• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Take and Give untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V SDN Sidoharjo Kecamatan Pati Kabupaten Pati Semester I Tahun Pelajaran 20

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Take and Give untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V SDN Sidoharjo Kecamatan Pati Kabupaten Pati Semester I Tahun Pelajaran 20"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

7 2.1Kajian Teori

Dalam penelitian ini kajian teori yang akan dibahas yaitu : (1) IPA (Pembelajaran IPA, ruang lingkup); (2); Hasil Belajar (3); Model pembelajaran Take and Give (pengertian, ciri – ciri, tujuan, kelebihan dan kelemahan, manfaat, langkah-langkah); (4) Kajian yang relevan ; (5) Hipotesis tindakan.

2.1.1 Hakekat IPA

IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan segala isinya (dalam Samatowa, 2010:2). Mulyadi Kartanegara (dalam Jalaluddin, 2013:99) ilmu pengetahuan (sains), juga disebut sebagai pengetahuan yang sistematis dan berasal dari observasi, kajian, dan percobaan-percobaan yang dilakukan untuk menentukan sifat-sifat dasar atau prinsip apa yang dikaji. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpu-lan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya.( A. Widiyatmoko dalam JPII 1 (1) (2012) 51-56). Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu pengetahuan yang dihasilkan dari langkah-langkah ilmiah dengan cara melakukan metode ilmiah seperti observasi, kajian dan penyimpulan data.

2.1.2 Pembelajaran IPA

IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan yang benar yang bersifat rasional dan obyektif. Pengetahuan alam adalah pengetahuan yang berisi tentang alam semesta dan segala isinya. Jadi, menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R. E. Kaligis (1992 : 3). Vessel dalam Patta Bundu (2006 : 9) mengartikan IPA sebagai suatu hal atau apa yang dikerjakan para ahli sains (Scientisc).

(2)

maupun yang tidak diamati dengan indera. Menurut Wahyana dalam Trianto (2013: 136), IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. IPA berupaya meningkatkan minat manusia agar ingin meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak ada habis-habisnya.Dengan tersingkapnya tabir rahasia alam satu persatu, serta menyalurkan informasi yang dihasilkannya, jangkauan sains semakin luas dan lahir sifat terapannya yaitu teknologi adalah lebar (Andriastuti dan Julianto, 2014).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu cara untuk memperoleh pengetahuan baru yang berupa produk ilmiah dan sikap ilmiah melalui suatu kegiatan yang disebut proses ilmiah. Siapapun yang akan mempelajari IPA haruslah melakukan suatu kegiatan yang disebut sebagai proses ilmiah seseorang dapat menemukan sikap yang ada dalam dirinya melalui proses ilmiah tersebut.

Setelah memahami tentang definisi IPA, maka dapat terlihat adanya ciri-ciri khusus atau karakteristik IPA. Beberapa karakteristik itu antara lain:

1) Mampu memfasilitasi keingintahuan siswa.

2) Member kesempatan untuk menyajikan dan mengkomunikasikan pengalaman dan pemahaman tentang IPA.

3) Menyediakan wahana untuk unjuk kemampuan. 4) Menyediakan pilihan – pilihan aktivitas.

5) Menyediakan kesempatan untuk mengeksplorasi alam sekitar.

Penerapan IPA menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung. Dalam pembelajaran tersebut siswa difasilitasi untuk mengembangkan sejumlah keterampilan dan sikap ilmiah dalam memperoleh pengetahuan alam sekitar.

(3)

siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien. Laksmi Prihantoro dkk, dalam Trianto (2013: 137) mengatakan bahwa IPA pada hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan konsep. Sebagai proses, pembelajaran IPA merupakan proses yang digunakan untuk mempelajari onjek studi, menemukan, dan mengembangkan produk sains sedangkan sebagai aplikasi, IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberikan kemudahan bagi kehidupan.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa–peristiwa yang terjadi di alam dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan – gagasan. 2.1.3 Pembelajaran IPA di SD

Proses pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa tetapi ada interaksi antara guru dengan siswa. Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Permendikbud No 22 th 2006 adalah:

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahandan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep – konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

(4)

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Pencapaian tujuan IPA dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran IPA yang diitujukan bagi siswa kelas 5 SD materi Pembuatan Makanan Pada Tumbuhan HIjau disajikan melalui tabel berikut ini:

Tabel 1

SK dan KD Mata Pelajaran IPA Kelas 5 Semester 1 Materi pembuatan makanan pada tumbuhan hijau

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Memahami cara tumbuhan hijau membuat makanan.

