• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAPPDF.COM PDF DOWNLOAD PEMILIHAN METODE YANG TEPAT DALAM PENELITIAN ... ALTA LIM JOURNAL 1 SM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TAPPDF.COM PDF DOWNLOAD PEMILIHAN METODE YANG TEPAT DALAM PENELITIAN ... ALTA LIM JOURNAL 1 SM"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

345

Naila Hayati

Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Padang

Abstract: Research activities requires a clear method. In this case there are two of research methods, the qualitative methods and quantitative methods. At first, the quantitative methods are considered to qualify as a good research method, because it uses the tools or instruments to measure specific symptoms and statistically processed. But in its development, the data is numeric and mathematical processing can not explain conclusively the truth. Therefore used qualitative methods are considered able to explain the symptoms or phenomenon in complete and comprehensive. In choosing this method often confused people will choose which. For that we need more in-depth understanding of both methods.

Key words: quantitative methods, qualitative methods, statistical, mathematical.

Abstrak: Kegiatan penelitian memerlukan metode yang jelas. Dalam hal ini ada dua metode penelitian yakni

metode kualitatif dan metode kuantitatif. Pada mulanya metode kuantitatif dianggap memenuhi syarat sebagai metode penelitian yang baik, karena menggunakan alat-alat atau instrumen untuk mengukur gejala-gejala tertentu dan diolah secara statistik. Tetapi dalam perkembangannya, data yang berupa angka dan pengolahan matematis tidak dapat menerangkan kebenaran secara meyakinkan. Oleh sebab itu digunakan metode kualitatif yang dianggap mampu menerangkan gejala atau fenomena secara lengkap dan menyeluruh. Dalam memilih metode ini orang sering bingung akan memilih yang mana. Untuk itu perlu pemahaman lebih mendalam lagi tentang kedua metode tersebut.

Kata kunci: metode kuantitatif, metode kualitatif, statistik, matematis.

A. Pendahuluan

Pada waktu seseorang akan memulai sebu-ah penelitian (skripsi, tesis, disertasi), seringkali disibukkan dengan bentuk penelitian yang akan digunakan. Terkadang cepat sekali memperoleh ide atau gagasan dalam penelitian, namun masih saja bingung untuk membuat model penelitian yang akan dibuat. Belum lagi dengan anggapan bahwa sejatinya sebuah penelitian akan selalu berurusan dengan uji-uji statistika. Sehingga se-cara tidak langsung kita telah didoktrinasi untuk selalu membuat bentuk penelitian kuantitatif. Padahal penelitan itu tidak harus dalam bentuk penelitian kuantitatif. Para mahasiswa, baik stra-ta satu astra-tau strastra-ta lainnya boleh memilih bentuk penelitian kuantitatif maupun kualitatif.

Ada dua metode berfikir dalam perkem-bangan pengetahuan, yaitu metode deduktif yang dikembangkan oleh Aristoteles dan meto-de induktif yang dikembangkan oleh Francis Bacon. Metode deduktif adalah metode berfikir yang berpangkal dari hal-hal yang umum atau teori menuju pada hal-hal yang khusus atau

ke-nyataan. Sedangkan metode induktif adalah se-baliknya. Dalam pelaksanaan, kedua metode ter-sebut diperlukan dalam penelitian (Bungin, 2010: 6).

Kegiatan penelitian memerlukan metode yang jelas. Dalam hal ini ada dua metode pene-litian yakni metode kualitatif dan metode kuan-titatif. Pada mulanya metode kuantitatif diang-gap memenuhi syarat sebagai metode penelitian yang baik, karena menggunakan alat-alat atau intsrumen untuk mengakur gejala-gejala tertentu dan diolah secara statistik. Tetapi dalam per-kembangannya, data yang berupa angka dan pengolahan matematis tidak dapat menerangkan kebenaran secara meyakinkan. Oleh sebab itu digunakan metode kualitatif yang dianggap mampu menerangkan gejala atau fenomena se-cara lengkap dan menyeluruh.

(2)

meneliti (Kasiram, 2008:96). Pada mulanya o-rang memandang bahwa apa yang terjadi ber-sifat alamiah. Peneliti berber-sifat pasif sehingga tinggal memberi makna dari apa yang terjadi dan tanpa ingin berusaha untuk merubah. Masa ini disebut masa pra-positivisme.

Setelah itu timbul pandangan baru, yakni bahwa peneliti dapat dengan sengaja mengada-kan perubahan dalam dunia sekitar dengan me-lakukan berbagai eksperimen, maka timbullah metode ilmiah. Masa ini disebut masa positi-visme.

Pandangan positivisme dalam perkembang-annya dibantah oleh pendirian baru yang disebut post-positivisme. Pendirian post-positivisme ini bertolak belakang dengan positivisme. Dapat di-katakan bahwa post-positivisme sebagai reaksi terhadap positivisme. Menurut pandangan post-positivisme, kebenaran tidak hanya satu tetapi lebih kompleks, sehingga tidak dapat diikat oleh satu teori tertentu saja. Aliran ini menyatakan suatu hal yang tidak mungkin mencapai atau melihat kebenaran apabila pengamat berdiri di belakang layar tanpa ikut terlibat dengan objek secara langsung (Bungin, 2007: 5).

Terdapat kesalahan pemahaman di dalam masyarakat bahwa yang dinamakan sebagai ke-giatan penelitian adalah penelitian yang berco-rak survei. Ditambah lagi ada pemahaman lain bahwa penelitian yang benar jika menggunakan sebuah daftar pertanyaan dan datanya dianalisa dengan menggunakan teknik statistik. Pema-haman ini berkembang karena kuatnya pengaruh aliran positivistik dengan metode penelitian kuantitatif.

Ada dua kelompok metode penelitian dalam ilmu sosial yakni metode penelitian kuantitatif dan metode penelitian kualitatif. Di antara ke-dua metode ini sering timbul perdebatan di se-putar masalah metodologi penelitian. Masing-masing aliran berusaha mempertahankan keku-atan metodenya.

