PERSEPSI SISWA KELAS VII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010
TENTANG SOSOK PROFESIONALITAS GURU BK DI SEKOLAH
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh : Petry Vreide Foenay
021114025
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PERSEPSI SISWA KELAS VII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010
TENTANG SOSOK PROFESIONALITAS GURU BK DI SEKOLAH
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh : Petry Vreide Foenay
021114025
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
MOTTO
Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata,
akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan
maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang
dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.
(Mazmur 126 : 5-6)
Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka
terlaksanalah segala rencanamu.
(Amsal 16 : 3)
..Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah..
Tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik..
Tuhan pasti ‘kan menunjukkan kebesaran dan kuasaNya
Bagi hambaNya yang sabar dan tak kenal putus asa..
(Penggal Syair Jangan Menyerah – Dmasiv)
IA membuat segala sesuatu indah pada waktuNya.
Pernyataan Keaslian Karya
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 18 Januari 2011 Penulis,
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Petry Vreide Foenay
Nomor Mahasiswa : 021114025
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, karya ilmiah saya yang berjudul: PERSEPSI SISWA KELAS VII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 TENTANG SOSOK PROFESIONALITAS GURU BK DI SEKOLAH beserta perangkat yang diperlukan.
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya dan tanpa memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 18 Januari 2011 Yang menyatakan,
ABSTRAK
Persepsi Siswa Kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010
Tentang Sosok Profesionalitas Guru BK di Sekolah
Petry Vreide Foenay 021114025
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Populasi penelitian adalah siswa-siswi kelas VII SMP BOPKRI Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 119 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner Persepsi Siswa tentang Sosok Profesionalitas Guru BK di Sekolah. Instrumen ini dibuat sendiri oleh penulis berdasarkan masalah penelitian, variabel, dan kajian teoritis.
Masalah penelitian ini adalah 1) Bagaimana pandangan siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 tentang sosok profesionalitas guru BK di sekolah ? 2) Kualitas-kualitas sosok profesionalitas mana yang aktualisasinya teridentifikasi masih langka/jarang pada guru BK sekolah menurut persepsi siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 ?
ABSTRACT
The Perceptions of the Seventh Graders of SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Year 2009/2010 Towards the Professional Figure of Guidance and
Counseling Teacher at School Petry Vreide Foenay
02114025
This research is a descriptive research using the survey method. The research population were the seventh graders of BOPKRI 3 Jogjakarta of the 2009/2010 academic year which amounted to 119 persons. The instruments used in this research is about Questionnaire of the Perceptions of the Professional Figure of Guidance and Counseling Teacher at School. This instrument made by the author based on the research problem, the variables and theoretical studies.
The problems of this research are : 1) How the perceptions of the seventh graders of BOPKRI 3 Yogyakarta SMP year 2009/2010 about the figure of a professional guidance and counseling teacher at school? 2) Which qualities of the figure professional who identified still have a scarce / rare actualization on student perceptions of counseling and guidance teachers by seventh graders BOPKRI 3 YogYakarta year 2009/2010?
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus yang telah membimbing dan menyertai saya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.
Saya menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan beberapa pihak. Oleh karena itu, saya menghaturkan terima kasih yang tulus kepada:
1. Ibu Dr. M. M. Sri Hastuti, M.Si selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling serta dosen pembimbing yang berkenan membimbing saya selama menempuh pendidikan.
2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si yang dengan penuh perhatian dan kesabaran mendampingi dan membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., Psi., M.A yang telah membantu saya dalam menyelesaikan administrasi sehubungan dengan penulisan dan ujian skripsi. 4. Bapak dan ibu dosen program studi Bimbingan dan Konseling yang telah
membagikan ilmunya kepada saya.
5. Bapak Paryadi S.Pd selaku Kepala SMP BOPKRI 3 Yogyakarta beserta bapak ibu guru yang telah memberikan tempat dan waktu bagi saya untuk melakukan penelitian.
7. Siswa-siswi kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010 yang telah menyediakan waktunya untuk membantu terlaksananya penelitian ini.
8. Teman-teman PPL saya (Hanna, Dita, Sr. Rita, Anno, Ria Bul-bul, Modes, Ayu, Fenty, Rias) atas kerjasama, kebersamaan, dukungan selama melaksanakan PPL baik SMP, SMA, Komunitas.
9. Teman-teman seperjuangan di program Bimbingan dan Konseling atas kebersamaannya selama saya menempuh pendidikan.
10.Angel dan Andre (teman seangkatan 2002) yang menjadi motivator bagi saya sehingga bisa semangat menyelesaikan kuliah.
11.Dita ‘06, Sr. Udis, Sr. Mediatrix, Desy, Sary, Andre ’04, Erna (tim bimbingan) atas dukungan, perhatian, kebersamaan dalam menyelesaikan skripsi saya. 12.Papa, Mama, Adik-adik, Opa, Oma, Tante, Om, semua saudara dan keluarga
yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang senantiasa mendoakan, mendukung serta membiayai saya dalam menempuh studi Bimbingan dan Konseling serta dalam menyelesaikan skripsi ini.
13.Mama Ester yang senantiasa mendoakan saya dalam setiap pergumulan yang saya hadapi.
14.Tante Tres yang senantiasa menunggu saya ketika harus begadang menyelesaikan skripsi.
Besar harapan saya, semoga penelitian saya ini dapat berguna bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Akhir kata saya mohon maaf atas segala kekurangan dalam penelitian ini. Kiranya penelitian ini kelak bermanfaat untuk pengembangan Bimbingan dan Konseling serta dunia pendidikan.
Yogyakarta, Januari 2011 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ... vii
ABSTRAK BAHASA INGGRIS ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat ... 7
E. Batasan Istilah ... 8
BAB II LANDASAN TEORI A. Persepsi ... 9
1. Pengertian Persepsi ... 10
2. Proses Terjadinya persepsi ... 10
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 14
B. Sosok Profesionalitas Guru BK ... 17
1. Pengertian Guru BK ... 17
3. Peran Guru BK Sekolah ... 21
4. Tugas Guru BK Sekolah ... 22
5. Fungsi Guru BK ... 24
C. Persepsi Siswa terhadap Sosok Profesionalitas Guru BK di Sekolah ... 24
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 26
B. Subyek Penelitian ... 26
C. Instrumen Penelitian ... 27
1. Kuesioner ... 27
2. Validitas Kuesioner ... 30
3. Reliabilitas Kuesioner ... 34
D. Teknik Pengumpulan dan analisis data ... 36
1. Tahap persiapan dan pelaksanaan ... 36
2. Teknik analisis data ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian... 39
B. Pembahasan ... 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 47
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1 Rincian Jumlah Siswa Kelas VII SMP BOPKRI 3
Yogyakarta yang menjadi Subyek Penelitian ... 27 Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Persepsi Siswa tentang Sosok
Profesionalitas Guru BK di Sekolah ... 29 Tabel 3.3 Daftar Tinjauan Logik dari Expert Judgment tentang Konstruk
dan Perumusan Instrumen ... 32 Tabel 3.4 Penggolongan Subjek Dalam Tiga Kategori ... 38 Tabel 3.5 Frekuensi Penampakan Sosok Profesionalitas
Guru BK Sekolah ... 39 Tabel.3.6 Klasifikasi Sosok Profesionalitas Guru BK yang masih
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Data Ujicoba Instrumen ... 50 Lampiran 2 Hasil Analisis Uji Validitas Konsistensi
Internal Kuesioner ... 51 Lampiran 3 Hasil Analisis Reliabilitas ... 55 Lampiran 4 Kuesioner Sosok Profesionalitas Guru BK di Sekolah 1 ... 56 Lampiran 5 Kuesioner Sosok Profesionalitas Guru BK
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab I ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah.
