• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Subyek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Game Tournament untuk Meningkatkan Kemampuan Kerjasama dan Hasil Bela

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Subyek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Game Tournament untuk Meningkatkan Kemampuan Kerjasama dan Hasil Bela"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

56

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Kutowinangun 11 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga dengan subyek penelitian siswa kelas V sebanyak 25 siswa. Letak SD Negeri Kutowinangun 11 berada di jalan Butuh no 1 B Kecamatan Tingkir Salatiga. SD Negeri Kutowinangun 11 mempunyai 12 tenaga pendidik, sepuluh diantaranya sudah berstatus PNS (Kepala Sekolah, guru kelas I, II, II, IV, IV, VI, guru olahraga, guru agama Islam dan guru agama kristen), dan dua guru wiyata bakti. Fasilitas yang ada di SD Negeri Kutowinangun 11 cukup memadai, diantaranya perpustakaan, perlengkapan alat olahraga dan alat peraga, LCD, LAB IPA dan ruang agama kristen.

Dilihat dari letak geografisnya SD ini terletak dilingkungan kota Letak SD ini berdekatan dengan SD Kutowinangun 1 dan SD kutowinangun 4 dan sangat mudah untuk mendapat kendaraan angkot karena terletak dekat dengan jalan raya.

4.2 Diskripsi Kondisi Awal

Pada kondisi awal sebelum dilakukan penelitian tindakan, guru menggunakan metode ceramah dan tanyajawab dalam proses belajar mengajar, sehingga siswa cenderung pasif. Sehingga kemampuan kerjasama siswa dan hsail belajar siswa masih belum mencapai indikator yang ditentukan, yaitu kemampuan kerjasama siswa mencapai rerata ≥ 4 dan hasil belajar berdasarkan KKM ≥ 65.

(2)

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan bisa terlihat dari hasil evaluasi peserta didik pada mata pelajaran Matematika yang telah dilakukan dimana sebagian besar peserta didik memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu ≥ 65. Hasil belajar siswa disajikan pada lampiran. Diperoleh data hasil pembelajaran sebelum dilakukan tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dalam tabel dan diskripsi, serta dilengkapi dengan diagram sebagai berikut:

Tabel 4. 1

Analisis dan Rekapitulasi Nilai Kondisi Awal Sebelum Diadakan Tindakan

Hasil Frekuensi Persentase Indikator

< 65 14 56% 80 % ≥ 65

≥ 65 11 44%

(3)

Gambar 4.1

Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal

Dari hasil analisis nilai evaluasi kondisi awal, masih ada 14 siswa yang belum tuntas atau belum memenuhi KKM yaitu 65. Hasil evaluasi kondisi awal

Dari tabel analisis dan rekapitulasi hasil belajar dan kemampuan kerjasama siswa pada kondisi awal di atas dapat disimpulkan bahwa dari 25 siswa SD Negeri Kutowinangun 11 Kecamatan Tingkir Salatiga hanya 11 siswa (44%) yang tuntas (sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal yaitu ≥ 65) dan 14 siswa (56%) yang tidak tuntas (tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal yaitu > 65).

Berdasarkan hasil observasi kondisi awal, dapat diketahui rendahnya kemempuan kerjasama siswa karena guru kurang memiliki keterampilan menciptakan suasana kondusif atau selalu menggunakan pembelajaran yang konvensional, sehingga mengakibatkan pembelajaran kurang menarik yang berakibat pada kemampuan kerjasama siswa menjadi rendah dan siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Sehingga peneliti perlu mengadakan tindakan pembelajaran untuk membantu meningkatkan kemampuan kerjasama dan hasil belajar siswa,

Frekuensi Persentase

< 65 14 56%

≥ 65 11 44%

14

56% 11

44% 0

2 4 6 8 10 12 14 16

(4)

khususnya siswa kelas V SD Negeri Kutowinangun 11 Kecamatan Tingkir Salatiga pada mata pelajaran Matematika topik sifat-sifat bangun datar.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April yang terdiri dari dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari tiga pertemuan. Hasil penelitian diuraikan dalam tahapan yang berupa siklus-siklus pembelajaran yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian ini pembelajaran dilakukan dalam dua siklus sebagaimana pemaparan berikut ini.

4.3 Hasil Penelitian

4.3.1 Kegiatan Pembelajaran Siklus 1

Siklus pertama terdiri dari tiga tindakan, dimana terdapat empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi, sebagai berikut.

a. Perencanaan

Pada siklus pertama, perencanaan yang dilakukan oleh peneliti adalah: 1. Membuat skenario pembelajaran sesuai dengan tindakan dalam

bentuk RPP lengkap. 2. Membuat lembar observasi 3. Membentuk dan menyiapkan tim.

4. Penulis menetapkan indikator ketercapaian hasil penelitian sebagai berikut :

a) Hasil belajar dengan KKM 80% ≥ 65.

b) Nilai Kemampuan kerjasama siswa secara klasikal rata-rata ≥4 dalam kriteria baik (kriteria ) dan setiap item minimal ≥3. Adapun kriterianya sebagai berikut: 1= sangat kurang, 2= kurang, 3= cukup, 4= baik dan 5= sangat baik. 3)

(5)

b. Pelaksanaan tindakan dan observasi (Action and Observe)

Pelaksanaan pembelajaran siklus pertama, tindakan/pertemuan 1, 2 dan 3 dilaksanakan sesuai dengan rencana dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Teams Game Tournament. Materi yang dibahas pada tindakan/pertemuan pertama adalah tentang sifat-sifat bangun datar segitiga sembarang, segitiga samasisi, segitiga sama kaki dan melukiskannya berdasarkan sifat-sifatnya. Pada pertemuan kedua materi yang dibahas adalah sifat-sifat bangun datar segitiga siku-siku sembarang, segitiga siku-siku samakaki, persegi panjang dan melukiskannya berdasarkan sifat-sifatnya. Sedangkan tindakan/ pertemuan ketiga materi yang dibahas adalah tentang sifat-sifat bangun datar persegi dan melukiskan berdasarkan sifat-sifatnya.

Dalam pembelajarannya guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Game Tournament. Pada penggunaan model kooperatif tipe Teams Game Tournament diharapkan dapat memupuk kemampuan kerjasama siswa dalam menyelesaikan tugas. Proses pembelajaran dapat menarik perhatian siswa sehingga antusias siswa dalam pembelajaran menjadi lebih baik serta dapat meningkatkan keaktifan siswa.

Tahapan paling awal dalam pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe temas game tournament adalah presentasi dikelas/ penyajian materi kemudian membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3 sampai 5 siswa, selanjutnya game dan pada akhir pekan atau akhir subbab dilaksanakan turnament serta pemberian penghargaan tim sesuai kriteria.

1) Pertemuan 1

(6)

sifat-sifatnya. Alokasi waktu yang digunakan yaitu 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Proses pembelajaran dilaksanakan oleh peneliti, Ibu Suharmi S.Pd. selaku guru kelas V sebagai observer 1 aktivitas pengajar, dan observer 2 aktivitas pengajar oleh teman sejawat yaitu Anggit Ginanjar Prasetyo Aji, sedangkan observer kemampuan kerjasama siswa yaitu Kitri Febrtiyani sebagia observer 1 dan Tika Laras Wati sebagai observer 2.

a) Kegiatan awal

Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran pertemuan 1 guru menyiapkan mental siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan cara mengucap salam, menanyakan kabar, mengecek kehadiran siswa dan mengajak berdoa. Kemudian guru menyampaikan apersepsi, memberikan motifasitentang pentingnya mempelajari sifat-sifat bengun datar pada kehidupan sehari-hari, dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Dilanjutkan menyampaikan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe teams game tournament.

b) Kegiatan inti

(7)

undian dan menyelesaikan soal. Kemudian kelompok yang seudah selesau menyerahkan lembar soal beserta jawabanya pada guru dilanjutkan mengambil soal yang harus diselesaikan dalam kelompok. Dalam kelompok siswa mendapat bimbingan dari guru untuk menyelesaikan soal kelompok. Kelompok yang dapat sudah dapat menyelesaikan langsung mengumpulkan lembar soal dan jawaban kepada guru dan jika sudah seesai semua. Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjasama kelompok sesuai urutan ( kelompok yang lebih cepat mempresentasikan hasilnya terlebih dahulu) dan kelompok lain bisa menanggapi. Guru memberikan penghargaan pada kelompok sesuai kriteria. Kemudian siswa bersama guru membahas hasil kerjasama kelompok dan jika masih ada jawaban yang kurang tepat guru meluruskan jawabannya.

c) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir guru mengulas materi padapertemuan 1 dan memberikan penguatan dengan menyanyakan beberapa soal terkait dengan materi ajar secara lisan. Kemudian dengan bimbingan guru siswa menyimpulkan materi pembelajaran tentang sifat-sifat bangun datar segitiga sembarang, segitiga samakaki, segiriga samasisi dan cara melukiskan berdasarkan sifatnya. Selanjutnya siswa diminta mempelajari kembali pembelajaran yang telah dipelajari dan meminta siswa mempelajari materi selanjutnya.

