• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Persoalan Ekonomi Kota Stud

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Identifikasi Persoalan Ekonomi Kota Stud"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

1

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya kami

dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Identifikasi Persoalan Ekonomi Kota Studi Kasus Sektor Informal PKL (Pedagang Kaki Lima) di Koridor Jalan Arif Rahman Hakim” dengan tepat waktu. Tugas ini merupakan syarat wajib bagi mahasiswa Jurusan Perencanaan

Wilayah dan Kota (PWK) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dalam

penyelesaian mata kuliah Ekonomi Kota.

Laporan ini merupakan penyampaian hasil survei yang disajikan dalam bentuk karya

tulis. Wilayah yang menjadi objek survei penulis adalah lingkup wilayah Surabaya. Makalah ini

berisi tentang identifikasi masalah ekonomi kota khususnya aspek sector informal kota.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen pembimbing mata kuliah Ekonomi

Kota serta kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi dan membantu dalam

penyusunan laporan ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Melalui makalah ini kami berharap dapat memberikan manfaat kepada penulis sendiri

serta kepada pembaca dalam rangka menganalisis dan memberikan konsep penanganan

masalah ekonomi kota yang terjadi. Pada akhirnya kami selaku penulis mengharapkan kritik

dan saran dari pembaca guna menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik.

Surabaya, Mei 2016

(3)

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 1

DAFTAR ISI ... 2

BAB I PENDAHULUAN ... 3

1.1Latar Belakang ... 3

1.2Tujuan ... 4

1.3Sistematika Penulisan ... 4

BAB II REVIEW LITERATUR ... 5

2.1 Sektor Informal ... 5

2.2 Pedagang Kaki Lima (PKL) ... 6

2.3 Teori Permintaan ... 7

2.4 Teori Penawaran ... 7

2.5 Kebijakan Terhadap PKL di Kota Surabaya ... 8

2.6 Analisis SWOT ... 8

BAB III IDENTIFIKASI DAN GAMBARAN UMUM ... 10

3.1 Gambaran Umum PKL di Koridor Jalan Arif Rachman Hakim ... 10

3.2 Identifikasi Persoalan Ekonomi Kota ... 11

3.3 Gambaran Umum Persoalan Ekonomi Kota ... 11

BAB IV PEMBAHASAN ... 13

4.1 Analisa Persoalan Keberadaan PKL di Sepanjang Bahu Jalan Arief Rahman Hakim ... 13

4.2 Analisis SWOT ... 14

4.3 Konsep Penanganan Persoalan Ekonomi Kota ... 17

BAB V PENUTUP ... 19

5.1 Kesimpulan ... 19

5.2 Lesson Learned ... 20

(4)

3

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kegiatan ekonomi di sektor informal semakin berkembang seiring dengan

bertambahnya angka pengangguran khususnya di perkotaan, keberadaan sektor informal

disatu sisi dibutuhkan masyarakat terutama di kalangan ekonomi menengah kebawah,

tetapi di sisi lain kurang mendapatkan perhatian dan perlindungan dari pemerintah,

padahal sektor ini identik dengan sektor usaha yang padat karya yang mampu menyerap

banyak pengangguran dan sektor ini juga mampu memberikan pendapatan yang cukup

tinggi untuk mengurangi tingkat kemiskinan diperkotaan.

Istilah sektor informal biasanya digunakan untuk menunjukkan sejumlah kegiatan

ekonomi yang berskala kecil. Menurut Sethuraman (1981) dalam Effendi (1996) bahwa

sektor informal terutama dianggap sebagai suatu manifestasi dari situasi pertumbuhan

kesempatan kerja di negara sedang berkembang dengan tujuan lebih kepada mencari

kesempatan kerja dibanding mencari keuntungan. Tingginya peran sektor informal dalam

perekonomian Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor utama: pertama, pertumbuhan

angkatan tenaga kerja baru yang lebih tinggi dari ketersediaan lapangan kerja formal;

kedua, arus migrasi desa-kota yang cukup besar tidak semuanya terserap di sektor

industri modern di kota, mengakibatkan sektor informal lebih dipilih oleh para migran

yang tidak dapat masuk ke sektor industri modern; dan ketiga, sektor informal mudah

dimasuki oleh banyak orang karena tidak memerlukan tingkat keahlian atau spesifikasi

pendidikan yang tinggi dan modal yang diperlukan relatif kecil.

