• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 tentang sosok profesionalitas guru BK di sekolah - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Persepsi siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 tentang sosok profesionalitas guru BK di sekolah - USD Repository"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI SISWA KELAS VII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010

TENTANG SOSOK PROFESIONALITAS GURU BK DI SEKOLAH

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh : Petry Vreide Foenay

021114025

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

PERSEPSI SISWA KELAS VII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010

TENTANG SOSOK PROFESIONALITAS GURU BK DI SEKOLAH

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh : Petry Vreide Foenay

021114025

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

MOTTO

Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata,

akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan

maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang

dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.

(Mazmur 126 : 5-6)

Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka

terlaksanalah segala rencanamu.

(Amsal 16 : 3)

..Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah..

Tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik..

Tuhan pasti ‘kan menunjukkan kebesaran dan kuasaNya

Bagi hambaNya yang sabar dan tak kenal putus asa..

(Penggal Syair Jangan Menyerah – Dmasiv)

IA membuat segala sesuatu indah pada waktuNya.

(6)

Pernyataan Keaslian Karya

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 18 Januari 2011 Penulis,

(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Petry Vreide Foenay

Nomor Mahasiswa : 021114025

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, karya ilmiah saya yang berjudul: PERSEPSI SISWA KELAS VII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 TENTANG SOSOK PROFESIONALITAS GURU BK DI SEKOLAH beserta perangkat yang diperlukan.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya dan tanpa memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 18 Januari 2011 Yang menyatakan,

(8)

ABSTRAK

Persepsi Siswa Kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010

Tentang Sosok Profesionalitas Guru BK di Sekolah

Petry Vreide Foenay 021114025

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Populasi penelitian adalah siswa-siswi kelas VII SMP BOPKRI Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 119 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner Persepsi Siswa tentang Sosok Profesionalitas Guru BK di Sekolah. Instrumen ini dibuat sendiri oleh penulis berdasarkan masalah penelitian, variabel, dan kajian teoritis.

Masalah penelitian ini adalah 1) Bagaimana pandangan siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 tentang sosok profesionalitas guru BK di sekolah ? 2) Kualitas-kualitas sosok profesionalitas mana yang aktualisasinya teridentifikasi masih langka/jarang pada guru BK sekolah menurut persepsi siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 ?

(9)

ABSTRACT

The Perceptions of the Seventh Graders of SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Year 2009/2010 Towards the Professional Figure of Guidance and

Counseling Teacher at School Petry Vreide Foenay

02114025

This research is a descriptive research using the survey method. The research population were the seventh graders of BOPKRI 3 Jogjakarta of the 2009/2010 academic year which amounted to 119 persons. The instruments used in this research is about Questionnaire of the Perceptions of the Professional Figure of Guidance and Counseling Teacher at School. This instrument made by the author based on the research problem, the variables and theoretical studies.

The problems of this research are : 1) How the perceptions of the seventh graders of BOPKRI 3 Yogyakarta SMP year 2009/2010 about the figure of a professional guidance and counseling teacher at school? 2) Which qualities of the figure professional who identified still have a scarce / rare actualization on student perceptions of counseling and guidance teachers by seventh graders BOPKRI 3 YogYakarta year 2009/2010?

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus yang telah membimbing dan menyertai saya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

Saya menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan beberapa pihak. Oleh karena itu, saya menghaturkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Ibu Dr. M. M. Sri Hastuti, M.Si selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling serta dosen pembimbing yang berkenan membimbing saya selama menempuh pendidikan.

2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si yang dengan penuh perhatian dan kesabaran mendampingi dan membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., Psi., M.A yang telah membantu saya dalam menyelesaikan administrasi sehubungan dengan penulisan dan ujian skripsi. 4. Bapak dan ibu dosen program studi Bimbingan dan Konseling yang telah

membagikan ilmunya kepada saya.

5. Bapak Paryadi S.Pd selaku Kepala SMP BOPKRI 3 Yogyakarta beserta bapak ibu guru yang telah memberikan tempat dan waktu bagi saya untuk melakukan penelitian.

(11)

7. Siswa-siswi kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010 yang telah menyediakan waktunya untuk membantu terlaksananya penelitian ini.

8. Teman-teman PPL saya (Hanna, Dita, Sr. Rita, Anno, Ria Bul-bul, Modes, Ayu, Fenty, Rias) atas kerjasama, kebersamaan, dukungan selama melaksanakan PPL baik SMP, SMA, Komunitas.

9. Teman-teman seperjuangan di program Bimbingan dan Konseling atas kebersamaannya selama saya menempuh pendidikan.

10.Angel dan Andre (teman seangkatan 2002) yang menjadi motivator bagi saya sehingga bisa semangat menyelesaikan kuliah.

11.Dita ‘06, Sr. Udis, Sr. Mediatrix, Desy, Sary, Andre ’04, Erna (tim bimbingan) atas dukungan, perhatian, kebersamaan dalam menyelesaikan skripsi saya. 12.Papa, Mama, Adik-adik, Opa, Oma, Tante, Om, semua saudara dan keluarga

yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang senantiasa mendoakan, mendukung serta membiayai saya dalam menempuh studi Bimbingan dan Konseling serta dalam menyelesaikan skripsi ini.

13.Mama Ester yang senantiasa mendoakan saya dalam setiap pergumulan yang saya hadapi.

14.Tante Tres yang senantiasa menunggu saya ketika harus begadang menyelesaikan skripsi.

(12)

Besar harapan saya, semoga penelitian saya ini dapat berguna bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Akhir kata saya mohon maaf atas segala kekurangan dalam penelitian ini. Kiranya penelitian ini kelak bermanfaat untuk pengembangan Bimbingan dan Konseling serta dunia pendidikan.

Yogyakarta, Januari 2011 Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

ABSTRAK BAHASA INDONESIA ... vii

ABSTRAK BAHASA INGGRIS ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat ... 7

E. Batasan Istilah ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Persepsi ... 9

1. Pengertian Persepsi ... 10

2. Proses Terjadinya persepsi ... 10

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 14

B. Sosok Profesionalitas Guru BK ... 17

1. Pengertian Guru BK ... 17

(14)

3. Peran Guru BK Sekolah ... 21

4. Tugas Guru BK Sekolah ... 22

5. Fungsi Guru BK ... 24

C. Persepsi Siswa terhadap Sosok Profesionalitas Guru BK di Sekolah ... 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 26

B. Subyek Penelitian ... 26

C. Instrumen Penelitian ... 27

1. Kuesioner ... 27

2. Validitas Kuesioner ... 30

3. Reliabilitas Kuesioner ... 34

D. Teknik Pengumpulan dan analisis data ... 36

1. Tahap persiapan dan pelaksanaan ... 36

2. Teknik analisis data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian... 39

B. Pembahasan ... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 47 

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Rincian Jumlah Siswa Kelas VII SMP BOPKRI 3

Yogyakarta yang menjadi Subyek Penelitian ... 27 Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Persepsi Siswa tentang Sosok

Profesionalitas Guru BK di Sekolah ... 29 Tabel 3.3 Daftar Tinjauan Logik dari Expert Judgment tentang Konstruk

dan Perumusan Instrumen ... 32 Tabel 3.4 Penggolongan Subjek Dalam Tiga Kategori ... 38 Tabel 3.5 Frekuensi Penampakan Sosok Profesionalitas

Guru BK Sekolah ... 39 Tabel.3.6 Klasifikasi Sosok Profesionalitas Guru BK yang masih

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Data Ujicoba Instrumen ... 50 Lampiran 2 Hasil Analisis Uji Validitas Konsistensi

Internal Kuesioner ... 51 Lampiran 3 Hasil Analisis Reliabilitas ... 55 Lampiran 4 Kuesioner Sosok Profesionalitas Guru BK di Sekolah 1 ... 56 Lampiran 5 Kuesioner Sosok Profesionalitas Guru BK

(17)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Setiap individu akan mengalami suatu proses dalam hidup

berkesinambungan dari tahap-tahap pertumbuhan yang harus dilalui oleh

seorang manusia. Setiap tahap pertumbuhan memiliki ciri, kelebihan dan

kekurangan. Masa remaja adalah saat yang sering dianggap sebagai masa yang

paling rawan dalam proses kehidupan, masa yang sering menimbulkan

kekuatiran para orangtua, dan karena itu pula, sering menjadi topik

pembahasan di berbagai seminar dan mass media. Padahal bagi sang individu

sendiri, masa tersebut justru yang paling menyenangkan dalam hidupnya.