A. Latar Belakang Masalah
Setiap individu akan mengalami suatu proses dalam hidup
berkesinambungan dari tahap-tahap pertumbuhan yang harus dilalui oleh
seorang manusia. Setiap tahap pertumbuhan memiliki ciri, kelebihan dan
kekurangan. Masa remaja adalah saat yang sering dianggap sebagai masa yang
paling rawan dalam proses kehidupan, masa yang sering menimbulkan
kekuatiran para orangtua, dan karena itu pula, sering menjadi topik
pembahasan di berbagai seminar dan mass media. Padahal bagi sang individu
sendiri, masa tersebut justru yang paling menyenangkan dalam hidupnya.
Ada masa hidup di mana seorang remaja tidak dapat lagi dikatakan
kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan
dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya.
Inipun selalu dilakukan melalui metoda coba-coba, walaupun menimbulkan
banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan kekuatiran
serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orangtua.
Kesalahan yang diperbuat hanya akan menyenangkan bagi peer-groupnya
Hal ini dapat dipahami bila diingat, bahwa banyak anak yang pada
masa remajanya mengalami role confusion (kebingungan dalam memilih
peran dalam kehidupannya) karena kebutuhan identitasnya tidak terpenuhi
atau karena orangtua dan anggota-anggota keluarga yang lain tidak menjadi
model yang diharapkan dan dikagumi untuk menemukan identitas dalam
dirinya. Oleh karena itu mereka mencari identitas di luar rumah, dan biasanya
mereka mencarinya dalam peer-groupnya. Sementara itu setiap peer-group
memiliki rules (aturan tak tertulis): satu merokok semua merokok, satu baca
buku porno semua baca buku porno, kalau ada yang mau bergabung dengan
peer-group ini dengan sendirinya harus menyesuaikan diri dengan rules yang
berlaku, atau akan ditolak. Beruntunglah kalau remaja menemukan peer-group
yg baik. Tetapi kenyataannya tidak demikian. Ketiadaan model harapan dan
kekaguman dalam keluarga menyebabkan remaja sering mengalami
kebingungan role dan emotional instability yang menyebabkan ia rapuh dalam
standar penilaian akan mana yg baik dan mana yang jahat. Bahkan
kemungkinan besar ia sudah memiliki prasangka buruk terhadap hal-hal yang
masyarakat anggap baik, karena pengalaman buruk masa lalu.
Secara ideal, orangtua mestinya justru menjadi pemberi teladan di
depan, di tengah membangkitkan semangat, dan di belakang mengawasi
segala tindak tanduk si anak. Tetapi dalam kenyataannya lingkungan keluarga
hanyalah salah satu dari sejumlah faktor dalam pembentukan kepribadian anak
apalagi orangtua bukan superman. Sejak lama sekolah telah menjadi bagian
hari, anak-anak berada di sekolah. Mereka berada di sekolah bukan hanya
hadir secara fisik, melainkan mengikuti berbagai kegiatan yang telah
dirancang dan diprogramkan sedemikian rupa. Karena itu, selain keluarga dan
masyarakat, sekolah memiliki peran yang sangat berarti bagi perkembangan
anak.
Hadirnya para guru (termasuk guru pembimbing) di sekolah
semakin meyakinkan tentang kebermaknaan lingkungan sekolah bagi
perkembangan anak. Mereka (para guru mata pelajaran termasuk guru BK di
sekolah) adalah orang-orang yang sudah dididik dan dipersiapkan secara
khusus dalam bidang pendidikan. Mereka menguasai sejumlah pengetahuan
dan keterampilan yang bisa menjadi stimulus bagi anak-anak, lengkap dengan
penguasaan metodologi pembelajaran. Dalam konteks perkembangan anak,
hal tersebut merupakan salah satu sisi keunggulan guru daripada orang-orang
dewasa lain pada umumnya. Karena itu dapat diasumsikan bahwa lazimnya
pengalaman interaksi pendidikan dengan guru di sekolah (terutama guru BK
di sekolah) akan lebih bermakna bagi anak daripada pengalaman interaksi
dengan sembarang orang dewasa lainnya.
Dilihat dari kondisi tersebut di atas, kiranya tidak diragukan lagi
pentingnya peran lingkungan di sekolah dalam memfasilitasi perkembangan
anak. Kegiatan utama anak di sekolah adalah mengikuti pelajaran yang
berkaitan dengan proses pengembangan kognisi anak. Namun demikian,
dilihat dari segi muatan isi kurikulum (baik eksplisit maupun yang sifatnya
perkembangan aspek kognisi anak, tetapi juga berkenaan dengan
perkembangan aspek-aspek pribadi lainnya.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, sekolah merupakan suatu
masyarakat bagi anak yang memiliki budaya, norma, aturan dan
tuntutan-tuntutan tertentu. Dengan demikian, maka sekolah mendefinisikan dan
membatasi perilaku, perasaan dan sikap anak. Harapan-harapan anak di dalam
masyarakat sekolah ini memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap
aspek-aspek: perkembangan identitas, keyakinan akan kemampuan diri, image
tentang kehidupan dan kemungkinan karier, hubungan-hubungan sosial serta
standar-standar perilaku benar dan salah.
Kesesuaian antara budaya sekolah dan harapan-harapan anak itu
penting dan tidak bisa dipandang remeh. Semakin cocok antara budaya
sekolah dengan nilai-nilai dan harapan anak, maka akan semakin positif
dampak sekolah terhadap perkembangan anak. Tentang pentingnya
pengalaman sekolah bagi perkembangan anak, secara cerdas dirumuskan oleh
Seifert dan Hoffnung sebagai berikut: “…….school experiences play a mayor
role in influencing how children experience and interact with others, how they
perceive and feel about themselves, and how they generally developed
psychosocially” (Seifert, 1991:491).
Adalah tugas dari semua pendidik, termasuk guru BK di sekolah,
untuk melakukan kegiatan pembelajaran, penilaian, pembimbingan, dan
pelatihan dengan berbagai muatan dalam ranah belajar kognitif, afektif,
karena segala perkembangan pribadi, kemunduran dan kerusakan maupun
pemulihan dan pertumbuhan pribadi, terjadi akibat hubungan individu dengan
orang lain. Kesungguhan sebagai seorang pribadi tergantung dari seberapa
jauh orang itu mampu mengadakan hubungan jujur dengan orang lain. Tanpa
bantuan orang lain, tidak mungkin dia bertumbuh menjadi pribadi yang utuh.
Sehubungan dengan itu, maka guru (termasuk guru BK di sekolah)
memegang peran yang sangat sentral dalam menciptakan suasana sekolah
sebagaimana dideskripsikan di atas. Ia merupakan figur utama bagi anak-anak
di sekolah. Oleh karena itu, bukan saja cara dan kemampuan metodologis
yang akan mempengaruhi perilaku dan perkembangan anak melainkan
keseluruhan pribadi dan penampilan guru (guru BK). Seorang pembimbing
(guru BK di sekolah) perlu memiliki karakteristik-karakteristik pribadi yang
cocok. Unsur-unsur pribadi itu akan menjadi sarana yang secara integratif
akan memfasilitasi proses terjadinya pembelajaran dan perkembangan pada
anak.
Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka peneliti ingin
mengadakan penelitian mengenai “Persepsi Siswa Kelas VII SMP BOPKRI 3
Yogyakarta tentang Sosok Profesionalitas Guru BK di Sekolah”. Penelitian ini terpusat pada para siswa kelas VII di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun
ajaran 2009/2010 tentang sosok profesionalitas guru BK di sekolah ?
2. Kualitas-kualitas sosok profesionalitas mana yang aktualisasinya
teridentifikasi masih langka/jarang pada guru BK sekolah menurut
persepsi siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran
2009/2010 ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pandangan siswa kelas VII BOPKRI 3 Yogyakarta
tahun ajaran 2009/2010 tentang sosok profesionalitas guru BK di sekolah.
2. Untuk mengetahui kualitas-kualitas sosok profesionalitas guru BK yang
aktualisasinya teridentifikasi masih jarang/langka pada guru BK sekolah
menurut persepsi siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun
ajaran 2009/2010.
