• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH AYAT DAN ATAT EKONOMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH AYAT DAN ATAT EKONOMI"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

AYAT-AYAT EKONOMI

Q.S AL-BAQARAH AYAT 275-281

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ayat-Ayat Ekonomi

Dosen Pengampu : Muhammad Ramadhan, LC., MA

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 7 :

BUNGA PRESTIWANINGFITRI 13109258

EKA CAHYA NINGSIH 13109508

EKA NOVITASARI 13109518

GALIH WIRATMOKO 13109838

SISKA RENIYATI 13110918

PROGRAM STUDI D3 PERBANKAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

(2)

A. Surat Al-Baqarah ayat 275-281

seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran )tekanan( penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata )berpendapat(, sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti )dari mengambil riba(, maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu )sebelum datang larangan(; dan urusannya )terserah( kepada Allah. Orang yang kembali )mengambil riba(, maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.”

(3)

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba )yang belum dipungut( jika kamu orang-orang yang beriman.”

“Maka jika kamu tidak mengerjakan )meninggalkan sisa riba(, maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat )dari pengambilan riba(, maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak )pula( dianiaya.”

“Dan jika )orang yang berhutang itu( dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan )sebagian atau semua utang( itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. “

(4)

B. ARTI PERKATA

Arti Kata Arti Kata

Orang-orang yang  Jual beli  Mereka memakan  Seperti 

Riba  Riba 

Tidak dapat  dan menghalalkan  Mereka berdiri  Allah  Melainkan  Jual beli  Seperti  Dan dia

haramkan



Berdiri (nya)  Riba  Orang yang  Maka barang

siapa 

Masuk padanya  Telah sampai

padanya  Setan  Nasihat/pelajaran 

Dari  Dari 

Sentuhan  Tuhannya  Demikian itu  Maka/ lalu ia

berhenti



Dengan sebab mereka

 Maka baginya 

Mereka mengatakan  Apa yang  Sungguh hanyalah  Telah tau  Dan urusannya  Menyukai 

Arti Kata Arti Kata

Kepada  Setiap 

Allah  yang tetap kafir 

Dan barang siapa  yang berbuat dosa  Ia mungulangi 

Maka mereka itu  Penghuni 

Neraka 

(5)

Di dalamnya 

Mereka kekal  Menghapuskan 

Allah 

Riba  Dan Dia

menyuburkan



Sedekah 

Dan Allah 

Tidak 

Arti Kata Arti Kata

Sesungguhnya



orang-orang

yang



mereka beriman



dan mereka

beramal



kebajikan



dan mereka

mendirikan



salat



dan mereka

menunaikan



zakat



maka bagi

mereka



pahala

mereka



di sisi



Tuhan

mereka



dan tidak ada



kekekhawairan



atas mereka



(6)

mereka



mereka

bersedih hati



= wahai 



= orang-orang yang

= mereka beriman 



= bertaqwalah



= pada allah

= dan tinggalkan 

= apa yang 

= tersisa 

= dari 



= riba



= jika



= kalian adalah

= orang orang yang beriman  

= maka jika 

= tidak 

= kalian kerjakan 

= maka ketahuilah 



= dengan adanya perang

= dari 

(7)

= dan jika 

= kalian berobat 



= maka bagi kalian

= modal pokok 



= hartta kalian

= tidak 

= kalian menganiaya 

= dan tidak 

= kalian dianiaya  

= dan jika 



= adalah dia

= mempunyai 



= kesukaran



= maka nerilah tanggung



= sampai

= berkelapangan  



= dan jika

= kalian menyederhanakan 



= lebih baik



= bagi kalian

 = jika 

= adalah kalian 



= kalian mengetahui



= dan peliharalah diri kalian 

(8)

= kalian semua dikembalikan 



= padanya hari itu

= kepada 



= allah

= kemudian

 = dibalas dengan sempurna 



= tiap-tiap

= diri 



= apa yang

= yang ia kerjakan 

= dan mereka 

= tidak 



= dianiaya mereka



C. ASBABUL NUZUL

Dalam bukunya As-Shabuni telah menjelaskan secara rinci akan penafsiran surat al-Baqarah 275-281. Yang mana sebelumnya telah disebutkan bahwa pada surat inilah riba diharamkan secara keseluruhan (kulliy). Maka dari itu tidak perlu menafsirkan semua ayat riba diatas cukup ayat terakhir saja yang perlu kita tafsirkan sedang ayat lainnya sebagai penguat akan diharamkannya riba.