Ada masa hidup di mana seorang remaja tidak dapat lagi dikatakan

kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan

dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya.

Inipun selalu dilakukan melalui metoda coba-coba, walaupun menimbulkan

banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan kekuatiran

serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orangtua.

Kesalahan yang diperbuat hanya akan menyenangkan bagi peer-groupnya

(18)

Hal ini dapat dipahami bila diingat, bahwa banyak anak yang pada

masa remajanya mengalami role confusion (kebingungan dalam memilih

peran dalam kehidupannya) karena kebutuhan identitasnya tidak terpenuhi

atau karena orangtua dan anggota-anggota keluarga yang lain tidak menjadi

model yang diharapkan dan dikagumi untuk menemukan identitas dalam

dirinya. Oleh karena itu mereka mencari identitas di luar rumah, dan biasanya

mereka mencarinya dalam peer-groupnya. Sementara itu setiap peer-group

memiliki rules (aturan tak tertulis): satu merokok semua merokok, satu baca

buku porno semua baca buku porno, kalau ada yang mau bergabung dengan

peer-group ini dengan sendirinya harus menyesuaikan diri dengan rules yang

berlaku, atau akan ditolak. Beruntunglah kalau remaja menemukan peer-group

yg baik. Tetapi kenyataannya tidak demikian. Ketiadaan model harapan dan

kekaguman dalam keluarga menyebabkan remaja sering mengalami

kebingungan role dan emotional instability yang menyebabkan ia rapuh dalam

standar penilaian akan mana yg baik dan mana yang jahat. Bahkan

kemungkinan besar ia sudah memiliki prasangka buruk terhadap hal-hal yang

masyarakat anggap baik, karena pengalaman buruk masa lalu.

Secara ideal, orangtua mestinya justru menjadi pemberi teladan di

depan, di tengah membangkitkan semangat, dan di belakang mengawasi

segala tindak tanduk si anak. Tetapi dalam kenyataannya lingkungan keluarga

hanyalah salah satu dari sejumlah faktor dalam pembentukan kepribadian anak

apalagi orangtua bukan superman. Sejak lama sekolah telah menjadi bagian

(19)

hari, anak-anak berada di sekolah. Mereka berada di sekolah bukan hanya

hadir secara fisik, melainkan mengikuti berbagai kegiatan yang telah

dirancang dan diprogramkan sedemikian rupa. Karena itu, selain keluarga dan

masyarakat, sekolah memiliki peran yang sangat berarti bagi perkembangan

anak.

Hadirnya para guru (termasuk guru pembimbing) di sekolah

semakin meyakinkan tentang kebermaknaan lingkungan sekolah bagi

perkembangan anak. Mereka (para guru mata pelajaran termasuk guru BK di

sekolah) adalah orang-orang yang sudah dididik dan dipersiapkan secara

khusus dalam bidang pendidikan. Mereka menguasai sejumlah pengetahuan

dan keterampilan yang bisa menjadi stimulus bagi anak-anak, lengkap dengan

penguasaan metodologi pembelajaran. Dalam konteks perkembangan anak,

hal tersebut merupakan salah satu sisi keunggulan guru daripada orang-orang

dewasa lain pada umumnya. Karena itu dapat diasumsikan bahwa lazimnya

pengalaman interaksi pendidikan dengan guru di sekolah (terutama guru BK

di sekolah) akan lebih bermakna bagi anak daripada pengalaman interaksi

dengan sembarang orang dewasa lainnya.

Dilihat dari kondisi tersebut di atas, kiranya tidak diragukan lagi

pentingnya peran lingkungan di sekolah dalam memfasilitasi perkembangan

anak. Kegiatan utama anak di sekolah adalah mengikuti pelajaran yang

berkaitan dengan proses pengembangan kognisi anak. Namun demikian,

dilihat dari segi muatan isi kurikulum (baik eksplisit maupun yang sifatnya

(20)

perkembangan aspek kognisi anak, tetapi juga berkenaan dengan

perkembangan aspek-aspek pribadi lainnya.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, sekolah merupakan suatu

masyarakat bagi anak yang memiliki budaya, norma, aturan dan

tuntutan-tuntutan tertentu. Dengan demikian, maka sekolah mendefinisikan dan

membatasi perilaku, perasaan dan sikap anak. Harapan-harapan anak di dalam

masyarakat sekolah ini memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap

aspek-aspek: perkembangan identitas, keyakinan akan kemampuan diri, image

tentang kehidupan dan kemungkinan karier, hubungan-hubungan sosial serta

standar-standar perilaku benar dan salah.

Kesesuaian antara budaya sekolah dan harapan-harapan anak itu

penting dan tidak bisa dipandang remeh. Semakin cocok antara budaya

sekolah dengan nilai-nilai dan harapan anak, maka akan semakin positif

dampak sekolah terhadap perkembangan anak. Tentang pentingnya

pengalaman sekolah bagi perkembangan anak, secara cerdas dirumuskan oleh

Seifert dan Hoffnung sebagai berikut: “…….school experiences play a mayor

role in influencing how children experience and interact with others, how they

perceive and feel about themselves, and how they generally developed

psychosocially” (Seifert, 1991:491).

Adalah tugas dari semua pendidik, termasuk guru BK di sekolah,

untuk melakukan kegiatan pembelajaran, penilaian, pembimbingan, dan

pelatihan dengan berbagai muatan dalam ranah belajar kognitif, afektif,

(21)

karena segala perkembangan pribadi, kemunduran dan kerusakan maupun

pemulihan dan pertumbuhan pribadi, terjadi akibat hubungan individu dengan

orang lain. Kesungguhan sebagai seorang pribadi tergantung dari seberapa

jauh orang itu mampu mengadakan hubungan jujur dengan orang lain. Tanpa

bantuan orang lain, tidak mungkin dia bertumbuh menjadi pribadi yang utuh.

Sehubungan dengan itu, maka guru (termasuk guru BK di sekolah)

memegang peran yang sangat sentral dalam menciptakan suasana sekolah

sebagaimana dideskripsikan di atas. Ia merupakan figur utama bagi anak-anak

di sekolah. Oleh karena itu, bukan saja cara dan kemampuan metodologis

yang akan mempengaruhi perilaku dan perkembangan anak melainkan

keseluruhan pribadi dan penampilan guru (guru BK). Seorang pembimbing

(guru BK di sekolah) perlu memiliki karakteristik-karakteristik pribadi yang

cocok. Unsur-unsur pribadi itu akan menjadi sarana yang secara integratif

akan memfasilitasi proses terjadinya pembelajaran dan perkembangan pada

anak.

Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka peneliti ingin

mengadakan penelitian mengenai “Persepsi Siswa Kelas VII SMP BOPKRI 3

Yogyakarta tentang Sosok Profesionalitas Guru BK di Sekolah”. Penelitian ini terpusat pada para siswa kelas VII di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

(22)

1. Bagaimana pandangan siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun

ajaran 2009/2010 tentang sosok profesionalitas guru BK di sekolah ?

2. Kualitas-kualitas sosok profesionalitas mana yang aktualisasinya

teridentifikasi masih langka/jarang pada guru BK sekolah menurut

persepsi siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran

2009/2010 ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pandangan siswa kelas VII BOPKRI 3 Yogyakarta

tahun ajaran 2009/2010 tentang sosok profesionalitas guru BK di sekolah.

2. Untuk mengetahui kualitas-kualitas sosok profesionalitas guru BK yang

aktualisasinya teridentifikasi masih jarang/langka pada guru BK sekolah

menurut persepsi siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun

ajaran 2009/2010.

3. Untuk memberi gambaran atau pemahaman bagaimana menjadi seorang

guru BK yang seutuhnya dimana mencirikan kepribadian yang baik,

menjalankan peran, fungsi, dan tugasnya sesuai bidang yang ditekuninya

dengan penuh tanggungjawab.

D. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, adalah :

(23)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

dalam bidang bimbingan dan konseling, khususnya mengenai persepsi

siswa terhadap sosok profesionalitas guru BK di sekolah.

Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan

bagi mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling untuk semakin

mendalami pentingnya sosok profesionalitas guru BK di sekolah.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak sekolah

khususnya guru BK untuk memberi gambaran kepada siswa mengenai

sosok profesionalitasnya di sekolah.

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh kepala sekolah maupun

guru BK di BOPKRI 3 Yogyakarta untuk meningkatkan mutu dan sosok

profesionalitas guru BK di sekolah serta aktualisasi guru BK di sekolah

untuk lebih efektif.

E. Batasan Istilah

1. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan.

2. Guru BK di sekolah adalah seorang tenaga profesional yang memperoleh

pendidikan khusus di perguruan tinggi dan mencurahkan seluruh waktunya

(24)

3. Profesionalitas berasal dari kata profesi. Profesionalitas menunjuk kepada

kualitas/mutu dari profesi yang mencakup tugas, fungsi, peran dan ciri

kepribadian yang ditunjukkan dari sebuah profesi. Profesi adalah

pekerjaan/ jabatan/ kedudukan. Profesionalitas berbeda dengan

profesional. Profesional adalah ahli/pakar dalam bidangnya. Tidak semua

orang yang profesional di bidangnya dapat menunjukkan

profesionalitasnya. Profesionalitas juga dapat ditunjukkan dari orang yang

tidak profesional di bidang yang ditekuni. Contohnya: guru BK yang

berasal dari Sarjana Pendidikan belum dapat dikatakan konselor sekolah

karena belum menempuh sertifikasi konselor tetapi ia dapat menunjukkan

(25)

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab II ini akan dijelaskan mengenai persepsi, guru BK: peran, tugas, dan

fungsinya,dan persepsi siswa terhadap sosok profesionalitas guru BK di sekolah.

A. Persepsi

Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu secara langsung

berhubungan dengan dunia luar. Individu secara langsung menerima stimulus

atau rangsangan dari luar di samping dari dalam dirinya sendiri. Individu

mengenali dunia dengan menggunakan alat inderanya. Melalui stimulus yang

diterimanya, individu akan mengalami persepsi.

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh

penginderaan, yaitu merupakan proses berujud diterimanya stimulus oleh

individu melalui alat reseptornya. Stimulus diteruskan ke pusat susunan saraf

yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis sehingga individu mengalami

persepsi. Ada beberapa syarat terjadinya persepsi, yaitu adanya obyek

persepsi, alat indera atau reseptor yang merupakan alat untuk menerima

stimulus, dan adanya perhatian.

1. Pengertian Persepsi

Banyak batasan atau definisi tentang persepsi yang dikemukakan

(26)

mengemukakan pendapatnya bahwa persepsi adalah pengalaman tentang

objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi setiap individu

dapat sangat berbeda walaupun yang diamati benar-benar sama. Hal ini

menurut Krech dkk, karena setiap individu dalam menghayati atau

mengamati sesuatu obyek sesuai dengan berbagai faktor yang determinan

yang berkaitan dengan individu tersebut. Ada empat faktor determinan

yang berkaitan dengan persepsi seseorang individu, yaitu lingkungan fisik

dan sosial, struktural jasmaniah, kebutuhan dan tujuan hidup, pengalaman

masa lalu.

2. Proses Terjadinya Persepsi

Terjadinya persepsi pada diri individu tidak berlangsung begitu

saja tetapi melalui suatu proses. Proses persepsi adalah peristiwa dua arah

yaitu sebagai hasil aksi dan reaksi.

Menurut Bimo Walgito (2002 : 54) terjadinya persepsi melalui

suatu proses, yaitu melalui beberapa tahap sebagai berikut : 1) Suatu

obyek atau sasaran menimbulkan stimulus, selanjutnya stimulus tersebut

ditangkap oleh alat indera. Proses ini berlangsung secara alami dan

berkaitan dengan segi fisik. Proses tersebut dinamakan proses kealaman,

2) Stimulus suatu obyek yang diterima oleh alat indera, kemudian

disalurkan ke otak melalui saraf sensoris. Proses pentransferan stimulus ke

(27)

normal, dan 3) Otak selanjutnya memproses stimulus sehingga individu

menyadari obyek yang diterima oleh alat inderanya. Proses ini juga disebut

proses psikologis. Dalam hal ini terjadilah adanya proses persepsi yaitu

suatu proses di mana individu mengetahui dan menyadari suatu obyek

berdasarkan stimulus yang mengenai alat inderanya.

Menurut Bimo Walgito (2002 : 89), ada beberapa faktor yang

berperan dalam persepsi, yaitu :

a. Obyek yang Dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenal alat indera atau

reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi,

tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan

yang langsung mengenai saraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.

Namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.

b. Alat Indera, Syaraf, dan Pusat Susunan Syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima

stimulus. Di samping itu juga harus ada saraf sensoris sebagai alat

untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan

saraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai untuk mengadakan

respon diperlukan saraf motoris.

c. Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan

adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu

(28)

pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang

ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan obyek.

Dari hal-hal tersebut dapat dikemukakan bahwa terjadinya persepsi

melibatkan beberapa faktor yang berperan, yaitu 1) obyek atau stimulus

yang dipersepsi; 2) Alat indera dan saraf-saraf serta pusat susunan saraf,

yang merupakan syarat fisiologis; dan 3) perhatian yang merupakan syarat

psikologis.

Adapun proses terjadinya persepsi adalah sebagai berikut : objek

menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor.

Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau

proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh saraf

sensoris ke otak. Proses ini disebut proses fisiologis.

Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran

sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar,

atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat

kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis. Taraf terakhir

dari proses persepsi adalah individu menyadari tentang misalnya apa yang

dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang

diterima melalui alat indera. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat

diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk. Secara skematis

(29)

St St

St St

Sp Respon

Fi Fi

Fi Fi

St = Stimulus (Faktor Luar)

Fi = Faktor Intern (Faktor Dalam, termasuk perhatian)

Sp = Struktur pribadi individu

Skema tersebut memberikan gambaran bahwa individu menerima

bermacam-macam stimulus yang datang dari lingkungan. Tetapi tidak

semua stimulus akan diperhatikan atau akan diberikan respon. Individu

mengadakan seleksi terhadap stimulus yang mengenainya, dan disini

berperannya perhatian. Sebagai akibat dari stimulus yang dipilihnya dan

diterima oleh individu, individu menyadari dan memberikan respon

sebagai reaksi terhadap stimulus tersebut.

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa yang dipersepsi oleh

individu selain tergantung pada stimulusnya juga tergantung kepada

(30)

3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Proses terbentuknya persepsi sangat kompleks dan ditentukan oleh

dinamika yang terjadi dalam diri seseorang ketika ia mendengar, mencium,

melihat, merasa, atau bagaimana dia memandang suatu obyek dalam

melibatkan aspek psikologis dan panca inderanya.

David Krech dan Richard S. Crutchfield dalam Jalaluddin

Rakhmad (2007 : 51) membagi faktor-faktor yang menentukan persepsi

menjadi dua, yaitu faktor fungsional dan faktor struktural.

a. Faktor Fungsional

Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan,

pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita

sebut sebagai faktor-faktor personal. Faktor fungsional yang

menentukan persepsi adalah obyek-obyek yang memenuhi tujuan

individu yang melakukan persepsi.

b. Faktor Struktural

Faktor struktural adalah faktor-faktor yang berasal semata-mata

dari sifat stimulus fisik terhadap efek-efek syaraf yang menimbulkan

pada sistem saraf individu. Faktor-faktor struktural yang menentukan

persepsi menurut teori Gestalt bila kita ingin memahami suatu

peristiwa kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah tetapi

memandangnya dalam hubungan keseluruhan.

Tertarik tidaknya individu untuk memperhatikan stimulus

(31)

emosi dan keadaan biologis) dan faktor eksternal (intersitas, kebaruan,

gerakan, dan pengulangan stimulus).

