• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Multi-Agent Cerdas Penguji Perangkat Lunak Secara Otomatis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sistem Multi-Agent Cerdas Penguji Perangkat Lunak Secara Otomatis"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

27

Sistem

Multi-Agent

Cerdas Penguji Perangkat

Lunak Secara Otomatis

Elly Antika

#1

, Prawidya Destarianto

#2

, Hendra Yufit Riskiawan

#3

Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik Negeri Jember, Jl. Mastrip 164 Jember

1ellyantika.niam@gmail.com

Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik Negeri Jember, Jl. Mastrip 164 Jember

3prawidyadestarianto@yahoo.com

Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik Negeri Jember, Jl. Mastrip 164 Jember

2hendra.yufit@gmail.com

Abstract

Sistem pengujian perangkat lunak otomatis menggunakan metode hybrid testing yang mengkombinasikan metode unit testing, functional testing, dan white box testing. Sistem pengujian akan dijadikan basis pengetahuan dan kecerdasan dari sistem multi-agent. Performa sistem yang dihasilkan akan diuji dan dianalisis untuk dijadikan acuan merancang sistem auto-debugging untuk mempermudah dan mempercepat tahapan pengujian perangkat lunak. Sistem multi-agent cerdas yang dikembangkan akan terdiri dari 4 macam agen, yaitu main agent, agen penguji unit testing, agen penguji functional testing, agen penguji white box testing.

Keempat agen akan memiliki basis pengetahuan yang berbeda-beda sesuai dengan tugas masing-masing. Namun demikian, semua agen akan memiliki kesamaan dalam hal kemampuan berkomunikasi, autonomy, dan berkolaborasi guna mencapai tujuan sistem. Luaran yang dihasilkan meliputi hasil evaluasi dan pengujian terhadap performa sistem berbasis multi-agent yang telah dikembangkan; hasil analisis terhadap pengujian dari performa sistem berbasis multi-agent; serta rancangan sistem auto-debuging

untuk melakukan perbaikan secara otomatis terhadap debug yang ditemukan sistem penguji. Dengan demikian kontribusi dari penelitian ini terhadap bidang rekayasa perangkat lunak khususnya software testing dapat semakin optimal

Keywords— Pengujian otomatis, Performa sistem, Sistem Multi-Agent.

I. PENDAHULUAN

Pengujian perangkat lunak memegang peranan penting dalam menjaga kualitas perangkat lunak. Menurut Galin (2004) pengujian perangkat lunak atau software testing diartikan sebagai proses formal dimana suatu perangkat lunak diuji dengan cara menjalankan perangkat lunak tersebut dalam komputer dan menjalankan prosedur serta kasus tertentu. Galin (2004) menyatakan bahwa terdapat hubungan langsung yang erat antara pengujian perangkat lunak dengan kualitas perangkat lunak yang dihasilkan, sehingga pengujian perangkat lunak menjadi tahapan yang sangat penting dalam siklus pengembangan perangkat lunak. Perry (2006) menyatakan bahwa sekitar 24% dari keseluruhan anggaran pengembangan perangkat lunak pada sebagian besar proyek pengembangan perangkat lunak dialokasikan untuk pengujian perangkat lunak.

Dalam pengembangan perangkat lunak, tekanan untuk menyelesaikan perangkat lunak dengan cepat sering ditemui. Selain itu, perangkat lunak yang dikembangkan di era modern memiliki kompleksitas yang tinggi,

sehingga meningkatkan tingkat kesulitan dalam melakukan pengujian. Hal-hal tersebut seringkali menyebabkan manajer proyek memutuskan untuk mengurangi aktivitas ataupun sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pengujian perangkat lunak (Konka, 2011).

Pengujian perangkat lunak yang dilaksanakan dengan tidak sempurna tentu akan membawa pengaruh yang kurang baik terhadap kualitas perangkat lunak yang dihasilkan. Pengujian perangkat lunak yang tidak efektif dan tidak lengkap dapat mengakibatkan berbagai masalah ketika perangkat lunak tersebut digunakan oleh end-user

(Catelani dkk., 2010). Berawal dari kondisi tersebut, penelitian mengenai pengujian perangkat lunak saat ini mengarah pada bagaimana cara melakukan pengujian perangkat lunak yang mampu menjaga kualitas perangkat lunak dengan baik dengan sumber daya yang sedikit (Yuan, 2011).