2) Pertemuan kedua

(8)

digunakan yaitu 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Proses pembelajaran dilaksanakan oleh peneliti, Ibu Suharmi S.Pd. selaku guru kelas V sebagai observer 1 aktivitas pengajar, dan observer 2 aktivitas pengajar oleh teman sejawat yaitu Anggit Ginanjar Prasetyo Aji, sedangkan observer kemampuan kerjasama siswa yaitu Kitri Febriyani sebagia observer 1 dan Tika Laras Wati sebagai observer 2.

a) Kegiatan awal

Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran pertemuan kedua guru menyiapkan mental siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan cara mengucap salam, menanyakan kabar, mengecek kehadiran siswa dan mengajak berdoa. Kemudian guru menyampaikan apersepsi, memberikan motifasi tentang pentingnya mempelajari sifat-sifat bengun datar pada kehidupan sehari-hari, dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Dilanjutkan menyampaikan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe teams game tournament.

b) Kegiatan inti

(9)

kelompok untuk maju mengambil undian dan menyelesaikan soal. Kemudian kelompok yang seudah selesau menyerahkan lembar soal beserta jawabanya pada guru dilanjutkan mengambil soal yang harus diselesaikan dalam kelompok. Dalam kelompok siswa mendapat bimbingan dari guru untuk menyelesaikan soal kelompok. Kelompok yang dapat sudah dapat menyelesaikan langsung mengumpulkan lembar soal dan jawaban kepada guru dan jika sudah seesai semua. Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjasama kelompok sesuai urutan (kelompok yang lebih cepat mempresentasikan hasilnya terlebih dahulu) dan kelompok lain bisa menanggapi. Guru memberikan penghargaan pada kelompok sesuai kriteria. Kemudian siswa bersama guru membahas hasil kerjasama kelompok dan jika masih ada jawaban yang kurang tepat guru meluruskan jawabannya.

c) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir guru mengulas materi yang tealah dipelajari dan memberikan penguatan dengan menyanyakan beberapa soal terkait dengan materi ajar secara lisan. Kemudian dengan bimbingan guru siswa menyimpulkan materi pembelajaran tentang sifat-sifat bangun datar segitiga siku-siku sembarang, segitiga siku-siku samakaki, persegi panjang dan cara melukiskan berdasarkan sifatnya. Selanjutnya siswa diminta mempelajari kembali pembelajaran yang telah dipelajari dan meminta siswa mempelajari materi selanjutnya.

3) Pertemuan 3

(10)

(2 x 35 menit). Proses pembelajaran dilaksanakan oleh peneliti, Ibu Suharmi S.Pd. selaku guru kelas V sebagai observer 1 aktivitas pengajar, dan observer 2 aktivitas pengajar oleh teman sejawat yaitu Anggit Ginanjar Prasetyo Aji, sedangkan observer kemampuan kerjasama siswa yaitu Kitri Febriyani sebagia observer 1 dan Tika Laras Wati sebagai observer 2.

a) Kegiatan awal

Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru menyiapkan mental siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan cara mengucap salam, menanyakan kabar, mengecek kehadiran siswa dan mengajak berdoa. Kemudian guru menyampaikan apersepsi, memberikan motifasitentang pentingnya mempelajari sifat-sifat bengun datar pada kehidupan sehari-hari, dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Dilanjutkan menyampaikan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe teams game tournament.

b) Kegiatan inti

(11)

seudah selesau menyerahkan lembar soal beserta jawabanya pada guru dilanjutkan mengambil soal yang harus diselesaikan dalam kelompok. Dalam kelompok siswa mendapat bimbingan dari guru untuk menyelesaikan soal kelompok. Kelompok yang dapat sudah dapat menyelesaikan langsung mengumpulkan lembar soal dan jawaban kepada guru dan jika sudah seesai semua. Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjasama kelompok sesuai urutan ( kelompok yang lebih cepat mempresentasikan hasilnya terlebih dahulu) dan kelompok lain bisa menanggapi. Guru memberikan penghargaan pada kelompok sesuai kriteria. Kemudian siswa bersama guru membahas hasil kerjasama kelompok dan jika masih ada jawaban yang kurang tepat guru meluruskan jawabannya.

c) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir guru mengulas materi yang telah dipelajari dan memberikan penguatan dengan menyanyakan beberapa soal terkait dengan materi ajar secara lisan. Kemudian dengan bimbingan guru siswa menyimpulkan materi pembelajaran tentang sifat-sifat bangun datar persegi dan cara melukiskan berdasarkan sifatnya. Selanjutnya siswa diminta mempelajari kembali pembelajaran yang telah dipelajari dan meminta siswa mempelajari materi selanjutnya.

(12)

serta kemampuan kerjasama siswa selama proses pembelajaran. Observasi ini terdiri dari observasi aktivitas guru, observasi aktivitas siswa dan observasi kemampuan kerjasama siswa. Observasi kemampuan kerjasama akan dijelaskan pada sub babhasil tindakan siklus 1.

1) Pertemuan 1

Hasil pengamatan selama pembelajaran siklus I pertemuan1, yaitu dari segi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT) sudah sesuai dengan rancangan yang sudah dirancang, namun masih terdapat kekurangan pada pertemuan 1.

Pada siklus 1 pertemuan 1 pada kegiatan pra pembelajaran sudah memeriksa kesiapan ruang alat dan media pembelajaran serta kesiapan siswa dengan baik. Pada kegiatan awal guru sudah melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan dan langkah pembelajaran serta motivasi dengan baik namun dalam menyampiakan motivasi guru belum menyampaikan dengan baik. Dalam kegiatan inti guru sudah melaksanaklan semua sintak pembelajaran dengan baik namun terdapat beberapa item yang masih kurang terutama pada penguasaan kelas. Namun pada dalam pelaksanaan belum sesuai dengan alokasi waktu, kurang menyikapi presentasi, membimbing untuk mempresentasika hasil kerja kelompok serta kurang melibatkan siswa kurang melibatkan siswa dalam pemanfaatan media. Pada kegiatan akhir dalam kegiatan akhir guru sudah melakukan semua kegiatan guru sudah memembimbing dan melibatkan siswa dalam melakukan kesimpulan, memberikan penguatan melaksanakan tindak lanjut.

(13)

tertentu serta kontribusi dari masing-masing anggota kelompok masih didominasi beberapa siswa. Sehingga kurang melibatkan anggota kelompok lain untuk memberikan kontribusi.

2) Pertemuan 2

Pertemuan kedua dalam observasi aktivitas guru dan siswa menunjukkan peningkatan dalam aktivitas pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT). Dari sisi guru dalam mengajar sudah melaksanakan semua aspek dengan baik mulai dari pra pembelajaran yaitu guru sudah menyiapkan ruang, alat dan media pembelajaran namun belum memeriksa kesiapan siswa. Pada kegiatan awal mulai dari apersepsi, motivasi tujuan pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran sudah disampaikan dengan baik.

Pada kegiatan inti guru sudah menguasai materi pembelajaran, mampu melaksanakan model pembelajaran dengan baik, pemanfaatan media pembelajaran yang baik, serta memicu dan memelihara keterlibatan siswa, penggunaan bahasa yang sudah lebih baik serta sedah melakukan proses belajar dan hasil belajar dengan baik. Sedangkan pada kegiatan akhir secara keseluruhan sudah terlaksana dengan baik.

Dari segi siswa dalam proses pembelajaran siklus I pertemuan II sudah ada peningkatan dibandingkan pada pertemuan pertama. Pada pertemuan kedua siswa sudah mulai aktif, hanya saja ada siswa yang terkadang bicara sepontan dengan menggunakan bahasa yang kurang baik. Selain itu pada pertemuan kedua siswa terkadang masih ada beberapa siswa yang reme saat proses pembelajaran berlangsung.

(14)

siswa yang mendomisili. Kesepakatan dalam mengerjakan tugas kelompok sudah mulai muncul dari beberapa siswa, setiap anggota kelompok sudah mulai memberikan kontibusi dan berbagi tugas. 3) Pertemuan 3

Pertemuan ketiga dalam observasi aktivitas guru dan siswa menunjukkan peningkatan dalam aktivitas pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT). Dari sisi guru dalam mengajar sudah melaksanakan semua aspek dengan baik mulai dari pra pembelajaran yaitu guru sudah menyiapkan ruang, alat dan media pembelajaran namun belum memeriksa kesiapan siswa. Pada kegiatan awal mulai dari apersepsi, motivasi tujuan pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran sudah disampaikan dengan baik.

