• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI LINGKUNGAN DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROPINSI SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI LINGKUNGAN DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROPINSI SUMATERA UTARA"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI

TERHADAP KINERJA PEGAWAI LINGKUNGAN

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

PROPINSI SUMATERA UTARA

Peneliti :

Raya Panjaitan, SE., MM

LEMBAGA PENELITIAN

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN

(2)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Iklim Komunikasi terhadap Kinerja Pegawai Lingkungan Dinas Komunikasi dan Informatika Propinsi Sumatera Utara. Hipotesis yang dirumusakan dalam penelitian ini adalah ”Iklim Komunikasi berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai Lingkungan Dinas Komunikasi dan Informatika Propinsi Sumatera Utara”

Penelitian ini dilakukan di Dinas Komunikasi dan Informatika Propinsi Sumatera Utara dari bulan Januari sampai dengan Juni 2012, dengan menggunakan metode penelitian pendekatan survey dengan jenis penelitian deskriftif kuantitatif serta bersifat explanatory research. Sedangkan populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 200 pegawai, dengan sampel yang diambil dengan menggunakan rumus Chocram sebanyak 67 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan Pengamatan langsung, wawancara, daftar pertanyaan dan studi dokumentasi.

Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Pengujian Koefisien Determinasi (Uji R2) yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas mempengaruhi variabel terikat, dan Pengujian Parsial (Uji t) untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

(3)

i

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karuniaNya peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini walaupun disadari bahwa dalam penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun analisis. Penelitian ini membahas tentang Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Kinerja Pegawai Lingkungan Dinas Komunikasi dan Informatika Propinsi Sumatera Utara.

Peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran dari pihak pembaca untuk dapat membangun penelitia ini dimasa yang akan datang.

Pada kesempatan ini, peneliti mengicapkan banyak terima kasih kepada

pihak-pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian penelitian ini yaitu:

1. Rektor Universitas HKBP Nommensen Medan – Pematang Siantar

2. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen Medan

3. Ketua Lembaga Penelitian Universitas HKBP Nommensen Medan

Medan, 23 Agustus 2012 Ketua Peneliti,

(4)

ii

Halaman

Lembar Sampul Lembar Pengesahan Abstrak

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

Daftar Tabel ... v

Daftar Gambar... vi

Daftar Lampiran ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Batasan Masalah ... 4

1.3. Rumusan Masalah ... 4

1.5. Tujuan Penelitian ... 5

1.6. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Teori Tentang Komunikasi Organisasi ... 6

2.2. Iklim Komunikasi Organisasi ... 19

2.3. Teori Tentang Kinerja Pegawai ... 28

2.4. Kerangka Berfikir ... 31

2.5. Hipotesis ... 33

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 34

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

(5)

iii

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 36

3.5. Jenis dan Sumber Data ... 36

3.6. Identifikasi dan Defenisi Operasional Variabel ... 37

3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas Data... 38

3.8. Metode Analisis Data ... 39

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1. Gambaran Umum Dinas Komunikasi dan Informatika ... 42

4.1.1. Visi dan Misi ... 43

4.1.2. Struktur Organisasi ... 44

4.1.3. Tugas Pokok Dan Fungsi ... 45

4.2. Karakteristik Responden ... 46

4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 48

4.4. Uji Asumsi Klasik ... 49

4.4.1. Uji Normalitas ... 49

4.4.2. Uji Multikolinearisitas ... 51

4.4.3. Uji Heteroskedastisitas ... 52

4.5. Pengujian Hasil Penelitian ... 53

4.5.1. Analisis Deskriptif Data Penelitian ... 53

4.5.2. Uji Koefisien Determinasi ( Uji R ) ... 54

4.5.3. Uji Parsial (Uji t) ... 55

4.5. Pembahasan ... 56

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1 Kesimpulan ... 58

(6)

iv

(7)

v

Tabel 2.1. Perbandingan Iklim Komunikasi mendukung dan bertahan .... 25

Tabel 2.2. Keberhasilan dan Kegagalan Kinerja ... 29

Tabel 3.1. Defenisi Operasionalisasi Variabel ... 37

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 46

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 47

Tabel 4.3. Uji Validitas ... 48

Tabel 4.4. Uji Reliabilitas ... 49

Tabel 4.5. Hasil Uji Multikolonierisitas ... 52

Tabel 4.6. Deskriptif Data Penelitian ... 54

Tabel 4.7. Uji Koefisien Determinan ( Uji R ) ... 54

(8)

vi

Gambar 2.1. Jenis Aliran Informasi ... 12

Gambar 2.2. Kerangka Konseptual Kinerja “Leadership”... 30

Gambar 2.3. Kerangka Berpikir ... 33

Gambar 4.1. Struktur Organisasi Dinas Komunikasi dan Informatika .. 44

Gambar 4.2. Uji Normal Grafik Histogram Kinerja (Y) ... 50

Gambar 4.3. Uji Normal P-P Plot Kinerja ... 51

(9)

vii

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan ... 62

Lampiran 2. Rekap Data Penelitian ... 64

(10)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kinerja sebuah organisasi agar mampu melaksanakan fungsinya dengan

optimal di pengaruhi oleh aspek-aspek teknis dan non-teknis. Aspek teknis selalu

berkaitan dengan peralatan / pelengkapan (tools), sedangkan aspek non-teknis selalu

berkaitan dengan manajemen, di mana di dalamnya terdapat unsur leadership, human

resources development, dan human telations. Dalam implementasinya, fungsi

manajemen ini sangat di butuhkan interaksi sesama anggotanya baik secara vertical

maupun horizontal guna mencapai tujuan organisasi yang telah di tetapkan

sebelumnya.

Interaksi manusia dalam sebuah organisasi adalah sebuah keharusan tidak

mungkin sebuah organisasi berjalan dengan baik, apabila tidak ada interaksi

aggotanya. Interaksi anggota organisasi hanya dapat terlaksana dengan adanya

komunikasi. Komunikasi merupakan aspek yang sangat penting dalam organisasi.

Komunikasi dalam organisasi adalah suatu proses penyampaian informasi, ide-ide di

antara para anggota organisasi secara timbal balik dalam rangka mencapai tujuan

yang telah di tetapkan. Komunikasi orgsnisasi pada dasarnya merupakan suatu

kegiatan intern di dalam organisasi (Wursanto, 2003:157). Tujuan komunikasi dalam

organisasi adalah untuk membentuk saling pengertian (Mutual Understanding),

sehingga terjadi kesamaan kerangka berfikir (frame of reference), dan kesamaan

pengalaman (field of experience).

Proses komunikasi organisasi berlangsung secara terus menerus dan bersifat

(11)

membentuk sebuah iklim komunikasi organisasi. Iklim komunikasi organisasi

merupakan presepsi-presepsi mengenai pesan dan peristiwa yang berhubungan

dengan peran yang terjadi dalam organisasi (Pace & Fanluss, 2001:57). Iklim

komunikasi organisasi yang terbentuk itu, dapat dibedakan menjadi 2 karakteristik,

yaitu karakteristik iklim komunikasi bertahan dan karakteristik ilmu komunikasi

mendukung. Karakteristik komunikasi bertahan atmosfernya terkesan berat dan

refresif. Sedangkan pada karakteristik iklim komunikasi mendukung, orang-orang

merasa di hormati dan satu sama lain saling memberikan dorongan (Curtris, Floyd &

Winsor, 2004:42).

Pengaruh iklim komunikasi organisasi dapat sangat penting dan berperan

dalam mempengaruhi perilaku anggotanya. Karena dalam proses ini di peroleh suatu

perilaku kepada siapa berbicara, siapa yang di sukai, bagaimana aktivitas

pekerjaannya, bagaimana perkembangannya, apa yang ingin di capai dan bagaimana

cara beradaptasi hal ini sesuai dengan pendapat redding yang menyebutkan iklim

komunikasi organisasi jauh lebih penting dari pada ketrampilan atau teknik-teknik

komunikasi semata-mata dalam menciptakan suatu organisasi yang efektive (dalam

pace & fanluss, 2001:146).