Salah satu argumen yang dikedepankan oleh metode penelitian kualitatif adalah ke-unikan manusia atau gejala sosial yang tidak da-pat dianalisa dengan metode yang dipinjam dari ilmu eksakta. Metode penelitian kualitatif me-nekankan pada metode penelitian observasi di lapangan dan datanya dianalisa dengan cara

non-statistik meskipun tidak selalu harus me-nabukan penggunaan angka.

Penelitian kualitatif lebih menekankan pada penggunaan diri si peneliti sebagai alat. Peneliti harus mampu mengungkap gejala sosial di la-pangan dengan mengerahkan segenap fungsi in-derawinya. Dengan demikian, peneliti harus da-pat diterima oleh responden dan lingkungannya agar mampu mengungkap data yang tersem-bunyi melalui tutur bahasa, bahasa tubuh, peri-laku maupun ungkapan-ungkapan yang berkem-bang dalam dunia dan lingkungan responden.

Untuk lebih lanjut, tulisan ini akan mem-bicarakan tentang seputar permasalahan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif.

B.Pembahasan

1. Pengertian Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

Metode kuantitatif dan kualitatif sering di-pasangkan dengan nama metode yang tradi-sional, dan metode baru; metode positivistik dan metode postpositivistik; metode scientific dan metode artistik; metode konfirmasi dan temuan; serta kuantitatif dan interpretif. Jadi metode ku-antitatif sering dinamakan metode tradisional,

positivistic, scientific dan metode discovery.

Selanjutnya metode kualitatif sering dinamakan sebagai metode baru, postpositivistik ; artistik;

dan interpretive research (Sugiyono, 2012: 13).

Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, ob-jektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, karena de-ngan metode ini dapat ditemukan dan dikem-bangkan berbagai iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statis-tik.

(3)

karena proses penelitian lebih bersifat seni (ku-rang terpola), dan disebut sebagai metode

inter-pretive karena data hasil penelitian lebih

ber-kenaan dengan interprestasi terhadap data yang ditemukan di lapangan.

Metode penelitian kuantitatif dapat diarti-kan sebagai metode penelitian yang berlandas-kan pada filsafat positivisme digunaberlandas-kan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu tek-nik pengambilan sampel pada umumnya dilaku-kan secara random, pengumpulan data menggu-nakan instrument penelitian analisis data bersi-fat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Filsafat positivisme memandang realitas/ gejala/fenomena itu dapat diklasifikasikan, rela-tif tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubung-an gejala bersifat sebab akibat. Penelitihubung-an pada umumnya dilakukan pada populasi atau sampel tertentu yang representatif. Proses penelitian bersifat deduktif, dimana untuk menjawab ru-musan masalah digunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan hipotesis. Hipotesis tersebut selanjutnya diuji melalui pengumpulan data lapangan. Untuk mengumpulkan data digu-nakan instrument penelitian. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis secara kuan-titatif dengan menggunakan statistik deskriptif atau inferensial sehingga dapat disimpulkan hipotesis yang dirumuskan terbukti atau tidak. Penelitian kuantitatif pada umumnya dilakukan pada sampel yang diambil secara random, se-hingga kesimpulan hasil penelitian dapat dige-neralisasikan pada populasi di mana sampel ter-sebut diambil.

Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena peneli-tiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah

(natural setting); disebut juga sebagai metode

etnographi, karena pada awalnya metode ini le-bih banyak digunakan untuk penelitian bidang antroplogi budaya; disebut sebagai metode kua-litatif, karena data yang terkumpul dan ana-lisisnya lebih bersifat kualitatif.

Filsafat postpositivisme sering juga disebut sebagai paradigma interpretif dan konstruktif, yang memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistic/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif

(reciprocal). Penelitian dilakukan pada obyek

yang alamiah. Obyek yang alamiah adalah ob-yek yang berkembang apa adanya, tidak dimani-pulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut. Dalam penelitian kualitatif instru-mennya adalah orang atau human instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrument, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret dan meng-kontruksi situasi sosial yang diteliti menjadi le-bih jelas dan bermakna. Untuk mendapatkan pe-mahaman yang lebih luas dan mendalam terha-dap situasi sosial pendidikan yang diteliti, maka teknik pengumpulan data bersifat trianggulasi, yaitu menggunakan berbagai teknik pengum-pulan data secara gabungan/simultan. Analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasar-kan fakta-fakta yang ditemuberdasar-kan di lapangan dan kemudian dikontruksikan menjadi hipotesis atau teori. Metode kualitatif digunakan untuk menda-patkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh ka-rena itu di dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih me-nekankan pada makna. Generalisasi dalam pe-nelitian kualitatif dinamakan transferability.

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post-positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah se-bagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan tri-anggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2012: 13-15).

(4)

pendidikan, penelitian kualitatif dapat dilakukan untuk memahami berbagai fenomena perilaku pendidik, peserta didik dalam proses pendidikan dan pembelajaran.

2. Perbedaan Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

Untuk memahami metode penelitian kuan-titatif dan kualitatif secara lebih mendalam, ma-ka harus diketahui perbedaannya. Perbedaan an-tara metode kualitatif dengan kuantitatif meli-puti tiga hal, yaitu perbedaan tentang aksioma, proses penelitian, dan karakteristik penelitian itu sendiri ((Sugiyono, 2012: 16).

a. Perbedaan Aksioma

Aksioma adalah pandangan dasar. Aksioma penelitian kuantitatif dan kualitatif meliputi ak-sioma tentang realitas, hubungan peneliti de-ngan yang diteliti, hubude-ngan variable, kemung-kinan generalisasi, dan peranan nilai (Sugiyono, 2012: 1).

1) Sifat realitas

Dalam memandang realitas, gejala, atau ob-yek yang diteliti, terdapat perbedaan antara metode kualitatif dan kuantitatif. Pada me-tode kuantitatif yang berlandaskan pada fil-safat positivisme, realitas dipandang sebagai sesuatu yang kongkrit, dapat diamati dengan panca indra, dapat dikategorikan menurut je-nis, bentuk, warna, dan prilaku, tidak beru-bah, dapat diukur dan diverifikasi. Dengan demikian dalam penelitian kuantitatif, pene-liti dapat menentukan hanya beberapa varia-bel saja dari obyek yang diteliti, dan kemu-dian dapat membuat instrument untuk meng-ukurnya.

