• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kajian Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan

untuk Kepentingan Umum

Oleh : Kinanti Rizky Jayanti

NIM : 135120401111082

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dikeluarkan nya Undang-undang nomor 2 tahun 2012 tentang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum adalah untuk menjamin perolehan tanah guna terselenggaranya pembangunan. Yang mana dalam Undang-undang tersebut disebutkan bahwa demi mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera berdasarkan pancasila, maka dari itu pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembangunan yang dilaksanakan demi kepentingan umum. Hal tersebut sudah jelas diutarakan dalam UUD 1945 pasal 28H yang menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat guna mencapai keadilan.1

Untuk mewujudkan itu, maka pemerintah perlu melakukan pembangunan yang bertujuan untuk memenuhi kepentingan umum. Kepentingan Umum itu sendiri adalah kepentingan bangsa, negara dan masyarakat yang harus diwujudkan oleh pemerintah yang nanti nya akan dimanfaatkan sebesar-sebesarnya untuk kesejahteraan rakyat. Untuk menjamin upaya pemerintah tersebut, maka diperlukannya lahan demi terselenggaranya pembangunan. Lahan tersebut di peroleh pemerintah dengan mengedepankan prinsip kemanusiaan, demokratis, dan adil.

(2)

Dengan demikian, pemerintah membentuk sebuah undang-undang yang mengatur tentang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum guna mencapai prinsip keadilan tersebut. Tentunya dengan mempertimbangkan beberapa alasan serta prinsip kemanusiaan dan demokratis. Namun dengan terbentuk nya undang-undang yang mengatur tentang pengadaan tanah bagi pembangunan, belum menjadi jaminan bagi pemerintah dalam mendapatkan tanah untuk melaksanakan pembangunan.

Namun jika dilihat dari segi filosofis nya, dibuatnya undang-undang ini guna menjalankan amanat yang terkandung dalam pancasila yang berpedoman pada prinsip demokratis, keadilan dan kemanusiaan yang di pengauhi oleh ideologi neo-kapitalis yang salah satu buktinya adalah hadirnya kepentingan swasta di dalam undang-undang nomor 2 tahun 2012 dengan dalih untuk kepentingan pembangunan.

1.2 Tujuan Penulisan

Menjelaskan isi dari Undang-undang nomor 2 tahun 2012 secara garis besar sehingga membantu penulis dan pembaca untuk memahami isi dari undang-undang nomor 2 tahun 2012.

1.3 Manfaat Penulisan

(3)

BAB II

KETENTUAN UMUM

2.1 Definisi Pengadaan Tanah

Disebutkan dalam UU no.2 tahun 2012 Bab 1 pasal 1, definisi dari Pengadaan Tanah itu sendiri merupakan kegiatan yang dilakukan oleh instansi untuk menyediakan tanah dengan cara memberi ganti rugi yang layak dan adil kepada pihak yang berhak. Pihak yang berhak disini diartikan sebagai pihak yang memiliki hak dan berkuasa terhadap objek pengadaan tanah atau bisa dikatan sebagai pihak pemilik tanah tersebut. Objek pengadaan tanah itu sendiri antara lain bisa berupa tanah, bangunan, tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah, ruang atas tanah, ruang bawah tanah atau yang lainnya yang bernilai.

Sedangkan instansi yang memerlukan tanah disini diartikan sebagai suatu Lembaga baik itu lembaga negara, kementrian, lembaga pemerintah non-kementrian, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan badan hukum milik negara/badan usaha milik negara yang diberikan tugas khusus oleh pemerintah atau Badan usaha yang mendapatkan kuasa berdasarkan perjanjian yang dilakukan dengan lembaga negara, kementrian, lembaga pemerintah non-kementrian, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan badan hukum milik negara/badan usaha milik negara yang diberikan tugas khusus oleh pemerintah guna membangun penyediaan infrastruktur untuk kepentingan umum.