2.1Mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan .

2.2Mendeskripsikan

ketergantungan manusia dan hewan pada tumbuhan hijau sebagai sumber makanan.

2.1.4. Proses Pembelajaran

(5)

Terdapat 3 (tiga) faktor utama yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran di kelas, antara lain adalah faktor yang datang dari guru, peserta didik, dan lingkungan. Faktor yang berasal dari guru antara lain: kondisi dalam diri guru, kemampuan mengajar, dan kemampuan mengatur kondisi kelas. Faktor yang berasal dari peserta didik dipengaruhi beragam aspek dari dalam diri peserta didik dan lingkungan sekitarnya yang nantinya akan berdampak pada kesiapannya dalam menerima pelajaran. Sedangkan faktor Lingkungan yang mempengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas mencakup lingkungan kelas dan lingkungan sekitar sekolah.

2.1.5 Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan cara penyajian yang digunakan guru dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran, beberapa masalah sering dialami oleh guru. Untuk mengatasi masalah-masalah dalam pembelajaran, maka perlu adanya model-model pembelajaran yang dipandang dapat membantu guru dalam proses belajar mengajar. Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Seperti: materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Berdasarkan karakteristik siswa SD dimana anak masih senang bermain, model pembelajaran yang sesuai digunakan dalam pembelajaran adalah model pembelajaran Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (2011:4) Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainya dalam mempelajari materi pembelajaran.

(6)

antara siswa untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan moral, serta keterampilan yang ingin dikembangkan dalam pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif dibedakan menjadi empat, antara lain metode STAD (Student Teams Achivement Divisions), metode Jigsaw, metode GI (Group Investigasion) dan metode struktural. Berdasarkan beberapa metode di atas Take and Give merupakan bagian dari metode struktural yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Struktur-struktur tersebut memiliki tujuan umum diantaranya untuk meningkatkan penguasaan isi akademik dan mengajarkan keterampilan sosial (Sugiyanto, 2010: 44-48).

2.1.6 Model Pembelajaran Kooperatif Take and Give

Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru. Untuk mengatasi berbagai masalah dalam pembelajaran, maka perlu adanya model - model pembelajaran yang dipandang dapat membantu guru dalam proses belajar mengajar. Model dirancang untuk mewakili realitas sesungguhnya, walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia sebenarnya. Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelompok maupun tutorial (Agus Suprijono, 2011: 46).

(7)

penguasaaan kelas, jika guru mampu mengelola kelas dengan baik maka tujuan pembelajaran yang diinginkanpun akan mendapatkan hasil yang baik pula, begitupun sebaliknya. Sehingga kebutuhan ataupun tujuan akhir yang harus diperoleh siswa yakni penguasaan siswa terhadap pengetahuan (Kognitif), perubahan Nilai dan sikap (Afektif) dan peningkatan Keterampilan (Psikomotor) menunjukan keberhasilan Belajar yang telah tercapainya.

Hilgart dan Bower (Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno 2010:5) mengemukakan bahwa ”belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya. Jika di dalam proses belajar tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, dapat dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan di dalam proses belajar.

(8)

membaca buku, bahkan jika perlu siswa tersebut dibimbing menemukan masalah dan sekaligus mencari upaya-upaya pemecahannya.

Slavin (dalam Prawiradilaga, 2008:115) menyatakan bahwa, “pembelajaran kooperatif adalah metode yang memungkinkan siswa untuk bekerja dan belajar dalam kelompok kecil, saling membantu satu sama lain untuk mengatasi kesulitan belajar”. Dilihat dari teori Slavin pembelajaran kooperatif merupakan cara belajar yang didalamnya terdapat siswa membentuk kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Siswa yang pandai mengajari siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan Karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya.

Menurut Lie, 2002 (dalam made wena 2009:189) “pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk bekerjasama dengan sesama siswa dengan tugas – tugas terstruktur, dan dalam hal ini guru bertindak sebagai fasilitator”.

