• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN DAN KOOPERATIF MODELT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN DAN KOOPERATIF MODELT"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

SISW A PADA MATA DIKLAT KEWIRAUSAHAAN ( StudiPada Kelas XSMK ARDJUNA 2 Malang)

Y usuf

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Email : Oecoep_88@yahoo.com

Pembimbing1: Prof. Dr. Budi Eko Soetjipto, M.Ed, M.Si Pembimbing 2: Imam Bukhori, S.Pd. M.M

Abstract. The objectives of this study are to scrutinize: (1) the implementation of Cooperative Learning Model TSTS on basic competence of Developing Self-Commitment and Others for tenth grade students at SMK Ardjuna 2 Malang; (2) the students’ learning outcome after enrolling themselves on Cooperative Learning Model TSTS;(3) the response of students toward the basic competence on basic competence of Developing Self-Commitment and Others after enrolling themselves on Cooperative Learning Model TSTS;(3) the response of students toward the basic competence on basic competence of Developing Self-Commitment and Others, and(4) the obstacles that arise during the implementation of Cooperative Learning Model TSTS. This research falls under the category of what so-called Classroom Action Research by implementing qualitative approach. Y et, the subjects in this study are the tenth grade students in SMK Ardjuna 2 Malang. Data collection techniques in this study uses test, questionnaire, interview, observation, and documentation. Meanwhile, it was conducted through two cycles in which each cycle consists of 4 stages. The results of the implementation of Cooperative Learning Model TSTS obtained from the students' cognitive aspects prove that there is a positive progress from cycle I to cycle II. It is supported by the fact that the implementation in cycle II always gets improvements gained from reflection in cycle I. Meanwhile, the average score for daily tests before deploying TSTS Model is 6.7 and increased to 7.6 in the post test in cycle I. Y et, the average score of post test in cycle II is 8.5. While the classical cognitive completeness also increased gradually in the post test of cycle I is 71.42% and 88.57% in the post test in cycle II. Based on the of the data analysis above mentioned, the conclusion of this study are: in general, the implementation of Cooperative Learning Model TSTS is proven able to enhance student’s learning outcomes; conversely, the implementation of TSTS Model on basic competence of Developing Self-Commitment and Others for the tenth grade students at SMK Ardjuna 2 Malang results based on the questionnaire stating that students are happy with the Learning Model TSTS especially when they are working in groups. In this case, the variety of groups which work cooperatively could foster a sense of mutual affection. Thus, this statement gets the highest response from the students. The evidence is seen when the group learning is being implemented, students seemed more interested in following the activities rather that having their own discussion with their own friends.

Keywords :Two Stay Two Stray Model (TSTS), learning outcome

(2)

siklus dimana tiap siklus terdiri dari 4 tahap. Hasil belajar pada penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TSTS yang diperoleh siswa dari aspek kognitif terbukti mengalami peningkatan dari siklus I ke silkus II karena dalam pelaksanaan disiklus II selalu mendapatkan perbaikan yang diperoleh dari refleksi disiklus I. Rata-rata ulangan harian sebelum diterapkan Model TSTS sebesar 6,7 dan meningkat menjadi 7,6 pada post test siklus I. Sedangkan nilai rata-rata post test siklus II adalah 8,5. Ketuntasan klasikal ranah kognitif juga mengalami peningkatan. Pada post test siklus I sebesar 71,42%, meningkat pada post test siklus II menjadi 88,57%. Berdasarkan hasil analisis data tersebut, diperoleh simpulan penelitian yaitu: penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TSTS terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sedangkan untuk penerapan Model TSTS pada kompetensi dasar membangun komitmen bagi dirinya dan orang lain hasil angket yang menyatakan bahwa siswa senang dengan Model Pembelajaran TSTS terutama ketika bekerja sama dalam kelompok yang bervariasi karena dapat memupuk rasa saling menyayangi, pernyataan ini mendapatkan respon paling tinggi dari siswa. Terlihat ketika penerapan belajar berkelompok, siswa tampak lebih berminat mengikuti kegiatan belajar saat berdiskusi dengan temannya sendiri.

