Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Karies Gigi dengan Status
Karies Gigi Murid di Taman Kanak-Kanak Kusudarsini
Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar
Ayub Irmadani Anwar*, Felicia Devy T***Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat **Mahasiswa Tingkat Kepaniteraan
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia
Abstract:
Introduction: The main problem in the child’s oral cavity is dental caries. Parents’ role, especially mothers as the closest person with pre-school children take a main role as a model usually been followed. The purpose of this study was to determine the relation between mother’s knowledge with dental caries status in children in kindergarten Kusudarsini, Biringkanaya district of Makassar. Methods: Research methode using observational analytic of 35 kindergarten students Kusudarsini. Mother’s knowledge was considered based on questionnaire that had been distributed to the parents and filled by the mothers and dental caries status was assessed by using the def-t index.
Results: Mean def-t highest in children aged 4 years (10.17) and female gender (8.71). Most of mothers showed good knowledge and no respondent considered worst knowledge about dental karies. There was no significantcy relation shown between mother’s knowledge with children dental caries status (p=0.220).
Conclusion: There was no significantcy relation shown between mother’s knowledge and dental caries status. This is may be caused there was subjectivity of mothers when answered the questions on questionnaire.
Keywords : Mother’s knowledge, Dental caries status, Kindergarten students
Abstrak:
Pendahuluan: Masalah utama dalam rongga mulut anak adalah karies gigi. Peranan orangtua, khususnya ibu sebagai orang yang terdekat dengan anak usia prasekolah memegang peranan penting sebagai model panutan yang biasanya akan diikuti oleh anaknya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara pengetahuan ibu dengan status karies gigi murid di Taman Kanak-Kanak Kusudarsini Kecamatan Biringkanaya Sudiang di Kota Makassar.
Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik pada 35 murid Taman Kanak-Kanak Kusudarsini. Pengetahuan ibu dinilai setelah menjawab pertanyaan dari kuesioner yang dibagikan pada orangtua murid dan penilaian status karies dinilai berdasarkan indeks def-t.
Hasil: Nilai rata-rata def-t tertinggi ditemukan pada anak usia 4 tahun (10.17) dan pada jenis kelamin perempuan (8.71). Sebagian besar diperoleh ibu berpengetahuan baik. Tidak ditemukan ibu berpengetahuan buruk tentang karies. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan status karies anak.
Simpulan: Tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan status karies anak. Hal ini dapat disebabkan adanya subjektivitas dari ibu responden dalam menjawab kuesioner.
PENDAHULUAN
Mulut merupakan pintu gerbang pertama di dalam sistem pencernaan.
Makanan dan minuman akan diproses di dalam mulut dengan bantuan gigi-geligi,
lidah, dan saliva. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu
upaya meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya makanan
dan minuman tetapi fungsi mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang menyadari
besarnya peranan mulut bagi kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Oleh karena itu
kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan seseorang. 1
Anak usia prasekolah umumnya sebagian besar menghabiskan waktu mereka
dengan orangtua atau pengasuh mereka, khususnya ibu. Hal inilah yang menunjukkan
bahwa pemeliharaan kesehatan mulut anak dan hasilnya dipengaruhi oleh
pengetahuan ibu dan apa yang dipercayainya. Pengenalan dan perawatan kesehatan
gigi anak sejak dini merupakan sesuatu hal yang kadang-kadang menimbulkan rasa
kekhawatiran pada setiap ibu. Para ibu mempunyai kekhawatiran bagaimana cara
mempersiapkan anak untuk mempersiapkan anak-anaknya saat menerima perawatan
gigi. Selain itu para ibu juga merasakan kekhawatiran apabila telah melihat ada
kelainan pada gigi anaknya. Rasa khawatir tersebut dapat ditanggulangi dengan cara
mempersiapkan para calon ibu, dan para ibu dalam mengambil langkah-langkah apa
yang dapat dilakukan di dalam mengenalkan perawatan gigi pada anaknya serta
menambah pengetahuan para ibu mengenai kelainan-kelainan pada gigi dan mulut
Instruksi pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di rumah telah banyak
disusun oleh para ahli. Program tersebut menekankan pada pencegahan terjadinya
karies. Oleh karena masih banyak para orang tua yang beranggapan bahwa gigi-geligi
susu hanya sementara dan akan diganti oleh gigi-geligi tetap sehingga mereka tidak
memperhatikan mengenai kebersihan gigi-geligi susu. Penerapan instruksi
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya telah dimulai sejak bayi masih di
dalam kandungan, sehingga orang tua akan lebih siap di dalam melakukan instruksi
tersebut.1
Peran serta orangtua sangat diperlukan di dalam membimbing, memberikan
pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak dapat
memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. Selain itu orangtua juga mempunyai peran
yang cukup besar di dalam mencegah terjadinya akumulasi plak dan terjadinya karies
pada anak. Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya
perilaku yang mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak.
Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu
melalui proses pendidikan. Orangtua dengan pengetahuan rendah mengenai
kesehatan gigi dan mulut merupakan faktor predisposisi dari perilaku yang tidak
mendukung kesehatan gigi dan mulut anak. 1
Taman Kanak-Kanak Kusudarsini terletak di Jalan Paccerakang, Kompleks
Yayasan Perumahan Pegawai Kantor Gubernuran Kecamatan Biringkanaya Kota
kanak-kanak ini memiliki murid sebanyak 39 orang dan terbagi menjadi tiga kelas,
taman kanak-kanak ini memiliki lima orang staf pengajar dan satu orang Kepala
Sekolah. Informasi dari taman kanak-kanak dan puskesmas menyatakan bahwa
Taman Kanak-Kanak Kusudarsini ini jarang diberi penyuluhan maupun intervensi
kesehatan gigi.
Karena keanekaragaman pengetahuan orangtua tentang kesehatan gigi inilah
penulis merasa tertarik untuk meneliti hubungan pengetahuan ibu tentang kesehatan
gigi dengan status karies gigi murid di Taman Kanak-Kanak Kusudarsini.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan
ibu tentang karies gigi dengan status karies gigi pada murid TK Kusudarsini.
Hipotesis penelitian ini yaitu ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan status
karies anak.
TINJAUAN PUSTAKA
Pendidikan kesehatan gigi adalah suatu proses belajar yang ditujukan kepada
individu dan kelompok masyarakat untuk mencapai derajat kesehaatan gigi yang
setinggi-tingginya. Soemantri menyatakan bahwa pendidikan kesehatan gigi adalah
suatu usaha atau aktivitas yang memperngaruhi orang-orang sedemikian rupa
sehingga baik untuk kesehatan pribadi maupun kesehatan masyarakat. 3
Bastian berpendapat bahwa pendidikan kesehatan gigi adalah semua aktivitas
memberikan pengertian akan cara-cara bagaimana memelihara kesehatan gigi dan
mulut. 3
Menurut Noor (1972), tujuan pendidikan kesehatan gigi adalah: 3
1. Meningkatkan pengertian dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
2. Menghilangkan atau paling sedikit mengurangi penyakit gigi dan mulut
dan gangguan lainnya pada gigi dan mulut.
Pembangunan di bidang kesehatan berujuan unuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat agar tingkat kesehatan masyarakat menjadi lebih baik.
Pembangunan di bidang kesehatan gigi merupakan bagian integral pembangunan
nasional. Artinya, dalam melaksanakan pembangunan di bidang kesehatan,
pembangunan di bidang kesehatan gigi tidak boleh ditinggalkan. 4
Rongga mulut merupakan cerminan dari kesehatan kita, dimana gigi berfungsi
untuk mengunyah makanan yang dibutuhkan oleh tubuh, untuk berbicara,
menentukan bentuk wajah dan kecantikan. 4
Umumnya orangtua sering mengabaikan pertumbuhan dan pemeliharaan gigi
susu, karena kebanyakan mereka beranggapan bahwa gigi susu tidak begitu penting
keadaannya karena akan digantikan oleh gigi tetap. Kerusakan gigi yang terlalu dini
Instruksi pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di rumah telah banyak
disusun oleh para ahli. Program tersebut menekankan pada pencegahan terjadinya
karies. Oleh karena masih banyak para orangtua yang beranggapan bahwa gigi-geligi
susu hanya sementara dan akan diganti oleh geligi tetap sehingga mereka tidak
memperhatikan mengenai kebersihan geligi susu. 1
Penerapan instruksi pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya telah
dimulai sejak bayi masih di dalam kandungan, sehingga orang tua akan lebih siap di
dalam melakukan instruksi tersebut. 1
Menurut ahli psikologi usia anak terdiri dari beberapa
tingkatan yaitu usia bayi, anak, prasekolah, sekolah, dan remaja.
