• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PERTUMBUHAN POPULASI LALAT BUAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PERTUMBUHAN POPULASI LALAT BUAH."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN

PERTUMBUHAN POPULASI

LALAT BUAH (Drosophila melanogaster)

Wiji Setyo Utami K4312072 / B

Kelompok 8

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2016

PERTUMBUHAN POPULASI

LALAT BUAH (Drosophila melanogaster)

Wiji Setyo Utami

Program Studi S-1 Pendidikan Biologi Program Sarjana

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Email: utamiws21.uw@gmail.com

ABSTRAK

(2)

sebagai medium kultur lalat buah (campuran dari buah pisang, tape ketela, benzoat), eterisasi dan pengamatan, pengamatan pertumbuhan populasi lalat buah. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah lalat yang hidup dan lalat yang mati, rasio jenis kelamin lalat. Pengamatan dilakukan setiap hari, selama 15 hari (22 Maret 2016-5 April 2016). Hasil analisis menunjukkan bahwa: 1) pertumbuhan populasi Drosophila melanogaster termasuk model pertumbuhan logistik dengan kurva bentuk S, 2) seks lalat buah dewasa dapat dibedakan secara morphologik melalui ukuran tubuh, bentuk abdomen, sisir kelamin dan organ genitalia luar pada abdomen. Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan: 1) lalat buah termasuk serangga yang mengalami metamorfosis sempurna (fase telur, larva, pupa, imago), 2) perbedaan seks lalat buah dewasa dapat dilihat dari ukuran tubuh, bentuk abdomen, adanya sisir kelamin, organ genitalia luar pada abdomen, 3) pertumbuhan populasi lalat buah termasuk model pertumbuhan logistik berupa kurva S, dipengaruhi faktor lingkungan.

Kata Kunci: populasi, pertumbuhan populasi, lalat buah (Drosophila melanogaster), jenis kelamin

PENDAHULUAN

Populasi merupakan sekelompok individu dalam satu spesies yang dapat melangsungkan interaksi genetik dan menghuni suatu wilayah atau tata ruang tertentu pada waktu tertentu pula (Tarumingkeng, 1994). Populasi mengalami perubahan dari waktu ke waktu yang dinamakan dinamika populasi. Dinamika populasi dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu natalitas (kelahiran), mortalitas (kematian), imigrasi dan emigrasi.

(3)

Drosophila melanogaster memiliki klasifikasi filum Arthropoda, kelas

Insecta, ordo Diptera, sub-ordo Cyclorrhapha, familia Drosophilidae dan genus

Drosophila (Strickberger, 1962). Lalat buah (Drosophila melanogaster) pertama kali diperkenalkan oleh T. H. Morgan dan W. E. Castle pada tahun 1900. Lalat buah banyak digunakan dalam penelitian, terutama genetika, karena beberapa hal, yaitu: 1) berukuran kecil, mudah didapat dan mudah dipelihara, 2) memiliki siklus hidup sangat pendek, kurang lebih dua minggu, 3) hanya memiliki sedikit kromosom (delapan kromosom, terdiri dari enam autosom dan dua gonosom) sehingga mudah dihitung (Karyanto & Saputra, 2016). Di samping itu,

Drosophila melanogaster sangat peka terhadap lingkungan (Gill and Ellar, 2002 dalam Siburian, 2008).

Lalat buah merupakan contoh serangga yang mengalami metamorfosis sempurna yang keberadaan spesiesnya kurang lebih berjumlah 4500 spesies (Rahajo, 2005 dalam Agustina, 2013). Ciri-ciri dari lalat buah yaitu memiliki tubuh berwarna kuning atau coklat dan memiliki mata yang berwarna merah. Lalat buah merupakan hewan yang habitatnya kosmopolitan, artinya bisa hidup dimana saja sesuai dengan habitatnya. Lalat kecil ini menyukai bunga dan buah yang matang. Lalat buah dewasa umumnya ditemui hidup bergerombolan pada buah-buahan masak yang mengandung air, misalnya buah nanas (Ananas comunis), pepaya (Carica papaya), pisang (Musa sp.) dan buah lainnya. Sedangkan larvanya tumbuh dan berkembang pada buah yang membusuk (Yatim, 1992 dalam Agustina, 2013).