1. Maksud “ya’kuluna” pada surat Al-Baqarah ayat 275 diatas adalah mengambil dan membelanjakannya. Tetapi disini dipakai dengan kata makan karena maksud utama harta adalah untuk dimakan. Kata makan ini sering pula dipakai dengan arti mempergunakan harta orang lain denagn cara yang tidak benar.

(9)

jatuh. Itu menjadi tanda dihari kiamat sehingga semua orang mengenalnya. Begitulah seperti yang dikatakan sa’id bin jubair.

3. Perkataan “innama l bai’u mitslu riba” itu disebut tasybih maqlub (persamaan terbalik. Sebab musyabah bih-nya memiliki nilai lebih tinggi. Sedang yang dimaksud disini ialah: riba itu sama dengan jual beli. Sama sama halalnya. Tetapi mereka berlebihan dalam kenyakinannya, bahwa riba itu dijadikan sebagai pokok dan hukumnya halal, sehingga dipersamakan dengan jual beli. Disinilah letak kehalusannya.

4. Yang menjadi titik tinjauan dalam ayat 276 bahwa periba mencari keuntungan harta dengan cara riba dan pembangkang sedekah mencari keuntungan dengan tidak mengeluarkan sedekah. Untuk itulah Allah menjelaskan bahwa riba menyebabkan kurangnya harta dan tidak berkembangnya harta.sedang sedekah menyebabkan berkemabngnya harta bukan pengurang harta.

5. Kata “harb” dalam bentuk nakirah.adalah untuk menunjukan besarnya persoalan ini. Lebih lebih ini di nisbatkan kepada Allah dan rasul-Nya. Seolah olah Allah mengatakan; Percayalah akan ada suatu peperangan dasyat dari Allah dan Rasul-Nya yang tidak dapat dikalahkan.

6. Perkataan “kaffar” dan “atsiem” kedua kata ini termasuk sighat mubalaghah yang artinya; banyak kekufuran dan banyak dosa. Ini menunjukan bahwa perbuatan haramnya riba ini sangatlah keras sekali. Dan termasuk perbuatan orang orang kafir bukan perbuatan orang orang muslim.

7. Perkataan “wa inkana dzuu ‘usratin fa nadhiratun ila maysarah” itu memberikan semangat kepada pihak yang menghutangi supaya benar benar memberikan tempo kepada pihak yang berhutang sampai ia benar benar mampu. Anjuran ini juga ada pada sunnah Nabi, HR Bukhari

8. Sebagian ulama berkata; barang siapa yang merenungkan ayat ayat diatas dengan segala kandungannya seperti tentang siksaaan pemakan riba orang yang menghalalkan riba serta besarnya dosanya, maka ia akan tahu akan keadaan mereka nanti di Akherat.

(10)

suku tsaqif sampai Islam datang, kedua orang ini masih mempunyai sisa Riba dalam jumlah besar. Kemudian turunlah ayat: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut). Kemudian Rasulullah SAW bersabda: ”Ketahuilah!! Sesungguhnyatiap tiap riba dari riba jahiliyah harus sudah dihentikan dan pertma kali riba yang aku henikan ialah riba Al-abbas dan setiap penuntutan darah dari darah jahiliyah harus dihentikan dan pertam petma darah yang kuhentikan ialah darah Rabi’ah bin al-harits”

Ayat 275

Di dalam ayat ini Allah r memulai dengan menceritakan tentang orang-orang yang memakan riba dari harta kekayaan orang lain dengan cara yang tidak dibenarkan, serta berbagai macam syubhatnya. Lalu Allah r mengibaratkan keadaan mereka pada saat bangkit dan keluar dari kuburan mereka pada hari kebangkitan. Lihatlah Allah r berfirman (اَََمَك لِإ َنوََُموُقَي ل اَََب ِرََلا َنوُلُكأأَي َنيِذَلا

ُموُقَي يِذَلا ُهُطَبَخَتَي ُناَطأيَشلا

َنِم

ِسَمألا )"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila". Artinya mereka tidak dapat berdiri dari kuburan mereka pada hari Kiamat kelak kecuali seperti berdirinya orang gila pada saat mengamuk dan kerasukan syetan. Yaitu mereka berdiri dengan posisi yang tidak sewajarnya.

