• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi Lengkap BAB I V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Skripsi Lengkap BAB I V"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang

Jumlah penduduk yang terus meningkat merupakan masalah besar bagi negara-negara di dunia khususnya negara berkembang.Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Dari data sensus penduduk tahun 2010 di dapat penduduk Indonesia berjumlah 203,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49% (Benson R, dkk, 2010). Hasil penelitian PRB (Population Reference Bureau) pada tahun 2016 menyatakan bahwa Indonesia menyumbang sekitar 259 juta jiwa penduduknya dibandigkan dengan China 1.378 juta jiwa, India 1.329 juta jiwa dan Amerika Serikat 329 juta jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa kuantitas penduduk merupakan permasalahan yang strategis (PRB, 2016)

Pertumbuhan penduduk dunia meningkat dengan pesat dimana setiap tahunnya meningkat dengan lebih dari 90 juta. Pada akhir abad ini jumlah penduduk dunia di perkirakan akan menjadi 6,25 milyar. Pada tahun 2025 diperkirakan akan bertambah sebesar 2 milyar atau menjadi 8,5 milyar. Selanjutnya seabad dari sekarang penduduk dunia baru akan berhenti tumbuh pada angka 10 milyar. Dari jumlah tersebut sebagian besar tinggal di negara-negara sedang berkembang, karena di negara-negara maju jumlah penduduknya sudah semakin terkendali pertumbuhannya atau sudah berada pada keseimbangannnya. Sebagai akibatnya dari

(2)

permasalahan diatas banyak yang menderita kekurangan makanan dan gizi, tingkat kesehatan yang buruk, pendidikan yang rendah dan kekurangan lapangan kerja. (Prawiroharjo, 2008).

Dari peningkatan jumlah penduduk yang cukup pesat pemerintah menyadari pentingnya penduduk yang berkualitas sebagai modal utama dalam mempercepat pembangunan yang pada akhirnya akan mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah melakuakan berbagai program pembangunan Sumber Daya Manusia, salah satunya adalah dilaksanakannya Program Keluarga Berencana (KB). Secara makro, Keluarga Berencana (KB) berfungsi mengendalikan kelahiran, sedangkan dalam perspektif mikro bertujuan untuk membantu keluarga dan individu dalam mewujudkan hak-hak reproduksi, penyelenggaraan pelayanan, pengaturan, dan dukungan untuk membentuk keluarga dengan usia kawin ideal, mengatur jumlah, dan usia ideal melahirkan anak, serta pengaturan kehamilan dan pembinaan ketahanan kesejahteraan keluarga (BKKBN, 2008).

(3)

Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) merupakan metode kotrasepsi yang reversibel, berjangka panjang, dan dapat dipakai 5-10 tahun. IUD merupakan metode kontrasepsi yang sangat efektif dengan 0,6-0,8 kehamilan/perempuan atau satu kegagalan dalam 127-170 kehamilan dan IUD dapat segera efektif setelah pemasangan (Pinem,2009). IUD memiliki efektivitas sebesar 99,7%. Efektivitas IUD ini lebih baik dibandingkan KB jenis lain, seperti Kondom efektivitasnya mencapai 85%, Pil efektivitasnya mencapai 97% suntik efektivitasnya mencapai 95% dan implant efektivitasnya mencapai 97%(Hartanto, 2008)

Di Indonesia pada tahun 2010 terdapat sekitar 50.490 juta jiwa PUS. Berdasarkan status penggunaan KB diketahui 3,8% sedang menggunakan KB, dan yang pernah menggunakan lagi adalah sebanyak 26,5% serta yang tidak pernah menggunakan sama sekali berjumlah 29,8%. Dimana terdapat berbagai alasan wanita PUS tidak menggunakan cara atau alat keluarga berencana, diataranya 14,0% dengan alas an tidak membutuhkan, 15,1% dengan alasan belum atau tidak ingin mempunyai anak dan 9,3% karena tidak perlu lagi menggunakan alat kontrasepsi tersebut serta yang termasuk alasan lain yaitu 5,4% (Depkes RI, 2010).

(4)

pasangan usia subur (p-value 0,010<0,05) dengan rendahnya penggunaan kontrasepsi IUD di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Afifah, Tika, dan Sigit (2014) dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik Pengguna Alat Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) Di Wilayah Puskesmas Kajen I Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan”, dengan menggunakan uji chi square dan kemaknaan alpha 0,05. Dari hasil analisa bivariat terdapat hubungan antara variabel Pengetahuan (p=0,01<0,05), Sikap (p=0,000<0,05), Dukungan Suami (p= 0,001<0,5) dan Pelayanan KB IUD (p= 0,027<0,05) dengan Praktik Pengguna IUD.

Persentase paling tertinggi Pasangan Usia Subur (PUS) berstatus menikah umur 15-49 tahun yang menggunakan Alat Kontrasepsi di Indonesia (KB aktif) yaitu Provinsi Papua 70%, Papua Barat 69,9%, dan disusul provinsi Maluku 69,6%. Sedangkan Provinsi Sumatera Utara berada pada urutan ke-12 sebanyak 65,1% dan paling rendah adalah Provinsi Lampung yaitu 21,8% (SDKI,2012).

(5)

(17,59%). Jumlah peserta KB aktif menurut kontrasepsi yang digunakan paling tinggi adalah KB Suntik dengan jumlah 470,813 orang (30,80) , KB Pil sebanyak 457.200 orang (29,91%), IUD sebanyak 156,214 orang (10,22%), Kondom sebanyak 123,526 orang (8,08%), MOW sebanyak 109,119 orang (7,14%) dan MOP sebanyak 14.191 orang (0,93%) (Kemenkes RI, 2015)

Jumlah Pasangan Usia Subur di Kabupaten Deli Serdang tahun 2015 yaitu sebesar 335.881 orang dengan jumlah peserta KB baru sebanyak 37.713 orang (11,23%) dan jumlah peserta KB aktif sebanyak 236.061 orang (70,28%) data diatas menunjukkan bahwa yang tdak menggunakan KB sebanyak 29%. Jumlah peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi yang digunakan paling tinggi adalah KB Pil sebanyak 74.096 orang, KB Suntik sebanyak 66.801 orang Implant sebanyak 30..777 orang, IUD sebanyak 29,971 orang, Kondom sebanyak 22,757 orang, MOW sebanyak 13.164 orang, MOP sebanyak 3.297 orang (Dinkes Provsu, 2015)

(6)

Survei ulang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 21 Juni 2017 dengan melakukan wawancara tentang kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) di Desa Pematang Biara kepada 10 responden. Peneliti bertanya tentang alasan mengapa responden tidak menggunakan kontrasepsi IUD, 6 responden menjawab takut terhadap efek samping, 3 responden tidak menginginkan kontrasepsi IUD, 1 responden trauma terhadap penggunaan kontrasepsi IUD. Selanjutnya peneliti bertanya apakah pernah mendengar informasi tentang kontrasepsi IUD, dari 10 responden 7 Responden pernah mendengar dari petugas kesehatan tentang kontrasepsi IUD dan 3 responden mengatakan sebaliknya. Selanjutnya peneliti juga melakukan wawancara kepada Petugas Kesehatan di Poskesdes tentang pemberian informasi kepada masyarakat tentang KB IUD, Petugas Kesehatan memberikan pernyataan setiap kali diadakan Posyandu di informasikan kepada Pasangan Usia Subur yang ingin menjadi akseptor KB IUD untuk melakukan pemasangan di Puskesmas. Peneliti juga melakukan observasi jarak antara rumah warga ke Puskesmas rata-rata 30 menit.

1.2 Perumusan Masalah

(7)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) Pada Pasangan Usia Subur di Desa Pematang Biara Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Untuk Mengetahui Hubungan Pegetahuan IbuDengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD).

2) Untuk MengetahuiHubungan Sikap Dengan PenggunaanAlat Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD).

3) Untuk Mengetahui Hubungan Jumlah Anak Dengan PenggunaanAlat Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD).

4) Untuk Mengetahui Hubungan Pendidikan Dengan PenggunaanAlat Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD).

5) Untuk Mengetahui Hubungan Pelayanan KB Dengan PenggunaanAlat Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD).

6) Untuk Mengetahui Hubungan Peran Petugas KesehatanDengan PenggunaanAlat Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD).

(8)

8) Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Intra Uterine Device(IUD) Dengan Menggunakan Uji Multivariat.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti

Melatih dalam menulis Karya Tulis Ilmiah dan sekaligus menambah wawasan kepada peneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD).