Beberapa pendekatan dalam menerapkan suatu perilaku dan
kebiasaan dapat diterapkan pada masing-masing kelompok
tersebut. Pengetahuan para dokter gigi mengenai perkembangan
perilaku anak merupakan hal penting di dalam melaksanakan
program pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. 1
Beberapa kelainan gigi dan mulut yang sering terjadi pada usia
anak: 1
2.1 Kelainan pada gigi-geligi
2.1.1 Gigi berlubang.
Kelainan pada gigi-geligi yang sering terjadi pada anak adalah
gigi biasanya giginya sudah mengalami kerusakan yang amat
parah, gigi berlubang yang sangat besar sekali, bengkak, bahkan
ada yang ompong. Proses terjadinya lubang pada gigi
dipengaruhi oleh 4 faktor penyebab utama ; yang terjadi dalam
waktu bersamaan, faktor tersebut adalah:
1. Kuman, terdapat pada gigi. Secara normal kuman ada dan
diperlukan di rongga mulut, tetapi apabila terdapat sisa
makanan yang melekat terus di gigi dapat menjadi
penyebab terjadinya lubang gigi.
2. Sisa makanan, terutama golongan karbohidrat seperti
gula, roti, atau makanan sejenis lemak lainnya yang
lengket pada gigi. Sisa makanan yang melekat terus pada
gigi dapat diubah oleh kuman menjadi asam yang
melarutkan email gigi sehingga terjadi lubang gigi.
3. Gigi, dengan bentuk anatomi yang berlekuk
kadang-kadang sulit untuk dibersihkan secara sempurna dan dapat
mempercepat proses lubang gigi.
4. Waktu, dari ketiga faktor di atas memerlukan proses dalam
beberapa waktu yang bersamaan.
Lubang gigi memiliki kedalaman dan besar yang
1. Lubang pada email, biasanya tidak menimbulkan rasa
sakit, namun bila ada rangsangan yang berasal dari
makanan atau minuman yang dingin terasa linu. Apabila
rasa linu sudah muncul hendaknya segera ke dokter gigi
agar dapat dilakukan penambalan.
2. Lubang sampai dentin, ditandai dengan adanya rasa sakit
apabila tertimbun sisa makanan. Apabila makanan
diangkat maka akan berkurang rasa sakitnya.
3. Lubang sampai syaraf gigi, gigi terasa sakit terus-menerus
sifatnya tiba-tiba atau muncul dengan sendirinya. Rasa
sakit akan hilang sejenak apabila diberi obat pengurang
rasa sakit. Hendaknya segera datang ke dokter gigi untuk
dilakukan perawatan syaraf gigi. Perawatan syaraf gigi
membutuhkan beberapa kali kunjungan, sampai hilangnya
infeksi dan setelah perawatan syaraf selesai baru
dilakukan penambalan.
4. Tipe gigi berlubang akibat meminum susu. Pemberian susu
botol di malam hari (di sela-sela waktu tidur) dan
pemberian yang melebihi usia 12 bulan sering
menimbulkan gigi berlubang. Tanda-tanda gigi yang
terlihat warna kecoklatan sampai hitam dan dapat meluas
sampai ke gigi belakang.
Karies yang disebabkan minum susu botol dapat dicegah
dengan cara tidak memberikan air susu di tengah tidur malam,
dan selalu bilas dengan air putih, biasakan anak minum susu di
gelas sejak anak berulang tahun kesatu, pemberian jus
buah-buahan hendaknya menggunakan gelas, selalu memperhatikan
kebersihan rongga mulut.
2.1.2Susunan gigi tidak teratur
Susunan gigi yang tidak teratur disebabkan oleh ukuran gigi
yang lebih besar daripada ukuran rahang. Dapat terjadi pada
geligi sulung maupun gigi tetap. Upaya pencegahan yang
sangat mudah dilakukan adalah biasakan anak mengunyah
makanan (tidak dikulum/emut), berikan rangsangan makanan
yang membutuhkan proses pengunyahan (makanan jangan
yang lunak), dan perhatikan saat usia pergantian gigi sehingga
tidak terjadi penumpukan gigi. Apabila susunan gigi sangat
tidak teratur dapat dilakukan perawatan dengan menggunakan
kawat gigi.
Gigi-geligi yang sudah mendekati masa pergantian dengan
gigi tetap sering mengalami kegoyangan. Kegoyangan gigi
disebabkan oleh terjadinya pengurangan panjang akar gigi
akibat adanya desakan dari gigi tetap yang akan tumbuh.
Apabila gigi-geligi terlihat sangat goyang maka dapat dilakukan
pencabutan sendiri dengan menggunakan tangan, namun
apabila kegoyangan gigi masih sedikit sedangkan gigi
penggantinya sudah terlihat akan tumbuh maka segera
kunjungi dokter gigi untuk dilakukan pencabutan.