Iklim komunikasi yang positif cenderung meningkatkan dan mendukung

komitmen pada anggota organisasi. Proses-proses interaksi yang terlibat dalam

perkembangan iklim komunikasi organisasi juga memberi andil pada beberapa

pengaruh penting dalam restrukturisasi, reorganisasi, dan dalam menghidupkan

kembali unsur-unsur dasar organiasi. (http://id.word tress.com)

Dalam kaitan ini, wahjosumidjo (1998:158) menyebutkan bahwa, struktur

tugas, desain pekerjaan dan pola kepemimpinan merupakan bagian dari lingkungan

(12)

lainnya, yang mempengaruhi kinerja organisasi, yakin ketersediaan alat, factor reward

dan kinerja

Menurut mulyana (2003:72), komunikasi menyerahkan bahwa pikiran suatu

makna atau pesan di anut secara bersama. Sedangkan organisasi suatu kesatuan social

dari kelompok manusia yang paling berinteraksi menurut suatu pola tertentu sehingga

setiap anggota organisasi memiliki tugas dan fungsi, masing masing mempunyai

tujuan tertentu dan batasan yang jelas sehingga bias di pisahkan secara tegas dari

lingkungan .

Menurut pra-penelitian yang di lakukan peneliti, iklim komunitasi organisasi

pada Dinas Komunikasi dan Informasi cenderung tidak konsisten, dan menganut

iklim komunikasi bertahan dalam organisasi ini di sebabkan perilaku birokrasi yang

bersifat birokratik di mana hubungan kerja telah tertata secara irarkis dan inpersonal,

sehingga terdapat kondisi kekakuan dalam iklim komunikasi organisasi, karena

bersifat komunikasi jabatan (posisitional komunnication). Terdapat cenderung iklim

komunikasi dalam komunikasi vertical cenderung bertahan dan dalam sistem

komunikasi horizontal cenderung mendukung. Dalam implementasinya pada Dinas

Komunikasi dan Informasi terdapat kecenderungan iklim komunikasi bertahan.

Kecendrungan iklim komunikasi bertahan, membawa impliksi kepada

kecendrungan melemahnya Kinerja pegawai negeri sipil (PNS).

Berdasarkan pemaparan tersebut, penelitian merasa tertarik untuk melekukan

penelitian iklim komunikasi organisasi dalam kaitannya untuk menciptakan budaya

kerjasama pegawai negeri sipil (PNS). Adapun judul yang di ambil adalah:

“Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Kinerja pegawai di

(13)

1.2. Identifikasi Masalah

Dari uraian pada latar belakang penelitian diatas, jelaslah bahwa terdapat

banyak factor yang mempengaruhi kinerja pegawai Dinas Komunikasi dan Informasi

yaitu :

1. Rendahnya kualitas kerja atau kinerja pegawai,

2. Iklim Komunikasi Organisasi yang kurang baik sehingga belum mampu

mengoptimalkan pegawai dalam meningkatkan kinerja,

1.3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan keterbatasan yang dimiliki oleh penulis, berupa keterbatasan

waktu, keterbatasan dana dan keterbatasan pengetahuan maka penulis membatasi

penelitian ini dalam ruang lingkup yang lebih spesifik yaitu hanya meneliti pengaruh

Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Kinerja Pegawai di Dinas Komunikasi dan

Informatika Provinsi Sumatera Utara.

1.4. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah, maka masalah penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut :

Bagaimana pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Kinerja pegawai

(14)

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis:

Untuk mengetahui Bagaimana Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap

Kinerja Pegawai di Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Sumatera Utara?

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan dalam pengembangan teori ilmu komunikasi umumnya dan

teori Iklim Komunikasi khususnya.

2. Sebagai masukan bagi jajaran Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan

untuk memikirkan bagaimana cara meningkatkan Kualitas Komunikasi

Organisasi di Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Sumatera Utara.

3. Sebagai masukan bagi jajaran Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan

untuk memikirkan bagaimana cara meningkatkan Kinerja Pegawai di Dinasi

Komunikasi dan Informatika Provinsi Sumatera Utara lewat pembenahan

Iklim Komunikasi Organisasi.

4. Sebagai referensi bagi peneliti berikutnya yang akan melakukan penelitian

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Tentang Komunikasi Organisasi 2.1.1. Pengertian komunikasi organisasi

Menurut mulyana (2003:72), komunikasi menyerahkan bahwa pikiran suatu

makna atau pesan di anut secara bersama. Sedangkan organisasi suatu kesatuan social

dari kelompok manusia yang paling berinteraksi menurut suatu pola tertentu sehingga

setiap anggota organisasi memiliki tugas dan fungsi, masing masing mempunyai

tujuan tertentu dan batasan yang jelas sehingga bias di pisahkan secara tegas dari

lingkungan .

Komunikasi dalam organisasi adalah sangat penting tanpa adanya

komunikasi dalam sebuah organisasi dapat di katakan organisasi itu tidak bernyawa,

karena melalui komunikasi akan terwujud interaksi antara anggota interaksi

organisasi.. menurut Rakhmat (1993:35), komunukasi adalah :

1. Komunikasi ibarat darah manusia dalam tubuh

2. Komunikasi sebagai perekat organisasi

3. Komunukasi sebagai minyak pelumas yang melicinkan fungsi organisasi

4. Komunikasi sebagai pengikat sisem

Fungsi komunikasi organisasi menurut sendjaja (dalam bugin :2006) adalah :

1. Fungsi informatif.

Organisasi dapat di pandang sebagai suatu system proses informasi

(information-processing system) maksudnya , seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap

(16)

2. Fungsi regulatif

Fungsi regulatif ini berkaitan dengan perturan-peraturan yang berlaku dalam suatu

organisasi pada semua lembaga atau organisasi, ada 2 hal yang berpengaruh

terhadap fungsi regulatif ini. Pertama, atasan atau orang-orang yang berada dalam

tatanan manaemen yaitu: mereka yang memiliki kewenanganuntuk

mengendalikan semua informasi yang di sampaikan. Di samping itu, mereka juga

mempunyai kewenangan untuk memberi instruksi atau perintah, sehingga dalam

struktur organisasi kemingkinan mereka di tempatkan pada lapis atas (position of

authority). Kedua, berkaitan dengan pesan atau massage. Pesan-pesan regilatif

pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya bawahan menumbuhkan kepastian

peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang boleh untuk dilaksanakan.

3. Fungsi Persuasif

Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu

membawa hasil sesuai dengan yang di harapkan. Adanya kenyataan ini, maka

banyak pemimpin yang lebih suka untuk memersuasi bawahannya dari pada

memberi perintah.

Sedangkan fungsi komunikasi dalam organisasi menurut Pace, et.al (dalam

Mulyana 2001:38), sangat menentukan dalam efektifitas dan efesiensi organisasi

dalam mencapai tujuannya, karena berfungsi:

1) Proaksi dan regulasi

2) Menentukan tujuan organisasi

3) Menentukan area permasalahan

4) Mengevaluasi perform

5) Memberikan komando, instruksi, pemimpin, dan mempengaruhi inovasi

(17)

7) Cara mengkomunikasikan suatu yang baru dalam sosialisasi dan perbaikan

8) Harga diri anggota

Dari beberapa pendapat tersebut dapat di pahami bahwa fungsi komunikasi

dalam organisasi adalah sangat penting, karena menguasai seluruh aspek dari aktifitas

yang berkaitan dengan interaksi anggota organisasi.

2.1.2. Hubungan Komunikasi Dalam Organisasi

Berlo (dalam rakhmat, 2002;42) menyatakan bahwa komunikasi berhubungan

dengan organisasi social dengan tiga cara :

Pertama, system social di hasilkan lewat komunikasi. Keseragaman prilaku dan tekanan untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma di hasilkan lewat kkomunikasi

di antara anggota-anggota kelompok.

Kedua, bila suatu system social telah berkembang, ia menentukan komunikasi anggota-anggotanya. System social mempengaruhi bagaimana, ke, dan dari siapa, dan

dengan pengaruh bagaimana komunikasi terjadi di antara anggota-anggota system.

Ketiga, pengetahuan mengenai suatu system social dapat membantu kita membuat prediksi yang akurat mengenai orang-orang tanpa mengetahui lebih banyak dari pada

peranan yang mereka duduki dalam system.

Organisasi sosial dapat di bagi ke dalam organisasi formal dan non-formal. Perbedaan

antara kedua organisasi ini secara prinsip di bedakan oleh perbedaan struktur dan

hirarki. Organnisasi formal atau oleh di kenal birokrasi sebagaiman di anut weber

memiliki sepuluh cirri hirokrasi, yaitu:

Satu, Suatu organisasi terdiri dari hubungan-hubungan yang ditetapkan antara

jabatan. Blok-blok bangunan dasar dari organisasi formal adalah

(18)

Dua, Tujuan atau rencana organisasi terbagi dalam tugas-tugas; tugas-tugas organisasi di salurkan di antara berbagai jabatan sebagai kewajiban resmi.