.

Kata Kunci : Model Two Stay Two Stray (TSTS), Hasil belajar siswa

Pembaharuan pendidikan harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan Nasional, sehingga diharapkan dapat meningkatkan harkat, martabat manusia Indonesia (Nurhadi, 2004:1). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia adalah dengan cara merubah paradigma pembelajaran, dari pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) ke arah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered).

T eacher centered adalah suatu metode pembelajaran di mana guru yang lebih mendominasi kelas.

Metode belajar kelompok dalam kelas yang sudah diterapkan oleh guru pada mata diklat kewirausahaan tidak dimanfaatkan dengan baik oleh siswa untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mereka, para siswa malah memboroskan waktu dengan bermain, bergurau dan sebagainya.Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dinilai cukup efektif untuk mengatasi berbagai macam permasalahan dalam kelas seperti permasalahan di atas.Oleh karena itu, model pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran dalam kelas. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran kooperatif pada mata diklat kewirasuahaanadalah Model pembelajaran yang berkaitan dengan proses diskusi dalam kelas adalah T wo Stay T wo Stray (TSTS).

(3)

kegiatan pembelajaran di kelas X Administrasi Perkantoran siswa sering ramai dalam mengikuti pembelajaran.Sumber belajar dari modul/buku paket.Tetapi siswa terlihat masih sulit untuk memahami materi.

Lie (2010:60) mengemukakan bahwa Model T wo Stay T wo Stary (TSTS) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat memberikan kesempatan kepada anggota kelompok yang berdiskusi untuk membagi hasil dan informasi kepada kelompok lain. Saat diskusi siswa diharapkan lebih aktif, baik sebagai penerima tamu yang menyampaikan hasil diskusi maupun sebagai tamu yang bertanya informasi kepada kelompok lain. Model TSTS merupakan model pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kerja sama siswa dalam kelompok berkaitan dengan kehidupan nyata bahwa manusia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain.

Hamalik (2004:135) menyimpulkan bahwa “hasil belajar merupakan pernyataan kemampuan siswa yang diharapkan dalam menguasai sebagian atau seluruh kompetensi yang dimaksud”.Hasil belajar yang dimaksud Hamalik tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dampak pembelajaran dan dampak pengiring.Y ang dimaksud dengan dampak pembelajaran adalah suatu hasil yang tertuang dalam nilai rapor dan angka dalam ijazah yang dapat diukur. Sedangkan yang dimaksud dengan dampak pengiring yaitu terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diambil rumusan masalah sebagai berikut : (1) Bagaimanakah penerapan pembelajaran kooperatif model

(4)

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Ardjuna 2 Malang yang beralamat di Jl. Teluk Pelabuhan Ratu 41 Malang, Telp. (0341) 492423.Sedangkan subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Program Keahlian Administrasi perkantoran pada mata diklat kewirausahaan yang terdiri dari 34 siswa.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah Classroom Action Research (CAR) atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pelaksana kegiatan, perencana tindakan, pengumpul data, penganalisa data sekaligus sebagai pelapor hasil penelitian.Karena alasan tersebut maka kehadiran peneliti sangat diperlukan dalam setiap kegiatan di tempat penelitian.

Analisis data kualitatif dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu a) Reduksi data, b) Penyajian data, c) Penarikan Kesimpulan.

Analisis Untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif guru memberikan soalpost test masing-masing berjumlah 5 butir. Siswa diberi waktu 10 menit untuk mengerjakan soal tersebut. Sesuai dengan ketepatan di SMK Ardjuna 2 Malang, bahwa seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila telah mencapai nilai 75. Suatu pembelajaran di kelas disebut tuntas apabila ≥ 85% siswa di kelas tersebut mencapai 75.Untuk mengetahui respon siswa setelah mengikuti pembelajaran kooperatif model T wo Stray T wo Stray (TSTS) data yang digunakan adalah menggunakan Analisis Prosentase. Adapun setiap munculnya deskriptor menggunakan tanda (√) dengan kemunculan 1 tanda cek sebanding dengan skor perolehan 1.Skor yang muncul terhadap masing-masing indikator dijumlahkan dan hasilnya disebut jumlah skor.