(2)

28

Dustin dkk. (2008) mengartikan otomatisasi pengujian perangkat lunak sebagai proses pengujian perangkat lunak yang memanfaatkan perangkat lunak lain yang dirancang khusus untuk menjalankan tes pada suatu perangkat lunak dan membandingkan hasilnya dengan keluaran yang diharapkan.

Penelitian Catelani (2010) menunjukkan bahwa pengujian perangkat lunak secara otomatis dapat meningkatkan efisiensi proses pengujian untuk mengidentifikasi bagian dari perangkat lunak yang rawan mengalami kegagalan. Pengujian perangkat lunak secara otomatis bisa dilakukan dengan menggunakan berbagai metode pengujian perangkat lunak yang ada. Karakteristik ini memperluas area yang mampu diuji secara otomatis sehingga mampu mengurangi beban dari penguji perangkat lunak. Sistem penguji perangkat lunak otomatis harus mampu melakukan berbagai pengujian dalam skala besar dan mampu diulang berkali-kali untuk memastikan kualitas perangkat lunak yang diuji. Sistem penguji perangkat lunak tentunya harus mampu menguji berbagai aspek dalam perangkat lunak sehingga penggunaan lebih dari satu metode pengujian sangat diharapkan (Galin, 2004)

Sistem berbasis agen merupakan teknologi yang sesuai untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks dan dalam lingkungan yang terdistribusi (Dhavachelan, 2005). Wooldridge (2002) menyatakan bahwa salah satu karakteristik utama dari sistem berbasis agen adalah sifat otonom. Agen mampu memberikan reaksi berdasarkan berbagai masukan yang diberikan lingkungan tanpa ada intervensi dari manusia. Penggunaan teknologi agen dalam hal pengembangan perangkat lunak belum banyak dilakukan, hal ini disebabkan karena keunggulan teknologi agen belum dikenal secara luas (Dhavachelan, 2005). Sifat dari sistem berbasis agen yang otonom bisa dimanfaatkan dalam hal pengujian perangkat lunak untuk mempermudah proses pengujian yang perlu dilakukan secara berulang dan otomatis dengan berbagai skenario pengujian yang berbeda.

Tahap awal penelitian dilakukan perancangan sistem pengujian perangkat lunak otomatis menggunakan metode

hybrid testing dan mengimplementasikannya menjadi sistem pengujian perangkat lunak otomatis sebagai kecerdasan dari sistem multi-agent yang dikembangkan. Selanjutnya dilakukan evaluasi dan pengujian terhadap performa sistem berbasis multi-agent yang telah dikembangkan, serta menganalisis hasil pengujian untuk mengukur performa sistem berbasis multi-agent.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Pendahuluan dan Peta Jalan Penelitian

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melakukan pengujian perangkat lunak secara otomatis. Pada tahun 2009, Salas dkk. melakukan penelitian mengenai pengujian perangkat lunak secara otomatis pada sistem

yang asynchronous. Dalam penelitian ini Salas membagi kejadian-kejadian yang terjadi dalam sistem ke dalam

observable dan controlable event. Controlable event

dijadikan dasar untuk melakukan test case generation. Catelani dkk. (2010) melakukan penelitian untuk mereduksi waktu yang diperlukan dalam melakukan pengujian perangkat lunak dengan menggunakan test case

yang dianggap merepresentasikan keadaan aktual di dunia nyata.

Penelitian perangkat lunak bisa dilakukan pada berbagai jenis perangkat lunak, salah satunya yaitu perangkat lunak berbasis web. Alshahman dan Harman (2011) melakukan penelitian mengenai pengujian perangkat lunak berbasis web secara otomatis dengan menggunakan metode yang disebut search based software engineering. Metode search based software engineering

merupakan pendekatan yang memformulasikan

permasalahan software engineeringmenjadi permasalahan optimasi. Dalam penelitian ini nilai akurasi yang dicapai sebesar rata-rata 60 fault dan 424 warning dari 6 aplikasi yang diuji. Penelitian mengenai pengujian perangkat lunak berbasis web lain dilakukan oleh Sampath dkk. (2004). Dalam penelitian tersebut, diajukan sebuah framework

untuk melakukan pengujian perangkat lunak berbasis web.