3. Untuk memberi gambaran atau pemahaman bagaimana menjadi seorang
guru BK yang seutuhnya dimana mencirikan kepribadian yang baik,
menjalankan peran, fungsi, dan tugasnya sesuai bidang yang ditekuninya
dengan penuh tanggungjawab.
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, adalah :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
dalam bidang bimbingan dan konseling, khususnya mengenai persepsi
siswa terhadap sosok profesionalitas guru BK di sekolah.
Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan
bagi mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling untuk semakin
mendalami pentingnya sosok profesionalitas guru BK di sekolah.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak sekolah
khususnya guru BK untuk memberi gambaran kepada siswa mengenai
sosok profesionalitasnya di sekolah.
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh kepala sekolah maupun
guru BK di BOPKRI 3 Yogyakarta untuk meningkatkan mutu dan sosok
profesionalitas guru BK di sekolah serta aktualisasi guru BK di sekolah
untuk lebih efektif.
E. Batasan Istilah
1. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan.
2. Guru BK di sekolah adalah seorang tenaga profesional yang memperoleh
pendidikan khusus di perguruan tinggi dan mencurahkan seluruh waktunya
3. Profesionalitas berasal dari kata profesi. Profesionalitas menunjuk kepada
kualitas/mutu dari profesi yang mencakup tugas, fungsi, peran dan ciri
kepribadian yang ditunjukkan dari sebuah profesi. Profesi adalah
pekerjaan/ jabatan/ kedudukan. Profesionalitas berbeda dengan
profesional. Profesional adalah ahli/pakar dalam bidangnya. Tidak semua
orang yang profesional di bidangnya dapat menunjukkan
profesionalitasnya. Profesionalitas juga dapat ditunjukkan dari orang yang
tidak profesional di bidang yang ditekuni. Contohnya: guru BK yang
berasal dari Sarjana Pendidikan belum dapat dikatakan konselor sekolah
karena belum menempuh sertifikasi konselor tetapi ia dapat menunjukkan
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab II ini akan dijelaskan mengenai persepsi, guru BK: peran, tugas, dan
fungsinya,dan persepsi siswa terhadap sosok profesionalitas guru BK di sekolah.
A. Persepsi
Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu secara langsung
berhubungan dengan dunia luar. Individu secara langsung menerima stimulus
atau rangsangan dari luar di samping dari dalam dirinya sendiri. Individu
mengenali dunia dengan menggunakan alat inderanya. Melalui stimulus yang
diterimanya, individu akan mengalami persepsi.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh
penginderaan, yaitu merupakan proses berujud diterimanya stimulus oleh
individu melalui alat reseptornya. Stimulus diteruskan ke pusat susunan saraf
yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis sehingga individu mengalami
persepsi. Ada beberapa syarat terjadinya persepsi, yaitu adanya obyek
persepsi, alat indera atau reseptor yang merupakan alat untuk menerima
stimulus, dan adanya perhatian.
1. Pengertian Persepsi
Banyak batasan atau definisi tentang persepsi yang dikemukakan
mengemukakan pendapatnya bahwa persepsi adalah pengalaman tentang
objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi setiap individu
dapat sangat berbeda walaupun yang diamati benar-benar sama. Hal ini
menurut Krech dkk, karena setiap individu dalam menghayati atau
mengamati sesuatu obyek sesuai dengan berbagai faktor yang determinan
yang berkaitan dengan individu tersebut. Ada empat faktor determinan
yang berkaitan dengan persepsi seseorang individu, yaitu lingkungan fisik
dan sosial, struktural jasmaniah, kebutuhan dan tujuan hidup, pengalaman
masa lalu.
2. Proses Terjadinya Persepsi
Terjadinya persepsi pada diri individu tidak berlangsung begitu
saja tetapi melalui suatu proses. Proses persepsi adalah peristiwa dua arah
yaitu sebagai hasil aksi dan reaksi.
Menurut Bimo Walgito (2002 : 54) terjadinya persepsi melalui
suatu proses, yaitu melalui beberapa tahap sebagai berikut : 1) Suatu
obyek atau sasaran menimbulkan stimulus, selanjutnya stimulus tersebut
ditangkap oleh alat indera. Proses ini berlangsung secara alami dan
berkaitan dengan segi fisik. Proses tersebut dinamakan proses kealaman,
2) Stimulus suatu obyek yang diterima oleh alat indera, kemudian
disalurkan ke otak melalui saraf sensoris. Proses pentransferan stimulus ke
normal, dan 3) Otak selanjutnya memproses stimulus sehingga individu
menyadari obyek yang diterima oleh alat inderanya. Proses ini juga disebut
proses psikologis. Dalam hal ini terjadilah adanya proses persepsi yaitu
suatu proses di mana individu mengetahui dan menyadari suatu obyek
berdasarkan stimulus yang mengenai alat inderanya.
Menurut Bimo Walgito (2002 : 89), ada beberapa faktor yang
berperan dalam persepsi, yaitu :
a. Obyek yang Dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenal alat indera atau
reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi,
tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan
yang langsung mengenai saraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.
Namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.
b. Alat Indera, Syaraf, dan Pusat Susunan Syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima
stimulus. Di samping itu juga harus ada saraf sensoris sebagai alat
untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan
saraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai untuk mengadakan
respon diperlukan saraf motoris.
c. Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan
adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu
pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang
ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan obyek.
Dari hal-hal tersebut dapat dikemukakan bahwa terjadinya persepsi
melibatkan beberapa faktor yang berperan, yaitu 1) obyek atau stimulus
yang dipersepsi; 2) Alat indera dan saraf-saraf serta pusat susunan saraf,
yang merupakan syarat fisiologis; dan 3) perhatian yang merupakan syarat
psikologis.
Adapun proses terjadinya persepsi adalah sebagai berikut : objek
menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor.
Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau
proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh saraf
sensoris ke otak. Proses ini disebut proses fisiologis.
Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran
sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar,
atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat
kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis. Taraf terakhir
dari proses persepsi adalah individu menyadari tentang misalnya apa yang
dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang
diterima melalui alat indera. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat
diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk. Secara skematis
St St
St St
Sp Respon
Fi Fi
Fi Fi
St = Stimulus (Faktor Luar)
Fi = Faktor Intern (Faktor Dalam, termasuk perhatian)
Sp = Struktur pribadi individu
Skema tersebut memberikan gambaran bahwa individu menerima
bermacam-macam stimulus yang datang dari lingkungan. Tetapi tidak
semua stimulus akan diperhatikan atau akan diberikan respon. Individu
mengadakan seleksi terhadap stimulus yang mengenainya, dan disini
berperannya perhatian. Sebagai akibat dari stimulus yang dipilihnya dan
diterima oleh individu, individu menyadari dan memberikan respon
sebagai reaksi terhadap stimulus tersebut.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa yang dipersepsi oleh
individu selain tergantung pada stimulusnya juga tergantung kepada
3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Proses terbentuknya persepsi sangat kompleks dan ditentukan oleh
dinamika yang terjadi dalam diri seseorang ketika ia mendengar, mencium,
melihat, merasa, atau bagaimana dia memandang suatu obyek dalam
melibatkan aspek psikologis dan panca inderanya.
David Krech dan Richard S. Crutchfield dalam Jalaluddin
Rakhmad (2007 : 51) membagi faktor-faktor yang menentukan persepsi
menjadi dua, yaitu faktor fungsional dan faktor struktural.
a. Faktor Fungsional
Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan,
pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita
sebut sebagai faktor-faktor personal. Faktor fungsional yang
menentukan persepsi adalah obyek-obyek yang memenuhi tujuan
individu yang melakukan persepsi.
b. Faktor Struktural
Faktor struktural adalah faktor-faktor yang berasal semata-mata
dari sifat stimulus fisik terhadap efek-efek syaraf yang menimbulkan
pada sistem saraf individu. Faktor-faktor struktural yang menentukan
persepsi menurut teori Gestalt bila kita ingin memahami suatu
peristiwa kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah tetapi
memandangnya dalam hubungan keseluruhan.