(5)

dilaksanakan, dan lembar wawancara guru dan siswa yang digunakan untuk mendapatkan informasi pra tindakan dan setelah tindakan.

HASIL PENELITIAN

Siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (2 x 45 menit). Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2012, pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 17Mei2012. Tindakan siklus I pada tanggal10 Mei2012, peneliti membahas kompetensi dasar Membangun komitmen bagi dirinya dan orang lain.Ditemani dengan 2 observer, pada pertemuan pertama ini peneliti menggunakan metode konvensional berupa ceramah dan tanya jawab, dengan menggunakan metode ini terlihat siswa masih enggan untuk menyampaikan jawaban/pendapatnya.

Setelah melakukan pembelajaran pertemuan pertama, peneliti melakukan refleksi dengan observer untuk mempersiapkan pertemuan kedua pada Siklus I dengan menggunakan metode Two Stay T wo Stray (TSTS).Peneliti membagi siswa menjadi 8 kelompok yang masing-masing beranggotakan 4 orang dan ada yang 5 orang.

(6)

Siklus II dilakukan pada tanggal 24 Mei 2012, Pada pertemuan ini terdapat sedikit perbedaan pada pembelajaran siklus I. Apabila pada siklus I menjadi tamu maka pada siklus II harus tetap tinggal dalam kelompok. Sebaliknya, apabila pada siklus I tetap tinggal dalam kelompok maka pada siklus II harus menjadi tamu. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari kebosanan. Kemudian guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai pada pertemuan kali ini.

Selanjutnya Siswa diberi waktu 25 menit untuk diskusi kelompok. Jika dibandingkan dengan kegiatan diskusi saat siklus I, siswa pada diskusi kali ini lebih aktif. Pada Akhir pertemuan guru memberikan Post-test Siklus II Setelah pembelajaran selesai dilakukan refleksi, sesuai observasi bahwa pembelajaran pada Siklus II ini guru mampu menguasai keadaan kelas dan mengalokasikan waktu dengan baik, siswa pun menjadi lebih berani dalam mengungkapkan pendapat dan jawaban.

Hasil Belajar siswa dapat dilihat dari tabel dibawah.

T abelPerbandinga Nilai Ulangan Harian, Post T est Siklus I dan Post T est Siklus II

Nomor Absen L/P Nilai Ulangan Harian

Post T est

1 Ket

Post T est

2 Ket

1 P 8,6 8,5 T 8,5 T

2 P 5,1 0 BT 6,0 BT

3 P 4,5 8,5 T 9,0 T

4 P 5,0 8,0 T 9,5 T

5 P 5,6 7,5 T 10,0 T

6 P 8,0 8,5 T 9,5 T

7 P 6,4 7,0 BT 8,8 T

8 P 4,5 7,0 BT 10,0 T

9 P 7,6 7,0 BT 7,3 BT

10 P 7,5 8,5 T 9,5 T

11 P 8,4 0 BT 8,5 T

12 P 6,0 7,0 BT 9,0 T

13 P 5,5 7,0 BT 8,5 BT

(7)

