• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I Metodologi Penelitian Bar and Rest

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I Metodologi Penelitian Bar and Rest"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jakarta merupakan jantung negara Indonesia yang menjadi pusat segala aktifitas baik bisnis, pendidikan, pemerintahan maupun politik. Sebagai kota besar yang berkembang, laju pertumbuhan perekonomian serta perubahan teknologi dan arus informasinya pun semakin cepat. Hal ini menjadi salah satu faktor pendorong terciptanya persaingan ketat di dalam dunia bisnis. Pasar yang semakin dinamis, mengharuskan para pelaku bisnis untuk secara terus-menerus berimprovisasi dalam mempertahankan para pelanggannya.

Ruang interaksi yang semakin mengecil, serta adanya dorongan yang menginginkan suasana yang baru ditengah padatnya aktifitas untuk merileksasikan diri, hingga mendorong perpindahan ruang interaksi dari sebuah ruang kerja atau hunian ke tempat-tempat publik.

Restoran merupakan salah satu public space yang semakin banyak dikunjungi masyarakat metropolis sebagai salah satu alternatif ruang interaksi baru. Hal ini disebabkan oleh kemudahan berinteraksi dengan keluarga atau relasi, juga dapat menjamu tamu seperti rekan bisnis, selain lebih formal dan juga suasana lebih nyaman.

(2)

interior yang menarik, tetapi itu saja tidak cukup karena menu makanan yang hampir tidak berbeda pada satu tempat maka pemilik mulai bersaing dengan desain dan konsep yang lebih menarik bahkan sangat berbeda untuk menarik pembeli karena makin banyaknya persaingan diruang publik.

Konsep desain interior yang unik pada restoran atau bar sangat memperngaruhi pembeli yang akan datang dan agar tetap kembali lagi ke restoran tersebut karena bukan hanya menampilkan sebuah ruang dengan suasana baru tetapi juga menghadirkan kenyamanan yang berbeda, dimana kenyamanan dalam suatu ruang adalah hal terpenting dalam desain. Desain yang berhasil adalah desain yang membuat ruang itu nyaman luar dan dalamnya, sedangkan kenyamanan adalah sebuah perasaan dimana pelanggan atau konsumen berada di titik kepuasan, dalam konsep interior yang unik sebuah kenyamanan dihadirkan dengan suasana yang berbeda.

Umumnya interior sebuah restoran atau bar memiliki tema tertentu. Tema-tema dalam interior didukung oleh berbagai aktifitas, penggunaan material dan elemen-elemen interior yang tepat akan membentuk dan memperkuat tema-tema tersebut. Pemilihan bahan atau material sebagai unsur-unsur pembentuk ruang saat ini amat beragam, dari lantai, dinding hingga ceilling. Sebagai contoh restoran dan bar Potato Head yang berada di Pacific Place tepatnya di kawasan Sudirman Cental Business District (SCBD), dimana kawasan tersebut sangat strategis untuk sekedar melepas lelah atau mengadakan pertemuan formal maupun non formal dengan klien. Resto & Bar ini memiliki keunikan pada desain interiornya serta cita rasa makan dan minuman yang ditawarkan. Konsep yang berbeda pada Resto & Bar Potato Head menjadikannya sebagai salah satu Resto & Bar yang paling diminati oleh kaum urban. Elemen interior yang digunakannya berbeda dengan Resto & Bar pada umumnya.

(3)

syarat yang diterapkan dalam ilmu desain interior, agar diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan bagi konsumen yang datang ke Potato Head resto & bar.

(4)

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimanakah jenis material lantai yang sesuai dengan resto & bar Potato Head baik dari segi fungsi, perawatan, ketahanan, dan kemanan material? 2. Bagaimanakah jenis material plafon yang sesuai dengan resto & bar Potato

Head baik dari segi fungsi, perawatan, ketahanan, dan kemanan material? 3. Bagaimanakah jenis material dinding yang sesuai dengan resto & bar

Potato Head baik dari segi fungsi, perawatan, ketahanan, dan kemanan material?

4. Apakah elemen interior resto & bar Potato Head yang digunakan sudah sesuai dengan konsep yang diusung?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui dan menganalisis jenis material lantai yang sesuai dengan resto & bar Potato Head baik dari segi fungsi, perawatan, ketahanan, dan kemanan material.

2. Mengetahui dan menganalisis jenis material ceilling yang sesuai dengan resto & bar Potato Head baik dari segi fungsi, perawatan, ketahanan, dan kemanan material.

3. Mengetahui dan menganalisis jenis material dinding yang sesuai dengan resto & bar Potato Head baik dari segi fungsi, perawatan, ketahanan, dan kemanan material.

