• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan Dan Pendidikan Dan Nasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tujuan Dan Pendidikan Dan Nasional"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Tujuan Pendidikan Nasional

Apakah tujuan pendidikan nasional sudah sinkron dengan Pancasila atau UUD 1945? Agar lebih mendasar, apakah tujuan pendidikan di republik ini sesuai dengan sasaran hidup manusia itu sendiri?

Ada beberapa tujuan pendidikan yang pernah muncul dalam sejarah. Plato sangat menekankan pendidikan untuk mewujudkan negara idealnya. Ia mengatakan bahwa tugas pendidikan adalah membebaskan dan memperbaharui; lepas dari belenggu ketidaktahuan dan ketidakbenaran.

Aristoteles mempunyai tujuan pendidikan yang mirip dengan Plato, tetapi ia mengaitkannya dengan tujuan negara. Ia mengatakan bahwa tujuan pendidikan haruslah sama dengan tujuan akhir dari

pembentukan negara yang harus sama pula dengan sasaran utama pembuatan dan penyusunan hukum serta harus pula sama dengan tujuan utama konstitusi, yaitu kehidupan yang baik dan yang berbahagia

(eudaimonia).

Tujuan universitas di Eropah adalah mencari kebenaran.

Pada era Restorasi Meiji di Jepang, tujuan pendidikan dibuat sinkron dengan tujuan negara; pendidikan dirancang untuk kepentingan negara.

Bagaimana tujuan pendidikan nasional di republik ini? UUD 1945 (versi Amendemen), Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang."

Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, "Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia."

Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab."

Bila dibandingkan dengan undang-undang pendidikan sebelumnya, yaitu Undang-Undang No. 2/1989, ada kemiripan kecuali berbeda dalam pengungkapan.

Pada pasal 4 ditulis, "Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi-pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung-jawab kemasyarakatan dan

kebangsaan."

Pada Pasal 15, Undang-undang yang sama, tertulis, "Pendidikan menengah diselenggarakan untuk

(2)

Bila dipelajari, di atas kertas tujuan pendidikan nasional masih sesuai dengan substansi

Pancasila, yaitu menjadikan manusia

yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan yang Maha Esa. Namun,

apakah tujuan pendidikan

ini dijabarkan secara

konsisten di

dalam kurikulum pendidikan

dan juga dalam sistem pembelajaran? Jawabannya masih diragukan.

DASAR, FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.Berkaitan dengan hal itu, pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi setiap orang di belahan dunia manapun termasuk di Indonesia.

Setidaknya ada dua Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang pernah dimiliki Indonesia yaitu Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang selanjutnya lebih di kenal dengan nama UUSPN. Dan yang kedua Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang selanjutnya lebih dikenal dengan nama UU SISDIKNAS, sebelum adanya kedua Undang-undang yang mengatur tentang system pendidikan nasional, Indonesia hanya

memiliki Undang-undang tentang pokok-pokok pengajaran dan pendidikan yaitu Undang-undang Nomor 4 tahun 1950.

Adanya perubahan UUSPN No.2 tahun 1989 menjadi UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003

(3)

daya manusia yang mampu bersaing dengan dunia internasional khususnya dalam era keterbukaan pasar saat ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang menjadi dasar, tujuan dan fungsi pendidikan nasional ?

2. Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan ?

3. Apa saja hak dan kewajiban peserta didik dalam dunia pendidikan ?

4. Bagaimana isi dari Undang-Undang Guru sebagai penunjang dari pelaksanaan kegiatan pembelajaran ?

5. Apa saja ruang lingkupPeraturanPemerintahNomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan?

C. Tujuan

1. Menjelaskan dasar, fungsi dan tujuan dari pendidikan nasional di negara Indonesia.

2. Menjelaskan prinsip dari penyelenggaraan pendidikan.

3. Menjelaskan beberapa hak dan kewajiban peserta didik dalam dunia pendidikan.

4. Menjelaskan tentang isi dari Undang-Undang Guru sebagai penunjang dari pelaksanaan kegiatan

pembelajaran.

5. Menyebutkan serta menjelaskan point apa saja yang menjadi ruang lingkup Peraturan Pemerintah Nomor 19

(4)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pendidikan Nasional

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.Berkaitan dengan hal tersebut, lahirlah pendidikan nasional di Negara Indonesia.Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.Untuk mewujudkan semua itu juga perlu yang namanya system pendidikan yang merupakan satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional tersebut.

B. Dasar Pendidikan

Yang dimaksud dengan dasar di sini adalah sesuatu yang menjadi kekuatan bagi tetap tegaknya suatu bangunan atau lainnya, seperti pada rumah atau gedung, maka pondasilah yang menjadi dasarnya.Begitu pula halnya dengan pendidikan, dasar yang dimaksud adalah dasar pelaksanaannya, yang mempunyai peranan penting untuk dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah-sekolah atau di lembaga-lembaga pendidikan lainnya.

Adapun dasar pendidikan di negara Indonesia secara yuridis formal telah dirumuskan antara lain sebagai berikut:

1. Undang-Undang tentang Pendidikan dan Pengajaran No. 4 tahun 1950, Nomor 2 tahun 1945, Bab III Pasal

4 Yang Berbunyi: Pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas asas-asas yang termaktub dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar RI dan kebudayaan bangsa Indonesia.

2. Ketetapan MPRS No. XXVII/ MPRS/ 1966 Bab II Pasal 2 yang berbunyi: Dasar pendidikan adalah falsafah

negara Pancasila.

3. Dalam GBHN tahun 1973, GBHN 1978, GBHN 1983 dan GBHN 1988 Bab IV bagian pendidikan

berbunyi: Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila.

4. Tap MPR Nomor II/MPR/1993 tentang GBHN dalam Bab IV bagian Pendidikan yang berbunyi: Pendidikan

(5)

5. Undang-undang RI No 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945.

6. Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945.

Dengan demikian jelaslah bahwa dasar pendidikan di Indonesia adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sesuai dengan UUSPN No. 2 tahun 1989 dan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003.

C. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Nasional

Tujuan pendidikan adalah suatu factor yang amat sangat penting di dalam pendidikan, karena tujuan merupakan arah yang hendak dicapai atau yang hendak di tuju oleh pendidikan.Begitu juga dengan

penyelenggaraan pendidikan yang tidak dapat dilepaskan dari sebuah tujuan yang hendak dicapainya.Hal ini dibuktikan dengan penyelenggaraan pendidikan yang di alami bangsa Indonesia. Tujuan pendidikan yang berlaku pada waktu Orde Lama berbeda dengan Orde Baru. Demikian pula sejak Orde Baru hingga sekarang, rumusan tujuan pendidikan selalu mengalami perubahan dari pelita ke pelita sesuai dengan tuntutan pembangunan dan perkembangan kehidupan masyarakat dan negara Indonesia.

Fungsi dan tujuan dari pendidikan nasional dituangkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 3 yang berbunyi :

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”

D. Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Nasional

Sesuai Undang-Undang 20/2003 tentang Sisdiknas, ada 6 (enam) prinsip. Ketentuan ini, diatur pada bab II pasal 4yang diuraikan dalam 6 ayat.

Berikut isi undang-Undang 20/2003, pasal 4:

1. Pendidikan diselenggarakan secara demokrtis dan berkeadiln serta tidak diskriminatif dengan menjunjung

tinggi hak assi manusia, nilai kegamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

2. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan system terbukadan multimakna.

3. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang

berlangsung sepanjang hayat.

4. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangan

(6)

5. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis dan berhitung bagi

segenap warga masyarakat.

Pendidkan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komonen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

E. Hak dan Kewajiban Peserta Didik

Dalam Undang-Undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Pasal 12: 1. Setiap peserta didik pada satuan pendidikan berhak:

a. Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutya dan diajarkan oleh pendidik yang

seagama.

b. Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemauannya.

c. Mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya.

d. Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya.

e. Pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan pendidikan lain yang setara.

f. Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing yang tidak

menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan. 2. Setiap peserta didik berkewajiban:

a. Menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin kelangsungan proses dan keberhasilan pendidikan.

b. Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari

kewajiban tersebutsesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

F. Undang-Undang Guru BAB 1

KETENTUAN UMUM PASAL 1

Dalam UU ini yang dimaksud dengan :

1. Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing ,mengarahkan,

melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

2. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan

kehidupan yang memerlukan keahlian ,kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu, serta memerlukan pendidikan profesi.

3. Penyelenggaran pendidikan adalah pemerintah, pemerintah daerah atau masyarakat yang menyelenggarakan

pendidikan pada jalur pendidikan formal.

4. Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur

(7)

5. Perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama adalah perjanjian tertulis antara guru atau dosen dengan

penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan yang memuat syarat-syarat kerja serta hak dan kewajiban para pihak dengan prinsip kesetaraan dan kesejawatan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

6. Pemutusan hubungan kerja atau pemberhentian kerja adalah perakhiran perjanjian kerja atau kesepakatan

kerja bersama guru atau dosen karena sesuatu hal yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara guru dan dosen dan penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

7. Kualifikasi akademik adalah ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru atau dosen

sesuai dengan jenis, jenjang dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan.

8. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan

kuasai oleh guru dan dosen dalam menjalankan tugas keprofesionalan.

9. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru atau dosen.

10. Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai

tenaga professional.

11. Organisasi profesi guru adalah perkumpulan yang berbadan hukum yang didirikan dan diurus oleh guru

untuk mengembangkan profesionalitas guru.

12. Lembaga pendidikan tenaga kependidikan adalah perguruan tinggi yang diberi tugas oleh pemerintah untuk

menyelenggarakan program pengadaan guru pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah, serta untuk menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu kependidikan dan nonkependidikan.

13. Gaji adalah hak yang diterima oleh guru atau dosen atas pekerjaannya dari penyelenggara pendidikanatau

satuan pendidikan dalam bentuk finansial secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 14. Penghasilan adalah hak yang diterima oleh guru atau dosen dalam bentuk finansial sebagai imbalan

melaksanakan tugas keprofesionalan yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar profesi dan mencerminkan martabat guru atau dosen sebagai pendidik professional.

15. Daerah khusus adalah daerah yang terpencil atau terbelakang ; daerah dengan kondisi masyarakat adat yang

terpencil ; daerah perbatasan dengan Negara lain ; daerah yang mengalami bencana alam, bencana social, atau daerah yang berbeda dalam keadaan darurat lain.

16. Masyarakat adalah kelompok warga Negara Indonesia non pemerintah yang mempunyai perhatian dan

peranan dalam bidang pendidikan. 17. Pemerintah adalah pemerintah pusat.

18. Pemerintah daerah adalah pemerintah provinsi, kabupaten atau pemerintah kota.

19. Menteri adalah menteri yang menangani urusan pemerintahan dalam dunia pendidikan nasional.

BAB 2

(8)

1. Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga professional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan

menengah dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang sesuai dengan peraturan perundang-perundangan.

2. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga professional sebagai mana dimaksud pada ayat 1 dibuktikan

dengan sertifikat pendidik. Pasal 4

Kedudukan guru sebagai tenaga professional sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Pasal 6

Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga professional bertujuan untuk melaksanakan system pendidikan nasional dan mewujudkan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara yang demokratis yang bertanggung jawab.

BAB 3

PRINSIP PROFESIONALITAS Pasal 7

1. Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan

prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Memiliki bakat ,minat, panggilan jiwa dan idealisme ;

b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia ;

c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas ;

d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas ;

e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan ;

f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan profesi kerja ;

g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar

sepanjang hayat ;

h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan ; dan

i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas

keprofesionalan guru.