1) Faktor Eksternal

a) Gerakan, seperti organisme lain, bahwa manusia secara visual

tertarik pada obyek-obyek yang bergerak.

b) Intensitas stimuli, di mana kita akan memperhatikan stimuli

yang lebih menonjol dari stimuli yang lain.

c) Kebaruan (novelty), bahwa hal-hal baru, yang luar biasa, yang

berbeda akan lebih menarik perhatian.

d) Perulangan, hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai

dengan sedikit variasi, akan menarik perhatian. Disini unsur

“familiarity” (yang sudah kita kenal berpadu dengan

unsur-unsur “novelty” (yang baru kita kenal). Perulangan juga

mengandung unsur sugesti yang mempengaruhi bawah sadar

kita.

2) Faktor Internal

a) Kebiasaan, kecenderungan untuk mempertahankan pola

berpikir tertentu atau melihat masalah hanya dari satu sisi saja,

atau kepercayaan yang berlebihan dan tanpa kritis pada

(32)

b) Minat, suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat

ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan

keinginan-keinginan atau kebutuhannya sendiri.

c) Emosi, sebagai manusia yang utuh, kita tidak dapat

mengesampingkan emosi, walaupun emosi bukan hambatan

utama. Tetapi bila emosi itu sudah mencapai intensitas yang

begitu tinggi akan mengakibatkan stres, yang menyebabkan

sulit berpikir efisien.

B. Sosok Profesionalitas Guru BK

1. Pengertian Guru BK (Konselor di sekolah)

Menurut Purwadarminta ( 1999 : 519) guru BK adalah penasihat,

orang yang melayani konseling. Bruce Shertzer dan Shelly C. Stone

(Winkel, 2005 : 176) mengartikan guru BK di sekolah adalah seorang

tenaga profesional yang memperoleh pendidikan khusus di perguruan

tinggi dan mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan.

Winkel (2005 : 171) berpendapat bahwa guru BK di sekolah adalah tenaga

profesional yang mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan

bimbingan.

Konseling merupakan kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan

secara mekanis. Kegiatan ini merupakan suatu perjumpaan di mana

seseorang membantu sesamanya dalam sebuah relasi yang dibentuk untuk

(33)

Agar dapat mencapai konseling efektif, kunci utamanya adalah

guru BK sendiri. Ini merupakan unsur utama untuk bisa meraih hasil

gemilang – artinya, sebagai guru BK, harus memiliki bobot tertentu yang

dapat memperlancar relasi konseling; memiliki pengetahuan dasar

menyangkut teori dan praktek konseling serta keterampilan berwawancara

dan intervensi dalam pemecahan masalah.

2. Ciri Kepribadian Guru BK

Belkin (Winkel, 2005 : 184) membagi tiga ciri kepribadian yang

harus dimiliki oleh seorang guru BK, yaitu :

a) Mengenal diri sendiri. Guru BK harus menyadari keunikannya sendiri,

kelemahan dan kelebihannya, serta harus tahu dalam usaha-usaha apa

dia kiranya akan berhasil. Untuk membantu guru BK dalam mengenal

dirinya sendiri ada tiga kualitas yang perlu diperhatikan, yaitu merasa

aman dengan diri sendiri (security), percaya pada orang lain (trust),

dan memiliki keteguhan hati (courage). Merasa aman dengan diri

sendiri mengandaikan mempunyai rasa percaya diri, rasa harga diri,

dan tidak merasa cemas serta gelisah tentang diri sendiri. Percaya pada

orang lain berarti mampu untuk memberikan sesuatu dari diri sendiri

dan menerima sesuatu dari kepribadian orang lain. Memiliki keteguhan

hati berarti berani untuk memberikan pelayanan bimbingan, dan

mengambil resiko tidak selalu mendapat tanggapan yang positif atau

(34)

b) Memahami orang lain. Kualitas ini menuntut keterbukaan hati dan

kebebasan dari cara berpikir yang kaku menurut keyakinan /

pandangan pribadi saja. Guru BK ini akan mampu mengikuti beraneka

pandangan dan perasaan di pihak klien dengan berpedoman pada

kerangka acuan internal siswa. Terbuka hatinya juga berarti tidak

mengambil sikap mengadili orang lain, meskipun dapat menilai

tindakan dan perbuatan orang menurut norma moralitas yang obyektif.

Keterbukaan hati dan pikiran memungkinkan menjadi peka

(sensitivity) terhadap pikiran dan perasaan yang diungkapkan oleh

orang lain, baik dengan kata-kata maupun dengan ungkapan nonverbal,

dan ikut menghayatinya tanpa kehilangan identitasnya sendiri. Istilah

yang digunakan untuk kepekaan ini adalah emphaty atau emphatic

understanding, yaitu guru BK mampu mendalami pikiran dan

menghayati perasaan siswa seolah-olah guru BK pada saat ini menjadi

siswa, tanpa terbawa-bawa sendiri oleh semua itu dan kehilangan

kesadaran akan pikiran serta perasaan pada diri sendiri.

c) Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. Kemampuan ini

bertumpu pada kemampuan untuk memahami orang lain. Kemampuan

untuk berkomunikasi dengan orang lain pada taraf pertemuan

antarpribadi mendapat dukungan dari beberapa kualitas yang lain,

yaitu sejati, tulen atau ikhlas (genuine), bebas dari kecenderungan

untuk menguasai orang lain (nondominance), mampu mendengarkan

(35)

regard), dan mampu mengungkapkan perasaan serta pikiran secara

memadai dalam kata-kata (verbal communication) dan isyarat-isyarat

(nonverbal communication). Bertindak sejati, tulen atau ikhlas

mengandung unsur kejujuran atau kelurusan hati (honesty) dan

keterusterangan (candor). Bagi guru BK di sekolah bertindak sejati

atau berhati tulus, berarti berkata-kata dan berbuat tanpa memakai

topeng atau main sandiwara; secara pribadi sungguh terlihat tanpa

berpura-pura. Bebas dari kecenderungan untuk menguasai orang lain

bagi guru BK di sekolah berarti, bahwa dia tidak secara sadar mau

memaksakan kehendaknya sendiri atas siswa, dan tidak secara sadar

mau memaksakan siswa ke cara berpikir serta cara bertindak tertentu.

Mampu mendengarkan dengan baik bagi guru BK di sekolah berarti

berusaha menangkap apa yang sebenarnya diungkapkan oleh siswa;

tidak hanya mendengar aneka bunyi yang diucapkan, tetapi menggali

makna yang terkandung dalam kata-kata itu. Bagi guru BK,

kemampuan menghargai orang lain berarti bahwa dia dapat mendekati

siswa dan didekati oleh siswa, dengan sikap yang positif dan kerelaan

menerima siswa seadanya. Guru BK harus terampil menyampaikan

pikiran dan perasaan dalam kata-kata yang memadai, baik pikiran dan

perasaannya sendiri maupun pikiran dan perasaan siswa yang

dipantulkan kembali kepadanya karena guru BK di sekolah lebih

(36)

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa guru BK

adalah seorang tenaga profesional yang memperoleh pendidikan

khusus di perguruan tinggi yang memiliki pengetahuan menyangkut

teori dan praktek konseling serta sejumlah keterampilan seperti

keterampilan berwawancara dan melakukan intervensi dalam

pemecahan masalah.

3. Peran Guru BK di sekolah

Menurut PP no.74 tahun 2008 (Akhmad Sudrajat: 2010) peran guru

BK yaitu membantu peserta didik dalam:

1. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang

membantu peserta didik dalam memahami, menilai bakat dan minat.

2. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang

membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta

mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan industrial yang

harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat.

3. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang

membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar untuk

mengikuti pendidikan sekolah/madrasah secara mandiri.

4. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta

didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan

(37)

Menurut Khairi Ilham (khairiilham.blogspot.com: 2010), peran

guru BK adalah menciptakan suasana yang menyenangkan untuk

konseling.

Menurut Sunaryo Kartadinata (disdikpora-kbb.com:2009) peran guru

bimbingan dan konseling (guru BK), yaitu membantu peserta didik

mengenali potensi dan mengembangkan kepribadiannya.

Myrick dan Witmer (Prayitno,1987:87) mengemukakan lima

macam peran guru BK, yaitu sebagai guru BK (dalam arti khusus), sebagai

konsultan, sebagai anggota tim kerja, sebagai pengelola, serta sebagai

sumber informasi dan layanan bagi masyarakat.