4. Mengetahui dan menganalisis elemen interior resto & bar Potato Head yang sesuai dengan konsep yang diusung.

(5)

1. Bagi ilmu pengetahuan desain interior, memberikan sumbangan kajian ilmu pengetahuan desain interior, khususnya mengenai elemen interior pada restoran & bar yang out of the box namun tidak lepas dari standar yang ada.

2. Bagi pengelola resto & bar Potato Head, memberikan masukan sebagai referensi dalam pemilihan material elemen interior dalam meningkatkan minat pengunjung yang datang.

3. Bagi penulis, dalam menambah pengetahuan dan wawasan dalam proses desain interior khususnya tentang penggunaan bahan material pada elemen interior resto & bar Potato Head.

4. Bagi masyarakat, sebagai bahan masukan agar dunia interior dan kontribusinya dapat dikenal luas secara riil oleh masyarakat umum.

1.5 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Bab ini meliputi latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II Tinjauan Pustaka

Bab ini akan memaparkan studi literatur yang dipakai sebagai acuan dalam proses mendesain. Selain itu akan dibahas juga mengenai standar-standar yang perlu diterapkan dalam objek bangunan yang didesain, dalam hal ini adalah resto & bar Potato Head.

BAB III Metode Penelitian

Bab ini memaparkan teknik pengumpulan data rancangan penelitian, objek pebelitian, dan waktu penelitian.

(6)

Temuan-temuan dari hasil penelitian serta yang berkaitan dengan tinjauan pustaka dan mampu menjawab pertanyaan penelitian yang tercantum dalam rumusan masalah.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan-kesimpulan hasil penelitian serta saran-saran uang operational

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Restoran & Bar 2.1.2 Restoran

Restoran berasal dari bahasa latin yaitu restaurare, dalam bahasa inggris berarti a public eating place, yaitu rumah makan atau tempat makan umum. Menurut Badudu-Zain (2001: 1164) bahwa, restoran berarti rumah makan. Dan bahwa, “Restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasi secara komersil, yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada tamu baik berupa makan maupun minum”.

Ada beberapa definisi mengenai pengertian restoran menurut beberapa ahli, yaitu:

1. Menurut Marsum (1991; 7)

“Suatu tempat atau bangunan yang diorganisasi secara komersial, yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada semua tamunya baik berupa makan maupun minum.”

2. Menurut Sugiarto, Endar & Sulartriningrum, Sri (1996; 77)

“Restoran adalah suatu tempat yang identik dengan jajaran meja-meja yang tersusun rapi, dengan kehadiran orang, timbulnya aroma semerbak dari dapur dan pelayanan para pramusaji, berdentingnya banyi-bunyian kecil karena persentuhan gelas-gelas kaca, porselin, menyebabkan suasana hidup di dalamnya.”

Secara garis besar restoran dapat digolongkan menjadi empat macam, yaitu:

a. Exclusive

(8)

b. Larger

Rumah makan ini banyak dipakai sebab mempunyai resiko yang kecil, disini disediakan masakan sesuai dengan selera masakan umum

c. Smaller

Rumah makan ini mempunyai masakan dan minuman khusus disamping masakan dan minuman lainnya. Daya tariknya pada menu khusus, juga mutu masakan harus tetap ditingkatkan supaya pengunjung tidak merasa kecewa

d. Populer

Rumah makan ini menyediakan bermacam-macam masakan dalam jumlah banyak, sehingga pengunjung dapat mengambil sendiri masakan yang telah disediakan diatas meja

Dilihat dari pengelolaan dan sistem penyajian, Marsum (1993; 8-11) menjelaskan restoran dapat dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu:

a. A’la Carte Restaurant b. Table D’hote Restaurant c. Coffee Shop atau Brasseire d. Cafe

j. Fish and Chip Shop k. Grill Room

l. Inn Tavern

m. Night Club / Super Club n. Pizzeria

o. Pan Cake House p. Pub

(9)

r. Specially Restaurant pekerja Bar (Bartender) dengan tamu. Kayu pemisah atau penghalang tersebut dinamakan “Counter”. Counter tersebut mempunyai fungsi lain yang dilengkapi dengan kursi tinggi yang disebut “Bar Stools”. Bar Stools dibuat sesuai dengan keinginan dan selera yang punya Bar (Owner). Di Bar tersebut tamu dapat duduk santai memesan makanan dan minuman yang diinginkannya. Sebagai pemisah antara Bartender dengan tamu, counter juga bertujuan untuk menghindari tamu yang mabuk masuk ke dalam Bar dan mengambil minuman yang ada di Bar. Dengan memperhatikan dan mengikuti perkembangan yang terjadi hingga saat ini, pengertian kata tentang Bar adalah sebagai berikut: “Bar merupakan suatu tempat atau counter, dimana seseorang bisa mendapatkan pelayanan makanan dan minuman, baik yang mengandung alkohol maupun yang tidak mengandung alkohol.”