(4)

BAB III

ASAS DAN TUJUAN

3.1 Dasar dan Tujuan Pengadaan Tanah

3.1.1 Pasal 2 ayat (1)

Dalam melakukan pengadaan tanah, tentunya pemerintah harus didasari oleh prinsi-prinsip yang mengedepankan demokrasi. Tujuan nya adalah agar setiap pihak memperoleh hak yang semestinya secara adil. Yang mana disebutkan dalam pasal 2 ayat (1) undang-undang nomor 2 tahun 2012 disebutkan 10 asas yang menjadi dasar diadakannya pengadaan tanah bagi pembangunan, yakni: kemanusiaan, keadilan, kemanfaatan, kepastian, keterbukaan, kesepakatan, keikutsertaan, kesejahteraan, keberlanjutan, keselarasan.

Sedangkan tujuan awal dari pengadaan tanah adalah untuk dilakukan nya pembangunan. Tentunya semua itu perlu melalui beberapa tahapan sesuai dengan yang tertera dalam Perpres no. 71 tahun 2012 Bab 1 pasal 2 yang disebutkan bahwa pengadaan tanah untuk kepentingan umum diselenggarakan melalui tahapan perencanaan, persiapan, pelaksanaan, pelaksanaan hasil. Dasar dari perencanaan itu sendiri meliputi;

a. Rencana tata ruang wilayah (wilayah nasional, wilayah provinsi, wilayah kota/kabupaten),

b. Prioritas pembangunan (rencana pembangunan jangka menengah, rencana strategis, rencana kerja pemerintah instansi yang bersangkutan).2 Rencana pengadaan tanah

tersebut tentunya dapat disusun secara bersama-sama oleh antar instansi yang terlibat atau dibantu oleh lembaga professional yang sudah ditunjuk oleh instansi yang memerlukan tanah.3

(5)

Perencanaan tersebut nantinya dapat disusun dalam bentuk dokumen yang minimal memuat tentang;4

a. Maksud dan tujuan rencana pembangunan serta manfaat pembangunan untuk kepentingan umum,

b. Kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah dan prioritas pembangunan, maksudnya adalah kesesuaian antara rencana lokasi pengadaan tanah dengan rencana pembangunan, c. Letak tanah, yakni tempat lokasi pembangunan dilakukan yang meliputi wilayah

kelurahan/desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, d. Perkiraan luas tanah yang dibutuhkan,

e. Gambaran umum tentang status tanah, atau data tentang kepemilikan tanah,

f. Perkiraan waktu yang diperlukan untuk masing-masing tahapan dalam melakukan pengadaan tanah,

g. Perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pembangunan,

h. Perkiraan nilai tanah guna mengetahui perkiraan nilai ganti rugi dari objek pengadaan tanah yang meliputi tanah, ruang atas tanah, ruang bawah tanah, bangunan, tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah, atau kerugian lainnya yang dapat dinilai,

i. Rencana penganggaran berupa besarnya dana, sumber dana dan rincian alokasi dana untuk perencanaan, persiapan, pelaksanaan, penyerahan hasil, administrasi, dan pengelolaan serta sosialisasi,

j. Hasil survey sosial ekonomi yang bertujuan untuk mengenali kondisi sosial ekonomi masyarakat yang diperkirakan terkena dampak dari pengadaan tanah,

k. Melihat dampak lingkungan dan dampak sosial yang dihasilkan,

(6)
(7)

BAB IV

POKOK-POKOK PENGADAAN TANAH

4.1 Pihak yang terlibat dalam pengadan tanah

4.1.1 Pasal 4

Pemerintah atau pemerintah daerah harus menjamin ketersediaan tanah untuk kepentingan umum. Serta pemerintah atau pemerintah daerah juga harus mempersiapkan pendanaan untuk kepentingan umum. Maksud dari isi pasal tersebut adalah pemerintah wajib untuk menyediakan lahan dengan tujuan untuk melakukan pembangunan demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Tentunya dengan mempersiapkan sejumlah dana yang nantinya digunakan untuk menggaanti kerugian terhadap pihak yang berhak.

4.1.2 Pasal 5

Sesuai dengan isi dari pasal 5, dijelaskan bahwa pihak yang berhak dalam hal ini adalah pihak yang merelakan hak kepemilikan atas tanah nya untuk diserahkan kepada pemerintah atau instansi yang memerlukan tanah. Sehingga pihak yang berhak wajib melepaskan kepemilikan tanah nya kepada pemerintah pada saat pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum setelah pemberian ganti rugi sudah dilakukan oleh pemerintah berdasarkan putusan pengadilan yang sudah memperoleh kekuatan hukum secara menetap.