Perekonomian kota Surabaya sebagai salah satu kota metropolitan juga dipengaruhi

oleh keberadaan PKL yang telah tersebar hampir di seluruh wilayah. Bahkan ketika pergi

ke suatu daerah di Surabaya, keberadaan PKL sangat mudah ditemui. Keberadaan PKL

tentunya menimbulkan dampak positif atau bahkan menimbulkan permasalahan di

Surabaya yang lebih kompleks. Sehingga dalam makalah ini dilakukan identifikasi

mengenai permasalahan ekonomi khususnya pada aspek sector informal berupa PKL

beserta rekomendasi upaya penanganan permasalahan PKL di Koridor Jalan Arif Rahman

(5)

4

1.2Tujuan

1. Mampu mengidentifikasikan persoalan ekonomi kota Studi Kasus Sektor Informal PKL

(Pedagang Kaki Lima) di kawasan Pasar Kapasan Surabaya

2. Mampu memberikan konsep penanganan persoalan ekonomi kota Studi Kasus Sektor

Informal PKL (Pedagang Kaki Lima) di kawasan Pasar Kapasan Surabaya

3. Mampu menyusun lesson learned terkait dengan upaya penanganan yang telah

diberikan

1.3Sistematika Penulisan

Dalam penulisan laporan ini terdiri dari lima bab yang digunakan untuk mempermudah

pembaca dalam memahami isi dari laporan secara keselutuhan. Adapun sistematika

penulisan untuk pembahasan/penyusunan pada laporan ini sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pada BAB I merupakan bab awal laporan yang berisi tentang latar belakang, tujuan dan sistematika penulisan laporan.

BAB II REVIEW LITERATURE. Pada bab II menjelaskan mengenai konsep dasar teori dan referensi yang digunakan dalam penyusunan laporan

BAB III IDENTIFIKASI DAN GAMBARAN UMUM. Pada BAB III berisi mengenai identifikasi beserta gambaran umum mengenai persoalan ekonomi yang terjadi baik lokasi

maupun deskripsi permasalahan

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab IV berisi tentang hasil analisa mengenai persoalan ekonomi yang diangkat beserta konsep penanganan persoalan kota tersebut.

(6)

5

BAB II REVIEW LITERATUR

2.1 Sektor Informal

a. Pengertian Sektor Informal

Menurut Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, sektor informal adalah semua bisnis komersial dan non komersial yang tidak terdaftar, tidak memiliki struktur organisasi formal dan memiliki ciri-ciri : dimiliki oleh keluarga, kegiatannya berskala kecil, padat karya, menggunakan teknologi yang diadaptasi dan bergantung pada sumber daya lokal.

Menurut Undang-Undang (UU) Ketenagakerjaan No. 13/2003, pekerja informal mengacu pada orang yang bekerja tahap relasi kerja, yang berarti tidak ada perjanjian yang mengatur elemen-elemen kerja, upah dan kekuasaan. Sementara itu, definisi sektor informal menurut BPS adalah kegiatan ekonomi yang umumnya dilakukan secara tradisional oleh organisasi bertingkat rendah ataupun yang tidak memiliki struktur, tidak ada akun transaksi (transaction accounts) dan ketika terdapat relasi kerja biasanya bersifat musiman, pertemanan atau relasi personal, tanpa perjanjian kontrak. BPS melalui data Sakernas, memberikan kategori status pekerja dalam tujuh kategori, yaitu (1) berusaha sendiri, (2) berusaha sendiri dengan bantuan keluarga atau anggota keluarga dengan tidak dibayar, (3) berusaha dengan pekerja tetap atau pekerja diupah, (4) karyawan/staf/pekerja, (5) pekerja musiman di bidang pertanian, (6) pekerja musiman di bidan non pertanian dan (7) pekerja tidak dibayar. Kategori ketiga dan keempat baisanya mengacu pada tenaga kerja di sektor formal, selebihnya adalah sektor informal

b. Karakteristik Sektor Informal

Hidayat (1978a:8 dan 1978b:7) mengajukan sebelas karakteristik sektor informal sebagai berikut:

1. Kegiatan usaha tidak terorganisir dengan baik. 2. Pada umumnya tidak memiliki izin usaha.

3. Aktivitas usahanya tidak teratur baik dalam arti tempat dan waktunya. 4. Pada umumnya kebijakan pemerintah tidak menyentuh sektor ini.

