• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunitas Agama Agama di Indonesia dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Komunitas Agama Agama di Indonesia dalam"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNITAS AGAMA-AGAMA DI INDONESIA

DALAM KONTEKS PLURALITAS

Nama : Hammad Mutawakkil Hibatillah

NIM : 12540024

Prodi : Sosiologi Agama

Mata Kuliah : Komunitas Agama-Agama di Indonesia

Pluralisme keagamaan merupakan salah satu hal yang mewarnai dunia dewasa ini.1 Agama, pemahaman tentang keagamaan dan sikap keberagamaanmerupakan tiga hal yang saling terkait antara satu dan lainya. Agama dipandang sebagai persoalan ketuhanan yang diturunkan kepada manusia tidak hanya untuk dipahami namun agama juga dijadikan pegangan dan prinsip dalam mengatur kehidupanya. Secara normatif, agama adalah ajaran suci, penuh kedamaian dan ajaran-ajaran dalam kehidupan sosial sebagai sebuah bentuk implementasi doktrin.2 Ada suatu kenyataan yang tak terbantahkan, bahwa bumi manusia hanyalah satu, sementara penghuninya terkotak-kotak ke dalam berbagai suku, agama, ras, bangsa, profesi, budaya dan golongan. Pengingkaran terhadap kenyataan adanya pluralitas ini, dapat dimaknai sebagai pengingkaran terhadap kesadaran kognitif manusia. Demikian juga, ketika berbicara tentang agama dan membayangkan bahwa kehidupan ini hanya terdapat satu agama, tampaknya hanya merupakan ilusi dan utopia belaka.3

1 Coward, Pluralisme dan Tantangan Agama-agama (Yogyakarta: Kanisius, 1989), 5. 2 Ahmad Fuad Fanani, Islam Mazhab Kritis Menggagas Keberagaman Liberatif (Jakarta: Kompas, 2004), 9.

(2)

Menurut David Tracy, di antara agama-agama yang ada di dunia ini memang tidak ada yang memiliki esensi tunggal, tidak ada muatan tunggal tentang pencerahan atau wahyu, tidak ada cara tunggal tentang emansipasi atau liberasi yang dibangun dalam semua pluralitas itu.4 Ada perbedaan penafsiran Tuhan itu sendiri; God, Emptiness, Suchness, the One, Nature,

the Many. Ada perbedaan pemahaman mengenai apa yang diwahyukan oleh Tuhan tentang diri kita dalam hubungan kita tentang harmoni dan disharmoni dengan Tuhan tersebut. Ada perbedaan penafsiran tentang cara apa yang harus diikuti untuk mengubah (pandangan kita) dari pemusatan diri secara fatal menuju pemusatan kepada Tuhan secara bebas. Tetapi diskursus dan cara-cara agama seperti itu kadang-kadang bisa saling melengkapi, dan pada batas tertentu, melengkapi beberapa aspek yang belum maju dari yang lain, tetapi pada saat yang samajuga bisa saling mengganggu dan melenyapkan.5

Kenyataan tersebut memunculkan kebingungan pada hampir setiap diri seseorang dalam membangun konfigurasi keagamaanya, bagaimana memposisikan dan mendefinisikan dirinya di tengahagama lain yang eksis. Pengalaman keagamaan (religious experience) sering didefinisikan sebagai pencarian akan realitas azali. Dalam usahanya itu, penganut agama seiring merasa terdorong untuk menegaskandirinya secara vis a vis dengan keyakinan lain, yaitu kembali ke agama formal dengan sikap kritis atau memaknai agama secara rigid tanpa melihat keberadaan kelompok lain.6

Fenomena keagamaan yang akhir-akhir ini mengemuka adalah akibat dari munculnya bermacam-macam pemahaman baru di tengah-tengah masyarakat telah membuat sebagian umat agama di negeri ini prihatin. Di satu sisi, hal ini dianggap sebagai pilihan hidup yang tidak bisa di tawar-tawar atau bahkan dicampuri oleh orang lain. Apalagi hal ini lazim

4 David Tracy, Plurality and Ambiguity, Hermeneutic, Religion, Hope (University of Chicago Press, 1987), 89-90.

5 David Tracy, Plurality and Ambiguity, 89-90

6 Jubair Situmorang, “Fundamentalisme dalam Islam”, dalam Adnan Mahmud,

(3)

disandingkan dengan urusan moralitas. Alangkah baiknya bila agama meliberatifkan, bukan malah sebaliknya “memenjarakan”. Karena pada dasarnya agama adalah sama, hanya aqidah dan ritualnya yang berbeda, atau dengan kata lainbanyak jalan menuju Tuhan. Begitulah sekurang-kurangnya yang disampaikan oleh John Harwood Hick dalam Cristianity and Religion.7

Persoalan marjinalisasi golongan minoritas adalah realitas khas dari negara yang memiliki heterogenitas budaya dalam masyarakatnya. Di Indonesia, salah satu jenis kelompok minoritas yang kerap menjadi objek marjinalisasi adalah kelompok minoritas lokal. Di sini, ada setidaknya dua pola umum gejala marjinalisasi pada minoritas lokal.