Pada mulanya sejarah perkembangan bar ini berasal dari Amerika Utara, dimana bar mula-mula dikenal oleh masyarakat pada beberapa abad yang silam, kemudian dikenal dan disukai mengingat sifat-sifat serta suasananya lain dari pada yang lain. Pada umumnya orang-orang sangat senang bertemu di Bar, berkumpul membicarakan sesuatu sambil meminum keras. Sesuai dengan perkembangan Bar sekarang ini, Bar bukan saja sebagai tempat berkumpul atau sekedar minum-minum, tetapi juga merupakan tempat hiburan, tempat santai setelah seharian kerja, melepaskan dan menghilangkan ketegangan sambi mendengarkan musik baik secara tidak langsung dari penyanyi, bahkan kita dapat berdansa di Bar tersebut.

(10)

a. Mini Bar b. Pool Bar c. Portable Bar

d. Sanken Bar / Garden Bar e. Expresso Bar

f. Private Bar g. Lounge Bar

h. Bar and Restaurant. Biasanya terdapat di kota-kota, bentuk dan tampilannya seperti restoran pada umumnya. Bar-nya terletak disudut restauran, dilengkapi dengan hiburan seperti band untuk menghibur tamu-tamu yang sedang makan dan minum.

i. Public Bar j. Service Bar

2.2 Persyaratan Dalam Restoran

Menurut Marsum (2007; 21), secara garis besarnya kegiatan didalam sebuah restoran dapat dibagi dalam empat jenis kegiatan, yaitu:

1. Dapur, untuk mempersiapkan dan memproduksi hidangan.

2. Ruang makan (dinning area), untuk menawarkan, menjual dan sekaligus meyajikan hidangan-hidangan yang dimasak oleh bagian dapur.

3. Bar, untuk menjual minuman beralkohol dan melayani tamu. 4. Kasir, tempat tamu untuk melakukan pembayaran.

2.3 Sejarah

(11)

Rumah makan pertama kali yang kemudian dikenal dengan nama restoran didirikan pada tahun 1765 oleh A. Boulanger, yaitu makanan berupa sup sayur di Paris. Keberadaan rumah makan ditunjukkan dengan memberikan tanda pada pintu rumahnya dalam bahasa latin “Datanglah pada saua dengan perut buruk kamu (dalam keadaaan lapar dan saya akan menyembuhkan kamu.”

Selanjutnya banyak ditiru oleh para juru masak dan pelayan yang meninggalkan majikan mereka masing-masing dengan mendirikan usaha yang sama. Hal ini merupakan salah satu peristiwa penting mengikuti perkembangan revolusi Perancis. Keruntuhan kaum bangsawan mengakibatkan mereka tidak dapat membiayai pengikutnya lebih lanjut, termasuk tukang masak dan pelayang-pelayannya. Di antara restoran yang pertama kali berdiri, salah satu diantaranya didirikan oleh seorang yang bernama Antonis Beauviliers.

Di Inggris restorang mulai dikenal sejak abad ke-16, dalam bentuk penyediaan makanan pada kedai minuman dan penginapan dengan harga dan waktu yang sudah ditentukan terlebih dahul. Tetapi istilah restoran itu sendiri baru digunakan setelah revolusi Perancis pada awal abad ke-19.

Rumah makan di Amerika pada umumnya meniru rumah makan di Inggris, disamping rumah makan yang khusus untuk Imigran. Rumah makan Delmonico di New York dibuka pada awal tahun 1837, dan dianggap sebagai restoran pertama di Amerika karena restoran itu sendiri didirikan dengan mengikuti sistem restoran di Perancis.

2.4 Elemen Interior

Ruang adalah suatu wadah dari objek-objek yang keberadaannya dapat dirasakan secara subyektif, dapat dibatasi oleh elemen-elemen alam, langit, horison dan lain-lain (Suptandar, 1995: 57). Dalam interior ruang juga bisa dikatakan sebagai tempat atau wadah yang dibatasi oleh unsur-unsur interior yaitu latai, dinding dan plafon. Unsur pembentuk ruang dapat dibagi menjadi lantai, dinding dan plafon yang menjadi satu kesatuan struktur penunjang kegiatan.

(12)

Dinding merupakan pembatas, penyekat dan pembagi sebuah ruangan. Secara struktural, dinding merupakan pemikul beban bangunan dan sekaligus merupakan pelindung ruang dari pengaruh lingkungan sekitarnya, serta berfungsi sebagai penutup pembatas ruang baik visual maupun akustikal. (Mangunwijaya, 1980; 339)

Dinding sebagai pembatas ruang dinding mempunyai fungsi sebagai:

“unsur-unsur vertikal suatu bentuk bisa berupa dinding-dinding interior, dapat menjadi penyangga bidang lantai dari suatu bangunan. Unsur tersebut mengendalikan kontinuitas visual serta ruang antara, ruang dalam dan luar bangunan. Dinding merupakan alat bantu dalam menyaring aliran udara, cahaya, suara, dan sebagainya, melalui ruangan-ruangan suatu bangunan (Ching, 1991; 136). Dinding bangunan pada umumnya tidak kurang dari 300 cm, dengan ketebalan 15-20 cm.