5. Pola usahanya dapat berubah dari sub-sektor satu ke sub-sektor yang lain. 6. Menggunakan teknologi sederhana.

7. Operasi usahanya dalam skala kecil karena modalnya relative kecil.

8. Pendidikan formal bukan syarat utama untuk menjalankan sektor ini, tetapi lebih mendasarkan pada pengalaman.

(7)

6

11.Sebagian besar barang dan jasa yang diproduksi untuk kelompok masyarakat

berpendapatan menengah

2.2 Pedagang Kaki Lima (PKL)

a. Pengertian Pedagang Kaki Lima

Menurut McGee dan Yeung (1977: 25), PKL mempunyai pengertian yang sama dengan ”hawkers”, yang didefinisikan sebagai orang-orang yang menjajakan barang dan jasa untuk dijual di tempat yang merupakan ruang untuk kepentingan umum,terutama di pinggir jalan dan trotoar. Oleh karena tidak tersedianya ruang informal kota bagi PKL, maka PKL menggunakan ruang publik, seperti badan jalan, trotoar, taman kota, di atas saluran drainase, kawasan tepi sungai untuk melakukan aktivitasnya. Penggunaan ruang publik tersebut biasanya terjadi di tempat-tempat strategis seperti diantara aktivitas formal kota

Karafir (1977:4) mengemukakan bahwa pedagang kaki lima adalah pedagang yang berjualan di suatu tempat umum seperti tepi jalan, taman-taman, emper-emper toko dan pasar-pasar tanpa atau adanya izin usaha dari pemerintah.

Menurut UU. No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, disebutkan bahwa Usaha kecil (termasuk pedagang kaki lima) merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi yang luas kepada masyarakat, dapat berperanan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional pada umumnya dan stabilitas ekonomi pada khususnya2

b. Karakteristik Pedagang Kaki Lima

Menurut Jayadinata, karakteristik sektor informal yaitu bentuknya tidak terorganisir, kebanyakan usaha sendiri, cara kerja tidak teratur, biaya dari diri sendiri atau sumber tak resmi, dapatlah diketahui betapa banyaknya jumlah anggota masyarakat memilih tipe usaha ini, karena mudah dijadikan sebagai lapangan kerja bagi masyarakat strata ekonomi rendah yang banyak terdapat di negara kita terutama pada kota besar maupun kecil.(Jayadinata: 1999, 146).

c. Manfaat Pedagang Kaki Lima

(8)

7

2.3 Teori Permintaan

Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Permintaan adalah Jumlah barang atau jasa yang ingin dan mampu dibeli oleh konsumen, pada berbagai tingkat harga, dan pada waktu tertentu.

Beberapa faktor penentu permintaan adalah : 1. Harga barang itu sendiri.

2. Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut. 3. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat. 4. Corak distribusi dalam pendapatan masyarakat.

5. Citra masyarakat 6. Jumlah penduduk

7. Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang

Kurva Permintaan adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan antara suatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut yang diminta para pembeli.

Gambar 2.1 Kurva Permintaan

2.4 Teori Penawaran

Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran : 1. Harga barang itu sendiri

2. Harga barang – barang lain 3. Biaya produksi

4. Tujuan-tujuan operasi perusahaan tersebut 5. Tingkat teknologi yang digunakan.

Kurva Penawaran adalah suatu kurva yang menunjukkan hubungan antara harga suatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut yang ditawarkan.

(9)

8

2.5 Kebijakan Terhadap PKL di Kota Surabaya

Peraturan daerah Kota Surabaya No 13 tahun 2003 tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.

1. Kepala Daerah berwenang untuk menetapkan, memindahkan dan menghapus lokasi PKL;

2. Penetapan, pemindahan dan penghapusan lokasi PKL dengan memperhatikan kepentingan sosial, ekonomi, ketertiban dan kebersihan lingkungan disekitarnya; 3. Kepala Daerah berwenang melarang penggunaan lahan fasilitas umum tertentu

untuk tempat usaha PKL atau sebagai lokasi PKL ;

4. Setiap orang dilarang melakukan transaksi perdagangan dengan PKL pada fasilitas-fasilitas umum yang dilarang digunakan untuk tempat usaha atau lokasi usaha PKL;

5. Untuk pengembangan usaha PKL, Kepala Daerah berkewajiban memberikan pemberdayaan;

6. Kepala Daerah dapat melakukan kerjasama dengan pihak ketiga dalam rangka penataan dan pemberdayaan PKL ;

7. Kepala Daerah berwenang memberikanperingatan-peringatan dan atau membongkar sarana usaha dan ataumengeluarkan barang dagangan yang dipergunakan untuk usaha PKL dari fasilitas umum yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah/lokasi PKL.

