• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISIS dan Justifikasi Kekejaman Bagaimana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ISIS dan Justifikasi Kekejaman Bagaimana"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ISIS dan Justifikasi Kekejaman:

Bagaimana Interpretasi Menghasilkan Perspektif Identitas dan Sifat Kekerasan Manusia Winda Noviana

14010413120040

Politik internasional dewasa ini terus mengalami pergolakan, tak terkecuali bagi kawasan Timur Tengah. Arab Spring telah mengubah kawasan berpenduduk mayoritas Muslim ini menjadi medan konflik perhatian dunia. Namun tidak hanya itu, peristiwa Arab Springs disusul kemudian dengan hadirnya Islamic State for Iraq and the Levant atau lebih populer disebut ISIS sebagai aktor baru di kawasan. Upaya penguasaan wilayah Irak dan Syria oleh ISIS dengan cara-cara kekerasan, tidak dipungkiri kini memunculkan iklim ketakutan serta sorotan atas kejahatan perang dan pelanggaran hukum humaniter internasional yang ia lakukan. ISIS bukan hanya sebuah kelompok teroris, ia merupakan organisasi militer dan politik yang menggunakan interpretasi radikal Islam sebagai filosofi politik dan justifikasi atas cara-cara pencapaian tujuannya. (www.clarionproject.org) Justifikasi agama untuk pencapaian tujuan inilah yang ke depannya banyak mengubah perspektif dunia tentang konflik dan terorisme.

(2)

masyarakat lainnya dihasilkan melalui skema pencerminan diri tentang siapa dirinya, sehingga menghasilkan apa yang disebut identitas diri. (Blummer, 1969)

Interpretasi Ideologi sebagai Penentu Identitas

Lalu bagaimana sebenarnya bentuk konstruksi ideologi dan identitas diri ISIS dalam memandang orang lain ? Wahhabism (interpretasi keras atas Islam) dan Salafist (kembali ke bentuk awal pemerintahan dan hidup bermasyarakat Islam masa Nabi Muhammad) telah banyak mendoktrin tindakan ISIS. Sedangkah tokoh-tokoh seperti Sayyid Qutb dan Abdullah Azzam memberi ide tentang pendirian negara Islam dan fondasi jihad secara keseluruhan. (www.clarionproject.org) Pendirian kekhalifahan Islam yang dicetuskan Abu Bakr al Baghdadi ditujukan untuk mengganti pemerintahan jahiliyah kini, yaitu pemerintahan menyimpang dari apa yang diajarkan nabi. Dalam majalah yang diterbitkan ISIS, Dabiq menyebutkan bahwa penguasaan wilayah yang dilakukan adalah dibenarkan karena peradaban kini merupakan peradaban yang syirik dan kafir, peradaban riba dan penuh prostitusi, peradaban hina dan penindasan. Inilah bukti yang menunjukkan jika ISIS memandang secara berbeda peradaban masyarakat saat ini dengan dirinya, yaitu sebagai struktur yang menyimpang dari interpretasi Islam mereka.

Kebencian kepada golongan Syiah disandarkan pada kepercayaan tentang perilaku penganut Syiah yang menyimpang dari apa yang ada dalam kitab suci. Bagi ISIS, penganut golongan Syiah pantas mati, begitu pula kepala negara yang menjunjung hukum buatan manusia di atas hukum Syariah. (www.theatlantic.com) Mengenai Yazidis saja, ISIS memandang mereka sebagai bentuk ketidakpatuhan kepada Tuhan karena melakukan bid’ah (inovasi) atas ajaran agama yang sebenarnya. Bagi Yazidis perempuan, perlakuan yang pantas adalah dengan dijadikan budak. Mengapa ? Seorang wanita yang dijadikan budak (termasuk budak seksual bagi ISIS) dianggap telah bersih sehingga bisa memasuki surga, anak budak perempuan yang lahir atas tuannya pun menjadi Muslim karena memiliki status seperti ayahnya. (Dabiq, 2015) Dapat disimpulkan bahwa apa yang sebenarnya diyakini ISIS dalam memandang status keberadaan orang lain memang didasarkan pada interpretasi mereka sendiri. Semua yang kafir menurut ISIS adalah pantas mati, semua yang pantas mati adalah karena mereka menganut ajaran agama yang berbeda dengan interpretasi yang dianut ISIS.