Dalam penelitian kualitatif yang berlandas-kan pada filsafat postpositivisme atau para-digma interpretive, suatu realitas atau obyek tidak dapat dilihat secara parsial dan dipecah ke dalam beberapa. Penelitian kualitatif me-mandang obyek sebagai sesuatu yang dina-mis, hasil kontruksi pemikiran dan inter-prestasi terhadap gejala yang diamati, serta utuh (holistic) karena setiap aspek dari obyek itu mempunyai suatu kesatuan yang tidak da-pat dipisahkan. Ibarat meneliti performan suatu mobil, peneliti kuantitatif dapat mene-liti mesinnya saja, atau bodinya saja, tetapi

peneliti kualitatif akan meneliti semua kom-ponen dan hubungan satu dengan yang lain, serta kinerja pada saat mobil di-jalankan. Realitas dalam penelitian kualitatif tidak ha-nya yang tampak (teramati), tetapi sampai di-balik yang tampak tersebut. Misalnya melihat

ada orang yang sedang memancing,

penelitian kuantitatif akan menganggap bahwa memancing itu merupakan kegiatan mencari ikan, sedangkan dalam penelitian kualitatif akan melihat yang lebih dalam

mengapa orang tersebut memancing.

Mungkin memancing untuk menghilangkan stres, daripada menganggur, atau mencari teman. Jadi realitas itu merupakan konstruksi atau interprestasi dari pemahaman terhadap semua data yang tampak di lapangan.

2) Hubungan peneliti dengan yang diteliti Dalam penelitian kuantitatif, kebenaran itu diluar dirinya, sehingga hubungan antara pe-neliti dengan yang diteliti harus dijaga jaraknya sehingga bersifat independen. De-ngan menggunakan kuesioner sebagai teknik pengumpulan data, maka peneliti kuantitatif hampir tidak mengenal siapa yang diteliti a-tau responden yang memberikan data. Dalam penelitian kualitatif peneliti sebagai human

instrument dan dengan teknik pengumpulan

data participant observation (observasi ber-peran serta) dan in depth interview (wawan-cara mendalam), maka peneliti harus berin-teraksi dengan sumber data. Dengan demi-kian peneliti kualitatif harus mengenal betul orang yang memberikan data.

3) Hubungan antar

Peneliti kuantitatif dalam melihat hubungan variable terhadap obyek yang diteliti lebih bersifat sebab dan akibat (kausal), sehingga dalam penelitiannya ada variabel independen dan dependen. Dari variabel tersebut selan-jutnya dicari seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel de-penden. Contoh: pengaruh iklan terhadap nilai penjualan, artinya semakin banyak iklan yang ditayangkan maka akan semakin ba-nyak nilai penjualan. Iklan sebagai variabel independen (sebab) dan nilai penjualan seba-gai variabel dependen (akibat).

(5)

ma-ka penelitian kualitatif dalam melihat hu-bungan antar variabel pada obyek yang dite-liti lebih bersifat interaktif yaitu saling mem-pengaruhi (reciprocal/ interaktif), sehingga tidak diketahui mana variabel independen dan dependennya. Contoh: hubungan antara iklan dan nilai penjualan. Dalam hal ini hu-bungannya interaktif, artinya makin banyak uang yang dikeluarkan untuk iklan maka a-kan semakin banyak nilai penjualan, tetapi juga sebaliknya makin banyak nilai penjualan maka alokasi dana untuk iklan juga akan se-makin tinggi.

4) Kemungkinan Generalisasi

Pada umumnya penelitian kuantitatif lebih menekankan pada keluasan informasi, (bukan kedalaman) sehingga metode ini cocok di-gunakan untuk populasi yang luas dengan va-riabel yang terbatas. Selanjutnya data yang diteliti adalah data sampel yang diambil dari populasi tersebut dengan teknik probability

sampling (random). Berdasarkan data dari

sampel tersebut, selanjutnya peneliti mem-buat generalisasi (kesimpulan sampel diber-lakukan ke populasi di mana sampel tersebut diambil).

Penelitian kualitatif tidak melakukan gene-ralisasi tetapi lebih menekankan kedalaman informasi sehingga sampai pada tingkat makna. Seperti telah dikemukakan, makna adalah data dibalik yang tampak. Walaupun penelitian kualitatif tidak membuat gene-ralisasi, tidak berarti hasil penelitian kuali-tatif tidak dapat diterapkan di tempat lain. Generalisasi dalam penelitian kualitatif dise-but dengan transferability dalam bahasa In-donesia dinamakan keteralihan. Maksudnya adalah bahwa, hasil penelitian kualitatif dapat ditransferkan atau diterapkan di tempat lain, manakala kondisi tempat lain tersebut tidak jauh berbeda dengan tempat penelitian. 5) Peranan Nilai

Peneliti kualitatif dalam melakukan ngumpulan data terjadi interaksi antara pe-neliti data dengan sumber data. Dalam inter-aksi ini baik peneliti maupun sumber data memiliki latar belakang, pandangan, keya-kinan, nilai-nilai, kepentingan dan persepsi berbeda-beda, sehingga dalam pengumpulan data, analisis, dan pembuatan laporan akan

terikat oleh nilai-nilai masing-masing. Dalam penelitian kuantitatif, karena peneliti tidak berinteraksi dengan sumber data, maka akan terbebas dari nilai-nilai yang dibawa peneliti dan sumber data. Karena ingin bebas nilai, maka peneliti menjaga jarak dengan sumber data, supaya data yang diperoleh obyektif (Sugiyono, 2012: 16-21).

b. Perbedaan Karakteristik Penelitian

Berdasarkan karakteristik penelitian, meto-de kuantitatif dan kualitatif dapat dibedakan se-bagai mana tabel 1 berikut (Sugiyono, 2012: 23-25):