Tiga, Kewenangan untuk melaksanakan kewajiban di berikan kepada jabatan. Yakni

satu-satunya saat bahwa seseorang di beri kewenangan untuk melakukan tugas-tugas

jabatan adalah ketika ia secara sah menduduki jabatannya.

Empat, Garis-garis kewenangan dan jabatan di atur menurut suatu tatanan hierarkis. Hierarkisnya mengambil bentuk umum suatu piramida, yang menunjukan setiap

oegawai tanggung jawab kepada atasannya atas keputusan-keputusannya sendiri.

Lima, Suatu system aturan dan regulasi yang umum tetapi tegas, yang di tetapkan

secara formal, mengatur tindakan-tindakan dan fungsi-fungsi jabatan dalam

organisasi.

Enam, Prosedur dalam organisasi bersifat formal dan informal yakni, peraturan-peraturan dalam organisasi berlaku bagi setiap orang. Jabatan di harapkan memiliki

orientasi yang impersonal dalam hubungan mereka dengan langganan dan penjabat

lainnya.

Tujuh, Suatu sikap dan prosedur untuk menerapkan suatu system disiplin merupakan bagian dari organisasi.

Delapan, Anggota organisasi harus memisahkan kehidupan pribadi dan kehidupan organisasi.

Sembilan, Pegawai di pilih untuk bekerja dalam organisasi berdasarkan kualifikasi teknis, alih-alih koneksi politis, koneksi keluarga, atau koneksi lainnya.

Sepuluh, Meskipun pekerjaan dalam birokrasi berdasarkan kecakapan teknis, kenaikan jabatan di lakukan berdasarkan senioritas dan prestasi kerja.

Ciri-ciri suatu organisasi formal berkaitan dengan suatu fenomena yang di

(19)

bentuk antara jabatan-jabatan, bukan antara orang-orang. Keseluruhan organisasi

terdiri dari jaringan jabatan. Mereka yang menduduki jabatan diharuskan

berkomunikasi dengan cara yang sesuai dengan jabatan mereka. Sekalipun demikian,

dalam praktek komunikasi jabatan ini membingungkan, karena tidak semua jabatan

dan interaksi secara seksama sesuai dengan diagram jabatan.

Dari uraian tersebut dapat di pahami bahwa hubungan komunikasi dalam

organisasi formal adalah suatu hal yang actual dan urgen. Tidak mungkin ssebuah

organisasi dapat eksis dan berkembang jika tidak ada komunikasi yang efektif di

dalamnya. Dengan adanya komunikasi dalam organisasi, maka hubungan antara

personil dalam organisasi dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi dapat

dieralisasikan dengan maksimal.

2.1.3 Aliran Informasi

Aliran informasi dalam suatu organisasi adalah suatu proses dinamik; dalam

proses inilah pesan-pesan secara tetap dan berkesinabungan di ciptakan, ditampilkan,

dan dinterpretasikan proses ini berlangsung terus dan berubah secara konstan-artinya

komunikasi organisasi bukanlah suatu yang terjadi kemudian berhenti. Komunikasi

terjadi sepanjang waktu.

Menurut guetzko (dalam setyobroto: 2004:21), menyatakan bahwa

menyatakan aliran informasi dalam suatu organisasi dapat terjadi dengan tiga cara:

1) Serentak

Maksudnya adalah penyebaran pesan yang dilakukan bersama dan pesan

tersebut harus tiba beberapa tempat yang berbeda pada saat yang bersama.

Penyebaran pesan tersebut memerlukan suatu rencana untuk menggunakan strategi

(20)

pertimbangkan berdasarkan waktu dan media apa yang di gunakan agar pesan tersebut

dapat cepat diterima oleh sipenerima pesan.

2) Berurutan

Haney (1962) mengemukakan bahwa penyampaian pesan berurutan bentuk

komunikasi yang utama, yang pasti terjadi dalam organisasi, meliputi perluasan

bentuk penyabaran diadik. Dalam hal ini setiap individu penerima pesan pertama

mula-mula menginterpretasikan pesan-pesan yang di terimanya dan kemudian

meneruskan hasil interpretasinya kepada orang berikutnya dalam rangkaian tersebut.

3) Kombinasi antara serentak dan berurutan (Y)

Aliran informasi berkembang dari kontak antar pesona yang teratur dan

cara-cara rutin pengiriman dan penerimaan pesan. Katz dan kahn (1966) menunjukan

bahwa pola atau keadaan urusan yang teratur mensyaratkan bahwa komunikasi di

antara para anggota system tersebut di batasi.

Analisis eksperimental pola-pola komunikasi menyatakan bahwa pengaturan

tertentu mengenai siapa berbicara kepada siapa mempunyai konsekuensi besar dalam

berfungsinya organisasi, menurutnya pola aliran infomasi di bedakan menjadi:

1) Pola roda

Adalah pola yang mengarahkan seluruh informasi kepada individu yang

menduduki posisi sentral. Orang yang dalam posisi sentral menerima kontak dan

informasi yang di sediakan oleh anggota organisasi lainnya dan memecahkan

masalah dengan saran dan persetujuan anggota lainnya.

2) Pola lingkaran

Adalah pola informasi yang memungkinkan semua anggota berkomunikasi satu

dengan yang lainnya hanya melalui sejenis system pengulangan pesan. Tidak

seorang anggotanya yang dapat berhubungan langsung dengan semua anggota

lainnya, demikian pula tidak ada anggota yang memiliki akses langsung

terhadap seluruh informasi yang di perlukan untuk memecahkan persoalan.

(21)

2 3 4 5 2

Gambar 2.1 : Jenis Aliran Informasi

2.1.4. Jaringan komunikasi

Analisis jaringan telah mengungkapkan sifat-sifat khas sejumlah peranan

komunikasi. Terdapat 7 (tujuh) peranan jaringan komunikasi dalam organisasi, yakni:

1. Anggota klik

Klik adalah sebuah kelompok individu yang paling sedikit separuh dari kontaknya

merupakan hubungan dengan anggota-anggota lainnya, prasyarat keanggotaan

klik adalah bahwa individu-individu harus mampu melakukan kontak satu sama

lainnya, bahkan dengan tidak langsung. Klik terdiri dari individu-individu yang

memililki alasan formal, yang berhubungan dengan jabatan untuk melakukan

kontak sekaligus juga mempunyai alas an informal yang bersifat antar personal.

2. Penyendiri

Adalah mereka yang hanya melakukan sedikit atau sama sekali tidak mengadakan

(22)

penyendiri bila berurusan dengan kehidupan pribadi pegawai-pegawai lainnya tapi

jelas merupakan anggota klik bila pesan-pesan berkenan dengan perubahan dalam

kebijakan dan prosedur organisasi.

3. Jembatan

Adalah seorang anggota klik yang memiliki sejumlah kontak yang menonjol

dalam kontak antar kelompok, juga menjalin kontak dengan klik lainnya sebuah

jembatan berlaku dengan kontak langsung antara dua kelompok pegawai.

4. Penghubung

Adalah orang yang mengaitkan atau mennghubungkan dua klik atau lebih

tetapi ia bukan anggota salah satu kelompok yang di hubungkan tersebut.

Penghubung mengaitkan satuan-satuan organisasi bersama-sama dan

mennggambarkan orang-orang yang berlaku penyaring informasi.

5. Penjaga gawang

Adalah orang yang secara strategis di tempatkan dalam jaringan agar dapat

melakukan pengendallian atas pesan apa yang di sebarkan melalui system

tersebut.

6. Pemimpin pendapat

Adalah orang tanpa jabatan formal dalam semua system social, yang

pembimbing dapat mempengaruhi orang-orang dalam keputusan mereka. Mereka

merupakan orang-orang yang mengikuti persoalan dan di percayai orang-orang

lainnya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

7. Kosmopolit

Adalah individu yang melakukan kontak dengan dunia luar, dengan

(23)

dengan orang-orang dan peristiwa-peristiwa di batas-batas struktur organisasi.

(Mulyana 2003:45)

Ketujuh pemegang peran dalam jaringan komunikasi tersebut merupakan

apresiasi betapa lengkapnya fungsi setiap orang dalam komunikasi organisasi. Tidak

ada peran yang tidak berharga dalam mengadakan komunikasi khususnya dalam hal

penyampaian informasi. Setiap orang atau setiap peran memposisikan dirinya

massing-masing. Tidak ada yang lebih penting dan tidak ada lebih penting dari

ketujuh peran tersebut. Masing-masing peran memainkan fungsinya masing-masing

dalam interaksi komunikasi dalam organisasi.