2. Pemberdayaan profesi guru atau pemberdayaan profesi dosen diselenggarakan melalui pengembangan diri

(9)

G. Ruang Lingkup PP Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan

Menurut PP No 19 tahun 2005, Standar Nasional Pendidikan terdiri atas 8 ruang lingkup standar, yakni antara lain :

1. Standar Isi

Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu (pasal 5 ayat 1).Standar isi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat kerangka dasardan struktur kurikulum, beban

belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan,dan kalender pendidikan/akademik (pasal 5 ayat 2). Dalam kerangka dasar dan struktur kurikulum, kurikulum untuk jenis pendidikan umum,kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:

a. kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;

b. kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;

c. kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;

d. kelompok mata pelajaran estetika;

e. kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan. (pasal 6 ayat 1)

2. Standar Proses

Standar proses ini meliputi pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

a. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pendidik dalam proses pembelajaran harus memberikan keteladanan. (pasal 19 ayat 1)

b. Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,

penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. (pasal 19 ayat 3).

c. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat

sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. (pasal 20)

d. Pelaksanaan proses pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3) harus memperhatikan

(10)

e. Pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan dengan mengembangkan budaya membaca dan menulis. (pasal

21 ayat 2)

f. Penilaian hasil pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3) pada jenjang pendidikan dasar

dan menengah menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. (pasal 22 ayat 1)

g. Teknik penilaian sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat berupa tes tertulis, observasi, praktek, dan

penugasan perorangan atau kelompok. (pasal 22 ayat 2)

h. Untuk mata pelajaran selain kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah, teknik penilaian observasi secara individual sekurang-kurangnya dilaksanakan satu kali dalam semester. (pasal 22 ayat 3)

i. Pengawasan proses pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3) meliputi pemantauan,

supervisi, evaluasi, pelaporan, dan pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan. (pasal 23)

j. Standar perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran,

dan pengawasan proses pembelajaran dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. (pasal 24)

3. Standar Kompetensi Lulusan

Standar ini merupakan kulifikasi kemampuan lulusan yang berkaitan dengan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.

a) Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik

dari satuan pendidikan. (pasal 25 ayat 1)

b) Standar kompetensi lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kompetensi untuk seluruh mata

pelajaran atau kelompok mata pelajaran dan mata kuliah atau kelompok mata kuliah. (pasal 25 ayat 2)

c) Kompetensi lulusan untuk mata pelajaran bahasa menekankan pada kemampuan membaca dan menulis

sesuai dengan jenjang pendidikan. (pasal 25 ayat 3)

d) Kompetensi lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) mencakup sikap, pengetahuan, dan

keterampilan. (pasal 25 ayat 4)

e) Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. (pasal 26 ayat 1)

f) Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah umum bertujuan untuk meningkatkan

(11)

g) Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk meningkatkan

kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. (pasal 26 ayat 3)

h) Standar kompetensi kelulusan pada jenjang pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik

menjadi anggota masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan sikap untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni yang bermanfaat bagi kemanusiaan. (pasal 26 ayat 4)

i) Standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah dan pendidikan non formal dikembangkan

oleh BSNP dan ditetapkan oleh peraturan menteri. (pasal 27 ayat 1)

j) Standar kompetensi lulusan pendidikan tinggi ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi. (pasal 27

ayat 2)

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Standar ini merupakan standar nasional tentang kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental serta pendidikan dalam jabatan dari tenaga guru dan tanaga kependidikan lainnya.

a) Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani

dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. (pasal 28 ayat 1) b) Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak

usia dini meliputi: 1) Kompetensi pedagogik; 2) Kompetensi kepribadian; 3) Kompetensi profesional; dan 4) Kompetensi sosial. (pasal 28 ayat 3)

c) Pendidik pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat memiliki: 1) kualifikasi akademik pendidikan

minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1); 2) latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan SD/MI, kependidikan lain, atau psikologi; dan 3) sertifikat profesi guru untuk SD/MI. (pasal 29 ayat 2) d) Pendidik pada SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat memiliki: 1) kualifikasi akademik pendidikan

minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1); 2) latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan 3) sertifikat profesi guru untuk SMP/MTs. (pasal 29 ayat 3)

e) Pendidik pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat memiliki: 1) kualifikasi akademik pendidikan

minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1); 2) latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan 3) sertifikat profesi guru untuk SMA/MA. (pasal 29 ayat 4)

f) Pendidik pada SD/MI sekurang-kurangnya terdiri atas guru kelas dan guru mata pelajaran yang

penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan keperluan. (pasal 30 ayat 2) g) Guru mata pelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup guru kelompok

(12)

h) Pendidik pada SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat dan SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat

terdiri atas guru mata pelajaran yang penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan keperluan. (pasal 30 ayat 4)

i) Pendidik pada pendidikan tinggi memiliki kualifikasi pendidikan minimum:

a. Lulus diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) untuk program diploma;

b. Lulus program magister (S2) untuk program sarjana (S1) dan;

c. Lulus program doctor (S3) untuk program magister (S2) dan program doctor (S3). (pasal 31 ayat 1)

j) Tenaga kependidikan pada SD/MI atau bentuk lain yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala

sekolah/madrasah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah. (pasal 35 ayat 1 butir b)

k) Tenaga kependidikan pada SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat dan SMA/MA, atau bentuk lain yang

sederajat sekurangkurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah. (pasal 35 ayat 1 butir c)

l) Kriteria untuk menjadi kepala SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK, meliputi:

a). berstatus sebagai guru SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK;

b). memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai, ketentuan perundang-undangan yang berlaku;

c). memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di SMP/MTs/SMA/SMK/MAK; dan d). memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang pendidikan. (pasal 38 ayat 3)

5. Standar Sarana dan Prasarana

Standar ini merupakan kriteria minimal tentang ruang belajar, perpustakaan, tempat olahraga, tempat ibadah, tempat bermain dan rekreasi, laboratorium, bengkel kerja, sumber belajar lainnya yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran. Dalam standar ini termasuk pula penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

a) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media

pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. (pasal 42 ayat 1)

b) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan

pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. (pasal 42 ayat 2)

c) Standar keragaman jenis peralatan laboratorium ilmu pengetahuan alam (IPA), laboratorium bahasa,

(13)

d) Standar jumlah buku teks pelajaran di perpustakaan dinyatakan dalam rasio minimal jumlah buku teks

pelajaran untuk masing-masing mata pelajaran di perpustakaan satuan pendidikan untuk setiap peserta didik. (pasal 43 ayat 4)

e) Lahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 42 ayat (2) untuk bangunan satuan pendidikan, lahan praktek,

lainnya untuk sarana penunjang, dan lahan pertamanan untuk menjadikan satuan pendidikan suatu lingkungan yang secara ekologis nyaman dan sehat. (pasal 44 ayat 1)

6. Standar Pengelolaan

Standar ini meliputi perencanaan pendidikan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, pengelolaan pendidikan di tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan pada tingkat

nasional.tujuan dari standar ini ialah meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Ada beberapa standar pengelolaan dalam pendidikan, sebagai berikut :

a. Standar pengelolaan oleh satuan pendidikan

1) Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen

berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. (pasal 49 ayat 1)