D. MUNASABAH AYAT

MUNASABAH

Tahap keempat.Ayat terakhir yang turun berbicara tentang riba adalah suratal-Baqarah: 278-279. Ayat ini turun pada tahun ke-9 Hijriyah terkait dengan kasus Bani Tsaqîf dan Bani Mughîrah. Imam ath-Thabarî meriwayatkan dari Ibn Juraij:

(11)

نب ريمُع نب ورمع ونب تناكو ،َةكم ىلع ديِسأ نب باّتع

وسسنب تناسسكو س،ةريسسغملا ينسسب نم اسسبّرلا نوذسسخأي فوسسع

مهلو امسسسسا ءاسسجف ،ةسسيلهاجلا يف مهل نوسسبْرُي ةريغملا

يبأسسف ،مهابر نوبلطي ورمع ونب مهاتأف .ريثك لام مهيلع

ىلإ كسسلذ اوسسعفرو ،امسسا يف مهوطعي نأ ةريغملا ونب

هسسللا ىلص هللا لوسر ىلإ باّتع بتكف ،ديسأ نب باّتع

اورذو هللا اوقتا اونمآ نيذلا اهيأ اي":تلزنف ،ملسو هيلع

اوسسلعفت مل نإسسف . نينسسمؤم متنك نإ اسسبّرلا نم يقب اسسم

."نوسسملظت و"ىلإ ،"هلوسسسرو هسسللا نم بْرسسحب اونذأسسف

باسسّتع ىلإ ملسسسو هيلع هللا ىلص هللا لوسر اهب بتكف

.برحب مهنذآف إو اوضَر نإ":لاقو

“Kaum Tsaqif (penduduk kota Thaif) telah membuat suatu kesepakatan dengan Rasulullah Saw. bahwa semua utang dan piutang (tagihan) mereka yang berdasarkan riba agar dibekukan dan dikembalikan hanya pokoknya saja. Setelah penaklukan Makkah, Rasulullah menunjuk Attâb bin Asîd sebagai Gubernur Makkah (yang juga meliputi kawasan Thaif sebagai daerah administrasinya). Bani Amr bin ‘Umair bin ‘Auf adalah orang yang senantiasa meminjamkan uang secara riba kepada Bani Mughîrah dan sejak zaman Jahiliyah Bani Mughîrah senantiasa membayarnya dengan tambahan riba. Setelah kedatangan Islam, mereka tetap memiliki kekayaan dan aset yang banyak. Maka datanglah Bani Amr untuk menagih utang dengan tambahan (riba) dari Bani Mughîrah (seperti biasanya), tetapi Bani Mughîrah setelah masuk Islam menolak memberi tambahan (riba) tersebut. Lalu mereka melaporkan masalah tersebut kepada Gubernur Attâb bin Asîd. Kemudian Itab langsung menulis surat kepada Rasulullah Saw. dan turunlah ayat (Qs. al-Baqarah: 278-279). Rasulullah Saw. lantas menulis surat kepada Attâb, ‘jika mereka ridha atas ketentuan Allah tersebut maka itu baik, tetapi jika mereka menolaknya maka kumandangkanlah perang kepada mereka’.”1[20]

Dalam kelompok ayat ini Allah Swt. sudah secara tegas mengharamkan riba secara mutlak, baik sedikit maupun banyak.

(12)

Jika dilihat dari ayat 261, al-Qur’an memulai pembicaraan tentang riba dengan menegaskan bahwa orang yang berinfak di jalan Allah berarti melipatgandakan harta. Al-Qur’an memuji mereka yang menginfakkan tanpa embel-embel (Qs. al-Baqarah: 262). Dalam infak tidak ada pembatasan jenis barang. Pandangan bahwa infak membuat jatuh miskin ditolak oleh al-Qur’an, dengan mengatakan bahwa justru infak menguntungkan pelakunya (Qs. al-Baqarah: 272). Ia dijamin pahala berlipat ganda dan dijauhkan dari rasa takut dan gelisah (Qs. al-Baqarah: 274). Jaminan yang sama diulang kembali dalam ayat 277 sesudah Allah mempertentangkan riba dengan sedekah (Qs. al-Baqarah: 276-277), karena orang menyangka bahwa riba sama halalnya dengan jual beli (Qs. al-Baqarah: 275).