(3)

menyadari bahwa sesungguhnya tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan dan pelanggaran norma perang seperti yang dilakukan ISIS. Intersubjektivitas dan realitas sosial tidak sama bagi semua orang. Ketika seseorang mengaku sebagai penegak hukum, belum tentu ia adalah benar penegak hukum yang semua orang inginkan. Begitu juga dengan ISIS, saat ia mengaku sebagai perlambang ajaran Islam yang sebenarnya, belum tentu ia memang seperti itu. Mispersepsi sangat rentan terjadi dalam pemikiran individu dan antarsesama manusia.

Kekejaman ISIS dan Justifikasi Agama

Tindakan-tindakan kekejaman ISIS memang tidak dapat dipisahkan dengan istilah kekerasan. Dengan penggunaan kekerasan, tujuan ISIS untuk penguasaan wilayah dan pendirian kekhalifahan Islam dirasa lebih mudah dicapai. Bagaimana ini dapat dibenarkan dalam sudut pandang mereka dan apa yang sesungguhnya mendorong ISIS melakukan kekejaman di luar batas kemanusiaan ? Kekerasan menghasilkan ketakutan, ‘environmental of fear’ membuat ISIS lebih mudah membentuk aliansi dan menaklukkan wilayah. Manusia memang tidak selamanya rasional, ada kalanya dalam situasi tertentu, pilihan ditentukan oleh perasaan terdalam di jiwa manusia yaitu ketakutan. Logika untung-rugi tidak berlaku lagi ketika kekejaman yang berbentuk kekerasan diterima oleh fisik manusia, terutama ketika kekejaman diterima secara berkelanjutan. Strategi intimidasi ISIS yang paling menjadi sorotan adalah penggunaan kekerasan ekstrem guna propaganda ketakutan seperti contohnya video-video pemenggalan tawanan asing yang mereka sebarkan. Hasilnya, sekarang terbukti bahwa ISIS dilihat dunia sebagai kelompok terorisme paling ditakuti akibat tindakan kekejaman yang ia tunjukkan. Kekerasan bertindak sebagai cara efektif yang juga mengarahkan interpretasi orang lain terhadap ISIS, hingga seolah menghasilkan dorongan kekuatan tidak nyata untuk ISIS semakin membuktikan keberadaannya. Ditambahkan juga, kekerasan membuat orang-orang untuk tertarik bergabung dengan ISIS atau dalam kata lain bertindak sebagai penguat tangible power suatu struktur.

(4)

satu-satunya metode pencapaian tujuan. Sehingga disimpulkan bahwa teks kekerasan dalam konteks sejarah bukanlah alasan kekejaman ISIS, alasan sesungguhnya adalah justifikasi berdasar pemikiran mereka sendiri, justifikasi yang juga dianut kebanyakan ekstremis agama dan teroris dewasa ini. (Esposito, 2015)

Faktor pendorong selanjutnya dapat dipahami dari pernyataan ‘agama memiliki peran signifikan, tapi begitu pula politik’. Politik masih memegang peran mengarahkan tindakan ISIS. (Cronin, 2015) Pengatasnamaan ISIS sebagai Islamic State membuktikan posisi ISIS bukan murni sebagai religious terrorism, tapi struktur politik yang juga mengejar tujuan-tujuan politik. Jadi, kekerasan dalam aspek ini dilihat sebagai cara yang layak untuk mengejar tujuan politik.

Tindakan selalu diawali dengan dorongan latar belakang. Jika ditilik lebih ke dasar, kekejaman ISIS diawali ambisi untuk penaklukan wilayah. Ketika kekerasan merupakan hal yang salah, bisa jadi ia dipengaruhi oleh ambisi yang salah pula. Apabila dianalisis, terdapat perbedaan interpretasi jihad yang dianut ISIS. Ia menggunakan jihad secara militer untuk penaklukan dan ekspansi kekuasaan atas nama pembelaan dan penyebaran Islam. Hal tersebut tidak dapat dibenarkan karena Islam yang sebenarnya justru menghargai hak siapapun atas suatu wilayah, terlebih lagi norma-norma hak asasi manusia yang terikat dengannya.

Pambahasan ini kemudian mencoba tak hanya melihat dari satu sisi mata uang karena ‘one man’s terrorist is another man’s freedom fighter’. Meski memungkinkan pembenaran tujuan pendirian negara Islam oleh ISIS dalam sudut pandang tertentu, tetapi kekejaman dan kekerasan terhadap warga sipil tidaklah dapat ditolerir. Kebebasan adalah relatif, namun hak untuk hidup bagi semua orang adalah sama. Ketika manusia memiliki hak mengejar tujuan mulia, di situ pula terdapat kewajiban untuk menggunakan cara-cara yang sejalan tanpa harus merusak kemuliaan itu sendiri. Meski semuanya tergantung kepada interpretasi masing-masing pihak dalam memandang tindakan ISIS, perspektif berdasar norma dan nilai kepantasan bersama adalah prioritas yang selayaknya didahulukan.