1.4.2 Bagi Insitusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam memberikan informasi dan pengetahuan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD). 1.4.3 Bagi Masyarakat

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alat KontrasepsiIntra Uterine Device (IUD) 2.1.1 Definisi Alat Kontrasepsi IUD

Kontrasepsi adalah alat untuk mencegah kehamilan setelah berhubungan intim.Alat ini bersifat tidak permanen, dan memungkinkan pasangan untuk mendapatkan anak apabila diinginkanya kembali (Ailla dkk, 2007).

IUD adalah alat kontrasepsi jangka panjang yang bisa digunakan untuk jangka waktu 10 tahun yang dimasukkan melalui saluran serviks dan dipasang dalam uterus.IUD memiliki benang yang menggantung turun kedalam vagina, yang dapat diperiksa oleh wanita guna memastikan alat tersebut pada posisi yang benar (Everett, 2010).

2.1.2 Mekanisme Kerja IUD

(10)

spermatozoa tergangggu dan mengurangi kemampuannya untuk melakukan konsepsi (Hartanto, 2008)

Pada umumnya diketahui bahwa IUD membuat peradangan lokal pada endometrium dan diperkuat dengan adanya tembaga.Selain itu IUD bertembaga membuat sperma inaktif sehingga menghalangi atau menghambat migrasinya ke dalam tuba dan dengan demikian fertilisasi tidak terjadi.Mekanisme ini agaknya lebih penting ketimbang efeknya yang menghalangi nidasi ovum yang telah dibuahi karenan adanya perubahan lokal endometrium (Siswosudarmo, 2007).

2.1.3 Jenis-Jenis IUD

1) Inert IUD (AKDR polos)

WHO tidak menganjurkan IUD inert, karena IUD yang mengandung tembaga atau melepaskan hormon jauh lebih efektif.Tipe ini tidak lagi diproduksi walaupun sebagian wanita mungkin masih memilikinya didalam tubuhnya. 2) Copper Bearing IUD (AKDR yang mengandung tembaga)

(11)

GyneFix (implant intarauterus tembaga tanpa rangka) dirancang sebagai usaha untuk mengurangi efek samping yang sering ditimbulkan oleh IUD berkerangka.GyneFix terdiri dari benang polipropilen monofilamen yang tidak terurai secara hayati dan enam butir tembaga yang seluruhnya membentuk luas permukaan 330 mm2. Butir atas dan bawah dilekatkan ke benang sehingga butir-butir yang lain tidak dapat bergerak. Sebuah simpul di ujung atas filamen berfungsi sebagai jangkar yang ditanamkan ke miometrium fundus. Juga telah dikembangkan sebuah versi dari alat ini dengan simpul jangkar yang sedikit lebih besar untuk pemasangan segera setelah persalinan atau aborsi.

3) Medicated IUD (alat yang melepaskan hormon)

System intrauterus penghasil lenovorgestrel(lenovorgestrel-releasing intrauterine system; LNG-IUS) dikembangkan oleh Population Council. Alat ini, yang disetujui pemakaiannya di Finlandia dan Swedia sejak tahun 1990, mendapat lisensi di Inggris pada tahun 1995 dengan nama dagang “Mirena” (“Levonova” di Negara-negara Eropa lainnya). LNG-IUS terdiri dari sebuah rangka Nova-T dengan sebuah kolom LNG di dalam suatu membran (yang berfungsi membatasi pengeluaran zat) yang membungkus batang vertical alat.Alat ini mengandung 52mg LNG yang dilepaskan dengan kecepatan 20 µg/ hari.Di Eropa LNG-IUS mendapat lisensi untuk pemakaian 5 tahun terapi pengujian membuktikan bahwa tidak terjadi penurunan efektifitas setelah 7 tahun (Glasier dkk, 2007).

(12)

Efektivitas penggunaan IUD sangat tinggi untuk mencegah kehamilan dalam jangka waktu lama yaitu sebesar 99-100%.Efektivitas dari penggunaan metode IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas yaitu berapa lama IUD tetap berada dalam uterus tanpa ekspulsi spontan, terjadinya kehamilan, dan pengangkatan atau pengeluaran karena alasan-alasan medis atau pribadi. Efektivitas dari bermacam-macam IUD tergantung pada IUD-nya yaitu ukuran, bentuk, mengandung Cu atau progesterone, serta tergantung dari akseptornya yaitu umur, jumlah anak, dan frekuensi senggama (Hartanto 2008)

2.1.5 Keuntungan dan Keterbatasan Kontrasepsi IUD 1) Keuntungan Kontrasepsi IUD

Keuntungan kontrasepsi IUD yaitu :

a) Efektif dengan proteksi jangka panjang. b) Tidak menggangu hubungan suami istri. c) Tidak berpengaruh terhadap ASI

d) Kesuburan segera kembali sesudah IUD diangkat. 2) Keterbatasan Kontrasepsi IUD

Keterbatasan kontrasepsi IUD yaitu:

a) Diperlukan pemeriksaan dalam dan penyaringan infeksi genetalia sebelum pemasangan IUD.

b) Diperlukan tenaga terlatih untuk pemasangan dan pencabutan IUD. c) Klien tidak dapat menghentikan sendiri setiap saat, sehingga sangat

(13)

d) Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi amenorea. e) Dapat terjadi perforasi uterus pada saat insersi (<1/1000 kasus). f) Kejadian kehamilan ektopik relative tinggi.

g) Bertambahnya resiko mendapat penyakit radang panggul sehingga dapat menyebabkan infertilitas.

h) Mahal.

i) Progestin sedikit meningkatkan resiko thrombosis sehingga perlu hati-hati pada perempuan perimenopause. Resiko ini lebih rendah dibandingkan dengan pil kombinasi.

j) Progestin dapat menurunkan kadar HDL kolesterol pada pemberian jangka panjang sehingga hati-hati pada perempuan dengan penyakit kardiovaskuler.

k) Memperburuk perjalanan penyakit kanker payudara.

l) Progestin dapat mempengaruhi jenis-jenis tertentu hiperlipidemia.Progestin dapat memicu pertumbuhan mioma uterus (Arum dkk, 2009).

2.1.6 Indikasi dan Kontra Indikasi 1) Indikasi

a) Usia reproduktif. b) Nulipara.

(14)

d) Ingin kontrasepsi jangka panjang.

e) Setelah melahirkan dan menyusui atupun tidak menyusui bayinya.

2) Kontra Indikasi

a) Diketahui atau dicurigai hamil.

b) Perdarahan vagina abnormal yang belum pasti penyebabnya. c) Dicurigai mengidap keganasan saluran genital.

d) Infeksi Menular Seksual atau Penyakit Radang Panggul yang aktif atau baru terjadi (dalam 3 bulan terakhir).

e) Rongga uterus yang mengalami distorsi hebat sehingga pemasangan/penempatan sulit dilakukan mis: fibroid besar.

f) Alergi terhadap tembaga atau penyakit Wilson (jarang)-hanya untuk alat yang mengandung tembaga (Glasier dkk, 2006).

2.1.7 Waktu Pemasangan

1) Setiap waktu dalam siklus haid, hari pertama sampai ke-7 siklus haid.

2) Segera setelah melahirkan, dalam 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pascapersalinan. Setelah 6 bulan bila menggunakan metode amenorea laktasi (MAL).

3) Setelah mengalami abortus (segera atau dalam waktu 7 hari).

(15)

pemasangan juga harus dijelaskan.Pemberian obat analgesik seperti asam mefenamat dapat diresepkan dan diberikan 20-30 menit sebelum pemasangan, berfungsi untuk membantu menurunkan nyeri akibat kram yang menyerupai kram saat menstruasi.Sebelum pemasangan IUD, klien harus mengosongkan kandung kemihnya karena kandung kemih yang penuh dapat menyulitkan palpasi uterus pada abdomen dan menyebabkan prosedur pemasangan menjadi tidak nyaman (Everett, 2010)

Klien juga harus menjalani penapisan untuk Chlamydia sebelum pemasangan IUD dilakukan.Idealnya penapisan tersebut dilakukan satu minggu sebelum pemasangan IUD, sehingga pengobatan dapat diberikan. Jika hal ini tidak memungkinkan, penapisan untuk Chlamydia dapat dilakukan pada saat pemasangan dengan pengobatan diberikan secara profilaksis. Farley et al (1992) melaporkan bahwa insiden terhadap kejadian PRP dan penggunaan IUD berkaitan dengan proses pemasangan dan riwayat penyakit menular seksual. Hal tersebut menunjukkan bahwa risiko infeksi panggul enam kali lebih tinggi pada 20 hari pertama, hal ini mengindikasikan bahwa betapa pentingnya dilakukan penapisan untuk infeksi sebelum pemasangan IUD dilakukan (Everett,2010).