Terdapat pula hubungan antara dinding dengan pencahayaan, yaitu: posisi dinding untuk pengaruh sinar, warna dinding atau pembentuk dinding. Penggunaan bahan penutup dinding, posisi dan jenis lampu yang digunakan. Dinding mempunyai peranan yang menentukan, karena dari dinding akan memperoleh warna suasana, seperti suasana sejuk, akrab, kekeluargaan, dan lain-lain.

Warna dinding juga berpengaruh pada kesan ruang, warna-warna yang mengkilat lebih banyak memantulkan sinar sebaliknya warna buram kurang memantulkan sinar. Warna-warna yang terang memberikan kesan ringan dan luas pada suatu ruang, sedangkan warna gelap memberikan kesan berat dan sempit (Suptandar, 1982; 46).

Untuk interior restoran menggunakan warna hues sebagai pembangkit selera makan yang terdiri dari warna merah panas, kuning ucat, hijau terang, cokelat dengan aksen pink sebagai pemanis. Hues adalah nama yang diberikan pada warna untuk membedakan warna yang satu dengan yang lainnya.

Selain warna, dinding juga merupakan bidang yang secara leluasa dapat dihias dengan selera. Cara menghias dinding menurut Suptandar (1986; 30):

(13)

b) Dinding ditutup atau dilapisi dengan bahan yang ornamentik atau dengan memasang hiasan-hiasan yang ditempel pada dinding.

Dinding atau partisi yang mudah dipindahkan dan direlokasikan, terutama digunakan di ruang makan yang bersifat private serta ruang dengan banyak fungsi yang memungkinkan perubahan dalam ukuran maupun fungsi ruang.

BAHAN KEUNTUNGAN KERUGIAN

Tidak tahan cuaca (lembab, hujan, dll) Relative mahal (kayu solid)

Penghantar dingin yang buruk Pemeliharaan sulit

(14)

Lantai merupakan tempat berpijak atau alas tempat beraktifitas. Lantai berfungsi sebagai penutup ruang bagian bawah dan juga memikul beban diatasnya, baik beban dari unsur pembentuk ruang itu sendiri maupun beban dari pengisi ruang. (Mangunwijaya, 1980; 329).

Toni Chi seorang pakar desain restoran Amerika berpendapat dalan acara seminar sehari Restaurant Design Concept bahwa perbedaan tinggi lantai pada restoran umumnya tidak begitu disukai karena ketika melayani tamu terlalu merepotkan walaupun hal tersebut mungkin dapat memberikan keuntungan dalam perancangan. Kalaupun perbedaan tinggi laintai ini diperlukan sebaiknya jangan lebih dari dua atau tiga anak tangga. Lantai pada bagian utama restoran harus sama tinggi pada bagian dapur.

Menurut Suptandar (1985: 7), penggunaan warna-warna pada penutup lantai memberikan kesan tertentu terhadap ruangan, inisialnya warna biru memberi kesan sejuk, warna merah memberi kesan panas.

Fungsi lantai

Lantai dapat menunjang fungsi dan kegiatan yang terjadi dalam ruang. Suptandar (1985: 29) mengatakan bahwa, “masalah lantai memberikan jawaban langsung pada bagaimana sirkulasinya, dan gerakan yang masih mungkin terjadi dalam ruang dimana desainer kadang melupakan kebutuhan luas minimum yang justru memberikan kenyamanan dan keindahan interior.”

1. Sebagai struktur penguat

Menunjang kegiatan manusia, penunjang furniture, lalu lintas (sirkulasi) dan kekuatannya sangat tergantung dari konstruksi dan pemilihan materialnya. Pemilihan metrial tergantung pada:

(15)

g. Ekonomi

h. Persyaratan pendukung

Selain pemilihan material yang sesuai, konstruksi lantai juga sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, tekanan beban lantai, serta jenis lantai yang digunakan.

2. Sebagai Pengontrol lingkungan a. Terhadap air tanah

Dibuat air gap (celah udara), biasanya pada rumah tradisional yang menggunakan bahan kayu sebagai lantai.

b. Terhadap iklim c. Terhadap panas

Sebagai isolasi panas dan sebagai penghantar panas / hangat.

d. Terhadap suara

Sebagai transmisi suara, penghantar dan peredam suara (tergantung pada bahan yang digunakan), penyekat vibrasi (getaran).