Frame work yang diajukan Sampath terdiri dari beberapa komponen yaitu test case generator, test oracle, replay tool dan regression tester. Dalam penelitian ini, pengujian yang dilakukan adalah pengujian fungsional yang didasarkan pada permintaan pengguna.

Beberapa penelitian lain juga sudah meneliti cara otomatisasi pengujian perangkat lunak pada perangkat lunak berbasis web. Romano dkk. (2009) melakukan penelitian mengenai otomatisasi pengujian non-functional requirement pada perangkat lunak berbasis web. Non-functional requirement yang diuji terdiri dari lima kategori, yaitu tidak memiliki tautan yang tidak tersambung, semua halaman bisa diakses dari halaman muka, mampu menangani akses paralel, mampu menerima

request dari user dan tidak terpengaruh oleh spesifikasi server yang digunakan. Penelitian lain yang membahas mengenai pengujian perangkat lunak berbasis web adalah penelitian yang dilakukan oleh Yuan pada tahun 2011. Yuan (2011) melakukan pengujian dengan metode code review dan interface testing. Code review merupakan metode turunan dari white-box testing, dimana code yang akan diuji dimasukkan ke dalam sebuah komponen yang disebut code base untuk diuji. Interface testing melakukan pengujian terhadap antar muka perangkat lunak. Penilaian terhadap perangkat lunak didasarkan pada kriteria-kriteria yang diperoleh dari informasi preferensi pengguna perangkat lunak.

Huo (2003) mengajukan sebuah kerangka kerja untuk

mengimplementasikan pendekatan agen dalam

(3)

29

yang mengatur agen-agen lain yang berada dalam sistem dan agen yang melakukan pengujian. Huo (2003) juga mengajukan cara untuk mengatur komunikasi antar agen dalam sistem. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Zhu (2004) namun penelitian ini memfokuskan objek pengujian pada perangkat lunak berbasis web. Dalam penelitian Huo (2003) dan Zhu (2004), pengujian diawali dengan pengambilan halaman web atau bagian perangkat lunak yang akan diuji. Apabila yang diambil berupa halaman web, maka agen akan melakukan analisis untuk mengetahui struktur dari halaman web yang akan diuji. Berdasarkan hasil analisis terhadap halaman web tersebut, akan dilakukan test case generation yang akan digunakan dalam proses test execution.

2.2. Sistem Multi-Agent

Sistem multi agen telah menjadi fokus dari kecerdasan buatan dalam beberapa tahun terakhir (Dan dan Song, 2010). Menurut Weiss (1999), hal ini terjadi karena platforms komputasi modern dan lingkungan-lingkungan informasi bersifat terdistribusi, besar, terbuka, dan heterogen. Komputer bukan lagi sistem yang berdiri sendiri, melainkan telah terhubung secara erat satu sama lain dan dengan pengguna. Selain itu, sistem multi agen memiliki kapasitas untuk memainkan peran penting dalam mengembangkan dan menganalisis model-model dan teori-teori dari interaktivitas dalam masyarakat (manusia). Sistem multi agen adalah sistem yang terdiri dari sejumlah agen, yang berinteraksi satu sama lain, umumnya dengan bertukar pesan-pesan melalui infrastruktur jaringan komputer (Woolridge, 2002).

Russell dan Norvig (2010) mendefinisikan agen sebagai segala sesuatu yang mengumpulkan informasi melalui sensor-sensor dan bertindak atas lingkungan melalui aktuator. Agen bisa diklasifikasikan sebagai agen cerdas jika memiliki atribut dan karakteristik tertentu. Atribut-atribut dan karakteristik-karakteristik tersebut perlu dimiliki agen untuk dikatakan cerdas, meskipun tidak harus terangkum dalam satu agen. Atribut dan karakteristik agen menurut Woolridge (2002) dan Wahono (2001) terdiri dari: Autonomy; Intelligence, reasoning, dan

learning; Mobility dan stationary; Delegation;

Reactivity;Proactivity dan goal-oriented; serta

Communication dan coordination capability.

Agen terletak dan bertindak dalam suatu lingkungan. Oleh karena itu, Russell dan Norvig (2010) membagi sifat-sifat lingkungan menjadi: Accessible versus inaccessible;

Deterministic versus non-deterministic; Statis versus dinamis; serta Diskrit versus kontinu.