Pada kegiatan inti guru sudah menguasai materi pembelajaran, mampu melaksanakan model pembelajaran dengan baik akan tetapi pada kerja kelompok kelas terkadang menjadi rame karena ada beberapa siswa yang seringkali rame ketika kerja kelompok meski sudah seringkali ditegur, pemanfaatan media pembelajaran yang baik, serta sudah memicu dan memelihara keterlibatan siswa, penggunaan bahasa yang sudah lebih baik serta sedah melakukan proses belajar dan hasil belajar dengan baik. Sedangkan pada kegiatan akhir secara keseluruhan sudah terlaksana dengan baik.

(15)

Berdasarkan observasi kemampuan kerjasama siswa ketika proses pembelajaran berlangsung siswa lebih aktif dalm kerja kelompok, meski masih ada beberapa siswa yang individualis dan kurang antusias mengerjakan tugas. Terkadang masih ada siswa tertentu yang memang dari pertemuan pertama sampai ketiga sering ramai atau tidak bertanggung jawab pada tugas kelompok yang diberikan guru. Selain itu kurang siswa masih kurang mendorong partisipasi anggota kelompok lain.

Berdasarkan hasil observasi kemampuan kerjasama siswa dapat diketahui bahwa rata-rata kemampuan kerjasama siswa masih rendah terbukti bahwa rata-rata dari sembilan aspek belum mencapai indikator yaitu 80% ≥4 dari 25 siswa (terlampir). Akan tetapi kemampuan kerjasama siswa pada pertemuan ketiga sudah ada peningkatan dibandingkan pada pertemuan kedua meskipun masih pada kategori rendah. Hasil kemampuan kerjasama siswa diketahui dari hasil observasi oleh dua observer (terlampir). Hasil Kemampuan kerjasama siswa akan dibahas pada sub bab hasil tindakan.

4.3.2 Analisis Hasil Tindakan Siklus I a) Pertemuan pertama

(16)

Tabel 4.2

Hasil Observasi Aktivitas Guru Dan Siswa Siklus I Pertemuan I

Pertemuan Materi keseluruhan kegiatan pembelajaran yang diterapkan berdasarkan hasil observasi siklus I pertemuan pertama, observer satu dan observer dua memperoleh skor rata-rata 3,8 dari aktivitas guru dan 3,5 dari aktivitas peserta didik.

Peneliti memberikan patokan dalam pelaksanaan pembelajaran rata-rata ≥4 dan skor tiap item ≥3. Oleh karena itu, berdasarkan hasil skor rata-rata observasi pada siklus I pertemuan pertama penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT) belum mencapai patokan dalam pelaksanaan pembelajaran rata-rata ≥4, tetapi sudah mencapai indikator tiap item ≥3.

b) Pertemuan kedua

(17)

Tournament (TGT) dengan menyesuaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Adapun hasil pengamatan beserta rekapitulasi disajikan pada lampiran. Berikut tabel hasil observasi aktivitas guru dan siswa pada siklus 1 pertemuan :

Tabel 4.3

Hasil Observasi Aktivitas Guru Dan Siswa Siklus I Pertemuan II

Pertemuan Materi dilakukan dua observer hasil keseluruhan kegiatan pembelajaran yang diterapkan berdasarkan hasil observasi siklus I pertemuan pertama, observer satu dan observer dua memperoleh skor rata-rata 4,5 dari aktivitas guru dan 3,95 dari aktivitas peserta didik.

Peneliti memberikan patokan dalam pelaksanaan pembelajaran rata-rata ≥4 dan skor tiap item ≥3. Oleh karena itu, berdasarkan hasil skor rata-rata observasi pada siklus I pertemuan kedua penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT) sudah mencapai patokan dalam pelaksanaan pembelajaran rata-rata ≥4 dan sudah mencapai indikator tiap item ≥3.

c) Pertemuan Ketiga

(18)

keberhasialan penggunaan model kooperatif tipe Teams Tame Tournament (TGT) dalam proses pembelajaran. Lembar observasi diambil dari indikator dalam strategi model pembelajran kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT) dengan menyesuaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Adapun hasil pengamatan beserta rekapitulasi disajikan pada lampiran. Berikut tabel hasil observasi aktivitas guru dan siswa pada siklus 1 pertemuan :

Tabel 4.4

Hasil Observasi Aktivitas Guru Dan Siswa Siklus I Pertemuan III

Pertemuan Materi

Rata-Rata

Indikator Aktivitas

Guru

Aktivitas siswa Siklus I

Pertemuan Pertama

3.Sifat bangun datar persegi

4.Melukiskan bangun datar persegi berdasarkan sifatnya.

4,9 4,45 ≥4

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa hasil observasi yang dilakukan dua observer hasil keseluruhan kegiatan pembelajaran yang diterapkan berdasarkan hasil observasi siklus I pertemuan pertama, observer satu dan observer dua memperoleh skor rata-rata 4,9 dari aktivitas guru dan 34,5 dari aktivitas peserta didik.

(19)

4.3.3 Analisis Kemampuan Kerjasama Siswa Siklus I

Dalam proses pembelajaran tidak hanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, namun kemampuan kerjasama siswa juga dinilai dengan menggunakan lembar observasi yang telah ditetapkan dan dinilai oleh observer. Hasil pengamatan kemampuan kerjasama siswa disajikan pada lampiran. Lebih rinci hasil penelitian kemampuan kerjasama siswa selama proses pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT) pada siklus 1 di jelaskan sebagai berikut.

a) Pertemuan pertama

Hasil kemampuan kerjasama siswa diperoleh dari hasil observasi pertemuan pertama pada kegiatan pebelajaran dengan penerapan model kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT). Untuk mengukur kemampuan kerjasama siswa menggunakan lembar observasi yang diambil dari indikator kerjasama siswa.

Dari hasil observasi yang dilakukan dua observer, pembelajaran dengan model kooperatif tipe Teams Game Tournamen (TGT) digunakan untuk meningkatkan kemampuan kerjasama siswa. Rata-rata dari hasil observasi dua observer bisa dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5

Analisis Hasil Observasi Kemampuan Kerjasama siswa siklus 1 pertemuan 1

Hasil Frekuensi Presentase Indikator

<4 17 68% 80% ≥ 4.

≥ 4 8 32%

(20)

presentae 32% mencapai rata-rata kemampuan kerjasama siswa ≥4, dengan indikator yang ditentukan 80% dari 25 siswa mencapai rata-rata kemampuan kerjasama siswa ≥4.

Dalam observasi Kemampuan kerjasama siswa peneliti membuat indikator keberhasialan, yaitu rata-rata ≥4 dan tiap item ≥3. Oleh karena itu, berdasarkan hasil skor rata-rata observasi pada siklus I pertemuan pertama kemampuan kerjasama siswa berdasarkan hasil pengamatan observer belum mencapai indikator keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran rata-rata ≥4 dan belum mencapai indikator tiap item ≥3. Hasil observasi dapat dilihat pada lampiran. Tingkat hasil observasi kemampuan kerjasama siswa pada pertemuan pertama siklus I dapat dilihat pada gambar 4.2 sebagai berikut:

Gambar 4.2

Analisis Hasil Observasi Kemampuan Kerjasama siswa pada Siklus I Pertemuan II

Dari gambar 4.2 dapat dijelaskan bahwa kemampuan kerjasama siswa pada siklus satu pertemuan pertama setelah dilakukan tindakan penelitian menggunakan model kooperatif tipe Teams Game

Frekuensi Presentase

<4 17 68%

≥ 4 8 32%

17

68% 8

32% 0

2 4 6 8 10 12 14 16 18

(21)

Tournament meningkat dari kondisi awal sebelum dilakukanya tindakan.

b) Pertemuan Kedua

Hasil kemampuan kerjasama siswa diperoleh dari hasil observasi pertemuan pertama pada kegiatan pebelajaran dengan penerapan model kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT). Untuk mengukur kemampuan kerjasama siswa menggunakan lembar observasi yang diambil dari indikator kerjasama siswa.

Dari hasil observasi yang dilakukan dua observer, pembelajaran dengan model kooperatif tipe Teams Game Tournamen (TGT) digunakan untuk meningkatkan kemampuan kerjasama siswa. Rata-rata dari hasil observasi dua observer bisa dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut:

Tabel 4.6

Analisis Hasil Observasi Kemampuan Kerjasama siswa siklus 1 Pertemuan II

Hasil Frekuensi Presentase Indikator

<4 13 52% 80% ≥ 4.

≥ 4 12 48%

Dari tabel 4.6 hasil observasi kemampuan kerjasama siswa dapat dijelaskan bahwa siswa yang belum mencapai indikator ada 13 siswa dengan presentase 52% dan siswa yang sudah mencapai indikator ada 12 siswa dengan presentase 48%. Sehingga hasil observasi kemampuan kerjasama siswa pada pertemuan kedua siklus I belum mencapai indikator yang ditentukan, masih ada 13 siswa (52%) kurang dari indikator kemampuan kerjasama siswa (≥4).Dengan indikator yang ditentukan 80% dari 25 siswa mencapai rata-rata kemampuan kerjasama siswa ≥4.

