan teori-teori yang diperoleh selama 8 semester.

(5)

Penelitian ini dapat digunakan bermanfaat sebagai bahan informasi yang merupakan usaha peningkatan motivasi belajar siswa serta bahan evaluasi dan pemikirannya.

c. Sekolah / Lembaga

Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi lembaga agar dapat dijadikan sebagai rujukan dalam upaya peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak

Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menjaga terjadinya pembahasan yang terlalu luas dan menyimpang dari materi pokok, sehingga tidak mengarah pada sasaran dan tujuan, maka peneliti membuat batasan-batasan permasalahan yang akan dipaparkan yaitu meliputi Pembahasan motivasi belajar, pengertian belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, mcam-macam motivasi belajar, fungsi motivasi belajar, pembahasan mengenai strategi guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, metode yang digunakan guru pada mata pelajaran Akidah Akhlak.

Sistematika Pembahasan

Supaya penelitian ini dapat mudah dipahami, maka peneliti perlu membatasi penulisan ini dengan sistematika pembahasan sebagaimana yang disebutkan dibawah ini :

Pada bab I ini yaitu Bab pendahuluan, peneliti kemukakan berbagai gambaran singkat untuk mencapai tujuan penulisan, yaitu meliputi : latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan sistematika pembahasan.

Kemudian pada bab yang kedua yaitu kajian teori memaparkan tentang :

1. Motivasi belajar yang mencangkup pengertian motivasi dan belajar pengertian belajar dari berbagai tokoh dan teori, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, macam-macam motivasi belajar, fungsi motivasi dalam belajar.

2. Pembahasan mengenai strategi guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa yang mencangkup bentuk-bentuk motivasi belajar dalam belajar, upaya guru meningkatkan motivasi belajar. Metode yang digunakan guru pada mata pelajaran Akidah Akhlak. Pada bab ketiga, yaitu menjelaskan tentang metodologi penelitian yang memaparkan tempat waktu penelitian, metode pengumpulan data, teknik analisis data, sumber data, pengecekan dan keabsahan data.

(6)

meliputi sejarah dan perkembangan Mts.Al-Khairiyah, keadaan struktur organisasi dan dewan pengurus, keadaan guru dan siswa.

Pada bab kelima memaparkan hasil penelitian, berisi tentang pembahasan terhadap temuan-temuan penelitian yang dikemukakan di dalam hasil penelitian.

BAB II KAJIAN TEORI

(7)

Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan peperangan. Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, orseries, of activities designed to

achieves a particular educational goal.9

Pengertian pembelajaran sendiri adalah berasal dari kata dasar “ajar” yang artinya petunjuk yang di berikan kepada orang supaya diketahui. Dari kata “ajar” ini lahirlah kata kerja “belajar” yang berarti berlatih atau berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu dan kata “pembelajaran” berasal dari kata “belajar” yang mendapat awalan pem- dan akhiran -an yang merupakan konflik nominal yang mempunyai arti proses.10

Berikut definisi tentang pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli:

a. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan ini mengakibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara yang lebih efektif dan efisien.11

b. Pembelajaran adalah suatu usaha mengorganisasi lingkungan sehigga menciptakan kondisi belajar untuk siswa.12

Jadi dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

2. Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran

Ada beberapa strategi pembelajaran Rown Tree (1974) menjelaskan dalam bukunya Wina Sanjaya “strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan” mengelompokan ke dalam strategi penyampaian penemuan atau exposition-discovery

learning, strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaran individu atau

groups-individual learning.13

Dalam strategi exposition, bahan pelajaran disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut. Roy killen menyebutnya dengan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), dikatakan strategi pembelajaran langsung karena dalam strategi ini materi pelajaran disajikan begitu saja kepada siswa, siswa tidak dituntut mengolahnya kewajiban siswa adalah menguasainya secara penuh.

9 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, (Jakarta : kencana, 2006), Hal :126

(8)

Berbeda dengan strategi discovery, dalam strategi ini bahan pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas sehingga tugas guru lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswanya.

Strategi belajar individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu yang bersangkutan.

Berbeda dengan strategi pembelajaran individual, belajar kelompok dilakukan secara beregu. Sekelompok siswa diajar oleh seorang atau beberapa guru. Bentuk belajar kelompok bisa dalam pembelajaran kelompok besar atau bisa juga siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil.

3. Dasar Pertimbangan Pemilihan Metode Mengajar

Ada beberapa faktor yang harus dijadikan dasar pertimbangan pemilihan metode mengajar. Dasar pertimbangan itu bertolak dari faktor- faktor :

a. Berpedoman pada tujuan

b. Perbedaan individual anak didik c. Kemampuan guru

d. Sifat bahan pelajaran e. Situasi kelas

f. Kelengkapan fasilitas

g. Kelebihan dan kelemahan metode

Dan hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Syaiful Bahri dan Winarno .S. (1991) yang tertuang dalam bukunya Pupuh Fathurrahman mengemukakan lima macam faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar. yakni 14:

a. Tujuan dan berbagai jenis fungsinya.

b. Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya. c. Situasi berlainan keadaannya.

d. Fasilitas bervariasi secara kualitas dan kuantitas. e. Kepribadian dan kompetensi guru yang berbeda-beda.

Dalam kegiatan belajar mengajar, metode sangat diperlukan oleh guru, dengan penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Seorang guru tidak akan dapat mengajar dengan baik apabila ia tidak menguasai metode secara tepat.

Berikut beberapa metode dalam pembelajaran : 1. Metode Ceramah

(9)

Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur.

2. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Diskusi pada dasarnya adalah tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama lebih jelas dan teliti tentang sesuatu untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama.15

3. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa.