2) Setiap satuan pendidikan dipimpin oleh seorang kepala satuan sebagai penanggung jawab pengelolaan

pendidikan. (pasal 50 ayat 1)

3) Dalam melaksanakan tugasnya kepala satuan pendidikan SMP/MTs/ SMPLB, atau bentuk lain yang

sederajat dibantu minimal oleh satu orang wakil kepala satuan pendidikan. (pasal 50 ayat 2)

4) Pada satuan pendidikan SMA/MA/SMALB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat kepala satuan

pendidikan dalam melaksanakan tugasnya dibantu minimal oleh tiga wakil kepala satuan pendidikan yang masing-masing secara berturut-turut membidangi akademik, sarana dan prasarana, serta kesiswaan. (pasal 50 ayat 3)

5) Pengambilan keputusan pada satuan pendidikan dasar dan menengah di bidang akademik dilakukan oleh

rapat Dewan Pendidik yang dipimpin oleh kepala satuan pendidikan. (pasal 51 ayat 1)

6) Pengambilan keputusan pada satuan pendidikan dasar dan menengah di bidang non-akademik dilakukan

oleh komite sekolah/madrasah yang dihadiri oleh kepala satuan pendidikan. (pasal 51 ayat 2)

7) Setiap satuan pendidikan harus memiliki pedoman yang mengatur tentang: (a) Kurikulum tingkat satuan

(14)

8) Pengelolaan satuan pendidikan dilaksanakan secara mandiri, efisien, efektif, dan akuntabel. (pasal 54 ayat

1)

9) Pelaksanaan pengelolaan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dipertanggungjawabkan

oleh kepala satuan pendidikan kepada rapat dewan pendidik dan komite sekolah/madrasah. (pasal 54 ayat 4) b. Standar pengelolaan oleh Pemerintah Daerah

Pemerintah Daerah menyusun rencana kerja tahunan bidang pendidikan dengan memprioritaskan program:

1) wajib belajar

2) peningkatan angka partisipasi pendidikan untuk jenjang pendidikan menengah

3) penuntasan pemberantasan buta aksara

4) penjaminan mutu pada satuan pendidikan, baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah maupun

masyarakat

5) peningkatan status guru sebagai profesi

6) akreditasi pendidikan

7) peningkatan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat

8) pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang pendidikan. (pasal 59 ayat 1)

c. Standar pengelolaan oleh Pemerintah

Pemerintah menyusun rencana kerja tahunan bidang pendidikan dengan memprioritaskan program :

1) wajib belajar

2) peningkatan angka partisipasi pendidikan untuk jenjang pendidikan menengah dan tinggi

3) penuntasan pemberantasan buta aksara

4) penjaminan mutu pada satuan pendidikan, baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah maupun masyarakat

5) peningkatan status guru sebagai profesi

6) peningkatan mutu dosen

7) standarisasi pendidikan

8) akreditasi pendidikan

(15)

10) Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidangpendidikan; dan (k) Penjaminan mutu pendidikan

nasional. (pasal 60)

7. Standar Pembiayaan

Standar ini merupakan standar nasional yang berkaitan dengan komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan selama satu tahun.

a) Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. (pasal 62 ayat 1)

b) Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya penyediaan sarana

dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. (pasal 62 ayat 2)

c) Biaya personal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh

peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. (pasal 62 ayat 3)

d) Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: (a) gaji pendidik dan tenaga

kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji; (b) bahan atau peralatan pendidikan habis pakai; dan (c) biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya. (pasal 62 ayat 4)

e) Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP.

(pasal 62 ayat 5)

8. Standar Penilaian

Standar ini merupakan standar nasional penilaian pendidikan tentang mekanisme, prosedur, instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian yang dimaksud di sini adalah penilaian pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah yang meliputi: penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dan penilaian hasil belajar oleh pemerintah. Sedangkan bagi pendidikan tinggi, penilaian tersebut hanya meliputi: penilaian hasil belajar oleh pendidik dan satuan pendidikan

Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:

a) Penilaian hasil belajar oleh Pendidik

 Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses,

(16)

 Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk : menilai pencapaian kompetensi peserta

didik bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan memperbaiki proses pembelajaran. (pasal 64 ayat 3)

b) Penilaian hasil belajar oleh Satuan Pendidikan

Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran dan dilakukan untuk semua mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan merupakan penilaian akhir untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. (pasal 65 ayat 1 dan 2)

c) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah

Penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional. (pasal 66 ayat 1)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada dasarnya semua hal yang menyangkut pendidikan nasional, baik itu dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional semuanya terangkum dalam UUSPN No. 2 tahun 1989 dan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 serta tak lepas dari UUD 1945 dan Pancasila. Adapun penjabaran dari tiap bidang, yaitu :

 Fungsi dan tujuan dari pendidikan nasional dituangkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sisdiknas pasal 3 yang berbunyi :

 Prinsip penyelenggaraan pendidikan diatur dalam Undang-Undang 20/2003 tentang Sisdiknas. Ketentuan

ini, diatur pada bab II pasal 4 yang diuraikan dalam 6 ayat.

 Hak dan kewajiban peserta didik diatur dalam Undang-Undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Pasal 12.  Semua hal yang menyangkut kinerja dan identitas dari guru dan dosen diatur dalam Undang Undang Guru

(17)

 Menurut PP No 19 tahun 2005, Standar Nasional Pendidikan terdiri atas 8 ruang lingkup standar.

Sukseskan Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia

Siswa SD yang Aktif

Pendidikan di indonesia sejatinya bertujuan untuk mencerdaskan dan menjadikan anak bangsa berakhlak mulia. Hal isi sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD 1945 (versi amandemen) pasal 31 ayat 3 dan 5. Pada pasal 31 ayat 3 menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional menyebutkan “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dalam undang-undang”. Jelas bahwa tujuan pendidikan nasional tidak lain adalah untuk mencerdaskan anak bangsa indonesia dengan menjadikan peserta didik memiliki prilaku atau akhlak yang mulia. Kemudian, dalam pasal 31 ayat 5 menyebutkan “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk memajukan peradaban serta kesejahteraan umat manusia”. Telah jelas kita ketahui dalam pasal 31 ayat 5 disebutkan bahwa pemerintah berperan aktif dalam memajukan IPTEK dengan menjunjung tinggi nilai agama untuk persatuan bangsa menuju beradaban manusia yang beradab dan sejahtera.