(8)

membentuk tim, selanjutnya Gubernur membentuk sekretariat persiapan pengadaan tanah yang berkedudukan di sekretariat daerah provinsi.

Seperti yang disebutkan dalam Perpres nomor 71 tahun 2012 Bab III pasal 10, Tugas dari tim persiapan tersebut nantinya meliputi;

a. Melaksanakan pemberitahuan rencana pembangunan

b. Melakukan pendataan awal mengenai lokasi rencana pembangunan c. Melaksanakan konsultasi publik rencana pembangunan

d. Menyiapkan penetapan lokasi pembangunan

e. Mengumumkan penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum yang dilakukan oleh ketua tim persiapan, baik itu secara langsung (sosialisasi, tatap muka, surat pemberitahuan) maupun tidak langsung (melalui media cetak atau media elektronik) kepada masyarakat, dan

(9)

BAB V

PROSES PENGADAAN TANAH

5.1 Fungsi Objek Pengadaan Tanah dalam Pelaksanaan Pembangunan

5.1.1 Pasal 10

Dengan adanya UU no 2 tahun 2012 serta Perpres nomor 71 tahun 2012 yang mengatur penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan umum ini, maka diharapkan dapat memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pembangunan dengan kepentingan masyarakat. Memperhatikan kepentingan masyarakat sendiri tentunya dilakukan dengan memberikan ganti rugi secara layak dan adil. Sedangkan dalam undang undang nomor 2 tahun 2012 pasal 10 disebutkan bahwa tanah untuk kepentingan umum yang di maksud adalah untuk pembangunan;

a. Pertahanan dan keamanan nasional

b. Jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api, stasiun kereta api, dan fasilitas operasi kereta api

c. Waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum, saluran pembuangan air dan sanitasi, dan pembangunan pengairan lain nya.

d. Pelabuhan, terminal, Bandar udara

e. Infrastruktur minyak, gas dan panas bumi

f. Pembangki, transmisi, gardu, jaringan, dan distribusi tenaga listrik g. Jaringan telekomunikasi dan informatika pemerintah

(10)

k. Tempat pemakaman umum pemerintah/pemerintah daerah l. Fasilitas sosial, fasilitas umum dan ruang terbuka hijau m. Cagar alam dan cagar budaya

n. Kantor pemerintah/daerah/desa

o. Penataan pemukiman kumuh perkotaan

p. Prasarana pendidikan/sekolah pemerintah/pemerintah daerah q. Prasarana olahraga pemerintah/pemerintah daerah

r. Pasar umum atau lapangan parkir umum

Dari semua rencana pembangunan tersebut wajib dilakukan oleh pemerintah atau dapat bekerja sama dengan badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan usaha milik swasta dan kepemilikan tanah untuk selanjutnya dimiliki oleh pemerintah atau pemerintah daerah.

5.2 Perencanaan Pengadaan Tanah

Pengadaan tanah dilakukan ketika instansi yang memerlukan tanah mengajukan dokumen terkait rencana pengadaan tanah bagi pembangunan. Dokumen tersebut sebelumnya sudah ditetapkan oleh pimpinan instansi tersebut atau pejabat yang terkait, yang mana dokumen tersebut nantinya akan di sampaikan kepada pemerintah provinsi atau Gubernur. Dalam perpres nomor 71 tahun2012 pasal 15 ayat (1) disebutkan bahwa dokumen yang disiapkan untuk perencanaan pengadaan tanah terdiri dari: maksud dan tujuan rencana pembangunan, kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah dan rencana pembangunan nasional dan daerah, letak tanah, luas tanah yang dibutuhkan, gambaran umum status tanah, perkiraan waktu pelaksanaan pengadaan tanah, perkiraan waktu pelaksanaan pembangunan, dan rencana penganggaran.

(11)

a. Perencanaan b. Persiapan c. Pelaksanaan d. Penyerahan hasil

Setelah itu penyusunan dokumen tersebut, instansi yang memerlukan tanah bersama dengan pemerintah provinsi harus melakukan: pemberitahuan rencana pembangunan, pendataan lokasi rencana pembangunan, dan konsultasi publik rencana pembangunan. Dalam melakukan pemberitahuan kepada masyarakat yang sebagaimana telah disebutkan sebelum nya, dapat secara langsung maupun tidak langsung.