(16)

1) Tidak melakukan pemasangan bagi klien dengan riwayat kesehatan maupun hasil pemeriksaan fisiknya menunjukkan adanya IMS

2) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah dilakukan tindakan;

3) Minta klien untuk membersihkan daerah genitalnya sebelum melakukan pemeriksaan panggul.

4) Gunakan instrument dan pakai sepasang sarung tangan yang telah disterilisasi 5) Setelah memasukkan spekulum dan memeriksa serviks, usapkan larutan

antiseptik beberapa kali secara merata pada serviks dan vagina sebelum melakukan tindakan

6) Masukkan IUD dalam kemasan sterilnya

7) Gunakan teknik “no touch” pada saat pemasangan IUD untuk mengurangi kontaminasi kavum uteri.

8) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi (kain kasa, kapas, dan sarung tangan) dengan benar.

9) Segera lakukan dekontaminasi peralatan dan bahan-bahan pakai ulang dalam larutan klorin 0,5% setelah digunakan.

Menurut Saifuddin (2008) mengungkapkan beberapa langkah dalam pemasangan IUD, yaitu sebagai berikut :

(17)

2) Periksa genitalia eksterna, lakukan pemeriksaan speculum, dan lakukan pemeriksaan panggul.

3) Masukkan lengan IUD di dalam kemasan sterilnya.

4) Masukkan spekulum lalu usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik. Gunakan tenakulum untuk menjepit serviks.

5) Masukkan sonde uterus untuk menentukan posisi uterus dan kedalam kavum uteri.

6) Pasang IUD, atur letak leher biru pada tabung inserter sesuai dengan kedalam kavum unteri.

7) Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum melepas sarung tangan. Lakukan dekontaminasi sebelum melepas sarung tangan dengan segera setelah selesai dipakai.

8) Ajarkan pada klien bagaimana memeriksa benang IUD. Minta klien menunggu di klinik selama 15-30 menit setelah pemasangan IUD.

Setelah dilakukan pemasangan, klien diberikan informasi mengenai jadwal control penggunaan IUD.

Saifuddin (2008) mengungkapkan beberapa jadwal kontrol yang harus diperhatikan klien yaitu:

1) Setelah 4-6 minggu pemasangan IUD

(18)

3) Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan benang setelah haid apabila mengalami kram/kejang di perut bagian bawah, perdarahan (spotting) diantara haid atau setelah senggama, dan nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami rasa tidak nyaman selama melakukan hubungan seksual.

4) Klien dapat kembali ke klinik apabila tidak dapat meraba benang IUD, merasakan bagian bawah keras dari IUD, IUD terlepas, siklus haid terganggu, terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang merugikan, dan ditemukan adanya infeksi.

Hartanto (2008) mengungkapkan bahwa seseorang yang akan melakukan pemasangan IUD diharapkan mampu memberikan konseling terkait IUD. Informasi utama yang perlu disampaikan untuk pengguna IUD yaitu :

1) Mekanisme kerja IUD termasuk keuntungan dan kerugian serta efek sampingnya.

2) Cara memeriksa sendiri benang IUD

3) Segera mencari pertolongan medis bila timbul gejala-gejala infeksi 4) Prosedur pemasangan/pencabutan dan jangka waktu pemakaian.

5) Waktu pemasangan dan metode kontrasepsi mana yang dipakai bila pemasangan IUD diundurkan.

6) Jenis IUD yang dipakai.

(19)

8) Mengetahui tanda bahaya IUD.

9) Bila mengalami keterlambatan haid segera periksa ke petugas kesehatan. 10) Sebaiknya tiga bulan untuk hamil kembali setelah pelepasan IUD dan gunakan

metode kontrasepsi lain.

11) Beritahukan pada pengguna bahwa IUD tidak memberikan perlindungan terhadap virus HIV/AIDS.

12) Kebebasan bagi pasien untuk tidak meneruskan memakai IUD jika dikehendaki.

Petugas kesehatan dapat mencabut IUD kapan pun sesuai dengan keinginan klien.Pencabutan juga harus dilaksanakan dengan hati-hati. Saifuddin (2008) mengungkapkan beberapa langkah-langkah pencabutan IUD yaitu :

1) Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilahkan klien untuk bertanya.

2) Memasukkan spekulum untuk melihat serviks dan benang IUD.

3) Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik dua sampai tiga kali. 4) Meminta klien untuk tenang dan menarik nafas panjang, beritahukan klien

mungin timbul rasa sakit tapi itu normal. 5) Tarik benang IUD secara perlahan-lahan.

(20)

2.1.8 Efek Samping

Efek samping yang sering dujumpai pada pemakaian IUD umumnya tidak berbahaya, sedangkan efek yang serius jarang terjadi. Leveno (2009) mengungkapkan berbagai efek samping yang terjadi pada penggunaan IUD adalah :

1) Perforasi Uterus

Efek samping paling awal adalah efek yang berkaitan dengan pemasangan. Efek samping tersebut antara lain adalah perforasi uterus yang dapat terjadi secara klinis nyata atau tersamar sewaktu memasang sonde atau memasukkan IUD. Frekuensi kompikasi ini bergantung pada keterampilan pemasang dan tindakan pencegahan.Perforasi dapat partial dimana sebagian IUD masih berada di dalam uterus atau komplit dimana seluruh bagian IUD masuk kedalam cavum abdomen.

2) Kram dan Perdarahan Uterus

Kram dan perdarahan uterus kemungkinan besar timbul segera setelah pemasangan dan menetap dalam waktu yang berbeda-beda.Pada keadaan ini IUD tidak perlu dilepaskan kecuali bila perdarahan terus berlangsung sampai lebih dari 8-10 minggu. Kram dapat dkurangi dengan pemberian obat anti inflamasi nonsteroid sekitar satu jam sebelum pemasangan.

(21)

Pengeluaran darah selama haid biasanya meningkat dua kali lipat pada pemakaian Copper T 380A dan dapat sedemikian banyak sehingga menyebabkan anemia defisiensi besi.

4) Infeksi

Infeksi panggul, abosrsi septik, dan abses tubo-ovarium dapat terjadi pada pemakaian IUD.Jika dicurigai terjadi infeksi, alat harus dikeluarkan dan wanita yang bersangkutan diterapi dengan antibiotic.Karena adanya risiko sterilisasi akibat infeksi panggul yang parah, pemakaian IUD tidak dianjurkan bagi wanita berusia kurang dari 25 tahun atau paritas rendah.Setelah pemasangan IUD, terjadi peningkatan kecil risiko infeksi panggul hingga 20 hari pertama.Risiko utama infeksi adalah disebabkan oleh pemasangan dan tidak meningkat seiring dengan pemakaian jangka panjang.

5) Kehamilan Dengan IUD Dalam Uterus

Kehamilan biasanya terjadi pada tahun pertama insersi.Pada keadaan ini mungkin terjadi ekspulasi atau perforasi.Kehamilan yang terjadi bersamaan dengan adanya IUD, dapat menyebabkan abortus spontan atau kehamilan ektopik.Jika diketahui terdapat kehamilan dengan benang terlihat keluar dari serviks, IUD harus dikeluarkan. Tindakan ini akan membantu mengurangi komplikasi selanjutnya, seperti abortus pada kehamilan tahap lanjut, sepsis, dan persalinan premature.

(22)

Karena IUD tidak dapat diandalakan untuk mencegah kehamilan diluar uteus, maka wanita yang memang berisiko tinggi mengalami kahamilan ektopik seperti mereka yang mempunyai riwayat kehamilan ektopik atau pembedahan tuba sebaiknya tidak menggunakan IUD.

7) Nyeri Perut Bawah

Nyeri perut bawah dan kejang dapat terjadi pada saat insersi IUD atau beberapa hari sesudahnya. Biasanya nyeri hanya terjadi pada bulan pertama setelah pemasangandan selanjutnya akan menghilang.

8) Keputihan

Pada pemakaian IUD sering dujumpai adanya keputihan vagina.Keputihan yng berlebihan mungin disebabkan oleh reaksi argan genital terhadap benda asing yang biasanya terjadi dalam beberapa bulan pertama setelah insersi.