Tertarik tidaknya individu untuk memperhatikan stimulus
emosi dan keadaan biologis) dan faktor eksternal (intersitas, kebaruan,
gerakan, dan pengulangan stimulus).
1) Faktor Eksternal
a) Gerakan, seperti organisme lain, bahwa manusia secara visual
tertarik pada obyek-obyek yang bergerak.
b) Intensitas stimuli, di mana kita akan memperhatikan stimuli
yang lebih menonjol dari stimuli yang lain.
c) Kebaruan (novelty), bahwa hal-hal baru, yang luar biasa, yang
berbeda akan lebih menarik perhatian.
d) Perulangan, hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai
dengan sedikit variasi, akan menarik perhatian. Disini unsur
“familiarity” (yang sudah kita kenal berpadu dengan
unsur-unsur “novelty” (yang baru kita kenal). Perulangan juga
mengandung unsur sugesti yang mempengaruhi bawah sadar
kita.
2) Faktor Internal
a) Kebiasaan, kecenderungan untuk mempertahankan pola
berpikir tertentu atau melihat masalah hanya dari satu sisi saja,
atau kepercayaan yang berlebihan dan tanpa kritis pada
b) Minat, suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat
ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan
keinginan-keinginan atau kebutuhannya sendiri.
c) Emosi, sebagai manusia yang utuh, kita tidak dapat
mengesampingkan emosi, walaupun emosi bukan hambatan
utama. Tetapi bila emosi itu sudah mencapai intensitas yang
begitu tinggi akan mengakibatkan stres, yang menyebabkan
sulit berpikir efisien.
B. Sosok Profesionalitas Guru BK
1. Pengertian Guru BK (Konselor di sekolah)
Menurut Purwadarminta ( 1999 : 519) guru BK adalah penasihat,
orang yang melayani konseling. Bruce Shertzer dan Shelly C. Stone
(Winkel, 2005 : 176) mengartikan guru BK di sekolah adalah seorang
tenaga profesional yang memperoleh pendidikan khusus di perguruan
tinggi dan mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan.
Winkel (2005 : 171) berpendapat bahwa guru BK di sekolah adalah tenaga
profesional yang mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan
bimbingan.
Konseling merupakan kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan
secara mekanis. Kegiatan ini merupakan suatu perjumpaan di mana
seseorang membantu sesamanya dalam sebuah relasi yang dibentuk untuk
Agar dapat mencapai konseling efektif, kunci utamanya adalah
guru BK sendiri. Ini merupakan unsur utama untuk bisa meraih hasil
gemilang – artinya, sebagai guru BK, harus memiliki bobot tertentu yang
dapat memperlancar relasi konseling; memiliki pengetahuan dasar
menyangkut teori dan praktek konseling serta keterampilan berwawancara
dan intervensi dalam pemecahan masalah.
2. Ciri Kepribadian Guru BK
Belkin (Winkel, 2005 : 184) membagi tiga ciri kepribadian yang
harus dimiliki oleh seorang guru BK, yaitu :
a) Mengenal diri sendiri. Guru BK harus menyadari keunikannya sendiri,
kelemahan dan kelebihannya, serta harus tahu dalam usaha-usaha apa
dia kiranya akan berhasil. Untuk membantu guru BK dalam mengenal
dirinya sendiri ada tiga kualitas yang perlu diperhatikan, yaitu merasa
aman dengan diri sendiri (security), percaya pada orang lain (trust),
dan memiliki keteguhan hati (courage). Merasa aman dengan diri
sendiri mengandaikan mempunyai rasa percaya diri, rasa harga diri,
dan tidak merasa cemas serta gelisah tentang diri sendiri. Percaya pada
orang lain berarti mampu untuk memberikan sesuatu dari diri sendiri
dan menerima sesuatu dari kepribadian orang lain. Memiliki keteguhan
hati berarti berani untuk memberikan pelayanan bimbingan, dan
mengambil resiko tidak selalu mendapat tanggapan yang positif atau
b) Memahami orang lain. Kualitas ini menuntut keterbukaan hati dan
kebebasan dari cara berpikir yang kaku menurut keyakinan /
pandangan pribadi saja. Guru BK ini akan mampu mengikuti beraneka
pandangan dan perasaan di pihak klien dengan berpedoman pada
kerangka acuan internal siswa. Terbuka hatinya juga berarti tidak
mengambil sikap mengadili orang lain, meskipun dapat menilai
tindakan dan perbuatan orang menurut norma moralitas yang obyektif.
Keterbukaan hati dan pikiran memungkinkan menjadi peka
(sensitivity) terhadap pikiran dan perasaan yang diungkapkan oleh
orang lain, baik dengan kata-kata maupun dengan ungkapan nonverbal,
dan ikut menghayatinya tanpa kehilangan identitasnya sendiri. Istilah
yang digunakan untuk kepekaan ini adalah emphaty atau emphatic
understanding, yaitu guru BK mampu mendalami pikiran dan
menghayati perasaan siswa seolah-olah guru BK pada saat ini menjadi
siswa, tanpa terbawa-bawa sendiri oleh semua itu dan kehilangan
kesadaran akan pikiran serta perasaan pada diri sendiri.
c) Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. Kemampuan ini
bertumpu pada kemampuan untuk memahami orang lain. Kemampuan
untuk berkomunikasi dengan orang lain pada taraf pertemuan
antarpribadi mendapat dukungan dari beberapa kualitas yang lain,
yaitu sejati, tulen atau ikhlas (genuine), bebas dari kecenderungan
untuk menguasai orang lain (nondominance), mampu mendengarkan
regard), dan mampu mengungkapkan perasaan serta pikiran secara
memadai dalam kata-kata (verbal communication) dan isyarat-isyarat
(nonverbal communication). Bertindak sejati, tulen atau ikhlas
mengandung unsur kejujuran atau kelurusan hati (honesty) dan
keterusterangan (candor). Bagi guru BK di sekolah bertindak sejati
atau berhati tulus, berarti berkata-kata dan berbuat tanpa memakai
topeng atau main sandiwara; secara pribadi sungguh terlihat tanpa
berpura-pura. Bebas dari kecenderungan untuk menguasai orang lain
bagi guru BK di sekolah berarti, bahwa dia tidak secara sadar mau
memaksakan kehendaknya sendiri atas siswa, dan tidak secara sadar
mau memaksakan siswa ke cara berpikir serta cara bertindak tertentu.
Mampu mendengarkan dengan baik bagi guru BK di sekolah berarti
berusaha menangkap apa yang sebenarnya diungkapkan oleh siswa;
tidak hanya mendengar aneka bunyi yang diucapkan, tetapi menggali
makna yang terkandung dalam kata-kata itu. Bagi guru BK,
kemampuan menghargai orang lain berarti bahwa dia dapat mendekati
siswa dan didekati oleh siswa, dengan sikap yang positif dan kerelaan
menerima siswa seadanya. Guru BK harus terampil menyampaikan
pikiran dan perasaan dalam kata-kata yang memadai, baik pikiran dan
perasaannya sendiri maupun pikiran dan perasaan siswa yang
dipantulkan kembali kepadanya karena guru BK di sekolah lebih
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa guru BK
adalah seorang tenaga profesional yang memperoleh pendidikan
khusus di perguruan tinggi yang memiliki pengetahuan menyangkut
teori dan praktek konseling serta sejumlah keterampilan seperti
keterampilan berwawancara dan melakukan intervensi dalam
pemecahan masalah.
3. Peran Guru BK di sekolah
Menurut PP no.74 tahun 2008 (Akhmad Sudrajat: 2010) peran guru
BK yaitu membantu peserta didik dalam:
1. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang
membantu peserta didik dalam memahami, menilai bakat dan minat.
2. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang
membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta
mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan industrial yang
harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat.
3. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang
membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar untuk
mengikuti pendidikan sekolah/madrasah secara mandiri.
4. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta
didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan
Menurut Khairi Ilham (khairiilham.blogspot.com: 2010), peran
guru BK adalah menciptakan suasana yang menyenangkan untuk
konseling.
Menurut Sunaryo Kartadinata (disdikpora-kbb.com:2009) peran guru
bimbingan dan konseling (guru BK), yaitu membantu peserta didik
mengenali potensi dan mengembangkan kepribadiannya.
Myrick dan Witmer (Prayitno,1987:87) mengemukakan lima
macam peran guru BK, yaitu sebagai guru BK (dalam arti khusus), sebagai
konsultan, sebagai anggota tim kerja, sebagai pengelola, serta sebagai
sumber informasi dan layanan bagi masyarakat.
4. Tugas Guru BK di sekolah
Prayitno, dkk (1997:117-140) mengemukakan tugas guru BK di
sekolah, sebagai berikut:
(1) memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling, (2)
merencanakan program bimbingan dan konseling terutama
program-program satuan layanan dan satuan kegiatan pendukung untuk
satuan-satuan waktu tertentu, program-program tersebut dikemas dalam program
harian, mingguan, bulanan, semesteran dan tahunan, (3) melaksanakan
segenap satuan layanan bimbingan dan konseling, (4) melaksanakan
segenap program satuan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, (5)
menilai proses dan hasil pelaksanaan satuan layanan dan kegiatan
pendukung bimbingan dan konseling, (7) melaksanakan tindak lanjut
berdasarkan hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan
dan konseling, (8) mengadministrasikan kegiatan satuan layanan dan
kegiatan pendukung bimbingan yang dilaksanakan, (9)
mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan
bimbingan dan konseling secara menyeluruh kepada koordinator
bimbingan dan konseling dan kepala sekolah.
Thantawy (1995:73-77) menyebutkan tugas guru BK di sekolah
ialah menyelenggarakan pelayanan bimbingan yang meliputi: bidang
bimbingan pribadi, bidang bimbingan sosial, bidang bimbingan belajar dan
bidang bimbingan karir yang disesuaikan dengan tahap perkembangan
siswa.
Dalam upaya mewujudkan pelaksanaan BK di sekolah, pemerintah
melalui SK Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala
Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 0433/P/1993 dan Nomor
25 Tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru
Pembimbing dan Angka Kreditnya serta Keputusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 025/O/1995 tentang Petunjuk
Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru Pembimbing dan
Angka Kreditnya, menetapkan tugas guru pembimbing (guru BK di
sekolah) sebagai berikut: (1) menyusun program bimbingan dan konseling,
(2) melaksanakan bimbingan dan konseling, (3) mengevaluasi hasil
pelaksanaan bimbingan dan konseling, (5) tindak lanjut pelaksanaan
bimbingan dan konseling.
5. Fungsi Guru BK
Semua pendidik, termasuk di dalamnya guru BK melakukan
kegiatan pembelajaran, penilaian, pembimbingan dan pelatihan dengan
berbagai muatan dalam ranah belajar kognitif, afektif, psikomotor serta
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sebagaimana telah diutarakan di atas, sebagai seorang guru BK
adalah tenaga profesional yang memiliki fungsi: 1) merencanakan dan
menyelenggarakan proses pembelajaran, 2) menilai hasil pembelajaran, 3)
melakukan pembimbingan dan pelatihan. Arah pelaksanaan pembelajaran
yang dimaksud adalah melaksanakan pelayanan BK berupa berbagai jenis
layanan dan kegiatan pendukung serta berbagai keterkaitannya.
Guru BK di sekolah adalah tenaga profesional yang mempunyai
tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan
BK terhadap sejumlah peserta didik. Pelayanan BK di sekolah merupakan
kegiatan untuk membantu siswa dalam upaya menemukan dirinya,
penyesuaian terhadap lingkungan serta dapat merencanakan masa
C. Persepsi Siswa terhadap Sosok Profesionalitas Guru BK di Sekolah
Berdasarkan observasi yang saya lakukan di lapangan, selama ini
sosok profesionalitas guru BK di sekolah belum optimal. Padahal sebenarnya
guru BK memiliki peran penting bagi perkembangan siswa dalam menyerap
pelajaran yang diajarkan.
Tapi faktanya, guru BK sering dianggap menjadi “polisi sekolah”
yang ditakuti siswa. Dia bisa memberi hukuman bagi siswa yang melanggar
peraturan sekolah. Selain itu, siswa beranggapan bahwa guru BK di sekolah
juga adalah guru mata pelajaran di mana bimbingan yang diberikan kepada
siswa lebih kepada pemberian bahan ajar yang telah ditetapkan selama satu
tahun pelajaran.
Siswa juga beranggapan bahwa guru BK di sekolah adalah orang
yang memberi nasihat terhadap masalah yang mereka hadapi. Padahal guru
BK di sekolah juga harus memberi bimbingan bagaimana siswa harus
menghadapi masalah.
Siswa beranggapan bahwa guru BK di sekolah adalah hakim yang
siap mengadili mereka ketika mereka membuat masalah. Hal ini membuat
beberapa siswa yang benar-benar bermasalah selalu melarikan diri ketika akan
bertemu dengan guru BK di sekolah.
Siswa juga berpendapat bahwa guru BK di sekolah berperan sebagai
pemberi informasi atau media informasi mengenai pilihan karir/sekolah
lanjutan yang akan ditempuh. Ketika siswa membutuhkan informasi mengenai
untuk menanyakan sekolah mana yang cocok untuk mereka tanpa
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini memuat beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian,
antara lain jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, dan teknik
pengumpulan data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei.
Furchan (2005: 415-418) mengatakan penelitian deskriptif dengan metode
survei dirancang untuk memperoleh informasi dengan mengumpulkan data
yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya.
Sifat deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
memperoleh gambaran mengenai persepsi siswa kelas VII SMP BOPKRI 3
Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 tentang sosok profesionalitas guru BK di
sekolah dan mengetahui kualitas-kualitas sosok profesionalitas guru BK yang
mana yang aktualisasinya teridentifikasi masih jarang/langka.
B. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah
siswa-siswi kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 yang
data, siswa yang hadir adalah 119 orang. Rincian siswa yang menjadi subyek
penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Rincian Jumlah Siswa Kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang menjadi Subyek Penelitian
KELAS LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
VIIA 17 15 32
VIIB 19 15 34
VIIC 20 13 33
VIID 19 13 32
JUMLAH 73 58 131
C. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Kuesioner Persepsi Siswa tentang Sosok Profesionalitas Guru BK di
sekolah dengan bentuk tertutup. “Kuesioner bentuk tertutup berisi
pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang disertai dengan
pilihan jawaban untuk pertanyaan/pernyataan tersebut” (Furchan, 2005 :
260). Kuesioner yang disusun oleh peneliti memuat beberapa aspek,
sebagai berikut :
a. Aspek ciri kepribadian guru BK menurut Belkin (dalam Winkel,
2010:184), yaitu : mengenal diri sendiri, memahami orang lain,
b. Aspek peran dan fungsi guru BK di sekolah menurut PP no.74 tahun
2008 (dalam Akhmad Sudrajat: 2010), yaitu pengembangan kehidupan
pribadi, pengembangan kehidupan sosial, pengembangan kemampuan
belajar, dan pengembangan karir.
c. Aspek tugas guru BK di sekolah menurut SK bersama Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi
Kepegawaian Negara no. 0433/P/1993 dan no. 25 tahun 1993, yaitu
menyusun program bimbingan dan konseling, melaksanakan
bimbingan dan konseling, mengevaluasi hasil bimbingan dan
konseling, menganalisa hasil evaluasi pelaksanaan bimbingan dan
konseling, serta tindak lanjut pelaksanaan bimbingan dan konseling.