Drosophila melanogaster tergolong Holometabola, memiliki periode istirahat dalam fase pupa. Dalam perkembangannya, Drosophila melanogaster

(4)

Gambar 1. Siklus hidup Drosophila melanogaster (html.rincondelvago.com)

1. Fase Telur: telur Drosophila memiliki panjang kira-kira setengah millimeter. Telur lalat akan nampak di permukaan media makanan setelah 24 jam dari perkawinan. Setelah fertilisasi acak telur berkembang kurang lebih satu hari, kemudian menetas menjadi larva.

2. Fase Larva: larva yang baru menetas disebut sebagai instar 1 (larva fase pertama) dan hanya nampak jelas bila diamati dengan menggunakan alat pembesar. Larva makan dan tumbuh dengan cepat kemudian berganti kulit mejadi instar 2 (larva fase kedua) dan instar 3 (larva fase ketiga). Instar 3 berubah menjadi pupa, dua sampai tiga hari kemudian. Saat larva siap menjadi pupa, larva perlahan meninggalkan medium dan menempel di permukaan yang relatif kering, seperti sisi botol atau di bagian kertas kering yang diselipkan ke pakannya .

3. Fase Pupa: pupa yang baru terbentuk awalnya bertekstur lembut dan putih seperti kulit larva tahap akhir, tetapi secara perlahan akan mengeras dan warnanya gelap Tahap akhir fase ini ditunjukkan dengan perkembangan dalam pupa seperti mulai terlihatnya bentuk tubuh dan organ dewasa (imago). Ketika perkembangan tubuh sudah mencapai sempurna, maka Drosophila melanogaster dewasa akan muncul melalui ujung anterior dari pembungkus pupa. Lalat dewasa yang baru muncul ini berukuran sangat panjang dengan sayap yang belum berkembang. Dalam waktu yang singkat, sayap mulai berkembang dan tubuhnya berangsur menjadi bulat.

4. Fase Dewasa (Imago): perkawinan biasanya terjadi setelah imago berumur 10 jam, tetapi meskipun demikian lalat betina biasanya tidak segera meletakkan telur sampai hari kedua. Jumlah telur tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik, temperatur lingkungan dan volume tabung yang digunakan (Aini, 2008).

(5)

juga bisa menjadi ciri dalam menentukan jenis kelamin lalat ini tanpa bantuan mikroskop. Ujung abdomen lalat jantan berwarna gelap, sedang pada betina tidak. Jumlah segmen pada lalat jantan hanya 5, sedang pada betina ada 7. Lalat jantan memiliki sex comb, berjumlah 10, terdapat pada sisi paling atas kaki depan, berupa bulu rambut kaku dan pendek. Lalat betina memiliki 5 garis hitam pada permukaan atas abdomen, sedangkan pada lalat jantan hanya 3 garis hitam (Aini, 2008).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada siklus hidup

Drosophila melanogaster antara lain suhu lingkungan, ketersediaan makanan, tingkat kepadatan botol pemeliharaan dan intensitas cahaya.

1. Suhu lingkungan, dimana Drosophila melanogaster mengalami siklus selama 8-11 hari dalam kondisi ideal. Kondisi ideal yang dimaksud adalah suhu sekitar 25-28°C. Pada suhu ini lalat akan mengalami satu putaran siklus secara optimal.

2. Ketersediaan media makanan, dimana jumlah telur Drosophila melanogaster

yang dikeluarkan akan menurun apabila kekurangan makanan. Viabilitas dari telur juga dipengaruhi oleh jenis dan jumlah makanan larva betina.

3. Tingkat kepadatan botol pemeliharaan, pada Drosophilamelanogaster dengan kondisi ideal dimana tersedia cukup ruang (tidak terlalu padat) individu dewasa dapat hidup sampai kurang lebih 40 hari. Namun apabila kondisi botol medium terlalu padat akan menyebabkan menurunnya produksi telur dan meningkatnya jumlah kematian pada individu dewasa.

4. Intensitas cahaya, dimana Drosophila melanogaster lebih menyukai cahaya remang-remang dan akan mengalami pertumbuhan yang lambat selama berada di tempat yang gelap (Shorrocks, 1972).