2.1.5. Aliran Komunikasi

Aliran dapat pula di artikan sebagai saluran komunikasi. Ibarat sebuah aliran

air, menurut grafitasi, saluran selalu mengalir dari hulu ke hilir. Dalam konteks ilmu

komunikasi, aliran terdapat lebih banyak fariasi arah aliran komunikasi terdapat

beberapa bentuk yaitu: secara horizontal, vertical.

A Komunikasi Kebawah

Komunikasi kebawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir

dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah.

Adapun jenis informasi yang biasa di komunikasikan dari atasan kepada bawahan,

antara lain:

1) Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan

2) Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan

3) Informasi mengenai kebijakan dan praktikan-praktikan organisasi

4) Informasi mengenai kinerja pegawai

(24)

Informasi yang di sampaikan dari seorang atasan kepada bawahan tedaklah

begitu saja di sampaikan, utamanya mereka harus melewati pemilihan metode dan

media informasi. Ada enam criteria yang sering di gunakan untuk memillih metode

penyampaian informasi kepada para pegawai, antara lain:

1) Ketersediaan

2) Biaya

3) Pengaruh

4) Relefansi

5) Respons

6) Keahlian

Adapun metode yang sering di gunakan para atasan untuk menyampaikan

informasi kepada bawahannya antara lain:

1) Tulisan saja

2) Lisan saja

3) Tulisan di ikuti lisan

4) Lisan di ikkuti tulisn

b. Komunikasi Keatas

Komunikasi keatas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari

tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Beberapa alas an

pentingnya arus komunikasi ke atas di dasarkan pada:

1. Aliran informasi keatas memberi informasi berharga untuk pembuatan

keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawasi kegiatan

orang-orang lainnya.

2. Komunikasi keatas memberitahukan kepada penyelia kapan bawahan mereka

(25)

3. Komunikasi keatas memungkinkan-bahkan mendorong-omelan dan keluh

kesah muncul kepermukaan sehingga penyelia tahu apa yang mengganggu

mareka yang paling dekat dengan operasi-operasi sebenarnya.

4. Komunikasi keatas membutuhkan apresiasi dan loyalitas kepada organisasi

dengan memberi kesempatam kepada pegawai untuk menentukan apakah

bawahan memahami apa yang di harapkan dari aliran informasi ke bawah.

5. Komunikasi keatas membantu pegawai mengatasi masalah pekerjaan mereka

dan dengan orgenisasi tersebut.

6. Komunikasi keatas mengijinkan penyelian untuk menentukan apakah bawahan

memahami apa yang di harapkan dari aliran informasi kebawah. (Mulyana:

2003:48).

Kebanyakan analisis dan penelitian dalam komunikasi keatas menyatakan

bahwa penyelia dan manajer harus menerima informasi berupa; informasi yang

memberitahukan apa yang di lakukan bawahannya, menjelaskan persoalan-persoalan

kerja memberi saran atau gagasan untuk perbaikan dalam unit-unit mereka, dan

mengungkapkan bagaimana pikiran perasaan bawahan tentang pekerjaan mereka,

rekan kerja mereka, dan organisasi.

Komunikasi keatas dapat menjadi terlalu rumit dan menyita waktu dan

mungkin hanya segelintir manajer organisasi yang mengetahui bagaimana cara

memperoleh informasi dari bawah. Sharma (1979) memberikan alas an mengpa

komunikasi keatas terlihat amat sulit :

1) Kecendrungan bagi pegawai untuk menyembunyikan pikiran mereka.

2) Perasaan bahwa penyelia dan manajer tidak tertarik pada masalah pegawai.

(26)

4) Peranan bahwa penyalia dan manajer tudak dapat di hubungi dan tidak tanggap

pada apa yang di sampaikan pegawai.

Planty dan machaver (1952) mengemukakan tujuh prisip sebagai pedoman

program komunikasi keatas, prinsip-prinsip tersebut adalah :

1) Program komunikasi keatas yang efektif harus di rencanakan.

2) Program komunikasi keatas yang efektif berlangsung secara berkeseimbangan.

3) Program komunikasi keatas yang efektif menggunakan saluran rutin.

4) Program komunikasi keatas yang efektif menitik beratkan kepekaan dan

penerimaan dalam pemasukan gagasan dari tingkat yang lebih rendah.

5) Program komunikasi keatas yang efektif mencakup mendengarkan secara objektif.

6) Program komunikasi keatas yang efektif mencakup tundakan untuk menanggapi

masalah.

7) Program komunikasi keatasa yang efektif menggunakan berbagai media dan

metode untuk meningkatkan aliran informasi.

Komunikasi horizontal terdiri dari penyampaian informasi diantara rekan

sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu-individu yang di

tempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan mempunyai atasan

yangsama. Tujuan dari komunikasi horizontal:

1) Untuk mengkoordinasikan penugasan kerja.

2) Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan.

3) Untuk Memecahkan masalah.

4) Untuk memperoleh pemehaman bersama.

5) Untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi perbedaan.

(27)

Bentuk komunikasi horizontal yang paling umum mencangkup semua jenis

kontak antar pesona. Bahkan bentuk komunikasi horizontal tertulis cenderung

menjadi lebih lajim. Komunikasi horizontal yang sering terjadi dalam rapat komisi,

onteraksi pribadi, slama waktu istirahat, obrolan di telefon, memo dan catatan,

kegiatan social dan lingkungan kualitas.

c. Komunikasi lintas saluran

Merupakan penyampaian informasi rekan sejawat yang melewati batas-batas

fungsional dengan individu yang tidak menduduki posisi atasan maupun bawahan

mereke. Mereka melintasi jalur fungsional dan berkomunikasi dengan orang-orang

yang di awasi dan yang mengawasi tetapi bukan atasan ataupun bawahan mereka.

Mereka tidak melewati otoritas lini untuk mengarahkan orang – orang yang

berkomunikasi dengan merka dan terutama harus mempromosikan gagasan – gagasan

mereka. Namun mereka memiliki mobilitas tinggi dalam organisasi; mereka dapat

mengunjungi bagian lain atau meninggalkan kantor mereka hanya untuk terlibat

dalam komunikasi informal.

d. Kominikasi Informal,Pribadi, atau Selingan

Informasi informal/ personal ini muncul dari interaksi di antara orang-orang,

informasi ini tampaknya mengalir dengan arah yang tidak dapat di duga, dan

jaringannya digolongkan sebagai selentingan. Informasi yang mengalir sepanjang

jaringan kerja selentingan terlihat berubah-ubah dan tersembunyi. Dalam istilah

komunikasi selentingan di gambarkan sebagai metode penyampaian laporan rahasia

tentang orang-orang dan peristiwa yang tidak mengalir melalui saluran perusahaan

yang formal. Informasi yang di peroleh melalui selentingan lebih memperhatikan apa

yang di katakana atau di dengar oleh seseorang dari pada apa yang di keluarkan oleh

(28)

2.2. Iklim Komunikasi Organisasi

2.2.1. Pengertian iklim komunikasi organisasi

Istilah iklim disini merupakan kiasan (metafora) yang di terapkan pada

situasi yng berbeda dengan tujuan menyatakan suatu kemiripan. Seperti sackmann

(dalam rakhmat,2001:59) yang menyatakan bahwa suatu kiasan dapat memberi

gambaran yang gamblang pada tingkat kognitif, emosional, prilaku, dan menyatakan

suatu bagian tertentu pada tindakan tanpa menetapkan perilaku sebebnarnya.

Frase iklim komunikasi organisasi menggambarkan suatu kiasan bagi iklim

fisik, cara orang bereaksi terhadap aspek organisasi menciptakan suatu iklim

komunikasi. Iklim komunikasi di pihak lain merupakan gabungan dari

persepsi-persepsi- suatu evaluasi – makro-mengenai peristiwa komunikasi, prilaku manusia,

proses pegawai terhadap pegawai lainnya harapan-harapan, konflik-konflik antar

pesona,dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam oraganisasi tersebut. Iklim

komunikasi berbeda dengan iklim organisasi dalam arti iklim komunikasi meliputi

persepsi-persepsi mengenai pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan

yang terjadi dalam organisasi.

Iklim komunikasi sebuah organisasi mempengaruhi cara hidup kita;kepada

siapa siapa kita berbicara, siapa yang kita sukai, bagaimana perasaan kita, bagaimana

kegiatan kerja kita, dan bagaimana cara kita menyesuaikan diri dengan organisasi.

