Makalah:
MODEL-MODEL
PEMBELAJARAN
Mata Kuliah:
BELAJAR dan PEMBELAJARAN 1
Disusun oleh:
Mahasiswa Program Studi Matematika
FKIP UNRAM
Angkatan 2011
BAB II
PEMBAHASAN
1.DEFINISI MODEL PEMBELAJARAN
Menurut Isjoni (dalam Anonim: 2011:1), model pembelajaran
adalah strategi yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa, sikap beajar di kalangan siswa, mampu berpikir kritis,
memiliki keterampilan sosial dan pencapaian hasil pembelajaran yang
lebih optimal. Menurut Didang (dalam Rahmi, 2011:1), model
pembelajaran adalah sebagai suatu disain yang menggambakan
proses
rincian dan penciptaan situasi
lingkungan yang memungkinkan siswa
berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri
siswa. Jadi, model pembelajaran adalah serangkaian kegiatan
pembelajaran yang secara khas disajikan oleh guru guna menciptakan
iklim belajar yang lebih kondusif untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu. Lebih lanjut Ismail (dalam Widdiharto, 2006: 3) menyebutkan
bahwa istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yaitu:
- rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya,
- tujuan pembelajaran yang hendak dicapai,
- tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut
berhasil,
- lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran
tercapai.
2.MACAM-MACAM MODEL PEMBELAJARAN
Berikut adalah macam-macam model pembelajaran
1. Model pembelajaran langsung
2. Model pembelajaran kooperatif
2.1. Model pembelajaran kooperatif tipe Make and Match
2.3. Model pembelajaran kooperatif tipe
berpikir-berpasangan-bereempat
2.4. Model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal
2.5. Model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor
2.6. Model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor
berstruktur
2.7. Model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu
2.8. Model pembelajaran kooperatif tipe keliling kelompok
2.9. Model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing
2.10. Model pembelajaran kooperatif tipe keliling kelas
2.11. Model pembelajaran kooperatif tipe lingkaran kecil lingkaran
besar
2.12. Model pembelajaran kooperatif tipe tari bambu
2.13. Model pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan
2.14. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
2.15. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
2.16. Model pembelajaran kooperatif tipe think pair and share
3. Model pembelajaran missouri mathematics project (MMP)
4. Model pembelajaran penemuan terbimbing
5. Model pembelajaran berdasarkan masalah
6. Model pembelajaran problem posing
7. Model pembelajaran TGT
8. Model pembelajaran problem solving
9. Model pembelajaran kontekstual
10.
Model pembelajaran example non example
11.
Model pembelajaran role playing
12.
Model pembelajaran group investigation
13.
Model pembelajaran cooperative integrated reading
and composition (CIRC)
3.LANGKAH-LANGKAH PADA MODEL PEMBELAJARAN
Tiap model pembelajaran memiliki sintaksnya masing-masing.
Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran adalah pola yang
menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada
umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks
(pola urutan) dari suatu model pembelajaran tertentu menunjukkan
1.
Menjelaskan tujuan
pembelajaran dan
mempersiapkan siswa
Guru menjelaskan TPK, informasi
latar belakang pembelajaran,
pentingnya
pelajaran
dan
memberi informasi tahap demi tahap
3.
Membimbing
pelatihan
Guru merencanakan dan memberi
bimbingan pelatihan awal
pemahaman
dan
memberikan umpan
balik
berhasil melakukan tugas dengan
baik dan memberikan umpan balik
5.
Memberikan
kesempatan untuk
pelatihan
dan
penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan
melakukan pelatihan lanjutan,
khusus penerapan pada situasi
1.
Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada
siswa dengan cara demonstrasikan
atau lewat bahan bacaan
2.
Mengorganisasikan
siswa dalam
kelompok-kelompok
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu
setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efsien
3.
Membimbing
kelompok bekerja
dan belajar
Guru membimbing kelompok belajar
pada saat mereka mengerjakan
tugas-tugas
4.