2.1.4 Tumbuh gigi
Sepanjang hidup gigi mengalami 2 kali masa pertumbuhan,
pertama adalah periode pertumbuhan geligi sulung dan kedua
adalah pertumbuhan geligi tetap. Cara mengetahui
pertumbuhan gigi adalah dengan melihat bagian gusi di tempat
gigi akan tumbuh, apabila terlihat tonjolan ataupun warna putih
maka sebenar lagi gigi akan tumbuh. Pertumbuhan gigi sulung
dimulai pada usia 6 bulan, namun tidak perlu khawatir apabila
pada usia tersebut belum terlihat adanya tanda-tanda akan
tumbuh gigi. Gigi sulung yang pertama tumbuh adalah gigi seri
disusul dengan gigi-gigi samping. Namun urutan ini
kadang-kadang tidaklah sama.
Pertumbuhan geligi tetap dimulai dengan geraham pertama
bawah. Gigi ini sering dianggap sebagai geligi sulung, sehingga
sering terjadi lubang gigi. Gigi geraham pertama bawah akan
mulai tumbuh pada usia 6 tahun, setelah itu geraham pertama
atas, dan gigi seri bawah.
2.2 Kelainan pada gusi
Kelainan pada gusi biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri.
Pada awalnya sering disebut gingivitis dan pada keadaan ini masih
dapat diperbaiki dengan baik. Tetapi bila terjadi perdarahan
terus-menerus biasanya gigi akan menonjol dan akhirnya dapat tanggal
dengan sendirinya.
Penyakit pada gusi memiliki tanda-tanda sebagai berikut :
1. Rasa tidak enak pada gigi disertai bau mulut.
2. Gusi terlihat memerah dan terlihat lunak sehingga mudah
terjadi perdarahan.
3. Tanggalnya gigi dengan disertai rasa sakit saat
mengunyah dan sensitif terhadap perubahan suhu.
4. Terjadi penimbunan karang gigi yang berwarna coklat, dan
Apabila keadaan tersebut terjadi maka segera kunjungi dokter
gigi, agar dilakukan pembersihan karang gigi dan dokter gigi
akan memberikan beberapa saran seperti menjaga kebersihan
mulut yang baik, menghindari merokok dan nutrisi yang
seimbang.
2.2.1 Pembengkakan
Pembengkakan yang terjadi pada gusi dapat disebabkan
adanya peradangan pada gigi maupun pada gusi. Infeksi yang
terjadi pada gigi dapat menjalar menjadi pembengkakan pada
gusi. Pembengkakan yang meluas tidak hanya terlihat di dalam
mulut namun dapat pula terlihat sampai di luar mulut. Wajah
akan terlihat sembab, disertai rasa sakit yang hebat, demam,
dan dapat menyebabkan kesulitan pada saat menelan.
2.2.2 Stomatitis apthosa (sariawan)
Sariawan yang sering terjadi pada rongga mulut, dapat
disebabkan oleh adanya trauma (adanya gigi yang tajam,
makanan yang merangsang) maupun karena kurangnya
konsumsi vitamin. Lesi/luka tersebut akan terasa perih apabila
tersenggol oleh lidah ataupun makanan. Faktor pencetus utama
terjadinya sariawan adalah rasa stres yang kadang-kadang
pemberian salep yang dapat merangsang pertumbuhan jaringan
baru agar luka segera menutup, hindari stres, dan kurangi
makanan yang merangsang.
2.2.3 Warna putih pada lidah akibat air susu
Warna putih pada lidah sering kita dapatkan pada bayi yang
meminum susu. Sisa-sisa air susu yang menempel pada lidah
akan mengalami fermentasi sehingga merangsang untuk
timbulnya jamur. Selain itu pemberian susu botol yang telah
melewati 3 jam dari waktu pembuatan juga merupakan faktor
pencetus terjadinya proses fermentasi. Apabila warna putih
terlihat sangat tebal dan menimbulkan bau yang kurang sedap,
maka hendaknya diberikan obat anti jamur, namun bila belum
terlalu parah dapat dilakukan penyikatan lidah dengan
menggunakan sikat lidah yang lunak.
2.3. Tingkatan Usia Anak
2.3.1. Usia Bayi (0 - 1 tahun)
Usia bayi merupakan usia dimana bayi mulai menyesuaikan
dengan lingkungan luar. Pengaturan metabolisme dan
pembentukan sistem pertahanan tubuh mulai terjadi. Pada usia
ini fase oral merupakan keadaan yang harus ditanggapi oleh
minum sangat jelas terlihat. Oleh karena itu proses
pembentukan perilaku sudah dapat dimulai pada usia ini.