Praktikum ini bertujuan untuk: 1) mengenal lalat buah (Drosophila melanogaster), 2) membedakan seks lalat buah dewasa secara morphologik, 3) mempelajari pertumbuhan populasi lalat buah.

METODE

(6)

terjadi pada lalat Drosophila melanogaster dengan cara menghitung jumlah lalat buah yang hidup dan jumlah lalat buah yang mati, serta rasio jenis kelamin lalat buah. Pengamatan dilakukan setiap hari selama 15 hari, mulai tanggal 22 Maret 2016 hingga 5 April 2016.

1. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum antara lain:

a. Mortar dan alu, digunakan untuk menghaluskan buah pisang.

b. Wadah berupa nampan, digunakan sebagai tempat mencampurkan buah pisang, tape ketela dan benzoat.

c. Panci dan kompor, digunakan untuk memasak campuran medium kultur lalat.

d. Botol kultur, digunakan sebagai wadah medium kultur lalat buah.

e. Kertas merang, dipasang dalam posisi berdiri pada medium di dalam botol kultur.

f. Kertas HVS, digunakan untuk meletakkan lalat buah yang telah dieterisasi dan sebagai penutup botol kultur.

g. Kapas, digunakan untuk mengambil eter dan melakukan eterisasi pada lalat buah.

h. Kuas halus, digunakan untuk mengambil lalat buah dan memasukkannya ke dalam botol kultur.

i. Kertas label, digunakan untuk memberikan label pada botol kultur.

j. Alat tulis dan kertas HVS, digunakan untuk mencatat data hasil pengamatan.

Bahan yang digunakan dalam praktikum antara lain:

a. Lalat buah (Drosophila melanogaster) normal jantan dan betina, digunakan sebagai hewan yang akan diamati pertumbuhan populasinya. b. Eter, digunakan untuk melakukan pembiusan (eterisasi) pada lalat buah. c. Buah pisang (50 gram), tape ketela (25 gram), benzoat (± 0.5 sendok teh),

ketiganya dicampurkan menjadi satu sebagai medium kultur lalat buah. d. Air secukupnya, digunakan untuk memasak campuran medium kultur

lalat.

2. Cara Kerja

Cara kerja dalam praktikum yaitu pembuatan medium kultur lalat buah (Drosophila melanogaster), eterisasi dan pengamatan, pengamatan pertumbuhan populasi lalat buah, analisis data hasil pengamatan, penyusunan laporan.

(7)

1) Menghaluskan 50 gram buah pisang, kemudian mencampurkannya dengan 25 gram tape ketela dan ± 0.5 sendok teh benzoat. Tape ketela digunakan untuk pembuatan medium kultur karena mengandung khamir yang merupakan makanan lalat buah. Sedangkan benzoat digunakan sebagai pengawet agar medium tidak cepat busuk selama pengamatan berlangsung.

2) Membuat medium makanan dengan tekstur agak padat, karena medium yang lembek akan menyulitkan pengamatan dan penghitungan lalat buah.

3) Memasak campuran ketiga bahan tersebut di dalam air yang mendekati mendidih.

4) Mensterilkan botol kultur, kemudian memasukkan campuran medium kultur ke dalam botol.

1) Menyediakan kapas secukupnya, lalu membasahi kapas dengan sedikit eter. Apabila terlalu banyak eter, lalat akan mati.

2) Memeriksa botol kultur dan memastikan agar tidak ada lalat yang berada di dekat mulut botol. Jika ada, tepi botol diketuk secara perlahan agar lalat tidak jatuh ke media makanan.

3) Membuka sedikit tutup botol kultur, memasukkan kapas kemudian segera menutupnya kembali agar lalat tidak terbang keluar.

4) Setelah lalat terbius (30 detik), mengambil kapas dan menuangkan lalat di atas kertas HVS. Kemudian memisahkan lalat yang sudah mati dan lalat yang masih hidup. Lalat yang sudah mati sayapnya membuka dan kaki-kakinya mengarah ke samping. Lalat yang mati tidak diikutkan dalam penelitian.