Tabel 1. Perbedaan Metode Kuantitatif dengan Kualitatif

No Metode Kuantitatif Metode Kualitatif

1. A. Desain

a. Spesifik, jelas, rinci b. Ditentukan secara

mantap sejak awal c. Menjadi pegangan

langkah demi langkah c.Mencari generalisasi

yang mempunyai ni-lai prediktif

B. Tujuan

a.Menemukan pola hu-bungan yang bersifat interaktif

b.Menemukan teori c.Menggambarkan ralitas

yang kompleks

C. Teknik Pengumpulan data

a.Participant observation b.In depth interview c.Dokumentasi d.Tringulasi 4. D.Instrumen

Peneliti-an

a.Test, angket, wawan-cara terstruktur b.Instrument yang telah

terstandar

D. Instrument Penelitian

a.Peneliti sebagai ment (human instru-ment)

b.Buku catatan, tape recorder, camera, handycam, dan lain-lain.

5. E. Data

a.Kuantitatif.

b.Hasil pengukuran yang dioperasional-kan dengan menggu-nakan instrument

E. Data

a.Deskriptif kualitatif. b.Dokumen pribadi,

cata-tan lapangan, ucapan dan tindakan respon-den, dokumen dan lain-d.Berkembang selama

(6)

wal

a.Dibuat berjarak, bah-kan sering tanpa kon-tak supaya objektif b.Kedudukan peneliti

lebih tinggi dari res-temukan hipotesis atau teori

9. I. Usulan Desain

a.Luas dan rinci b.Literatur yang

berhu-bungan dengan masa-lah dan variabel yang diteliti.

c.Prosedur yang spesi-fik dan rinci langkah-langkahnya

d.Masalah dirumuskan dengan spesifik dan jelas

e.Hipotesis dirumuskan dengan jelas

b.Literatur yang diguna-kan bersifat sementara, tidak menjadi pegangan utama

c.Prosedur bersifat u-mum, seperti akan me-rencanakan tour/piknik d.Masalah bersifat se-mentara dan akan dite-mukan setelah studi pendahuluan

e.Tidak dirumuskan hi-potesis, karena justru akan menemukan hipo-tesis

f.Fokus penelitian dite-tapkan setelah dipero-leh data awal dari la-pangan

10. J. Kapan Penelitian Dianggap Selesai?

Setelah semua kegiatan yang direncanakan da-pat diselesaikan

Pengujian validitas dan reabilitas instrument

K. Kepercayaan terha- dap hasil Penelitian

Pengujian kredibilitas, depenabilitas, proses dan hasil penelitian

Dari tabel 1 dapat dipahami betapa berbe-danya karakteristik dari metode kuantitatif dan kualitatif. Diantaranya perbedaan dari segi de-sain, tujuan, teknik pengumpulan data, instru-men penelitian, jenis data, sampel/sumber data, hubungan dengan responden, usulan desain, ka-pan penelitian dianggap selesai dan kepercayaan terhadap hasil penelitian.

c. Perbedaan Proses Penelitian

Perbedaan antara metode penelitian kua-litatif dan kuantitatif juga dapat dilihat dari proses penelitian. Proses dalam metode pene-litian kuantitatif bersifat linier dan kualitatif ber-sifat sirkuler.

1) Proses Penelitian Kuantitatif

Seperti telah diketahui bahwa penelitian itu pada prinsipnya adalah untuk menjawab masalah. Masalah merupakan penyimpang-an dari apa ypenyimpang-ang seharusnya dengpenyimpang-an apa yang terjadi sesungguhnya. Penyimpangan antara aturan dengan pelaksanaan, teori de-ngan praktek, perencanaandede-ngan pelaksa-naan dan sebagainya. Penelitian kuantitatif bertolak dari studi pendahuluan dari obyek yang diteliti (preliminary study) untuk men-dapatkan yang betul-betul masalah. Masa-lah tidak dapat diperoleh dari belakang me-ja, oleh karena itu harus digali melalui studi pendahuluan melalui fakta-fakta empiris. Supaya peneliti dapat menggali masalah de-ngan baik, maka peneliti harus menguasai teori melalui membaca berbagai referensi. Selanjutnya supaya masalah dapat dijawab maka dengan baik masalah tersebut diru-muskan spesifik, dan pada umumnya dibuat dalam bentuk kalimat tanya.

Untuk menjawab rumusan masalah yang si-fatnya sementara (berhipotesis) maka, pene-liti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan berfikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara ter-hadap rumusan masalah penelitian (hipo-tesis). Jadi kalau jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipote-sis.

(7)

Da-lam penelitian kuantitatif metode penelitian yang dapat digunakan adalah metode sur-vey, ex post facto, eksperimen, evaluasi,

action research, policy research (selain

me-tode naturalistik dan sejarah).

Setelah metode penelitian yang sesuai dipi-lih, maka peneliti dapat menyusun instru-men penelitian. Instruinstru-ment ini digunakan sebagai alat pengumpul data yang dapat berbentuk test, angket/kuesioner, untuk pe-doman wawancara atau observasi. Sebelum instrument digunakan untuk pengumpulan data, maka instrument penelitian harus ter-lebih dulu diuji validitas dan reliabilitasnya. Pengumpulan data dilakukan pada obyek tertentu baik yang berbentuk populasi mau-pun sampel. Bila peneliti ingin membuat generalisasi terhadap temuannya, maka sampel yang diambil harus representatif (mewakili).

Setelah data terkumpul, maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan ma-salah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik tertentu. Berda-sarkan analisis ini apakah hipotesis yang diajukan ditolak atau diterima atau apakah penemuan itu sesuai dengan hipotesis yang diajukan atau tidak.

Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawab-an terhadap rumusjawab-an masalah. Berdasarkjawab-an proses penelitian kuantitatif di atas maka tampak bahwa proses penelitian kuantitatif bersifat linier, dimana langkah-langkahnya jelas, mulai dari rumusan masalah, berteori, berhipotesis, mengumpulkan data, analisis data dan membuat kesimpulan dan saran. Penggunaan konsep dan teori yang relevan serta pengkajian terhadap hasil-hasil pene-litian yang mendahului guna menyusun hipotesis merupakan aspek logika (

logico-hypothetico), sedangkan pemilihan metode

penelitian, menyusun instrument, mengum-pulkan data dan analisisnya adalah merupa-kan aspek metodologi untuk menverifika-sikan hipotesis yang diajukan.

2) Proses Penelitian Kualitatif

Rancangan penelitian kualitatif diibaratkan oleh Bogdan, seperti orang ingin piknik, ia baru tahu tempat yang akan dituju, tetapi

tentu belum tahu pasti apa yang ada di tempat itu. Ia akan tahu setelah memasuki obyek, dengan cara membaca berbagai in-formasi tertulis, gambar-gambar, berfikir dan melihat obyek dan aktivitas orang yang ada di sekelilingnya, melakukan wawancara dan sebagainya.

Berdasarkan ilustrasi tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa walaupun peneliti kua-litatif belum memiliki masalah, atau kei-nginan yang jelas, tetapi dapat langsung memasuki obyek/lapangan. Pada waktu me-masuki obyek, peneliti tentu masih merasa asing terhadap obyek tersebut. Setelah masuki obyek, peneliti kualitatif akan me-lihat segala sesuatu yang ada pada tempat itu, yang masih bersifat umum.

Pada tahap ini disebut tahap orientasi atau deskripsi, dengan grand tour question. Pada tahap ini peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan ditanyakan. Mereka baru mengenal serba sepintas terha-dap informasi yang diperolehnya. Tahap deskripsi data yang diperoleh cukup ba-nyak, bervariasi dan belum tersusun secara jelas.

Proses penelitian kualitatif pada tahap ke 2 disebut tahap reduksi/ fokus. Pada tahap ini peneliti mereduksi segala informasi yang telah diperoleh pada tahap pertama. Pada proses reduksi ini peneliti menyortir data dengan cara memilih data yang menarik, penting, berguna, dan baru. Data yang dira-sa tidak dipakai disingkirkan. Berdadira-sarkan pertimbangan tersebut, maka data-data ter-sebut selanjutnya dikelompokan menjadi berbagai kategori yang ditetapkan sebagi fokus penelitian.

(8)

yang diperoleh menjadi sesuatu bangunan pengetahuan, hipotesis atau ilmu yang baru. Hasil akhir dari penelitian kualitatif, bukan sekedar menghasilkan data atau informasi yang sulit dicari melalui metode kuantitatif, tetapi juga harus mampu menghasilkan informasi-informasi yang bermakna, bah-kan hipotesis atau ilmu baru yang dapat di-gunakan untuk membantu mengatasi salah dan meningkatkan taraf hidup ma-nusia. Data atau informasi yang dipe-roleh dapat berbentuk informasi yang bersifat deskriptif, komparatif, dan asosiatif. In-formasi deskriptif adalah gambaran lengkap tentang keadaan obyek yang diteliti. Infor-masi komparatif adalah gambaran inforInfor-masi lengkap tentang perbedaan atau persamaan gejala pada obyek yang diteliti. Dan infor-masi asosiatif adalah gambaran inforinfor-masi lengkap tentang hubungan antara variabel satu dengan gejala lainnya.

Proses memperoleh data atau informasi pa-da setiap tahapan (deskripsi, reduksi, selek-si) tersebut dilakukan secara sirkuler, ber-ulang-ulang dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber. Setiap proses pengum-pulan data dilakukan melalui lima tahapan. Setelah peneliti memasuki obyek penelitian atau sering disebut sebagai situasi sosial (yang terdiri atas tempat, aktor/pelaku/ orang-orang dan aktivitas), peneliti berfikir apa yang akan ditanyakan (1) Setelah ber-fikir sehingga menemukan apa yang akan ditanyakan, maka peneliti selanjutnya ber-tanya pada orang-orang yang dijumpai pada tempat tersebut (2) Setelah pertanyaan dibe-ri jawaban, maka peneliti selanjutnya akan menganalisis apakah jawaban yang dibe-rikan itu betul atau tidak (3) Kalau jawaban atas pertanyaan dirasa betul, maka dibuat-lah kesimpulan (4) Pada tahap ke lima, pe-neliti mencandra (5) kembali terhadap ke-simpulan yang telah dibuat. Apakah kesim-pulan yang telah dibuat itu kredibel atau tidak, maka untuk memastikan kesimpulan yang telah dibuat tersebut, peneliti masuk lapangan lagi, mengulangi pertanyaan de-ngan cara dan sumber yang berbeda, tetapi tujuan sama. Kalau kesimpulan telah diya-kini memiliki kredibilitas yang tinggi, maka

pengumpulan data dinyatakan selesai

(Sugiyono, 2012: 27-32).

3. Kapan Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Digunakan

Antara metode penelitian kuantitatif dan kualitatif tidak perlu dipertentangkan, karena sa-ling melengkapi dan masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Berikut dikemu-kakan kapan sebaiknya kedua metode tersebut digunakan (Sugiyono, 2012: 33).

a. Penggunaan Metode Kuantitatif

Sebelumnya telah dikemukakan bahwa, me-tode kuantitatif meliputi meme-tode survey dan eksperimen. Metode ini digunakan (Sugiyono, 2012: 34):

1) Bila masalah yang merupakan titik tolak penelitian sudah jelas. Masalah adalah merupakan penyimpangan antara yang se-harusnya dengan yang terjadi, antara aturan dengan pelaksanaan, antara teori dengan praktek, antara rencana dengan pelak-sanaan. Dalam menyusun proposal pene-litian, masalah ini harus ditunjukkan de-ngan data, baik data hasil penelitian sendiri maupun dokumentasi. Misalnya akan mene-liti kemiskinan, maka data orang miskin se-bagai masalah harus ditunjukkan.

2) Bila peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi. Metode pene-litian kuantitatif cocok digunakan untuk mendapatkan informasi yang luas tetapi ti-dak mendalam. Bila populasi terlalu luas, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.