(22)

pengamatan observer belum mencapai indikator keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran rata-rata ≥4 dan belum mencapai indikator tiap item ≥3. Hasil observasi dapat dilihat pada lampiran. Tingkat hasil observasi kemampuan kerjasama siswa pada pertemuan kedua siklus I dapat dilihat padagambar 4.3 sebagai berikut:

Gambar 4.3

Analisis Hasil Observasi Kemampuan Kerjasama siswa pada Siklus I Pertemuan II

Dari gambar 4.3 dapat dijelaskan bahwa kemampuan kerjasama siswa pada siklus satu pertemuan kedua setelah dilakukan tindakan penelitian menggunakan model kooperatif tipe Teams Game Tournament meningkat dari dibandingkan dengan pertemuan pertama. Siswa yang sudah mencapai indikator yakni 12 siswa sedangkan yang belum mencapai indikator yaitu 13 siswa.

c) Pertemuan ketiga

Hasil kemampuan kerjasama siswa diperoleh dari hasil observasi pertemuan pertama pada kegiatan pebelajaran dengan penerapan model kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT). Untuk mengukur kemampuan kerjasama siswa menggunakan lembar observasi yang diambil dari indikator kerjasama siswa.

Frekuensi Presentase

<4 13 52%

≥ 4 12 48%

13

52% 12

48%

0 2 4 6 8 10 12 14

(23)

Dari hasil observasi yang dilakukan dua observer, pembelajaran dengan model kooperatif tipe Teams Game Tournamen (TGT) digunakan untuk meningkatkan kemampuan kerjasama siswa. Rata-rata dari hasil observasi dua observer bisa dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.7

Analisis Hasil Observasi Kemampuan Kerjasama Siswa siklus 1 Pertemuan III

Hasil Frekuensi Presentase Indikator

<4 11 44% 80% ≥ 4.

≥ 4 14 56%

Dari tabel 4.7 hasil observasi kemampuan kerjasama siswa dapat dijelaskan bahwa siswa yang belum mencapai indikator ada 11 siswa dengan resentase 44% dan siswa yang sudah mencapai indikator ada 14 siswa dengan presentase 56%. Sehingga hasil observasi kemampuan kerjasama siswa pada pertemuan ketiga siklus I juga belum mencapai indikator yang ditentukan, yaitu 80% dari 25 siswa mencapai rata-rata kemampuan kerjasama siswa ≥4.

(24)

Gambar 4.4

Analisis Hasil Observasi Kemampuan Kerjasama Siswa pada Siklus I Pertemuan III

Dari gambar 4.4 dapat dijelaskan bahwa kemampuan kerjasama siswa pada siklus satu pertemuan ketiga setelah dilakukan tindakan penelitian menggunakan model kooperatif tipe Teams Game Tournament meningkat dari dibandingkan dengan pertemuan kedua. Siswa yang sudah mencapai indikator yakni 14 siswa dengan presentase 54% sedangkan yang belim mencapai indikator yaitu 11 siswa dengan presentase 44%.

4.3.4 Analisis Hasil Belajar Siklus I

Hasil belajar matematika siswa setelah memperoleh tindakan yang dilakukan pada akhir pertemuan III pada siklus I mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil belajar matematika pra siklus. Hasil belajar ini disajikan pada lampiran. Hasil belajar matematika kelas V SD Negeri Kutowinangun 11 Kecamatan Tingkir Salatiga siklus I tersaji pada tabel 4.8 dibawah ini:

Frekuensi Presentase

<4 11 44%

≥ 4 14 56%

11

44% 14

56%

0 2 4 6 8 10 12 14 16

(25)

Tabel 4.8

Analisis Hasil Belajar pada Siklus I

Hasil Frekuensi Presentase Indikator

<65 10 40% 80% ≥ 65.

≥ 65 15 60%

Dari tabel 4.3 menunjukkan presentase hasil belajar siswa yang ≥65 kelas V SD negeri Kutowinangun 11 Kecamatan Tingkir salatiga pada siklus I meningkat yaitu 60%, dibandingkan dengan presentase hasil belajar siswa pra siklus yaitu 56%. Hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Kutowinangun 11 melalui model kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT) yang sudah memenuhi KKM (≥65) mengalami peningkatan. Berikut hasil evaluasi pada siklus I apabila dianalis berdasarkan ketuntasan belajar dapat disajikan dalam bentuk gambar dibawah ini:

Gambar 4.5

Analisis Hasil Belajar pada Siklus I

Berdasarkan diagram 4.5 dapat dijelaskan bahwa dengan KKM ≥ 65, dari 25 siswa jumlah siswa yang sudah mencapai KKM yaitu 15 siswa dengan presentase 60% dan 10 siswa dengan presentase 40 % belum mencapai KKM. Berdasarkan indikator ketercapaian yang telah ditentukan

Frekuensi Presentase

<65 10 40%

≥ 65 15 60%

10

40% 15

60%

0 2 4 6 8 10 12 14 16

(26)

peneliti yaitu 80% dari 25 siswa mendapat nilai ≥ 65. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar meningkat dari pra siklus yaitu hanya 11 siswa dengan presentase 44% siswa yang mencapi ketuntasan belajar. Setelah dilakukan siklus I hasil belajar siswa meningkat, yaitu siswa yang mencapai KKM menjadi 15 siswa dengan presentase 60%. Jadi pada siklus 1 masih belum mencapai indikator ketuntasan yang telah ditentukan yaitu 80% dari 25 siswa mencapai KKM ≥ 65.

d) Refleksi

Tujuan dilakukannya refleksi yaitu untuk mengetahui keefetifan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teans Game Tournament (TGT) terhadap kemampuan kerjasama siswa dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi, analisis kemampuan kerjasama siswa dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT), hasil analisis kemampuan kerjasama siswa pada siklus 1 pertemuan pertama terdapat 8 siswa dengan presentase 32%, 12 siswa dengan presentase 48% pada pertemuan kedua dan pada pertemuan ketiga 15 siswa dengan presentase 60% yang telah mencapai indikator keberhasilan. Jadi pada siklus 1 indikator keberhasilan kemampuan kerjasama siswa belum tercapai.

(27)

Kemampuan kerjasama siswa dari hasil pengamatan pada siklus 1 pada kondisi awal masih rendah yaitu siswa cenderung individualis, siswa ketika sudah menyelesaikan tugas tidak membantu siswa lain yang kurang paham akan tetapi justru mengganggu teman lain atau rame sendiri. Pada siklus 1 rata-rata kemampuan kerjasama siswa yaitu 3,62 dengan kategori cukup, sedangkan hasil belajar siswa dari kondisi awal hanya 14 siswa yang mencapai KKM manjadi 15 Siswa yang mencapai KKM. Walaupun ada peningkatan hasil belajar siswa, namun indikator ketercapaian yang telah ditentukan peneliti belum tercapai. Sebagian besar siswa belum mampu mencapai indikator kemampuan kerjasama siswa yang ditetapkan (secara klasikal ≥4 dan per item ≥3) dan hasil belajar siswa belum mencapai indikator keberhasilan hasil belajar yaitu 80% dari 25 siswa mencapai ≥65. Maka dari itu peneliti perlu melakukan perbaikan dan pemantapan dalam pelaksanaan pembelajaran siklus 2 agar kemampuan kerjasama siswa dan hasil belajar siswa tercapai sesuai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.

(28)

Tabel 4.9

Perbandingan Tindakan, Kemampuan Kerjasama dan Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal Kelas V SD Negeri Kutowinangun 11

Variabel Kondisi Awal Siklus I

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Tindakan Ceramah Model

pembelajaran

Hasil Belajar 14 siswa ≥65 15 siswa ≥65

Dari tabel 4.9 dapat di jelaskan bahwa tindakan guru dan aktivitas siswa pada siklus 1 meningkat dibandingkan pada kondisi awal. Penggunaan model pembelajaran teams game tournament yang diterapkan oleh guru sudah mencapai indikator keberhasilan, akan tetapi masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaannya. Kemampuan kerjasama siswa dan hasil belajar pada siklus 1 ada peningkatan dibandingkan pada kondisi awal, meskipun belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan.

(29)

Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Teams Game Tournamen (TGT) kesiapan siswa harus diperiksa agar pelaksanaan dapat terlaksana dengan baik. Peneliti lebih memperhatikan alokasi waktu dalam proses pembelajaran agar proses pembelajaran dapat terselesaikan sesuai alokasi waktu. Guru lebih melibatkan siswa dalam penggunaan media. Agar kelas tidak gaduh peneliti harus benar-benar menguasai kelas. Guru juga memberikan penguatan dan motivasi kepada siswa agar dapat meningkatkan kemampuan kerjasama antar siswa, serta pemanfaatan hasil belajar perlu diperkuat. Sehingga diharapkan dalam pengguanaan model kooperatif tipe Teams Game Tournament dapat meningkatkan kemampuan kerjasama siswa serta hasil belajar siswa.

