• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MAZHAB ANNALES TERHADAP PERKEMB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH MAZHAB ANNALES TERHADAP PERKEMB"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MAZHAB ANNALES TERHADAP PERKEMBANGAN

HISTORIOGRAFI INDONESIASENTRIS

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Historiografi Indonesia Dosen Pengampu : Hayu Adi Darmarastri, S.S., M.Hum.

Disusun oleh :

Mega Rachmalia Wibawanti C0514033

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tradisi penulisan sejarah selama berabad-abad menunjukkan kecenderungan sejarah politik dan perang. Karya-karya sejarah hanya menonjolkan proses dan tokoh politik yang diungkapkan dengan tulisan deskriptif-naratif. Selain itu, selalu dijumpai semacam teori orang besar. Teori tersebut beranggapan bahwa jalannya sejarah ditentukan oleh orang-orang besar sedangkan faktor-faktor lain tidak mendapat perhatian sama sekali.

Mazhab Annales dari Perancis memiliki peranan yang sangat besar dalam perubahan dan perkembangan historiografi. Mazhab ini dapat dikatakan sebagai pionir dalam penelitian sejarah yang bersifat multidimensional. Munculnya socio-scientific approach pada awal abad ke-20 yang melibatkan ilmu-ilmu sosial ke dalam penelitian sejarah merupakan titik balik penulisan sejarah konvensional menjadi penulisan sejarah modern di berbagai negara di Eropa dan Amerika selama delapan dekade.

Pemikiran dari sejarawan Annales juga turut menginspirasi para sejarawan di Indonesia dalam rangka penulisan sejarah Indonesiasentris. Teori dari Mazhab Annales yang menggunakan pendekatan multidimensional tersebut juga mengubah penulisan sejarah di Indonesia yang kajiannya cenderung sempit menjadi penulisan sejarah Indonesia modern yang dapat mengkaji berbagai aspek kehidupan. Dalam tulisan ini saya akan menjelaskan secara lebih lanjut mengenai pengaruh Mazhab Annales terhadap perkembangan historiografi Indonesiasentris.

2. Rumusan Masalah

1. Apakah Mazhab Annales itu dan apa pengaruhnya terhadap penulisan sejarah di Eropa dan Amerika?

(3)

B. PEMBAHASAN

1. Mazhab Annales di Perancis serta Pengaruhnya terhadap Historiografi di Eropa dan Amerika

Dalam perkembangan penulisan sejarah di Barat sejak zaman Yunani hingga awal abad ke-20 pada umumnya bersifat naratif. Selain itu, sebagian besar dari karya-karya tersebut adalah berupa sejarah politik, yang di dalamnya mengisahkan sejarah peperangan, seperti Perang Parsi karya Herodotus, Perang Peloponesia karya Tucydides, Sejarah Romawi karya Livius, dan lain sebagainya.1

Peristiwa-peristiwa seperti perang, diplomasi, dan kegiatan politik lainnya pada masa itu sangat menarik perhatian karena dimaknai sebagai peristiwa penting yang sangat mempengaruhi jalannya sejarah. Selanjutnya tidak bisa dipungkiri bahwa kehidupan politik sangat mendominasi kehidupan bangsa-bangsa pada umumnya. Perubahan-perubahan besar seperti masa kejayaan dan kemunduran sebuah kerajaan, jatuh bangunnya suatu dinasti, perkembangan dan kemerosotan suatu peradaban, semuanya terjadi karena pengaruh peristiwa politik khususnya peperangan.

Tradisi penulisan sejarah selama berabad-abad menunjukkan kecenderungan sejarah politik dan perang. Karya-karya sejarah hanya menonjolkan proses dan tokoh politik yang diungkapkan dengan tulisan deskriptif-naratif. Proses tersebut diuraikan pada skala besar atau makro yaitu pada tingkat kerajaan, dan tidak ada kecenderungan untuk melacak proses pada tingkat lokal atau mikro.2 Kemudian dapat dijumpai semacam teori orang besar. Teori tersebut beranggapan bahwa jalannya sejarah ditentukan oleh orang-orang besar. Beberapa karya biografi memberi gambaran betapa besarnya pengaruh tokoh besar, sedangkan faktor-faktor lain tidak mendapat perhatian sama sekali.

Sebagai bentuk reaksi terhadap sejarah politik, di Perancis pada periode tahun 1920-an muncul suatu ‘gerakan sejarah jenis baru’ yang dipimpin oleh dua guru besar

1 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta : PT

Gramedia Pustaka Utama, 1992, hlm. 44.