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang dipelajari dan
juga terhadap presentasi hasil kerja
masing-masing kelompok
5.
Memberi
penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk
menghargai upaya atau hasil belajar
individu maupun kelompok
2.1.Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
N
o
Langkah-langkah
Peran Guru
1
Langkah 1
Guru menyampaikan materi
pembelajaran ke siswa secara klasikal
(paling sering menggunakan model
pembelajaran langsung,
2
Langkah 2
Guru membagi siswa ke dalam
beberapa kelompok (setiap kelompok
terdiri dari 4 – 6 siswa yang heterogen,
baik dari segi kemampuan, agama,
jenis kelamin, atau lainnya).
3
Langkah 3
Dilanjutkan diskusi kelompok untuk
penguatan materi (saling bantu
membantu untuk memperdalam
materi yang sudah diberikan)
4
Langkah 4
Guru memberikan tes individual,
masing-masing mengerjakan tes tanpa
boleh saling bantu membantu diantara
anggota kelompok.
5
Langkah 5
Guru memberi penghargaan pada
kelompok berdasarkan perolehan nilai
peningkatan individual dari skor dasar
ke skor kuis (cara penilaian akan
dijelaskan di akhir bab ini)
Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok (disebut
dengan kelompok asal, setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa
dengan kemampuan yang heterogen). Setiap anggota
kelompok nantinya diberi tugas untuk memilih dan
mempelajari materi yang telah disiapkan oleh guru (misal ada
5 materi/topik).
Di kelompok asal, setelah masing-masing siswa menentukan
pilihannya , mereka langsung membentuk kelompok ahli
berdasarkan materi yang dipilih. Ilustrasinya adalah sebagai
berikut:
Dalam tipe ini peran guru lebih banyak sebagai fasilitator,
yaitu memfasilitasi agar pelaksanaan kegiatan diskusi dalam
kelompok ahli maupun penularan dalam kelompok asal
berjalan secara efektif dan optimal.
Setelah masing-masing anggota dalam kelompok asal selesai
menyampaikan apa yang dipelajari sewaktu dalam kelompok
ahli, guru memberikan soal/kuis pada seluruh siswa. Soal
harus dikerjakan secara individual.
Nilai dari pengerjaan kuis individual digunakan sebagai dasar
pemberian nilai penghargaan untuk masing-masing kelompok.
Teknik penilaian/penghargaan akan dijelaskan tersendiri di
akhir bab pembelajaran kooperatif ini.
2.3.Model pembelajaran kooperatif tipe think pair and share
Guru mengajarkan materi seperti biasa, alat peraga
disarankan .
Dengan tanya jawab, guru memberikan contoh soal.
Guru memberikan soal yang dikerjakan siswa berdasar
persyaratan soal sebagai problem.
Siswa dipandu guru menyelesaikan soal.
Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan
pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum
diuangkapkan para siswa
Guru memberi kesimpulan
Penutup
2.4. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make and Match
Dikembangkan oleh Lama Curran (1994)
Siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang meyenangkan
Bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik
Sintaknya:
a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa topik yang mungkin cocok untuk sesi review (persiapan menjelang tes ujian). b) Setiap siswa mendapatkan satu kartu.
c) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Misalkan, pemegang kartu yang bertuliskan “SBY” berpasangan dengan pemegang kartu yang bertuliskan “PRESIDEN RI”.
d) Siswa bisa juga bergabung dengan 2 atau 3 siswa lain yang memegang kartu yang cocok. Misalnya, pemegang kartu 3+3 membentuk kelompok dengan pemegang kartu 2x4 dan 1x5 (Turmuzi, 2012: 125).