5) Biasanya lalat tetap dalam keadaan terbius selama 5-10 menit. Bila perlu memperpanjang waktu pengamatan, dilakukan eterisasi ulang tetapi hanya dalam waktu beberapa detik agar lalat tidak mati.

(8)

c. Pengamatan pertumbuhan populasi

1) Lalat yang masih terbius tidak diperbolehkan untuk diletakkan langsung di atas medium karena lalat akan tenggelam di dalam medium. Caranya dengan menggunakan kertas yang dibuat seperti sendok atau botol dimiringkan.

2) Memberikan label pada botol kultur, dengan mencantumkan: nama, jumlah jantan, jumlah betina, tanggal.

3) Menutup botol kultur dengan kertas yang dilubangi kecil-kecil.

4) Mengamati perkembangan lalat buah dengan cara menghitung jumlah lalat yang hidup dan jumlah lalat yang mati. Pengamatan dilakukan setiap hari selama 15 hari.

5) Mencatat data ke dalam tabel pengamatan.

6) Melakukan analisis data (dilengkapi dengan diagram atau grafik) dan menyusun laporan.

d. Analisis data

Analisis data dilakukan dengan melakukan analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan untuk masing-masing pengamatan, yaitu analisis pertumbuhan populasi lalat buah pada botol kultur I dan botol kultur II, analisis rasio jenis kelamin lalat buah pada botol kultur I dan botol kultur II. Sedangkan analisis kualitatif berupa pembahasan secara lebih detail mengenai pertumbuhan populasi dan jenis kelamin lalat buah berkaitan dengan hasil analisis kuantitatif dan teori yang relevan.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Data Pengamatan

Data pengamatan pertumbuhan populasi lalat buah dapat dilihat pada tabel 1. Sedangkan data rasio jenis kelamin lalat buah dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 1. Data pengamatan pertumbuhan populasi lalat buah

(9)

2 4 1 3 0 Rabu, 23 Maret 2016

Tabel 2. Rasio jenis kelamin lalat buah

(10)

13 0 0 0 1 Minggu, 3 April 2016

14 0 0 0 1 Senin, 4 April 2016

15 0 0 0 1 Selasa, 5 April 2016

2. Analisis Kuantitatif

a. Pertumbuhan populasi lalat buah

Hasil pengamatan pertumbuhan populasi lalat buah digambarkan dalam bentuk kurva pada gambar 2 dan gambar 3.

Object 3

(11)

Object 5

Gambar 3. Kurva hasil pengamatan pertumbuhan populasi lalat buah pada botol kultur II

Berdasarkan data hasil pengamatan, dilakukan analisis kuantitatif berkaitan dengan laju pertumbuhan populasi lalat buah pada kedua botol kultur.

1) Laju pertumbuhan populasi pada botol kultur I 2) Laju pertumbuhan populasi pada botol kultur II

b. Rasio jenis kelamin lalat buah

(12)

Object 7

Gambar 4. Diagram hasil pengamatan jenis kelamin lalat pada botol kultur I

(13)

Gambar 5. Diagram hasil pengamatan jenis kelamin lalat buah pada botol kultur II

Perbandingan hasil analisis rasio jenis kelamin lalat buah jantan pada kedua botol kultur dapat dilihat pada gambar 6.

Object 11

(14)

Perbandingan hasil analisis rasio jenis kelamin lalat buah betina pada kedua botol kultur dapat dilihat pada gambar 7.

Object 13

Gambar 7. Diagram rasio jenis kelamin betina pada botol kultur I dan II

3. Analisis Kualitatif

a. Pertumbuhan populasi lalat buah

Berdasarkan kurva pertumbuhan populasi lalat buah, ada beberapa hal yang dapat dijelaskan, yaitu sebagai berikut.

1) Pada botol kultur I maupun II, semakin lama jumlah lalat buah yang

mati semakin banyak sehingga terjadi penurunan jumlah populasi.

2) Pada botol kultur I, jumlah populasi awal sebanyak 5 ekor lalat. Lalat

(15)

3) Pada botol kultur II, jumlah populasi awal sebanyak 3 ekor lalat. Pada awalnya lalat buah yang hidup jumlahnya tidak berubah (konstan) hingga hari ke-5, kemudian semakin berkurang dan ada 1 ekor lalat buah yang masih hidup pada hari ke-15.