Berdasarkan munâsabah di atas diketahui bahwa setiap kali al-Qur’an berbicara tentang riba, istilah zakat atau padanannya selalu diiringi antitesanya. Di surat ar-Rûm, an-Nisâ dan Âli ‘Imrân, antitesa tersebut disebutkan setelah al-Qur’an berbicara tentang riba, dan pada kelompok surat al-Baqarah, antitesa itu disebut sebelumnya.

Dengan praktek riba maka fungsi sosial harta kekayaan menjadi tidak ada, sehingga kesenjangan antara kaya dan miskin menonjol. Sedangkan dalam zakat dan sedekah, fungsi sosial harta diperankan sehingga hubungan antara orang kaya dan miskin terjalin baik.

Riba dikontraskan dengan zakat tampaknya terkandung isyarat yang harus dipahami bahwa keduanya memiliki sifat yang sama sekali bertentangan. Dalam zakat terkandung pemberian ikhlas, dalam riba terkandung pemerasan.

ayat-ayat tentang riba dalam al-Qur’an terdapat pada beberapatempat dan masa turunnya berbeda-beda.Ayat pertama turun di Makkah, dan ayat-ayat selanjutnya turun di Madinah. Tahapan turunnya ayat riba ini mirip seperti tahapan turunnya ayat khamr.2[14]

(13)

F. TAFSIR

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 275-281

Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu

berbuat dosa.

Telah disebutkan bahwa Allah Swt dalam 14 ayat secara beruntun pada surat al-Baqarah menyeru orang-orang Mukmin agar berinfak dan menjelaskan kesan-kesan personal dan sosial. Alasannya, agar dari satu sisi menghidupkan jiwa kedermawanan dalam individu-individu dan mengurangi keterikatan mereka dengan dunia dan dari sisi lain kesenjangan serta perbedaan status sosial dapat dikurangi dan jiwa persaudaraan dan persamaan bisa ditegakkan dalam masyarakat Islam.

Kini kelanjutan dari ayat-ayat tersebut, al-Quran mengutarakan fenomena buruk "memakan riba" yang selain meluluh lantakkan keseimbangan ekonomi sosial, juga menggoyahkan keseimbangan jiwa orang yang memakan riba. Dari satu sisi, menyebabkan dendam dan kebencian orang-orang dhuafa' terhadap orang-orang kaya dan menyeret masyarakat ke lembah peledakan dan dari sisi lain,

meninggalkan sejenis kegilaan bagi orang-orang yang memakan riba. Mereka yang tidak mengenali kecuali uang dan mas serta segala

sesuatu bahkan emosi dan perasaan kemanusiaan dijualbelikan dengan uang.

Orang yang memakan riba tanpa memanfaatkan uangnya berperan dan berfungsi dalam produksi atau urusan pelayanan sosial, dan tanpa menggunakan pikiran atau tangannya. Mereka justru meminjamkan uang kepada orang miskin dan memerlukan, kemudian menagih lebih daripada jumlah uang yang dipinjamkan kepada orang yang

meminjam. Hasil dari perbuatan ini pada akhirnya, yang lemah

semakin lemah dan yang kaya semakin kaya. Dan ini adalah kezaliman yang paling tinggi pada hak orang-orang tertindas dan dengan

demikian semua agama samawi riba adalah diharamkan dan orang-orang yang memakan riba dijatuhi sanksi.

(14)

yang memakan riba dan betapa mungkinnya menyebabkan hangus dan habisnya harta-harta asalnya. Lain halnya dengan orang-orang yang suka memberikan sedekah, dengan popularitas dan kecintaan

masyarakat kepadanya, mereka berada dalam keadaan tenang dan damai dan membangun peluang bagi pertumbuhan dan kesejahteraan baginya.