2.6 Analisis SWOT

Bisnis yang baik jika bisnis tersebut memiliki strategi yang baik pula dalam

menjalankan usahanya. Menurut Freddy Rangkuti (2009: 18) Analisis SWOT adalah

identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan.

Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan

peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(Weaknesses)dan ancaman (Threats).

Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi,

(10)

9

(strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan,

kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.

SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal Strenghthsdan Weaknessesserta

lingkungan Eksternal Opportunitiesdan Threatsyang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT

membandingkan antara faktor eksternal Peluang (opportunities) dan Ancaman

(threats)dengan faktor internal Kekuatan (strengths)dan Kelemahan (weaknesses).

Menurut Gitosudarmo (2001: 115) Kata SWOT merupakan pendekatan dari Strenghts,

Weakness, Opportunity, and Threats, yang dapat diterjemahkan menjadi : Kekuatan,

Kelemahan, Peluang dan Ancaman. Terjemahan tersebut sering disingkat menjadi

“KEKEPAN”. Dalam metode atau pendekatan ini kita harus memikirkan tentang kekuatan, kelemahan apa saja yang dimiliki kemudian kita juga harus melihat kesempatan atau

opportunity yang terbuka dan akhirnya kita harus mampu untuk mengetahui ancaman,

(11)

10

BAB III IDENTIFIKASI DAN GAMBARAN UMUM

3.1 Gambaran Umum PKL di Koridor Jalan Arif Rachman Hakim

Gambar. Lokasi Wilayah Studi di Jalan Rahman Hakim

Lokasi penelitian permasalahan ekonomi sektor informal yaitu tepatnya berada di

Keputih Jalan Rachman Hakim, jajaran PKL mulai jalan keluar dari Jalan Teknik Elektro ITS

(depan Medical Center ITS) hingga depan jalan keluar Jalan Teknik Sipil ITS (Sakinah

Swalayan). Dengan jarak ±500 meter pada wilayah studi, sudah dapat terlihat banyak stan

PKL berjajar di sepanjang jalan tersebut mulai pukul 16.30 hingga 23.00 WIB. Jam

operasional pedagang kaki lima disitu memang sengaja dimulai dari sore hari hingga

malam hari dikarenakan jika jam-jam produktif di pagi hari sampai sore hari akan digusur

satpol PP.

Pedagang Kaki Lima yang ditemukan di wilayah studi yaitu sebanyak 27 buah. Satu

stan pedagang kaki lima bisa menyerap 2-4 tenaga kerja, karena pada dasarnya

kebanyakan PKL berjualan di wilayah tersebut merupakan warung penyetan. Berdasarkan

narasumber pedagang kaki lima disana, pendapatan kotor yang dihasilkan mereka per

harinya yaitu sekitar satu juta rupiah dengan modal kurang lebih 800 ribu rupiah sehingga

(12)

11

Selama kurang lebih 8 sampai 20 tahun para PKL telah beroperasi di jalan Rahman

Hakim tersebut, nyatanya mereka pun sudah 3 kali pernah mendapat teguran dari satpol

PP karena pernah berjualan ataupun meninggalkan peralatan berdagang di siang hari.

Itulah alasan mengapa jam operasional para pedagang dimulai dari sore hari menjelang

maghrib.

Para pedagang kaki lima yang berjualan di wilayah studi telah mempunyai

paguyuban untuk para PKL disana dengan tujuan untuk memudahkan komunikasi. Bahkan

paguyuban tersebut pernah mengajukan proposal kepada pihak ITS untuk membuat

sentra PKL di lahan milik ITS tepatnya di tempat penjualan bunga di belakang lokasi PKL

berjualan saat ini. Namun sampai sekarang belum ada tindak lanjut mengenai hal tersebut

dan belum terealisasikan.

Pemerintah Surabaya memberikan rekomendasi untuk merelokasi para PKL dari

keputih dipindah ke Terminal Keputih. Para pedagang kaki lima pun merasa keberatan

akan hal itu, dikarenakan “pasar” mereka yang notabene untuk mahasiswa dan masyarakat ITS-keputih sehingga dirasa kurang tepat jika dipindahkan ke Terminal Keputih yang

terletak di Jalan Medokan Keputih.