Namun, pada kenyataanya dapat kita ketahui bersama di lapangan. Kasus “bullying” kekerasan disekolah, tawuran pelajar/mahasiswa, pergaulan bebas dan peredaran Narkotika semakin hari justru semakin bertambah. Sungguh keadaan yang ironis ditengah-tengah kemajuan IPTEK justru memberikan dampak yang belum baik untuk pendidikan bangsa ini. Untuk menjadikan bangsa ini cerdas dan berakhlak mulia, UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) salah satu organisasi dunia yang ikut adil dalam menyukseskan tujuan pendidikan disetiap negara dunia mencanangkan empat (4) pilar pendidikan baik untuk masa sekarang maupun masa depan, yakni learning to know, learning to do,

learning to be, dan learning to live together. Dimana keempat pilar pendidikan tersebut menggabungkan

(18)

Tawuran Pelajar Hal yang Tak PANTAS di TIRU

Menurut pakar Pendidikan Islam Dr. Adian Husaini dari Universitas Ibnu Kaldun Bogor, pendidikan islam sejatinya dapat membentuk manusia yang berkarakter dan beradab. Jelas, bahwa pendidikan di Indonesia haruslah dapat menghasilkan putra dan putri bangsa yang tidak hanya cerdas dari segi keintelektualannya namun menjadikan insan kamil (manusia utuh) yang berkarakter dan beradab. Namun pada kenyataan, masih dapat kita temukan sistem pendidikan baik di sekolah maupun di perguruan tinggi yang hanya menekankan sebatas hafalan dan pemahaman saja tanpa diimbangi dengan bagaimana menggunakan ilmu tersebut dalam meniti karir dan berkarya. Bahkan yang lebih ironis yakni ilmu musiman, hanya ingat ketika semester itu kemudian lupa disemester berikutnya. Proses pembelajaran yang hanya menekankan serta berfokus pada hasil akhir tanpa ada penilaian yang baku dari proses bagaimana ia menghayati dan memahami ilmu itu sendiri menghasilkan siswa yang cerdas menghafal bukan memahami secara utuh. Akhirnya banyak mahasiswa dipresi karena dapat “E” atau “K” padahal kuliah dan tugas mereka kerjakan dengan baik. Ujian hanya bertujuan untuk mengukur kecerdasan peserta didik sesaat bukan untuk masa depan. Buktinya, berbagai macam cara mereka berjuang untuk mendapatkan standar nilai yang telah ditetapkan dengan cara yang jelas melanggar kode etik akademik dan norma agama. Ujian memang memberikan penilaian sejauh mana para peserta didik dapat memahami ilmu yang telah disampaikan, namun justru kita jarang mengevaluasi proses transfer ilmu dari guru/dosen ke peserta didik, padahal ini lebih penting. Akhirnya trik “aljimatul minal sukses*” menjadi salah satu metode yang laris dikalangan pelajar dan mahasiswa. (*dimasa SMA (jahiliyah) saya pernah melakukannya, kini alhamdulillah sadar)

(19)

menyalurkan hobi serta membuat karya sendiri tanpa ada ancaman dari guru maupun sekolah. Sungguh menyenangkan.

Untuk mencapai serta mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 3 dan 5 tentu harus ada kerjasama yang baik dari seluruh unsur elemen masyarakat (cendikia,ulama,orang tua) dan jajaran pemerintahan di Indonesia. Ada yang dapat kita lakukan bersama. Pertama, sebagai seorang pelajar atau mahasiswa sudah selayaknya kita menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan kode etik akademik dalam melaksanakan proses belajar dan menuntut ilmu. Etika dan prilaku inilah yang akan menjadikan kita berkarakter dan beradab sehingga mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang mulia yakni mencerdaskan dan menyatukan bangsa demi mewujudkan peradaban untuk kesejahteraan umat manusia.

Kedua, sebagai seorang guru/dosen sudah selayaknya kita senantiasa belajar dari alam (lapangan) dimana proses dan metode belajar akan senantiasa berubah seiring perkembangan IPTEK dan globalisasi. Menurut Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan, guru merupakan tombak pendidikan. Jadi, guru adalah investasi bangsa. Sebagai seorang pengajar sudah selayaknya kita mendukung dan memberikan peluang emas bagi peserta didik untuk berkreatifitas, menyalurkan bakat/talenta dalam mewujudkan cita-cita dan karya tertentu selama masih dalam jalur yang benar. Guru juga berperan mendidik, tak cukup hanya mengajar. Sungguh mulia jasa seorang guru, pahala mengalir di dunia dan akherat selama niatnya masih baik dan benar.

Ketiga, ikut adil dalam mencerdaskan anak bangsa melalui karya yang mulia seperti “Indonesia mengajar” oleh Anies Baswedan, “sekolah juara” oleh Rumah Zakat Indonesia, “Dirgantara Indonesia” oleh BJ Habibie, “Ahli kedokteran” oleh Ibn Sina, “Tafsir Al Azhar” oleh Buya Hamka dan masih banyak karya lain yang menginspirasi kita untuk berbakti bagi negeri. Kita berharap bersama Indonesia masih bisa bangkit dan maju. Kuncinya adalah meluruskan kembali niat untuk menuntut ilmu (bukan hanya untuk mendapatkan harta semata), menjunjung tinggi nilai agama dan membagikan ilmu (hobi berbagi ilmu) kepada siapapun agar lebih bermanfaat. Tapi tak cukup sampai disini, “Ayo siapa yang mau action?”.

(20)

BAB I PENDAHULUAN oleh:

Ucu Susanti Ihah Solihah Hasanah Rahma

A. Latar Belakang

Setiap manusia membutuhkan ilmu pengetahuan (pendidikan) dalam rangka untuk menunjang kehidupannya menjadi lebih baik, tidak terkecuali anak bangsa Indonesia. Oleh karena itu maka negara menjamin setiap warganya untuk mendapatkan pendidikan sesuai dengan Undang-undang No. 2 Tahun 1989.