Untuk penetapan lokasi pengadaan tanah semua sudah di atur dalam perpres mengenai penetapan lokasi pembangunan yakni pasal 41 yang menyebutkan bahwa penetapan lokasi pembangunan dilakukan oleh Gubernur berdasarkan kesepakatan yang dilakukan sebelumnya antara tim persiapan dengan pihak yang berhak atas objek pengadaan tanah. Penetapan tersebut nantinya harus disertakan bersama dengan peta lokasi pembangunan yang sebelumnya harus disediakan oleh instansi yang memerlukan tanah. Jangka waktu setelah penetapan lokasi pembangunan tersebut berlaku hingga 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali paling lama satu tahun.

Proses selanjutnya adalah persiapan pelaksanaan yang mana instansi yang memerlukan tanah mengajukan pelaksanaan pengadaan tanah kepada ketua pelaksana pengadaan tanah. Pengajuan tersebut harus dilengkapi dengan; keputusan penetapan lokasi, dokumen perencanaan pengadaan tanah, data awal pihak yang berhak dan objek pengadaan tanah. Sebelum melakukan persiapan pelaksanaan pengadaan tanah, minimal pelaksana pengadaan tanah harus melakukan beberapa kegiatan seperti;

a. Membuat agenda rapat pelaksanaan

b. Membuat rencana kerja dan jadwal kegiatan

(12)

d. Memperkirakan kendala-kendala teknis yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan. e. Merumuskan strategi dan solusi terhadap hambatan dan kendala dalam pelaksanaan. f. Mempersiapkan langkah koordinasi ke dalam maupun ke luar di dalam pelaksanaan. g. Menyiapkan administrasi yang diperlukan.

h. Mengajukan kebutuhan anggaran operasional pelaksanaan pengadaan tanah. i. Menetapkan penilaian, dan

j. Membuat dokumen hasil rapat.

Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut, ketua pelaksana dari pengadaan tanah dapat membentuk satuan tugas yang membidangi mengenai: Data fisik penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah serta Data pihak yang berhak dan objek pengadaan tanah. Satuan tugas yang membidangi data fisik penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah harus melakukan pengukuran dan pemetaan bidang per-bidang tanah yang meliputi pengukuran dan pemetaan batas keliling lokasi serta pengukuran dan pemetaan bidang per-bidang. Nanti nya data tersebut akan digunakan untuk proses penentuan nilai ganti kerugian dan pendaftaran hak.

Jika ada pihak yang berhak merasa keberatan terhadap hasil inventarisasi dan identifikasi, maka pihak yang berhak dapat mengajukan keberatan kepada ketua pelaksana pengadaan tanah dalam waktu paling lama 14 hari kerja sejak dikeluarkan nya hasil inventarisasi. Hasil dari verifikasi yang dilakukan oleh ketua pelaksana pengadaan tanah dan perbaikan setelah adanya pengajuan keberatan dari pihak yang berhak, akan menjadi dasar penentuan pihak yang berhak dalam pemberian ganti rugi.

(13)

Tanah berdasarkan hasil penilaian jasa Penilai atau Penilai Publik. Dalam perubahan tersebut ditambahkan bahwa nilai pengadaan jasa penilai dan jasa publik yang dimaksud pada ayat satu sebesar Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah), maka pengadaan jasa penilai atau penilai publik dilakukan dengan menggunakan metode pascakualifikasi.

Setelah itu Gubernur akan mengumumkan penetapan lokasi pembangunan bersama dengan instansi yang memerlukan tanah. Pengumuman tersebut nantinya akan memuat nomor dan tanggal keputusan penetapan lokasi, peta lokasi pembangunan, maksud dan tujuan pembangunan, letak dan luas tanah yang dibutuhkan, perkiraan jangka waktu pelaksanaan pengadaan tanah dan perkiraan jangka waktu pembangunan5, yang akan di umumkan melalui

media cetak atau media elektronik atau bisa juga dengan di tempelkan di kantor kelurahan/desa, kantor kecamatan, kantor kabupaten/kota dan di lokasi pembangunan. Pengumuman penetapan lokasi harus dilakukan paling lambat 3 hari kerja setelah di tetapkan nya lokasi pembangunan dan batas pengumuman itu dilakukan yakni maksimal selama 14 hari kerja.