4.3.5 Kegiatan Pembelajaran Siklus II

Setelah mengetahui kekurangan dan kelebihan dalam siklus I selanjutnya praktik pembelajaran Siklus II. Siklus kedua terdiri dari dua tindakan, dimana terdapat empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi, sebagai berikut.

a. Perencanaan

Pada siklus kedua dilakukan pebaikan dan pemantapan, perencanaan yang dilakukan oleh peneliti adalah:

1. Membuat skenario pembelajaran sesuai dengan tindakan dalam bentuk RPP lengkap.

2. Membuat lembar observasi. 3. Membentuk dan menyiapkan tim.

4. Penulis menetapkan indikator ketercapaian hasil penelitian sebagai berikut :

a) Hasil belajar dengan KKM 80% ≥ 65.

(30)

c) Observasi tindakan guru dan siwa secara klasikal rata-rata ≥4, dan setiap item minimal ≥3. Adapun kriterianya sebagai berikut: 1= sangat kurang, 2= kurang, 3= cukup, 4= baik dan 5= sangat baik. 3)

b. Pelaksanaan tindakan dan observasi (Action and Observe)

Pada pelaksanaan pembelajaran siklus kedua dilaksanakan sesuai dengan rencana dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Teams Game Tournament. Materi yang dibahas pada tindakan/pertemuan pertama adalah tentang sifat-sifat bangun datar trapesium sembarang, trapesium samakaki, trapedium siku-siku serta melukiskannya berdasarkan sifat-sifatnya. Pada pertemuan kedua materi yang dibahas adalah sifat-sifat bangun datar jajar genjang, belah ketupat, layang-layang serta melukiskannya berdasarkan sifat-sifatnya. Sedangkan pertemuan ketiga materi yang dibahas adalah tentang sifat-sifat bangun datar lingkaran dan melukiskan berdasarkan sifat-sifatnya.

Dalam pembelajarannya guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Game Tournament. Pada penggunaan model kooperatif tipe Teams Game Tournament diharapkan dapat memupuk kemampuan kerjasama siswa dalam menyelesaikan tugas. Proses pembelajaran dapat menarik perhatian siswa sehingga antusias siswa dalam pembelajaran menjadi lebih baik serta dapat meningkatkan keaktifan siswa.

Tahapan paling awal dalam pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe teams game tournament adalah presentasi dikelas/ penyajian materi kemudian membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3 sampai 5 siswa, selanjutnya game dan pada akhir pekan atau akhir subbab dilaksanakan turnament serta pemberian penghargaan tim sesuai kriteria.

(31)

Pelaksanaan tindakan siklus 1 pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin tanggal 6 april 2015 pada pukul 07.35-08.45 tentang tentang sifat-sifat bangun datar trapesium sembarang, trapesium samakaki, trapesium siku-siku dan melukiskan berdasarkan sifat-sifatnya. Alokasi waktu yang digunakan yaitu 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Proses pembelajaran dilaksanakan oleh peneliti, Ibu Suharmi S.Pd. selaku guru kelas V sebagai observer 1 aktivitas pengajar, dan observer 2 aktivitas pengajar oleh teman sejawat yaitu Anggit Ginanjar Prasetyo Aji, sedangkan observer kemampuan kerjasama siswa yaitu Kitri Febrtiyani sebagia observer 1 dan Tika Laras Wati sebagai observer 2.

a) Kegiatan awal

Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran pertemuan 1 guru menyiapkan mental siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan cara mengucap salam, menanyakan kabar, mengecek kehadiran siswa dan mengajak berdoa. Kemudian guru menyampaikan apersepsi, memberikan motifasi tentang pentingnya mempelajari sifat-sifat bengun datar pada kehidupan sehari-hari, menyampaikan tujuan pembelajaran serta menyampaikan langkah-lagkah pembelajaran. Dilanjutkan menyampaikan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe teams game tournament.

b) Kegiatan inti

(32)

berdasarkan sifatnya. Kemudian guru membagi siswa kedalam kelompok yang terdiri dari 3-5 siswa. Guru menginformasikan mengenai kegiatan kelompok yang akan dilakukan dan peserta didik diminta menyiapkan perwakilan kelompok untuk maju mengambil undian dan menyelesaikan soal. Kemudian kelompok yang seudah selesai menyerahkan lembar soal beserta jawabanya pada guru dilanjutkan mengambil soal yang harus diselesaikan dalam kelompok. Dalam kelompok siswa mendapat bimbingan dari guru untuk menyelesaikan soal kelompok. Kelompok yang dapat sudah dapat menyelesaikan langsung mengumpulkan lembar soal dan jawaban kepada guru dan jika sudah selesai semua. Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjasama kelompok sesuai urutan ( kelompok yang lebih cepat mempresentasikan hasilnya terlebih dahulu) dan kelompok lain bisa menanggapi. Guru memberikan penghargaan pada kelompok sesuai kriteria. Kemudian siswa bersama guru membahas hasil kerjasama kelompok dan jika masih ada jawaban yang kurang tepat guru meluruskan jawabannya.

c) Kegiatan Akhir

(33)

2) Pertemuan kedua

Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 7 April 2015 pada pukul 07.00-08.10 tentang tentang sifat-sifat bangun datar jajargenjang, belah ketupat, layang-layang dan melukiskan berdasarkan sifat-sifatnya. Alokasi waktu yang digunakan yaitu 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Proses pembelajaran dilaksanakan oleh peneliti, Ibu Suharmi S.Pd. selaku guru kelas V sebagai observer 1 aktivitas pengajar, dan observer 2 aktivitas pengajar oleh teman sejawat yaitu Anggit Ginanjar Prasetyo Aji, sedangkan observer kemampuan kerjasama siswa yaitu Kitri Febriyani sebagia observer 1 dan Tika Laras Wati sebagai observer 2.

a) Kegiatan awal

Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran pertemuan kedua guru menyiapkan mental siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan cara mengucap salam, menanyakan kabar, mengecek kehadiran siswa dan mengajak berdoa. Kemudian guru menyampaikan apersepsi, memberikan motifasi tentang pentingnya mempelajari sifat-sifat bengun datar pada kehidupan sehari-hari, dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Dilanjutkan menyampaikan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe teams game tournament.

b) Kegiatan inti

(34)

guru membagi siswa kedalam kelompok yang terdiri dari 3-5 siswa. Kemudian siswa menempatkan diri pada kelompok yang telah ditentukan. Guru menginformasikan mengenai kegiatan kelompok yang akan dilakukan dan peserta didik diminta menyiapkan perwakilan kelompok untuk maju mengambil undian dan menyelesaikan soal. Kemudian kelompok yang seudah selesai menyerahkan lembar soal beserta jawabanya pada guru dilanjutkan mengambil soal yang harus diselesaikan dalam kelompok. Dalam kelompok siswa mendapat bimbingan dari guru untuk menyelesaikan soal kelompok. Kelompok yang dapat sudah dapat menyelesaikan langsung mengumpulkan lembar soal dan jawaban kepada guru dan jika sudah seesai semua. Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjasama kelompok sesuai urutan (kelompok yang lebih cepat mempresentasikan hasilnya terlebih dahulu) dan kelompok lain bisa menanggapi. Guru memberikan penghargaan pada kelompok sesuai kriteria. Kemudian siswa bersama guru membahas hasil kerjasama kelompok dan jika masih ada jawaban yang kurang tepat guru meluruskan jawabannya.

c) Kegiatan Akhir

(35)

3) Pertemuan 3

Pelaksanaan tindakan siklus 1 pertemuan 3 dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 9 april pada pukul 07.00-08.10 tentang tentang sifat bangun persegi dan melukiskan berdasarkan sifat-sifatnya. Alokasi waktu yang digunakan yaitu 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Proses pembelajaran dilaksanakan oleh peneliti, Ibu Suharmi S.Pd. selaku guru kelas V sebagai observer 1 aktivitas pengajar, dan observer 2 aktivitas pengajar oleh teman sejawat yaitu Anggit Ginanjar Prasetyo Aji, sedangkan observer kemampuan kerjasama siswa yaitu Kitri Febriyani sebagia observer 1 dan Tika Laras Wati sebagai observer 2.

a) Kegiatan awal

Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru menyiapkan mental siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan cara mengucap salam, menanyakan kabar, mengecek kehadiran siswa dan mengajak berdoa. Kemudian guru menyampaikan apersepsi, memberikan motifasi tentang pentingnya mempelajari sifat-sifat bengun datar pada kehidupan sehari-hari, dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Dilanjutkan menyampaikan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe teams game tournament.