4. Metode Hafalan

Metode hafalan merupakan metode yang sering digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Kendatipun cara belajar demikian kurang memberikan hasil, namun tetap dianggap perlu, karena dengan menghafal kita akan dapat mengingat banyak hal. Menghafal berlangsung sejalan dengan proses mengingat.

5. Metode Tugas Belajar dan Resitasi

Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas bisa dilaksanakan dirumah, sekolah, perpustakaan dan di tempat lainnya.Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun secara kelompok.

6. Metode Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok merngandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil dan mengutamakan belajar aktif.

7. Metode Demonstrasi dan Eksperimen

Demonstrasi dan eksperimen merupakan metode mengajar yang sangat efektif, sebab membantu para siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta (data) yang benar. Demonstrasi merupakan suatu metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu.

(10)

8. Metode Simulasi

Metode Simulasi merupakan metode tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura, dalam hal ini bertujuan untuk melatih ketrampilan tertentu baik yang bersifat professional atau untuk kehidupann sehari-hari.

4. Ciri-ciri Umum Metode yang Baik

Omar Muhammad al-Thaomi dalam bukunya Fathurrahman mengatakan, terdapat beberapa ciri dari sebuah metode yang baik untuk pembelajaran yakni :

a. Berpadunya metode dari segi tujuan dan alat dengan jiwa.

b. Bersifat luwes, fleksibel dan memiliki gaya sesuai dengan watak siswa dan materi. c. Bersifat fungsional dalam menyatukan teori dengan praktek dan mengantarkan siswa

pada kemampuan praktis.

d. Tidak mereduksi materi, bahkan sebaliknya justru mengembangkan materi. e. Memberikan keluasaan pada siswa untuk menyatakan pendapatnya.

f. Mampu menempatkan guru dalam posisi yang tepat, terhormat, dalam keseluruhan proses pembelajaran.16

5. Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran dalam Proses Pendidikan

Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan. Setiap strategi mempunyai ke-khasan sendiri-sendiri.

Oleh sebab itu, guru perlu memahami prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran sebagai berikut :

a. Berorientasi pada tujuan b. Aktivitas

c. Individualitas d. Integritas

B. Kajian Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas- aktifitas tertentu demi terciptanya suatu tujuan.17

Motivasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :

1. Motif Biognetis: Motif-motif yang berasal dari kebutuhan- kebutuhan organisme demi kelanjutan hidupnya.

16 Pupuh fathurrahman dan M. Sobri Sutikno, op.cit, hal : 56

(11)

2. Motif Sosiogenetis: yaitu dimana motif-motif yang berkembang berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang tersebut berada.

3. Motif Teologis: dalam motif ini manusia sebagai makhluk yang berketuhanan sehingga ada interaksi antara manusia dengan Tuhan-Nya, misalnya keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk merealisasikan norma-norma sesuai agamanya.18

Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.19

2. Pengertian Belajar

Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.20 Pendapat yang lebih lengkap dikemukakan oleh The Liang Gie, belajar adalah segenap rangkaian kegiatan aktifitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa pemahaman pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya sedikit banyak permanen.21

3. Ciri-Ciri Belajar

Dalam buku karang Syaiful Bahri Djamarah seorang dapat dikatakan belajar jika mengalami cirri-ciri :

a. Perubahan yang terjadi secara sadar. b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional. c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.22

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:

a. Faktor Internal: kondisi atau keadaan jasmani dan rohani siswa. b. Faktor Eksternal: kondisi lingkungan disekitar siswa.

18 W.A.Gerungan, Psikologi Sosial, ( Bandung : PT.Erisco,1996), Hal 142-144 19 W.S. wingkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta : Grafindo,1996), Hal : 151

20 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rajawali Press, 1987), Hal ;22 21 The Liang Gie, Cara Belajar Yang Efisien, (Yogyakarta : UGM, 1988) Hal : 14

(12)

c. Faktor Pendekatan Belajar: jenis upaya belajar siswa yang meliputi starategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran dan materi-materi pembelajaran.23

Menurut Ngalim Purwanto, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yakni:

a. Faktor yang ada pada diri organism itu sendiri yang kita sebut faktor individual. b. Faktor yang ada diluar individu yang kita sebut factor social.

Yang termasuk ke dalam faktor individual antara lain : a. Kematangan/ pertumbuhan.

b. Kecerdasan / intelegensi. c. Latihan dan ulangan. d. Motivasi.

e. Sifat-sifat pribadi seseorang.

Sedangkan yang termasuk factor social : a. Keadaan keluarga.

b. Guru dan cara mengajar. c. Alat-alat pengajaran.24

5. Pengertian Motivasi Belajar

Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan yang ada dapat tecapai. Dalam kegiatan belajar, Motivasi tentu sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktifitas belajar.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi belajar adalah kekuatan, daya pendorong atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan dalam rangka perubahan tingkah laku, baik segi kognitif, afektif maupun psikomotorik.25

6. Macam-Macam Motivasi

Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya dibagi menjadi dua :

1. Motif- motif bawaan. 2. Motif-motif yang dipelajari.

Motivasi jasmaniah dan rohaniah

1. Motivasi jasmaniah seperti refleks, insting otomatis, nafsu. 2. Motivasi rohaniah seperti kemauan.

Motivasi Instrinsik dan Ekstrinsik

23 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2005), hal : 132

(13)

1. Motivasi Instrinsik: motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.26

2. Motivasi Ekstrinsik: motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.

7. Prinsip-prinsip Motivasi Belajar

Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar yaitu :

1. Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktifitas belajar.

2. Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman.

3. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar.

4. Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar.

5. Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar.

8. Fungsi Motivasi Dalam Belajar

1. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan.

2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan pencapaian tujuan yang diinginkan.

3. Motivasi berfungsi sebagai penggerak.

9. Bentuk-Bentuk Motivasi Dalam Belajar

Dalam proses interaksi belajar mengajar, baik motivasi instrinsik maupun motivasi ekstrensik, diperlukan untuk mendorong anak didik agar tekun dalam belajar. Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan belajar peserta didik dikelas sebagai berikut :

10. Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar

Ada beberapa cara yang digunakan guru untuk merangsang dalam belajar yang bersifat ekstrinsik. Diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Menggairahkan Anak didik

Dalam kegiatan rutin dikelas sehari-hari guru harus berusaha menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan. Guru harus memelihara minat peserta didik dalam belajar,

(14)

yaitu dengan memberikan kebebasan tertentu untuk berpindah dari satu aspek ke lain aspek pelajaran dalam situasi belajar.

b. Memberikan Harapan Realistis

Guru harus memelihara harapan-harapan peserta didik yang realistis dan memodifikasi harapan-harapan yang kurang dan realistis.

c. Memberikan Insentif

Bila anak didik mengalami keberhasilan, guru diharapkan memberikan hadiah kepada peserta didik, sehingga anak terdorong usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah Jakarta Selatan. Adapun waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu November hingga Desember 2013.

B. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dilapangan dalam rangka mendeskripsikan dan menjawab fokus penelitian yang sedang diamati digunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

a. Metode observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.

b. Metode interview (wawancara )

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.27

c. Metode dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, majalah, notulen rapat, ageda dan sebagainya.28

(15)

C. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif yaitu dengan menuturkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang dialami oleh siswa sehubungan dengan motivasi belajar siswa.

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah dengan kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan, seperti dokumen, arsip-arsip dan lain-lain.

Sebelum mengadakan penelitian peneliti mengenal dan memahami kondisi sekolah terlebih dahulu. Selanjutnya secara resmi mengadakan observasi untuk mengumpulkan berbagai macam data. Setelah data terkumpul baik dari dokumentasi maupun wawancara kemudian ditafsirkan untuk memprediksi motivasi siswa dalam beljar khususnya pada mata pelajaran qur’an hadits.

Selain itu peneliti juga membandingkan kondisi yang terjadi dengan pendapat siswa , kepala sekolah dan guru mata pelajaran akidah akhlak sehingga akan memperoleh kesimpulan tentang Strategi Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak dalam Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Al-Khariyah.

Sesuai dengan jenis datanya, maka peneliti menggunakan analisis deskriptif, yaiu pengelolaan dengan langkah-langkah sebagai berikut: setelah data terkumpul selanjutnya diidentifikasi serta dikategorikan kemudian digambarkan berdasarkan logika dengan dengan tidak melupakan hasil dari pengamatan, wawancara dan mengambil keputusan. Adapun tahap-tahap analisis data tersebut sebagai berikut :

1. Analisis selama pengumpulan data

Dalam analisis data ini, peneliti menggunakan teknik sebagai berikut : a. Pembatasan mengenai jenis kajian yang diperoleh.

b. Mengembangkan pertanyaan-pertanyaan

c. Merencanakan tahapan-tahapan pengumpulan data dengan memperhatikan hasil pengamatan sebelumnya.

d. Menulis catatan bagi diri sendiri mengenai hal yang dikaji. 2. Analisis setelah pengumpulan data

(16)

Untuk mendapatkan data yang lebih relevan dan urgen terhadap data yang terkumpul, maka peneliti menggunakan beberapa tekhnik, yaitu: mengadakan observasi secara terus menerus terhadap objek yang diteliti guna memahami gejala yang mendalam mengenai Strategi Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak Dalam Peningkatan Motivasi Belajar kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah

D. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk memperoleh keabsahan data, maka teknik yang digunakan adalah : a. Triangulasi

Triangulasi adalah pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu.

b. Menggunakan data referensi

Penggunaan data referensi sangat membantu memudahkan peneliti dalm pengecekan data, karena dari referensi yang ada sebagai pendukung dari observasi penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti.

c. Teknik member check

(17)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.

Deskripsi Obyek Penelitian

1. Sejarah Singkat MTs Al-Khairiyah

Madrasah Tsanawiyah Khairiyah merupakan bagian dari Yayasan Al-Khairiyah. Pada tanggal 1 Oktober 1967 dideklarasikan bahwa pada tahun ajaran 1968 Yayasan Al-Khairiyah memulai lembaga pendidikan tingkat Tsanawiyah yang langsung dipimpin (Kepala Sekolah) oleh pimpinan

2. Letak Geografis MTs Al-Khairiyah

MTs Al-Khairiyah terletak ditengah kota tepatnya dijalan Mampang Prapatan IV No. 74 Jakarta Selatan. Luas Bangunan kurang lebih sekitar 1533 M2.