9) Nyeri Saat Haid (dismenore)

Dismenore didefinisikan sebagai mentruasi yang terasa nyeri.Rasa nyeri sering digambarkan sebagai nyeri kram pada abdomen wanita bagian bawah yang terjadi selama haid. Tidak semua wanita yang menggunakan IUD akan menderita nyeri haid, biasanya terjadi pada wanita yang sebelumnya memang sering mengalami disminorea.

10) Nyeri Saat Koitus (dyspareunia)

(23)

suami mengeluh sakit karena benang panjang atau cara pemotongan benang yang runcing.

11) Ekspulsi

Ekspulsi adalah lepas atau keluarnya IUD dari rahim.Setelah insersi IUD dapat terjadi kontraksi uterus yang dapat mendorong keluarnya IUD sehingga terjadi ekspulsi.Ekspulsi sering dijumpai pada masa tiga bulan pertama setelah insersi, setelah satu tahun angka ekspulsi berkurang.

Alat kontraspsi Intra Uterine Device (IUD) juga dapat digunakan oleh perempuan dalam keadaan sebagai berkut:

1.) Penderita tumor jinak payudara 2.) Penderita kanker payudara 3.) Pusing-pusing atau sakit kepala 4.) Tekanan darah tinggi

5.) Varises di Tungkai atau di Vulva

6.) Penderita penyakit jantung (termasuk penyakit jantung katup dapat diberi antibiotik sebelum pemasangan IUD)

7.) Pernah menderita stroke 8.) Penderita diabetes

9.) Penderita penyakit hati atau empedu 10.) Penderita malaria

11.) Penyakit tiroid

(24)

13.) Setelah pembedahan pelvic (Saifuddin, 2008)

2.2 Faktor-Faktor Yang Berhubungan DenganPenggunaan Alat Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD)

Green yang dikutip dalam Notoatmodjo (2010) mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang menggunakan kontrasepsi IUD. Faktor-Faktor tersebut harus diperhitungkan untuk mengetahui seberapa jauh dapat mempengaruhi perilaku seseorang.

Faktor tersebut antara lain:

2.2.1 Faktor Predisposisi (Predisposing Faktors)

Faktor Predisposisi yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang.Faktor predisposisi tersebut yaitu Pengetahuan, Sikap, Keyakinan, Nilai-Nilai dan Tradisi yang mempengaruhi seseorang dalam memilih menggunakan KB. Pinem (2009) juga mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam penggunaan IUD, yaitu faktor Pengetahuan, Umur, Ekonomi, Jumlah anak, Partisipasi Suami, dan Pelayanan KB. 1. Pengetahuan Tentang IUD

(25)

Rogers (Dalam Sunaryo, 2008) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

a. Awareness (Kesadaran), dimana klien harus menyadari dalam arti mengetahui tentang kontrasepsi IUD.

b. Interest (Masa Tertarik), apabila kontrasepsi IUD baik untuk digunakan oleh klien, maka klien dapat menentukan untuk menggunakan

c. Evaluation (Menimbang-nimbang) untuk menggunakan kontrasepsi IUD.

d. Trial, dimana individu sudah mulai mencoba perilaku baru yaitu menggunakan kontrasepsi IUD.

e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahaun, Faktor pengetahuan merupakan faktor yang sangat berpengaruh untuk menentukan penggunaan alat kontrasepsi IUD. Sesuai dengan Penelitian yang dilakukan oleh Pinontoan, Solang, dan Tombokan (2014) dengan judul “ Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di Puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa Utara” menyatakan hasil penelitiannya bahwa ada hubungan yang signifikan antara Pengetahuan (p = 0,000<0,05) Paritas (0, 003) dengan penggunaan Alat Kotrasepsi Dalam Rahim.

(26)

pengetahuan tentang kontrasepsi IUD dengan minat pemakaian kontrasepsi IUD dengan hasil (p = 0,000 < 0,05).

2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Melalui sikap, kita memahami proses kesadaran yang menentukan tindakan nyata dan tindakan yang mungkin dilakukan individu dalam kehidupan sosialnya. (Wawan dan Dewi, 2010).

Menurut Azwar dalam Dewi dan Wawan (2010) tiga komponen sikap yang saling menunjang yaitu :

1. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh pemilik indvidu sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.

2. Komponen efektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen efektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

(27)

mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah di cerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif .sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu. Sikap negatif terhadap kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu (Wawan dan Dewi, 2010). Demikian juga menentukan sikap Pasangan Usia Subur (PUS) dalam menggunakan kontrasepsi IUD yaitu dikategorikan dalam sikap positif dan sikap negatif.

Sikap juga merupakan salah satu yang berpengaruh dalam menentukan penggunaan IUD pada wanita usia subur .Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Afifah, Tika, dan Sigit (2014) dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik Pengguna Alat Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) Di Wilayah Puskesmas Kajen I Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan”, dengan menggunakan uji chi square dan kemaknaan alpha 0,05. Dari hasil analisa bivariat terdapat hubungan yang signifikan antara variabel Sikap dengan Praktik Pengguna IUD dengan nilai (p= 0,000<0,05). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatimah (2013) terdapat hubungan yang signifikan antara variabel Sikap dengan Penggunaan IUD dengan nilai (p=0,000 < 0,05).

3. Tradisi

(28)

tingkat pendidikan dan persepsi mengenai risiko kehamilan dan status wanita (BKKBN, 2010)

Tradisi merupakan pelaksanaan norma-norma kelompok tertentu yang dipelajari dab ditanggung bersama. Yang termasuk di dalamnya adalah pemikiran, penuntun keputusan dan tindakan, dan perilaku seseorang. Selain itu nilai tradisi adalah merupakan suatu keinginan individu atau cara bertindak yang dipilih atau pengetahuan terhadap sesuatu yang dibenarkan sepanjang waktu sehingga mempengaruhi tindakan dan keputusan (Soermarjan,2004).

4. Usia

Sebagian besar masa reproduksi secara aktif digunakan untuk kebutuhan seksual, dengan demikian wanita memiliki periode yang panjang dimasa mereka memerlukan motode yang efektif yang digunakan untuk mengatur kehamilan dan menjarangkannya (Finer dan Philbin, 2012).Masa kehidupan reproduksi wanita pada dasarnya dapat dibagi dalam tiga periode yaitu reproduksi muda (15-19 rahun), reproduksi sehat (20-35 tahun), dan reproduksi tua (36-45 tahun). Pembagian ini di dasarkan atas data epidemiologi yang menyatakan bahwa risiko kehamilan dan persalinan baik bagi ibu maupun bagi anak lebih tinggi pada usia kurang 20 tahun, paling rendah pada usia 20-35 tahun, dan menignkat setelah usia lebih dari 35 tahun. Jenis kontrasepsinya sebaiknya digunakan dengan tahap masa reproduksi tersebut.

(29)

terdapat huubungan yang signifikan antara Usia dengan Pemilihan IUD di Puskesmas Jailolo dengan nilai (p= 0,000 < 0,05).

5. Jumlah Anak

Menurut Mantra (2006) kemungkinan seorang ibu untuk menambah kelahiran tergantung kepada jumlah anak yang telah dilahirkannya.Seorang ibu mungkin menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak tertentu dan juga umur anak yang masih hidup. Semakin seorang ibu melahirkan anak, maka akansemakin memiliki risiko kematian dalam persalinan. Hal ini berarti jumlah anak akan semakin mempengaruhi kesehatan ibu dan dapat meningkatkan taraf hidup keluarga secara maksimal.

Penelitian yang dilakukan oleh Aldriana (2013) terdapat hubungan yang signifikan antara Jumlah anak dengan penggunaan IUD dengan nilai (p= 0,001 < 0,05). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pinontoan, dkk (2014) terdapat hubungan yang signifikan antara Paritas dengan Penggunaan IUD dengan nilai (p=0,003 < 0,05).

6. Pendidikan

Pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari solusi dalam hidupnya.Tingkat pendidikan ibu merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan baik buruknya status kesehatan keluarga dan dirinya.

(30)

terhadap manfaat jumlah anak sedikit.Wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung membatasi jumlah kelahiran dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah.

Peran pendidikan dalam mempengaruhi pola pemikiran perempuan untuk menentukan pemakaian kontrasepsi untuk dirinya, kecenderungan ini menghubungkan antara tingkat pendidikan akan mempengaruhi pemahaman dan pengetahuan seseorang (Samandari, 2010)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Pitrani, 2015) ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan penggunaan IUD (P value = 0,001 < 0,05). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bernadus, dkk (2013) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan dengan pemilihan IUD di Puskesmas Jailolo.