2.5. Model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar pasangan
Memberi kesempatan siswa untuk bekerja sama dengan orang lain Bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik
Sintaknya:
a. Setiap siswa mendapatkan satu pasangan (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa melakukan prosedur MAKE AND MATCH). b. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan
pasangannya.
c. Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain.
d. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan. Masing-masing pasangan yang baru ini kemudian saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka.
e. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula (Turmuzi: 2012:125-126)
2.6. Model pembelajaran kooperatif tipe berpikir-berpasangan-bereempat
Dikembangkan oleh Frank Lyman dan Spencer Kagan sebagai struktur kegiatan pembelajaran gotong royong.
Memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.
Optimalisasi partisispasi siswa.
Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas.
Memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenai dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.
Bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Sintaknya:
a. Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok.
b. Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri. c. Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan
d. Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kemampuan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat.
2.7. Model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal
Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk melatih pengetahuan dan keterampilannya.
Siswa membuat pertanyaan sendiri, sehingga akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan menjawab pertanyaan yang dibuat oleh teman-teman sekelasnya.
Cocok untuk persiapan menjelang ujian dan tes.
Bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia anak didik.
Sintaknya:
a. Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan setiap kelompok ditugaskan untuk menulis beberapa pertanyaan yang akan dikirim ke kelompok yang lain. Guru bisa mengawasi dan membantu memilih soal-soal yang cocok.
b. Kemudian, masing-masing kelompok mengirimkan satu orang utusan yang akan menyampaikan salam dan soal dari kelompoknya (Salam kelompok bisa berupa sorak kelompok seperti yang dijelaskan).
c. Setiap kelompok mengerjakan soal kiriman dari kelompok lain. d. Setelah selesai, jawaban masing-masing kelompok dicocokkan
dengan jawaban kelompok yang membuat soal.
2.8. Model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor
Dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992)
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk salaing membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
Mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.
Bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Sintaknya:
a. Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapatkan nomor.
b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawabannya. d. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang
dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
2.9. Model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor berstruktur
Teknik belajar ini merupakan pengembangan dari teknik Kepala Bernomor.
Memudahkan pemberian tugas
Memudahkan siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam saling keterkaitan dengan rekan sekelompoknya. Bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Sintaknya:
a. Siswa dibagi dalam kellompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapatkan nomor.
b. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomornya. Misalnya: Siwa nomor 1 bertugas membaca soal dengan benar dan mengumpukan data yang mungkin berhubungan dengan
penyelesaian soal. Siswa nomor 2 mencari penyelesaian soal. Siwa nomr 3 mencatat dan melaporkan hasil kerja kelompok.
Catatan: Untuk efsiensi pembentukan kelompok dan penstrukturan tugas, Teknik Kepala Benomor ini bisa dipakai dalam kelompok dan nomornya sepanjang semester. Supaya ada pemerataan tanggung jawab, penugasan berdasarkan nomor bisa diubah-ubah. Misalny siswa nomor 1 bertugas mengumpulkan data kali ini, tapi akan bertugas melaporkan pada kesempatan lain.
Untuk Variasi: Struktur Kepala Bernomor ini juga bisa dilanjutkna untuk mengubah komposisi kelompok dengan cara yang efsien, pada saat-saat tertentu, siswa bisa keluar dari kelopok biasanya dan
bergabung dengan siswa-siswa lain yang bernomor sama dari
kelompok lain. Cara ini bisa digunakan untuk mengurangi kebosanan jika guru mengelompokkan secara permanen.
2.10. Model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu
Dikembangkan Spencer Kagan (1992).
Dapat diguanan bersama dengan Teknik Kepala Bernomor.
Bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain.
Sintaknya
a. Siwa bekerja sama dengan kelompok seperti biasa.
b. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya danmasing-masing bertamu ke dua kelompok.
c. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
d. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
e. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.
2.11. Model pembelajaran kooperatif tipe keliling kelompok
Teknik ini biasa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia.
Dalam kegiatan keliling kelompok, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusu mereka dan mendenganrkan pandangan dan pemikiran anggota lain.