Sedangkan untuk pengadaan tanah yang berskala kecil diatur dalam perpres nomor 71 tahun 2012. Dalam pasal 121 sebelum disebutkan bahwa untuk mengefektifitaskan waktu maka penyelenggaraan pengadaan tanah yang tidak lebih dari 1 (satu) hektar, dapat dilakukan langsung oleh instansi yang memerlukan tanah dengan para pemegang hak atas tanah., dengan cara jual beli atau tukar menukar atau dengan cara lain yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak.

Namun terdapat perubahan di tahun 2014 dalam perpres nomor 40, sehingga pasal 121 menutup perubahan pertama menyatakan penyelenggaraan pengadaan tanah yang tidak lebih dari 5 (lima) hektar, maka dapat dilakukan langsung oleh instansi yang memerlukan tanah dengan para pemegang hak atas tanah dengan cara jual beli atau tukar menukar atau dengan cara lain yang sudah di sepakati oleh kedua belah pihak.

5.3 Pelaksanaan Pengadaan Tanah

Dalam tahapan pelaksanaan ini, setelah ditentukan nya lokasi pembangunan makan instansi yang memerlukan tanah selanjutnya mengajukan pelaksanaan pengadaan tanah kepada lembaga pertanahan. Yang mana dalam pelaksanaan pengadaan tanah sendiri meliputi: inventarisasi dan identifikasi penguasaan, kepemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah,

(14)

penilaian ganti rugi, musyawarah penetapan ganti rugi, pemberian ganti rugi, pelepasan tanah instansi.

Inventarisasi dan identifikasi meliputi dalam hal pengukuran per-bidang tanah serta pengumpulan data pihak yang berhak dan objek pengadaan tanah. Yang mana selama proses inventarisasi dan identifikasi tersebut dilaksanakan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh haru) kerja. Hasil dari pendataan yang dilakukan selanjutnya akan menjadi dasar dalam penentuan besarnya ganti kerugian yang akan diberikan kepada pihak yang berhak.

Untuk penetapan bentuk ganti rugi sendiri semua sudah di atur sesua dengan perpres no. 71 tahun 2012 dalam pasal 68 tentang pelaksanaan pengadaan tanah melaksanakan musyawarah dengan pihak yang berhak dengan waktu paling lama 30 hari sejak di tetapkan nya hasil penilaian dari penilai diterima oleh ketua pelaksana pengadaan tanah dengan cara mengikutsertakan juga instansi yang memerlukan tanah. Jika pihak yang berhak berhalangan untuk hadir dalam musyawarah tersebut, maka pihak yang berhak bisa saja memberikan kuasa kepada seseorang masih ada hubungan darah dengan pihak yang berhak atau suami/istri dari pihak yang berhak. Atau bisa juga seseorang yang ditunjuk sesuai dengan ketentuan anggaran dasar bagi pihak yang berhak berstatus badan hukum, atau pihak yang berhak lainnya.6 Namun

jika dalam hal ini pihak yang berhak tidak dapat menghadri musyawarah tersebut dan tidak menunjuk kuasa untuk menggantikan nya, maka pihak yang berhak dianggap menerima bentuk dan besarnya ganti rugi yang ditetapkan oleh pelaksanaan pengadaan tanah.

Selanjutnya hasil kesepakatan dari musyarawah menjadi dasar dari besarnya ganti rugi yang akan diberikan kepada pihak yang berhak. Yang mana hasil tersebut akan di masukan ke dalam berita acara yang memuat;

a. Pihak yang berhak/kuasanya setuju terhadap bentuk ganti rugi yang sudah disepakati b. Pihak yang berhak/kuasanya yang tidak setuju

c. Pihak yang berhak tidak hadir dan tidak memberikan kuasa

Dalam pasal 73 disebutkan jika dalam kesepakatan ada pihak yang berhak tidak menyetujui terhadap besarnya ganti rugi, maka pihak yang berhak dapat mengajukan keberatan