Beberapa tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
yang mulai dapat dilaksanakan adalah :
1. Pengendalian plak.
Pengendalian plak dapat mulai dilaksanakan terutama
pada saat mulai erupsi gigi sulung pertama. Tujuan
pengendalian plak pada bayi adalah menjaga fora oral
secara normal. Teknik pelaksanaannya yaitu dengan
membalut sebatang kayu berbentuk persegi atau lonjong
dengan kain yang dibasahi. Selain itu dapat pula dengan
menggunakan jari telunjuk yang dibalut kain atau handuk
basah kemudian digosokkan pada gigi yang sedang erupsi
dan secara lembut melakukan pemijatan gusi. Pemijatan
gusi bertujuan untuk melancarkan peradaran darah dan
merangsang erupsi gigi.
2. Melakukan kunjungan ke dokter gigi American Academy of
Pediatric Dentistry menyarankan agar kunjungan pertama
ke dokter gigi dimulai pada erupsi gigi pertama atau pada
dan penderita dental trauma, maka kunjungan ke dokter
gigi sebaiknya dilakukan pada usia yang lebih awal.
2.3.2 Usia Anak (1 – 3 tahun)
Perkembangan motorik kasar pada usia ini akan terlihat jelas.
Anak akan terlihat lebih aktif terutama pada saat belajar
berjalan. Kemampuan berbahasa anak mulai berkembang
meskipun masih belum dapat dimengerti dengan baik. Rasa
ingin tahu anak akan terlihat terutama di saat anak melihat
sesuatu yang baru.
Beberapa teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang
dapat dilaksanakan pada usia ini adalah:
1. Penyikatan gigi.
Penyikatan gigi bertujuan untuk mengendalikan plak.
Ukuran sikat gigi disesuaikan dengan ukuran mulut anak.
Sikat gigi yang dapat digunakan adalah sikat gigi manual
maupun elektrik. Pemakaian sikat gigi elektrik hendaknya
dilakukan oleh orang tua atau pengasuh.
2. Pemakaian pasta gigi
Pemakaian pasta gigi sudah dapat dimulai pada usia dua
tahun. Pasta gigi akan memberikan rasa segar di dalam
tersedia di pasaran. Pasta gigi diberikan dalam jumlah
sedikit dan diletakkan pada bulu sikat.
3. Pemakaian fossing hanya dilakukan pada gigi-gigi dengan
kontak yang sangat rapat.
2.3.3 Usia Prasekolah (3 – 6 tahun)
Kemampuan motorik kasar akan lebih baik pada usia ini.
Motorik halus anak mulai berkembang dimana anak sudah
dapat menggambar dan menulis. Penyikatan gigi merupakan
kegiatan motorik halus yang dapat diterapkan untuk anak.
Namun peran orang tua masih sangat besar di dalam
menentukan keberhasilan dalam melakukan pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut anak.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam menerapkan
teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada usia ini
adalah:
1. Mengajarkan cara menyikat gigi dengan benar.
Cara melakukan penyikatan gigi yang mudah dan dapat
dilakukan sendiri oleh anak adalah metode Fons.
Penyikatan gigi dilakukan dengan gerakan memutar pada
gigi anterior maupun posterior.
Pada usia anak kemamapuan refeks penelanan pada anak
sudah lebih baik, sehingga anak sudah dapat berkumur.
Oleh karena pasta gigi yang beredar di pasaran memiliki
rasa yang disukai maka tetap dikhawatirkan anak akan
menelan pasta gigi.
3. Pemberian topikal fuor dalam sediaan gel.
Topikal fuor yang beredar di pasaran memiliki beberapa
rasa. pemiliharan rasa dapat disesuaikan dengan selera
anak.
4. Pemberian obat kumur dalam jumlah sedikit.
Beberapa sediaan obat kumur memiliki rasa yang kurang
disukai anak. Oleh karena itu pemberian obat kumur hanya
bagi anak yang sedang mengalami infeksi di dalam rongga
mulut dan tenggorokan.
5. Pemberian kemoterapeutik lain untuk pengendalian plak
tidak dianjurkan.
Sediaan kemoterapeutik yang sering digunakan adalah
obat-obat antiseptik, antibiotik, enzim, plaque modifying
agents, bahan pengganti gula, dan obat-obatan yang
dapat mencegah menempelnya plak pada gigi. Pemakaian
tidak menimbulkan efek toksisitas sistemik, namun pada
usia ini sebaiknya tidak diberikan untuk anak.
2.3.4 Usia Sekolah (6 – 12 tahun)
Meningkatnya rasa tanggung jawab terhadap tugas sekolah
dan tugas di rumah akan lebih terlihat pada anak usia ini.