3) Bila ingin diketahui pengaruh perlakuan/ treatment tertentu terhadap yang lain. Un-tuk kepentingan ini metode eksperimen pa-ling cocok digunakan. Misalnya pengaruh jamu tertentu terhadap derajat kesehatan. 4) Bila peneliti bermaksud menguji hipotesis

penelitian. Hipotesis penelitian dapat ber-bentuk hipotesis deskriptif, komparatif dan asosiatif.

(9)

terten-tu, maka dilakukan pengukuran dengan tes IQ.

6) Bila ingin menguji terhadap adanya keragu-raguan tentang validitas pengetahuan, teori dan produk tertentu.

b. Penggunaan Metode Kualitatif

Metode kualitatif digunakan untuk kepen-tingan yang berbeda bila dibandingkan dengan metode kuantitatif. Berikut ini dikemukakan ka-pan metode kualitatif digunakan (Sugiyono, 2012: 35-36).

1) Bila masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang atau mungkin masih gelap. Kondisi semacam ini cocok diteliti dengan metode kualitatif, karena peneliti kualitatif akan langsung masuk ke obyek, melakukan penjelajahan dengan grant tour question, sehingga masalah akan dapat ditemukan de-ngan jelas. Melalui penelitian model ini, pe-neliti akan melakukan eksplorasi terhadap suatu obyek. Ibarat orang akan mencari sumber minyak, tambang emas dan lainnya.

2) Untuk memahami makna di balik data yang

tampak. Gejala sosial sering tidak bisa dipa-hami berdasarkan apa yang diucapkan dan dilakukan orang. Setiap ucapan dan tin-dakan orang sering mempunyai makna ter-tentu. Sebagai contoh, orang yang mena-ngis, tertawa, cemberut, mengedipkan mata, memiliki makna tertentu. Sering terjadi, menurut penelitian kuantitatif benar, tetapi justru menjadi tanda tanya menurut pe-nelitian kualitatif. Sebagai contoh ada 99 orang menyatakan A adalah pencuri, se-dangkan satu orang menyatakan tidak. Mungkin yang satu ini adalah yang benar. Data untuk mencari makna dari setiap per-buatan tersebut hanya cocok diteliti dengan metode kualitatif, dengan teknik wawancara mendalam dan observasi berperan serta dan dokumentasi.

3) Untuk memahami interaksi sosial. Interaksi sosial yang kompleks hanya dapat diurai kalau peneliti melakukan penelitian dengan metode kualitatif dengan cara ikut berperan serta, wawancara mendalam terhadap inter-aksi sosial tersebut. Dengan demikian akan dapat ditemukan pola-pola hubungan yang jelas.

4) Memahami perasaan orang. Perasaan orang

sulit dimengerti kalau tidak diteliti dengan metode kualitatif, dengan teknik pengum-pulan data wawancara mendalam, dan ob-servasi berperan serta untuk ikut merasakan apa yang dirasakan orang tersebut.

5) Untuk mengembangkan teori. Metode

kualitatif cocok digunakan untuk mengem-bangkan teori yang dibangun melalui data yang diperoleh di lapangan. Teori yang

de-mikian dibangun melalui grounded

research. Dengan metode kualitatif peneliti

pada tahap awalnya melakukan penje-lajahan, selanjutnya melakukan pengumpul-an data ypengumpul-ang mendalam sehingga dapat ditemukan hipotesis yang berupa hubungan antar gejala. Hipotesis tersebut selanjutnya diverifikasi dengan pengumpulan data yang lebih mendalam. Bila hipotesis terbukti, maka akan menjadi tesis atau teori.

6) Untuk memastikan kebenaran data. Data

sosial sering sulit dipastikan kebenarannya. Dengan metode kualitatif, melalui teknik pengumpulan data secara trianggulasi/ ga-bungan (karena dengan teknik pengumpul-an data tertentu belum dapat menemukpengumpul-an apa yang dituju, maka ganti teknik lain), maka kepastian data akan lebih terjamin. Selain itu dengan metode kualitatif, data yang diperoleh diuji kredibilitasnya, dan penelitian berakhir setelah data itu jenuh, maka kepastian data akan dapat diperoleh. Ibarat mencari siapa yang menjadi pro-vokator, maka sebelum ditemukan siapa provokator yang dimaksud maka penelitian belum dinyatakan selesai.

7) Meneliti sejarah perkembangan. Sejarah

(10)

teknik, seperti meneliti kinerja mobil dan sejenisnya, dengan melakukan pengamatan secara terus yang dibantu kamera terhadap proses tumbuh dan berkembangnya bunga tertentu, atau mesin mobil tertentu.

4. Apakah Metode penelitian Kuantitaif dan Kualitatif Dapat Digabungkan

Setiap metode penelitian memiliki keung-gulan dan kekurangan. Oleh karena itu metode kualitatif dan kuantitatif keberadaannya tidak perlu dipertentangkan karena keduanya justru saling melengkapi (complement each other). Metode penelitian kuantitatif cocok digunakan untuk penelitian yang masalahnya sudah jelas dan umumnya dilakukan pada populasi yang lu-as sehingga hlu-asil penelitian kurang mendalam. Sementara itu penelitian kualitatif cocok digu-nakan untuk meneliti di mana masalahnya belum jelas, dilakukan pada situasi sosial yang tidak luas sehingga hasil penelitian lebih men-dalam dan bermakna. Metode kuantitatif cocok untuk menguji hipotesis/teori sedangkan metode kualitatif cocok untuk menemukan hipotesis/ teori.

Setiap calon peneliti harus dapat memahami karakteristik kedua metode tersebut, sehingga tahu pasti kapan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Jangan sampai menyatakan menggunakan metode kualitatif, karena tidak ta-hu atau takut dengan statistik. Padahal meneliti dengan menggunakan metode kualitatif yang benar, jauh lebih sulit daripada menggunakan metode kuantitatif.