4. Tugas Guru BK di sekolah

Prayitno, dkk (1997:117-140) mengemukakan tugas guru BK di

sekolah, sebagai berikut:

(1) memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling, (2)

merencanakan program bimbingan dan konseling terutama

program-program satuan layanan dan satuan kegiatan pendukung untuk

satuan-satuan waktu tertentu, program-program tersebut dikemas dalam program

harian, mingguan, bulanan, semesteran dan tahunan, (3) melaksanakan

segenap satuan layanan bimbingan dan konseling, (4) melaksanakan

segenap program satuan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, (5)

menilai proses dan hasil pelaksanaan satuan layanan dan kegiatan

(38)

pendukung bimbingan dan konseling, (7) melaksanakan tindak lanjut

berdasarkan hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan

dan konseling, (8) mengadministrasikan kegiatan satuan layanan dan

kegiatan pendukung bimbingan yang dilaksanakan, (9)

mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan

bimbingan dan konseling secara menyeluruh kepada koordinator

bimbingan dan konseling dan kepala sekolah.

Thantawy (1995:73-77) menyebutkan tugas guru BK di sekolah

ialah menyelenggarakan pelayanan bimbingan yang meliputi: bidang

bimbingan pribadi, bidang bimbingan sosial, bidang bimbingan belajar dan

bidang bimbingan karir yang disesuaikan dengan tahap perkembangan

siswa.

Dalam upaya mewujudkan pelaksanaan BK di sekolah, pemerintah

melalui SK Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala

Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 0433/P/1993 dan Nomor

25 Tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru

Pembimbing dan Angka Kreditnya serta Keputusan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 025/O/1995 tentang Petunjuk

Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru Pembimbing dan

Angka Kreditnya, menetapkan tugas guru pembimbing (guru BK di

sekolah) sebagai berikut: (1) menyusun program bimbingan dan konseling,

(2) melaksanakan bimbingan dan konseling, (3) mengevaluasi hasil

(39)

pelaksanaan bimbingan dan konseling, (5) tindak lanjut pelaksanaan

bimbingan dan konseling.  

5. Fungsi Guru BK

Semua pendidik, termasuk di dalamnya guru BK melakukan

kegiatan pembelajaran, penilaian, pembimbingan dan pelatihan dengan

berbagai muatan dalam ranah belajar kognitif, afektif, psikomotor serta

keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sebagaimana telah diutarakan di atas, sebagai seorang guru BK

adalah tenaga profesional yang memiliki fungsi: 1) merencanakan dan

menyelenggarakan proses pembelajaran, 2) menilai hasil pembelajaran, 3)

melakukan pembimbingan dan pelatihan. Arah pelaksanaan pembelajaran

yang dimaksud adalah melaksanakan pelayanan BK berupa berbagai jenis

layanan dan kegiatan pendukung serta berbagai keterkaitannya.

Guru BK di sekolah adalah tenaga profesional yang mempunyai

tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan

BK terhadap sejumlah peserta didik. Pelayanan BK di sekolah merupakan

kegiatan untuk membantu siswa dalam upaya menemukan dirinya,

penyesuaian terhadap lingkungan serta dapat merencanakan masa

(40)

C. Persepsi Siswa terhadap Sosok Profesionalitas Guru BK di Sekolah

Berdasarkan observasi yang saya lakukan di lapangan, selama ini

sosok profesionalitas guru BK di sekolah belum optimal. Padahal sebenarnya

guru BK memiliki peran penting bagi perkembangan siswa dalam menyerap

pelajaran yang diajarkan.

Tapi faktanya, guru BK sering dianggap menjadi “polisi sekolah”

yang ditakuti siswa. Dia bisa memberi hukuman bagi siswa yang melanggar

peraturan sekolah. Selain itu, siswa beranggapan bahwa guru BK di sekolah

juga adalah guru mata pelajaran di mana bimbingan yang diberikan kepada

siswa lebih kepada pemberian bahan ajar yang telah ditetapkan selama satu

tahun pelajaran.

Siswa juga beranggapan bahwa guru BK di sekolah adalah orang

yang memberi nasihat terhadap masalah yang mereka hadapi. Padahal guru

BK di sekolah juga harus memberi bimbingan bagaimana siswa harus

menghadapi masalah.

Siswa beranggapan bahwa guru BK di sekolah adalah hakim yang

siap mengadili mereka ketika mereka membuat masalah. Hal ini membuat

beberapa siswa yang benar-benar bermasalah selalu melarikan diri ketika akan

bertemu dengan guru BK di sekolah.

Siswa juga berpendapat bahwa guru BK di sekolah berperan sebagai

pemberi informasi atau media informasi mengenai pilihan karir/sekolah

lanjutan yang akan ditempuh. Ketika siswa membutuhkan informasi mengenai

(41)

untuk menanyakan sekolah mana yang cocok untuk mereka tanpa

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini memuat beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian,

antara lain jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, dan teknik

pengumpulan data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei.

Furchan (2005: 415-418) mengatakan penelitian deskriptif dengan metode

survei dirancang untuk memperoleh informasi dengan mengumpulkan data

yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya.

Sifat deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

memperoleh gambaran mengenai persepsi siswa kelas VII SMP BOPKRI 3

Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 tentang sosok profesionalitas guru BK di

sekolah dan mengetahui kualitas-kualitas sosok profesionalitas guru BK yang

mana yang aktualisasinya teridentifikasi masih jarang/langka.

B. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah

siswa-siswi kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 yang

(43)

data, siswa yang hadir adalah 119 orang. Rincian siswa yang menjadi subyek

penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Rincian Jumlah Siswa Kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang menjadi Subyek Penelitian

KELAS LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

VIIA 17 15 32

VIIB 19 15 34

VIIC 20 13 33

VIID 19 13 32

JUMLAH 73 58 131

C. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Kuesioner Persepsi Siswa tentang Sosok Profesionalitas Guru BK di

sekolah dengan bentuk tertutup. “Kuesioner bentuk tertutup berisi

pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang disertai dengan

pilihan jawaban untuk pertanyaan/pernyataan tersebut” (Furchan, 2005 :

260). Kuesioner yang disusun oleh peneliti memuat beberapa aspek,

sebagai berikut :

a. Aspek ciri kepribadian guru BK menurut Belkin (dalam Winkel,

2010:184), yaitu : mengenal diri sendiri, memahami orang lain,

(44)

b. Aspek peran dan fungsi guru BK di sekolah menurut PP no.74 tahun

2008 (dalam Akhmad Sudrajat: 2010), yaitu pengembangan kehidupan

pribadi, pengembangan kehidupan sosial, pengembangan kemampuan

belajar, dan pengembangan karir.

c. Aspek tugas guru BK di sekolah menurut SK bersama Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi

Kepegawaian Negara no. 0433/P/1993 dan no. 25 tahun 1993, yaitu

menyusun program bimbingan dan konseling, melaksanakan

bimbingan dan konseling, mengevaluasi hasil bimbingan dan

konseling, menganalisa hasil evaluasi pelaksanaan bimbingan dan

konseling, serta tindak lanjut pelaksanaan bimbingan dan konseling.

Instrumen penelitian ini memuat sejumlah 40 butir pernyataan

yang dikonstruk berdasarkan prinsip-prinsip Likert Sumating Rating Scale

yang dilengkapi dengan empat opsi atau alternatif jawaban, yaitu: Selalu,

Sering, Jarang dan Tidak Pernah. Pada skala ini opsi netral tidak

disertakan untuk mengurangi kecenderungan responden dalam

memberikan jawaban yang netral dan untuk meningkatkan variabilitas

responsi. Norma skoring yang dikenakan terhadap pengolahan data yang

dihasilkan instrumen ini ditentukan sebagai berikut : Selalu = 4, Sering =

3; Jarang = 2; dan Tidak Pernah = 1. Total skor setiap responden adalah

hasil penjumlahan skor dari seluruh item yang tersedia dan dijadikan

(45)

Tabel 3.2. Kisi-kisi Kuesioner Persepsi Siswa tentang Sosok Profesionalitas Guru BK di Sekolah

No Aspek-aspek Indikator No. Item

1 Ciri Kepribadian Guru BK

1. Mengenal diri sendiri 2. Memahami orang lain

3. Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain

1, 2, 3, 4 7.Pengembangan karir

18, 26

8. Menyusun program bimbingan dan konseling 9. Melaksanakan

bimbingan dan konseling

10. Mengevaluasi hasil bimbingan dan konseling

25, 26

27

28

2. Validitas Kuesioner

Validitas mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan

suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2008:5).