(4)

Universitas Strasbourg yaitu Marc Bloch dan Lucien Febvre. Mereka menerbitkan sebuah jurnal yang berjudul Annales d’historie Economique et Sociale yang isinya berupa kritikan terhadap sejarawan konvensional.3 Marc Bloch dan Febvre menentang dominasi sejarah politik pada periode sebelumnya. Mereka ingin menggantikan sejarah politik dengan konsep sejarah yang lebih luas dan manusiawi, artinya suatu sejarah yang berbicara tentang seluruh kegiatan manusia dan bukan semata-mata hanya menceritakan suatu kejadian, melainkan lebih berorientasi pada analisis struktur.

Sejarawan Annales menyatakan bahwa mereka tidak mewakili suatu “mazhab”, namun mereka sering diidentifikasikan demikian, ditandai dengan sifat keterbukaan terhadap metoda-metoda dan pendekatan baru untuk riset sejarah.4 Dalam rentang waktu lebih dari delapan dekade mereka mengubah konsepsi tentang apa dan siapa saja yang membuat sejarah secara seksama dan mendalam. Mereka menawarkan konsepsi yang sangat berbeda dari konsep-konsep yang diyakini oleh sebagian besar sejarawan pada abad ke-19 sampai awal abad ke-20.

Sejarah bagi sejarawan Annales menempati peran sentral di antara ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan historisisme klasik yang menempatkan negara sebagai institusi kunci di mana semua aspek masyarakat dan budaya lainnya disubordinasi.5 Sejarawan Annales meniadakan batasan-batasan antara disiplin tradisional untuk menyatukannya ke dalam “science of man”, artinya bentuk plural sengaja dipakai untuk menegaskan kemajemukan ilmu pengetahuan (sciences). Selanjutnya pengintegrasian sejarah dan disiplin ilmu-ilmu sosial di dalam “science of man” tidak hanya melibatkan ilmu ekonomi, sosiologi, dan antropologi, tetapi juga lingiuistik, semiotik, ilmu sastra dan seni, serta psikoanalisis.

3 Peter Burke, Sejarah dan Teori Sosial, Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011, hlm.

22.

(5)

Mengingat banyaknya pendekatan metodologis dan konseptual dalam delapan dekade, namun ternyata tidak ada satupun dari karya-karya sejarawan Annales yang menguraikan tentang suatu institusi sentral yang mendominasi seperti dalam karya-karya naratif di mana aksi perseorangan mempunyai peran yang menentukan.

Sesungguhnya penekanan yang dipakai pada Mazhab Annales yaitu konsep “struktur”. Konsep ini jelas sekali dikembangkan dalam struktur buku Mediterranean karya Braudel yang membedakan tiga zaman yang berbeda, yaitu zaman Mediterranian yang hampir stasioner sebagai ruang geografis (longe duree), waktu yang lamban dalam struktur perubahan sosial dan ekonomi (conjunctures), dan perubahan cepat peristiwa politik (evenements).6

Dibandingkan dengan Bloch dan Febvre, pemikiran Braudel tampak jauh lebih luas. Dalam karya-karyanya, Braudel tidak mengabaikan pengaruh cita rasa, ide, dan sikap. Perhatiannya pada perumahan, pakaian, dan makanan sebagai elemen tidak hanya dari segi subsistensi material, tetapi material kebudayaan juga diwujudkan dalam arsitektur, dekorasi interior, mode, dan seni memasak.

Pengaruh Mazhab Annales di Perancis ini ternyata juga mempengaruhi penulisan sejarah di Benua Eropa dan Amerika. sejarawan Perancis, Belgia, Amerika Serikat, dan di negara lainnya mulai berpaling ke ilmu sosial untuk memperluas pengertian mereka tentang masyarakat modern, industri, dan demokratis. Di Amerika digunakan pendekatan ilmu-ilmu ekonomi, sosiologi, dan psikologi, sedangkan di Perancis juga digunakan pendekatan dari ketiga disiplin tersebut ditambah dengan ilmu geografi dan antropologi. Di negara-negara tersebut pada tahun 1960-an, peranan ilmu sosial untuk keperluan penelitian sejarah sudah cukup mapan.

Penulisan sejarah sosial berkembang pada tahun 1970-an dan 1980-an di Jerman dan juga di negara-negara Barat secara umum, dan kemudian di negara-negara Eropa Timur. Studi sejarawan di Eropa Barat dan Amerika Utara lebih menekankan pada peranan gerakan pekerja seperti yang muncul selama proses industrialisasi dalam budaya politik Jerman abad ke-19 dan awal abad ke-20. Karya-karya sejarawan lain

(6)

juga memiliki kerangka studi proses industrialisasi dengan formasi kelas proletar. Konsep tersebut berpusat pada transformasi kondisi-kondisi kerja di pertambangan, rekruitmen kelas pekerja, hubungan antara pekerja dengan majikan, konflik sosial dan ekonomi, budaya etnis dan kehidupan agama yang memisahkan banyak pekerja, serta aksi pemogokan.