3. Memberikan penampilan yang baik

Selain fungsional, prnutup lantai sebagai finishing dapat memberikan penampilan yang baik. Finishing lantai mempunyai fungsi:

Fungsi fisik

a. Melindungi struktur bangunan (lantai) dari tekanan, benturan karena pemakaiandan korosi/kerusakan.

b. Keamanan dan kenyamanan sesuai dengan kondisi yang diinginkan (hangat, dingin, tidak bising, dan sebagainya)

(16)

a. Dengan warna, tekstur, membuat permukaan lantai lebih menarik/estetis sesuai dengan fungsi, sifat dan karakter ruang.

Menurut Suptandar (2000; 178) dalam merancang lantai pada restoran ada berbagai jenis bahan yang umum digunakan sebagai bahan penutup lantai beton, tiap-tiap bahan memiliki sifat dan karakter tersendiri serta kelebihan yang berbeda-beda.

Dalam buku The Encyclopedia Americana (1990: 263), fungsi lantai tidak saja sebagai tempat untuk kaki berpijak, tetapi juga sebagai unsur dekorasi, sebagai pendukung beban untuk penempatan furniture, fasilitas dan lain sebagainya, dan sebagai penyerap atau peredam suara. Bahan lantai ada dua jenis, yaitu:

1. Bahan keras berupa kayu, batu alam, batu bata, marmer, dan sebagainya. 2. Bahan lembut berupa karpet, permadani dan sebagainya.

Untuk kekuatan lantai, pemilihan material lantai yang tahan terhadap kelembapan, minyak dan noda khususnya daerah yang digunakan untuk bekerja atau daerah lalu lalang. (Ching, 1996: 199).

Bahan penutup lantai yang digunakan:

(17)

Karpet ruangan bawah. Fungsi utama dari plafon dalam suatu desain yaitu sebagai penutup bangunan dan menyembunyikan peralatan-peralatan engineering serta terminal euipment.

Adapun beberapa jenis-jenis plafon yang dapat diterapkan pada restoran, bar, dapur, koridor, dan lainnya akan tergantung dari beberapa faktor, seperti:

a. Pelayanan engineering: ukuran dan desain ducting, kabel dan lain-lain. b. Terminal: difuser, kisi, fitting tanam ataupun gantung.

(18)

f. Mudah dicapai dan tersedia jalan masuk: untuk pekerjaan dan penggantian equipment.

g. Memperhitungkan peranan konstruksi. h. Perbandingan harga.

(Lawson, 1994; 126)

Langit-langit atau ceilling selain sebagai penutup ruang juga sebagai petunjuk arah sirkulasi, penempatan titik lampu, serta menunjukan perbedaan visual areal ruang (Lawson, 1973; 13). Tinggi rendahnya ceilling akan mempengaruhi kualitas ruangan, seperti halnya kesan dan suasana akustik ruang (Suptandar, 1982; 58).

No. Jenis bahan Karakter Keterangan

1. Gypsum

board Kedap suaraDapat dicat

 Tersedia dengan berbagai macam bentuk dan ukuran  Tahan terhadap api

2. Bambu  Kedap suara

 Tidak tahan air

 Mempunyai nilai estetis  Ukuran dapat disesuaikan

 Sangat baik untuk ruang denga gaya etnik dan tradisional

3. Plywood  Tidak tahan air  Ukuran terbatas

(19)

2.5 Tinjauan Estetika

Ketentuan dari keseimbangan, skala, warna dan fungsi adalah alat penolong untuk membuat dekorasi agar dapat menambah keindahan disekitarnya dengan dekorasi-dekorasi baik yang konvensional sampai yang tradisional (Suptandar, 1982: 130). Untuk mendekorasi sebuah ruang diperlukan suasana yang diinginkan serta aktivitas dari konsumen maupun karyawan juga menentukan dekorasi ruangan.

Estetika dalam arti teknis ialah ilmu keindahan, ilmu yang mengenai kecantikan secara umum, estetika bukanlah cara untuk menikmati keindahan, akan tetapi usaha-usaha untuk memahaminya. (Anwar, 1975: 5).

Birkhoff berpendapat bahwa pengalaman estetik seseorang sebenarnya terdiri dari tiga tahap yang faktor-faktornya dapat diukur, yaitu:

1. Langkah awal untuk mengamati objek atau benda estetik yang berkaitan dengan tingkat kerumitan benda tersebut (C)

2. Nilai atau ukuran estetik (M)

3. Kesadaran bahwa benda tersebut mempunyai ciri harmoni, simetri atau ketertiban (keberaturan) yang penting sebagai unsur estetik (O)

M : adalah ukuran estetik yang ditentukan oleh faktor ketertiban (keberaturan) pada benda estetik.