(15)

kepada pengadilan negeri setempat dalam waktu paling lama 14 hari setelah ditanda tangani berita acara. Setelah itu pengadilan negeri memutuskan besarnya ganti rugi dalam waktu 30 hari kerja sejak diterimanya pengaduan keberatan. Selanjutnya, ada pihak yang merasa keberatan terhadap nilai ganti rugi yang diputuskan oleh pengadilan negeri, maka pihak yang bersangkutan dapat mengajukan kasasi kepada mahkamah agung dalam waktu paling lama 14 hari kerja setelah diputuskan nilai ganti rugi oleh pengadilan negeri. Mahkamah agung wajib memberikan jawaban paling lama 30 hari kerja setelah permohonan kasasi diterima.

Selanjutnya untuk pemberian ganti rugi menurut pasal 74 disebutkan dapat berupa; uang, tanah pengganti, permukiman kembali, kepemilikan saham, atau bentuk lain nya yang disetujui oleh kedua belah pihak. Namun dalam pasal 75 dikatakan bahwa dalam musyawarah pelaksana pengadaan tanah mengutamakan pemberian ganti rugi dalam bentuk mata uang rupiah. Pemberian ganti rugi tersebut nantinya akan diberikan oleh instansi yang membutuhkan tanah berdasarkan persetujuan dari ketua pelaksana pengadaan tanah atau pejabat yang ditunjuk.

Jika dalam perpres sebelumnya dikatakan bahwa pemberian ganti rugi dilakukan dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak ditetapkan nya bentuk ganti rugi oleh pelaksana pengadaan tanah, namun pada tahun 2014 terjadi perubahan kedua perpres no 71 tahun 2012 yang merubah ketentuan dari pasal 76 ayat (4) yakni pemberian ganti rugi dilakukan dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya tanggal persetujuan dari ketua pelaksana pengadaan tanah atau pejabat yang ditunjuk.

Sedangkan untuk pemberian ganti rugi dalam bentuk tanah diberikan oleh instansi yang memerlukan tanah melalui pelaksana pengadaan tanah setelah mendapat permintaan tertulis dari ketua pelaksana pengadaan tanah. Nantinya tanah pengganti yang diberikan tersebut akan dibuat sesuai dengan atas nama pihak yang berhak.7 Pelaksanaan penyediaan tanah pengganti dilakukan

paling lama 6 (enam) bulan sejak penetapan bentuk ganti rugi oleh pelaksana pengadaan tanah. Jika ganti rugi dalam bentuk permukiman kembali, tidak jauh beda dengan pemberian ganti rugi dalam bentuk tanah. Namun pemberian ganti rugi dilakukan bersamaan dengan pelepasan hak oleh pihak yang berhak tanpa harus menunggu selesainya pembangunan permukiman kembali. Selama proses permukiman kembali maksudnya adalah dana penyediaan

(16)

permukiman kembali dititipkan oleh bank dan atas nama instansi yang memerlukan tanah. Pelaksanaan nya sendiri dilakukan paling lama 1 (satu) tahun sejak penetapan bentuk ganti rugi oleh pelaksana pengadaan tanah.8

Namun dalam pasal 80 ayat (1) menjelaskan tentang ganti rugi dalam bentuk kepemilikan saham, akan diberikan oleh Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk perusahaan terbuka dan mendapat penugasan khusus dari pemeritah. Hal tersebut dapat dilakukan dengan persetujuan antar kedua pihak yakni Badan Usaha Milik Negara dengan pihak yang berhak. Sedangkan jika ingin memberikan ganti rugi dalam bentuk lain dapat dilakukan dengan persetujuan kedua belah pihak. Namun, pemberian ganti rugi tidak dapat diberikan jika objek pebgadaan tanah yang lepas dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah/badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah, kecuali;

a. Objek pengadaan tanah telah berdiri bangunan yang digunakan secara aktif untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan,

b. Objek pengadaan tanah yang dimiliki/dikuasai oleh badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah, dan

c. Objek pengadaan tanah kas desa.