Redding (Mulyana:2001:61) ,menyatakan bahwa iklim komunikasi organisasi jauh

lebih penting dari pada keterampilan atau teknik-teknik komunikasi semata-mata

dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif.

(29)

1) Karena mengaitkan konteks organisaisi dengan konsep-konsep

perasaan-perasaan dan harapan-harapan anggota organisasi

2) Membantu menjelaskan prilaku anggota organisasi

3) Dapat memahami lebih baik apa yang mendorong anggota organisasi

untuk bersikap dengan cara-cara tertentu

4) Iklim komunikasi berperan dalam keutuhan suatu budaya dan

membimbing perkembangan budaya tersebut

5) Menjembatani praktik-praktik pengelolaan sumber daya menusia dengan

produktifitas.

Iklim komunikasi merupakan suatu citra makro, abstrak dan gabungan dari

suatu fenomena global yang di sebut komunikasi organisasi. Diasumsikan bahwa

iklim berkenbang dari interaksi antara sifat-sifat suatu organisasi dan presepsi

individu atas sifat-sifat itu. Iklim di pandang sebagai suatu kualitas pengalaman

subjektif yang berasal dari persepsi atas karakter-karakter yang relative langgeng pada

organisasi.

Iklim komunuksi organusasi terdiri dari persepsi-persepsi atas unsur-unsur

organisasi dan pemngarih unsure-unsur tersebut terhadap komunikasi. Pengaruh ini di

defenisikan, disepakati di kembangkan dandi kokohkan secara berkesinambungan

melalui dengan anggota organisasi lainnya. pengaruh ini menghasilkan pedoman bagi

keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan individu, dan mempengaruhi pesan-pesan

(30)

2.2.2. Unsur-Unsur Organisasi

Menurut handoko (1993:67), unsur dasar yang membentuk suatu organisasi

terdiri dari :

1. Anggota organisasi

Orang –orang yang melaksanakan pekerjaan organisasi, membentuk organisasi

serta terlibat dalam beberapa kegiatan primer. Orang-orang ini terlibat juga dalam

kegiatan pemikiran-pemikiran yang meliputi konsep-konsep,pengguna bahasa,

pemecahan masalah, dan pembentukan gagasan. Mereka juga terlibat dalam

kegiatan-kegiatan perasaan yang mencangkupi emosi, keinginan, dan aspek-aspek

perilaku manusia lainnya yang bukan aspek intelektual. Mereka juga terlibat

dalam kegiatan self-moving (mencangkup kegiatan fisik). Dan mereka terlibat

juga dalam kegiatan elektrokimia yang mencangkup brain synaps (daerah kontak

otaktempat impuls saraf ditransmisikan hanya ke satu arah).

2. Pekerjaan dalam organisasi

Pekerjaan ini terdiri dari tugas-tugas formal dan tugas-tugas informal. Tugas-tugas

ini menghasilkan produk dan memberikan pelayanan organisasi. Pekerjaan ini di

tandai oleh tiga dimensi universal: isi, keperluan, dan konteks.

3. Praktik-Praktik Pengelolaan

Tujuan primer pegawai manajerial adalah menyelesaikan pekerjaan melalui usaha

orang lainnya. Manajer membuat keputusan mengenai bagaimana orang-orang

lainnya, biasanya bawahan mereka, menggunakan sumber daya yang di perlikan

untuk melaksanakan pekerjaan ,mereka sebagian menajer membawahi para

pekerkerja yang beroprasi dan sebagian lainnya membawahi manajer-manajer

(31)

4. Stuktur Organisasi

Merujuk kepada hubungan-hubungan antara tugas-tugas yang di laksanakan oleh

anggot-anggota organisasi itu struktur organisasi di tentukan oleh tiga variable

kunci :1) kompleksitas,2) formalisasi dan 3) sentralisasi.

5. Pedoman organisasi

Adalah serangkaian pernyataan yang pengaruhi, mengendalikan dan memberi

arahan bagi anggota organisasi dalam mengambil keputusan dan tindakan.

Pedoman organoisasi terdiri atas: pernyataan-pernyataan seperti cita-cita, misi,

tujuan, strategi,kebijakan, prosedur dan aturan.

2.2.3. Faktor-Faktor Iklim Komuniksi Organisasi

Terdapat beberapa fakto yang turut mempengaruhi terciptanya iklim

komunikasi dalam organisasi. pace dan eaules (dalam mulyana 2001) menyebutkan

factor-faktor yang turut mempengaruhi iklim komunukasi adalah:

1) Kepercayaan

Personal di semua tingkatan harus berusaha keras ubtuk mengembangkan dan

mempertahankan hubungan yang di dalamnya ada kepercayaan keyakinann, dan

kredibilitas yang di dukung oleh pernyataan dan tindakan.

2) Pembuatan Keputusan Bersama

Para pegawai disemua tingkatan dalam organisasi harus di ajak berkomunikasi

dan berkonsultasimengenai semua masalah dalam semua wilayah kebijakan

organisasi yang relevan dengan kedudukan mereka. Para pegawai di semua

(32)

di beri kesempatan berkomunikasi dan berkonsultasi dengan manajemen diatas

mereka agar berperan serta dalam proses pembuatan keputusan dan penentuan

tujuan.

3) Kejujuran

Suasana umum yang di liputi kejujuran dan keterusterangan harus mewarnai

hunungan-hubungann dalam organisasi dan para pegawai mampu mengatakan

“apa yang ada dalam fikiran mereka”tanpa mengindahkan pakah mereka berbicar

kepada teman sejawat, bawahan atau atasan.

4) Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah

Kecuali untuk informasi rahasia, anggota organisasi harus relative mudah

memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan tugas mereka saat itu,

yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengkoorganisasikan pekerjaan

mereka dengan orang-orang atau bagian-bagian lainnya dan yang berhubungan

luas dengan perusahaan, organisasinya, para pemimpin dan rencana-rencana.

5) Mendengarkan dalam komunikasi ke atas

Personel setiap tingkatan dalam organisasi harus mendengarkan saran-saran atas

laporan-laporan yang di kemukakan personel di setiap tingkat bawahan dalam

organisasi, secara berkasinabungan dan dengan pikiran terbuka. Informasi dari

bawahan harus di pandang cukup penting untuk di laksanikan kecuali ada

petunjuk yang berlawanan.

6) Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi.

Personel di setiap tingkatan dalam organisasi harus menunjukan suatu komitmen

terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi produktifitas tinggi, biaya rendah

(33)

Dari keenam factor tersebut dapat di pahami bahwa melaksanakan iklim

komunikasi berintikan terciptanya keterbukaan antara setiap anggota organisasi dalam

melakukan komunikasi horizontal dan vertical yang bersumber dari kepercayaan,

kejujuran dan keterbukaan. Dengan demikian, maka cita-cita organisasi akan dapat

direalisasikan dengan baik pula.

2.2.4. Karakteristik Iklim Komunikasi

Gibb (dalalm Muhammad, 20004:85). Menegaskan bahwa komunikasi

tertentu dari anggota organisasi atas pegawai mengarah pada iklim supportiveness

iklim supportiveness di sebut juga iklim mendukung. Dalam bukunya curtis, floyd

dan winsor (dalam mulyana, 2004:89). Mengemukakan bahwa: Terdapat dua macam

karakteristik iklim komunikasi, yaitu iklim komunikasi mendukung dan iklim

komunikasi bertahan. Pada iklim komunikasi bertahan, atmosfernya terkesan

”berkesan dan represif. Sedangkan pada iklim mendukung, orang-orang merasa di

hormati satu sama lain memberikan dorongan pada saat mereka berupaya

menyelesaiakn tugasnya yang menumpuk.

Untuk mempermudah perbandingan antara iklim komunikasi mendukung dan

(34)

Tabel 1.1

Perbandingan iklim komunikasi mendukung dan bertahan

Iklim bertahan Iklim mendukung

Evaluasi Deskripsi

Kantrol Orientasi masalah

Strategi Spontanitas

Keunggulan Kesamaan

Kepastian Provisionalisme

Sumber: Curtis, floyd dan winsor, 2004

Evaluasi di nilai oleh orang lain dan biasanya menyebabkan ketegangan.

Komunikasi negative menyalahkan orang lain. Umumnya menggunakan kata-kata

sifat, misalnya: salah, ngawur, bodoh (rahmat, 1994:91). Bila seseorang di kritik atau

di evaluasi, reaksi alamia yang muncul adalah perasaan terancam. Karena merasa

terancam, seorang akan menyalahkan orang lain (pemindahan), mengevaluasi orang

lain secara negative (proyeksi), atau memberikan alasan-alasan yang bukan

merupakan alsan yang nyata seseorang (rasionalisasi).