3. Visi dan Misi MTs Al-Khairiyah a. Visi Madrasah

Mts Al-Khairiyah Beriman, bertaqwa, berbudi luhur, unggul dalam prestasi dan Istiqomah.

a. Misi Madrasah

1. Melatih siswa agar tekun beribadah, tertib dan Istiqomah.

2. Menumbuhkan perilaku aktif, kreatif dan menyenangkan dalam membina hubungan harmonis antara warga madrasah..

3. Bekerja sama, tertib bicara, tertib berpakaian dan berpendapat.

4. Menjadikan lembaga yang mandiri, bertanggung jawab dan mengamalkan akhlakul Islam.

5. Membina sikap dan perilaku kehidupan yang sesuai dengan norma-norma agama Islam.

(18)

4. Struktur Organisasi MTs Al-Khairiyah

Struktur organisasi merupakan suatu kerangka atau susunan yang menunjukkan hubungan antar komponen yang satu dengan yang lain, sehingga jelas tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam suatu kebulatan yang teratur. Adapun bagan stuktur organisasi MTs Al-Khairiyah adalah sebagai berikut:

Adapun tugas masing-masing bagian dari struktur organisasi tersebut adalah: 1. Kepala Madrasah

Kepala madrasah adalah supervisor, administrator dan manager. Bertanggung jawab kepada yayasan sebagai institusi penyelenggara pendidikan dan bertanggung jawab kepada Depag/Depdiknas karena kepala sekolah sebagai pelaksana pendidikan.

2. Wakil Kepala Madrasah

Mitra kerja kepala sekolah sesuai dengan bidangnya antara lain bidang kurikulum, kesiswaan dan lain sebagainya.

3. Tata Usaha

Mengerjakan seluruh pekerjaan administrasi sekolah, melayani pekerjaan dari kepala sekolah, wakepsek, wali kelas dan guru ( bukan perguruan dan yayasan). Bila tata usaha sekolah disederhanakan untuk efisiensi tenaga kerja, kemudian ditarik dibawah struktur yayasan, maka akan terjadi penyumbatan kerja dan informasi.

Dan dalam pelaksanaan pembelajaran untuk mempermudah dalam pengerjaannya, maka di MTs Al-Khairiyah ada beberapa devisi ataupun pembantu Kepala Madrasah dan wakilnya dalam tugasnya yakni:

A. Wali Kelas

Wali kelas dijabat oleh seorang guru dan bertugas membantu kepala sekolah dalam kegiatan, yakni :

1. Mengelola kelas baik teknis administrasi maupun edukatif.

2. Memberikan bahan masukan kepada guru pembimbing tentang siswa yang ada dibawah asuhannya.

B. Guru Bidang Studi

a. Membuat Satpel, lengkap dengan AMP (Analisis Materi Pelajaran),Prota, Promes.

b. Datang di madrasah, mengajar dan berada dimadrasah setiap hari kerja. c. Mengadakan evaluasi pembelajaran secara teratur.

d. Ikut memelihara ketertiban kelas dan madrasah.

(19)

dan pemerintah daerah. C. Bimbingan dan Konseling (BP)

Bimbingan dan konseling ditangani oleh guru pembimbing atau guru mata pelajaran yang dianggap mampu menangani tugas tersebut.

5. Kondisi Sarana dan Prasarana MTs Al-Khairiyah

Untuk mengetahui sarana fisik MTs Al-Khairiyah peneliti melakukan penggalian data observasi secara langsung dilokasi penelitian dan didukung dengan data dokumentasi yang penulis peroleh. Secara lebih jelasnya penulis paparkan sebagai berikut:

Ruang kelas untuk kegiatan belajar mengajar yang ada sebanyak 1 2 kelas, untuk kelas VII terbagi menjadi 4 kelas, untuk kelas VIII ada 4 kelas, Demikian juga dengan kelas IX ada 4 kelas. Selain ruang kelas, ada ruang pembelajaran sebagai penunjang, yaitu laboratorium walaupun hanya laboratorium komputer saja, perpustakaan dan beberapa jenis ruangan yang menunjang proses akademik.

Masjid MTs Al-Khairiyah ini berada d i d a l a m area sekolah yang digunakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan dalam rangka pembentukan moral siswa secara Islami tepatnya disamping lapangan utama sekolah. Dihalaman sekolah ada lapangan dengan posisi halaman ditengah dikelilingi kelas-kelas yang meningkat hingga lantai tiga, selain itu juga, halaman yang sekaligus lapangan tersebut juga digunakan untuk upacara sekolah setiap senin. Disamping itu, ada ruang untuk kegiatan ekstra kurikuler, seperti ruangan Osis. Adapun Sarana dan Prasarana yang dimiki MTs Al-Khairiyah secara rinci sebagai berikut :

TABEL 1

TENTANG JUMLAH SARANA DAN PRASARANA “MTs DARUL MA’ARIF” TAHUN AJARAN 2012

1 Ruang Belajar/ Kelas 12 2 Ruang Kepala Madrasah 1 3 Ruang Tata Usaha 1

4 Ruang Guru 1

5 Ruang Lab.komputer 1

6 Masjid 1

(20)

8 Koperasi Madrasah 1

9 Ruang BP

-10 Ruang Osis 1 11 Kamar Mandi Guru dan Karyawan 2 12 Kamar Mandi Siswa 4 13 Ruang Administrasi

-14 Kantin 1

15 Pos Satpam 1

(Sumber : Mts. Al-Khairiyah Tahun Ajaran 2013)

6. Keadaan Guru dan Pegawai MTs. Al-Khairiyah

Guru adalah yang pekerjaannya mengajar, baik mengajar bidang studi maupun mengajar suatu ilmu pengetahuan kepada orang lain. Seorang guru di sekolah dapat memegang dan mengajar satu atau lebih dari bidang studi. Jadi guru bidang studi lazimnya adalah guru yang mengajar di sekolah terutama di sekolah-sekolah lanjutan termasuk di dalamnya guru agama yaitu guru yang mengajar bidang studi agama Islam yang bergerak dalam pembangunan mental serta akhlaq yang baik bagi para siswanya. Selain itu pegawai juga sangat penting dalam keberadaannya untuk membantu hal-hal yang diperlukan guru maupun komponen yang lainya.