Pertama, justifikasi bermuatan ideologis yang menyebut komunitas minoritas sebagai kelompok terasing dan terbelakang atau terpencil. Kedua, cara pandang eksotis yang melihat komunitas minoritas tak lebih dari sekadar cagar alam budaya kuno yang harus dilestarikan untuk kepentingan turisme.8

Pada era pasca reformasi, yang ditandai dengan proses transisi pada keterbukaan sistem politik demokrasi dan menguatnya sistem ekonomi kapitalistik liberal, kekuatan0kekuatan sosial yang berpengaruh pada dinamika sosial dan politik di Indonesia lebih beragam. Sejumlah kajian analisis ekonomi politik kontemporer memperlihatkan bagaimana modal menjadi aktor penting dalam dinamika sosial dan politik di Indonesia. Karena itu, ada asumsi-asumsi bahwa kekuatan-kekuatan sosial yang berpotensi terlibat dalam praktik marjinalisasi komunitas minoritas lokal tak terbatas pada negara dan golongan mayoritas saja. Kekuatan sosial berupa modal sangat berpotensi pula terlibat langsung dalam proses marjinalisasi. Sejumlah kasus sudah bermunculan yang membuktikan bahwa mapanya struktur ekonomi politik liberal-kapitalistik di Indonesia pasca reformasi, membuat kiprah

7 John Hick, Christianity and Other Religions (Philadelphia: Fortress, 1980), 171.

(4)

kekuatan modal semakin intens menerjang hak-hak komunitas-komunitas adat dan minoritas lokal.9

Interaksi komunitas lokal dengan modal, yang mendapat banyak dukungan dari negara dan juga kelompok mayoritas, nampaknya dialami komunitas Sedulur Sikep di kecamatan Sukolilo, Pati, Jawa Tengah. komunitas yan terkenal dengan sebutan umum

“Wong Samin” ini sejak medio tahun 2008 dibuat tidak nyaman oleh sebuah rencana investasi modal untuk eksplorasi tambang semen di peguungan Kendeng. Hingga sekarang, para petani yang dipelopori komunitas Sedulur Sikep di kecamaatan Sukolilo, Pati. Jawa Tengah tetap kukuh menolak rencana pembangunan pabrik semen PT.Semen Gresik di sekitar pegunungan Kendeng karena diperkirakan akan merusak keseimbangan lingkungan dan mengancam kelangsungan aktivitas pertanian di sekitar Pegunungan Kendeng.10

Berangkat dari fenomena tersebutlah maka pluralitas sebagai sebuh fakta sosial yang tidak dapat disangkal, sekaligus menegaskan bahwa heterogenitas alam budaya dalam perspektif sosiologis memanglah sebuah keniscayaan. Adanya faktor-faktor yag mempengarugi sebuah konflik dalam komunitas lokal berpengaruh pada eksistensi mereka. dalam perspektif multikulturalisme bahwa komunitas-komunitas lokal dan minoritas lainya merupakan suatu keniscayaan yang tak dapat di seragamkan. Bahkan dalam perspektif agama pun menyadari itu.

9 Kartini Rini, Tempun Petak Nana Sare, Kisah Dayak Kadori, Komunitas Peladang di Pinggiran (Yogyakarta: Insist Press, 2005), hlm 163.

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Coward, Pluralisme dan Tantangan Agama-agama (Yogyakarta: Kanisius, 1989), 5. Ahmad Fuad Fanani, Islam Mazhab Kritis Menggagas Keberagaman Liberatif (Jakarta:

Kompas, 2004), 9.

Maksun. Inklusivisme, Pluralisme, dan Dialog Antaragama. http://www.

sinarharapan.co.id/berita/0303/31/opi01.html Diakses tanggal 11 Januari 2009 David Tracy, Plurality and Ambiguity, Hermeneutic, Religion, Hope (University of

Chicago Press, 1987), 89-90.

Jubair Situmorang, “Fundamentalisme dalam Islam”, dalam Adnan Mahmud,

dkk. (Ed.), Pemikiran Islam Kontemporer di Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005), 187.

John Hick, Christianity and Other Religions (Philadelphia: Fortress, 1980), 171.

M. Nurkhoiron, “Minoritisasi dan Agenda Multikulkuralisme di Indonesia: Sebuah Catatan Awal”, hlm 11.

Kartini Rini, Tempun Petak Nana Sare, Kisah Dayak Kadori, Komunitas Peladang di Pinggiran (Yogyakarta: Insist Press, 2005), hlm 163.

Referensi

Dokumen terkait

Pembenihan dan pembesaran ikan lele dumbo di kolam terpal merupakan salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan akan produk perikanan yaitu Ikan Lele dan juga

Pemberdayaan masyarakat dalam program ini dilakukan dengan memberikan pelatihan penggunaan mesin untuk membuat pakan lele secara mandiri dan memberikan pendampingan

Disiplin Pada agama Islam, disiplin yang utama merupakan bentuk ketaatan kepada Allah yang disampaikan pada beberapa ayat Al Qur’an diantaranya yaitu pada Q.S An Nisa ayat 59:

Target yang diharapkan pada pengabdian masyarakat ini sesuai dengan permintaan dari Kepala Sekolah yaitu para Guru dan Siswa mampu mengelola system jaringan di sekolah

Selain itu, faktor penghambat lain adalah adanya siswa yang sulit diatur, dan justru berusaha mempengaruhi siswa lain berbuat yang tidak baik.7 Berdasarkan latar belakang yang

Besar kecilnya (ukuran) perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal dengan didasarkan pada kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahaan mempunyai

Salah satu tantangan yang dihadapi para ahli struktur (teknik sipil) adalah bagaimana menaksir: a) tempera- tur tertinggi yang pernah dialami elemen bangunan pada saat kebakaran

Pada pertemuan kedua kelas eksperimen, dalam kategori sedang siswa paham konsep persamaan linear satu variabel dengan bantuan alat peraga kartu persamaan, sebagian besar