Dari ayat ini kita dapat memetik beberapa pelajaran:

1. Memakan riba menyebabkan hancurnya keseimbangan jiwa

individu-individu dan keseimbangan masyarakat sampai pada tahapan dimana, sebagai ganti cinta kasih, tertanam kebencian dan sebagai ganti keadilan, tertanam kesewenang-wenangan sosial.

2. Islam adalah agama universal dan memiliki visi sosial. Dengan demikian, bagi urusan ekonomi rakyat, Islam memiliki program bukan hanya ibadah yang kering yang dipaksakan kepada rakyat dan

melepaskan dunia mereka pada mereka sendiri.

3. Memakan riba sejenis ketiadaan syukur. Harta-harta yang diserahkan kepada kita tidaklah lebih dari amanah dan tidak menginfakkan harta-harta tadi kepada orang-orang miskin adalah tidak mensyukuri nikmat Tuhan yang mana kufur nikmat dapat menyebabkan kebinasaan.

Ayat ke-277:

Artinya:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Ayat ini mengenalkan orang Mukmin yang sejati adalah orang yang di samping menjalin hubungan dengan Khaliq dengan melaksanakan shalat, mereka memikirkan hubungan dengan makhluk dengan membayar zakat. Agama tidak dikenali sebatas kewajiban-kewajiban kering dan tak berjiwa, melainkan senantiasa berpikir untuk

memberikan kebaikan kepada orang lain. Kita harap zakat dan infak semakin meluas di tengah-tengah masyarakat sehingga tidak tersisa tempat bagi orang-orang dzalim dan pemakan riba serta berkuasanya keadilan yang sejati.

Ayat ke 278-279:

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.

(15)

hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.

Manakala ayat berkenaan dengan riba diturunkan sebagai Muslimin memiliki piutang dari hasil riba, makanya mereka bertanya kepada Rasul berkaitan dengan ini. Ayat ini lalu diturunkan dan Rasul Saw mengumumkan ditengah-tengah Muslimin mengumumkan bahwa semua kontrak berkaitan dengan riba adalah batal dan keluarga serta kerabat Rasul harus meninggalkan riba paling dahulu.

Dalam ayat sebelumnya, kita baca bahwa membantu orang-orang miskin dan memberikan utang kepada mereka, identik dengan memberit utang kepada Allah dan Allah Swt akan memberikan pahalanya. Ayat ini memberikan peringatan kepada orang yang melakukan kezaliman terhadap orang-orang miskin dengan jalan mengambil riba bahwasanya jika kalian tidak meninggalkan riba, maka Allah dan rasul-Nya akan bangkit membela para mustadh'afin dan memerangi para pelaku kezaliman.

Dari ayat ini kita petik beberapa pelajaran;

1. Iman bukanlah hanya dengan puasa dan shalat, melainkan dengan menjauhi harta haram, adalah syarat iman dan indikasi taqwa.

2. Islam menghormati kepemilikan, namun tidak mengizinkan orang-orang kaya menjajah dan mengeksploitasi.

3. Berbuat dzalim dan mau didzalimi, kedua-duanya terkutuk. Memakan riba adalah terlarang dan demikian juga memberikan riba.

Ayat ke 280-281:

Artinya:

Dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.

Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).

Sebagai lanjutan ayat-ayat terdahulu, yang merangsang orang-orang Mukmin agar membayar infak dan melarang mereka mengambil riba, ayat ini menyinggung poin moral sehubungan dengan bukan hanya dalam utang kalian jangan mengambil riba, malah ketika dalam masa yang sudah dijanjikan orang yang berutang tidak dapat membayar maka berilah dia kesempatan, dan lebih mulia dari itu bebaskanlah utangnya itu dan ketahuilah bahwa pemberianmu ini tidak akan terbiar tanpa jawaban dan Allah Swt akan menggantinya di hari kiamat tanpa dikurangi. Jika anjuran-anjuran agama dilaksanakan dalam

(16)

akan terbebaskan dari kerakusan dan kebakhilan dan keterkaitan dengan dunia serta dinding antara sikaya dengan simiskin dapat diperkecil.