Perkembangan motorik halus dan kasar semakin menuju ke
arah kemajuan. Oleh karena itu anak lebih dapat diajarkan cara
memelihara kesehatan gigi dan mulut secara lebih rinci,
sehingga akan menimbulkan rasa tanggung jawab akan
kebersihan dirinya sendiri. Dalam hal ini orang tua memegang
perananan di dalam menerapkan disiplin dalam melaksanakana
tanggung jawab tersebut.
Beberapa teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang
harus diperhatikan pada
usia ini adalah:
1. Penyikatan gigi dan pemakaian pasta gigi sudah
sepenuhnya dilakukan oleh anak. Pemberian disclosing
solution dapat dilakukan agar anak dapat melihat
bagian-bagian yang kotor pada gigi. Adapun teknik penyikatan
gigi yang dapat diterapkan pada anak usia ini adalah
mendapatkan kesulitan saat melakukan penyikatan pada
posisi gigi yang sulit, misal bagian bukal rahang atas dan
rahang bawah. Pada keadaan ini hendaknya orang tua
tetap memandu anak. Setelah selesai menyikat gigi
hendaknya orang tua melakukan pemeriksaan kembali
apakah sudah bersih. Penyikatan gigi dilakukan dua kali
dalam sehari yaitu pagi setelah makan dan malam
sebelum tidur.
2. Pemakaian fossing pada gigi-gigi dengan kontak yang
sangat rapat. Orang tua perlu mengajarkan cara
penggunaan fossing, agar tidak terjadi luka/trauma pada
gusi.
3. Pemberian sediaan fuor melalui aplikasi fuor dan obat
kumur sudah dapat dilakukan bagi anak-anak yang telah
memiliki kemampuan menelan yang baik. Sediaan fuor
sangat dianjurkan bagi anak-anak dengan maloklusi,
dimana kelompok tersebut memiliki resiko karies tinggi.
4. Memperkenalkan pemberian kemoterapeutik. Sediaan
yang dapat diberikan adalah chlorhexidine. Diberikan bagi
anak-anak dengan resiko karies dan penyakit periodontal
adalah penderita penyakit sistemik dan dengan maloklusi
berat.
2.3.5 Remaja (12 – 19 tahun)
Remaja mengalami berbagai perubahan yang dinamis dalam
masanya, diantaranya yaitu meliputi perubahan fsik, kesadaran
(kognisi), dan sosial. Pada usia remaja maka fsik akan tumbuh
menjadi dewasa dan timbul percepatan pertumbuhan karena
adanya koordinasi yang baik diantara kerja kelenjar-kelenjar.
Kemampuan menyimpan informasi setelah merasakannya
adalah tanda kematangan kemampuan berfkir pada remaja.
Masa remaja adalah masa yang paling penting dalam
kesehatan gigi anak-anak, oleh karena itu perlindungan terhadap
penyakit gigi adalah salah satu kepedulian utama dalam
melakukan pencegahan.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
observasional analitik dengan rancangan cross sectional study.
Penelitian dilakukan di Taman Kanak-Kanak Kusudarsini Kecamatan
Populasi penelitian yaitu murid Taman Kanak-Kanak
Kusudarsini Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar sebanyak 39
orang. Kriteria inklusi yaitu semua murid di Taman Kanak-Kanak
Kusudarsini yang hadir dan bersedia diperiksa, sedangkan kriteria
eksklusi yaitu semua murid di Taman Kanak-Kanak Kusudarsini
yang tidak mengembalikan kuesioner pengetahuan, sehingga
subjek penelitian berjumlah 35 orang.
Definisi operasional dari pengetahuan orangtua (dalam hal ini adalah ibu),
yaitu kemampuan ibu responden untuk menjawab pertanyaan secara benar pada
kuesioner pengetahuan tentang kesehatan gigi dan karies gigi. Sedangkan definisi
operasional karies, yaitu terkaitnya sonde pada saat dilakukan sondasi pada
permukaan gigi.
Penilaian status karies gigi dinilai dengan menggunakan indeks def-t dan
klasifikasi menurut WHO, yaitu dengan menghitung banyaknya gigi sulung yang
mengalami d (kerusakan karena karies) , e (dicabut karena karies), f (ditambal karena
karies), dimana:
1. d = Decayed / rusak/jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal
2. e = Indicated for Extracted / indikasi untuk pencabutan/jumlah gigi sulung yang
telah atau harus dicabut karena karies.