15 P 6,2 8,0 T 7,5 T

16 P 5,1 7,5 T 8,8 T

17 P 4,7 7,5 BT 8,0 T

18 P 8,2 8,0 T 9,0 T

19 P 8,0 7,5 T 9,5 T

20 P 6,3 7,5 T 8,0 T

21 P 7,7 6,5 BT 7,5 T

22 P 6,3 8,5 T 8,5 T

23 P 8,5 8,5 T 9,0 T

24 P 8,0 7,8 T 9,5 T

25 P 5,5 8,0 T 7,5 T

26 P 7,7 6,5 BT 9,5 T

27 P 8,2 7,0 BT 8,5 T

28 P 6,5 8,0 T 7,0 T

29 P 5,5 6,5 BT 8,0 T

30 P 7,6 7,5 T 8,8 T

31 P 6,4 8,5 T 8,5 T

32 P 8,0 8,0 T 9,0 T

33 P 7,5 6,5 BT 9,0 T

34 P 5,6 7,5 T 7,0 BT

35 P 6,0 7,5 T 8,0 T

Ketercapaian KKM 75 75 75

Rata-rata Kelas 6,7 7,6 8,5

Nilai Tertinggi 8,6 8,5 10,0

Nilai Terendah 4,5 6,5 6,0

Keterangan: T : Tuntas

(8)

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa ada peningkatan nilai hasil belajar siswa sebelum diadakan tindakan dan sesudah diadakan tindakan, baik itu dari siklus I menuju siklus II juga terlihat adanya peningkatan. Pada siklus I, tingkat keberhasilan yang hanya sebesar 71,4%, menurut Purwanto (2009:103), termasuk dalam kategori C (”Cukup”) karena berada dalam rentang 60-75%. Pada tingkat keberhasilan tersebut, nilai rata-rata kelas sudah mencapai nilai KKM sebesar 7,8 dan dengan nilai tertinggi sebesar 8,5, dari 35 siswa yang mendapat nilai tersebut sebanyak 8 siswa. Sedangkan nilai terendahnya adalah 6,5 dan hanya 2 orang saja yang mendapatkan nilai tersebut.

Selanjutnya pada siklus II, tingkat keberhasilan mengalami peningkatan menjadi sebesar 88,5%. Menurut Purwanto (2009: 103), dikategorikan ”Sangat Baik” jika berada dalam rentang 86-100% dan disimbolkan dengan huruf A. Untuk itu, keberhasilan hasil belajar pada siklus II ini termasuk dalam kategori A (”Sangat Baik”). Dengan nilai rata-rata kelas mencapai 8,5 dan nilai tertinggi sebesar 10 yang dimiliki oleh 2 orang siswa dari 35 siswa, sedangkan nilai terendah dengan nilai 6,0 hanya diperoleh 1 siswa saja

Selama dilakukan penelitian / penerapan model pembelajaran T wo Stay T wo Stray (TSTS) didapatkan beberapa temuan penelitian dan beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu: Pertama, Siswa tidak canggung lagi, sudah mulai nyaman dengan kehadiran peneliti.Kedua, Siswa sudah tidak tampak pasif dalam kegiatan tanya jawab, saat peneliti memberikan pertanyaan bebarapa siswa mulai menimpali jawabanKetiga, Dalam kerjasama kelompok, terlihat sudah mulai aktif bertukar pikiran, namun masih ada salah satu kelompok yang didominasi oleh satu anak.Keempat, Siswa sudah mulai beradaptasi dan tidak asing lagi dengan Model Pembelajaran TSTS sehingga siswa sudah lebih memahami tugasnya.

PEMBAHASAN

(9)

siswa untuk mengetahui tahap-tahap model pembelajaran TSTS, (2) ada kesempatan mengoreksi soal post-test dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

Pembelajaran T wo Stay T wo Strayini diterapkan pada siswa kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Ardjuna 2 Malang.Siswa kelas X Program Keahlian Administrasi Perkanrotan berjumlah 35 siswa yang mayoritas berjenis kelamin perempuan. Mata pelajaran yang digunakan adalah Kewirausahaan dengan menggunakan Standart Kompetensi “Mengaktualisasikan sikap dan perilaku wirausaha” dengan Kompetensi Dasar “Membangun komit bagi dirinya dan bagi orang lain”. Alokasi waktu yang digunakan pada setiap pertemuan adalah 2x40 menit. Menurut Lie:2010 bahwa dalam T wo Stay T wo Stray siswa bekerja dengan lima langkah, dan langkah-langkah itupun dilakukan dalam penelitian ini.