Dengan diaturnya pendidikan oleh pemerintah diharapkan agar kualitas SDM bangsa Indonesia lebih baik dan menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan berkembang.

B. Rumusan Masalah

1. Apa dasar pendidikan ?

2. Apa tujuan pendidikan nasional ?

C. Tujuan Penulisan

(21)

BAB II PEMBAHASAN

A. Dasar Pendidikan

Yang dimaksud dengan dasar di sini adalah sesuatu yang menjadi kekuatan bagi tetap tegaknya suatu bangunan atau lainnya, seperti pada rumah atau gedung, maka pondasilah yang menjadi dasarnya. Begitu pula halnya dengan pendidikan, dasar yang dimaksud adalah dasar pelaksanaannya, yang mempunyai peranan penting untuk dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah-sekolah atau di lembaga-lembaga pendidikan lainnya.

Adapun dasar pendidikan di negara Indonesia secara yuridis formal telah dirumuskan antara lain sebagai berikut:

1. Undang-Undang tentang Pendidikan dan Pengajaran No. 4 tahun 1950, Jo Nomor 2 tahun 1945, Bab III

Pasal 4 Yang Berbunyi: Pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas asas-asas yang termaktub dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar RI dan kebudayaan bangsa Indonesia.

2. Ketetapan MPRS No. XXVII/ MPRS/ 1966 Bab II Pasal 2 yang berbunyi: Dasar pendidikan adalah falsafah

negara Pancasila.

3. Dalam GBHN tahun 1973, GBHN 1978, GBHN 1983 dan GBHN 1988 Bab IV bagian pendidikan

berbunyi: Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila.

4. Tap MPR Nomor II/MPR/1993 tentang GBHN dalam Bab IV bagian Pendidikan yang berbunyi: Pendidikan

Nasional (yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

5. Undang-undang RI No 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945.

6. Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945

Dengan demikian jelaslah bahwa dasar pendidikan di Indonesia adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sesuai dengan UUSPN No. 2 tahun 1989 dan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003.

B. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan adalah suatu faktor yang amat sangat penting di dalam pendidikan, karena tujuan merupakan arah yang hendak dicapai atau yang hendak dituju oleh pendidikan. Begitu juga dengan penyelenggaraan pendidikan yang tidak dapat dilepaskan dari sebuah tujuan yang hendak dicapainya. Hal ini dibuktikan dengan penyelenggaraan pendidikan yang di alami bangsa Indonesia. Tujuan pendidikan yang berlaku pada waktu Orde Lama berbeda dengan Orde Baru. Demikian pula sejak Orde Baru hingga sekarang, rumusan tujuan pendidikan selalu mengalami perubahan dari pelita ke pelita sesuai dengan tuntutan pembangunan dan perkembangan kehidupan masyarakat dan negara Indonesia.

(22)

1. Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan pendidikan ini merupakan tingkatan yang tertinggi. Pada tujuan ini digambarkan harapan masyarakat atau negara tentang ciri-ciri seorang manusia yang dihasilkan proses pendidikan atau manusia yang terdidik. Adapun yang dimaksud dengan tujuan pendidikan nasional adalah tujuan umum yang hendak dicapai oleh seluruh bangsa Indonesia dan merupakan rumusan kualifikasi terbentuknya setiap warga negara yang dicita-citakan bersama.

Tujuan pendidikan nasional secara formal di Indonesia telah beberapa kali mengalami perumusan atau perubahan, dan rumusan tujuan pendidikan nasional yang terakhir seperti disebutkan dalam Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS Bab II Pasal 3 yang berbunyi: Tujuan pendidikan nasional ialah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia-manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Perumusan tujuan pendidikan nasional tersebut dapat memberikan arah yang jelas bagi setiap usaha pendidikan di Indonesia. Untuk dapat mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut, dibutuhkan adanya lembaga-lembaga pendidikan yang masing-masing mempunyai tujuan tersendiri, yang selaras dengan tujuan nasional. Oleh karena itu, setiap usaha pendidikan di Indonesia tidak boleh bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional, bahkan harus menopang atau menunjang tercapainya tujuan tersebut.

2. Tujuan Institusional

Tujuan institusional adalah perumusan secara umum pola perilaku dan pola kemampuannya yang harus dimiliki oleh setiap lembaga pendidikan yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi dan tugas yang harus dipikul oleh setiap lembaga dalam rangka menghasilkan lulusan dengan kemampuan dan keterampilan tertentu.

Sebagai subsistem pendidikan nasional, tujuan institusional untuk setiap lembaga pendidikan tidak dapat terlepas dari tujuan pendidikan nasional. Hal ini disebabkan setiap lembaga pendidikan ingin menghasilkan lulusan yang akan menunjang tinggi martabat bangsa dan negaranya, yang bertekad untuk mempertahankan falsafah Pancasila sebagai dasar Negara, di samping kemampuan dan keterampilan tertentu sesuai dengan kekhususan setiap lembaga.

Dengan demikian, perumusan tujuan institusional dipengaruhi oleh tiga hal: (a) Tujuan Pendidikan Nasional (b) Kekhususan setiap lembaga; dan (c) Tingkat usia peserta didik

Tujuan institusional itu dicapai melalui pemberian berbagai pengalaman belajar kepada peserta didiknya.

3. Tujuan Kurikuler

(23)

institusional, tetapi tidak boleh menyimpang dari tujuan institusional. Seperti misalnya, tujuan kurikulum di sekolah-sekolah ada mata pelajaran kewarganegaraan yang berbeda dibandingkan dengan SMP. Tujuan mata pelajaran untuk Kewarganegaraan di sekolah-sekolah tersebut disebut tujuan kurikuler sesuai dengan kurikulum pada masing-masing sekolah.

Tujuan kurikuler merupakan penjabaran dari tujuan institusional, yang berarti lebih khusus dari pada tujuan Institusional.

4. Tujuan Instruksional

Tujuan Instruksional merupakan tujuan yang hendak dicapai setelah selesai proses belajar mengajar/ program pengajaran. Tujuan tersebut merupakan penjabaran dari tujuan kurikuler, yang merupakan perubahan sikap atau tingkah laku secara jelas. Tujuan Instruksional dapat dibagi menjadi dua, yaitu Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK).