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa tersebut, maka penulis mencoba memberikan suatu alternatif model pembelajaran yang berorientasi pada siswa dan membina seluruh potensi siswa. Dalam penelitian ini bermaksud untuk mencoba menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Take and Give. Adapun Pengertian Model Pembelajaran Take and Give ini adalah suatu tipe pembelajaran yang mengajak siswa untuk saling berbagi mengenai materi yang di sampaikan oleh guru, dengan kata lain tipe ini melatih siswa terlibat secara aktif dalam menyampaikan materi yang mereka terima ke teman atau siswa yang lain secara berulang-ulang.

Model pembelajaran kooperatif tipe take and give pada dasarnya mengacu pada konstruktivisme, yaitu pembelajaran yang dapat membuat siswa itu sendiri yang aktif dan membangun pengetahuan yang akan menjadi miliknya (Slavin, 1997:269). Dalam proses itu siswa mengecek dan menyesuaikan pengetahuan baru yang dipelajari dengan kerangka berpikir yang telah mereka miliki.

(9)

sebaya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari sesuatu yang baik pada waktu yang sama saat ia menjadi narasumber bagi yang lain.

Menurut Suparno (2001:10-11) dalam Bilal A. Toduho mengajar bukan merupakan kegiatan memindah atau mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Peran guru dalam proses pembelajaran Take and Give lebih mengarah sebagai mediator dan fasilitator. Pembelajaran Take and Give merupakan proses pembelajaran yang berusaha mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.

Take and Give bertujuan agar peserta didik saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangannya dalam waktu singkat dalam Hanafiah dan Suhana (2012:56). Take and give secara bahasa mempunyai arti mengambil dan memberi, maksud take and give dalam model pembelajaran ini adalah dimana siswa mengambil dan memberi pelajaran pada siswa yang lainnya. “beberapa ahli percaya bahwa suatu mata pelajaran benar-benar dikuasai banyak apabila peserta didik mampu mengajarkan pada peserta lain.

Mengajar teman sebaya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari sesuatu yang baik pada waktu yang sama saat ia menjadi narasumber bagi yang lain. Strategi berikut juga memberikan kepada pengajar tambahan-tambahan apabila mengajar dilakukan oleh peserta didik” (Melvin silberman, active learning 101 strategi pembelajaran aktif).

Model Pembelajaran Take and Give menggunakan kartu berisi materi (ringkas) sejumlah siswa, lalu siswa saling mencari pasangan dan bertukar informasi materi.

2.1.6.1. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Take

and Give

Model pembelajaran kooperatif tipe take and give mempunyai kelebihan dan kelemahan adalah sebagai berikut:

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe take and give adalah:

(10)

b. Materi akan terarah, karena guru terlabih dahulu menjabarkan uraian materi sebelum dibagikan kartu.

c. Melatih siswa untuk bekerja sama dan menghargai kemampuan orang lain. d. Melatih siswa untuk berinteraksi secara baik dengan teman sekelasnya. e. Akan dapat memperdalam dan mempertajam pengetahuan siswa melalui

kartu yang bagikan kepadanya sebab mau tidak mau harus menghafal dan paling tidak membaca materi yang diberikan kepada siswa.

f. Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa sebab masing-masing siswa diminta pertanggungjawaban atas kartu yang diberikan kepadanya.

g. Siswa akan lebih cepat memahami penguasaan materi dan informasi karena mendapatkan informasi dari guru dan siswa yang lain.

h. Dapat menghemat waktu dalam pemahaman dan penguasaan siswa akan informasi.

Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe take and give adalah: a. Bila informasi yang disampaikan siswa kurang tepat (salah) maka informasi

yang diterima siswa lain pun akan kurang.

b. Pada saat mencari pasangan akan terjadi ketidak teraturan karena ada siswa yang lari sana dan lari sini.

c. Kemampuan siswa untuk menyampaikan materinya pada temanya kurang sesuai dengan apa yang diharapkan.

d. Adanya siswa yang bertemu dengan pasanganya, bukanya membahas materi pelajaran tetapi bercerita tentang masalah lain.