Dari ayat ini kita ambil beberapa pelajaran;

1. Masalah yang utama dalam infak dan memberikan utang adalah untuk mewujudkan kesenangan dan kelapangan bagi orang-orang miskin, maka tidak boleh orang kaya memberikan pinjaman membuat orang miskin itu kembali jatuh miskin dan tidak berkemampuan membayarnya.

2. Islam pendukung sejati orang-orang tertindas dan dengan

diharamkannya riba dan dianjurkannya infak, kekosongan-kekosongan ekonomi masyarakat dapat terpenuhi.

3. Mencari keridhaan Allah Swt dan keridhaan Khaliq lebih baik dari mencari penghasilan. (IRIB)

G. korelasi dengan ekonomi

KORELASI

KONSEP DASAR DAN PRINSIP-PRINSIP EKONOMI ISLAM

Islam sebagai agama merupakan konsep yang mengatur kehidupan manusia secara komprehensif dan universal baik dalam hubungan dengan Sang Pencipta

(HabluminAllah) maupun dalam hubungan sesama manusia (Hablumminannas). Ada tiga pilar pokok dalam ajaran Islam yaitu; pertama, Aqidah. Aqidah

merupakan komponen ajaran Islam yang mengatur tentang keyakinan atas keberadaan dan kekuasaan Allah sehingga harus menjadi keimanan seorang muslim manakala melakukan berbagai aktivitas dimuka bumi semata-mata untuk mendapatkan keridlaan Allah sebagai khalifah yang mendapat amanah dari Allah. Pilar yang kedua adalah Syariah. Syariah merupakan komponen ajaran Islam yang mengatur tentang kehidupan seorang muslim baik dalam bidang ibadah

(habluminAllah) maupun dalam bidang muamalah (hablumminannas) yang merupakan aktualisasi dari akidah yang menjadi keyakinannya. Sedangkan muamalah sendiri meliputi berbagai bidang kehidupan antara lain yang menyangkut ekonomi atau harta dan perniagaan disebut muamalah maliyah. Sedangkan pilar yang ketiga adalah Akhlaq. Akhlaq merupakan landasan perilaku dan kepribadian yang akan mencirikan dirinya sebagai seorang muslim yang taat berdasarkan syariah dan aqidah yang menjadi pedoman hidupnya sehingga disebut memiliki akhlaqul karimah sebagaimana hadis nabi yang menyatakan “Tdaklah sekiranya Aku diutus kecuali untuk menjadikan akhlaqul karimah” Cukup banyak tuntunan Islam yang mengatur tentang kehidupan ekonomi umat yang antara lain secara garis besar adalah sebagai berikut :

(17)

• Riba dalam segala bentuknya dilarang bahkan dalam ayat Alquran tentang pelarangan riba yang terakhir yaitu surat Al Baqarah ayat 278-279 secara tegas dinyatakan sebagai berikut:

”Hai orang-orang yang beriman takutlah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa-sisa riba itu jika kamu orang beriman. Kalau kamu tiada memperbuatnya ketahuilah ada peperangan dari Allah dan RasulNya terhadapmu dan jika kamu bertobat maka untukmu polcok-pokok hartamu kamu tidak menganiaya dan tidak pula teraniaya.”

• Larangan riba juga terdapat dalam ajaran kristen baik perjanjian lama maupun perjanjian baru yang pada intinya menghendaki pemberian pinjaman pada orang lain tanpa meminta bunga sebagai imbalan.

• Meskipun masih ada sementara pendapat khususnya di Indonesia yang masih meragukan apakah bunga bank termasuk riba atau bukan, maka sesungguhnya telah menjadi kesepakatan ulama, ahli fikih dan Islamic banker dikalangan dunia Islam yang menyatakan bahwa bunga bank adalah riba dan riba diharamkan. • Tidak memperkenankan berbagai bentuk kegiatan yang mengandung unsur spekulasi dan perjudian termasuk didalamnya aktivitas ekonomi yang diyakini akan mendatangkan kerugian bagi masyarakat.