Deskripsi berarti para anggota organisasi memusatkan pesan-pesan mereka

pada peristiwa-peristiwa yang dapat di amati dan mengurangi refrensi mengenai

reaksi-reaksi subjektif atau emosional. Dalam deskrepsi terdapat dukungan, dan

kesediaan menerima tangging jawab. Selain itu, dalam deskripsi tidak tampak

ancaman terhadap ego lawan bicaranya. Deskripsi juga dapat di tunjukan dengan

menerima orang lain sebagai individu yang patut di hargai. Umumnya menggunakan

kata kerja, misalnya menyebutkan, berpindah, mengikuti (rakhmat, 1994).

Control atau pengendalian masalah berarti berusaha mungubah orang lain,

(35)

berupaya mengendalikan tindakan orang lain menganggap bahwa gagasan orang lain

kurang bermutu.

Orientasi masalah merupakan suatu penangkal strategi control dalam suatu

organisasi. Organisasi masalah adalah mengkomunikasikan keinginan untuk bekerja

sama dalam mencari pemecahan masalah. Orientasi masalah tidak mendikte

pemecahan, namun mengajak orang lain bersama-sama untuk menetapkan tujuan dan

memutuskan bagaimana pencapaiannya (rakhmat, 1994:95).

Strategi penggunaan tipuan-tipuan atau manipulasi untuk mempengaruhi

orang lain (rakhmat, 1994:98). Pemenipulasian pegawai, dengan cara

menyembunyikan informasi yang berhubungan atau maluncurkan ucapan

“penghianatan” yang tajam. Pemanipulasian di sini melihat manusia sebagai objek

dari pengaruh mereka.

Spottanitas, Gibbs mengistilahkan untuk bertindak spontan berarti berterus

terang dn membuka rahasia kepada anggota-anggotanya dalam suatu organisasi.

Orang-orang yang spontan berupaya mencegah perasaan bertahan: mereka berupaya

jujur terhadap orang lain. Orang-orang ini “mengatakan sesuatu seperti yang di

lihatnya”, dan pandangan ini mereka lakukan semata-mata demi kepentingan terbaik

organisasi.

Kenetralan: Perilaku netral yang menunjukan sedikitnya perhatian orang

mengenai arah komunikasi. Oleh karena itu individu yang di tuju tidak merasa

menjadi seseorang yang khusus dan tidak merasa di hargai. Orang-orang yang tidak

merasa di hargai atas andil masalalu dia. Prilaku netral memperlakukan oaring lain

lebih dari sekedar objek (milikinya), bukan sebagai manusia.

Empati: Suatu upaya yang sungguh-sungguh untuk memahami situasi dari

(36)

terharu); empati adalah turut merasakan perasaan orang lain. Oleh karena itu adanya

pengenalan terhadap nilai, tingkah laku dan opini orang lain maka memperbuat dan

mendorong mereka; rang-orang tersbut menyadari bahwa mereka tidak sendirian.

Keunggulan (superiority) sikap ini menjadi nyata melalui penggunaan posisi,

wewenang, kemempuan intelektual, kekayaan, kekuatan fisik atau daya tarik untuk

memperoleh tujuan. Pengertian wewenang yang di maksud adalah mengenai pangkat

dan posisi yang resmi sebagai alat untuk mengendalikan dan mempengaruhi prilaku

atau pribadi-pribadi lain.

Kesamaan: Menyatakan bahwa terdapat suatu ukuran rasa hormat tak

bersyarat terhadap orang lain dalam suatu organisasi. Terdapat upaya untuk

mengurangi perbedaan-perbedaan dalam kekuatan, kecakapan intelektual dan

sebagainya. Mengkomunikasikan suatu kepercayaan yang menyatakan bahwa setiap

orang dapat membuat suatu andil untuk keberhasilan organisasi akan di ciptakan rasa

keterlibatan dan hasrat untuk berperan (menginvestasikan diri sendiri). Dalam

kesamaan status boleh beda, tetapi komunikasi yang terjadi tidak vertical . dalam

komunikasi terdapat penghargaan dan rasa hormat pada perbedaan pandangan dan

keyakinan (rakhmat, 1994).

Kepastian: Sikap yang meyakini diri sendiri yang paling benar dan orang lain

salah. Orang yang memiliki kepastian bersifat dogmatis, ingin menang sendiri, dan

melihat pendapatannya sebagai kebenaran mutlak yang tidak dapat di ganggu gugat

(rakhmat, 1994;135). Atau dengan kata lain orang-orang memperlihatkan

ketidakpastian bersifat tidak terbuka terhadap diskusi atau informasi tambahan;

agaknya keputusan mereka di buat sebelumnya.

Provisionalisme: Provisional dalam bahasainggris artinya bersifat sementara

(37)

Bersedia bersifat “sementatra” dalam penilaian mengenai hal-hal tetrbaik.

Orang-orang seperti itu mencari berbagai sudut pendang seperti informasi

sebanyak-banyaknya dan serealistis-serealitisnya dan mereka pun terbuka untuk mengubah

pikiran jika situasi memngharuskannnya (kecuali jika hal itu akan melanggar Etika

dan atau prinsip).

2.3. Teori Tentang Kinerja Pegawai

Lembaga Administrasi Negara, (1992 :3) membuat pengertian performance

sebagai kinerja juga dapat diartikan sebagai prestasi kerja, peIaksanaan kerja,

pencapaian kerja atau hasil kerja, unjuk kerja, penampilan kerja.

Pengertian kinerja dikemukakan pula oleh A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2000 - 67) bahwa : "Istilah kinerja berasal dari kata job performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang)".

Hasil kerja seorang pegawai dapat dilihat dalam bentuk kuantitas maupun

kualitas, pencapaian kerja merupakan pelaksanaan kegiatan yang diberikan kepadanya

sesuai dengan togas dan tanggung jawabnya.

"Para karyawan (anak buah) akan melakukan tugasnya dengan sebaik-baiknya, tiga kriteria sasaran jika (1) mereka mengetahui apa yang harus dikerjakan, (2) mengetahui mutu yang disyaratkan dalam mengerjakannya itu, dan (3) mengetahui sejauh mana tingkat kualitas pekerjaan yang diharapkan (oleh manajer) dapat dilakukan karyawan". (Agus Sunyoto, 1999 : 2)

Untuk mengetahui hasil kerja pegawai perlu ditetapkan tolak ukur tingkat

kinerja, dengan membandingkan antara kinerja pegawai dengan tolak ukur yang

digunakan.

Menurut James F. Bolt dan Gearry A. Rummler yang diedit oleh A. Dale

Timple (1999: 136) bahwa apabila kinerja yang dicapai berada di bawah standar, hal

ini biasanya bukanlah semata-mata kesalahan individu karena mereka akan bekerja

(38)

a. Mereka tahu apa yang diharapkan dari kinerja mereka dan dinyatakan secara jelas.

b. Kinerja yang diharapkan, mereka anggap penting dan menantang tetapi dapat

dilakukan.

c. Mereka dapat menyelesaikan pekerjaan.

d. Mempunyai sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pekerjaannya.

e. Dalam pelaksanaan pekerjaan dan sesudahnya mereka mendapatkan umpan batik

secara teratur dari apa yang telah mereka kerjakan.

f. Mereka mendapat insentif yang menurut anggapan mereka tepat atau memadai

Penampilan kinerja pegawai dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar

pegawai yang bersangkutan :

Tabel 2.2

Keberhasilan dan Kegagalan Kinerja

Internal (Pribadi) Eksternal (lingkungan)

Kinerja baik • Kemampuan tinggi

• Kerja keras

• Pekerjaan mudah

• Nasib baik

• Bantuan dari rekan-rekan kerja

• Pimpinan yang baik

Kinerja jelek • Kemampuan rendah

• Upaya sedikit

• Pekerjaan sulit

• Nasib buruk

• Rekan-rekan kerja tidak produktif

• Pimpinan yang tidak simpatik

Sumber : A. Dale Timple (1999 : 33)

Hal lain yang dapat mendorong seorang pegawai untuk meningkatkan

kinerjanya salah satunya dengan pemekaran dan pemerkayaan pekerjaan. Upaya

menciptakan pemerkayaan pekerjaan hasilnya mendorong karyawan berprestasi lebih

baik, kepuasan kerja lebih besar, dan lebih berkesempatan mewujudkan diri (Keith

(39)

Dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tidak hanya

tergantung kepada kinerja para pegawai semata, kemungkinan pula terjadi tidak

tercapai tujuan organisasi oleh karena seseorang yang memegang posisi pemimpin

tidak menghasilkan kinerja bagi organisasi yang dipimpinnya.