Instrumen penelitian ini memuat sejumlah 40 butir pernyataan
yang dikonstruk berdasarkan prinsip-prinsip Likert Sumating Rating Scale
yang dilengkapi dengan empat opsi atau alternatif jawaban, yaitu: Selalu,
Sering, Jarang dan Tidak Pernah. Pada skala ini opsi netral tidak
disertakan untuk mengurangi kecenderungan responden dalam
memberikan jawaban yang netral dan untuk meningkatkan variabilitas
responsi. Norma skoring yang dikenakan terhadap pengolahan data yang
dihasilkan instrumen ini ditentukan sebagai berikut : Selalu = 4, Sering =
3; Jarang = 2; dan Tidak Pernah = 1. Total skor setiap responden adalah
hasil penjumlahan skor dari seluruh item yang tersedia dan dijadikan
Tabel 3.2. Kisi-kisi Kuesioner Persepsi Siswa tentang Sosok Profesionalitas Guru BK di Sekolah
No Aspek-aspek Indikator No. Item
1 Ciri Kepribadian Guru BK
1. Mengenal diri sendiri 2. Memahami orang lain
3. Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain
1, 2, 3, 4 7.Pengembangan karir
18, 26
8. Menyusun program bimbingan dan konseling 9. Melaksanakan
bimbingan dan konseling
10. Mengevaluasi hasil bimbingan dan konseling
25, 26
27
28
2. Validitas Kuesioner
Validitas mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan
suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2008:5).
Validitas menunjuk kepada sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa
yang seharusnya diukur (Furchan, 2007:293). Secara singkat menurut
Nurgiyantoro (2009:338) dapat dikatakan bahwa validitas alat penelitian
mempersoalkan apakah alat itu dapat mengukur apa yang akan diukur.
validity). Validitas isi adalah validitas yang mempertanyakan bagaimana
kesesuaian antara instrumen dengan tujuan dan deskripsi masalah yang
akan diteliti (Nurgiyantoro, 2009:339). Kualitas instrumen penelitian ini
diperiksa dengan validitas isi (content validity), dikarenakan penyusunan
instrumen didasarkan pada kisi-kisi yang sesuai dengan aspek tujuan,
bahan/deskripsi bahan, indikator dan jumlah pernyataan per indikator.
Pemeriksaan keterpenuhan validitas isi didasarkan pada
pertimbangan yang dilakukan secara terpisah oleh seorang ahli (expert
judgment), guna menelaah kualitas konstruk secara logis dari setiap butir
item pernyataan kuesioner dengan tujuan agar setiap item pernyataan yang
dibuat secara logis tepat /sesuai dengan konstruk kisi-kisinya
(Nurgiyantoro, 2009:339).
Pengembangan Instrumen
Penelaahan butir-butir pada instrumen dilakukan oleh dosen pembimbing
skripsi yaitu, Dr. Gendon Barus, M.Si. Setelah dilakukan penelaahan
terhadap instrumen, perlu dilakukan perbaikan pada butir-butir instrumen
agar setiap butir pernyataan yang dibuat berisi kalimat yang efektif
sehingga mudah dipahami dan butir yang dibuat secara logis tepat/sesuai
dengan konstruk kisi-kisinya.
Adapun masukan dan saran terhadap pengembangan instrumen
berdasarkan hasil rekam proses telaah instrumen oleh Dr. Gendon Barus,
(1) Setiap butir pernyataan hendaknya tidak bermakna ganda, satu
butir pernyataan menyatakan 1 hal saja.
(2) Butir pernyataan hendaknya tidak menggunakan kata-kata yang
menggiring subjek ke arah alternatif jawaban yang tersedia,
misalnya kata hanya, saja, selalu.
(3) Butir pernyataan hendaknya dirumuskan dengan kalimat efektif
sehingga subjek mudah memahami.
(4) Butir pernyataan dirumuskan dengan arti yang sederhana dan
tepat pada sasaran.
(5) Indikator dan aspek pada kisi-kisi instrumen dibuat ke arah
perilaku dan diperjelas maksudnya.
(6) Indikator yang mengandung makna sama diringkas menjadi satu
indikator yang lebih jelas.
(7) Butir-butir pada tiap indikator jumlahnya dibuat lebih dari satu.
(8) Penomoran pada tabel kisi-kisi instrumen dibuat berurutan agar
memudahkan ahli dalam memeriksa atau menelaah.
(10) Peneliti lebih memahami maksud dari tiap aspek dan indikator
sehingga butir yang dirumuskan tidak melenceng dari
Tabel 3.3. Daftar Tinjauan Logik dari Expert Judgment tentang Konstruk dan Perumusan Instrumen
N o
Konstruk Instrumen yang
Diperbaiki Diperbaiki Menjadi
2 Setiap kali hendak ketemu untuk berkonsultasi, guru BK sedang sibuk.
Guru BK akan membuat janji lebih dahulu sebelum mengadakan bimbingan terhadap siswa 3 Saya terlambat masuk kelas
karena hari hujan. Guru BK memaafkan tapi disertai peringatan akan dikenakan sanksi bila mengulangi kesalahan yang sama
Guru BK membantu meminjamkan buku pelajaran yang belum dimiliki oleh siswa
4 Karena berulang kali lupa mengenakan dasi, maka guru BK tidak mengijinkan untuk masuk kelas
Guru BK tidak keberatan apabila siswa bercanda dengan beliau
5 Saya terlambat masuk kelas karena jalanan macet, namun guru BK tetap tidak mengijinkan untuk mengikuti pelajaran jam pertama
Guru BK menyuruh saya meminta maaf kepada teman yang
mengganggu saya karena saya sudah bertindak kasar padanya
6 Setiap pelanggaran terhadap peraturan sekolah akan dihukum sekalipun memberi alasan yang masuk akal
Setiap siswa yang membuat keonaran di dalam kelas akan mendapat pembinaan dari guru BK
Sesudah instrumen diperbaiki, dosen pembimbing menyetujui
untuk melakukan try out pada SMP BOPKRI 3 Yogyakarta pada tanggal
11 dan 12 Mei 2010.
Tabulasi data ujicoba dapat diperiksa pada lampiran 1.
Hasil telaah ahli dilengkapi dengan uji empirik untuk memeriksa
keterpenuhan kriteria konsistensi internal setiap item terhadap aspeknya.
Teknik uji yang digunakan adalah dengan cara mengkorelasikan skor-skor
item terhadap skor-skor aspek melalui pendekatan analisis korelasi
Pearson Product Moment. Formulasi yang digunakan dalam analisis
rXY=
(
)( )
r = korelasi skor butir dengan skor-skor aspek
N = jumlah subyek
X = skor item/butir
Y = skor total per aspek
XY = hasil perkalian antara skor item (X) dan skor total aspek (Y)
Hasil analisis konsisitensi internal tiap butir yang diperoleh dari
perhitungan dikonsultasikan ke r tabel Product Moment. Indeks korelasi
item yang lebih kecil dari table kritis pada signifikansi 5% dianggap
kurang memenuhi syarat konsistensi internal, oleh karenanya perlu direvisi
atau didrop.
Analisis data ujicoba instrumen dilakukan untuk memeriksa
keterpenuhan persyaratan validitas konsistensi internal dan indeks
reliabilitas instrumen dengan menggunakan bantuan program SPSS. Hasil
analisis uji validitas konsistensi internal kuesioner dapat dilihat pada
lampiran 2.
Dari data rekapitulasi hasil analisis validitas internal diperoleh
keterangan bahwa terdapat 28 item yang valid dan 12 item yang tidak
valid. Setelah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, item yang tidak
apabila didrop. Atas dasar pertimbangan tersebut, semua item yang tidak
valid digugurkan sehingga jumlah butir instrumen yang telah memenuhi
kriteria validitas adalah sebanyak 28 item.
3. Reliabilitas Kuesioner
Reliabilitas menunjuk pada pengertian apakah sebuah instrumen
dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu
(Nugiyantoro, 2009:341). Jadi kata kunci untuk syarat kualifikasi suatu
instrumen pengukur adalah konsistensi, keajegan atau tidak berubah-ubah.