O : adalah kesadaran intuitif terhadap nilai yang ditimbulkan oleh benda estetik.

C : adalah tingkat kerumitan (complexity) benda estetik. (Sachari, 1989: 21).

2.6 Teori Warna

Dalam buku Unsur Warna dalam Perancangan Desain karangan Artini Kusmiati dan Pamudji Suptandar, disebutkan beberapa persepsi bila sebuah warna ditangkap oleh pengelihatan manusia yaitu:

a. Persepsi Visual

(20)

b. Persepsi Thermal

Masing-masing warna mempunyai temperatur yang berbeda-beda dan maisng-masing warna tersebut mempunyai temperatur yang berbeda-beda. Warna muda mempunyai kemampuan merefleksi panas lebih besar, sedangkan warna tua mempunyai kemampuan menyerap panas, sehingga panas yang diterima disimpan di dalam benda yang berwarna tersebut.

c. Persepsi Psikologi

Setiap warna menunjukan gejala emosional yang berbeda. Warna-warna hangat (hues) sering dihubungkan dengan api, matahari dan panas. Warna ini mampu menaikkan emosional seseorang. Warna dingin (cool hues) sering dihubungkan denan es, bayang-bayang dan air.

2.7 Konsep Desain Interior 2.7.1 Industrial Design

Menurut Saidin (1997), desain industri (Industrial design) adalah seni terapan di mana estetika dan usability (kemudahan dalam menggunakan suatu barang) suatu barang disempurnakan. Desain industri menghasilkan kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna atau garis dan warna atau gabungannya, yang berbentuk tiga atau dua dimensi yang memberi kesan estetis. Dapat dipakai untuk menghasilkan produk, barang, komoditas industri atau kerajinan tangan.

Industrial design menjadi sebuah gaya atau konsep yang pada awalnya merambah dunia desain interior dan arsitektur Eropa. Hal ini disebabkan karena banyaknya bangunan bekas pabrik yang tak lagi difungsikan. Agar tak menjadi terbengkalai masyarakat sekita mensiasatinya dengan melakukan penyesuaian agar gedung-gedung tersebut dapat dijadikan sebagai hunian yang layak dan nyaman.

(21)

menunjukkan karakternya. Hasilnya, sedikit rustic namun lebih rapi karena disesuaikan dengan fungsi bangunan terebut.

Industrial design dalam desain interior maupun arsitektur, biasanya ditandai dengan material atau komponen yang bersifat unfinished. Seperti contohnya pada langi-langit tanpa plafon, pipa-pipa saluran atau kabel listrik yang sengaja dibiarkan terlihat, dinding bata tanpa plitur dan lain sebagainya.

2.7.2 Green Design

Kata hijau (green) sering kali digunakan karena memiliki penekanan makna kata yang lebih lentur dan melambangkan alam yang berkelanjutan. Dengan alasan yang sama, ada juga yang menggunakan istilah ekologis. Semua kata yang digunakan memang berbeda, namun memiliki tujuan yang sama.

Green design merupakan sebuah gerakan atau konsep yang bertujuan untuk melindungi dan melestarikan alam demi kepentingan semua pihak, baik untuk masa kini maupun masa depan nanti. Terdapat beberapa cara untuk menggambarkan sebuah desain untuk menggambarkan konsep ini, yaitu dengan proses pendekatannya menekankan pada penggunaan istilah “4-R”, yaitu reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), recycle (daur ulang), regenerate (memperbarui). Walaupun kata reduce (mengurangi) kemungkinan akan memicu gambaran terhadap sesuati yang hilang, aplikasinya akan lebih diutamakan pada pengurangan pemborosan ataupun segala sesuatu yang berlebihan.

BAB III

(22)

3.1 Rancangan Penelitian

Mengingat dalam penelitian ini, peneliti akan mengevaluasi tentang penggunaan elemen interior pada resto & bar Potato Head baik dari segi fungsi, perawatan, ketahanan, keamanan material. Maka dalam rancangan penelitian ini menggunakan metode deskriptif.

3.2 Objek Penelitian

Restoran dan bar Potato Head yang berada di pusat perbelanjaan Pasific Place Jakarta untuk meneliti Elemen Interior yang meliputi lantai, dinding, ceiling.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dimulai selama 3 bulan yaitu dari September 2013 sampai akhir desember 2013 dan bertempat di Jakarta.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Mengobservasi Resto dan Bar yang berada di Potato Head Pasific Place serta mencari literatur tentang Resto dan Bar dari berbagai sumber literatur dengan menggunakan metode kualitatif.