Karena paradigma kedua metode tersebut berbeda, maka sangat sulit menggabungkan me-tode tersebut dalam satu proses penelitian bersa-maan. Dalam hal ini Thomas D Cook dan Charles Reichard dalam buku Sugiyono menga-takan bahwa metode kuantitatif dan kualitatif tidak akan pernah dipakai bersama-sama, karena ke dua metode tersebut memiliki paradigma yang berbeda, dan perbedaan bersifat mutually

exclusive, sehingga dalam penelitian hanya

da-pat memilih salah satu metode.

Berbeda dengan pendapat Thomas D Cook dan Charles Reichard, Sugiyono berpendapat bahwa metode kuantitatif dan kualitatif dapat digunakan secara bersamaan atau digabungkan dengan catatan sebagai berikut:

a. Dapat digunakan bersama untuk meneliti pada obyek yang sama tetapi tujuan ber-beda. Metode kualitatif digunakan untuk menemukan hipotesis, sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menguji hi-potesis.

b. Digunakan secara bergantian. Pada tahap pertama menggunakan metode kualitatif, sehingga ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis diuji dengan metode kuantitatif. c. Metode penelitian tidak dapat digabungkan

karena paradigmanya berbeda. Tetapi dalam penelitian kuantitatif dapat meng-gabungkan penggunaan teknik pengumpul-an data (bukpengumpul-an metodenya), seperti penggu-naan trianggulasi dalam penelitian kualita-tif. Dalam penelitian kuantitatif misalnya, teknik pengumpulan data yang utama mi-salnya menggunakan kuesioner, data yang diperoleh adalah data kuantitatif. Selanjut-nya untuk memperkuat dan mengecek vali-ditas data hasil kuesioner tersebut, maka da-pat dilengkapi dengan observasi atau wa-wancara kepada responden yang telah memberikan angket tersebut, atau orang lain yang memahami terhadap masalah yang diteliti. Bila data kuesioner dan wa-wancara tidak sama, maka dilacak terus sampai ditemukan kebenaran datanya ter-sebut. Bila sudah demikian maka proses pe-ngumpulan data seperti trianggulasi dalam penelitian kualitatif.

Peneliti dapat menggunakan metode tersebut secara bersamaan asalkan keduanya telah dipa-hami dengan jelas, dan seseorang telah berpe-ngalaman luas dalam melakukan penelitian. Bagi peneliti baru sebaiknya tidak berfikir untuk menggabungkan kedua metode tersebut.

(11)

penerapan penelitian pengertian konsep-konsep tadi menjadi salah. Ambil saja contoh adanya anggapan bahwa dalam sebuah penelitian kita bisa menggunakan kedua pendekatan sekaligus. Pertanyaannya adalah bagaimana mungkin de-ngan asumsi dasar yang bertolak belakang, ke-mudian diterapkan dalam sebuah penelitian? Kondisi yang memungkinkan adalah dalam satu penelitian kita hanya bisa menggunakan satu pendekatan kuantitatif maupun kualitatif. Na-mun, dalam suatu penelitian yang sama, kita bi-sa menerapkan kedua metode yang ada, yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif yang akhirnya kita menghasilkan data kuantitatif dan data kualitatif. Tentunya jika kita menggunakan pendekatan kuantitatif, penekanan utamanya adalah metode kuantitatif. Metode kualitatif hanya kita gunakan untuk melengkapi metode kuantitatif saja. Karena kita menggunakan me-tode kuantitatif sebagai meme-tode utama, data yang kita hasilkan adalah data kuantitatif seba-gai data utama, sedangkan data kualitatif hanya digunakan sebagai data penunjang. Dengan de-mikian, jika ada yang beranggapan bahwa da-lam satu penelitian kita bisa menggunakan ke-dua pendekatan yang ada, pendapat itu salah a-tau bisa jadi yang dimaksud orang tersebut de-ngan pendekatan adalak metode (Prasetyo, 2012: 26-27).

Hal serupa dinyatakan oleh Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2006: 37). Peneliti kuantitatif biasanya tidak puas hanya dengan hasil analisis statistik. Misalnya, dengan data yang dikumpulkan dengan kuesioner, analisis statistik dilakukan untuk menemukan hubungan karena antara dua atau lebih . Ternyata hasilnya tidak memuaskan karena tidak ada hubungan.

Peneliti meragukan hasilnya karena hipo-tesisnya tidak teruji. Untuk itu ia lalu menga-dakan wawancara mendalam (in depth inter-view) untuk melengkapi penelitiannya. Dengan kata lain, peneliti kuantitatif tersebut mengguna-kan secara bersama-sama kedua penelitian terse-but, namun dengan pendekatan kuantitatif seba-gai pegangan utama.

Di pihak lain, peneliti kualitatif sering menggunakan data kuantitatif, namun yang se-ring terjadi pada umumnya tidak menggunakan analisis kuantitatif bersama-sama. Jadi, dapat di-katakan bahwa kedua pendekatan tersebut dapat

digunakan apabila desainnya adalah meman-faatkan satu paradigma sedangkan paradigm la-innya hanya sebagai pelengkap saja. Dengan kata lain jawaban terhadap pertanyaan di atas sangat tergantung pada paradigma yang dianut oleh seseorang peneliti. Pendapat ini sama de-ngan apa yang dikemukakan oleh Glaser dan Strauss (1980:18), yaitu bahwa dalam banyak hal, kedua bentuk data tersebut diperlukan, bu-kan kuantitatif menguji kualitatif, melainbu-kan ke-dua bentuk tersebut digunakan bersama dan a-pabila dibandingkan, masing-masing dapat di-gunakan untuk keperluan menyusun teori.

Di pihak lain, ada orang bertanya: apakah kedua pedekatan itu digunakan bersama secara sejajar atau secara sama kuat? Seperti telah di-kemukakan, hal itu sukar dapat dilakukan kare-na paradigmanya atau orientasi teorinya berbe-da. Disamping itu, secara praktis bisa membuat peneliti sakit kepala. Jika hal ini tetap akan dila-kukan, sebaiknya peneliti demikian berpikir se-ribu kali.