2.1.6.2. Solusi untuk Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Take and

Give

(11)

a) Guru harus sudah mempersiapkan secara matang proses pembelajaran yang akan dilaksanakan, baik materi, media/alat peraga, maupun langkah-langkah pembelajaran.

b) Sebelum melakukan Take and Give guru memberikan pengertian pada siswa bahwa pembelajaran ini hanya membantu siswa dalam memahami isi dari materi, jika mendapat pasangan lawan jenis bukan pasangan yang dipilih dalam menyampaikan materi dari kartu tersebut.

c) Sebelum proses pembelajaran berlangsung, guru bersama siswa harus menyepakati beberapa kesepakatan mengenai peraturan-peraturan dan hukuman yang dapat diterapkan kepada siswa bila siswa gaduh, tidak mendengarkan apa yang guru atau siswa lain sampaikan saat presentasi kelompok berlangsung.

d) Pada saat memberikan hukuman pada siswa hendaknya guru menggunakan bahasa yang baik dan dapat memotivasi siswa agar lebih baik lagi.

e) Guru harus pandai-pandai memadukan antara model pembelajaran Take and Give dengan media maupun dengan alat peraga sehingga siswa merasa senang dan tidak bosan.

2.1.6.3. Sintak atau Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Take

and Give

Table 2 Sintaks atau Langkah-langkah Take and Give Fase Take and kegiatan, memotivasi siswa untuk terlibat pada aktivitas pembelajaran. Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai oleh siswa.

Fase 2 Take

Guru menyampaikan materi sesuai indikator. Guru memberikan kartu kepada setiap siswa yang berisi tentang materi yang telah disampaikan guru. Siswa yang mendapatkan kartu diminta untuk menghafalkan materi yang terdapat didalam kartu selama 15 menit.

Fase 3 Give

(12)

Fase 4 Penghargaan

Guru meminta kembali kartu untuk dikumpulkan. Guru memanggil setiap kelompok atau pasangan untuk diberi pertanyaan sesuai materi.

Penjelasan dari setiap langkah adalah sebagai berikut : 1) Tahap Pendahuluan

Pada tahap ini guru membuka pembelajaran dengan terlebih dahulu melakukan apersepsi. Ini dilakukan dengan kegiatan maupun yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan. Selain itu tahap ini guru juga memotivasi siswa agar pada tahap selanjutnya siswa akan berperan aktif dalam permaian kartu. Selanjutnya, guru menjelaskan aturan main dan batas waktu serta kompetensi yang akan dicapai.

2) Tahap Take

Tahap ini guru menyampaikan materi dan membagikan kartu kepada siswa untuk dihafalkan selama 15 menit kemudian siswa diminta untuk mencari pasangan.

3) Tahap Give

Tahapan ini siswa memberi informasi kepada pasangannya tentang isi dalam kartu tersebut. Lalu siswa menghafalkan informasi yang diterimanya.

4) Tahap Penghargaan

Pada tahap akhir guru meminta kembali kartu untuk dikumpulkan. Dan siswa diberi penghargaan berupa nilai. Nilai didapatkan dari pertanyaan yang diberikan oleh guru.

Tabel 3

Pemetaan Pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif Take and Give Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses

No Fase Take and Give

Kegiatan Pembelajaran

Pendahuluan Eksplorasi Elaborasi Konfirmasi Penutup

1 Pendahuluan 2 Take

3 Give

(13)

Berdasarkan penjabaran sintaks Pembelajaran Take and Give Mifthahul Huda (2013:242) dan pemetaan langkah- langkah Take and Give berdasarkan Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, selanjutnya penulis akan menyusun implementasi pembelajaran Take and Give berdasarkan Standar Proses. Langkah- langkah implementasi Pembelajaran Take and Give berdasarkan standart proses yaitu: (1)Pendahuluan (Penjelasan aturan main dan batas waktu serta kompetensi yang akan dicapai ); (2) Eksplorasi (Menyampaikan materi dan membagi kartu ); (3) Elaborasi (Siswa yang belum mendapatkan kartu menerima informasi dari siswa yang telah mendapat kartu) (5) Penutup (Penilaian dan penghargaan terhadap siswa). Berikut tabel implementasi pembelajaran Take and Give berdasarkan Standar Proses.

Tabel 4

Implementasi Pembelajaran Take and Give berdasarkan Permendiknas No 41 Tahun 2007

Pendahuluan Guru membuka pembelajaran dengan terlebih dahulu menggali apersepsi. Ini dilakukan dengan kegiatan maupun yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan. Selain itu tahap ini guru juga memotivasi siswa agar pada tahap selanjutnya siswa akan berperan aktif dalam permaian kartu. Selanjutnya, guru menyampaikan materi sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai pada pembelajaran dan menjelaskan aturan main pembelajaran baik cara bermainnya dan waktu yang digunakan dalam permainan.