Perkembangan sejarah buruh sejajar dengan perkembangan sejarah wanita. Di Britania Raya, Amerika, Perancis, dan Jerman pada awal abad ke-20, sejarah wanita mulai terorganisir. Pada tahun 1960-an dan 1970-an banyak sejarah wanita ditulis berkaitan dengan peranan wanita dalam proses industrialisasi. Kemudian secara perlahan perhatian diberikan pada eksistensial kehidupan wanita. Pergerakan ini membutuhkan pengkajian dan penggabungan konsep dan metoda ilmu sosial dengan analisis pengalaman kehidupan wanita. Di Jerman, profesi ibu rumah tangga dipandang memiliki peranan penting dalam pembentukan gaya hidup “borjuis”. Ibu rumah tangga menyerap nilai-nilai kelas menengah dan kemudian menularkannya pada kelas buruh yang menikahi mereka.

2. Pengaruh Mazhab Annales terhadap Perkembangan Historiografi Indonesiasentris

Historiografi Indonesia modern baru dimulai sekitar tahun 1957, waktu diselenggarakannya Seminar Sejarah Nasional Indonesia pertama di Yogyakarta.7 Tahun itu dianggap sebagai titik tolak kesadaran sejarah baru. Sementara itu, kurun historiografi tradisional dapat dianggap berakhir dengan ditulisnya buku Critische Beschouwing van de Sadjarah van Banten oleh Husein Djajadiningrat pada tahun 1913. Buku itu secara kritis mengkaji tradisi penulisan babad dalam khasanah sastra.

Pada Seminar Sejarah Nasional kedua pada tahun 1970, beberapa perkembangan baru telah tampak. Pada seminar tersebut dibentuk sebuah panitia untuk memulai penulisan buku standar sejarah Indonesia. Hasil yang dicapai yaitu buku edisi pertama Sejarah Nasional Indonesia yang berjumlah enam jilid, yang tidak saja menekankan kronologi, proses, tetapi juga sejarah yang sinkronik-struktural.

(7)

Kemudian pada Seminar Sejarah Nasional ketiga di Jakarta tahun 1981, dengan jelas menunjukkan bahwa sejarawan Indonesia sudah sungguh sadar tentang perlunya kesadaran teoretik dan metodologis dalam penulisan.8 Bukan saja banyak sejarawan yang berani menggugat periode keramat seperti revolusi kemerdekaan, tetapi mereka maju dengan tujuan sejarah interdisipliner. Misalnya sejarah revolusi yang bukan lagi semata-mata sejarah kepahlawanan dan kejadian besar, tetapi juga studi tentang kelas sosial, konflik sosial, bahkan tentang perbanditan.

Dalam perkembangan historiografi Indonesia modern, sejarawan akademis memiliki peranan penting. Mereka turut menyumbangkan karya tulisnya dalam perbendaharaan sejarah. Karya-karya tulis berupa skripsi merupakan bagian terbesar dari historiografi Indonesia.

Mengenai pendidikan sejarawan, ada kemajuan besar yaitu pada periode tersebut sejarawan mulai mempelajari ilmu-ilmu sosial, studi wilayah, bahkan statistik. Tema-tema yang dipilih untuk penulisan skripsi juga mulai menunjukkan arah baru. Mereka yang membuat disertasi, baik di dalam maupun di luar negeri sejak 1975 sampai 1987 hampir semuanya mengambil sejarah sosial sebagai garapan. Sejarah sosial dalam arti yang luas merupakan tema yang paling banyak ditulis sejarawan akademis. Misalnya dalam penulisan sejarah kontemporer, penulis tidak hanya mengkaji persoalan politik, melainkan sudah menjangkau masalah-masalah sosial, agama, dan budaya dengan pendekatan-pendekatan baru berdasar pengetahuan mereka mengenai ilmu-ilmu sosial. Pemikiran dalam penulisan tersebut merupakan langkah yang baik menuju penulisan sejarah yang baru.