Sintaknya:
a. Salah satu siswa masing-masing kelompok memulai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan.
b. Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya.
c. Demikian, seterusnya, giliran bicara bisa dilaksanakan menurut arah perputan jarun jam atau dari kiri ke kanan.
2.12. Model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing
Dikembangakan oleh Spencer Kagan (1992)
Bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Dalam kegiatan Kancing Gemerincing, masing-masing anggota kelompom mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendenganrkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain.
Teknik ini dapat digunakan untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok.
Dalam banyak kelompok, sering ada anak yang terlalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya ada juga anak yang pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan. Dalam situai seperti ini, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok bisa tidak tercapau karena ank pasif terlalu menggantungkan diri kepada rekannya yang lebih dominan.
Teknik ini memastikan setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berperan serta.
Sintaknya:
b. Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa masing-masing kelompok mendapatkan 2 atau 3 buah kancing (jumlah kancing tergantun pada sukarnya tidaknya tugas yang diberikan).
c. Setiap siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkannya di tengah-tengah.
d. Jiak kancing yang dimiliki siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancingnya.
e. Jiak semua kancing sudah habis padahal tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagi-bagi kancing lagi dan mengulang prosedurnya kembali.
2.13. Model pembelajaran kooperatif tipe keliling kelas
Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Bila teknik ini digunakan anak-anak tingkat dasar, maka perlu disetai dengan manajemen kelas yang baik supaya tidak terjadi kegaduhan.
Measing-masing kelompok mendapatkan kesempatan untuk memamerkan hasil kerjanya dan melihat hasil kerja kelompok lain.
Sintaknya:
a. Siswa bekerja sama dalam kelompok seperti biasa.
b. Setelah selesai, masing-masing kelompok memamerkan hasil kerja kelompoknya. Hasil-hasil ini bisa dipajang di beberapa bagian kelas jika berupa poster atau gambar-gambar.
c. Masing-masing kelompok berjalan keliling kelas dan mengamati hasil karya kelompok lain.
2.14. Model pembelajaran kooperatif tipe lingkaran kecil lingkaran besar
Dikembangkan oleh Spencer Kagan.
Untuk memberikan kesempatan pada siswa agar saling berbagi informasipada saat yang bersaman.
Pendekatan ini bisa digunakan dlam beberapa mata pelajaran seperti ilmu sosial, agama, bahasa, matematika. bahan pelajaran yang paling cocok digunakan untuk teknik ini adalah bahan yang membutuhkan pertukaran pikiran dan informasi antar siswa.
Salah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa utnuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dlaam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk megolah informasi dan meningkatkanketerampilan berkomunikasi.
Bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Sintaknya:
LINGKARAN INDIVIDU
a. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlahnya terlalu banyak) berdiri membentuk lingkaran kecil. Mereka berdiri melingkar menghadap keluar.
b. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran ayang pertama. Artinya mereka berpasangan dengan siswa yang berada di lingkaran dalam.
c. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil yang memulai. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dlam waktu yang bersamaan.
d. Kemudian siswa yang beradadi lingkaran kecil dian di tempat, sementara siswa berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah perputaran jarum jam. Dengan cara in, masing-masing siswa mendapatkan pasangan yang baru untuk berbagi. e. Sekrang giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang
membagikan informasi. Demikian seterusnya.
LINGKARAN KELOMPOK
b. Kelompok berputar seperti prosedur lingkaran individu yang dijelaskan di atas dan saling berbagi.
2.15. Model pembelajaran kooperatif tipe tari bambu
Teknik ini dikembangkan dari teknit Lingkaran Besar dan Lingkaran Kecil.
Di banyak kelas, dalam Lingkaran Besar dan Lingkaran Kecil sering tidak dapat dipenuhi karena kondisi penataan ruang kelas tidak menunjang. Tidak ada cukur ruang di dalam kelas untuk membentuk lingkaran dan tidak selalu memungkinkan untuk membawa siswa keluar dari ruang kelas dan belajar di luar empat dinding ruang kelas. Kebanyakan ruang kelas di Indonesia memang ditata dengan model kalsikal/tradisional. Bahkana banyak penataan tradisiolan ini bersifat permanen, yaitu kusri dan meja sulit dipindahkan.