Pemberian ganti rugi akan di prioritaskan kepada pihak yang berhak yang sedang dalam keadaan mendesak. Mendesak dalam arti yang dibuktikan dengan surat keterangan dari lurah/kepala desa atau nama lain. Sehingga pemberian ganti rugi harus diberikan maksimal 25 (dua puluh lima) persen lebih awal dari perkiraan ganti rugi yang sudah di tetapkan sebelumnya.9

sedangkan untuk pelepasan nya sendiri dilakukan bersamaan dengan diberikan nya pemberian sisa ganti rugi.

Dalam hal penitipan ganti rugi, instansi yang memerlukan tanah mengajukan permohonan penitipan ganti rugi ke pengadilan negeri setempat, yang nanti nya penitipan ganti rugi tersebut akan diserahkan kepada pengadilan negeri. Pasal 86 ayat (3) dijelaskan alasan penitipan ganti rugi tersebut dilakukan, karena;

(17)

a. Pihak yang berhak menolak bentuk/besar nya ganti rugi yang sudah ditetapkan dalam musyawarah dan tidak mengajukan keberatan ke pengadilan negeri.

b. Pihak yang berhak menolak bentuk/besarnya ganti rugi yang sudah di tetapkan oleh pengadilan negeri/mahkamah agung

c. Pihak yang berhak tidak diketahui keberadaan nya

d. Objek pengadaan tanah yang diberikan ganti rugi sedang; 1. Menjadi objek perkara di pengadilan

2. Masih dipersengketakan kepemilikan nya 3. Disita oleh pihak yang berwenang

4. Menjadi jaminan di bank

5.4 Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah

Jika objek pengadaan tanah sudah diberikan ganti rugi atau ganti rugi sudah di titipkan kepada pengadilan negeri atau yang sudah dilakukan pelepasan hak atas objek pengadaan tanah, maka hubungan hukum antara pihak yang berhak dengan tanah nya sudah resmi terputus dalam hukum. Selanjutnya kepala kantor pertanahan melakukan pencatatan pada buku tanah dan daftar umum pendaftaran tanah lain nya.10 Lalu lembaga pertanahan menyerahkan hasil pengadaan

tanah kepada instansi yang memerlukan tanah. Setelah itu instasi wajib melakukan sertifikasi terhadap bidang tanah yang sudah diserahkan dalam kurun waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak penyerahan hasil pengadaan tanah

Sedangkan jika objek pengadaan tanah sedang menjadi perkara di pengadilan negeri atau ganti rugi yang ditipkan di pengadilan negeri maka ketua pelaksana pengadaan tanah harus menyampaikan kepada ketua pengadilan dan pihak-pihak yang terkait mengenai terhapusnya hak dan tidak berlakunya lagi surat-surat kepemilikan serta putusnya hubungan hukum antara pihak yang berhak dengan tanah nya. Berlaku juga dengan objek pengadaan tanah yang yang masih di persengkatakan kepemilikannya, disita oleh pejabat yang berwenang.

(18)

Jika dalam hal ini pihak yang berhak tidak ingin melepaskan hak atas tanah nya, maka;11

a. Ketua pelaksana pengadaan tanah membuat berita acara pelepasan hak objek pengadaan tanah bagi yang berhak.

b. Kepala kantor pertanahan memberikan pengumuman terkain penghapusan atau tidak berlakunya bukti hak dari tanah.

c. Kepala kantor pertanahan mencatan penghapusan dan tidak berlakunya lagi hak atas tanah pada buku tanah dan daftar umum pendaftaran tanah lainnya.

Untuk pelepasan objek pengadaan tanah nanti nya akan dilakukan oleh pihak yang berhak kepada negara dihadapan kepala kantor pertanahan setempat. Dalam rangka melakukan pelepasan hak objek pengadaan tanah, pelaksana pengadaan tanah harus mempersiapkan;

a. Surat pernyataan pelepasan atau penyerahan hak atas tanah.

b. Menarik bukti penguasaan atau kepemilikan objek pengadaan tanah dari pihak yang berhak.

c. Memberikan tanda terima pelepasan.

d. Melengkapi tanggal, paraf dan cap pada sertipikat dan buku tanah bukti kepemilikan yang sudah dilepaskan kepada negara.