BAB IV

(23)

4.1 Potato Head

Potato Head merupakan resto dan bar yang bernaung dibawah perusahaan PTT Family. Potato Head memiliki konsep yang sangat menarik dimana tercipta perpaduan antara bistro tradisional dan bar yang ada di seluruh dunia. PTT Family pertama kali mendirikan Potato Head resto & bar di Bali. Kesuksesannya di Bali tidak hanya sampai disitu, Potato Head Family terus berupaya mengembangkan sayapnya ke Jakarta yang hingga saat ini sudah memiliki 2 cabang Potato Head resto & bar yang masing-masing memiliki konsep desain yang berbeda namun masih dalam satu garis desain.

4.2 Sejarah Potato Head

Nama resto & bar Potato Head, berasal dari salah satu pemilik restoran yang terkagum-kagum dengan Mr. Potato Head, tokoh kartun rekaan George Lerner. Pemilik restoran menganggap image pintar, lucu dan stylish yang ada pada tokoh kartun yang dibuat pada tahun 1949 ini akhirnya digunakan sebagai nama restoran & bar yang banyak diminati oleh konsumen dari berbagai macam kalangan. Mulai dari usia dewasa hingga anak-anak dapat menikmati suasana serta event dengan tema yang berbeda dari hari-hari kerja, sembari menunggu hidangan datang.

(24)

Terletak di lantai dasar Pacific Place, Potato Head resto & bar mencoba mengajak konsumen untuk bisa menikmati suasana makan yang berkesan dengan desain yang berdasarkan konsep industri vintage. Tempat ini berada di dalam Pacific Place Mall tetapi memiliki pintu masuk yang terpisah dari mal tentunya akan memisahkan jenis pengunjung yang berdatangan sehingga terkesan lebih eksklusif.

Desain interior yang sangat eksklusif tercipta dari pengaturan yang unik serta desain yang orisinil dilengkapi dengan interpretasi yang berbeda dari masakan bistro otentik serta daftar minuman koktail yang menjadikan resto & bar ini memiliki standar baru dalam budaya minum di Jakarta. Potato Head bermula dari sebuah ide sederhana untuk berbagi sesuatu yang asli dan pribadi kepada publik. Sejak didirikan, Potato Head telah dipilih sebagai salah satu resto & bar terbaik di ibukota.

Furnitur vintage yang unik didalam ruangan tertutup dengan seni mural modern dan tekstur arsitektur. Kombinasi semi fine-dine bergaya kasual menghadirkan suasana yang nyaman. Potato Head resto & bar terdiri dari 3 area yaitu, outdoor dining (non-smoking), bar, dining area yang berada di main room dan lantai mezanine diatasnya.

(25)

b. Bar

(26)

d. Dining Room Mezanine

e. Outdoor Dining

4.3 Elemen Interior 4.3.1 Lantai

(27)

pada dining area dan bar, menggunakan keramik bakar tradisional berukuran 20 x 20 cm berwarna abu-abu yang berasal dari Yogyakarta.

Penutup lantai pada area mezanine juga di desain berbeda dengan area lainnya. Di area ini menggunakan parquet kayu solid yang unfinished sehingga memberikan kesan tua dan hangat dengan ukuran 20 x 90 cm. Resto & bar ini tidak menggunakan perbedaan ketinggian lantai yang biasanya digunakan untuk membedakan area satu dengan area lainnya, kecuali pada area mezanine.

4.3.2 Dinding

(28)

Dibagian ujung ruangan yang menjadi sorotan terdapat dinding hijau yang menerus hingga plafon teratas, dinding tersebut dipenuhi dengan tanaman rambat hidup, sehingga suasana hijau dapat dirasakan didalam ruangan sekalipun. Dengan mengusung tema industrial-green design, maka penggunaan pembatas dinding atau sekat antar ruang sangat diminimalisir sehingga baik konsumen yang berada di dalam maupun diluar ruangan dapat atmosfer yang sama. Namun tidak menutup kemungkinan area dalam difungsikan secara tertutup dengan dibatasi oleh pintu kaca yang fleksibel sebagai pembatas antara indoor dan outdoor area.

(29)

4.3.3 Plafon

(30)

sebagai komponen estetis pada resto & bar ini yang semuanya berasal dari rumah-rumah tua yang berada di Jakarta, Yogyakarta dan Semarang.

4.4 Warna

Konsep warna pada desain interior resto & bar ini adalah natural. Warna-warna natural tersebut terdapat pada penggunaan material alami seperti pada dinding, lantai, dan plafon yang sengaja dibuat tanpa finishing sebagai pertimbangan terhadap dampak yang ditimbulkan serta ketahanannya. Pengaplikasian warna natural juga diwujudkan dari penggunaan kayu usang pada furniture dan komponen lainnya yang sengaja tidak di finishing ulang. Aksen warna cerah diberikan dibeberapa bagian seperti warna merah dan biru pada susunan acak daun jendela atau krepyak sebagai point of view. Pihak pengelola Potato Head resto & bar berharap dengan pemilihan warna-warna tersebut akan memberikan dampak posistif pada psikologis pengunjung yang nantinya akan membawa keuntungan bagi perusahaan.