Validitas menunjuk kepada sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa

yang seharusnya diukur (Furchan, 2007:293). Secara singkat menurut

Nurgiyantoro (2009:338) dapat dikatakan bahwa validitas alat penelitian

mempersoalkan apakah alat itu dapat mengukur apa yang akan diukur.

(46)

validity). Validitas isi adalah validitas yang mempertanyakan bagaimana

kesesuaian antara instrumen dengan tujuan dan deskripsi masalah yang

akan diteliti (Nurgiyantoro, 2009:339). Kualitas instrumen penelitian ini

diperiksa dengan validitas isi (content validity), dikarenakan penyusunan

instrumen didasarkan pada kisi-kisi yang sesuai dengan aspek tujuan,

bahan/deskripsi bahan, indikator dan jumlah pernyataan per indikator.

Pemeriksaan keterpenuhan validitas isi didasarkan pada

pertimbangan yang dilakukan secara terpisah oleh seorang ahli (expert

judgment), guna menelaah kualitas konstruk secara logis dari setiap butir

item pernyataan kuesioner dengan tujuan agar setiap item pernyataan yang

dibuat secara logis tepat /sesuai dengan konstruk kisi-kisinya

(Nurgiyantoro, 2009:339).

Pengembangan Instrumen

Penelaahan butir-butir pada instrumen dilakukan oleh dosen pembimbing

skripsi yaitu, Dr. Gendon Barus, M.Si. Setelah dilakukan penelaahan

terhadap instrumen, perlu dilakukan perbaikan pada butir-butir instrumen

agar setiap butir pernyataan yang dibuat berisi kalimat yang efektif

sehingga mudah dipahami dan butir yang dibuat secara logis tepat/sesuai

dengan konstruk kisi-kisinya.

Adapun masukan dan saran terhadap pengembangan instrumen

berdasarkan hasil rekam proses telaah instrumen oleh Dr. Gendon Barus,

(47)

(1) Setiap butir pernyataan hendaknya tidak bermakna ganda, satu

butir pernyataan menyatakan 1 hal saja.

(2) Butir pernyataan hendaknya tidak menggunakan kata-kata yang

menggiring subjek ke arah alternatif jawaban yang tersedia,

misalnya kata hanya, saja, selalu.

(3) Butir pernyataan hendaknya dirumuskan dengan kalimat efektif

sehingga subjek mudah memahami.

(4) Butir pernyataan dirumuskan dengan arti yang sederhana dan

tepat pada sasaran.

(5) Indikator dan aspek pada kisi-kisi instrumen dibuat ke arah

perilaku dan diperjelas maksudnya.

(6) Indikator yang mengandung makna sama diringkas menjadi satu

indikator yang lebih jelas.

(7) Butir-butir pada tiap indikator jumlahnya dibuat lebih dari satu.

(8) Penomoran pada tabel kisi-kisi instrumen dibuat berurutan agar

memudahkan ahli dalam memeriksa atau menelaah.

(10) Peneliti lebih memahami maksud dari tiap aspek dan indikator

sehingga butir yang dirumuskan tidak melenceng dari

(48)

Tabel 3.3. Daftar Tinjauan Logik dari Expert Judgment tentang Konstruk dan Perumusan Instrumen

N o

Konstruk Instrumen yang

Diperbaiki Diperbaiki Menjadi

2 Setiap kali hendak ketemu untuk berkonsultasi, guru BK sedang sibuk.

Guru BK akan membuat janji lebih dahulu sebelum mengadakan bimbingan terhadap siswa 3 Saya terlambat masuk kelas

karena hari hujan. Guru BK memaafkan tapi disertai peringatan akan dikenakan sanksi bila mengulangi kesalahan yang sama

Guru BK membantu meminjamkan buku pelajaran yang belum dimiliki oleh siswa

4 Karena berulang kali lupa mengenakan dasi, maka guru BK tidak mengijinkan untuk masuk kelas

Guru BK tidak keberatan apabila siswa bercanda dengan beliau

5 Saya terlambat masuk kelas karena jalanan macet, namun guru BK tetap tidak mengijinkan untuk mengikuti pelajaran jam pertama

Guru BK menyuruh saya meminta maaf kepada teman yang

mengganggu saya karena saya sudah bertindak kasar padanya

6 Setiap pelanggaran terhadap peraturan sekolah akan dihukum sekalipun memberi alasan yang masuk akal

Setiap siswa yang membuat keonaran di dalam kelas akan mendapat pembinaan dari guru BK

Sesudah instrumen diperbaiki, dosen pembimbing menyetujui

untuk melakukan try out pada SMP BOPKRI 3 Yogyakarta pada tanggal

11 dan 12 Mei 2010.

Tabulasi data ujicoba dapat diperiksa pada lampiran 1.

Hasil telaah ahli dilengkapi dengan uji empirik untuk memeriksa

keterpenuhan kriteria konsistensi internal setiap item terhadap aspeknya.

Teknik uji yang digunakan adalah dengan cara mengkorelasikan skor-skor

item terhadap skor-skor aspek melalui pendekatan analisis korelasi

Pearson Product Moment. Formulasi yang digunakan dalam analisis

(49)

rXY=

(

)( )

r = korelasi skor butir dengan skor-skor aspek

N = jumlah subyek

X = skor item/butir

Y = skor total per aspek

XY = hasil perkalian antara skor item (X) dan skor total aspek (Y)

Hasil analisis konsisitensi internal tiap butir yang diperoleh dari

perhitungan dikonsultasikan ke r tabel Product Moment. Indeks korelasi

item yang lebih kecil dari table kritis pada signifikansi 5% dianggap

kurang memenuhi syarat konsistensi internal, oleh karenanya perlu direvisi

atau didrop.

Analisis data ujicoba instrumen dilakukan untuk memeriksa

keterpenuhan persyaratan validitas konsistensi internal dan indeks

reliabilitas instrumen dengan menggunakan bantuan program SPSS. Hasil

analisis uji validitas konsistensi internal kuesioner dapat dilihat pada

lampiran 2.

Dari data rekapitulasi hasil analisis validitas internal diperoleh

keterangan bahwa terdapat 28 item yang valid dan 12 item yang tidak

valid. Setelah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, item yang tidak

(50)

apabila didrop. Atas dasar pertimbangan tersebut, semua item yang tidak

valid digugurkan sehingga jumlah butir instrumen yang telah memenuhi

kriteria validitas adalah sebanyak 28 item.

3. Reliabilitas Kuesioner

Reliabilitas menunjuk pada pengertian apakah sebuah instrumen

dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu

(Nugiyantoro, 2009:341). Jadi kata kunci untuk syarat kualifikasi suatu

instrumen pengukur adalah konsistensi, keajegan atau tidak berubah-ubah.

Pendekatan yang digunakan untuk memeriksa reliabilitas kuesioner pada

penelitian ini adalah teknik belah dua gasal-genap (split half). Bagian

pertama berupa item bernomor gasal dan bagian kedua berupa

item-item bernomor genap.

Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner persepsi siswa tentang sosok profesionalitas guru BK di sekolah dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi skor item gasal dan skor item genap dengan menggunakan teknik Product Moment dari Pearson. Hasil perhitungan product Moment gasal-genap kemudian dikoreksi dengan formula Spearman-Brown sebagai berikut:

rtt

=

r = koefisien reliabilitas seluruh instrumen

gg

(51)

Adapun indeks reliabilitas instrumen tersebut diperoleh dari

perhitungan Spearman Brown, adalah : 0,755. Hasil reliabilitas instrumen

dapat dilihat pada lampiran 3.

Dengan demikian, instrumen tersebut telah memenuhi persyaratan

kualitas persyaratan dalam pengumpulan data penelitian ini lebih lanjut.

D. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data 1. Tahap Persiapan dan Pelaksanaan

Berikut ini adalah tahap-tahap yang digunakan dalam pengolahan

data:

a. Menyusun kuesioner / skala tentang sosok profesionalitas guru BK di

sekolah.

b. Menentukan responden, yaitu para siswa putra dan putri kelas VII

SMP BOPKRI 3 Yogyakarta.

c. Pengujian oleh ahli terhadap validitas kuesioner yang dilakukan oleh

dosen pembimbing skripsi pada saat bimbingan pada hari Rabu, 5 Mei

2010.

d. Membagikan kuesioner kepada responden dan meminta responden

untuk mengisi kuesioner pada tanggal 11 dan 12 Mei 2010.

2. Teknik Analisis Data

a. Memeriksa keabsahan administratif hasil jawaban responden untuk

(52)

N

x

b. Memberi skor setiap alternatif jawaban. Alternatif jawaban, Selalu = 4,

Sering = 3; Jarang = 2; dan Tidak Pernah = 1.

c. Membuat tabulasi skor dari item-item yang ada dalam kuesioner dan

menghitung total skor untuk masing-masing.

d. Menentukan sejauhmana persepsi siswa kelas VII SMP BOPKRI 3

Yogyakarta tentang sosok profesionalitas guru BK di sekolah

berdasarkan perhitungan Mean :

M =

Di mana :

M : Mean

N : Jumlah siswa

ΣX: Jumlah semua skor

e. Mengkategorisasikan subjek menurut Azwar (2009 : 107-109) dengan

berdasar pada mean teoretisnya yang terdistribusi menurut model

normal, yang terbagi atas enam bagian atau enam satuan deviasi

standar yaitu, tiga bagian berada di sebalah kiri mean (bertanda

negatif) dan tiga bagian berada di sebelah kanan mean (bertanda

positif). Pada penelitian ini skala terdiri dari 28 butir yang setiap

butirnya diberi skor Selalu = 4, Sering = 3; Jarang = 2; dan Tidak

(53)

terendah yaitu 28/28 = 1 dan sampai rentang maksimumnya diambil

dari rata-rata skor total tertinggi yaitu 72/28 = 4, sehingga luas jarak

seberannya adalah 4 – 1 = 3. Dengan demikian, setiap satuan deviasi

standarnya (sd) bernilai 3/6 = 0,5. Mean teoretisnya (x) adalah =

2,5.

Penggolongan subjek dimasukkan ke dalam 3 kategori diagnosis sosok

profesionalitas guru BK di sekolah, yaitu :

Tabel 3.4. Penggolongan Subjek Dalam Tiga Kategori

No Formula Kriteria

Rentang

Rerata

Skor

Kategori Frekuensi

Penampakan Sosok

profesionalitas Guru BK

1 X < [x-1,0(sd)] 0,00-2,00 Jarang

2 [x-1,0(sd)] ≤ X < [x+1,0(sd)] 2,01-3,00 Kadang-kadang

3 [x+1,0(sd)] ≤ X 3,01-4,00 Sering

Keterangan :

X : Rata-rata Skor Total dan Butir Subjek

x : Mean Teoretis

sd : Standar Deviasi

1+4

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini disajikan hasil dari penelitian dan pembahasan dengan

mengikuti sistematika rumusan masalah pada Bab I.

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

persepsi siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010

tentang sosok profesionalitas guru BK di sekolah dan kualitas-kualitas sosok

profesionalitas guru BK mana yang aktualisasinya teridentifikasi masih

langka/jarang pada guru BK di sekolah.

1. Pandangan Siswa tentang Frekuensi Penampakan Sosok profesionalitas Guru BK di Sekolah

Sajian dalam tabel berikut ini :

Tabel. 3.5. Frekuensi Penampakan Sosok Profesionalitas Guru BK di sekolah

Kriteria

Rentang Rerata

Skor

Kategori Banyaknya Siswa

X < [x-1,0(sd)] 0,00-2,00 Jarang 14 Siswa

[x-1,0(sd)] ≤ X < x+1,0(sd)] 2,01-3,00 Kadang-kadang 102 Siswa

(55)

2. Kualitas-kualitas Sosok Profesionalitas Guru BK yang Aktualisasinya Teridentifikasi Masih Langka/Jarang

Berdasarkan hasil penelitian terdapat 2 item sosok profesionalitas

guru BK yang membutuhkan perhatian dan 13 item sosok profesionalitas

guru BK yang membutuhkan peningkatan. Adapun sosok profesionalitas

guru BK yang terindentifikasi masih jarang/langka, adalah sebagai berikut:

Tabel.3.6. Klasifikasi Sosok profesionalitas guru BK yang masih jarang/langka

No Item Skor Kategori Rumusan Item Aspek

12 1,75 Jarang Murid yang berhari ulang tahun pasti akan mendapat ucapan selamat dari guru BK.

Ciri

Kepribadian Guru BK 26 1,97 Jarang Guru BK selalu menanyakan

keadaan ayah dan ibu saya di rumah.

Guru BK menanyakan perasaan saya setelah melakukan suatu kegiatan melelahkan.

Guru BK tidak keberatan apabila siswa bercanda dengan beliau.

Lebih mudah memahami nasehat-nasehat guru BK ketimbang penjelasan ayat-ayat Kitab Suci oleh guru pelajaran Agama.

Guru BK suka mengomentari setiap perilaku saya di sekolah

Kalau lagi marah, kata-kata guru BK layaknya

penyelidikan pak polisi!

Ciri

Kepribadian Guru BK 18 2,50

Kadang-kadang

Guru BK berkunjung ke rumah murid yang sering bolos pelajaran matematika. 

Tugas Guru BK di sekolah

No Item Skor Kategori Rumusan Item Aspek

(56)

yang belum dimiliki oleh siswa.

sekolah

11 2,56 Kadang-kadang

Saya dapat menyelesaikan tugas-tugas sekolah tepat pada waktunya.

Peran dan

Guru BK menanyakan alasan mengapa saya tidak

menyetujui keputusan rapat kelas.

Saya suka mendiskusikan cita-cita saya dengan orang tua dan guru BK.

Saya disuruh membelikan sebotol aqua di kantin sekolah, dan guru BK anda menyatakan: “terima kasih, ya nak”.

Guru BK menyuruh saya meminta maaf kepada teman yang mengganggu saya karena saya sudah bertindak kasar padanya.

Saya paham betul apa yang sebenarnya merupakan minat saya.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap siswa-siswi kelas VII SMP

BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 terhadap sosok

profesionalitas guru BK di sekolah ditemukan bahwa sebagian besar sosok

profesionalitas guru BK perlu ditingkatkan kualitasnya. Guru BK di

(57)

kepribadiannya, tugas-tugasnya, maupun peran dan fungsinya sebagai guru

BK.

Hasil penelitian ini juga menjelaskan mengenai kualitas-kualitas

sosok profesionalitas guru BK yang dalam aktualisasinya masih

langka/jarang sehingga memerlukan perhatian penuh baik oleh guru BK

sendiri maupun dari pihak sekolah.

Guru BK di sekolah perlu proaktif untuk berkomunikasi dengan

siswa misalnya ketika siswa berulang tahun, guru BK di sekolah

memberikan ucapan selamat. Hal ini selain untuk menjalin komunikasi

yang baik dengan siswa juga merupakan salah satu bentuk perhatian

kepada siswa. Dengan perhatian tersebut, siswa merasa dirinya dihargai

dan menjadi bagian dari sekolah.

Guru BK di sekolah juga perlu peka terhadap keadaan orang tua

dan keluarga siswa karena keadaan orang tua dan keluarga siswa turut

berpengaruh dalam perkembangannya di sekolah baik dalam

mengembangkan kepribadiannya sebagai siswa maupun dalam hal belajar,

pergaulannya dengan teman-teman di sekolah, dan pemilihan jenjang

pendidikan lanjutannya.

Guru BK di sekolah perlu mengevaluasi pelaksanaan bimbingan

dan konseling di sekolah untuk mengetahui sejauhmana keterlaksanaan

kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Dengan menanyakan kabar

orangtua di rumah, guru BK dapat mengetahui apakah siswa memiliki

(58)

Guru BK di sekolah tidak hanya berperan dalam perkembangan

belajar dan pemilihan karirnya tetapi juga dalam mengembangkan

kepribadiannya melalui perhatian-perhatian yang sewajarnya misalnya

dengan menanyakan perasaan siswa setelah selesai melakukan aktivitas

yang melelahkan seperti olah raga atau hiking yang tentunya terkait

dengan aktivitas di sekolah.