b) Kegiatan inti

(36)

yang telah ditentukan. Guru menginformasikan mengenai kegiatan kelompok yang akan dilakukan dan peserta didik diminta menyiapkan perwakilan kelompok untuk maju mengambil undian dan menyelesaikan soal. Kemudian kelompok yang seudah selesau menyerahkan lembar soal beserta jawabanya pada guru dilanjutkan mengambil soal yang harus diselesaikan dalam kelompok. Dalam kelompok siswa mendapat bimbingan dari guru untuk menyelesaikan soal kelompok. Kelompok yang dapat sudah dapat menyelesaikan langsung mengumpulkan lembar soal dan jawaban kepada guru dan jika sudah seesai semua. Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjasama kelompok sesuai urutan (kelompok yang lebih cepat mempresentasikan hasilnya terlebih dahulu) dan kelompok lain bisa menanggapi. Guru memberikan penghargaan pada kelompok sesuai kriteria. Kemudian siswa bersama guru membahas hasil kerjasama kelompok dan jika masih ada jawaban yang kurang tepat guru meluruskan jawabannya.

c) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir guru mengulas materi dan memberikan penguatan dengan menyanyakan beberapa soal terkait dengan materi ajar secara lisan. Kemudian dengan bimbingan guru siswa menyimpulkan materi pembelajaran tentang sifat-sifat bangun datar lingkaran dan cara melukiskan berdasarkan sifatnya. Selanjutnya siswa diminta mempelajari kembali pembelajaran yang telah dipelajari dan meminta siswa mempelajari materi selanjutnya.

(37)

sampai kegiatan akhir pembelajaran dengan mengisi lembar observasi aktivitas guru dan siswa serta kemampuan kerjasama siswa yang telah disediakan. Melalui penerapan model kooperatif tipe teams game tournament observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa serta kemampuan kerjasama siswa selama proses pembelajaran. Observasi ini terdiri dari observasi aktivitas guru, observasi aktivitas siswa dan observasi kemampuan kerjasama siswa. Observasi kemampuan kerjasama akan dijelaskan pada sub bab hasil tindakan siklus 2.

1) Pertemuan 1

Hasil pengamatan selama pembelajaran siklus 2 pertemuan1, yaitu dari segi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT) sudah sesuai dengan rancangan yang sudah dirancang dan sudah sesuai dengan indikator keberhasilan. Pada siklus II pertemuan 1 pada kegiatan pra pembelajaran sudah memeriksa kesiapan ruang alat dan media pembelajaran serta kesiapan siswa dengan baik. Pada kegiatan awal guru sudah melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan dan langkah pembelajaran serta motivasi dengan baik. Dalam kegiatan inti guru sudah melaksanakan semua sintak pembelajaran dengan baik namun, penguasaan kelas sudah lebih baik dibandingkan dengan siklus I pertemuan 1. Proses pembelajaran sudah berjalan dengan alokasi waktu sudah disesuaikan. Pada kegiatan akhir dalam kegiatan akhir guru sudah melakukan semua kegiatan guru sudah memembimbing dan melibatkan siswa dalam melakukan kesimpulan, memberikan penguatan melaksanakan tindak lanjut.

(38)

bekerjasama. Setiap anggota kelompok sudah terlihat saling memberikan kontribusi.

2) Pertemuan kedua

Pertemuan kedua dalam observasi aktivitas guru dan siswa menunjukkan peningkatan dalam aktivitas pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT). Dari sisi guru dalam mengajar sudah melaksanakan semua aspek dengan baik mulai dari pra pembelajaran yaitu guru sudah menyiapkan ruang, alat dan media pembelajaran namun belum memeriksa kesiapan siswa. Pada kegiatan awal mulai dari apersepsi, motivasi tujuan pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran sudah disampaikan dengan baik.

Pada kegiatan inti guru sudah menguasai materi pembelajaran, mampu melaksanakan model pembelajaran dengan baik, pemanfaatan media pembelajaran yang baik, serta memicu dan memelihara keterlibatan siswa, penggunaan bahasa yang sudah lebih baik serta sedah melakukan proses belajar dan hasil belajar dengan baik. Sedangkan pada kegiatan akhir secara keseluruhan sudah terlaksana dengan baik.

Dari segi siswa dalam proses pembelajaran siklus II pertemuan 1 sudah meningkat dibandingkan pada pertemuan pertama. Pada pertemuan kedua siswa sudah mulai aktif, hanya saja ada siswa yang tertentu yang rame. Siswa yang rame dari siklus 1 pertemuan 1 hingga siklus dua pertemuan kedua hanya siswa tertentu yang memang rame.

(39)

3) Pertemuan 3

Pertemuan ketiga dalam observasi aktivitas guru dan siswa menunjukkan peningkatan dalam aktivitas pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT). Dari sisi guru dalam mengajar sudah melaksanakan semua aspek dengan baik mulai dari pra pembelajaran yaitu guru sudah menyiapkan ruang, alat dan media pembelajaran. Pada kegiatan awal mulai dari apersepsi, motivasi tujuan pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran sudah disampaikan dengan baik.

Pada kegiatan inti guru sudah menguasai materi pembelajaran, mampu melaksanakan model pembelajaran dengan baik akan tetapi pada kerja kelompok kelas terkadang menjadi rame karena ada beberapa siswa yang seringkali rame ketika kerja kelompok meski sudah seringkali ditegur, pemanfaatan media pembelajaran yang baik, serta sudah memicu dan memelihara keterlibatan siswa, penggunaan bahasa yang sudah lebih baik serta sedah melakukan proses belajar dan hasil belajar dengan baik. Sedangkan pada kegiatan akhir secara keseluruhan sudah terlaksana dengan baik.

Dari segi siswa dalam proses pembelajaran siklus II pertemuan 3 sudah ada peningkatan dibandingkan pada pertemuan pertama dan kedua. Pada pertemuan ketiga siswa sudah lebih aktif, siswa yang rame jika diingatkan akan diam akan tetapi setelah itu terkadang rame lagi. Siswa sudah terlibat dalam penggunaan media.

(40)

4.3.6 Analisis hasil Tindakan Siklus II a) Pertemuan pertama

Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi pada pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru. Lembar observasi digunakan untuk mengukur keberhasialan penggunaan model kooperatif tipe Teams Tame Tournament (TGT) dalam proses pembelajaran. Lembar observasi diambil dari indikator dalam strategi model pembelajran kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT) dengan menyesuaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Adapun hasil pengamatan beserta rekapitul asi disajikan pada lampiran. Berikut tabel hasil observasi aktivitas guru dan siswa pada siklus II pertemuan 1:

Tabel 4.10

Hasil Observasi Aktivitas Guru Dan Siswa Siklus II Pertemuan I

(41)

memperoleh skor rata-rata 59 dari aktivitas guru dan 3,995 dari aktivitas peserta didik.

b) Pertemuan kedua

Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi pada pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru. Lembar observasi digunakan untuk mengukur keberhasialan penggunaan model kooperatif tipe Teams Tame Tournament (TGT) dalam proses pembelajaran. Lembar observasi diambil dari indikator dalam strategi model pembelajran kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT) dengan menyesuaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Adapun hasil pengamatan beserta rekapitulasi disajikan pada lampiran. Berikut tabel hasil observasi aktivitas guru dan siswa pada siklus 1 pertemuan :

Tabel 4.11

Hasil Observasi Aktivitas Guru Dan Siswa Siklus II Pertemuan II

Pertemuan Materi dilakukan dua observer hasil keseluruhan kegiatan pembelajaran yang diterapkan berdasarkan hasil observasi siklus II pertemuan kedua, observer satu dan observer dua memperoleh skor rata-rata 4,5 dari aktivitas guru dan 4,25 dari aktivitas peserta didik.

(42)

skor rata-rata observasi pada siklus II pertemuan kedua penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT) sudah mencapai patokan dalam pelaksanaan pembelajaran rata-rata ≥4 dan sudah mencapai indikator tiap item ≥3.

c) Pertemuan Ketiga

Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi pada pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru. Lembar observasi digunakan untuk mengukur keberhasialan penggunaan model kooperatif tipe Teams Tame Tournament (TGT) dalam proses pembelajaran. Lembar observasi diambil dari indikator dalam strategi model pembelajran kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT) dengan menyesuaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Adapun hasil pengamatan beserta rekapitulasi disajikan pada lampiran. Berikut tabel hasil observasi aktivitas guru dan siswa pada siklus 1 pertemuan :

Tabel 4.12

Hasil Observasi Aktivitas Guru Dan Siswa Siklus II Pertemuan III

(43)

4.3.7 Analisis Kemampuan Kerjasama Siswa Siklus II

Dalam proses pembelajaran tidak hanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, namun kemampuan kerjasama siswa juga dinilai dengan menggunakan lembar observasi yang telah ditetapkan dan dinilai oleh observer. Hasil pengamatan kemampuan kerjasama siswa disajikan pada lampiran. Lebih rinci hasil penelitian kemampuan kerjasama siswa selama proses pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT) pada siklus II di jelaskan sebagai berikut.

a) Pertemuan pertama

Hasil kemampuan kerjasama siswa diperoleh dari hasil observasi pertemuan pertama pada kegiatan pebelajaran dengan penerapan model kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT). Untuk mengukur kemampuan kerjasama siswa menggunakan lembar observasi yang diambil dari indikator kerjasama siswa. Dari hasil observasi yang dilakukan dua observer, pembelajaran dengan model kooperatif tipe Teams Game Tournamen (TGT) digunakan untuk meningkatkan kemampuan kerjasama siswa. Rata-rata dari hasil observasi dua observer bisa dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.13

Analisis Hasil Observasi Kemampuan Kerjasama Siswa Siklus II Pertemuan I

Hasil Frekuensi Presentase Indikator

<4 7 28% 80% ≥ 4.