Hasil belajar mencerminkan kemampuan siswa dalam mencapai suatu kompetensi dasar. Hasil belajar berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan tingkah laku yang akan dicapai oleh siswa sehubungan dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Perbandingan kedua post test antara siklus I dan siklus II pada mata pelajaran kewirausahaan menunjukkan bahwa pada Siklus I untuk post test yang tuntas belajar sebesar 71,4% atau sebanyak 25 siswa, hal ini menunjukkan pada siklus I siswa belum mencapai ketuntasan klasikal. Namun pada siklus II telah mencapai ketuntasan secara klasikal karena siswa yang sudah tuntas belajar sebesar 88,5% atau sebanyak 31 siswa. Karena dapat dikatakan tuntas jika 85% dari keseluruhan jumlah siswa telah mencapai nilai 75.

(10)

Faktor Penghambat yang ditemui peneliti ketika menerapakan model pembelajaran T wo Stay T wo Strayadalah sebagai berikut: Pertama,Penyampaian materi terlalu singkat sehingga saat Pembelajaran TSTS siswa masih banyak yang bertanya terkait materi.Kedua: Pada saat peneliti mengajukan pertanyaan untuk menggali kemampuan awal hanya sebagian siswa yang berani menjawab, itupun siswa menjawab secara bersamaan, dan pada saat peneliti menyuruh mengacungkan tangan apabila ingin menjawab tidak ada satupun yang berani mengacungkan tangannya. Ini mungkin terjadi karena siswa masih canggung dengan kehadiran peneliti atau mungkin juga karena tebiasa dengan pembelajaran model ceramah sehingga mereka tidak terbiasanya untuk menyampaikan gagasan-gagasannya, Ketiga :Sulitnya pengorganisasian diskusi, karena pola pembelajaran ini melibatkan penuh peran siswa dalam proses belajar mengajar. Hal ini disebabkan siswa masih asing dengan pola pembelajaran seperti ini, Keempat :Kerjasama dalam kelompok masih kurang, beberapa siswa masih belum melaksanakan tugasnya sebagai anggota kelompokKerjasama dalam kelompok masih kurang, beberapa siswa masih belum melaksanakan tugasnya sebagai anggota kelompok, Kelima : Penerapan Model Pembelajaran TSTS membutuhkan banyak waktu, siswa banyak mengeluh waktu yang diberikan kurang untuk memahami lebih dalam materi pembelajaran.

(11)

karena keberhasilan kelompok tergantung pada kerjasama dan kekompakan setiap anggota dalam kelompok, Kelima, Peneliti harus lebih terampil dalam membagi waktu agar siswa tidak merasa kelabakan dengan pemberian waktu yang singkat, lebih dahulu tegaskan kepada siswa alokasi waktu yang diberikan agar siswa bisa menggunakan waktunya dengan baik.

Berdasarkan hasil temuan pada penelitian ini, telah terjadi peningkatan hasil belajar setelah diterapkan pembelajaran kooperatif model Two Stay Two Stray. Sehingga pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray sesuai untuk diterapkan. Penemuan ini mendukung penemuan pada penelitian sebelumnya, antara lain penelitian Arif (2009) yang berjudul penerapan pembelajaran kooperatif model Two Stay Two Stray (TSTS) untuk meningkatkan aspek kognitif dan aspek afektif siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Singosari, dan penelitian Susantika (2009) pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif model Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) terhadap hasil belajar geografi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bandung Tulungagung.