4.5 Tema Desain

(31)

menampilkan sisi industrial design pada masa kejayaannya. Dining area di dalam ruangan dihiasi dengan lukisan dinding (mural) yang modern dan artistik. Lukisan tersebut mencerminkan bahwa resto & bar ini bersifat fleksibel yaitu mencangkup semua kalangan usia di waktu tertentu, serta khususnya bagi kaum urban. Tekstur arsitektur pada resto & bar ini sengaja ditonjolkan dengan material yang unfinished seperti pada dinding struktural, lantai serta plafon.

Industrial design yang cenderung kaku dan dingin diimbangi dengan pemilihan furnitur dan elemen interior yang memberikan kesan hangat. Potato Head resto & bar menginginkan sebuah konsep yang unik dan kesan aneh yang berbeda dalam satu konsep ruang, hal tersebut yang melatar belakangi ide kreatif pada resto & bar ini dimana ada hawa industri namun terdapat juga rasa nyaman seperti dirumah.

(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

a. Elemen interior yang digunakan Potato Head resto & bar menggunakan keramik dan parquet non solid yang memiliki daya tahan dan keamanan yang sangat baik untuk public space dengan tingkat keramaian cukup tinggi seperti restoran.

b. Elemen dinding menggunakan finishing cat pada dinding mural serta

penggunaan jendela tak terpakai yang sudah di finishing oleh cairan anti rayap sehingga aman untuk digunakan sebagai elemen estetis. Hal tersebut

menambah nilai estetika. Dari segi keamanan dan ketahanannya elemen tersebut sangat disarankan serta perawatannya yang mudah.

(33)

d. Dengan menggunakan barang-barang bekas sebagai komponen desain interior serta memberikan area hijau pada resto & bar, hal ini merupakan salah satu langkah untuk penghijauan kota dan pemanfaatan limbah yang kemudian diolah menjadi sesuatu yang baru dan menarik.

5.2 SARAN

Ceiling /plafon yang diekpos akan memakan biaya lebih banyak

dibandingkan dengan yang menggunakan penutup, karena butuh perawatan ekstra untuk membersihkannya terlebih lagi ruangan ini di desain terbuka. Debu yang berada di sekitar ducting atau di sela-sela kusen, sewaktu-waktu akan

menimbulkan ketidaknyamanan tersendiri.

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Badudu-Zain. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan

Ching, Francis D.K. 1996. Ilustrasi Desain Interior. Jakarta. Erlangga

Hariman, Gustaff. 2008. Paradoks Perkembangan Ekonomi Kreatif di Kota Bandung. Bandung

Lawson, Fred. 1987. Restaurants, Clubs, and Bars; planning, design and investment. London. Architectural Press

Mangunwijaya, Y.B. 1980. Pasal-Pasal Pengantar Fisika Bangunan. Jakarta. PT. Gramedia

Marsum, W.A. 1994. Restoran dan Segala Permasalahannya. Yogyakarta. Andi Offset

Saidin, S.H., M. Hum. 1997. Aspek Hukum dan Kekayaan Intelektual. Jakarta. Rajagrafindo

(35)

Referensi

Dokumen terkait

Terhadap permohonan ijin Apotik ang ternyata tidak memenuhi persyaratan dimaksud dalam pasal 5 dan atau pasal 6 atau lokasi Apotik tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala

Longsor merupakan perpindahan massa Longsor merupakan perpindahan massa tanah secara alami, longsor terjadi dalam tanah secara alami, longsor terjadi dalam waktu yang

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dalam penulisan tesis ini penulis lebih memilih menggunakan istilah pencucian uang, maka dapat disimpulkan bahwa pencucian uang

Home industry Lanting Bumbu Mekar Sari dalam melakukan perhitungan biaya dalam penentuan harga pokok produksi belum menerapkan analisis.. metode

Langkah yang keempat adalah pengujian perangkat lunak, yaitu pengujian aplikasi yang akan dilakukan dengan teknik black box testing dengan menfokuskan pengujian pada

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor yang menjadi penentu atau yang memiliki pengaruh terhadap intensi berperilaku tidak merokok pada remaja, dengan menggunakan variabel

Akan tetapi, penelitian ini hanya menjelaskan masalah intonasi kalimat perintah bahasa Indonesia oleh penutur bahasa Jepang, dengan analisis karakterisasi intonasi

Karena ditulis dalam konteks menghadapi masalah dan tekanan sehingga sang pe- nulis berseru langsung kepada TUHAN (YHVH), menceritakan pergumulan dan masalah yang dihada- pi,