Pendekatan yang digunakan untuk memeriksa reliabilitas kuesioner pada
penelitian ini adalah teknik belah dua gasal-genap (split half). Bagian
pertama berupa item bernomor gasal dan bagian kedua berupa
item-item bernomor genap.
Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner persepsi siswa tentang sosok profesionalitas guru BK di sekolah dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi skor item gasal dan skor item genap dengan menggunakan teknik Product Moment dari Pearson. Hasil perhitungan product Moment gasal-genap kemudian dikoreksi dengan formula Spearman-Brown sebagai berikut:
rtt
=
r = koefisien reliabilitas seluruh instrumen
gg
Adapun indeks reliabilitas instrumen tersebut diperoleh dari
perhitungan Spearman Brown, adalah : 0,755. Hasil reliabilitas instrumen
dapat dilihat pada lampiran 3.
Dengan demikian, instrumen tersebut telah memenuhi persyaratan
kualitas persyaratan dalam pengumpulan data penelitian ini lebih lanjut.
D. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data 1. Tahap Persiapan dan Pelaksanaan
Berikut ini adalah tahap-tahap yang digunakan dalam pengolahan
data:
a. Menyusun kuesioner / skala tentang sosok profesionalitas guru BK di
sekolah.
b. Menentukan responden, yaitu para siswa putra dan putri kelas VII
SMP BOPKRI 3 Yogyakarta.
c. Pengujian oleh ahli terhadap validitas kuesioner yang dilakukan oleh
dosen pembimbing skripsi pada saat bimbingan pada hari Rabu, 5 Mei
2010.
d. Membagikan kuesioner kepada responden dan meminta responden
untuk mengisi kuesioner pada tanggal 11 dan 12 Mei 2010.
2. Teknik Analisis Data
a. Memeriksa keabsahan administratif hasil jawaban responden untuk
N
x
∑
b. Memberi skor setiap alternatif jawaban. Alternatif jawaban, Selalu = 4,
Sering = 3; Jarang = 2; dan Tidak Pernah = 1.
c. Membuat tabulasi skor dari item-item yang ada dalam kuesioner dan
menghitung total skor untuk masing-masing.
d. Menentukan sejauhmana persepsi siswa kelas VII SMP BOPKRI 3
Yogyakarta tentang sosok profesionalitas guru BK di sekolah
berdasarkan perhitungan Mean :
M =
Di mana :
M : Mean
N : Jumlah siswa
ΣX: Jumlah semua skor
e. Mengkategorisasikan subjek menurut Azwar (2009 : 107-109) dengan
berdasar pada mean teoretisnya yang terdistribusi menurut model
normal, yang terbagi atas enam bagian atau enam satuan deviasi
standar yaitu, tiga bagian berada di sebalah kiri mean (bertanda
negatif) dan tiga bagian berada di sebelah kanan mean (bertanda
positif). Pada penelitian ini skala terdiri dari 28 butir yang setiap
butirnya diberi skor Selalu = 4, Sering = 3; Jarang = 2; dan Tidak
terendah yaitu 28/28 = 1 dan sampai rentang maksimumnya diambil
dari rata-rata skor total tertinggi yaitu 72/28 = 4, sehingga luas jarak
seberannya adalah 4 – 1 = 3. Dengan demikian, setiap satuan deviasi
standarnya (sd) bernilai 3/6 = 0,5. Mean teoretisnya (x) adalah =
2,5.
Penggolongan subjek dimasukkan ke dalam 3 kategori diagnosis sosok
profesionalitas guru BK di sekolah, yaitu :
Tabel 3.4. Penggolongan Subjek Dalam Tiga Kategori
No Formula Kriteria
Rentang
Rerata
Skor
Kategori Frekuensi
Penampakan Sosok
profesionalitas Guru BK
1 X < [x-1,0(sd)] 0,00-2,00 Jarang
2 [x-1,0(sd)] ≤ X < [x+1,0(sd)] 2,01-3,00 Kadang-kadang
3 [x+1,0(sd)] ≤ X 3,01-4,00 Sering
Keterangan :
X : Rata-rata Skor Total dan Butir Subjek
x : Mean Teoretis
sd : Standar Deviasi
1+4
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini disajikan hasil dari penelitian dan pembahasan dengan
mengikuti sistematika rumusan masalah pada Bab I.
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
persepsi siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010
tentang sosok profesionalitas guru BK di sekolah dan kualitas-kualitas sosok
profesionalitas guru BK mana yang aktualisasinya teridentifikasi masih
langka/jarang pada guru BK di sekolah.
1. Pandangan Siswa tentang Frekuensi Penampakan Sosok profesionalitas Guru BK di Sekolah
Sajian dalam tabel berikut ini :
Tabel. 3.5. Frekuensi Penampakan Sosok Profesionalitas Guru BK di sekolah
Kriteria
Rentang Rerata
Skor
Kategori Banyaknya Siswa
X < [x-1,0(sd)] 0,00-2,00 Jarang 14 Siswa
[x-1,0(sd)] ≤ X < x+1,0(sd)] 2,01-3,00 Kadang-kadang 102 Siswa
2. Kualitas-kualitas Sosok Profesionalitas Guru BK yang Aktualisasinya Teridentifikasi Masih Langka/Jarang
Berdasarkan hasil penelitian terdapat 2 item sosok profesionalitas
guru BK yang membutuhkan perhatian dan 13 item sosok profesionalitas
guru BK yang membutuhkan peningkatan. Adapun sosok profesionalitas
guru BK yang terindentifikasi masih jarang/langka, adalah sebagai berikut:
Tabel.3.6. Klasifikasi Sosok profesionalitas guru BK yang masih jarang/langka
No Item Skor Kategori Rumusan Item Aspek
12 1,75 Jarang Murid yang berhari ulang tahun pasti akan mendapat ucapan selamat dari guru BK.
Ciri
Kepribadian Guru BK 26 1,97 Jarang Guru BK selalu menanyakan
keadaan ayah dan ibu saya di rumah.
Guru BK menanyakan perasaan saya setelah melakukan suatu kegiatan melelahkan.
Guru BK tidak keberatan apabila siswa bercanda dengan beliau.
Lebih mudah memahami nasehat-nasehat guru BK ketimbang penjelasan ayat-ayat Kitab Suci oleh guru pelajaran Agama.
Guru BK suka mengomentari setiap perilaku saya di sekolah
Kalau lagi marah, kata-kata guru BK layaknya
penyelidikan pak polisi!
Ciri
Kepribadian Guru BK 18 2,50
Kadang-kadang
Guru BK berkunjung ke rumah murid yang sering bolos pelajaran matematika.
Tugas Guru BK di sekolah
No Item Skor Kategori Rumusan Item Aspek
yang belum dimiliki oleh siswa.
sekolah
11 2,56 Kadang-kadang
Saya dapat menyelesaikan tugas-tugas sekolah tepat pada waktunya.
Peran dan
Guru BK menanyakan alasan mengapa saya tidak
menyetujui keputusan rapat kelas.
Saya suka mendiskusikan cita-cita saya dengan orang tua dan guru BK.
Saya disuruh membelikan sebotol aqua di kantin sekolah, dan guru BK anda menyatakan: “terima kasih, ya nak”.
Guru BK menyuruh saya meminta maaf kepada teman yang mengganggu saya karena saya sudah bertindak kasar padanya.
Saya paham betul apa yang sebenarnya merupakan minat saya.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap siswa-siswi kelas VII SMP
BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 terhadap sosok
profesionalitas guru BK di sekolah ditemukan bahwa sebagian besar sosok
profesionalitas guru BK perlu ditingkatkan kualitasnya. Guru BK di
kepribadiannya, tugas-tugasnya, maupun peran dan fungsinya sebagai guru
BK.
Hasil penelitian ini juga menjelaskan mengenai kualitas-kualitas
sosok profesionalitas guru BK yang dalam aktualisasinya masih
langka/jarang sehingga memerlukan perhatian penuh baik oleh guru BK
sendiri maupun dari pihak sekolah.