Sumber:

(5)

Amnesty International. 2014. “ETHNIC CLEANSING ON A HISTORIC SCALE: ISLAMIC STATE’S SYSTEMATIC TARGETING OF MINORITIES IN NORTHERN IRAQ”, < https://www.es.amnesty.org/uploads/media/Iraq_ethnic_cleansing_final_formatted.pdf>, diakses 9 April 2016

Beattie, Jason. 2016. “ISIS full barbarity revealed with 'staggering' levels of executions, violence and slavery”, < http://www.mirror.co.uk/news/world-news/isis-full-barbarity-revealed-staggering-7206851>, diakses 9 April 2016

Cronin, Audrey Kurth. 2015. “ISIS Is Not a Terrorist Group: Why Counterterrorism Won’t Stop the Latest Jihadist Threat”, Foreign Affairs, March/April 2015, pp. 1-9

Dabiq. 2015. “The Failed Crusade”, < https://media.clarionproject.org/files/islamic-state/islamic-state-isis-magazine-Issue-4-the-failed-crusade.pdf>, diakses 9 April 2016 Dassanayake, Dion. “Islamic State: What is IS and why are they so violent?”, <

http://www.express.co.uk/news/world/558078/Islamic-State-IS-what-is-ISIS-why-are-ISIL-so-violent>, diakses 10 April 2016

Esposito, John L. 2015. “Islam and Political Violence”, <www.mdpi.com/2077-1444/6/3/1067/pdf>, diakses 9 April 2016

Haqiqah. “What Is the Truth Behind ISIS ?”,

http://www.preventforfeandtraining.org.uk/sites/default/files/Haqiqah-What-is-the-Truth-Behind-ISIS.pdf, diakses 10 April 2016

McCoy Terrence. 2014. “ISIS, beheadings and the success of horrifying violence”, < https://www.washingtonpost.com/news/morning-mix/wp/2014/06/13/isis-beheadings-and-the-success-of-horrifying-violence/>, diakses 10 April 2016

Patel, David Siddhartha. 2015. “ISIS in Iraq: What We Get Wrong and Why 2015 Is Not 2007 Redux”, < http://www.brandeis.edu/crown/publications/meb/meb87.html>, diakses 9 April 2016

Salafi Publications. “Combatting 21st Century: VIOLENT EXTREMIST TERRORISM: ISIS Al-Qaeda in Iraq & Syria”, < www.islamagainstextremism .com/dld.cfm?a=qzcbxd>, diakses 11 April 2016

Smith, Ben. 2015. “ISIS and the sectarian conflict in the Middle East”, < www.parliament.uk/briefing-papers/rp15-16.pdf>, diakses 10 April 2016

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Therefore, this research aims to determine the genetic and phylogenetic variation of Koi herpesvirus (KHV) in carp ( C. carpio ) in Lombok Island of West

Universitas Katolik Musi Charitas yang telah memberikan tempat untuk penulis melakukan kerja praktik.. Teman-teman yang mendorong penulis dalam penyusunan laporan kerja

Artinya secara internal, strategi bauran pemasaran susu kedelai bubuk produksi Pabrik Susu Kedele Kadungora yang telah dilakukan perusahaan berada pada keadaan

Pada Desember 96 Ramanathan Guha dari Apple mengusulkan sebuah proyek dengan nama Project Sauce/X dengan format MCF (Meta Content Framework) yang merupakan ide awal untuk

Penelitian sebelumnya tentang sindrom nefrotik sampel data hanya dilakukan pada satu waktu saja menunjukkan penurunan ekspresi subunit p65 NF- dan beberapa sampel

Beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh antara lain (1) sengkala diciptakan bukan untuk merekam aktifitas matematika orang Jawa, tetapi bahwa sengkala kaya dengan konsep dan

konsumsi cokelat yang dapat menurunkan tingkat kecemasan mahasiswa Fakultas.

Seperti halnya faktor ke-3 (faktor pasien lainnya yang dirawat bersamaan) maka factor peralatan yang dipakai perlu juga mendapat perhatian khusus, karena infeksi nosokomial