≥ 4 18 72%

(44)

kerjasama siswa ≥4, dengan indikator yang ditentukan 80% dari 25 siswa mencapai rata-rata kemampuan kerjasama siswa ≥4.

Dalam observasi Kemampuan kerjasama siswa peneliti membuat indikator keberhasialan, yaitu rata-rata ≥4 dan tiap item ≥3. Oleh karena itu, berdasarkan hasil skor rata-rata observasi pada siklus I pertemuan pertama kemampuan kerjasama siswa berdasarkan hasil pengamatan observer belum mencapai indikator keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran rata-rata ≥4 dan belum mencapai indikator tiap item ≥3. Hasil observasi dapat dilihat pada lampiran. Tingkat hasil observasi kemampuan kerjasama siswa pada pertemuan pertama siklus I dapat dilihat pada gambar 4.6 sebagai berikut:

Gambar 4.6

Analisis Hasil Observasi Kemampuan Kerjasama siswa pada Siklua II Pertemuan I

Dari gambar 4.6 dapat dijelaskan bahwa kemampuan kerjasama siswa pada siklus dua pertemuan pertama setelah dilakukan tindakan penelitian menggunakan model kooperatif tipe Teams Game Tournament terdapat 18 siswa yang telah mencapai indikator keberhasilan dan 7 siwa yang belum mencapai indikator keberhasilan. Secara keseluruhan kemampuan kerjasama siklus dua pertemuan

Frekuensi Presentase

<4 7 28%

≥ 4 18 72%

7

28% 18

72%

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

(45)

pertama belum mencapai indikator keberhasilan yaitu 80% dari 25 siswa mencapai ≥4.

b) Pertemuan Kedua

Hasil kemampuan kerjasama siswa diperoleh dari hasil observasi pertemuan pertama pada kegiatan pebelajaran dengan penerapan model kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT). Untuk mengukur kemampuan kerjasama siswa menggunakan lembar observasi yang diambil dari indikator kerjasama siswa.

Dari hasil observasi yang dilakukan dua observer, pembelajaran dengan model kooperatif tipe Teams Game Tournamen (TGT) digunakan untuk meningkatkan kemampuan kerjasama siswa. Rata-rata dari hasil observasi dua observer bisa dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut:

Tabel 4.14

Analisis Hasil Observasi Kemampuan Kerjasama siswa siklus II Pertemuan II

Hasil Frekuensi Presentase Indikator

<4 3 12% 80% ≥ 4.

≥ 4 22 88%

(46)

Gambar 4.7

Analisis Hasil Observasi Kemampuan Kerjasama siswa pada Siklus II Pertemuan II

Dari gambar 4.7 dapat dijelaskan bahwa kemampuan kerjasama siswa pada siklus satu pertemuan kedua setelah dilakukan tindakan penelitian menggunakan model kooperatif tipe Teams Game tedapat 22 siswa dengan presentase 88% telah mencapai indikator keberhasilan dan 3 siswa dengan presentase 12% belum mencapai indikator keberhasilan. Jadi secara keseluruhan kemampuan kerjasama siswa pada siklus dua pertemuan kedua ini sudah mencapai indikator keberhasilan, dengan indikator 80% dari 25 siswa mencapai ≥4.

c) Pertemuan ketiga

Hasil kemampuan kerjasama siswa diperoleh dari hasil observasi pertemuan pertama pada kegiatan pebelajaran dengan penerapan model kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT). Untuk mengukur kemampuan kerjasama siswa menggunakan lembar observasi yang diambil dari indikator kerjasama siswa.

Dari hasil observasi yang dilakukan dua observer, pembelajaran dengan model kooperatif tipe Teams Game Tournamen (TGT) digunakan untuk meningkatkan kemampuan kerjasama siswa.

Rata-Frekuensi Presentase

<4 3 12%

≥ 4 22 88%

3

12% 22

88%

0 5 10 15 20 25

(47)

rata dari hasil observasi dua observer bisa dilihat pada tabel 4.15 sebagai berikut:

Tabel 4.15

Analisis Hasil Observasi Kemampuan Kerjasama Siswa siklus II Pertemuan III

Hasil Frekuensi Presentase Indikator

<4 2 8% 80% ≥ 4.

≥ 4 23 92%

Dari tabel 4.7 hasil observasi kemampuan kerjasama siswa dapat dijelaskan bahwa siswa yang belum mencapai indikator ada 2 siswa dengan presentase 8% dan siswa yang sudah mencapai indikator ada 23 siswa dengan presentase 92%. Sehingga hasil observasi kemampuan kerjasama siswa pada pertemuan ketiga siklus II sudah mencapai indikator yang ditentukan, yaitu 80% dari 25 siswa mencapai rata-rata kemampuan kerjasama siswa ≥4. Hasil observasi dapat dilihat pada lampiran. Tingkat hasil observasi kemampuan kerjasama siswa pada pertemuan ketiga siklus I dapat dilihat pada gambar 4.8 sebagai berikut:

Gambar 4.8

Analisis Hasil Observasi Kemampuan Kerjasama siswa pada Siklus II Pertemuan III

Frekuensi Presentase

<4 2 8%

≥ 4 23 92%

2

8% 23

92%

0 5 10 15 20 25

(48)

Dari gambar 4.8 dapat dijelaskan bahwa kemampuan kerjasama siswa pada siklus dua pertemuan ketiga setelah dilakukan tindakan penelitian menggunakan model kooperatif tipe Teams Game Tournament telah mencapai indikator keberhasilan.. Siswa yang sudah mencapai indikator yakni 23 siswa dengan presentase 92% sedangkan yang belum mencapai indikator yaitu 2 siswa dengan presentase 8%. 4.3.8 Analisis Hasil Belajar Siklus II

Hasil belajar matematika siswa setelah memperoleh tindakan yang dilakukan pada akhir pertemuan III pada siklus I mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil belajar matematika pra siklus. Hasil belajar ini disajikan pada lampiran. Hasil belajar matematika kelas V SD Negeri Kutowinangun 11 Kecamatan Tingkir Salatiga siklus II tersaji pada tabel 4.16 dibawah ini:

Tabel 4.16

Analisis Hasil Belajar Siklus II

Hasil Frekuensi Presentase Indikator

<65 4 16% 80% ≥ 65.

≥ 65 21 84%

(49)

Gambar 4.9

Analisis Hasil Belajar Siswa pada Siklus II

Berdasarkan diagram 4.9 dapat dijelaskan bahwa dengan KKM ≥ 65, dari 25 siswa jumlah siswa yang sudah mencapai KKM yaitu 21 siswa dengan presentase 84% dan 4 siswa dengan presentase 16 % belum mencapai KKM. Berdasarkan indikator ketercapaian yang telah ditentukan peneliti yaitu 80% dari 25 siswa mendapat nilai ≥ 65. Setelah dilakukan siklus II hasil belajar siswa meningkat, yaitu siswa yang mencapai KKM menjadi 21 siswa dengan presentase 84%. Jadi pada siklus II sudah mencapai indikator ketuntasan yang telah ditentukan yaitu 80% dari 25 siswa mencapai KKM ≥ 65.

d) Refleksi

Tujuan dilakukannya refleksi yaitu untuk mengetahui keefetifan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teans Game Tournament (TGT) terhadap kemampuan kerjasama siswa dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi, analisis kemampuan kerjasama siswa dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT), hasil analisis kemampuan kerjasama siswa pada siklus 2 pertemuan pertama terdapat 18 siswa dengan presentase 72%, 22 siswa dengan presentase 88% pada

Frekuensi Presentase

<65 4 16%

≥ 65 21 84%

4

16% 21

84%

0 5 10 15 20 25

(50)

pertemuan kedua dan pada pertemuan ketiga 23 siswa dengan presentase 92% yang telah mencapai indikator keberhasilan. Setelah rekapitulasi kemampuan kerjasama siswa dari pertemuan satu sampai tiga siswa yang mencapai indikator yaitu 21 siswa mencapai indikator keberhasilan dengan presentase 84% siswa mencapai indikator kemampuan kerjasama. Jadi pada siklus II indikator keberhasilan kemampuan kerjasama siswa sudah tercapai.