7. Efek samping

Efek samping umum yang mungkin terjadi adalah perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama) haid lebih lama dan banyak, perdarahan (spooting) antar menstruasi, dan saat haid lebih sakit (Saifuddin,2008). Sedangkan komplikasi yang mungkin terjadi diantaranya perforasi uterus dan aborsi, infeksi panggul, kehamilan ektopik (Leveno et al, 2009).

(31)

Ada beberapa yang sering dikeluhkan oleh akseptor IUD pada saat memeriksakan diri kepelayanan kesehatan diantaraya 10% akseptor IUD melaporkan gangguan menstruasi, 4% per tahun akseptor IUD melepas IUD akibat peningkatan jumlah darah menstruasi, nyeri, dan perdarahan diantara menstruasi. 3-10% terjadi ekspulsi secara spontan di tahun pertama penggunaan IUD, dan 1 dalam 1000 pemasangan terjadi perforasi uterus (Glasier, dkk, 2007).

2.2.2 Faktor Pemungkin (Enabling Faktors) 1. Sarana dan Prasarana Kesehatan

Faktor pemungkin yaitu yang memungkinkan atau yang memfatilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya puskesmas, psoyandu, dan rumah sakit. Adanya fasilitas kesehatan yang mendukung program KB akan mempengaruhi perilaku ibu dalam menggunakan kontrasepsi IUD.

2. Pelayanan KB

(32)

Dalam Azwar (2006) syarat pelayanan kesehatan yang baik itu haruslah tersedia dan berkesinambungan yang artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhan masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaanya dalam masyarakat adalah pada setiap saat dibutuhkan dan mudah dicapai, pengertian ketercapaian yang dimaksud terutama dari sudut lokasi. Bila fasilitas ini mudah dijangkau dengan menggunakan alat transportasi yang tersedia maka fasilitas ini akan banyak dipergunakan.

Penelitian yang dilakukan oleh Afifah, dkk (2014) terdapat hubungan yang signifikan antara Pelayanan KB IUD dengan Praktik Penggunaan IUD (P = 0,027 <0,05).

2.2.3 Faktor Penguat (Reinforcing Faktors)

Faktor penguat yaitu faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat tetapi tidak mau melakukannya. Berdasarkan hal tersebut, semakin kuat dorongan bagi ibu untuk memilih menggunakan AKDR/IUD seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

1. Peran Petugas Kesehatan

(33)

akhirnya memutuskan untuk memakai alat kontrasepsi setelah mendapat dorongan dari petugas kesehatan. Petugas kesehatan merupakan pihak yang mengambil peran dalam tahap akhir proses pemilihan dan pemakaian kontrasepsi IUD (Budiadi,dkk,2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Aldriana (2013) terdapat hubungan yang signifikan antara Sikap Petugas Kesehatan dengan Peggunaan IUD (p= 0,001 < 0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pitriani (2015) yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara Peran Petugas Kesehatan dengan Penggunaan IUD (p= 0,034 < 0,05).

2. Dukungan Suami

Pinem (2009) mengatakan bahwa terdapat dorongan bagi ibu untuk menggunakan IUD, dalam hal ini merupakan faktor partisipasi suami. Program KB dapat terwujud dengan baik apabila terdapat dukungan dari pihak-pihak tertentu. Ikatan suami/istri sangat membutuhkan dukungan dari pasangannya. Dukungan tersebut akan tercipta apabila hubungan interpersonal keduanya baik. Masyarakat di Indonesia khusunya di daerah perdesaan, sebagai peran penentu dalam pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami sedangkan istri hanya bersifat memberikan sumbang saran (Sarwono, 2006).Penelitian yang dilakukan oleh Yanti (2010), melaporkan bahwa faktor partisipasi suami mempengaruhi PUS dalam penggunaan metode KB AKDR.

(34)

nyaman serta percaya diri dalam mengambil keputusan tersebut dalam pemilihan alat kontrasepsi (Notoatmodjo, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Tara (2014) dengan judul “Hubungan Dukungan Suami Terhadap Pemilihan Kontrasepsi IUD Di Puskesmas Curug Tangerang” dan diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami terhadap pemilihan alat kontrasepsi IUD dengan P Value< 0,05.

Penelitian yang juga dilakukan oleh Rahayu dan Hastuti (2015) dengan judul “Dukungan Suami Pada Akseptor KB IUD Di Desa Caruban Kecamatan Ringinarum Kabupaten Kendal” dengan hasil ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi IUD pada akseptor wanita (p = 0,004<0,05).

(35)

2.3 Kerangka Teori

Faktor-Faktor yang berhubungan dengan pengunaan kontrasepsi :

1. Faktor Predisposisi a. Pengetahuan b. Sikap

c. Tradisi d. Usia

e. Jumlah Anak f. Pendidikan g. Efek Samping 2. Faktor Pemungkin

a. Sarana dan prasarana Kesehatan

b. Pelayanan KB 3. Faktor Penguat

a. Peran Petugas Kesehatan

b. Dukungan Suami

(36)

Skema 2.1 Kerangka Teori Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi (Teori L. Green dalam Notoatmodjo 2010).

2.4 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan

Penggunaan Alat Kotrasepsi Intra Uterine

Device (IUD) Sikap

Jumlah Anak

Pendidikan

Pelayanan KB

Peran Petugas Kesehatan

(37)

Skema 2.2 Kerangka Konsep Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan IUD

2.5 Hipotesis

1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang IUD dengan Penggunaan kontrasepsi IUD.

2. Ada hubungan antara sikap dengan Penggunaan kontrasepsi IUD. 3. Ada hubungan antara jumlah anak dengan Penggunaan kontrasepsi IUD. 4. Ada hubungan antara pendidikan dengan Penggunaan kontrasepsi IUD. 5. Ada hubungan antara pelayanan KB dengan Penggunaan kontrasepsi IUD. 6. Ada hubungan antara peran tenaga kesehatan dengan Penggunaan kontrasepsi

IUD.

(38)

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey analitikdengan desain penelitian kasus kontrol (case control study) untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) Pada Pasangan Usia Subur (PUS) Di Desa Pematang Biara Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017.

Dalam penelitian ini, kelompok kontrol adalah kelompok yang menggunakan kontrasepsi IUD diperoleh dari hasil kuesioner Indonesia Sehat yang di laksanakan oleh mahasiswa Praktek Belajar Lapangan (PBL) di desa Pematang Biara Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang, dibandingkan dengan kelompok kasus yang tidak menggunakan alat kontrasepsi IUDdiperoleh dari hasil kuesioner Indonesia Sehat yang di laksanakan oleh mahasiswa Praktek Belajar Lapangan (PBL) di desa Pematang Biara Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Pematang Biara Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai Februari Sampai dengan Juli Tahun 2017.

(39)

berjumlah 556 Orang di Desa Pematang Biara Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian merupakan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian (Notoatmodjo, 2010). Penelitian menggunakan perbandingan antara kelompok kontrol dengan kelompok kasus dengan perbandingan 1:1. Sampel dalam peneitian ini adalah kelompok kontrol sebanyak 25 orang sedangkan kelompok kasus yaitu sebanyak 25 sehingga sampel sebanyak orang.

3.4 Kriteria Sampel

Kriteria sampel dibagi menjadi dua yaitu kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari populasi target yang terjangkau dan akan diteliti, sedangkan kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena berbagaisebab misalnya subjek menolak berpartisipasi (Nursalam, 2008).

3.4.1 Kriteria Kelompok Kontrol 1. Kriteria Inklusi

a) Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan alat kontrasepsi IUD

(40)

a) Pasangan Usia Subur (PUS) yang tidak menggunakan kontrasepsi IUD b) Janda

c) Subjek tidak bersedia menjadi responden 3.4.2 Kriteria Kelompok Kasus

1. Kriteria Inklusi

a. Pasangan Usia Subur (PUS) yang tidakmenggunakan alat kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD)

b. Kesadaran baik dan dapat berkomunikasi c. Kooperatif

d. Usia antara 30-49 tahun 2. Kriteria Ekslusi

a) PUS yang pernah menggunakan IUD sebelumnya

b) Usia dibawah 30 tahun dan diatas 49 tahun atau menopause c) Subjek tidak bersedia menjadi responden

3.5 Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Faktor Pengetahuan, Faktor Sikap,Faktor Jumlah Anak, Faktor Pendidikan, Faktor Pelayanan KB, Faktor Perilaku Petugas Kesehatan, Dan Faktor Dukungan Suami.