3. f = Filled / tambal/jumlah gigi sulung yang ditambal pada permukaan yang tidak
Perhitungan def-t berdasarkan pada 20 gigi sulung. Adapun gigi-gigi yang
tidak dihitung adalah sebagai berikut :
1. Gigi yang hilang termasuk gigi yang belum erupsi dan tidak ada karena
kelainan genital
2. Gigi supernumerary
3. Gigi tiruan yang disebabkan bukan karena karies gigi, tidak dihitung sebagai filled
(tambalan)
WHO memberikan kategori dalam perhitungan def-t berupa derajat interval
sebagai berikut :
1. Sangat rendah : 0,0 - 1,1
2. Rendah : 1,2 - 2,6
3. Moderat : 2,7 – 4,4
4. Tinggi : 4,5 – 6,5
5. Sangat tinggi : > 6,6
Penilaian pengetahuan ibu dengan menggunakan kuesioner dengan penilaian:
a. Rendah : bila total skor 0-5
b. Sedang : bila total skor 6-11
c. Tinggi : bila total skor 12-16
Alat dan bahan yang digunakan untuk menunjang penelitian antara lain : alat
diagnostik, lembar pemeriksaan survey, kuesioner pengetahuan, dan alat tulis.
Data primer, yang disajikan dalam bentuk tabel, dan diolah dengan program
SPSS 16.0.
Jalannya penelitian :
1. Subjek penelitian yaitu semua anak yang bersekolah di Taman Kanak-Kanak
Kusudarsini, Sudiang. Penelitian diawali melakukan penyuluhan mengenai
kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan pada seluruh murid di dalam satu
ruang kelas.
2. Tim pemeriksa kemudian melakukan pemeriksaan klinis terhadap keadaan
gigi geligi murid.
3. Tim pemeriksa membagikan kuesioner kepada para responden untuk
diberikan kepada ibu mereka untuk diisi di rumah dan dibawa pada keesokan
harinya.
4. Kuesioner yang telah terisi dikumpulkan kepada tim pemeriksa dan jumlah
kuesioner yang dikumpulkan sama dengan jumlah kuesioner yang dibagikan,
yaitu 35 buah.
5. Input data yang terdiri dari status karies gigi anak berdasarkan indeks def-t
dan penilaian pengetahuan ibu berdasarkan hasil dari kuesioner yang telah
dibagikan.
6. Pengolahan data dan analisis data
HASIL
Tabel 1 menampilkan 35 subyek yang diteliti, dimana diperoleh 21 (60%) anak
berjenis kelamin laki-laki dan 14 (40%) anak berjenis kelamin perempuan dengan
kelompok umur 4, 5, dan 6 tahun dimana yang terbanyak pada kelompok usia 5 tahun
yaitu 17 (48.6%) anak.
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dan usia
Pada tabel 2, terlihat bahwa sebanyak 23 (65.7%) responden berpengetahuan
baik dalam menjawab pertanyaan kuesioner tentang kesehatan gigi dan karies gigi.
Sebanyak 12 (34.4%) responden berpengetahuan sedang, dan tidak ditemukan
tabel ini terlihat bahwa sebagian besar ibu responden berpengetahuan baik dalam
menjawab pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner.
Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang karies
Pengetahuan ibu n %
Baik 23 65.7
Sedang 12 34.3
Buruk 0 0
Total 35 100
Tabel 3. Distribusi nilai rata-rata def-t anak berdasarkan jenis kelamin anak, usia anak, dan pengetahuan ibu
Tabel 3 menunjukkan distribusi
berdasarkan jenis kelamin dan usia
anak, serta pengetahuan ibu responden,
dimana anak
laki-laki memiliki nilai rata-rata karies
yang masih aktif dan belum ditangani
(d) lebih tinggi dibandingkan anak
perempuan, yaitu sebesar 6.81 dengan
standar deviasi 3.600. Sedangkan pada
gigi yang sudah dicabut atau indikasi
pencabutan (e) diperoleh nilai rata-rata
gigi pada anak perempuan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan anak
laki-laki, yaitu sebesar 2.36 dengan standar
deviasi 2.678. Pada pemeriksaan klinis,
tidak ditemukan gigi yang sudah
ditambal.
Diperoleh pula nilai rata-rata
karies gigi anak yang masih aktif dan
belum ditangani (d) pada kelompok
usia 4 tahun terbesar dengan nilai
rata-rata 9.50 dengan standar deviasi 1.761
dan nilai rata-rata terkecil pada
deviasi 3.019 dan nilai rata-rata terkecil
diperoleh pada kelompok usia 4 tahun
dengan nilai rata-rata 0.67 dengan
standar deviasi 1.033. Nilai rata-rata
karies gigi anak yng belum
mendapatkan penanganan (d)
berpengetahuan baik sebesar 6.00
dengan standar deviasi 3.425.