Dalam merumuskan tujuan tujuan instruksional ini, terlebih-lebih tujuan instruksional khusus harus berorientasi kepada peserta didik, atau kepada output-oriented. Tujuan Instruksional akan mempengaruhi pemilihan materi, metode, strategi, dan lainnya demi mencapai tujuan instruksional yang telah dirumuskan. Sesuai dengan visi dan misi pendidikan Nasional, maka tujuan pendidikan harus mencerminkan kemampuan system pendidikan Nasional untuk mengakomodasikan berbagai tuntutan peran yang multi dimensional. Secara umum, pendidikan harus mampu menghasilkan manusia sebagai individu dan anggota masyarakat yang sehat dan cerdas dengan: (1). Kepribadian kuat, religius dan menjunjung tinggi budaya luhur (2). Kesadaran demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (3). Kesadaran moral hokum yang tinggi dan (4). Kehidupan yang makmur dan sejahtera.

UNESCO pada tahun 1996 mencanangkan pilar-pilar penting dalam pendidikan, yakni bahwa pendidikan hendaknya mengembangkan kemampuan belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk melakukan sesuatu (learning to do), belajar menjadi seseorang (learning to be), dan belajar menjalani kehidupan bersama (learning to live together). Dalam konteks Indonesia, penerapan konsep pilar-pilar pendidikan ini adalah bahwa system pendidikan Nasional berkewajiban untuk mempersiapkan seluruh warganya agar mampu berperan aktif dalam semua sector kehidupan guna mewujudkan khidupan yang cerdas, aktif, kreatif, dan mengutamakan persatuan dan kesatuan.[9J

Berikut ini akan dikemukakan tujuan-tujuan pendidikan di Indonesia :

1. Rumusan menurut SK Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan No. 104/Bhg.O tanggal 1 Maret

1946:

Tujuan pendidikan adalah untuk menanamkan jiwa patriotisme.

Hal ini sesuai dengan semangat dan situasi Indonesia pada waktu itu yang baru saja merdeka, di mana kolonial Belanda masih berusaha dan berkeinginan untuk kembali berkuasa di Indonesia.

(24)

Tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejah-teraan masyarakat dan tanah air.

3. Menurut Ketetapan MPRS Nomor II Tahun 1966

Tujuan pendidikan ialah mendidik anak ke arah ter-bentuknya manusia yang berjiwa Pancasila dan bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat sosialis Indonesia yang adil dan makmur material dan spiritual.

4. Rumusan Tujuan Pendidikan menurut Sistem Pendidikan Nasional Pancasila dengan penetapan Presiden

No. 19 Tahun 1965, yang berbunyi sebagai berikut.

Tujuan pendidikan nasional kita, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta, dari pendidikan pra sekolah sampai pendidikan tinggi, supaya melahirkan warga negara-warga negara sosialis Indonesia yang susila, yang bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat sosialis Indonesia, adil dan makmur baik spiritual maupun material dan yang berjiwa Pancasila, yaitu:

a. Ketuhanan Yang Maha Esa;

b. Perikemanusiaan yang adil dan beradab;

c. Kebangsaan;

d. Kerakyatan;

e. Keadilan sosial.

Tujuan pendidikan di atas ternyata tidak dapat bertahan lama sebab dengan meletusnya peristiwa G 30 S/PKI maka tujuan pendidikan ini pun ditinggalkan. Dengan dikeluarkannya Ketetapan MPRS Nomor XXVII Tahun 1966, maka Keputusan Presiden Nomor 145 dengan Penetapan Presiden Nomor 19 Tahun 1965 tentang Pokok-pokok Sistem Pendidikan Nasional tidak berlaku lagi.

5. Rumusan Tujuan Pendidikan Menurut Ketetapan MPRS No. XXVII Tahun 1966

Tujuan pendidikan ialah membentuk manusia Panca-silais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan yang dikehendaki oleh pembukaan UUD 1945 dan isi UUD 1945. Dalam Ketetapan MPRS Nomor XXVII tersebut, tujuan pendidikan nasional Indonesia tercantum dalam Bab II Pasal 3, pembentvikan manusia Panca-silais sejati merupakan sesuatu yang sangat di-perlukan untuk mengubah mental masyarakat indoktrinasi Manipol USDEK, Pemurnian semangat Pancasila dianggap sebagai jaminan untuk tegaknya Orde Baru.

6. Menurut Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1973 tentang GBHN

(25)

luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945.

7. Menurut TAP MPR Nomor IV/MPR/1978 tentang GBHN Bab IV D (pendidikan)

Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

8. Menurut Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1983 tentang GBHN

Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

9. Menurut Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1988 tentang GBHN

Tujuan pendidikan nasional adalah untuk peningkatan kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil, serta sehat jasmani dan rohani. 10. UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

11. Menurut Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1993 tentang GBHN

Tujuan pendidikan nasional dipaparkan lebih luas lagi sebagai berikut.

(26)

BAB III KESIMPULAN

Dari uraian yang telah diuraikan sebelumnya, dapat kita simpulkan bahwa tujuan pendidikan di Indonesia melahirkan sebuah sistem pendidikan nasional yaitu berkewajiban mempersiapkan seluruh warganya agar mampu berperan aktif dalam semua sektor kehidupan gua mewujudkan kehidupan yang cerdas / kreatif dan mengutamakan persatuan dan yang tak kalah penting harus kita ketahui bahwa tujuan itu tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan menurut Al-Qur’an.

Suatu tujuan yang jauh lebih paripurna dari tujuan-tujuan yang ada hakekatnya yaitu mengangkat derajat manusia, tidak hanya di dunia namun jauh menyeberangi tujuh langit yaitu akhirat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Raja Grafind Persana, Jakarta, 20111

20. Uinaig-Uinaig RI Nd. 201 Tahui 20113 teitaig Sistem Peininikai Nasidial, Citra

Umbara, Bainuig, 20113.

3. Zahara Inris, Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan, PT Grasiind, Jakarta, 19920.

Tujuai Peininikai Nasidial

Sebagaimaia niketahui bahwa semua lembaga peininikai fdrmal yaig ana ni wilayah iegara kita niarahkai uituk meicapai tujuai peininikai iasidial. Tujuai peininikai iasidial

bersumber nari falsafah iegara nai baigsa Iindiesia. Falsafah merupakai suatu sistem iilai yaig niaiut, suatu painaigai hinup baigsa. Apa yaig niaiggap beiar nai niyakiii sebagai suatu iilai yaig napat meigaitarkai baigsa Iindiesia meiuju persatuai iasidial. Oleh kareiaiya, Paicasila merupakai nasar nai cita-cita yaig iigii nicapai nalam membiia geierasi muna melalui lembaga-lembaga peininikai fdrmal.