Menghadapi tantangan yang semakin besar dan waktu yang cepat, agar

organisasi mempunyai daya saing yang semakin kuat maka seorang pimpinan dituntut

untuk mampu membangkitkan potensi-potensi kepemimpinan dari pegawai yang ada

pada organisasinya sehingga akan muncul para pemimpin yang mampu menghadapi

tantangan barn dan perubahan yang cepat.

Konseptual kinerja kepemimpinan atau leadership dapat dilihat pada gambar

3 berikut :

Gambar 2.2.

Kerangka Konseptual Kinerja "Leadership"

Sumber: Mulyadi (1998 : 85)

Kinerja leadership menciptakan pemimpin yang mampu membawa

(40)

organisasinya mencapai visi dan misi organisasi yang telah ditetapkan. Untuk

terciptanya pemimpin seperti itu maka pemimpin tersebut harus memahami nilai

tambah dari peran yang dimilikinya, untuk itu pemimpin tersebut harus memiliki

keterampilan kepemimpinan memadai. Usaha merupakan faktor menentukan,

ditunjang oleh bakat dan kemampuan pemimpin dan persepsi tentang perannya akan

menghasilkan kinerja Kepemimpinan. Resiko dan pembelajaran merupakan pemicu

usaha pemimpin dan seluruh anggota organisasi sedangkan kepercayaan dan

dorongan merupakan pemacu semangat pemimpin dan seluruh anggota organisasi.

Pemimpin organisasi bersama-sama dengan para anggota organisasi

menampilkan kinerja untuk mencapai tujuan organisasi. Kinerja meliputi beberapa

aspek sebagaimana dinyatakan oleh TR. Mitchel yang kutip oleh Sedarmayanti (2001

: 51) yaitu :

a. Quality of work

b. Promptness

c. Inisiative

d. Capability

e. Communication

Artinya bahwa kinerja terdiri dari beberapa aspek yaitu : kualitas kerja dari

pegawai tersebut, ketetapan waktu penyelesaian kerja, adanya prakarsa, kemampuan

yang memadai sesuai tuntutan kerja, dan komunikasi karena dalam melaksanakan

kerja juga dipengaruhi peran orang lain.

2.4. Kerangka Berpikir

Menurut mulyana (2003:72), komunikasi menyerahkan bahwa pikiran suatu

(41)

dari kelompok manusia yang paling berinteraksi menurut suatu pola tertentu sehingga

setiap anggota organisasi memiliki tugas dan fungsi, masing masing mempunyai

tujuan tertentu dan batasan yang jelas sehingga bias di pisahkan secara tegas dari

lingkungan .

Komunikasi dalam organisasi adalah sangat penting tanpa adanya

komunikasi dalam sebuah organisasi dapat di katakan organisasi itu tidak bernyawa,

karena melalui komunikasi akan terwujud interaksi antara anggota interaksi

organisasi. Menurut Rakhmat (1993:35), komunukasi adalah :

2) Komunikasi ibarat darah manusia dalam tubuh

3) Komunikasi sebagai perekat organisasi

4) Komunukasi sebagai minyak pelumas yang melicinkan fungsi organisasi

5) Komunikasi sebagai pengikat sisem

Berlo (dalam rakhmat, 2002;42) menyatakan bahwa komunikasi berhubungan

dengan organisasi social dengan tiga cara

Pertama, system social di hasilkan lewat komunikasi. Keseragaman prilaku

dan tekanan untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma di hasilkan lewat

kkomunikasi di antara anggota-anggota kelompok.

Kedua, bila suatu system social telah berkembang, ia menentukan komunikasi

anggota-anggotanya. System social mempengaruhi bagaimana, ke, dan dari siapa,

dan dengan pengaruh bagaimana komunikasi terjadi di antara anggota-anggota

system.

Ketiga, pengetahuan mengenai suatu system social dapat membantu kita membuat

prediksi yang akurat mengenai orang-orang tanpa mengetahui lebih banyak dari

pada peranan yang mereka duduki dalam system.

(42)

Timple (1999: 136) bahwa apabila kinerja yang dicapai berada di bawah standar, hal

ini biasanya bukanlah semata-mata kesalahan individu karena mereka akan bekerja

dengan baik apabila :

a. Mereka tahu apa yang diharapkan dari kinerja mereka dan dinyatakan secara

jelas.

b. Kinerja yang diharapkan, mereka anggap penting dan menantang tetapi dapat

dilakukan.

c. Mereka dapat menyelesaikan pekerjaan.

d. Mempunyai sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pekerjaannya.

e. Dalam pelaksanaan pekerjaan dan sesudahnya mereka mendapatkan umpan

batik secara teratur dari apa yang telah mereka kerjakan.

f. Mereka mendapat insentif yang menurut anggapan mereka tepat atau memadai

Berdasarkan hal tersebut di atas kerangka berpikir dapat digambark sebagai

berikut ini:

Gambar 2.3 : Kerangka Berpikir

2.5. Hipotesis

Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir di atas, maka diajukan hipotesis

sebagai berikut: ” Iklim Komunikasi Organisasi berpengaruh terhadap Kinerja

Pegawai di Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Sumatera Utara”

Iklim Komunikasi Organisasi

(43)

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Lingkungan Dinas Komunikasi dan

Informasi Propinsi Sumatera Utara. Waktu pelaksanaan penelitian ini direncanakan

dimulai dari bulan Juni sampai Agustus 2010.

3.2. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan survey dengan jenis

penelitian Deskriptif Kuantitatif. Pendekatan survey adalah kegiatan mengumpulkan

data sebanyak-banyaknya mengenai fakta-fakta yang merupakan pendukung terhadap

penelitian, dengan maksud untuk mengetahui status, gejala menentukan kesamaan

status dengan cara membandingkan dengan standard yang sudah dipilih dan atau

ditentukan (Arikunto, 2005)

Jenis penelitian berupa deskriptif kuantitatif, yaitu untuk mengetahui dan

menganalisis pengaruh komitmen kerja, motivasi dan kepuasan kerja terhadap kinerja

Pegawai di Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Sumatera Utara. Menurut

Sugyono (2006), penelitian deskriptif dilakukan untuk mengetahui nilai variabel

independen. Adapun sifat penelitian adalah explanatory research yaitu menguraikan

dan menjelaskan pengujian mengenai konsep baru atau pencarian sebab akibat antar

(44)

3.3. Populasi dan Sample Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah semua pegawai di lingkungan Dinas Komunikasi dan

Informatika Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 yang berjumlah sebanyak 200 orang.

2. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel dalam rancangan penelitian ini menggunakan

teknik acak propesional berstrata (Stratified proportional random sampling), yang

menghasilkan sampel sesuai dengan proporsi karakteristik dari setiap kelompok strata

populasi (Borg and Gall,1983 hal 89 : Arikunto,1998 hal 33; Freenkel and

Walker,1990 hal 95; Irawan,1999 hal 45; Hajar , 1999 hal 62; Kerlinger, 2002 hal 93;

Sudjana, 2002 hal 24, Sugiyono, 2003 hal 15).

Teknik ini dipilih sesuai dengan keadaan populasi yang heterogen. Dengan

demikian pengambilan sampel yang diharapkan dapat mewakili populasi.

3. Penentuan Ukuran Sampel

Untuk menentukan sampel digunakan rumus Cochran (1974), yaitu :

2

dari tabel tersebut diatas, maka jumlah sampel yang diambil adalah :

(45)

3.4. Metode Pengumpulan Data

Dalam kegiatan penelitian ini, data dan informasi dikumpulkan dengan

menggunakan metode, yaitu :

1. Dengan melakukan observasi langsung terhadap kegiatan yang dilakukan oleh

organisasi di lingkungan internal dan eksternal organisasi.

2. Wawancara (Interview) kepada pihak yang berkompeten atau berwenang untuk

memberikan informasi dan keterangan yang dibutuhkan oleh penelitian ini.

3. Daftar pertanyaan (Questionaire) yang diberikan kepada pegawai di Lingkungan

Dinas Komunikasi dan Informasi Propinsi Sumatera Utara , yang menjadikan

responden terpilih

4. Studi dokumentasi yaitu dengan melakukan pengumpulan dokumen-dokumen

pendukung yang diperoleh secara langsung dari Lingkungan Dinas Komunikasi

dan Informasi Propinsi Sumatera Utara, yang berpengaruh dengan kebutuhan data

penelitian ini.