Dengan alasan tersebut, penulis tidak dapat meninggalkan dalam penelitian ini, yaitu tentang keadaan guru dan pegawai yang nantinya dapat dibuat acuan dalam melengkapi data. Adapun untuk lebih jelasnya mengenai jumlah guru di MTs Al-Khairiyah dapat dilihat pada tabel berikut:

TABEL II

TENTANG KEADAAN GURU DAN PEGAWAI “Al-Khairiyah” TAHUN AJARAN 2013

a. Guru/Pengajar

No Jumlah Jumlah

Guru PNS Guru Honorer

1 15 15 30

(21)

No Jabatan Honorer Jumlah

1. Tata Usaha 1 1

2. Staff Tata Usaha 3 3

3. Keamanan (security) 1 1

4. Penjaga/Pesuruh 2 2

5 Pustakawan 1 1

Jumlah 8 8

( Sumber : Mts. Al-Khairiyah Tahun Ajaran 2013)

7. Keadaan Siswa MTs Al-Khairiyah

Di dalam proses belajar mengajar di sekolah, maka adanya guru/pendidik sebagai objek pemberi ilmu dan siswa sebagai subjek penerima ilmu keduanya itu sangat penting. Karena tanpa adanya keduanya proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan lancar. Dengan adanya kedua objek dan subjek ini, proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.

Siswa merupakan sentral dalam proses belajar mengajar bahwa siswalah yang menjadi pokok persoalan dan sebagai tujuan perhatian didalam proses belajar mengajar, siswa sebagai prihal yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapai secara optimal.

Mengenai keadaan siswa di MTs Al-Khairiyah, sesuai dengan data yang penulis peroleh, sebagai berikut:

TABEL III

JUMLAH SISWA KESELURUHAN MTs. Al-Khairiyah

NO KELAS JUMLAH

1 VII 137

2 VIII 160

3 IX 121

JUMLAH KESELURUHAN 418

(Sumber: Tata Usaha MTs. Al-Khairiyah)

B. Penyajian Data Dan Analisis Hasil Penelitian

(22)

Peneliti memfokuskan permasalahan pada mata pelajaran Akidah Akhlak, karena Akidah Akhlak merupakan mata pelajaran pokok yang terkadang masih diabaikan oleh peserta didik padahal Akidah Akhlak merupakan landasan ataupun pedoman membentuk kepribadian diri yang berkarakter, guna mampu bermasyarakat dan bermanfaat bagi kehidupan selanjutnya.

Menyadari beratnya tugas tersebut, MTs Al-Khariyah khususnya guru bidang studi Akidah Akhlak senantiasa berupaya dalam meningkatkan hasil pembelajaran yang maksimal pada mata pelajaran Akidah Akhlak sehingga dalam belajar siswa akan berhasil, maka untuk itu guru mata pelajaran Akidah Akhlak harus menyiapkan suatu strategi. Upaya yang dilakukan adalah meningkatkan motivasi belajar siswa karena motivasi merupakan alat pendorong untuk membangkitkan semangat belajar pada siswa.

1. Strategi Guru Dalam Memotivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak kelas VIII

Berdasarkan hasil interview dengan Wakepsek Bid Kesiswaaan pada tanggal 21 November beliau menyatakan bahwa:

“Dalam proses pembelajaran agar mencapai tujuan yang maksimal, tidak hanya guru saja yang berperan tetapi Kepala Sekolah dan Wakepsek juga berperan sehingga pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Al-Khariyah tidak monoton, khususnya mata pelajaran agama. Peran Kepala Sekolah dan Wakepsek dalam meningkatkan motivasi dalam pembelajaran sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan berhasil. Karena bukan hanya guru saja yang memberikan motivasi tetapi tentunya saya tidak bisa memberikan motivasi pada siswa, maka yang perlu saya lakukan adalah : Meningkatkan sarana prasarana, mengoptimalkan fungsi perpus untuk meningkatkan sadar baca terhadap siswa, meningkatkan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dalam mata pelajaran yang serumpun dengan membentuk

coordinator”.

(23)

berakibat pada siswanya. Siswa akan merasa jenuh dan tidak semangat dalam malakukan kegiatan belajar-mengajar. Walaupun yang dominan berpangaruh adalah faktor guru dalam kegiatan belajar-mengajar terutama dalam pemberian motivasi

ekstrinsik, karena dengan memberikan motivasi semangat siawa akan semakin

bertambah.29

Peneliti juga melakukan interview dengan guru mata pelajaran Akidah Akhlak Ibu Hj Nurmillah Spd.i yang menyatakan bahwa :

“Memang dalam pembelajaran mata pelajaran Akidah Akhlak pada awalnya sebagian besar siswa acuh terhadap mata pelajaran ini. Sebenarnya tidak hanya mata pelajaran Akidah Akhlak saja yang mendapat respon kurang baik, hampir semua rekan guru agama yang lain juga bilang kepada saya sebagian siswa tidak antusias dalam pelajaran agama. Apalagi mata pelajaran Akidah Akhlak diberikan pada jam terakhir selama dua jam. Seandainya saya jadi siswa pasti saya juga merasa jenuh, tetapi saya punya strategi agar siswa menjadi termotivasi, saya menggunakan berbagai metode dan penggunaannya sesuai dengan kebutuhannya mengadakan evaluasi

asalkan materi yang saya sampaikan sudah selesai, saya memberikan hukuman pada

siswa yang belum bisa menghafal beberapa hal penting yang harus dihafal, dengan begitu mereka akan jera dan berusaha untuk menghafal itu sampai hafal”30

Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa guru sangat berpengaruh dalam memberikan motivasi yang bersifat ekstrinsik. Dalam belajar siswa memerlukan perhatian dan pengarahan yang khusus dari guru. Seringkali jika mereka tidak menerima umpan balik yang baik berkenaan dengan hasil pekerjaan mereka, maka kerja mereka akan menjadi lamban atau mereka menjadi malas belajar. Siswa yang demikian sangat tergantung pada keharusan-keharusan yang ditentukan oleh guru untuk mendorong mereka dalam belajar. Namun tidak berarti bahwa motivasi ekstrinsik itu jelek dan dan perlu dihindari tetapi antara motivasi ekstrinsik dan instrinsik saling memperkuat bahkan motivasi ekstrinsik dapat membangkitkan motivasi instrinsik.