2.3. JADE (Java Agent Development)

Singh dkk. (2011) menyatakan bahwa aplikasi agent

memerlukan kerangka kerja, metodologi dan alat-alat yang mendukung/membangun sistem agent. Secara historis kendala utama dalam pengembangan sistem agent

dan multi agent yaitu infrastruktur yang mengacu pada lingkungan yang mendukung agent dapat berkomunikasi

dan mencapai tujuan yang diinginkan. Selama ini tidak ada konsensus tentang alat yang terbaik untuk mengembangkan sistem agent. Jade (Java Agent Development Framework) adalah kerangka perangkat lunak sepenuhnya diimplementasikan dalam bahasa Java dikembangkan oleh Tilab untuk pengembangan multi-agent aplikasi berbasis pada arsitektur komunikasi peer-to-peer. Bellifemine (2007), menyebutkan dalam jade

terdapat sebuah instance dari run-time environment

disebut container. Setiap container di jade terdiri dari

Directory Facilitator (DF) agent, Remote Monitoring Interface (RMI) agent dan agent Monitoring System (AMS) agent. Arsitektur JADE dapat dilihat dalam gambar 1.

Gambar 1. Arsitektur JADE

III.TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Merancang sistem pengujian perangkat lunak otomatis menggunakan metode hybrid testing.

b. Mengimplementasikan sistem pengujian perangkat lunak otomatis sebagai kecerdasan dari sistem multi-agent yang dikembangkan, menggunakan bahasa pemrograman JADE (Java Agent Development).

c. Melakukan evaluasi dan pengujian terhadap performa sistem berbasis multi-agent yang telah dikembangkan pada tahun pertama.

d. Menganalisis hasil pengujian terhadap performa sistem berbasis multi-agent.

IV.METODE PENELITIAN

Mengingat pada tahap penelitian sebelumnya, perancangan sistem multi-agent telah menghasilkan rancangan sistem pengujian yang diharapkan, maka pada tahun kedua penelitian dilanjutkan pada kegiatan implementasi dan evaluasi sistem dengan uraian sebagai berikut :

1. Implementasi Sistem

(4)

30

diperlukan. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah JADE (Java Agent Development).

2. Evaluasi dan Pengujian Kinerja Sistem

Pengujian dilakukan untuk mengukur kinerja sebuah sistem. Pengujian terhadap akurasi sistem dan kinerja agen yang dikembangkan, dilakukan dengan membandingkan hasil uji yang dilakukan oleh sistem dengan hasil uji yang dilakukan secara manual oleh manusia, dalam hal ini seorang software tester

profesional dari PT. Bali Orange Communications.

3. Analisis Kinerja Sistem

Tahapan ini dilakukan selain bertujuan untuk mengetahui kinerja/performa sistem apakah dapat melakukan pengujian sesuai dengan yang diharapkan, tetapi juga untuk mengetahui kesalahan

(fault) dan bug apa saja yang sering ditemukan. 4. Perancangan Sistem Auto-Debuging

Setelah melakukan analisis terhadap performa sistem

multi-agent yang dikembangkan, sebagai akhir dari tahapan penelitian ini adalah perancangan sistem yang dapat melakukan debuging otomatis terhadap perangkat lunak yang telah diuji. Tahapan ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang peta jalan penelitian selanjutnya guna menyempurnakan sistem multi-agent yang telah dikembangkan.

V. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI 5.1 Pengumpulan Web Application Under Test (AUT)

Sampel aplikasi yang akan dijadikan objek penelitian ini dikumpulkan dari salah satu perusahaan pengembang perangkat lunak PT. Bali Orange Communications yang banyak mengembangkan perangkat lunak aplikasi berbasis web. Selanjutnya aplikasi-aplikasi tersebut akan diuji dengan sistem berbasis multi agent yang akan dikembangkan. Disamping itu, aplikasi juga dikumpulkan dari beberapa web yang memiliki lalu lintas akses (traffic) tinggi dan web dilingkungan Politeknik Negeri Jember. Adapun website yang menjadi objek pengujian/AUT adalah sebagai berikut:

1. stream.jti.polije.ac.id 2. www.dikti.go.id

3. www.polije.ac.id

4. developers.google.com 5. alumni.mkom.ugm.ac.id 6. publikasi.polije.ac.id 7. www.priceza.co.id

8. www.zalora.co.id

9. www.hackerrank.com

10. www.lazada.co.id

Untuk menguji akurasi sistem dan membuktikan apakah agen yang dikembangkan telah berfungsi sebagai agen penguji perangkat lunak yang sesuai, maka tahap selanjutnya yang dilakukan adalah membandingkan hasil uji yang dilakukan oleh sistem multi agen dengan hasil uji yang dilakukan secara manual oleh manusia, dalam hal ini

seorang software tester. Pada penelitian ini, pengujian manual yang dijadikan perbandingan akan dilakukan oleh seorang software tester profesional dari PT. Bali Orange Communications.