• Harta harus berputar (diniagakan) sehingga tidak boleh hanya berpusat pada segelintir orang dan Allah sangat tidak menyukai orang yang menimbun harta sehingga tidak produktif dan oleh karenanya bagi mereka yang mempunyai harta yang tidak produktif akan dikenakan zakat yang lebih besar dibanding jika diproduktifkan. Hal ini juga dilandasi ajaran yang menyatakan bahwa kedudukan manusia dibumi sebagai khalifah yang menerima amanah dari Allah sebagai pemilik mutlak segala yang terkandung didalam bumi dan tugas manusia untuk menjadikannya sebesar-besar kemakmuran dan kesejahteraan manusia.

• Bekerja dan atau mencari nafkah adalah ibadah dan waJib dlakukan sehingga tidak seorangpun tanpa bekerja – yang berarti siap menghadapi resiko – dapat memperoleh keuntungan atau manfaat(bandingkan dengan perolehan bunga bank dari deposito yang bersifat tetap dan hampir tanpa resiko).

• Dalam berbagai bidang kehidupan termasuk dalam kegiatan ekonomi harus dilakukan secara transparan dan adil atas dasar suka sama suka tanpa paksaan dari pihak manapun.

• Adanya kewajiban untuk melakukan pencatatan atas setiap transaksi khususnya yang tidak bersifat tunai dan adanya saksi yang bisa dipercaya (simetri dengan profesi akuntansi dan notaris).

• Zakat sebagai instrumen untuk pemenuhan kewajiban penyisihan harta yang merupakan hak orang lain yang memenuhi syarat untuk menerima, demikian juga anjuran yang kuat untuk mengeluarkan infaq dan shodaqah sebagai manifestasi dari pentingnya pemerataan kekayaan dan memerangi kemiskinan.

Dari uraian ringkas diatas memberikan gambaran yang jelas tentang prinsip-prinsip dasar sistem ekonomi Islam dimana tidak hanya berhenti pada tataran konsep saja tetapi tersedia cukup banyak contoh-contoh kongkrit yang diajarkan oleh RasulAllah, yang untuk penyesuaiannya dengan kebutuhan saat sekarang cukup banyak ijtima’ yang dilakukan oleh para ahli fikih disamping

(18)

keuangan Islam. Sesuai sifatnya yang universal maka tuntunan Islam tersebut diyakini akan selalu relevan dengan kebutuhan zaman, dalam hal ini sebagai contoh adalah pengembangan lembaga keuangan Islam seperti perbankan dan asuransi.

Sistim keuangan dan perbankan Islam adalah merupakan bagian dari konsep yang lebih luas tentang ekonomi Islam, yang tujuannya, sebagaimana dianjurkan oleh para ulama, adalah memperkenalkan sistim nilai dan etika Islam ke dalam

lingkungan ekonomi. Karena dasar etika ini maka keuangan dan perbankan Islam bagi kebanyakan muslim adalah bukan sekedar sistem transaksi komersial. Persepsi Islam dalam transaksi finansial itu dipandang oleh banyak kalangan muslim sebagai kewajiban agamis. Kemampuan lembaga keuangan Islam menarik investor dengan sukses bukan hanya tergantung pada tingkat kemampuan lembaga itu menghasilkan keuntungan, tetapi juga pada persepsi bahwa lembaga tersebut secara sungguh-sungguh memperhatikan restriksi-restriksi agamis yang digariskan oleh Islam.

Islam berbeda dengan agama-agama lainnya, karena agama lain tidak dilandasi dengan postulat iman dan ibadah. Dalam kehidupan sehari-hari, Islam dapat diterjemahkan ke dalam teori dan juga diinterpretasikan ke dalam praktek tentang bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain. Dalam ajaran Islam, perilaku individu dan masyarakat diarahkan ke arah bagaimana cara pemenuhan kebutuhan mereka dilaksanakan dan bagaimana menggunakan sumber daya yang ada. Hal ini menjadi subyek yang dipelajari dalam Ekonomi Islam sehingga implikasi ekonomi yang dapat ditarik dari ajaran Islam berbeda dengan ekonomi tradisional. Oleh sebab itu, dalam Ekonomi Islam, hanya pemeluk Islam yang berimanlah yang dapat mewakili satuan ekonomi Islam.