3.2 Identifikasi Persoalan Ekonomi Kota

Permasalahan PKL di Jl Arief Rahman Hakim yakni:

1. PKL melakukan aktivitas perdagangan di lokasi yang tidak sesuai dengan aturan

yang berlaku

2. Belum ada kebijakan yang jelas dari Pemerintah terkait penanganan lokasi di

sentra PKL

3. Belum adanya penarikan retribusi dari PKL, sehingga kegiatan ekonomi tersebut

tidak memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah

4. Para PKL menyetujui jika dipindahkan ke sentra PKL, namun letak sentra PKL

tersebut harus strategis agar pendapatan mereka tidak menurun

3.3 Gambaran Umum Persoalan Ekonomi Kota

Lokasi yang perdagangan yang tidak sesuai peruntukkannya

Para PKL melakukan kegiatan ekonomi di bahu jalan, dimana bukan tempat yang

diperuntukan untuk perdagangan dan jasa. Hal ini dapat terjadi karena lokasi tersebut

(13)

12

wawancara, mereka menganggap keadaan lalu lintas yang macet bukan disebabkan oleh

PKL melainkan lebar jalan yang yang sempit dan volume kendaraan yang besar.

Penanganan dari pemerintah sendiri berupa penataan/penertiban oleh Satpol PP.

namun penanganan tersebut hanya terjadi pada siang hari, kenyataannya para PKL di

bahu jalan Arief Rahman Hakim berjualan pada malam hari. Sehingga penanganan

tersebut kurang efektif, para Satpol PP pada siang hari hanya menarik barang-barang

yang merupakan milik PKL yang masih ditaruh di pinggir jalan. Selain itu sebenarnya

pemerintah telah memberikan solusi berupa sentra PKL yaitu di Terminal Keputih, namun

para PKL tersebut tidak menyetujui dengan alasan karena lokasi yang jauh dan tidak

strategis. Mereka menganggap pendapatan mereka akan sedikit jika berjualan di Terminal

Keputih ketimbang di sepanjang Jalan Arief Rahman Hakim yang kenyataannya

merupakan daerah perumahan dan pendidikan yang dimana banyak ditempati oleh para

Mahasiswa yang merupakan sasaran penjualan mereka.

Tidak adanya kontribusi ke pendapatan daerah

Kegiatan ekonomi sector informal merupakan kegiatan ekonomi yang tidak dapat

dianggap remeh. Walaupun dengan modal yang kecil, rencana kegiatan yang tidak

sematang sector formal, kenyataannya sector informal mampu menghidupi para

pelakunya bahkan mampu menyerap tenaga kerja. Berdasarkan hasil wawancara, rata-rata

para PKL di daerah penelitian memiliki penghasilan bersih Rp 300.000 hingga Rp 500.000

per harinya. Namun tidak ada penarikan retribusi dari PKL-PKL tersebut. hal ini sungguh

disayangkan karena dengan pendapatan yang relative tidak sedikit itu sebenarnya mampu

(14)

13

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Analisa Persoalan Keberadaan PKL di Sepanjang Bahu Jalan Arief Rahman Hakim 4.1.1 Faktor Penyebab Keberadaan PKL di Bahu Jalan

Faktor Penyebab Keberadaan PKL di bahu jalan adalah sebagai berikut:

1. Lokasi yang dekat dengan konsumen

Lokasi PKL di bahu jalan Arief Rahman Hakim memiliki nilai aksesibilitas yang

tinggi, dimana lokasi tersebut berada di area pusat pendidikan dan perumahan.

Berdasarkan hasil wawancara, para PKL di sepanjang Arief Rahman Hakim

berjualan di area itu karena merupakan area yang dapat dijangkau oleh banyak

mahasiswa. Hal ini disebabkan terdapat 2 kampus yang dekat dengan lokasi PKL

yakni ITS dan Universitas Hang Tuah. PKL yang merupakan pedagang dengan

harga produk yang murah tersebut mencari target konsumen seperti para

mahasiswa terutama yang kost.

2. Lokasi yang dekat dengan tempat tinggal

Selain berada dekat dengan konsumen, berdasarkan hasil wawancara, para PKL

berjualan di sepanjang bahu Jalan Arief Rahman Hakim karena mereka

bertempat tinggal di sekitar area tersebut. Sehingga jangkauan dari pihak juga

semakin mudah.

3. Tidak ada penanganan yang tegas dari pemerintah

Telah terdapat upaya penertiban dari pihak pemerintah setempat terkait letak

para PKL tersebut, namun penataan tersebut hanya berlangsung sesuai jam kerja

Satpol PP yaitu jam 08.00 -16.00. Kenyataannya para PKL tersebut lebih banyak

memiliki jam operasional sekitar 16.30 – 23.00, sehingga jarang sekali ada PKL

di area tersebut yang terkena penataan.