(41)

Tabel 3.1 Definisi Operasional

(42)

petugas kesehatan pertanyaan. Pertanyaan pada variabel tingkat pengetahuan terbagi menjadi dua jenis pertanyaan yaitu pertanyaan positif (terdapat pada nomor 1,3,5,7,9) dan pertanyaan negatif (terdapat pada nomor 2,4,6,8,10). Untuk pertanyaan positif diberi jawaban “Benar” dengan skor 2 dan “Salah” dengan skor 1. Sehingga skor tertinggi 20, dan skor terendah 10. Sedangkan untuk pertanyan negatif sebaliknya. Pengetahuan dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu baik, cukup, kurang. Penentuan panjang kelas berdasarkan rumus statistik menurut (Hidayat,2009) Sebagai berikut :

(43)

P = 5

Pengetahuan dikategorikan :

1. Kurang : 10-15

2. Baik : 16-20 3.7.2 Sikap

Untuk mengukur faktor sikap di ukur dengan menggunakan 5 pernyataan positif (1,2,3,4,dan 5) dan 5 Pernyataan negatif (6,7,8,9,10). Pengukuran dengan menggunakan skala Likert. Pada pertanyaan positif jawaban “Sangat Setuju” diberi skor 4, jawaban “Setuju” diberi skor 3, jawaban “ Tidak Setuju” diberi skor 2, dan jawaban “Sangat Tidak Setuju” diberi skor 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif sebaliknya. Skor tertinggi untuk pernyataan sikap adalah 40 dan skor terendah adalah 10.

R P =

BK

Keterangan : P = Panjang Kelas

R = Skor tertingg-Skor terendah BK =Banyak Kelas

R 40-10 P = =

BK 2

(44)

2. Positif : 25-40 3.7.3 Pelayanan KB

Untuk mengukur faktor Pelayanan KB, diukur dengan menggunakan 5 pertanyaan dengan alternatif jawaban “Ya” dengan skor 2 dan “Tidak” dengan skor 1. Sehingga skor tertinggi 10, dan skor terendah 5. Penentuan panjang kelas berdasarkan rumus statistic Menurut (Hidayat,2009) Sebagai berikut :

R P =

BK

Keterangan : P = Panjang Kelas

R = Skor tertingg-Skor terendah BK =Banyak Kelas

R 10-5 P = =

BK 2 P = 2,5 dibulatkan menjadi 3

Pelayanan KB dikategorikan :

(45)

Untuk mengukur faktor Peran Petugas Kesehatan, diukur dengan menggunakan 5 pertanyaan dengan alternatif jawaban “Selalu” dengan skor 3, “Kadang-Kadang” dengan skor2 dan “Tidak Pernah” diberi Skor 1. Sehingga skor tertinggi 15, dan skor terendah 5. Penentuan panjang kelas berdasarkan rumus statistic Menurut (Hidayat,2009) Sebagai berikut :

R P =

BK Keterangan :

P = Panjang Kelas

R = Skor tertingg-Skor terendah BK =Banyak Kelas

15-5 P = 2 P = 5

Peran Petugas Kesehatan dikategorikan : 1. Kurang : 5-10

2. Baik : 11-15

3.7.5 Dukungan Suami

(46)

berdasarkan rumus statistic Menurut (Hidayat,2009) Sebagai berikut : R

P = BK

Keterangan : P = Panjang Kelas

R = Skor tertingg-Skor terendah BK =Banyak Kelas

R 10-5 P = =

BK 2 P = 2,5 dibulatkan menjadi 3 Dukungan Suami dikategorikan :

1. Tidak Mendukung : 5-8 2. Mendukung : 9-10 3.8 Metode Pengumpulan Data 3.8.1 Data Primer

Data Primer diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner. Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada Pasangan Usia Suburselanjutnya diberikan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner.

3.8.2 Data Skunder

(47)

Menurut Budiarto (2005) data yang telah didapatkan akan diolah dengan tahap-tahap:

1. Editing, Data yang dikumpulkan melalui kuesioner perlu di cek terlebih dahulu. Apabila ada kekurangan/kesalahan maka diperbaiki dan di data ulang.

2. Coding, setelah selesai editing, peneliti melakukan pengkodean data yaitu untuk pertanyaan tertutup melalui symbol setiap jawaban

3. Transferring, Kegiatan mengklasifikasikan jawaban, data yang telah diberi kode disusun secara berurutan dari responden pertama sampai responden terakhir untuk dimasukkan kedalam tabel sesuai dengan variabel yang diteliti.

4. Tabulating, kegiatan memindahkan data, pengelompokkan responden yang telah dibuat pada tiap-tiap variabel yang diukur dan selanjutnya dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi.

3.10 Analisa Data 3.10.1 Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat).

3.10.2 Analisa Bivariat

(48)

1. Analisis Chi Square

Setelah diolah, kemudian data dianalisis dengan menggunakan uji statistik Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95% pada nilai (α) = 0,05. Pengolahan data akan dilakukan dengan bantuan program kmputer.

2. Perhitungan Odds Ratio (OR)

Perhitungan analisis hasil studi kasus kontrol dapat dilakukan dengan melihat proporsi masing-masing variabel bebas yang diteliti pada kasus dan control dilakukan analysis variabel dengan cara memasukkan variabel yang diduga memiliki faktor risiko dengan penggunaan IUD di Desa Pematang Biara Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang dalam tabel dengan menghitung odds ratio (OR) dan confidence interval (CI) 95% dan kemaknaan p<0,05. Odds ratio digunakan untuk mengetahui seberapa besar peran hubungan terhadap penggunaan IUD.

Tabel 3.2

Tabel 2x2 Penentuan OR

Kasus Kontrol Jumlah

Faktor Ya A B A+B

Risiko Tidak C D C+D

Jumlah A+C B+D A+ B+C+D

Rumus Menghitung OR :

(49)

¿ A/(A+C) C/(A+C):

B/(B+D) D/(B+D)

¿CA: BD=ADBC ¿Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismail, 2014)

Interpretasi nilai odds rasio (OR):

1. Bila OR hitung >1 dan 95% tidak mencakup angka 1, maka faktor yang diteliti merupakan risiko timbulnya penyakit.

2. Bila OR hitung > 1 dan 95% CI mencakup angka 1 maka faktor yang diteliti belum tentu faktor risiko timbulnya penyakit.

3. Bila OR hitung =1 dan 95% CI tidak mencakup angka 1 atau 95% CI mencakup angka 1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti bukan merupakan faktor risiko.

4. Bila OR < 1 dan 95% CI tidak mencakup angka 1 menunjukkan bahwa factor yang diteliti merupakan faktor protektif.

5. Bila OR < 1 dan CI mencakup angka 1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti belum tentu faktor protektif (Sastroasmoro, 2014).

3.10.3 Analisa Multivariat

Analisa multivariat dilakukan untuk mempediksi seberapa besar dan eratnya hubungannnya antara variabel dependen dan variabel independen, serta. Uji statistik

(50)

50 p =

(51)

Desa Pematang Biara terletak di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang yang terdiri dari 7 dusun yaitu, Dusun I,II,III, IV,V,VI, dan VII. Luas Desa Pematang Biara ±512,2 Ha, Luas Pemukiman 100 Ha dan pertanian 160 Ha. Jarak dari Desa Pematang Biara ke Ibukota Kecamatan ± 1,5 KM dengan jarak tempuh 3 menit sedangkan jarak dari Desa Pematang Biara ke Ibukota Kabupaten sekitar 16 KM dengan jarak tempuh 35 menit. Adapun batas-batas Desa Pematang Biara adalah seperti berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Rugemuk/Selat Malaka,

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kubah Sentang dan Desa Durian. 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pantai Labu Pekan.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kelambir.

Fasilitas kesehatan yang ada di Desa Pematang Biara Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang adalah Pusat Kesehatan Masyarakat ( Puskesmas)Pantai Labu, Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) Pematang Biara dan praktek Bidan mandiri. Setiap bulannya petugas kesehatan di Poskesedes melakukan imuniasi pada bayi di Posyandu di setiap dusunnya, yang dimana diikuti oleh semua ibu yang memiliki balita.Pada kesempatan ini petugas kesehatan (Bidan) menyampaikan informasi tentang KB di posyandu tersebut.Namun kelemahan dalam penyuluhan ini tidak semua ibu-ibu mendapatkan informasi penyuluhan tentang KB dikarenakan yang hadir pada kesempatan tersebut hanya ibu yang mendatangi posyandu. Sementara ibu

(52)

yang tidak hadir dalam kesempatan tersbut tidak mendapatkan informasi penyuluhan tentang KB. Untuk program KB IUD, petugas kesehatan selalu menyarankan agar berkunjung ke Puskesmas apabila ingin menggunakan IUD, karena di posyandu tidak memiliki fasilitas kesehatan KB IUD yang memadai.