PENUTUP

(12)

siswa sehingga terbentuk 8 kelompok.Ada dua kelompok yang beranggotakan 5 siswa yaitu kelompok 3 dan kelompok 7. Hasil dari penerapan metode pembelajaran model T wo Stay T wo Stray ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dengan meningkatnya prestasi belajar siswa.Kedua, Pembelajaran kooperatif model T wo Stay T wo Stray dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TSTS yang diperoleh siswa dari aspek kognitif mengalami peningkatan dari siklus I ke silkus II karena dalam pelaksanaan disiklus II selalu mendapatkan perbaikan yang diperoleh dari refleksi disiklus I. Rata-rata ulangan harian sebelum diterapkan Model TSTS sebesar 6,7 dan meningkat menjadi 7,6 pada post test siklus I. Sedangkan nilai rata-rata post test siklus II adalah 8,5. Ketuntasan klasikal ranah kognitif juga mengalami peningkatan. Pada post test siklus I sebesar 71,4%, meningkat pada post test siklus II menjadi 88,5%.Ketiga, Penerapan Model TSTS pada kompetensi dasar membangun komitmen bagi dirinya dan orang lain adalah sangat baik, hal ini berdasarkan pada hasil angket yang menyatakan bahwa siswa senang dengan Model Pembelajaran TSTS terutama ketika bekerja sama dalam kelompok yang bervariasi karena dapat memupuk rasa saling menyayangi, pernyataan ini mendapatkan respon paling tinggi dari siswa. Terlihat ketika penerapan belajar berkelompok, siswa tampak lebih berminat mengikuti kegiatan belajar saat berdiskusi dengan temannya sendiri.

SARAN

Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diajukan oleh peneliti adalah:Pertama, Guru mata pelajaran Kewirausahaan hendaknya mulai mencoba menerapkan model pembelajaran T wo Stay T wo Stray

(13)
(14)

DAFTAR RUJUKAN

Arif, B. 2009. Penerapan pembelajaran kooperatif model Two Stay T wo Stray (TSTS) untuk meningkatkan aspek kognitif dan aspek afektif siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Singosari, (Online), ( http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/fisika/article/view/1911).

Arikunto, S. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Arikunto, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.

Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, O. 2004. Psikologi Belajar dan Mengajar . Bandung: Sinar Baru

Algensinda.

Hamzah, B U. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Khasanah, U. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model T wo Stay T wo Stray

(Dua Tinggal Dua T amu )Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII Semester I SMP Negeri 10 Malang, (Online), (http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/fisika/article/view/3203,

Lie, A. 2010. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas.

Jakarta: PT. Gramedia.

Moleong, L. J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurhadi dan Senduk.2004. Pembelajaran Konstektual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press.

Purwanto, E. 2007. Strategi Belajar Mengajar Bidang Studi Geografi. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang (UM Press).

Susantika, R. 2009. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Dua Tinngal Dua T amu (T wo Stay T wo Stray) T erhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bandung Tulungagung, (Online), (http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/Geografi/article/view/1880.diakses 24 Juli 2010)

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian ini tergolong penelitian lapangan (field research), dengan pendekatan penelitian yang digunakan adalah fenomenologi. Adapun sumber data penelitian ini

Pemberian pupuk kascing dan pupuk hayati mikoriza memberikan pengaruh pada nilai KTK tanah karena hasil analisis pada Tabel 4 menunjukkan nilai KTK tanah tergolong

Dalam penelitian ini, metode WebQual yang digunakan adalah WebQual versi 4.0 yang telah dimodifikasi dengan menambahkan dimensi kualitas antarmuka pengguna (user

Hal tersebut juga ditunjang dengan jumlah individu anggrek yang menumpang secara epifit, namun demikian hubungan asosiasi anggrek dan inangnya tidak selalu

Dengan adanya tugas akhir ini dihasilkan sebuah aplikasi pengolahan sinyal suara yang dapat menentukan apakah ubin keramik yang sudah terpasang tersebut sudah

Hasil uji coba akan di bahas melalui forum diskusi group (FGD) dengan melibatkan para ahli. Hasil dari FGD akan diseminarkan secara Nasional dan penerbitan buku

Allah telah meniadakan (Menghapuskan )aspek dari hukum taurat yang telah membuat bangsa Israel menjadi bangsa yang terpisah/istimewah. Di dalam Yesus Kristus, kamu yang dahulu

The objective of this research is to find out if there is any significant difference of English speaking ability between boarding and non-boarding school of the