4. Adanya faktor permintaan dan penawaran

Kegiatan sektor informal terjadi seringkali karena adanya faktor permintaan dan

penawaran baik dari pihak penjual maupun pembeli. Dalam studi kasus kali ini

permintaan berasal dari masyarakat khususnya mahasiswa yang tinggal disekitar

koridor jalan Arif Rahman Hakim selaku konsumen. Mahasiswa yang tinggal di

dekat koridor tersebut adalah mahasiswa ITS dan mahasiswa Universitas Hang

(15)

14

potensi dari keberadaan mahasiswa yang banyak tinggal di sekitar koridor

tersebut dapat mendatangkan keuntungan bagi PKL. Dengan demikian para

pemiliki usaha PKL bisa bekerja dan menghasilkan pendapatan untuk

mencukupi kebutuhan sehari – hari.

4.1.2 Dampak Keberadaan PKL di Bahu Jalan

Dampak yang ditimbulkan oleh keberadaan PKL di pinggir jalan adalah sebagai berikut:

1. Dampak terhadap penataan ruang

Keberadaan PKL dapat mempengaruhi lingkungan di areanya. Dimana dengan

adanya PKL dapat mengurangi nilai estetika suatu tempat. Hal ini disebabkan

karena letak-letak PKL tidak tertata dengan rapi dan kotor serta tempat PKL yang

bukan merupakan bangunan permanen

2. Dampak terhadap Transportasi

Keberadaan PKL di bahu jalan Arief Rahman Hakim memberikan dampak

negative terhadap arus lalu lintas di jalan tersebut. hal ini ditandakan dengan

kemacetan yang sering terjadi di jalan Arief Rahman Hakim, dengan adanya PKL

di bahu jalan tidak hanya mengurangi ruas jalan yang dapat dilalui kendaraan

yang melintas tetapi juga tidak menutup kesempatan kendaraan untuk on street

parking. tidak jarang menemukan kendaraan yang parkir sembarangan sehingga

hal tersebut juga menghambat arus lalu lintas

3. Dampak terhadap Ekonomi Kota

PKL merupakan suatu kegiatan ekonomi yang cukup memberikan kontribusi

terhadap ekonomi kota. Dengan adanya PKL, lapangan kerja semakin banyak

sehingga pengangguran semakin sedikit. Namun, terdapat sebuah permasalahan

pada kasus PKL di sepanjang jalan Arief Rahman Hakim, yakni tidak terdapat

penarikan retribusi. Hal ini menandakan bahwa PKL-PKL tersebut belum

memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah.

4.2 Analisis SWOT

Untuk mengetahui factor-faktor strategi yang dapat membantu dalam penanganan

PKL diperlukan analisis SWOT. Dimana hal yang perlu dilakukan terlebih dahulu adalah

mengidentifikasi factor inernal dan fakror eksternal keberedaan PKL yang terdiri dari

(16)

15

A. Strength

Kekuatan yang dapat ditemukan dari PKL di bahu jalan Arief Rahman Hakim adalah:

1. Memiliki aksesibilitas yang tinggi dengan konsumen

Hal ini disebakan karena lokasi PKL tersebut merupakan lokasi yang strategis Karena

berada di area perumahan, dan 2 kampus , ITS dan Universitas Hang Tuah. Dimana

dengan lokasi yang strategis, area pasarnya semakin banyak sehingga

pendapatannya cukup tinggi.

2. Harga produk murah

PKL memikili barang dagang yang relative murah hal ini disebabkan dengan modal

mereka yang tidak sebesar jika dibandingkan dengan perdagangan dan jasa lainnya.

DImana dengan produk yang murah tersebut mampu menarik lebih banyak

konsumen, terutama dengan lokasi yang dekat dengan kost-kostan mashasiswa

3. Dapat bertahan saat ada krisis ekonomi

Karena termasuk sector informal yang tidak secara langsung dipengaruhi oleh

kondisi perekonomian,. Para pedagang dapat bertahan saat krisis ekonomi

walaupun keuntungannya tidak sebesar pada keadaaan biasanya dan menanggap

hal tersebut akan berlangsung tidak lama.

B. Weakness

1. Kebersihan kurang terjaga

Karena berada di pinggir jalan, kebersihan PKL merupakan salah satu permasalahan

umum.