4) Perbandingan antara botol kultur I dan II menunjukkan bahwa:

 Peningkatan jumlah populasi lalat buah lebih banyak terjadi pada

botol kultur I, karena pada botol kultur II jumlahnya cenderung konstan.

 Kemampuan lalat buah dalam bertahan hidup lebih bagus pada

botol kultur II, karena pada botol kultur I semua lalat buah telah mati sebelum waktu pengamatan selesai.

Populasi lalat buah mengalami perubahan jumlah dari waktu ke waktu (pertumbuhan populasi). Berdasarkan analisis hasil praktikum, dapat diketahui bahwa pertumbuhan populasi lalat buah lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, antara lain suhu lingkungan, tingkat kepadatan botol kultur dan ketersediaan media makanan. Menurut Lints &

Soliman (1988), rentang hidup Drosophila tergantung pada besarnya

pengaruh lingkungan tempat hidupnya. Kondisi ini meliputi jenis makanan yang tersedia, ukuran botol, jumlah lalat dalam botol, tingkat perpindahan makanan dan lalat, kondisi ekologis dimana lalat tersebut tumbuh dan

diamati, dan lain sebagainya. Studi tentang Drosophila lebih banyak

dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

(16)

berjalannya waktu, pertumbuhan akan menurun dan berhenti tumbuh saat

dicapai batas daya dukung. Menurut Shorrocks (1972), pada kondisi

laboratorium banyak dilaporkan bahwa lalat buah dewasa rata-rata mati dalam 6 atau 7 hari.

Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan populasi lalat buah

yaitu suhu dan makanan. Kondisi ideal suhu yang dimaksud adalah suhu

sekitar 25-28°C. Hal yang perlu diingat adalah bahwa suhu di dalam biakan botol dapat lebih tinggi dibandingkan suhu lingkungan sekitar di luar botol, karena adanya peningkatan panas akibat fermentasi ragi (Aini, 2008). Pada praktikum, setelah beberapa hari tumbuh jamur pada medium makanan. hal ini sesuai dengan pernyataan Aini (2008), bahwa medium

Drosophila melanogaster yang digunakan adalah pisang pada kondisi ruangan 29°C tetapi empat sampai dengan lima hari ternyata tumbuh jamur pada permukaan medium. Menurut Santoso (2011), ketersediaan makanan berdampak pada jumlah telur D. melanogaster yang dikeluarkan dari induk (serangga dewasa). Penurunan telur terjadi apabila media kekurangan nutrisi (kekurangan zat makanan). Lalat buah akan menghasilkan keturunan yang tidak baik bila ketersediaan makanan kurang, hal ini berdampak pada telur yang sedikit dan larva yang kecil, yang seringkali gagal berkembang menjadi individu dewasa.

(17)

b. Jenis kelamin lalat buah

Berdasarkan kurva rasio jenis kelamin lalat buah, ada beberapa hal yang dapat dijelaskan, yaitu sebagai berikut.

1) Pada botol kultur I maupun II, lalat buah betina lebih mendominasi

daripada lalat buah jantan dalam hal jumlah. Kecenderungan yang terjadi relatif sama, yaitu jumlah lalat pada awalnya meningkat kemudian semakin lama mengalami penurunan.

2) Pada botol kultur I maupun II, jumlah populasi awal lalat buah jantan

yaitu sebanyak 1 ekor. Dalam perkembangannya, lalat buah jantan pada botol kultur I jumlahnya lebih banyak daripada botol kultur II. Akan tetapi, ketahanan hidupnya rendah karena pada hari ke-9 lalat jantan pada botol kultur I sudah mati. Sedangkan lalat jantan pada botol kultur II mati pada hari ke-11.

3) Pada botol kultur I, jumlah populasi awal lalat buah betina sebanyak 4

ekor, sedangkan pada botol kultur II sebanyak 2 ekor. Dalam perkembangannya, lalat buah betina pada botol kultur I lebih meningkat dibandingkan lalat betina pada botol kultur II. Namun, lalat betina pada botol kultur I lebih cepat mati, yaitu pada hari ke-9. Sedangkan lalat betina pada botol kultur II yang masih bertahan hidup hingga hari ke-15 sebanyak 1 ekor.