5.2 Implementasi Sistem Multi Agent

Sesuai dengan hasil perancangan yang telah dilakukan, sistem pengujian perangkat lunak diimplementasikan sekaligus dengan beberapa agent yang memiliki perilaku (behaviour) masing-masing sesuai dengan fungsinya.

5.2.1. Agen Penguji Unit Testing dan Whitebox Testing

Pada implementasi pengujian unit dan whitebox,

gambaran struktur keseluruhan agen dalam sistem ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Gambaran agen keseluruhan

Sesuai perancangan, main agent berkomunikasi dengan agen penguji unit dan whitebox untuk memberikan tugas pengujian terhadap AUT yang diminta oleh pengguna. Gambaran komunikasi dari main agent ke agen penguji unit disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Ilustrasi komunikasi dari Main Agent ke Agen Penguji Unit (Agent Login)

(5)

31

Gambar 5 Hasil dari Pengujian Unit

Setelah mendapatkan tugas dari main agent, agen penguji unit dan agen penguji whitebox membalas pesan seperti yang diilustrasikan pada Gambar 4. Kemudian menyampaikan hasil pengujian seperti pada Gambar 5.

5.2.2. Agen Penguji Functional Testing

Sebagaimana pada agen pengujian unit, skema yang sama juga diimplementasikan pada pengujian fungsional. Gambaran struktur keseluruhan agen ditunjukkan pada Gambar 6. Kemudian skema komunikasi dan penyampaian tugas dari main agent ke agen penguji fungsional digambarkan pada Gambar 7.

Gambar 6 Gambaran keseluruhan agent

Gambar 7 Ilustrasi Main Agent mengirimkan pesan instruksi ke Agent Penguji Fungsional

Setelah mendapatkan tugas dari main agent, agen penguji fungsional melakukan pengujian pada AUT untuk menguji keaktifan tautan dan kesesuaiannya pada halaman

yang dituju. Hasil pengujian yang dilakukan agen fungsional ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar 8 Hasil Pengujian Fungsional

VI.KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

a. Sistem pengujian perangkat lunak dengan metode pengujian hibrida berbasis multi agen dirancang untuk dapat menjalankan proses pengujian dengan metode unit testing, functional testing, dan white box testing secara simultan.

b. Karakteristik agen yang dirancang memungkinkan agen melakukan tugasnya secara otonom dan berorientasi pada hasil yang jelas yakni melaksanakan pengujian terhadap AUT serta menghasilkan laporan hasil pengujian.

c. Sistem pengujian berbasis multi agen ini hanya bekerja pada lingkungan yang bersifat inaccessible, deterministic, statis dan diskrit mengingat

environment dari data yang diuji yaitu source code

aplikasi web.

d. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap hasil pengujian yang dilakukan, menunjukkan bahwa hasil pengujian sistem menunjukkan hasil yang sesuai dengan rancangan sistem dalam arti agent melakukan tugas pengujian yang sesuai.

UCAPAN TERIMA KASIH

(6)

32

DAFTAR PUSTAKA

Alshahwan, N. and Harman, M., 2011, Automated web application testing using search based software engineering. 2011 26th IEEE/ACM International Conference on Automated Software Engineering (ASE 2011), 3–12.

Catelani, M., Ciani, L., Scarano, V. L. dan Bacioccola, A., 2010, Software Automated Testing: A Solution to Maximize The Test Plan Coverage and to Increase Software Reliability and Quality in Use, Computer Standards & Interfaces, 33, 152-158.

Dan, W. dan Song, M., 2010, Multi agents based for Humanistic intelligent class scheduling system,

Third International Symposium on Information Science and Engineering, Shanghai, 24-26 Desember, pp. 476-480.