Dalam upaya memberikan motivasi guru harus menganalisis motif-motif yang melatar belakangi anak didik malas belajar dan menurun prestasinya disekolah. Setiap saat guru bertindak sebagai motivator, motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan dengan memperhatikan anak didik, dengan memeberikan penguatan dan sebagainya.

29 Hasil wawancara dengan Bpk. Hidayat M.Pd Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah pada tanggal 21 November 2013

(24)

Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa siswa kelas VIII/B Yakni: Khairun Nisa yang mengatakan:

“Saya jadi senang pada mata pelajaran Akidah Akhlak habis Ibu Millah enak dalam mengajar. Ibunya semangat sekali dalam mengajar, saya suka cara Bu Millah ngajar soalnya saya waktu kelas tujuh saya sulit kalau disuruh hafalan tetapi di kelas delapan ini saya lumayan cepat hafal kalau disuruh hafalan karena Bu Millah menuntut saya harus bisa hafalan dan wajib harus bisa materi pelajaran. I b u nya juga sabar dalam mengajar. Di kelas juga bapaknya juga sering melakukan tanya jawab. Ibunya juga dekat dengan siswa kadang malahan ibunya kayak temen sendiri.”31

Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh Abdul Rasyid yakni:

“Saya senang cara Bu Millah menerangkan karena mudah dimengerti, kadang Bu Millah memberikan pertanyaan sebelum mengajar jadi saya harus belajar sebelumnya. Metode yang sering digunakan hafalan dan ceramah dengan penjelasan tapi saya senang karena dengan hafalan saya jadi bisa mengerjakan soal ulangan yang diberikan Bu Millah. Ibunya juga memberikan bimbinga karena sangat penting dalam memahami pelajaran Akidah Akhlak”.32

Dari kedua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa guru sangat berperan dalam pemberian motivasi terhadap siswa. Dengan menggunakan metode yang sesuai dalam pembelajaran dan cara guru menyampaikan materi belajar di kelas dan kehangatan guru terhadap anak didiknya akan meningkatkan motivasi dan keantusiasan siswa dalam belajar. Peranan metode akan nyata jika guru memilih metode yang sesuai dengan tingkat kemampuan yang hendak dicapai oleh tujuan pembelajaran. Banyak faktor yang perlu diketahui untuk mendapatkan pemilihan metode yang akurat, seperti faktor guru sendiri, sifat bahan pelajaran, fasilitas, jumlah anak didik di kelas, tujuan dan sebagainya.

2. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa di Madrasah Tsanawiyah Al-Khariyah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Akidah Akhlak yakni : “Saya kira untuk peningkatan motivasi belajar siswa untuk kelas VIII cukup baik. Usaha saya membangkitkan semangat belajar siswa dengan berbagai cara lumayan berhasil. Siswa banyak yang antusias dalam belajarnya, walaupun ada beberapa siswa

(25)

yang cuek kalau diberikan hukuman atau tugas.”33

Selanjutnya peneliti melakukan cross chek dengan mewawancarai salah satu siswa kelas VIII B guna mengetahui keabsahan informasi dan tingkat kepastian data yang diperoleh dari informan kunci yaitu Syahriani Rahma. Berdasarkan hasil crosschek

peneliti dengan salah satu siswa kelas VIII/ B, Syahriani Rahma dia menyatakan:

“Saya suka cara mengajar Bu Millah, memberikan materi santai tapi enak dimengerti. Ibunya bisa diajak bercanda saya jadi suka mata pelajaran Akidah Akhlak. Walaupun tiap belajar selalu mendengar ceramah, terus hafalan beberapa ayat atau hadits, tapi saya jadi bisa menghafal padahal saya dulu sulit untuk bisa hafal”.34

Berdasarkan kedua pernyataan tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa peningkatan motivasi belajar siswa cukup baik. Dalam kegiatan belajar mengajar dalam memberikan motivasi yang bersifat ekstrinsik guru berperan dengan baik. Dan usaha-usaha guru dalam peningkatan motivasi terhadap siswa cukup berhasil. Ini terbukti dengan keaktifan siswa dikelas dalam pembelajaran Akidah Akhlak.

3. Faktor Penghambat dan Penunjang dalam Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Al-Khariyah.

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan guru mata pelajaran Akidah Akhlak pada tanggal 21 November 2013, beliau menyatakan bahwa:“ Faktor penghambat dan penunjang sebenarnya tergantung pada siswa. Saya berusaha memberikan motivasi tetapi diri siswa tidak termotivasi ya usaha saya memberikan motivasi tidak ada gunanya. Ini biasanya terjadi pada siswa yang nakal mereka cuek dan acuh tidak hanya mata pelajaran saya tapi hampir pada semua mata pelajaran. Siswa yang termotivasi ini karena dalam dirinya itu sudah ada yang mendorongnya mereka ingin bersaing dengan temannya sehingga ia ingin menunjukkan yang paling baik”.35