Berdasarkan profil Desa Pematang Biara tahun 2016 jumlah penduduk 3.829 Jiwa yang terdiri dari Laki-laki 1.832 Jiwa, Perempuan 1.997 Jiwa dan 933 Kepala Keluarga (KK). Berdasarkan data keagamaan Desa Pematang Biara mayoritas beragama islam sebanyak 3.345 orang, kristen sebnayak 104 orang dan budha sebanyak 284 orang. Dari kondisi pekerjaan mayoritas bertani dan beternak, dari kondisi suku, kebanyakan memiliki suku Jawa dan Melayu.

4.2 Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dari bulan Juli Tahun 2017, maka dapat diuraikan hasilnya dalam bentuk distribusi frekuensi dan jumlah responden sebanyak 50 ibu.

4.2.1 Analisa Univariat 1. Pengetahuan

Distribusi Frekuensi Pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pasangan Usia Subur Di Desa Pematang Biara Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2017

Kategori Frekuensi (n=50) Persentase(%)

(53)

Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui bahwa dari 50 responden Pasangan Usia Subur yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 9 responden (18%) dan pengetahuan baik sebanyak 41 rseponden (82%).

2. Sikap

Distribusi frekuensi sikap dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Sikap Pasangan Usia Subur Di Desa Pematang Biara Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2017

Kategori Frekuensi (n=50) Persentase(%)

Negatif 16 32 Positif 34 68 Total 50 100

Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa dari 50 responden Pasangan Usia Subur yang memiliki sikap negatif sebanyak 16 responden (32%) dan sikap positif sebanyak 34 rseponden (68%).

3. Jumlah Anak

Distribusi frekuensi jumlah anak dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Jumlah Anak Pasangan Usia Subur Di Desa Pematang Biara Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2017

Kategori Frekuensi (n=50) Persentase(%) < 2 Anak 11 22

(54)

Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa dari 50 responden Pasangan Usia Subur yang memiliki jumlah anak <2 anak sebanyak 11 responden (22%) dan jumlah anak >2 anak sebanyak 39 rseponden (78%).

4. Pendidikan

Distribusi frekuensi pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Pendidikan Pasangan Usia Subur Di Desa Pematang Biara Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2017

Kategori Frekuensi (n=50) Persentase(%)

Rendah 38 76 Tinggi 12 24 Total 50 100

Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa dari 50 responden Pasangan Usia Subur yang memiliki pendidikan rendah sebanyak 38 responden (76%) dan pendidikan tinggi sebanyak 12 rseponden (24%).

5. Pelayanan KB

Distribusi frekuensi pelayanan KB dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Pelayanan KB Pada Pasangan Usia Subur Di Desa Pematang Biara Kecamatan Pantai Labu Kabupaten

Deli Serdang Tahun 2017

Kategori Frekuensi (n=50) Persentase(%)

(55)

Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui bahwa pelayanan KB yang tidak tersedia di Desa Pematang Biara Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang sebanyak 47 pelayanan (94%) dan pelayanan KB yang tersedia sebanyak 3 Pelayanan (6%).

6. Peran Petugas Kesehatan

Distribusi frekuensi peran petugas kesehatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Peran Petugas Kesehatan Pada Pasangan Usia Subur Di Desa Pematang Biara Kecamatan Pantai Labu Kabupaten

Deli Serdang Tahun 2017

Kategori Frekuensi (n=50) Persentase(%)

Kurang 31 62 Baik 19 38 Total 50 100

Berdasarkan tabel 4.6 diatas diketahui bahwa peran petugas kesehatan yang kurang sebanyak 31 (62%) dan yang baik sebanyak 19 (38%).

7. Dukungan Suami

Distribusi frekuensi dukungan suami dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi Dukungan Suami Pada Pasangan Usia Subur Di Desa Pematang Biara Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2017

Kategori Frekuensi (n=50) Persentase(%)

(56)

Berdasarkan tabel 4.7 diatas diketahui bahwa dari 50 responden Pasangan Usia Subur yang suami tidak memberikan dukungan sebanyak 20 responden (40%) dan suami yag mendukung sebanyak 30 rseponden (60%).

4.2.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk melihat kemaknaan antara variabel bebas dengan variabel terikat menggunakan uji statistik Chi Square dan tingkat kemaknaan 95% apablia bila nilai P<0,05.

1. Hubungan Pengetahuan Dengan Penggunaan Kontrasepsi IUD

Hubungan pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi IUD dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.8

Hubungan Pengetahuan Dengan Penggunaan Kontrasepsi IUD Di Desa Pematang Biara Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2017

Pengetahuan Penggunaan IUDTotal P-ValueOR 95%CI Tentang IUD Kasus Kontrol

n % n % n % Kurang 8 16 1 2 9 18

Baik 17 34 24 48 41 82 0,01011,294

(1,290-98,889) Total 25 50 25 50 50 100

(57)

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,010 (p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penggunaan Intra Unterine Device (IUD). Nilai OR = 11,294 dapat disimpulkan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang baik berisiko 11,294 kali lebih tinggi tidak memilih menggunakan IUD dibandingkan dengan ibu yang pengetahuannya baik.

2. Hubungan Sikap Dengan Penggunaan Kontrasepsi IUD

Hubungan sikap dengan penggunaan kontrasepsi IUD dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.9

Hubungan Sikap Dengan Penggunaan Kontrasepsi IUD Di Desa Pematang Biara Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2017

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 50 responden, yang memiliki sikap negatif pada kelompokkasus sebanyak 14 responden (28%), yang memiliki sikap negatif pada kelompokkontrol sebanyak 2 responden (4%). Responden yang memiliki sikap positif dan pada kelompokkasus sebanyak 11 responden (22%), yang memiliki sikap positif pada kelompokkontrol sebanyak 23 responden (46%).

(58)

penggunaan Intra Unterine Device (IUD). Nilai OR = 14,636 dapat disimpulkan bahwa ibu yang memiliki sikap negatif berisiko 14,636 kali lebih tinggi tidak memilih menggunakan IUD dibandingkan dengan ibu yang memiliki sikap positif. 3. Hubungan Jumlah Anak Dengan Penggunaan Kontrasepsi IUD

Hubungan jumlah anak dengan penggunaan kontrasepsi IUD dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.10

Hubungan Jumlah Anak Dengan Penggunaan Kontrasepsi IUD Di Desa Pematang Biara Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2017

Penggunaan IUD TotalP-Value OR 95%CI Jumlah Anak Kasus Kontrol

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 50 responden, yang memiliki < 2 anak pada kelompok kasus sebanyak 10 responden (20%), yang memiliki <2 anak pada kelompok kontrol sebanyak 1 responden (2%).Yang memiliki > 2 anak pada kelompok kasus sebanyak 15 responden (30%), yang memiliki > 2 anak pada kelompok kontrol sebanyak 24 responden (48%).

(59)

4. Hubungan Pendidikan Dengan Penggunaan Kontrasepsi IUD

Hubungan pendidikan dengan penggunaan kontrasepsi IUD dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.11

Hubungan Pendidikan Dengan Penggunaan Kontrasepsi IUD Di Desa Pematang Biara Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2017

Penggunaan IUD Total P-Value OR 95%CI Pendidikan Kasus Kontrol

n % n % n % Rendah 19 38 19 38 38 76

Tinggi 6 12 6 12 12 24 1,000 1,000 (0,273-3,662) Total25 50 25 50 50 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 50 responden, pendidikan yang rendah pada kelompok kasus sebanyak 19 responden (38%), pendidikan yang rendah pada kelompok kontrolsebanyak 19 responden (38%). Pendidikan yang tinggi pada kelompok kasus sebanyak 6 responden (12%), pendidikan tinggi pada kelompok kontrolsebanyak 6 responden (12%).

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 1,000 (p>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan penggunaan Intra Unterine Device (IUD.

5. Hubungan Pelayanan KB Dengan Penggunaan Kontrasepsi IUD

(60)

Tabel 4.12

Hubungan Pelayanan KB Dengan Penggunaan Kontrasepsi IUD Di Desa Pematang Biara Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2017

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pelayanan KB yang tidak tersedia pada kelompok kasus sebanyak 23 pelayanan (46%), pelayanan yang tidak tersedia pada kelompok kontrol sebanyak 24 pelayanan (28%). Pelayanan KB yang tersedia pada kelompok kasus sebanyak 2pelayanan (4%), dan pelayanan yang tersedia pada kelompok kontrol sebanyak 1 pelayanan (2%).