2. Tingkat pendidikan yang rendah

Mayoritas pekerja PKL memiliki tingkat pendidikan yang rendah tanpa memiliki

keahlian khusus

C. Opportunities

1. Membuka lapangan kerja

Dengan bertumbuhnya kegiatan ekonomi seperti PKL, kesempatan kerja semakin

bertambah. Dimana kesempatan kerja di PKL, tidak sesusah sector formal, sehingga

hal ini dapat membantu dalam mengurangi pengangguran.

D. Threat

(17)

16

Karena bukan berada di tempat yang legal, ancaman terbesar yang dapat

mempengaruhi keberlangsungan PKL adalah adanya penertiban dari Satpol PP

2. Cuaca buruk

Karena bukan berbentuk bangunan permanen, saat musim hujan terutama cuaca

yang buruk, dapat menghambat kegiatan PKL.

3. Banyak pengamen

Dengan banyaknya pengamen yang berkeliaran dapat menggangu kenyamanan

konsumen

4. Menganggu pengguna Jalan

Lokasinya yang berada di bahu jalan merupakan suatu hambatan terhadap

pergerakan lalu lintas bahkan dapat memicu kemacetan

5. Mengurangi estetika tata ruang

Dapat mengurangi estetika tata ruang karena lokasinya tidak rapi, tidak tertib, kotor

dan bukan berupa bangunan permanen

6. Banyaknya pesaing (kompetitor)

Dengan banyaknya pesaing akan mengurangi peluang pendapatan yang besar

7. Tidak adanya kebijakan dari pemerintah

8. Tidak berkontribusi terhadap pendapatan daerah (tidak ada retribusi)

Berdasarkan hasil wawancara dengan PKL di arief Rahman hakim, dikatakan bahwa

selama ini belum ada retribusi. Hal ini menandakan bahwa PKL tersebut tidak

memberikan kontribusi secara langsung terhadap pendapatan daerah

Tabel Strategi Analisa SWOT

Faktor Internal Strength:

Memiliki aksesibilitas yang

tinggi,

Tingkat pendidikan yang

rendah Faktor Eksternal

(18)

17

Membuka Lapangan Kerja Mempertahankan

keberadaan PKL dengan

menambah variasi produk

yang dijual

Mengurangi estetika tata

ruang

Banyaknya pesaing

(kompetitor)

Tidak adanya kebijakan dari

pemerintah

Tidak berkontribusi terhadap

pendapatan daerah (tidak

ada retribusi)

Strategi ST

Adanya tindakan yang

diberikan oleh pemerintah

kepada PKL dengan

mendirikan sentra PKL yang

sesuai dengan Peraturan

sehingga PKL akan lebih

4.3 Konsep Penanganan Persoalan Ekonomi Kota

Untuk menangani masalah PKL yang ada di Koridor Jalan Arif Rahman Hakim, perlu

adanya koordinasi antara pihak pemerintah dan PKL. Serta harus adanya kejelasan dan

ketegasan pemerintah mengenai rekomendasi lokasi sentra PKL agar keberadaan PKL

tidak mengganggu dan tidak melanggar peraturan yang telah berlaku. Selain itu,

penertiban yang telah dilakukan harus dibarengi dengan pengawasan yang ketat karena

(19)

18

membuka lapak. Dengan demikian masalah transportasi yang ditimbukan oleh PKL

khususnya kemacetanm di Jalan Arief Rahman Hakim akan lebih terhindar.

(20)

19

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Keberadaan sektor informal memiliki dampak positif dan negatif, disatu sisi

keberadaanya menyerap banyak tenaga kerja sehingga dapat mengurangi tingginya

angka pengangguran sehingga masyarakat memiliki pendapatan tetapi disisi lain

keberadaannya seringkali menjadikan tatanan kota menjadi tidak teratur.

Adapun permasalahan PKL yanag ada di Jalan Arif Rahman Hakim yaitu terkait lokasi

yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku, belum ada kebijakan yang jelas dari

Pemerintah terkait penanganan lokasi di sentra PKL, belum adanya penarikan retribusi

dari PKL, sehingga kegiatan ekonomi tersebut tidak memberikan kontribusi terhadap

pendapatan daerah. Selain itu para PKL menyetujui jika dipindahkan ke sentra PKL, namun

letak sentra PKL tersebut harus strategis agar pendapatan mereka tidak menurun.

Alasan mengapa PKL membuka usaha di sepanjang koridor jalan Arif Rahman Hakim

disebabkan adanya faktor lokasi yang dekat dengan konsumen, dekat dengan tempat

tinnggal para pemilik usaha PKL dan danya permintaan dan penawaran dari kedua sisi.