Prinsip-prinsip Ekonomi Islam itu secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :

(1) Dalam Ekonomi Islam, berbagai jenis sumber daya dipandang sebagai

pemberian atau titipan Tuhan kepada manusia. Manusia harus memanfaatkannya seefisien dan seoptimal mungkin dalam produksi guna memenuhi kesejahteraan secara bersama di dunia yaitu untuk diri sendiri dan untuk orang lain. Namun yang terpenting adalah bahwa kegiatan tersebut akan dipertanggung-jawabkannya di akhirat nanti.

(2) Islam mengakui kepemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu, termasuk kepemilikan alat produksi dan faktor produksi. Pertama, kepemilikan individu dibatasi oleh kepentingan masyarakat, dan Kedua, Islam menolak setiap

pendapatan yang diperoleh secara tidak sah, apalagi usaha yang menghancurkan masyarakat.

Oleh karena itu, Sistem Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh beberapa orang saja. Konsep ini berlawanan dengan Sistem Ekonomi Kapitalis, dimana kepemilikan industri didominasi oleh monopoli dan oligopoli, tidak terkecuali industri yang merupakan kepentingan umum.

(19)

bahan makanan harus dikelola oleh negara. Demikian juga berbagai macam bahan bakar untuk keperluan dalam negeri dan industri tidak boleh dikuasai oleh

individu.

(6) Orang muslim harus takut kepada Allah dan hari akhirat, seperti diuraikan dalam Al Qur’an sebagai berikut:

‘Dan takutlah pada hari sewaktu kamu dikembalikan kepada Allah, kemudian masing-masing diberikan balasan dengan sempurna usahanya. Dan mereka tidak teraniaya…’ (QS 2:281).

Oleh karena itu Islam mencela keuntungan yang berlebihan, perdagangan yang tidak jujur, perlakuan yang tidak adil, dan semua bentuk diskriminasi dan penindasan.

(7) Seorang muslim yang kekayaannya melebihi tingkat tertentu (Nisab)

diwajibkan membayar zakat. Zakat merupakan alat distribusi sebagian kekayaan orang kaya (sebagai sanksi atas penguasaan harta tersebut), yang ditujukan untuk orang miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Menurut pendapat para alim-ulama, zakat dikenakan 2,5% (dua setengah persen) untuk semua kekayaan yang tidak produktif (Idle Assets), termasuk di dalamnya adalah uang kas, deposito, emas, perak dan permata, pendapatan bersih dari transaksi (Net Earning from Transaction), dan 10% (sepuluh persen) dari pendapatan bersih investasi. (8) Islam melarang setiap pembayaran bunga (Riba) atas berbagai bentuk pinjaman, apakah pinjaman itu berasal dari teman, perusahaan perorangan, pemerintah ataupun institusi lainnya. Al Qur’an secara bertahap namun jelas dan tegas memperingatkan kita tentang bunga. Hal ini dapat dilihat dari turunnya ayat-ayat Al Qur’an secara berturut-turut dari QS 39:39, QS 4:160-161, QS 3:130-131 dan QS 2:275-281.

Referensi

Dokumen terkait

Rata-rata lama perawatan pasien diabetes mellitus dengan hiperglikemia berdasarkan jenis kelamin dan penggunaan insulin aspartam kerja cepat dan insulin reguler kerja pendek

tahunan, selebaran berita, surat pembaca (di surat kabar, majalah) dan karangan di surat kabar. 27 Dengan dokumentasi, peneliti mencatat tentang sejarah Pondok

Penyusunan pedoman Upaya diare Puskesmas Babat tahun 2016 merupakan tanggung jawab kami sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan terkait pelaksanaan program diare

Film Animasi 3D serial adalah portofolio yang sangat baik dan menarik untuk media promosi bagi sebuah perusahaan dalam bidang industry kreatif, selain itu film

Pada skenario 2, MDO separator 1 sengaja diberikan gangguan hubungan singkat agar mengetahui bagaimana koordinasi proteksi pada bus MSB dan bus FO sistem yang

Menulis Karangan Deskripsi di Kelas IV SDN Kauman II Kecamatan Klojen kota Malang.” Ada juga penelitian yang dilakukan oleh Istikomah dengan judul “Penerapan Model

Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja.. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka

Penelitian ini bertujuan menentukan persamaan yang dapat digunakan untuk mendekati pertumbuhan, kecepatan konsumsi glukosa, kecepatan produksi asam sitrat oleh