Guru BK di sekolah hendaknya tidak terlihat kaku dan terkesan

“menjaga jarak” dengan siswa. Guru BK di sekolah hendaknya bisa diajak

bercanda asal sebatas normal dan tidak mengandung unsur SARA.

Dalam memberikan masukan atau nasehat kepada siswa,

hendaknya guru BK di sekolah menggunakan kata-kata yang mudah

dimengerti oleh siswa dan tidak terkesan memaksakan kehendak guru BK.

Dengan demikian, siswa merasa nyaman dengan guru BK di sekolah.

Bentuk perhatian yang lain kepada siswa adalah dengan

memperhatikan perilaku siswa di sekolah. Bila ada perilaku yang kurang

berkenan, hendaknya guru BK di sekolah memberi teguran yang mendidik

kepada siswa, tidak menggunakan kekerasan yang dapat mempericuh

keadaan. Bila siswa berperilaku yang baik, hendaknya guru BK di sekolah

juga memberi perhatian misalnya dengan memberikan penghargaan atau

pujian yang sewajarnya.

Siswa juga memiliki kelemahan dan keterbatasan dalam berpikir

dan bertindak. Dalam menghadapi siswa yang melakukan kesalahan, guru

(59)

oleh siswa. Siswa akan merasa lebih nyaman dan mengerti ketika ia

berdiskusi dengan guru BK di sekolah mengenai pemilihan karir demi

masa depan mereka.

Guru BK di sekolah perlu mengembangkan kepribadiannya juga

dalam hal-hal kecil seperti mengucapkan terimakasih ketika meminta

bantuan kepada siswa. Dengan demikian, siswa merasa dihargai oleh guru

BK.

Guru BK di sekolah perlu membantu siswa dalam mengembangkan

diri menjadi pribadi yang matang. Dengan mengucapkan kata maaf kepada

teman ketika siswa melakukan berlaku kasar merupakan salah satu cara

membantu siswa untuk mengembangkan diri menjadi pribadi yang

matang.

Dalam menentukan bakat dan minat siswa, guru BK di sekolah

perlu mengarahkan siswa menurut keahliannya. Guru BK di sekolah tidak

boleh memaksakan kehendaknya kepada siswa dalam menentukan

minatnya.

Guru BK di sekolah berperan sangat penting dalam membimbing

siswa menjadi pribadi yang matang. Guru BK di sekolah perlu mengenal

dan memahami lebih dalam ciri kepribadian seorang guru BK. Guru BK

harus bisa mengenal dirinya sendiri terlebih dahulu sehingga ia bisa

memahami orang lain dan dapat berkomunikasi dengan baik.

Guru BK di sekolah perlu untuk memahami betul apa yang

(60)

pemahaman siswa mengenai karir yang akan ditempuh mereka sehingga

mereka tidak salah pilih dalam menentukan masa depannya.

Guru BK hendaknya mengetahui tugas yang harus dilakukannya

terlebih lagi dalam menyusun program bimbingan dan konseling dan

mengevalusi program yang sudah dijalankannya. Hal ini dimaksudkan

untuk mengetahui apa saja program yang harus diberikan kepada siswa

(61)

bersikap menyelidiki siswa. Guru BK di sekolah harus bersikap lebih

sabar dalam menghadapi siswa-siswa yang melakukan kesalahan.

Perhatian guru BK tidak hanya terpusat pada urusan belajar di

sekolah tetapi juga di rumah. Guru BK perlu memperhatikan siswa yang

membolos pada jam-jam pelajaran dan perlu melakukan kunjungan ke

rumah. Hal ini dimaksudkan agar guru BK lebih dekat dan memahami

siswa.

Prestasi siswa yang meningkat juga tidak terlepas dari campur

tangan guru BK di sekolah. Fasilitas yang mendukung belajar siswa juga

perlu mendapat perhatian guru BK.

Guru BK di sekolah hendaknya memberi bantuan kepada siswa

dalam mengatur waktu belajarnya dan menyelesaikan tugas-tugasnya. Hal

ini agar siswa benar-benar menghargai pentingnya waktu.

Dalam menerima keputusan dalam kelas tentunya ada siswa yang

setuju dan ada yang tidak setuju. Guru BK di sekolah hendaknya

memperhatikan tidak saja kepada siswa yang setuju dengan hasil

keputusan kelas tetapi juga kepada siswa yang tidak setuju dengan

menanyakan alasan ketidaksetujuannya.

Guru BK di sekolah hendaknya menyediakan waktu untuk

berdiskusi dengan siswa mengenai cita-citanya kedepan. Hal ini untuk

memberikan gambaran kepada siswa mengenai pilihan karirnya.

Guru BK di sekolah hendaknya mampu memperkaya diri dengan

(62)

BAB. V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab V ini disajikan mengenai kesimpulan dan saran berdasarkan hasil

penelitian.

A. Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, adalah :

1. Sebagian siswa berpandangan bahwa sosok profesionalitas guru BK di

sekolah tampak hanya kadang-kadang saja, sementara hanya sedikit sekali

siswa yang mengakui sering merasakan penampakan sosok profesionalitas

itu.

2. Terdapat 2 kualitas sosok profesionalitas guru BK yang aktualisasinya

teridentifikasi masih langka/jarang.

3. Terdapat 13 kualitas sosok profesionalitas guru BK yang aktualisasi

pemunculannya kadang muncul kadang belum muncul.

B. SARAN

Beberapa saran bagi guru BK dan siswa, adalah:

1. Guru BK

a. Guru BK disarankan untuk mengikuti pelatihan maupun

(63)

BK dan pemahaman mengenai peran, tugas, serta fungsi guru BK di

sekolah.

b. Guru BK juga lebih mendekatkan diri dengan semua siswa sehingga

mereka merasa nyaman dan semakin mengenal sosok profesionalitas

seorang guru BK di sekolah.

2. Siswa

a. Siswa harus mencari informasi mengenai sosok profesionalitas guru

BK di sekolah dan tidak semata mengharapkan informasi dari pihak

sekolah.

b. Siswa perlu mengubah pandangannya mengenai profesi guru BK di

sekolah yang dianggap sebagai polisi sekolah.

c. Siswa harus memiliki pandangan baru bahwa guru BK di sekolah

adalah orang yang dapat membantu mereka di sekolah dalam

mengembangkan kematangan pribadi, sosial, belajar, dan karir mereka.

Gambar

Figure of Guidance and Counseling Teacher at School. This instrument made by
Tabel 3.1          Rincian Jumlah Siswa Kelas VII SMP BOPKRI 3
Tabel 3.1 Rincian Jumlah Siswa Kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta
Tabel 3.2. Kisi-kisi Kuesioner Persepsi Siswa tentang Sosok
+4

Referensi

Dokumen terkait

Karena fitur keamanan yang ada pada standar 802.11 tidak menyediakan integritas pesan yang kuat, bentuk lain dari serangan aktif yang membobol integritas sistem sangat

Sebelum melaksanakan praktek mengajar, praktikan membuat RPP sesuai dengan kompetensi yang akan diajarkan. Praktikan mendapat kesempatan untuk mengajar menggunakan

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mencari dan membandingkan besar tegangan torsi, geser,dan lentur yang terjadi pada struktur balok

Dalam pembingkaian berita demonstrasi mahasiswa Semarang terkait rencana kenaikan harga BBM di TV Borobudur, dalam siaran berita “Jendela Jateng Sore”, pembingkaian

Hal tersebut tercermin oleh beberapa aparatur yang kurang sesuai antara keterampilan dan keahlian yang dimiliki dengan beban kerja, dan masih adanya pengangkatan

Ada perbedaan yang sangat bermakna antara kelompok pembanding dengan kelompok uji A dan B tetapi tidak terjadi perbedaan yang bermakna antara kelompok pembanding

(6) Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB dan SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b Pasal ini tidak atau kurang atau terlambat dibayar dalam

pertumbuhan optimum; 3) Pengamatan jumlah planlet cabai yang hidup, dari medium yang sudah ditambahkan AS; 4) Analisis karakter ekpresi yang spesifik pada plantlet cabai