Dhavachelvan, P. dan Uma, G. V., 2005, Complexity Measures for Software Systems: Toward Multi-agent based Software Testing, 3rdInternational Conference

on Intelligent Sensing and Information Processing (ICISIP), Chennai, India, 14-17 Desember 2005. Dustin, E., Rashka, J. dan Paul, J., 2008, Automated

Software Testing: An Introduction, Management and Performance, 13, Addison-Wesley, Upper Saddle River, New Jersey.

Galin, D., 2004, Software Quality Assurance, Pearson Education, Inc., New Jersey.

Huo, Q., Zhu, H., Road, S.L. and Greenwood, S., 2003, A Multi Agent Software Environment for Testing Web based Applications, 27thAnnual International

Computer Software and Applications Conference,

Konka, B. B., 2011, A Case Study on Software Testing Methods and Tools, Tesis, Department of Computer Science and Engineering, University of Gothenburg, Göteborg, Sweden.

Perry, W. E., 2006, Effective Methods for Software Testing,3rd Edition,Wiley Publishing Inc., Canada. Pressman, R., 2010, Software Engineering: A Practitioner

Approach, 7, McGraw-Hill, New York.

Romano, B.L., e Silva, G.B., de Campos, H.F., Vieira, R.G., da Cunha, A.M., Silveira, F.F. and Ramos, A.C.B., 2009, Software Testing for Web-Applications Non-Functional Requirements. 2009 Sixth International Conference on Information Technology: New Generations, 1674–1675.

Russell, S. dan Norvig, P., 2010, Artificial Intelligence A Modern Approach, 3, Pearson Education, Inc., New Jersey.

Salas, P. P. dan Krishnan, P., 2009, Automated Software Testing of Asynchronous System, Electronic Notes in Theoritical Computer Science, 253, 3-19.

Sampath, S., Mihaylov, V., Souter, A. and Pollock, L., 2004, Composing a Framework to Automate Testing

of Operational Web-Based Software, 20th IEEE International Conference on Software Maintenance,

Chicago.

Wahono, R. S., 2001, Pengantar Software Agent: Teori dan Aplikasi, Proceedings of the IECI Japan Workshop, Tokyo, 3 Maret, pp. 4-21.

Weiss, G., 1999, Multiagent Systems A Modern Approach to Distributed Modern Approach to Artificial Intelligence, The MIT Press, London.

Woolridge, M., 2002, An Introduction to Multiagent Systems, John Wiley & Sons Ltd, Chichester. Yuan, G., 2011, Study of Implementation of Software Test

Management System Based on Web,

Communication Software and Networks (ICCSN), 2011 IEEE 3rd International Conference, 708-711. Zhu H., 2004, Cooperative Agent Approach to Quality

Assurance and Testing Web Software, 28th Annual International Computer Software and Applications,

Gambar

Gambar 1. Arsitektur JADE
Gambar 2. Gambaran agen keseluruhan
Gambar 6 Gambaran keseluruhan agent

Referensi

Dokumen terkait

Laporan akhir yang berjudul “ Perencanaan Bangunan Gedung Rumah Sakit Khusus Mata Palembang Sumatera Selatan ” selain sebagai salah satu syarat dan tugas

Penelitian ini tentang metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surakarta yang bertujuan untuk menjelaskan metode

Dari keseluruhan rangkaian proses yang sudah dilakukan dalam hal sebagai tindakan wujud nyata Pembuatan Website dan Analisa Digital Marketing pada Toko Sepatu

Setelah image terdegradasi disiapkan, maka setiap image akan melalui proses restorasi dengan jumlah iterasi 300000, dengan 2 temperature yang berbeda, yakni 0,5 dan 4,5 dan masing

Pada kenyataannya sistem deteksi / identifikasi frekuensi radio ini dapat dirakit dengan baik dengan beberapa perangkat library dari Arduino, yaitu AddicoreRFID.h, yang akan

Mata kuliah ini mengkaji tentang sejarah konsep kuantum (tinjauan dari fenomena fisis sampai pendekatan teoritis), perumusan mekanika gelombang Schrodinger untuk

Dan dimensi ke lima yang sangat menarik, adalah peran dan kontribusi Emil Salim sebagai tokoh dunia yang punya visi ke depan dan memerankan intellectual leadership bukan hanya bagi