Pada nilai rata-rata gigi yang telah
dicabut atau indikasi pencabutan (e)
terbesar pada ibu responden yang
berpengetahuan baik, yaitu sebesar 1.74
dengan standar deviasi 2.359
sedangkan niai rata-rata pada ibu
responden berpengetahuan sedang
sebesar 1.42 dengan standar deviasi
2.314. Tidak diperoleh hasil ibu
responden yang berpengetahuan buruk.
Pada tabel 4, diperlihatkan tidak
terdapat hubungan antara pengetahuan
ibu responden dengan status karies
pada anak. Hal ini terlihat dari nilai
signifikansi p=0.220.
Uji Pearson Chi-Square; p<0.05, p=0.220 : tidak signifikan
DISKUSI
Dalam penelitian ini,
dianalisis hubungan
pengetahuan ibu dengan status
karies anak. Dari tabel 1 terlihat
35 subjek penelitian dimana
yang terbanyak pada anak
laki-laki yaitu 21 (60%) subjek dan
14 (40%) subjek anak
perempuan dengan kelompok
usia terbanyak pada kelompok
usia 5 tahun sebanyak 17
(48.6%) subjek.
Pada tabel 2, terlihat bahwa
sebagian besar ibu responden
mampu menjawab pertanyaan
dalam kuesioner dengan baik
mengenai gambaran karies, makanan
penyebab karies, manfaat sayur dan
buah-buahan dalam mencegah karies,
waktu yang tepat untuk menyikat gigi,
cara menyikat gigi yang benar, manfaat
berkumur setelah makan dalam
mencegah kejadian karies, penanganan
gigi karies dengan penambalan, serta
waktu kontrol gigi anak ke dokter gigi.
Pada tabel 3, diperlihatkan
sesuai dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan
dikutip dari Hidayat yang
menyatakan prevalensi karies
gigi anak perempuan sedikit
lama berhubungan dengan
faktor risiko terjadinya karies. 5
Dari penelitian ini
diperoleh bahwa tidak satupun
gigi anak yang ditambal (f=0).
Karies yang terjadi pada gigi
kemungkinan merupakan salah
satu penyebab terabaikannya
kelompok umur ini. 6
Berdasarkan data tahun 2004
yang dikutip dari Hamrun N
mengatakan bahwa penyakit
gigi dan mulut merupakan
penyakit keempat yang paling
mahal biaya penyembuhannya.
Hal ini kemungkinan juga
tidak dilakukannya perawatan
pada anak-anak. 7
Tabel 4 memperlihatkan
tidak ada hubungan yang
bermakna antara pengetahuan
ibu dengan status karies anak di
TK Kusudarsini Sudiang
Tingginya pengetahuan ibu
dalam penelitian ini dapat
disebabkan oleh karena adanya
subjektivitas responden dalam
menjawab pertanyaan
kuesioner, dimana ibu lebih
cenderung ingin menjawab
pertanyaan seideal mungkin.
Masih tingginya angka
kejadian karies yang terjadi
pada anak di TK Kusudarsini
Sudiang ini memperlihatkan
bahwa meskipun pengetahuan
ibu sebagai orangtua yang
memegang peranan yang sangat
penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak usia
sekolah baik, namun apabila
tidak disertai implementasi
angka kejadian karies akan terus
bertambah. Sehingga sangat
diperlukan implementasi dan
pengawasan yang lebih baik
bermakna antara pengetahuan
ibu dengan status karies gigi
anak di TK Kusudarsini
Kecamatan Biringkanaya
Makassar.
2. Pengetahuan ibu mengenai
kesehatan gigi dan mulut anak
perlu disertai dengan
implementasi langsung dengan
harapan dapat mengurangi
status karies pada anak.
Dari hasil yang diperoleh
dalam penelitian ini, kami
menyarankan perlunya
peningkatan kesadaran,
pengetahuan, serta perilaku
tentang cara menjaga kesehatan
gigi dan mulut pada anak TK
Kusudarsini Kecamatan
Biringkanaya Sudiang
dari pemberian penyuluhan
mengenai pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut.
Selain itu, perlunya
mengarahkan orangtua untuk
menjaga kesehatan gigi dan Acessed April, 20th 2012.
2. BS Suresh, TL Ravishankar, TR terhadap pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan gigi anak di villa kenali permai konsumsi makanan jajanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada anak usia prasekolah di Taman Kanak-Kanak Pondok Beringin Semarang. J.Ilmu dan Tek.Kesehatan (JITK). 2010; 1(1):1-7.
6.Chemiawan E, Meinarly G, Ratna I. Perbedaan prevalensi karies pada
caries prevention in mothers from Bialystok Poland. International Journal of Collaborative Research on Internal Medicine & Public Health [serial on the internet] 2012 April [cited 2012 May 27]: 4(4):256-66. Available from:http://