Teknik ini diberu nama Tari Bambu karena siswa berjajar dan saling berhadapan dengan model yang mirip seperti dua potong bambu yang digunakan dalam Tari Bambu Filipina yang jugapopuler di beberapa daerah di Indonesia.
Dalam kegiatan belajar mengajar teknik ini, siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan.
Pendekatan ini bisa digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti IPS, agama, matematika, dan bahasa.
Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dalam teknik ini adalah bahan ynag membutuhkan pertukaran pengalaman, pikiran, dan informasi antarsiswa.
Salah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Sintaknya:
Tari bambu individu
a. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri berjajar. Jika ada cukup ruang, mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan waktu yang relatif singkat.
b. Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran pertama. c. Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi informasi. d. Kemudian, satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu
jajaran pindah ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini, masing-masing siswa mendapatkan pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakuakn terus sesuai kebutuhan.
Tari bambu kelompok
a. Satu kelompok berdiri di satu jajaran berhadapan dengan kelompok lain.
b. Kelompok bergeser seperti prosedur Tari Bambu Individu di tas dan saling berbagi.
2.16. Model pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan
Teknik ini bisa digunakan dalam pembelajaran membaca, menulis, mendengarkan atau berbicara.
Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara.
Pendekatan ini bisa pula digunakna dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan sosial, agama dan bahasa. Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan denga teknik ini adalah bahan yang bersifat naratif dan deskriptif.
Dalam kegiatan ini, siswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikin dan berimajinasi, buah pemikiran mereka akan dihargai, sehingga siswa merasa makin terdorong untuk belajar.
Teknik ini bisa digunakan untuk semua tingkatan usia peserta didik.
Sintaknya:
a. Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi dua bagian.
b. Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu. Pengajar bisa menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik tersebut. Kegiata brainstorming ini dimaksudkan untukmengaktifkan skema siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru. Dalam kegiatan ini, pengajar pelu menekankan bahwa memberikan tebakan yang benar buaknalah tujuannya. Yang lebih penting adalah kesiapan mereka dalam mengantisipasi bahan pelajaran yang akan diberikan hari itu.
c. Siswa dipasangkan.
d. Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama. Sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua.
e. Kemudian siswa diminta untuk membaca atau mendenganrkan (dalam pelajran di laboratorium).
f. Sambil membaca/mendengarkan, siswa diminta untuk mencatat dan mendaftar bebrapa kata ata frasa kunci yang ada dalam bagian masing-masing. Jumlah kata atau frase biasa disesuaikan dengan panjangnya teks bacaan.
g. Setelah selesai membaca, siswa saling menukar daftar kata atau frase kunci dengan pasangan masing-masing.
h. Sambil mengingat bagian yang telah dibaca sendiri, masing-masing siswa berusaha untuk mengarang bagian lain yang belum dibaca atau didengarkan berdasarkan kata atau frase yang diberikan pasangannya. Siswa yang mendapatkan materi pertama berusaha menuliskan apa yang akan terjadi selanjutnya sedangkan siswa
yang mendapat materi kedua berusaha menuliskan apa yang terjadi sebelumnya.
i. Tentu saja, versi karangan sendiri tidak harus sama dengan aslinya. Tujuan kegiatan ini bukan untuk mendapatkan jawaban yang benar tetapi untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Setelah selesai menulis, bebrapa siswa diberikan kesempatan untuk membacakan hasil karangan mereka.
j. Kemudian pengajar membagikan bagian cerita yang belu terbaca kepada masing-masing siswa. Siswa membaca bagian tersebut. k. Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam
bahan pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilakukan antara pasangan atau dengan seluruh kelas.