3.5. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Data Primer diperoleh dari wawancara (Interview) dan daftar pertanyaan

(Questionaire).

(46)

3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

3.6.1. Identifikasi Variabel

Variabel penelitian terdiri atas dua jenis, yaitu variabel bebas dan variabel

terikat.

1. Variabel bebas yaitu Iklim Komunikasi Organsasi (X), dan

2. Variabel terikat yaitu Kinerja Pegawai (Y)

3.6.2. Defenisi Operasional Variabel.

Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Variabel Indikator Ukuran

Iklim

Kinerja adalah suatu prestasi yang

2. Kepala organisasi sebagai manager.

7. kepala organisasi sebagai motivator

(47)

3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas Data 3.7.1. Uji Validitas Data

Validitas data penelitian ditentukan dengan pengujian yang akurat sehingga

diketahui apakah benar instrument tersebut mengukur yang seharusnya. Dengan

perkataan lain keinginan peneliti dapat dipenuhi dengan ukuran yang dilakukan.

Pengujian validitas instrument dilakukan dengan cara membandingkan nilai

korelasi antara setiap butir pertanyaan dan total pertanyaan. Apabila nilai rhitung >

rtabel maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

Cara lain untuk menguji validitas data adalah dengan menggunakan

Pearson Correlation. Teknik pengujian validitas menggunakan teknik korelasi

product moment dari pearson dengan tingkat signifikansi 5% untuk menge-tahui

keeratan Pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan cara

mengkorelasikan antara skor item pernyataan terhadap skor total. Apabila nilai total

pearson correlation > 0,3, atau probabilitas kurang dari 0,05 maka item tersebut valid

(Arikunto, 2002:146).

3.7.2. Uji Reliabilitas Data

Suatu data dikatakan dapat dipercaya apabila jawaban yang diberikan

responden adalah konsisten atau tetap dari waktu ke waktu. Pengujian reliabilitas

dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji statistic cronbach alpha.

(48)

3.8. Metode Analisis Data

Metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

ekonometrika atau regresi yang dimaksudkan untuk mengetahui Pengaruh

variabel-variabel bebas terhadap variabel-variabel terikatnya. Model regresi yang dilakukan pada

penelitian ini adalah regresi yang tidak linier karena sesuai dengan data yang

diperoleh dan latar belakang teoritis yang ada.

Metode analisis dibutuhkan untuk memecahkan perumusan masalah yang

telah ditentukan sebelumnya. Metode analisis akan berisikan alat yang akan

digunakan untuk membuktikan hipotesis apakah dapat diterima atau ditolak nantinya

berdasarkan kesesuaian dengan hasil yang diperoleh. Dengan penelitian yang bersifat

deskriptip kuantitatip, maka metode analisis yang akan digunakan adalah persamaan

(regresi) berganda tidak linier. Berdasarkan rancangan penelitian sebelumnya,

Pengaruh variabel dependen dan independen dinyatakan sebagai berikut :

Persamaan tersebut akan diestimasi dengan menggunakan metode OLS dan akan

(49)

Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat akan diuji pada tingkat

kepercayaan 95% atau tingkat kesalahan  = 0,05 (5%). Kriteria pengujian hipotesis

secara simultan adalah sebagai berikut :

H0 = 1 2 0

Ha = Minimal satu  tidak sama dengan nol

Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak, maka

digunakan Uji F dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

)

Kriteria pengujian hipotesis secara parsial digunakan metode sebagai berikut :

H0 = i 0 (Tidak ada Pengaruh nyata masing-masing variabel bebas terhadap

variabel terikat)

Ha = i 0 (Ada Pengaruh positip dan nyata masing-masing variabel bebas

terhadap variabel terikat)

Metode atau cara dalam menguji hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak

digunakan Uji T dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

(50)

Sbi = standard error dari variabel bebas

α = 1 %, 5 %, 10 %

df = degree of freedom (n-k)

n = jumlah amatan

k = jumlah variabel

Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria jika Thitung <

Ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak, dan jika Thitung > Ttabel maka H0 ditolak dan Ha

diterima.

Selain kedua uji di atas, juga akan dianalisis besaran koefisien determinasi

(R2) setiap persamaam sehingga akan diketahui Pengaruh dari variabel bebas yang

digunakan terhadap variabel terikatnya.

(51)

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Dinas Komunikasi dan Informatika

Kantor Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Sumatera Utara berada di jalan

H. Muhammad Said No. 27 Medan. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara

Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Provinsi Sumatera

Utara, maka dipandang perlu menetapkan Uraian Tugas,Fungsi dan Tata Kerja Dinas

Komunikasi Dan Informatika Provinsi Sumatera Utara. Bahwa atas pertimbangan tersebut,

perlu penetapannya dengan peraturan Gubernur Sumatera Utara tentang Uraian

Tugas,Fungsi dan Tata Kerja Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Sumatera Utara.

Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Sumatera Utara mempunyai tugas

pokok membantu Kepala Daerah dalam menyelenggarakan pelaksanaan penyusunan dan

pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik dibidang administrasi umum, aplikasi

telematika, pendapat umum dan hubungan kelembagaan, sarana komunikasi desiminasi dan

informasi, pos, telekomunikasi, informasi dan media masa serta menyelenggarakan fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis dibidang aplikasi telematika,pendapat umum dan

hubungan kelembagaan, sarana komunikasi desiminasi dan informasi, pos,

telekomunikasi, informasi dan media masa.

b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan Pemerintah Daerah dibidang aplikasi

telematika, pendapat umum dan hubungan kelembagaan, sarana komunikasi

desiminasi dan informasi , pos , telekomunikasi, informasi dan media masa.

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang komunikasi dan informasi.

(52)

e. Pelaksanaan pelayanan administrasi internal dan eksternal.

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

4.1.1. Visi dan Misi A. VISI

Terwujudnya masyarakat informasi yang maju dan sejahtera dalam harmoni

keberagaman.

B. MISI

1. Meningkatkan fasilitas dan kapasitas administrasi, program dan kapasitas Sumber

Daya Manusia (SDM) bidang komunikasi dan informatika untuk meningkatkan

literasi dan profesionalisme.

2. Meningkatkan kerjasama dan kemitraan serta pemberdayaan lembaga komunikasi

dan informatika pemerintah dan masyarakat, lembaga media massa, dokumentasi

dan monitoring pendapat umum.

3. Mengingkatkan pelayanan informasi multi media kepada public, yang terprogram,

akuntabel dan didukung pemberdayaan telematika.

4. Meningkatkan kualitas pemerataan akses informasi dan pemanfaatan jaringan media

informasi dan komunikasi tradisional, cetak dan modern.

(53)

4.1.2. Struktur Organisasi

Gambar 4.1. Struktur Organisasi

Gambar

Gambar 2.1 : Jenis Aliran Informasi
Tabel 1.1
Tabel 2.2
Gambar 2.2.
+7

Referensi

Dokumen terkait

NIM 8136132020 Pengaruh Lingkungan Kerja, Iklim Organisasi dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pendidikan Kota Subulussalam.. Program Pascasarjana

Iklim Komunikasi Organisasi dan Peningkatan Kinerja Pegawai (Studi Korelasional Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap Peningkatan Kinerja Pegawai di Kantor Regional VI

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa iklim komunikasi organisasi dan motivasi kerja memiliki pengaruh terhadap variabel terikat Y (kinerja karyawan). Besar pengaruh

Dari hasil pengujian hipotesis (Uji F) secara bersama-sama antara variabel Komunikasi (X 1 ) dan variabel Lingkungan Kerja (X 2 ) terhadap Kinerja Pegawai (Y)

Selanjutnya adalah penelitian tentang pengaruh iklim komunikasi organisasi terhadap kinerja karyawan yang dilakukan oleh (Faizal 2019), menemukan bahwa iklim komunikasi

Adapun hasil pengujian statistik ada tidaknya pengaruh Iklim Komunikasi terhadap kinerja pegawai pada Sekretariat Daerah Kabupaten Subang ternyata sangat signifikan dimana terhitung

Maka dari hasil penelitian semakin baik kondisi iklim komunikasi organisasi maka semakin baik pula kinerja pegawai pada Balai Serifikasi dan Perbenihan Tanaman Hutan Saran Berdasar

Penelitian ini menganalisis pengaruh komunikasi dan lingkungan organisasi terhadap kinerja pegawai di Kantor Kementerian Agama Kabupaten