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,552 (p>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pelayanan KB dengan penggunaan Intra Unterine Device (IUD).

6. Hubungan Peran Petugas Kesehatan Dengan Penggunaan Kontrasepsi IUD Hubungan peran petugas kesehatan dengan penggunaan kontrasepsi IUD dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.13

Hubungan Peran Petugas Kesehatan Dengan Penggunaan Kontrasepsi IUD Di Desa Pematang Biara Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

(61)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa peran petugas yang kurang pada kelompok kasus sebanyak 21 responden (42%), peran petugas yang kurang pada kelompok kontrol sebanyak 10 responden (20%).Peran petugas kesehatan yang baik dan kasus sebanyak 4 responden (8%) peran petugas kesehatan kontrol sebanyak 15 responden (30%).

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,001 (p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara peran petugas kesehatan dengan penggunaan Intra Unterine Device (IUD). Nilai OR = 7,875 dapat disimpulkan bahwa ibu yang menilai peran petugas kesehatan yang kurang baik berisiko 7,875 kali lebih tinggi tidak memilih menggunakan IUD dibandingkan dengan ibu yang menilai peran petugas kesehatan yang baik.

7. Hubungan Dukungan Suami Dengan Penggunaan Kontrasepsi IUD

Hubungan dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi IUD dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.14

Hubungan Dukungan Suami Dengan Penggunaan Kontrasepsi IUD Di Desa Pematang Biara Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2017

Dukungan Penggunaan IUD Total P-ValueOR 95%CI

Suami Kasus Kontrol

(62)

mendukung pada kelompok kontrol sebanyak 3 responden (6%). Suami yang mendukung pada kelompok kasus sebanyak 8 responden (16%), suami yang mendukung pada kelompok kontrol sebanyak 22 responden (48%).

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,000 (p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan penggunaan Intra Unterine Device (IUD). Nilai OR = 15,583 dapat disimpulkan bahwa ibu yang tidak didukung oelh suaminya berisiko 15,583 kali lebih tinggi tidak memilih menggunakan IUD dibandingkan dengan ibu yang didukung oleh suaminya.

4.2.3 Analisa Multivariat

Analisa multivariat dilakukan untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan berhubungan dengan penggunaan Intra Uterine Device (IUD). Analisis multivariat dlakukan dengan uji statistik regresi logistik berganda (multiple logistic regretion) model prediksi meliputi pemilihan kandindat pemodelan dan pembuatan model analisis multivariat.

1. Pemilihan Kandindat Uji Multivariat

(63)

pemodelan multivariat, dan apabila hasil uji bivariat memiliki nilai probabilitas (p-value) > 0,25, maka variabel tersebut di keluarkan dari analisis multivariat.

Hasil analisis bivariat antara variabel independen dan dependen dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Dari hasil tabel diatas, dapat diketahui bahwa variabel Pengetahuan (p-value 0,010), Sikap (p-value 0,000), Jumlah Anak (p-value 0,002), Peran Petugas Kesehatan (p-value 0,001) dan Dukungan Suami (p-value 0,000) < 0,25 artinya masuk kedalam analisis multivariat. Sedangkan untuk variable Pendidikan Terakhir (p-value 1,000) dan Pelayanan KB (p-value 0,552) > 0,25 artinya keluar dari analisis multivariat.

2. Hasil Analisis Multivariat Dengan Uji Regresi Logistik Berganda

(64)

kontrasepsi IUD dengan menggunakan uji regresi logistik berganda, nilai probabilitas (p-value) < 0,05.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan mengunakan uji regresi logstik maka di dapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.16

Hasil Analisis Multivariat Dengan Menggunakan Uji Regresi Logistik Berganda Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa, variabel Pengetahuan value=0,158), Jumlah Anak value=0,107) dan Peran Petugas Kesehatan (p-value=0,745) tidak memiliki hubungan yang siginifikan dengan kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) p-value> 0,05. Sedangkan variabel Sikap (p-value=0,003) dan Dukungan Suami (p-value=0,007) memiliki hubungan yang signifikan dengan penggunaan kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) p-value< 0,05.

4.3 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian yaitu:

(65)

2. Waktu yang dimiliki peneliti sangat terbatas di desa Pematang Biara sehingga tidak mencakup semua perbandingan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol.

4.4 Pembahasan

Pada pembahasan ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian yang dilakukan tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) Pada Pasangan Usia Subur Di Desa Pematang Biara Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Dalam pembahasan ini kegiatan yang dilakukan adalah membandingkan antara hasil penelitian dengan konsep teoritis dan penelitian sebelumnya.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seseorang dalam menggunakan IUD menurut Green yang dikuti dalam Notoatmodjo (2010), yaitu faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, jumlah anak, dan pendidikan), faktor pemungkin (pelayanan KB) dan faktor penguat (peran petugas kesehatan dan dukungan suami). Berikut merupakan pembahasan hasil faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi IUD.

4.4.1 Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kontrasepsi IUDDengan Penggunaan Kontrasepsi IUD

(66)

hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji Chi Square, didapatkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penggunaan IUD dengan p-value 0,010 < 0,05.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu.Pengetahuan terjadi setelah orang melakukan dengan penginderaan objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra penghlihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan seseorang tidak secara mutlak dipengaruhi oleh pendidikan karena pengetahuan dapat juga diperleh dari masa lalu, namun tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap memahami informasi yang diterima yang kemudian mudah dipahami (Notoatmodjo, 2010)

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Pitriani (2015) di Pekan baru dan Aldriana (2013) di Rokan Hulu yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD.

(67)

kelompok kontrol, rata-rata dapat menjawab pernyataan yang disampaikan oleh peneliti, hal ini dapat dipengaruhi oleh pengalaman ibu setelah menggunakan IUD.

Kebanyakan ibu pada kelompok kasus mengeluhkan dan merasa takut terhadap efek samping jika seandainya meggunakan IUD, berfikiran memiliki rasa nyeri yang berkepanjangan, takut tidak mendapatkan haid lagi, dan takut suami tidak memiliki kepuasan dalam berhubungan suami istri, hal ini disebabkan kurangnya informasi yang didapatkan oleh ibu sehingga tidak mampu memahami secara intelektual pada kontrasepsi IUD. Namun berbeda dengan yang diuangkapkan oleh ibu yang telah menggunakan IUD yang berpendapat bahwa sebaliknya, dalam hubungan suami istri suami tidak pernah mengeluh atau merasa terganggu bahkan ibu yang menggunakan mengungkapkan bahwa kontrasepsi IUD merupakan kontrasepsi yang efektif digunakan.

4.4.2 Hubungan Sikap Tentang Kontrasepsi IUD Dengan Penggunaan Kontrasepsi IUD

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 4.3Distribusi Frekuensi Jumlah Anak Pasangan Usia Subur Di Desa Pematang
Tabel 4.8Hubungan Pengetahuan Dengan Penggunaan Kontrasepsi IUD Di Desa
Tabel 4.9Hubungan Sikap Dengan Penggunaan Kontrasepsi IUD Di Desa Pematang
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pada penuliasan ilmiah ini penulis membahas pembuatan web untuk pendaftaran online dengan menggunakan PHP yang menggunakan script untuk pemrograman berbasis server. PHP sering

Coca Cola Amatil Indonesia khusunya pada area produksi line 4 yaitu untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang disebabkan oleh aliran listrik, energi mekanik,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalis jumlah anggota (X1), jumlah simpanan anggota (X2) jumlah aset koperasi (X3), jumlah modal (X4) dan jumlah pendapatan (X5)

Dalam penelitian ini, permasalahan yang diambil adalah bagaimanakah tingkat pengetahuan masyarakat Surabaya mengenai event Mandi Busa di Ciputra Waterpark Surabaya

Dari gambar dan hasil pengamatan menunjukan intraksi pemberian pupuk kandang dengan berbagai panjang stek berpengaruh nyata terhadap panjang tunas dan panjang akar,

Evaluation of IT governance is importantly applied for the achievement of business objectives and avoidance of business process failures by referring to appropriate

Berdasarkan analisa yang dilakukan penulis dan masalah-masalah yang dihadapi dalam Update Biodata SiS adalah sistem update biodata masih manual dengan menggunakan form biodata

Analisis reservoar pada penelitian ini dilakukan setelah dilihat dan analisis dari semua hasil tahapan bahwa proses analisis dengan menggunakan metode AVO mampu