Hasil belajar pada siklus II siswa yang telah mencapai KKM yaitu 21 siswa dengan presentase 84%% dan 4 siswa dengan presentase 16% yang belum mencapai KKM. Jadi pada siklus kedua hasil belajar indikator keberhasilan dengan ketentuan 80% dari 25 siswa ≥ 65 dan kemampuan kerjasama sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu 80% dari 25 siswa ≥4.

(51)

Tabel 4.17

Perbandingan Tindakan, Kemampuan Kerjasama dan Hasil Belajar Siswa Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II Kelas V SD Negeri Kutowinangun 11

Variabel Kondisi Awal Siklus 1 Siklus II

Pertemuan Pertemuan

1 2 3 1 2 3

(52)

peningkatan secara segnifikan. Pada siklus 1 hanya 11 siswa yang tuntas menjadi 15 siswa pada siklus dua dan 21 siswa pada siklus dua.

4.3 Perbandingan Kemampuan Kerjasama Siswa Kondisi Awal, siklus I dan siklus II.

Pada saat proses pembelajaran kerjasama siswa dari tiapt pertemuan selalu ada peningkatan, dari yang semula individualis dan tidak mau membantu teman yang kurang paham setalah dilakukan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT kemampuan kerjasama mulai muncul dan meningkat tiap pertemuan. Perbandingan memampuan kerjasama siswa pada konsisi awal, siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut:

Tabel 4.18

Perbandingan kemampuan kerjasama siswa kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2

Hasil Kondisi

Awal

Siklus 1 Siklus 2

Pertemuan Pertemuan

1 2 3 1 2 3

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

˂4 Kerjasama rendah

17 68 13 52 11 44 7 28 3 12 2 8

≥4 8 32 12 48 14 56 18 72 22 88 23 92

(53)

Sehingga pada siklus kedua indikator ketercapaian kemampuan kerjasama siswa sudah tercapai.

Pada pertemuan kedua siklus I persentase ketuntasan meningkat, jumlah siswa yang telah mencapai indikator sudah ada 8 siswa dengan presentase 32% dan 18 siswa yang belum mencapai indikator dengan presentase 64%. Sehingga pada siklus satu ketercapaian indikator kerjasama hanya 32%. Perbandingan ketercapaian kemampuan kerjasama siswa dapat dilihat pada gambar 4,10 berikut:

Gambar 4.10

Perbandingan Ketercapaian Kemampuan Kerjasama Siswa SD N Kutowinangun 11 Kecamatan Tingkir Salatiga

Dari gambar 4.10 dapat dijelaskan bahwa dari kondisi awal hingga siklus kedua ada peningkatan yang segnifikan. Pada siklus 1 pertemuan 1 ada 4 siswa yang mencapai indikator keberhasilan, pertemuan dua 12 siswa dan pada pertemuan tiga ada 14 siswa. Sedangkan pada siklus kedua peningkatan kemampuan kerjasama meningkat. Pada pertemuan satu 18 siswa yang mencapai indikator, pertemuan dua 22 siswa dan pada pertemuan tiga 23 siswa. Dari analisis gambar 4.10 pada siklus kedua sudah

kondisi awal siklus 1 ≥4 siklus 2 ≥4

pertemuan 1 8 18

pertemuan 2 12 22

pertemuan 3 14 23

8

18

12

22

14

23

0 5 10 15 20 25

(54)

mencapai indikator ketercapaan yaitu 80% dari 25 siswa mendapat skor rata-rata ≥4.

4.4Perbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II Dalam Pembelajaran Matematika

Hasil belajar Matematika dari kondisi awal, siklus I dan siklus II selalu mengalami peningkatan. Berikut rekapitlasi ketuntasan hasil belajar siswa pada kondisi awal, siklus I dan siklus II:

Tabel 4.19

Perbandingan hasil belajar matematika siswa kelas V SD N Kutowinangun 11 Kondisi awal, siklus I dan siklus II

No Hasil Kondisi Awal Siklus I Siklus II Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1. <65 14 56% 10 40% 4 16%

2. ≥65 11 44% 15 60% 21 84%

Berdasarkan Tabel 4.16, dapat diketahui bahwa adanya peningkatan hasil belajar Matematika yang memenuhi kriteria ketuntasan (KKM = 65). Terbukti untuk presentase ketuntasan pada kondisi awal hanya 44% kemudian pada saat penggunaan model kooperatif tipe TGT presentase ketuntasan siklus I sebesar 6o% dan pada Siklus II presentase ketuntasan menjadi 84%. Ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan mengunakan model kooperatif tipe TGT.

(55)

Gambar 4.11

Perbandingan Perbandingan Hasil Belajar Matematika Pada Kondisi Awal, Siklus I Dan Siklus II

4.5Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi, pelaksanaan pembelajaran Matematika Menggunakan model pembelajaran kooperatif tupe teams game tournament pada siswa kelas V SD Negeri Kutowinangun 11 dapat meningkatkan kemampuan kerjasama siswa. Peningkatan tersebut dapat terlihat mulai dari siklus I pertemuan satu hingga siklus kedua selesai.

Kemampuan kerjasama siswa pada siklus I pertemuan II hanya 8 siswa yang mencapai indikator keberhasilan. Hal ini terlihat saat pembelajaran berlangsung siswa cenderung individualis, siswa yang sudah selesai mengerjakan tugas seringkali menggangu teman lain yang sedang mengerjakan tugas, sehingga pada pertemuan selanjutnya guru perlu memberikan motivasi terhadap siswa untuk meningkatkan kerjasama siswa dan membimbing siswa dalam proses pembelajaran.

hasil <65 Hasil ≥65

kondisi awal 14 11

siklus I 10 15

Siklus II 4 21

14

11 10

15

4

21

0 5 10 15 20 25

(56)

Kemampuan kerjasama pada siklus I pertemuan II kemampuan kerjasama mulai ada peningkatan. Pada siklus I pertemuan II 13 siswa yang mencapai indikator keberhasilan. Siswa yang individualis mulai berkurang dan siswa yang suka mengganggu teman lain juga sudah berkurang. Siklus I peremuan III meningkat meskipun peningkatan belum mencapai indikator. Rata-rata kemampuan kerjasama siswa pada pertemuan III 14 siswa yang mencapai indikator keberhasilan dengan kotegori baik. Siswa mulai antusias dalam kerja kelompok meski dalam tugas masih didomisi siswa tertentu.

Pada siklus II pertemuan I kemampuan kerjasama siswa meningkat meskipun sedikit. Pada siklus II pertemuan I siswa yang mencapai indikator kejasama siswa sebanyak 18 siswa pada kategori baik. Pada siklus kedua pertemuan I siswa mulai saling memberikan kontribusi dan sikap individualis mulai berkurang. Kekampuan kerjasama siklus II pertemuan II kemampuan kerjasama siswa meningkat secara segnifikan. Siswa yang mencapai indikator keberhasilan yaitu 23 siswa dengan kategori baik. Siswa sudah saling memberikan kontribusi dan saling membantu antar anggota kelmpok dalam kerja kelompok. Pertemuan III siswa yang mencapai indikator keberhasilan yaitu 22 siswa. Pada pertemuanketiga kerjasama siswa baik.

Gambar

Tabel 4. 1
Gambar 4.1 Hasil Belajar Siswa  pada Kondisi Awal
Tabel 4.2
Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Dan Siswa  Siklus I Pertemuan II
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

DAFTAR TABEL / LISTS OF TABLES. Gambaran Umum Keadaan Sekolah / Overview of School. Siswa Baru/ New Entrant. Fasilitas Sekolah / School Facility. Arus dan Kohort Siswa / Flow

Meskipun sebagian dari kenaikan ini disebabkan oleh meningkatnya nilai mata uang dolar, namun dengan rendah atau hampir tidak adanya komponen impor di sektor pertanian, maka

Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa kelimpahan vegetasi liar paling tinggi adalah pada saat fase adaptasi tanaman yaitu saat usia padi hitam 28 hst, dengan

Hasil uji lanjut Post Hoc Test LSD terhadap kadar kreatinin hari ke-28 menunjukkan bahwa kelompok ekstrak 100 mg/kg BB; 200 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB berbeda

Tidak Ada surat dukungan dari pabrik/ distributor/ agen dengan melampirkan brosur/foto yang diaparaf dan distempel oleh pemberi dukungan untuk barang sebagai berikut : a. Atap

Permasalahan petani ikan gurami di Kecamatan Bojongsari adalah pada setiap kegiatan budidaya yang dilakukan petani tidak pernah melakukan pencatatan biaya yang

[r]