Kegiatan Inti

Take Eksplorasi Guru menyampaikan materi. Guru membagikan kartu kepada siswa untuk dihafalkan selama 15 menit kemudian siswa diminta untuk mencari pasangan.

Give Elaborasi Guru meminta siswa memberi informasi kepada pasangannya tentang isi dalam kartu tersebut.

(14)

2.2 Hasil Belajar

Sudjana (2011:22), menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengamalan belajar. Sementara hasil belajar menurut Bloom (1956) dalam Thabroni dan Mustofa (2011: 23) sebagai berikut: Hasil belajar meliputi: (1) Domain Kognitif mencakup: (a) Pengetahuan, ingatan; (b) Pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh; (c) Menerapkan; (d) Menguraikan, menentukan hubungan; (e) Mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru; (f) Menilai. (2) Domain Afektif mencakup: (a) Sikap menerima; (b) Memberikan respon; (c) Nilai; (d) Organisasi; (d) Karakterisasi. (3) Domain Psikomotor mencakup: (a) Initiatory; (b) Pre routine; (c) Rountinized; (d) Keterampilan produktif, teknik, sosial, manajerial, dan intelektual.

Dari beberapa pengertian hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat telah melakukan kegiatan belajar. Perubahan tersebut dalam bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Kemampuan kognitif adalah kemampuan yang berkaitan dengan mental (otak). Kemampuan afektif adalah kemampuan yang berkaitan dengan sikap (nilai). Kemampuan psikomotor adalah kemampuan yang berkaitan dengan keterampilan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil belajar yaitu: 1) Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar).

Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu: motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.

2) Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar).

Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap.

(15)

merupakan faktor eksternal, sedangkan minat siswa merupakan faktor internal. Dengan melakukan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif Take and Give, dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar dapat meningkat.

2.3 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Nurul Hidayah, 2015, dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Model Take And Give Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Siswa Kelas V SDN Widorokandang Pati Tahun Pelajaran 2014 / 2015 menunjukkan keberhasilan pendekatan Take And Give dalam peningkatan hasil belajar. Peningkatan dibuktikan dengan ketuntasan hasil belajar siklus I sebesar 70,8% menjadi 91,7% pada siklus II. Aktivitas belajar guru sebesar 64%, siklus I pertemuan 2 sebesar 76% dengan. Kemudian meningkat pada siklus II pertemuan 1 sebesar 86%, siklus II pertemuan 2 sebesar 94%. Juga diikuti Respon siswa pada siklus I pertemuan 1 sebesar 53%, siklus I pertemuan 2 sebesar 58%. Kemudian meningkat pada siklus II pertemuan 1 sebesar 75% dan siklus II pertemuan ke 2 sebesar 81%.

Keberhasilan penelitian ini ditentukan dengan persentase ketuntasan belajar siswa yang telah mencapai 91,7% pada akhir siklus 2. Hal ini didasarkan pada indikator keberhasilan yang menyatakan bahwa penelitian dikatakan berhasil jika pada akhir penelitian ketuntasan belajar siswa mencapai ≥90%.Adapun siswa yang dinyatakan tuntas belajar adalah siswa yang memperoleh skor hasil belajar berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥70.

Penelitian berikutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Eva. Dengan judul penelitian “Penerapan strategi Take and Give untuk menumbuhkan kemampuan berkomunikasi siswa kelas IV pembelajaran IPA”. Pembelajaran dengan menerapkan strategi Take and Give dapat disimpulkan efektif dalam menumbuhkan berkomunikasi peserta didik.

(16)

02 Kayen Pati semester 1 Tahun Pelajaran 2014 / 2015. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar IPA materi Alat Perdaran Darah Manusia dapat diupayakan melalui penerapan model kooperatif Jigsaw (model tim ahli) siswa kelas 5 SDN Srikaton 02 Kecamatan Kayen Kabupaten Pati semester 1 tahun pelajaran 2014-2015 terbukti. Hal ini dibuktikan oleh peningkatan hasil belajar dari pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 berdasarkan ketuntasan belajar siswa sebesar 41,66 % pra siklus; 58,33 % siklus 1, 91,66 % siklus 2. Skor rata-rata pra siklus adalah 63,3; siklus 1 sebesar 67,9 dan siklus 2 sebesar 79,9. Nilai terendah pra siklus adalah 45; siklus 1 sebesar 50 dan siklus 2 sebesar 60. Nilai tertinggi pra siklus adalah 40; siklus 1 sebesar 80 dan siklus 2 sebesar 100.