4) Perbandingan antara botol kultur I dan II menunjukkan bahwa secara

keseluruhan (baik lalat jantan maupun betina) perubahan jumlah lalat pada botol kultur I cenderung tidak stabil, sedangkan pada botol kultur II cenderung stabil sehingga lebih lama bertahan hidup.

Lalat buah dewasa dapat dibedakan jenis kelaminnya berdasarkan ciri morfologinya, antara lain ukuran tubuh, bentuk abdomen, adanya sisir kelamin, organ genitalia luar pada abdomen dan jumlah segmen pada

abdomen. Lalat buah ini memiliki sifat dimorfisme. Tubuh lalat jantan

lebih kecil dibandingkan betina dengan tanda-tanda secara makroskopis adanya warna gelap pada ujung abdomen, pada kaki depannya dilengkapi dengan sisir kelamin yang terdiri dari gigi hitam mengkilap (Shorrock,

(18)

jantan dan betina, yaitu bentuk abdomen pada lalat betina kecil dan runcing, sedangkan pada jantan agak membulat. Tanda hitam pada ujung abdomen juga bisa menjadi ciri dalam menentukan jenis kelamin lalat ini tanpa bantuan mikroskop. Ujung abdomen lalat jantan berwarna gelap, sedang pada betina tidak. Jumlah segmen pada lalat jantan hanya 5, sedang pada betina ada 7. Lalat jantan memiliki sex comb, berjumlah 10, terdapat pada sisi paling atas kaki depan, berupa bulu rambut kaku dan pendek (Demerec dan Kaufmann, 1961 dalam Aini, 2008). Lalat betina memiliki 5 garis hitam pada permukaan atas abdomen, sedangkan pada lalat jantan hanya 3 garis hitam (Aini, 2008).

Gambar 8. Jantan (kiri) dan Betina (kanan) D. Melanogaster

(Aini, 2008)

Berdasarkan hasil analisis data praktikum, jenis kelamin lalat buah didominasi oleh lalat buah betina, dimana lalat betina lebih mampu bertahan hidup di dalam botol kultur yang ada. Hal ini dapat disebabkan oleh kemampuan lalat buah betina dalam hal reproduksi, sehingga lalat

betina lebih bagus ketahanan hidupnya (survival) dibandingkan lalat buah

jantan. Menurut Aini (2008), siklus hidup Drosophila melanogaster

meliputi fase telur, larva, pupa dan imago.

1) Fase Telur: Telur lalat akan nampak di permukaan media makanan setelah 24 jam dari perkawinan. Setelah fertilisasi acak telur berkembang kurang lebih satu hari, kemudian menetas menjadi larva. 2) Fase Larva: larva yang baru menetas disebut sebagai instar 1 (larva

(19)

3) Fase Pupa: pupa yang baru terbentuk secara perlahan akan mengeras dan warnanya gelap Tahap akhir fase ini ditunjukkan dengan mulai terlihatnya bentuk tubuh dan organ dewasa (imago). Ketika perkembangan tubuh sudah mencapai sempurna, maka Drosophila melanogaster dewasa akan muncul melalui ujung anterior dari pembungkus pupa. Lalat dewasa yang baru muncul ini berukuran sangat panjang dengan sayap yang belum berkembang. Dalam waktu yang singkat, sayap mulai berkembang dan tubuhnya berangsur menjadi bulat.

4) Fase Dewasa (Imago): perkawinan biasanya terjadi setelah imago

berumur 10 jam, tetapi meskipun demikian lalat betina biasanya tidak segera meletakkan telur sampai hari kedua. Jumlah telur tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik, temperatur lingkungan dan volume tabung yang digunakan.