5. Kompetensi Peneliti kuantitatif dan Kua-litatif

a. Kompetensi peneliti kuantitatif

1) Memiliki wawasan yang luas dan mendalam

tentang pendidikan yang akan diteliti

2) Mampu melakukan analisis masalah secara akurat, sehingga dapat ditemukan masalah penelitian pendidikan yang betul-betul ma-salah

3) Mampu menggunakan teori pendidikan yang

tepat sehingga dapat digunakan untuk mem-perjelas masalah yang diteliti, dan meru-muskan hipotesis penelitian

4) Memahami berbagai jenis penelitian kuan-titatif, seperti metode survey, eksperimen,

action research, expost facto, evaluasi dan

R&D

5) Memahami teknik-teknik sampling, seperti probability sampling dan non probability sampling dan mampu menghitung serta me-milih jumlah sampel yang representatif de-ngan sampling error tertentu

6) Mampu menyusun instrument baik test

(12)

7) Mampu mengumpulkan data dengan kuesio-ner, maupun dengan wawancara, observasi dan dokumentasi

8) Bila pengumpulan data dilakukan oleh tim, maka harus mampu mengorganisasikan tim peneliti dengan baik.

9) Mampu menyajikan data, menganalisis data secara kuantitatif untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis penelitian yang telah dirumuskan.

10)Mampu memberikan interprestasi terhadap data hasil penelitian maupun hasil pengujian hipotesis

11)Mampu membuat laporan secara sistematis dan menyampaikan hasil penelitian kepada pihak-pihak yang terkait

12)Mampu membuat abstraksi hasil penelitian, dan membuat artikel untuk dimuat ke dalam jurnal ilmiah.

13)Mampu mengkomunikasikan hasil

peneli-tian kepada masyarakat luas.

b. Kompetensi peneliti kualitatif

1) Memiliki wawasan yang luas dan mendalam

tentang bidang pendidikan yang akan dite-liti,

2) Mampu menciptakan rapport kepada setiap orang yang ada pada situasi sosial yang akan diteliti. Menciptakan rapport berarti mampu membangun hubungan yang akrab dengan setiap orang yang ada pada konteks sosial

3) Memiliki kepekaan untuk melihat setiap

ge-jala yang ada pada obyek penelitian (situasi sosial)

4) Mampu menggali sumber data dengan

ob-servasi partisipan, dan wawancara menda-lam secara trianggulasi serta sumber-sumber lain.

5) Mampu menganalisis data kualitatif secara induktif berkesinambungan mulai dari ana-lisis deskriptif, domain, komponensial dan tema kultural/ budaya.

6) Mampu menguji kredibilitas, dependabilitas, konfirmabilitas, dan trasferabilitas hasil pe-nelitian

7) Mampu menghasilkan temuan pengetahuan,

mengkonstruksi fenomena, hipotesis atau il-mu baru.

8) Mampu membuat laporan secara sistematis, jelas, lengkap dan rinci

9) Mampu membuat abstraksi hasil penelitian dan membuat artikel untuk dimuat ke dalam jurnal ilmiah

10)Mampu mengkomunikasikan hasil

peneli-tian kepada masyarakat luas.

C.Penutup

Dari pembahasan di atas dapat diambil ke-simpulan bahwa terdapat perbedaan mendasar antara penelitian kuantitatif dan kualitatif. Per-bedaan itu terdapat pada aksioma, karakteristik dan proses penelitiannya. Namun, di antara pe-nelitian kuantitatif dan pepe-nelitian kualitatif memiliki kelebihan dan keunggulan masing-masing. Dalam pemilihan penelitian kuantitatif dan kualitatif ini, tergantung pada permasalahan dan kesanggupan/kompetensi peneliti dalam menggunakannya.

Referensi

Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kuanti-tatif : Komunikasi, Ekonomi, dan Kebi-jakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial lain-nya, Jakarta: Kencana, 2010

Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif:Komuni-kasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu

Sosial lainnya, Jakarta: Kencana, 2007

Kasiram, Mohammad, Metodologi Penelitian

(Refleksi Pengembangan Pemahaman dan

Penguasaan Metodologi Penelitian),

Malang: UIN-Malang Press, 2008

Moleong, Lexi J., Metodologi Penelitian

Kuali-tatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,

2006

Prasetyo, Bambang, Metode Penelitian

Kuanti-taif : Teori dan Aplikasi, Jakarta: Rajawali

Pers, 2012

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan

(Pen-dekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),

Bandung: Alfabeta, 2012

(13)

Pendekatan Praktis Untuk Peneliti Pemula dan Dilengkapi dengan Contoh Transkrip hasil Wawancara Serta Model

Penyajian Data, Jakarta: Rajawali Pers,

Gambar

Tabel 1. Perbedaan Metode Kuantitatif dengan  Kualitatif

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Penurunan Bakteri Koliform di antara waktu kontak pada penggunaan kombinasi keramik filter dengan sinar UV dalam menurunkan

Ho : olahraga permainan tradisional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan pengelolaan emosi siswa. Ha : olahraga permainan tradisional berpengaruh

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, tes performansi (unjuk kerja), observasi, dan studi pustaka. 1) Wawancara dilakukan untuk

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah kinerja Karyawan (Y). 1) Kuantitas hasil kerja, merupakan target jumlah kualitas pekerjaan yang ditetapkan

Sehingga aspek operasional menjadi perhatian utama dari mulai tahapan, serta bagaimana melakukan pengukuran untuk melakukan kualifikasi akan data, karena pada dasarnya

1. Soal pertama disajikan dalam bentuk pilihan ganda, jika peserta didik menjawab benar maka nilainya 1 dan jika menjawab pilihan yang mirip dengan jawaban yang benar

Pendapatan usahatani adalah penerimaan yang diperoleh petani setelah dikurangi biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, dalam hal ini biaya pembelian pupuk, bibit, upah,

Dalam penelitian ini, cara untuk menentukan variabel bebas yang memiliki pengaruh dominan dilakukan dengan cara membandingkan nilai Standarized Coefficient Beta