Untuk lebih menguatkan peneliti melakukan crosscheck dengan siswa sebagai informan. Peneliti melakukan wawancara dengan Indah Putri Rahayu salah satu siswa kelas VIII/A. Dalam interview yang peneliti lakukan dia mengemukakan:

“Bu Millah sering memberikan motivasi kepada siswa, tetapi siswa yang nakal jarang memperhatikan guru. Dia tidak peduli dengan mata pelajaran Akidah Akhlak walaupun ibu sering memberi hukuman. Tidak mata pelajaran Akidah Akhlak saja

33 Hasil wawancara dengan Hj. Nurmillah Spd.I Guru Mata pelajaran Akidah Akhlak Mts Al-Khariyah pada tanggal 21 november 2013

(26)

pelajaran-pelajaran lain juga seperti itu”.36

Pernyataan kedua informan tersebut dapat disimpulkan bahwa:

Peningkatan motivasi belajar yang dilakukan oleh guru pada mata pelajaran Akidah Akhlak tetap ada faktor penunjang dan penghambat dalam strategi guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Faktor penunjang yang menjadikan siswa termotivasi adalah karena dalam diri siswa sudah ada motivasi yang berasal dari dalam dirinya. Siswa yang dapat termotivasi ini disebabkan karena adanya suatu kebutuhan maupun dorongan yang kuat, dan maju dalam dirinya. Tingkat kemampuan dan penguasaan siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru ini juga sangat berpengaruh dalam peningkatan motivasi siswa yang mengusai bahan ataupun materi pasti dia sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran dikelas. Selain itu, adanya suatu keinginan ataupun cita-cita dalam dirinya yang ingin diwujudkannya, sehingga anak dapat termotivasi untuk belajar.

Faktor penghambatnya dalam peningkatan motivasi siswa ini disebabkan siswa tidak mau merespon terhadap guru dalam memberikan motivasi. Di dalam diri anak ini tidak ada keinginan sama sekali yang bisa menyebabkan dia terdorong untuk belajar.

BAB V

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Kesimpulan dan Saran

1. Strategi Guru dalam Penigkatan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Al-Khariyah

Dalam kedudukannya guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Seorang guru mempunyai tugas dan tanggung jawab yang cukup berat untuk mencerdaskan anak didiknya. Maka guru harus melengkapi dirinya dengan berbagai

35 Hasil wawancara dengan Hj. Nurmillah Spd.I Guru Mata pelajaran Akidah Akhlak Mts Al-Khariyah 21 november 2013

(27)

keterampilan yang diharapkan dapat membantu dalam menjalankan tugasnya dalam interaksi edukatif. Guru harus mampu mengoptimalkan peranannya dikelas. Salah satunya adalah sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motif-motif yang melatar belakangi anak didik malas belajar dan menurun prestasinya disekolah. Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan anak didik. Penganekaragaman cara belajar memberikan penguatan dan sebagainya, juga dapat memberikan motivasi pada anak didik untuk lebih bergairah dalam belajar.

Maka, sebagai guru mata pelajaran Akidah Akhlak yang memberi tanggapan kurang terhadap mata pelajaran Akidah Akhlak k a r e n a b e r h u b u n g a n dengan jam terakhir waktu pelajaran. Seorang guru harus mempunyai strategi dalam memotivasi belajar siswa yang diakibatkan dari luar diri siswa (ekstrinsik).

Adapun strategi yang dilakukan guru mata pelajaran Akidah Akhlak dalam memotivasi belajar siswa kelas VIII adalah:

1) Pemberian Insentif ataupun penguatan. Intensif yang disediakan oleh guru dengan maksud merangsang siswa agar lebih keras dan lebih baik.37

Insentif itu dapat memuaskan dan juga tidak dapat memuaskan kebutuhan seorang karena lingkungan yang disediakan tidak merangsang minat setiap siswa untuk belajar. Tetapi walaupun demikian sering kali menggunakan insentif untuk memberikan motivasi kepada siswa itu bermanfaat. Pendidik harus memahami insentif yang diberikan itu efektif atau tidak. Insentif yang diberikan guru antara lain berupa:

a. Memberi Pujian. Apabila ada siswa yang sukses dan berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu segera diberikan pujian.

b. Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi tetapi tidak selalu demikian, hadiah dapat membangkitkan motivasi apabila setiap orang untuk memperolehnya.

c. Memberi angka. Angka dalam hal ini sebagai simbol dan nilai kegiatan belajar.Angka-angka yang baik itu bagi siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. d. Memberi hukuman. Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi bila diberikan

secara bijaksana dan tepat bisa menjadi alat motivasi belajar siswa yang baik.

2) Persaingan. Guru berusaha mengadakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya dan berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.

3) Menggunakan berbagai metode pengajaran dalam pembelajaran. Jika bahan pelajaran

(28)

disajikan secara menarik dengan metode yang sesuai maka dapat menggairahkan semangat belajar siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif karena anak didik aktif dikelas. Siswa yang motivasinya lebih kuat disebabkan karena adanya motivasi instrinsik dari dalam dirinya,dikarenakan dalam diri siswa rasa keingintahuannya terhadap hal-hal yang baru sangat kuat, keinginan mencoba dan sikap mandiri anak didik. Metode yang digunakan ada empat yakni Ceramah, Pemberian Tugas, Tanya Jawab

4) Pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan

Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan lancar, teratur, efektif dan efisien.38

Tanpa sarana yang memadai, sulitlah kiranya mewujudkan tujuan pendidikan yang diharapkan. Dalam pendidikan sarana merupakan penunjang bagi proses belajar mengajar. Tanpa adanya sarana yang memadai peserta didik pasti tidak akan bersemangat dalam belajarnya karena tidak nyaman dalam belajarnya. Dan sarana pembelajaran di MTs Al-Khariyah yang digunakan sebagai penunjang pembelajaran termasuk mata pelajaran Akidah Akhlak antara lain :