4. Analisis Laju Pertumbuhan Populasi Lalat Buah pada Botol I a. Perhitungan laju natalitas (b)

Laju natalitas (b) = jumlahkelahiranjumlah populasi x1 00 %

b = 3 5x100 b = 0.6 b. Perhitungan laju mortalitas (d)

Laju mortalitas (d) = jumlah kematian

jumlah populasi x1 00 %

d = 105 x100 d = 2

c. Perhitungan laju pertumbuhan (r) r = b – d

r = 0.6 – 2 = - 1.4  r < 0 maka termasuk laju pertumbuhan logistik d. Carrying capacity (K) yaitu jumlah populasi maksimal yang dapat hidup,

pada botol I sebesar 8.

e. Rumus model pertumbuhan logistik ( N = 5 )

(20)

dN

dt =−2.625

Nilai dN/dt = rN, dimana rN merupakan laju pertumbuhan populasi. Hasil analisis pada botol kultur I menunjukkan nilai rN sebesar -2.625, laju pertumbuhan negatif, artinya jumlah populasi mengalami penurunan seiring bertambahnya waktu.

Kurva pertumbuhan populasi lalat buah pada botol kultur I dapat dilihat pada gambar 9.

Kurva pertumbuhan populasi lalat pada botol kultur I

Lalat buah hidup (botol kultur I)

Logarithmic (Lalat buah hidup (botol kultur I)) Waktu (hari)

Gambar 9. Kurva pertumbuhan populasi lalat buah pada botol kultur I

5. Analisis Laju Pertumbuhan Populasi Lalat Buah pada Botol II a. Perhitungan laju natalitas (b)

Laju natalitas (b) = jumlahkelahiran

(21)

b = 30x100 b = 0

b. Perhitungan laju mortalitas (d)

Laju mortalitas (d) = jumlah kematianjumlah populasi x1 00 %

d = 2 3 x100 d = 0.67 c. Perhitungan laju pertumbuhan (r)

r = b – d

r = 0 – 0.67 = - 0.67  r < 0 maka termasuk laju pertumbuhan logistik d. Carrying capacity (K), yaitu jumlah populasi maksimal yang dapat hidup,

pada botol II sebesar 3.

e. Rumus model pertumbuhan logistik ( N = 3 )

dN

dt =rmaxN

(K−N) K dN

dt =(−0.67)(3) (3−3)

3

dN dt =0

Nilai dN/dt = rN, dimana rN merupakan laju pertumbuhan populasi. Hasil

analisis pada botol kultur II menunjukkan nilai rN sebesar 0, laju pertumbuhan konstan, artinya jumlah populasi relatif stabil.

(22)

0 2 4 6 8 10 12 14 16

Kurva pertumbuhan populasi lalat pada botol kultur II

Lalat buah hidup (botol kultur II)

Logarithmic (Lalat buah hidup (botol kultur II)) Waktu (hari)

Gambar 9. Kurva pertumbuhan populasi lalat buah pada botol kultur I

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka diperoleh beberapa kesimpulan mengenai pertumbuhan populasi lalat buah (Drosophila melanogaster).

1. Lalat buah (Drosophila melanogaster) merupakan serangga yang mengalami

metamorfosis sempurna. Siklus hidup lalat buah meliputi fase telur, larva, pupa dandewasa (imago).

2. Ciri-ciri lalat buah: memiliki tubuh berwarna kuning atau coklat, dan memiliki mata yang berwarna merah, tergolong hewan yang habitatnya kosmopolitan (bisa hidup dimana saja sesuai dengan habitatnya).

3. Alasan penggunaan lalat buah dalam penelitian: berukuran kecil, mudah

(23)

lebih dua minggu, hanya memiliki sedikit kromosom (delapan kromosom, terdiri dari enam autosom dan dua gonosom) sehingga mudah dihitung.

4. Perbedaan jenis kelamin lalat buah secara morphologik:

Aspek Pembeda Lalat Buah Jantan Lalat Buah Betina

Ukuran Lebih kecil daripada lalat

betina

5. Pertumbuhan populasi merupakan perubahan ukuran populasi pada periode

waktu tertentu. Pada pertumbuhan populasi Drosophila melanogaster, faktor yang mempengaruhi pertumbuhan populasinya didominasi oleh faktor lingkungan, yaitu: suhu lingkungan, ketersediaan media makanan, tingkat kepadatan botol pemeliharaan (botol kultur), dan intensitas cahaya.

6. Pertumbuhan populasi pada Drosophila melanogaster termasuk pertumbuhan logistik dengan model pertumbuhan logistik berupa kurva S.