Guru BK di sekolah perlu proaktif untuk berkomunikasi dengan
siswa misalnya ketika siswa berulang tahun, guru BK di sekolah
memberikan ucapan selamat. Hal ini selain untuk menjalin komunikasi
yang baik dengan siswa juga merupakan salah satu bentuk perhatian
kepada siswa. Dengan perhatian tersebut, siswa merasa dirinya dihargai
dan menjadi bagian dari sekolah.
Guru BK di sekolah juga perlu peka terhadap keadaan orang tua
dan keluarga siswa karena keadaan orang tua dan keluarga siswa turut
berpengaruh dalam perkembangannya di sekolah baik dalam
mengembangkan kepribadiannya sebagai siswa maupun dalam hal belajar,
pergaulannya dengan teman-teman di sekolah, dan pemilihan jenjang
pendidikan lanjutannya.
Guru BK di sekolah perlu mengevaluasi pelaksanaan bimbingan
dan konseling di sekolah untuk mengetahui sejauhmana keterlaksanaan
kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Dengan menanyakan kabar
orangtua di rumah, guru BK dapat mengetahui apakah siswa memiliki
Guru BK di sekolah tidak hanya berperan dalam perkembangan
belajar dan pemilihan karirnya tetapi juga dalam mengembangkan
kepribadiannya melalui perhatian-perhatian yang sewajarnya misalnya
dengan menanyakan perasaan siswa setelah selesai melakukan aktivitas
yang melelahkan seperti olah raga atau hiking yang tentunya terkait
dengan aktivitas di sekolah.
Guru BK di sekolah hendaknya tidak terlihat kaku dan terkesan
“menjaga jarak” dengan siswa. Guru BK di sekolah hendaknya bisa diajak
bercanda asal sebatas normal dan tidak mengandung unsur SARA.
Dalam memberikan masukan atau nasehat kepada siswa,
hendaknya guru BK di sekolah menggunakan kata-kata yang mudah
dimengerti oleh siswa dan tidak terkesan memaksakan kehendak guru BK.
Dengan demikian, siswa merasa nyaman dengan guru BK di sekolah.
Bentuk perhatian yang lain kepada siswa adalah dengan
memperhatikan perilaku siswa di sekolah. Bila ada perilaku yang kurang
berkenan, hendaknya guru BK di sekolah memberi teguran yang mendidik
kepada siswa, tidak menggunakan kekerasan yang dapat mempericuh
keadaan. Bila siswa berperilaku yang baik, hendaknya guru BK di sekolah
juga memberi perhatian misalnya dengan memberikan penghargaan atau
pujian yang sewajarnya.
Siswa juga memiliki kelemahan dan keterbatasan dalam berpikir
dan bertindak. Dalam menghadapi siswa yang melakukan kesalahan, guru
oleh siswa. Siswa akan merasa lebih nyaman dan mengerti ketika ia
berdiskusi dengan guru BK di sekolah mengenai pemilihan karir demi
masa depan mereka.
Guru BK di sekolah perlu mengembangkan kepribadiannya juga
dalam hal-hal kecil seperti mengucapkan terimakasih ketika meminta
bantuan kepada siswa. Dengan demikian, siswa merasa dihargai oleh guru
BK.
Guru BK di sekolah perlu membantu siswa dalam mengembangkan
diri menjadi pribadi yang matang. Dengan mengucapkan kata maaf kepada
teman ketika siswa melakukan berlaku kasar merupakan salah satu cara
membantu siswa untuk mengembangkan diri menjadi pribadi yang
matang.
Dalam menentukan bakat dan minat siswa, guru BK di sekolah
perlu mengarahkan siswa menurut keahliannya. Guru BK di sekolah tidak
boleh memaksakan kehendaknya kepada siswa dalam menentukan
minatnya.
Guru BK di sekolah berperan sangat penting dalam membimbing
siswa menjadi pribadi yang matang. Guru BK di sekolah perlu mengenal
dan memahami lebih dalam ciri kepribadian seorang guru BK. Guru BK
harus bisa mengenal dirinya sendiri terlebih dahulu sehingga ia bisa
memahami orang lain dan dapat berkomunikasi dengan baik.
Guru BK di sekolah perlu untuk memahami betul apa yang
pemahaman siswa mengenai karir yang akan ditempuh mereka sehingga
mereka tidak salah pilih dalam menentukan masa depannya.
Guru BK hendaknya mengetahui tugas yang harus dilakukannya
terlebih lagi dalam menyusun program bimbingan dan konseling dan
mengevalusi program yang sudah dijalankannya. Hal ini dimaksudkan
untuk mengetahui apa saja program yang harus diberikan kepada siswa
bersikap menyelidiki siswa. Guru BK di sekolah harus bersikap lebih
sabar dalam menghadapi siswa-siswa yang melakukan kesalahan.
Perhatian guru BK tidak hanya terpusat pada urusan belajar di
sekolah tetapi juga di rumah. Guru BK perlu memperhatikan siswa yang
membolos pada jam-jam pelajaran dan perlu melakukan kunjungan ke
rumah. Hal ini dimaksudkan agar guru BK lebih dekat dan memahami
siswa.
Prestasi siswa yang meningkat juga tidak terlepas dari campur
tangan guru BK di sekolah. Fasilitas yang mendukung belajar siswa juga
perlu mendapat perhatian guru BK.
Guru BK di sekolah hendaknya memberi bantuan kepada siswa
dalam mengatur waktu belajarnya dan menyelesaikan tugas-tugasnya. Hal
ini agar siswa benar-benar menghargai pentingnya waktu.
Dalam menerima keputusan dalam kelas tentunya ada siswa yang
setuju dan ada yang tidak setuju. Guru BK di sekolah hendaknya
memperhatikan tidak saja kepada siswa yang setuju dengan hasil
keputusan kelas tetapi juga kepada siswa yang tidak setuju dengan
menanyakan alasan ketidaksetujuannya.
Guru BK di sekolah hendaknya menyediakan waktu untuk
berdiskusi dengan siswa mengenai cita-citanya kedepan. Hal ini untuk
memberikan gambaran kepada siswa mengenai pilihan karirnya.
Guru BK di sekolah hendaknya mampu memperkaya diri dengan
BAB. V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab V ini disajikan mengenai kesimpulan dan saran berdasarkan hasil
penelitian.
A. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, adalah :
1. Sebagian siswa berpandangan bahwa sosok profesionalitas guru BK di
sekolah tampak hanya kadang-kadang saja, sementara hanya sedikit sekali
siswa yang mengakui sering merasakan penampakan sosok profesionalitas
itu.
2. Terdapat 2 kualitas sosok profesionalitas guru BK yang aktualisasinya
teridentifikasi masih langka/jarang.
3. Terdapat 13 kualitas sosok profesionalitas guru BK yang aktualisasi
pemunculannya kadang muncul kadang belum muncul.
B. SARAN
Beberapa saran bagi guru BK dan siswa, adalah:
1. Guru BK
a. Guru BK disarankan untuk mengikuti pelatihan maupun
BK dan pemahaman mengenai peran, tugas, serta fungsi guru BK di
sekolah.
b. Guru BK juga lebih mendekatkan diri dengan semua siswa sehingga
mereka merasa nyaman dan semakin mengenal sosok profesionalitas
seorang guru BK di sekolah.
2. Siswa
a. Siswa harus mencari informasi mengenai sosok profesionalitas guru
BK di sekolah dan tidak semata mengharapkan informasi dari pihak
sekolah.
b. Siswa perlu mengubah pandangannya mengenai profesi guru BK di
sekolah yang dianggap sebagai polisi sekolah.
c. Siswa harus memiliki pandangan baru bahwa guru BK di sekolah
adalah orang yang dapat membantu mereka di sekolah dalam
mengembangkan kematangan pribadi, sosial, belajar, dan karir mereka.