1. Masjid

Masjid Madrasah Tsanawiyah Darul Ma’arif ,digunakan sebagai sarana dan fasilitas dalam melaksanakan kegiatan atau program yang diadakan oleh sekolah, yaitu kegiatan atau program keagamaan. Kadang masjid juga digunakan sebagai kegiatan belajar-mengajar sebagai pengganti kelas agar siswa tidak merasa jenuh dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

2. Perpustakaan

Perpustakaan merupakan salah satu sarana dan fasilitas yang ada disekolah sebagai pusat informasi dan pusatbelajar siswa. Di Madrasah Tsanawiyah Al-Khariyah penggunaan perpustakaan sebagai penunjang kegiatan pembelajaran dalam peningkatkan motivasi belajar siswa ,karena diperpustakaan tersedia berbagai macam buku-buku mulai dari buku pelajaran baik pelajaran umum maupun pelajaran agama, buku cerita, jurnal, majalah-majalah dan ensiklopedia tentang pengetahuan dan pendidikan. Sehingga siswa tidak hanya menggunakan satu referensi buku saja dalam pembelajaran Akidah Akhlak.

(29)

2. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Al-Khariyah

Motivasi belajar siswa kelas VIII pada awalnya biasa-biasa saja hal ini dikarenakan guru mata pelajaran Akidah Akhlak dalam pemberian materinya menggunakan metode ceramah dan hafalan saja. Melihat siswanya tidak bergairah dalam mengikuti mata pelajaran Akidah Akhlak maka sebagai guru mata pelajaran Akidah Akhlak berusaha untuk membuat siswanya termotivasi yakni dengan menggunakan metode-metode lain tanpa meninggalkan metode ceramah dan hafalan karena tanpa kedua metode ini pembelajaran Akidah Akhlak tidak akan berjalan karena mata pelajaran Akidah Akhlak merupakan mata pelajaran yang harus dipertanggung jawabkan dan tidak main-main karena mencakup keyakinan dan keimanan yang dijadikan landasan ataupun pedoman manusia dalam kehidupannya.

Maka guru mata pelajaran Akidah Akhlak harus dapat berperan sebagai pembimbing , mediator, inspirator, evaluator, informator, fasilitator, korektor dan berperan sebagai motivator. Sebagai motivator guru harus dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dan Guru mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Al-Khariyah mampu melakukan itu semua. Karena dalam observasi yang peneliti lakukan dan hasil wawancara memang terbukti dalam mata pelajaran Akidah Akhlak semangat belajar siswa semakin bertambah karena setelah ada penambahan metode dan pemberian insentif ataupun reinforcement pada siswa, didukung dengan keadaan sarana dan prasarana yang memadai semangat belajar siswa dan keantusiasan siswa dalam mengikuti pelajaran ada penambahan walaupun tidak terlalu banyak dan mayoritas siswa yang termotivasi adalah siswa yang berprestasi di kelasnya.

3. Faktor Penghambat dan Penunjang dalam Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Al-Khariyah

Dalam pelaksanaan keberhasilan dipengaruhi faktor-faktor penunjang. Demikian juga dengan peningkatan motivasi belajar siswa. Faktor penunjang dalam peningkatan motivasi antara lain:

(30)

mendapatkan nilai yang bagus dan lain sebagainya.

2. Adanya pengetahuan tentang kemajuan sendiri. Siswa mengetahui hasil atas prestasinya sendiri. Dengan mengetahui apakah dia ada kemajuan atau kemunduran maka dapat menjadikan lebih giat dalam belajar.

3. Adanya aspirasi atau cita-cita. Seorang yang mempunyai cita-cita pasti akan berusaha untuk mendapatkannya. Dan karena adanya cita-cita atau aspirasi tersebut menjadikan seseorang lebih semangat dalam belajar karena cita-cita tidak akan dapat terwujud apabila tidak ada upaya untuk mewujudkannya.

4. Tingkat kemampuan dan penguasaan siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Siswa yang mempunyai tingkat kemampuan baik dalam materi yang disampaikan oleh gurunya pasti dia kan lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran di kelas.

Gambar

TABEL 1
TABEL II
TABEL III

Referensi

Dokumen terkait

PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM Dari hasil semua percobaan pengenalan wajah yang telah dilakukan baik untuk basis data Yale-B maupun AT&T dapat diketahui bahwa dari ketiga

Begitu juga dalam konteks pengurusan udara masa kini, bukan sahaja perundangan menjadi teras kepada sistem pengurusan alam sekitar, malahan perkara berkaitan

Dalam artikel ini, penulis yang melakukan penelitian di Pilkada Kota dan Kabupaten Madiun 2018, menunjukkan bahwa celah regulasi memang dimanfaatkan untuk

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penelitian ini, dapat dilihat dengan indikator sebagai berikut. 1) Meningkatnya hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri

Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak mengalami pembahasan yang terlalu luas dan tidak mengarah, maka penulis memberikan suatu batasan penelitian pada pengaruh

Agar pembahasan yang dilakukan menjadi terarah dan tidak menyimpang dari permasalahan, maka penelitian ini membatasi materi pembahasan dan batasan-batasan tertentu,

Dalam memusatkan masalah yang ada dan agar tidak menyimpang dari pokok pembahasan, maka pada tugas perancangan sistem ini batasan masalah yang akan di bahas yaitu

Dalam memusatkan masalah yang ada dan agar tidak menyimpang dari pokok pembahasan, maka pada tugas perancangan sistem ini, batasan masalah yang akan membahas tentang