Sedangkan dari pihak yang berhak dan kuasanya sendiri dalam menerima ganti rugi berkewajiban untuk;12

a. Menandatangani surat pernyataan pelepasan/penyerahan hak atas tanah/ bangunan/ tanaman/ hal lain yang berhubungan dengan tanah

b. Menandatangani berita acara pelepasan hak

c. Menyerahkat surat-surat kepemilikan atas objek pengadaan tanah kepada instansi yang memerlukan tanah melalui pelaksana pengadaan tanah.

(19)

d. Menyerahkan salinan identitas diri atau identitas kuasanya

Tahap selanjutnya, instansi dapat langsung melaksanakan pembangunan setelah selesai melakukan sertifikasi terhadap tanah yang sudah diberikan. Meskipun nantinya terdapat keberatan atau gugatan pengadilan, instansi tetap dapat melaksanakan pembangunan.13 Tentunya

dengan pemantauan dan evaluasi dari pihak BPN terhadap penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan hasil pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum.

BAB VI

SUMBER DANA PENGADAAN TANAH

6.1 Sumber Pendanaan

Dalam perpres nomor 71 tahun 2012 pasal 116 disebutkan untuk pendanaan pembangunan nya sendiri, menjadi tanggung jawab dari instansi yang akan melakukan

(20)

pembangunan yang di jabarkan dalam dokumen penganggaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan untuk pendanaan selama proses pengadaan tanah itu bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara/anggaran pendapatan dan belanja daerah, hal tersebut tertera dalam pasal 117. Namun pada tahun 2014 terdapat penambahan pasal terkait dengan pendanaan, yakni pasal 117 A yang menjelaskan bahwa untuk pendanaan pengadaan tanah bagi kepentingan umum dapat bersumber terlebih dahulu dari instansi yang memerlukan tanah yang bertindak atas nama lembaga negara / kementrian / lembaga negara non kementrian / pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota. Untuk selanjutnya akan dibayar kembali oleh lembaga negara setelah proses pengadaan tanah selesai.

Jika pengadaan tanah dilakukan oleh badan hukum milik negara/badan usaha milik negara, maka pendanaan bersumber dari internal perusahaan atau sumber lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VII

HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN SERTA MASYARAKAT

(21)

7.1.1 Pasal 55

Selama penyelenggaraan pengadaan tanah berlangsung, pihak yang berhak mempunyai hak untuk: mengetahui rencana penyelenggaraaan pengadaan tanah dan berhak untuk mendapatkan informasi mengenai pengadaan tanah. Selain itu, msayarakat juga dapat berperan serta dalam memberikan masukan secara lisan ataupun tertulis mengenai proses pengadaan tanah serta memberikan dukungan selama proses pengadaan tanah sedang berlangsung.

BAB VIII

PENUTUP

(22)

Referensi

Dokumen terkait

(2) Dari hasil penghitungan seluruh suara sah yang diperoleh Partai Politik Peserta Pemilu di suatu daerah pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Tahap pelaksanaan tindakan adalah tahap mengimplementasikan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Peneliti melaksanakan tindakan menggunakan strategi

Anggaran ini sifatnya statis dari periode bulan yang satu ke periode bulan yang lain, dan dalam anggaran yang dibuat tidak dilaku­ kan pemisahan antara unsur biaya tetap dan

Proses pengolahan data dengan menggunakan metode Fuzzy Time Series (FTS) Average Based sama dengan perlakuan pada metode FTS standar namun jumlah interval yang

$EVWUDN 3HQHOLWLDQ WLQGDNDQ LQL EHUWXMXDQ PHQJLPSOHPHQWDVLNDQ PRGHO 6LNOXV %HODMDU XQWXN PHQLQJNDWNDQ NXDOLWDV SURVHV SHPEHODMDUDQ GDQ KDVLO EHODMDU PHQJHODV GHQJDQ JDV PHWDO

Pembeda penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini dapat memadupadankan sintaks tiga model pembelajaran yakni Jigsaw, Example non example, dan Make a

Gambar 4 Hasil analisis SEM terhadap sampel gerabah dari situs Gua Delubang Pengujian SEM dan XRF, hasil memberi gambaran mengenai bahan material pada gerabah yang akan dianalisis

Amonia bebas y yang tidak t terionisasi bersifat toksik terhadap biot dan toksisitas tersebut akan menin i gkat jika a terjadi penurunan kadar oksigen terlarut Ikan tidak