DAFTAR PUSTAKA

(24)

Aini, Nur. (2008). Kajian Awal Kebutuhan Nutrisi Drosophila melanogaster.

Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Basukriadi. (2011). Populasi, Ekosistem, Biosfer. Retrieved from

http://staff.ui.ac.id/internal/131472297/material/EKOSISTEM.pdf.

Chusnia. (2009). Pertumbuhan Populasi Paramaecium sp. dan Daya Dukung Lingkungan. Retrieved from http://wilda.html.

Demerec dan Kaufmann. (1961). Drosophila Guide, Introduction to the Genetics and Cytology of Drosophila melanogaster. Washington D.C: Carnegie Institution of Washington.

Frost, S. W. (1959). Insect Life and Insect Natural History, Second Revised Edition. New York: Dover Publication, Inc.

Gill, M. and Ellar, D. (2002). Transgenic Drosophila Reveals a Functional in vivo Receptor for the Bacillus thuringiensis Toxin Cry1Ac1. Insect Molecular Biology. 11(6): 619–625.

Jendela Iptek Ekologi. (2000). Jakarta: Balai Pustaka.

Karyanto, Puguh & Saputra, Alanindra. (2016). Modul Praktikum Ekologi Hewan. UNS.

Lints, Frederick A. and Soliman, M. Hani (Eds.). (1988). Drosophila as a Model Organism for Ageing Studies. New York: Springer Science.

Rahajo, Broto. (2005). Intisari Ilmu Hewan Merayap. Jakarta: Erlangga.

Santoso, Rachmat Slamet. (2011). Identifikasi D. Melanogaster pada Media Biakan Alami dari Pisang Sepatu, Belimbing dan Jambu Biji. Jurnal Buana Sains. 11(2): 149-162.

Shorrock, B. (1972). Drosophila sp. Ginn Genetick. London: Company Limited.

Siburian, Jodion. (2008). Studi Keanekaragaman Drosophila sp. di Kota Jambi (Diversity of Drosophila sp at the Jambi City). Jurnal Biospecies. 1(2): 47-54.

Strickberger, M. W. (1962). Experiments in Genetic with Drosophila. New York: John Wiley and Sons Inc.

Sukmiwati, Mery dan Dahlia. (2007). Pengaruh Limbah Pabrik Tahu terhadap Pertumbuhan Populasi Moina sp. Jurnal Berkala Perikanan Terubuk. 35(1): 1-9.

Tarumingkeng, R. C. (1994). Dinamika Populasi Kajian Ekologi Kuantitatif. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

(25)

LAMPIRAN

Gambar

Tabel 1. Data pengamatan pertumbuhan populasi lalat buah
Tabel 2. Rasio jenis kelamin lalat buah
Gambar 2. Kurva hasil pengamatan pertumbuhan populasi lalat buahpada botol kultur I
Gambar 3. Kurva hasil pengamatan pertumbuhan populasi lalat buah
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi keragaman gen Diacylglycerol O-acyltransferase 1 (DGAT1) menggunakan enzim restriksi Eae I dengan metode PCR-RFLP pada sapi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan berbagai sumber diluar data tersebut sebagai bahan perbandingan. Triangulasi yang digunakan

Berkaitan dengan hasil tes kreativitas yang diperoleh siswa kelas IX SMP Negeri 1 Pontianak telah menunjukkan bahwa siswa tersebut memasuki masa berpikir formal,

Penelitian ini dilatar belakangi ada perbedaan penilaian pada peserta didik berkebutuhan khusus yang disebabkan berbedanya karakteristik atau kualitas anak

MAN KENDAL merupakan sekolah favorit dan sekolah idaman di kota Kendal. MAN KENDAL merupakan salah satu sekolah yang didalamnya menyediakan berbagai macam keterampilan dan

Bu araştırmanın temel amacı; 2013 Okul Öncesi Eğitim Programı ve 2018 Hayat Bilgisi (1,2 ve 3.sınıf) Öğretim Programının ele aldığı değerler bakımından

kuliah Sosiologi Hukum pada Program Studi Pascasarjana Ilmu Hukum Fakultas. Hukum Universitas Bengkulu yang diasuh oleh

[r]