Pana Bab II Pasal 3 Uinaig-Uinaig Republik Iindiesia Nd. 201 tahui 20113 teitaig Sistem Peininikai Nasidial nijelaskai bahwa Peininikai Nasidial berfuigsi meigembaigkai

kemampuai nai membeituk watak serta peranabai baigsa yaig bermartabat nalam raigka meicernaskai kehinupai baigsa, bertujuai uituk berkembaigiya pdteisi peserta ninik agar meijani maiusia yaig berimai nai bertakwa kepana Tuhai Yaig Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mainiri, nai meijani warga iegara yaig nemdkratis serta bertaigguig jawab.

Kemampuai lulusai suatu jeijaig peininikai bernasarkai tujuai peininikai iasidial napat nikeldmpdkkai meijani tiga:

1. Aspek peigetahuai (kdgiitif), meliputi berilmu nai cakap.

(27)

3. Aspek sikap (afektif), meliputi berimai, bertakwa, berakhlak mulia, sehat, mainiri, nai nemdkratis.

Tujuai peininikai iasidial iii harus tercermii pana pereicaiaai pembelajarai pana semua jeijaig peininikai, sehiigga napat meigembaigkai pdteisi siswa secara dptimal meijani kemampuai uituk hinup ni masyarakat nai ikut meisejahterakai masyarakat. Siswa yaig mempuiyai peigetahuai, keterampilai nai perilaku yaig baik mampu meinemdistrasikai peigetahuai nai keterampilai yaig nimilikiiya tersebut sesuai neigai stainar yaig

nitetapkai.

Jika nikaji lebih jauh makia nari tujuai peininikai iasidial itu masih bersifat umum. Keumumai itu seiniri seriigkali membawa kekaburai nalam pelaksaiaai. Di siii patut nipertaiyakai, apa maksun neigai meigembaigkai kemampuai nai membeituk watak serta peranabai baigsa yaig bermartabat nalam raigka meicernaskai baigsa.

Peigetahuai, keterampilai, nai sikap apa yaig patut nimiliki maiusia pembaiguiai yaig berpaicasila itu. Bagaimaia meigembaigkai pdteisi siswa. Maiusia yaig berimai nai bertakwa itu seperti apa. Demdkrasi macam apa iigii nitaiamkai, bagaimaia upaya meigembaigkai kreativitas, kemainiriai, kecakapai, apa nimaksun neigai akhlak mulia nai berilmu. Dai bagaimai perwujunai warga iegara yaig nemdkratis nai bertaigguig jawab. Pertaiyaai-pertaiyaai ni atas haiya sekenar cditdh bagaimaia nalamiya makia tujuai peininikai ni atas, juga bagaimaia kaburiya peigertiai yaig terkainuig ni

nalamiya. Uituk itu perlu nilakukai peijabarai yaig lebih terperiici sehiigga meijani lebih jelas.

Tujuai Peininikai Nasidial

Ilustrasi bersumber nari Gddgle

Meigeiai tujuai peininikai iasidial, jelaslah bahwa sumber nai acuaiiya analah Paicasila. Sebagaimaia niketahui bahwa rumusai resmi Paicasila analah:

1. Ketuhaiai Yaig Maha Esa.

20. Kemaiusiaai yaig anil nai beranab.

3. Persatuai Iindiesia.

4. Kerakyatai yaig nipimpii dleh hikmah kebijaksaiaai nalam permusyawaratai nai perwakilai.

5. Keanilai sdsial bagi seluruh rakyat Iindiesia.

Rumusai Paicasila ni atas analah rumusai resmi yaig berlaku. Persdalai kita analah apakah rumusai Paicasila yaig masih bersifat umum itu napat nitafsirkai sekeheinak kita masiig-masiig. Jika napat, teitu akai muicul sejumlah tafsirai yaig beraieka ragam. Masiig-masiig pihak peiafsir teitu akai mempertahaikai nai meigaiggap bahwa tafsirai yaig niberikaiiya itu beiar. Iii teitu membawa nampak terhanap pelaksaiaai Paicasila itu seiniri nalam kehinupai. Termasuk nampakiya akai iyata nalam peiyeleiggaraai peininikai.

(28)

meighasilkai rumusai-rumusai tujuai yaig lebih khusus lagi, meiyaigkut setiap sekdlah nai pereicaiaai pembelajarai yaig nilaksaiakai. Oleh kareia itu, sebagai arah nai hasil belajar yaig niharapkai bersumber nari tujuai peininikai iasidial ternapatlah rumusai tujuai sekdlah nai tujuai pembelajarai.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Populasi penelitian adalah siswa-siswi kelas VII SMP BOPKRI Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah

If you share this work, you must identify the creators named in this work and on the Living Archive of Aboriginal Languages website and abide with all other attribution

Dalam menganalisis elemen pluralisme agama dalam buku Indie, tiga parameter digunakan iaitu; semua agama menuju Tuhan yang sama tetapi melalui jalan dan cara yang pelbagai,

Dari penjelasan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah, yaitu apakah pemberian informasi dan sosialisasi, latar belakang pendidikan, jenjang pendidikan, lama

Salah satu form diisi dengan isian yang tidak sesuai format lalu klik Simpan. Email : pelangga n.com Sistem akan meminta pengguna untuk mengisi isian sesuai dengan

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Variabel Makro dan Mikro Ekonomi terhadap Likuiditas Bank Syariah di Indonesia” ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan

Dalam Pasal 1150 KUHPerdata pengertian dari gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang kreditur atas suatu barang bergerak yang bertubuh maupun tidak bertubuh

πρὸς τὸν ἡγούμενον τῆς ἐν Πάτμῳ μονῆς Ἰωάννου τοῦ Θεολόγου (1256), Χαριστήριον εἰς.. Αυτό το γεγονός μάλλον προκαλεί έκπληξη, αν αναλογιστεί κανείς την στενή φιλία