Dari beberapa penelitian terdahulu membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give dapat meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa. Mengacu pada penelitian terdahulu, maka peneliti ingin melakukan lagi dengan menggunakan model pembelajaran yang sama. Meskipun demikian, terdapat perbedaan antara penelitian yang dilakukan kali ini, dengan penelitian – penelitian terdahulu. Perbedaan tersebut adalah pada penelitian terdahulu belum membandingan perlakuan model pembelajaran kooperatif Take and Give dalam upaya meningkatkan hasil belajar di SD. Karena itu ingin mengangkat judul penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take And Give Dalam Meningkatkan Proses Dan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Sidoharjo Kecamatan Pati Kabupaten Pati Semester 1 Tahun Ajaran 2016/2017”.

2.4 Kerangka Berpikir

(17)

mengabaikan proses belajar mengajar di kelas atau siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti melakukan pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Take and Give. Dengan cara ini diharapkan dapat membantu siswa kelas 5 dalam meningkatkan proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Penerapan model ini berkonsep pada sebuah permainan yang membelajarkan siswa. Penggunaan model pembelajaran ini dapat membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga siswa mudah memahami materi yang diajarkan oleh guru melalui cara yang menyenangkan.

Penerapan model pembelajaran Take and Give guru hanya sebatas sebagai fasilitator, sementara kegiatan belajar mengajar dominan melalui interaksi antara siswa dengan siswa. Siswa belajar mengkomunikasikan melalui aktivitas permainan yang menarik, menghafal kartu yang dilakukan oleh siswa tersebut berisi tentang materi yang tengah dipelajari oleh siswa. Melalui upaya tersebut diharapkan dapat menimbulkan manfaat seperti siswa mampu berpikir kreatif, siswa lebih aktif baik dalam kegiatan kelompok maupun mandiri, memudahkan pemahaman siswa sehingga kualitas pembelajaran meningkat serta hasil belajar yang diperoleh siswa akan tercapai secara maksimal.

(18)

Gambar 1 Kerangka Pikir Pembelajaran IPA

2.5 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir seperti diuraikan diatas dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

a. Penerapan metode take and give melalui penyajian materi, menjodohkan kartu soal dengan jawaban, dan mengkomunikasikan jawaban kepada teman dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa kelas 5 SDN Sidoharjo Kabupaten Pati tahun 2016/2017.

Gambar

Tabel 1 SK dan KD Mata Pelajaran IPA Kelas 5 Semester 1
Table 2 Sintaks atau Langkah-langkah Take and Give
Pemetaan Pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif Tabel 3 Take and Give
Implementasi Pembelajaran Tabel 4 Take and Give berdasarkan
+2

Referensi

Dokumen terkait

JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DARI KEMENTERIAN/LEMBAGA PEMERINTAH NON KEMENTERIAN DAFTAR NAMA UNTUK DINILAI OLEH PENILAI I DAN II.. SIDANG TANGGAL: 27

• Diseases incidence and percentage of died plant from foot rot were lower in the pepper fields with live support as compared to dead wood standard, concrete and brick tower. •

Sebaiknya pihak Make up artist dapat mempertahankan bahkan meningkatkan promosi media Instagram karena akan berdampak. pada peningkatan jumlah

Khitbah secara syar’i mempunyai posisi sebagai janji untuk menikah pada waktu yang disepakati. Janji tersebut mengikat kedua pihak yang berjanji. seseorang yang

20.2 Penghentian kontrak dilakukan karena terjadinya hal-hal diluar kekuasaan (keadaan kahar) kedua belah pihak sehingga para pihak tidak dapat melaksanakan kewajiban yang

Model Predictive Control (MPC) adalah untuk menghitung trayektori dari sinyal kontrol u ( manipulated variable ) yang akan datang untuk mengoptimalkan perilaku

Dari Gambar 3 diperoleh bahwa pengujian yang memiliki daya lekat tertinggi untuk struktur jembatan adalah 13.11 MPa pada kekasaran 30-50 µm dengan ketebalan cat 200 µm, daya

Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu tertentu, atau berakhirnya hubungan kerja bukan