Dengan melakukan analisis SWOT tentang keberadaan PKL dapat diketahui

factor-faktor strategi yang dapat membantu dalam penanganan PKL dengan cara mengidentifikasi

factor inernal dan fakror eksternal keberedaan PKL yang terdiri dari Strength, Weakness,

Opportunities, dan Threat.

Dari analisis tersebut dihasilkanlah strategi berupa :

 Mempertahankan keberadaan PKL dengan menambah variasi produk yang dijual  Memberikan pelatihan-pelatihan terkait bisnis kepada para penjual PKL untuk

menambah skill

 Adanya tindakan yang diberikan oleh pemerintah kepada PKL dengan mendirikan sentra PKL yang sesuai dengan Peraturan sehingga PKL akan lebih terintegrasi.

 Mendirikan sentra PKL yang didalamnya ditarik retribusi untuk biaya perawatan dan kebersihan.

Upaya penanganan yang diberikan yaitu perlu adanya koordinasi antara pihak

pemerintah dan PKL. Serta harus adanya kejelasan dan ketegasan pemerintah mengenai

(21)

20

melanggar peraturan yang telah berlaku. Selain itu, penertiban yang telah dilakukan harus

dibarengi dengan pengawasan yang ketat.

5.2 Lesson Learned

Dari pembahasan yang telah dilakukan, penulis dapat memahami beberapa hal yaitu :

1. Sektor informal adalah semua bisnis komersial dan non komersial yang tidak terdaftar,

tidak memiliki struktur organisasi formal yang bercirikan kegiatannya berskala kecil,

padat karya, dan mudah dimasuki oleh semua orang karena tidak memerlukan

keahlian khusus atau lulusan tingkat pendidikan yang tinggi

2. PKL adalah salah satu bentuk sector informal yang berperan sebagai katup pengaman

ekonomi, namun disisi lain justru mengganggu tata ruang kota

3. Dibutuhkan koordinasi dari semua pihak dalam upaya penanganan masalah sector

informal khususnya PKL

4. Harus adanya kejelasan dan ketegasan mengenai Peraturan yang mengatur tentang

(22)

21

DAFTAR PUSTAKA

Rangkuti, Freddy. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Jakarta: PT, Gramedia Pustaka Utama,

Utami, Trisni. 2009. Pemberdayaan Komunitas Sektor Informal Pedagang Kaki Lima (PKL) Suatu Alternatif Penanggulangan Kemiskinan. Surabaya. Universitas Sebelas

Maret.

Rahmawati, Valentina, Kartika dan Patta, Johnny. Penataan PKL di Kota Surakarta : MengapaBisa Berhasil ? Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota A SAPPK V4 N2.

Bandung.

Sumarsono, Sonny. 2009. Teori dan Kebijakan Publik Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jember. Graha Ilmu.

Gambar

Gambar 2.1 Kurva Permintaan
Gambar. Lokasi Wilayah Studi di Jalan  Rahman Hakim
Tabel Strategi Analisa SWOT

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan pembelajaran rumpun PAI berbasis blended learning yang dilaksanakan oleh guru rumpun PAI (Pendidikan Agama Islam) harus lebih terkontrol dan terfokus

Analisis yang dilakukan terhadap kurikulum matematika untuk kelas VIII SMP adalah mengenai kesesuaian materi dengan pendekatan pembelajaran berbasis penemuan terbimbing..

Wahana Makmur Bersama menunjukkan hasil bahwa rencana investasi yang akan dilakukan layak untuk dilaksanakan dan dapat meningkatkan penghasilan yang lebih baik.. Pada

Penelitian Wulan Asnuri 2013 yang berjudul “Pengaruh Instrumen Moneter Syariah dan Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia” dengan menggunakan ECM sebagai alat analisis

Berdasarkan kebutuhan tersebut, Jean Watson memahami bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna yang memiliki berbagai macam ragam perbedaan, sehingga dalam upaya

Solusi yang dapat dilakukan dalam menjawab permasalahan tersebut, yaitu: (1) memodifikasi alat peleburan/pencairan emas dan perak yang digerakkan dengan tenaga

dilakukan dapat diketahui bahwa pada pengamatan berat basah bagian bawah menunjukkan hasil tidak nyata dari pemberian pupuk kompos kiambang dan POC limbah ikan.

Dari uji t dapat disimpulkan bahwa : Ada perbedaan gender terhadap kepribadian mahasiswa UPN “Veteran” Jawa Timur, dan Ada perbedaan gender terhadap