Di bidang sejarah, Sartono Kartodirdjo dikenal sebagai tokoh pembaharu dan peletak bagi kajian sejarah kritis/modern di Indonesia.9 Ia memperkenalkan visi dan pendekatan sejarah baru dalam penelitian dan penulisan sejarah. Sartono menganjurkan digunakannya visi Indonesiasentrisme dalam rangka penyususnan historiografi Indonesia baru atau setelah kemerdekaan. Sudut pandang

8Ibid, hlm. 8.

9 Sartono Kartodirdjo, Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia, Yogyakarta :

(8)

Indonesiasentris tersebut lebih menempatkan bangsa Indonesia sebagai peran utama dalam perjalanan sejarahnya.

Sumbangan pemikiran Sartono yang lainnya ialah pentingnya penggunaan pendekatan interdisipliner, multidisipliner, atau pendekatan ilmu-ilmu sosial dalam kajian sejarah. Jika dilihat dari latar belakang pendidikannya, Sartono Kartodirdjo selain pernah menempuh pendidikan di Universitas Indonesia pada tahun 1956, ia juga menempuh pendidikan di Universitas Yale, Amerika Serikat pada tahun 1964. Kemudian pada tahun 1966 ia menempuh pendidikan di Universitas Amsterdam, Belanda.10 Apabila kita hubungkan pada periode tahun-tahun tersebut penulisan sejarah di Eropa dan Amerika telah terpengaruh Mazhab Annales dimana mazhab ini menunjukkan pengaruh dari perkembangan ilmu-ilmu sosial yang membuka jalan untuk menerangkan masa lampau dengan lebih detail.

Pemikiran dari sejarawan Annales juga turut menginspirasi Sartono Kartodirdjo dan generasi sejarawan Indonesia setelahnya. Hal tersebut terbukti dari disertasi Sartono Kartodirdjo pada tahun 1966 yang berjudul The Peasant’s Revolt of Banten in 1888. Mereka memperluas penulisan sejarah yang hanya terbatas pada sejarah politik, menjadi mengedepankan sejarah sosial, sejarah struktural atau sejarah total. Penulisan sejarah tersebut kemudian terus berkembang sehingga muncul spesialisasi baru dalam sejarah, seperti sejarah kota, sejarah kriminalitas, sejarah pendidikan, sejarah lokal, sejarah intelektual, sejarah militer, sejarah psikologi, sejarah mentalitas, dan sebagainya.

Pendekatan ilmu-ilmu sosial dalam penulisan sejarah atau yang disebut pendekatan multidimensional, pendekatan sejarah struktural, sejarah analitis sangat dianjurkan oleh Sartono Kartodirdjo yang menjadi “sesepuh” bagi sejarawan-sejarawan yang lebih muda.11 Pendekatan multidimensional sangat diperlukan agar lebih tampak dinamika dari masyarakat Indonesia. Bukan hanya menceritakan sejarah orang-orang besar atau raja-raja, melainkan juga sejarah wong cilik atau petani.

10 Wikipedia, “Sartono Kartodirdjo”, Diakses dari

https://id.wikipedia.org/wiki/Sartono_Kartodirdjo, pada tanggal 13 Juni 2016 pukul 22.00.

(9)

Selain itu, studi sejarah tidak hanya terbatas pada pengkajian hal-hal yang mendasar tentang apa, siapa, kapan, dan di mana dari suatu peristiwa, tetapi juga ingin melacak berbagai struktur masyarakat, pola tingkah laku masyarakat, dan sebagainya yang melatarbelakangi peristiwa tersebut. Peristiwa-peristiwa mikrohistoris yang terjadi di Indonesia tidak ada pengaruhnya sama sekali dengan keberlangsungan sejarah nasional, akan tetapi pola-pola atau perbandingan-perbandingan dari kekuatan sosial masyarakat lokal turut mempengaruhi pola struktur di Indonesia pada umumnya.

Pendekatan multidimensional membuka kemungkinan untuk melakukan perbandingan antar daerah sebagai unit sosio kultural, contohnya antara lain hubungan antar agama, petani dengan kegelisahan agraris, relasi antara lembaga-lembaga religius di sekitar keraton dan di daerah pedesaan, dan sebagainya.12 Kemudian sejarawan juga memerlukan pendekatan multidimensional dalam mencari keterangan bagi proses perubahan sosial yang kompleks tersebut, misalnya ketika ingin mengetahui proses sosial yang melatarbelakangi perpecahan yang terjadi antara golongan elite baru sebagai dampak dari modernisasi.

Pendekatan dari berbagai macam teori-teori sosial atau pendekatan multidimensional memberikan model yang berbeda dalam perkembangan historiografi terutama bagi historiografi Indonesia. Sebab dengan pendekatan ilmu-ilmu sosial, ruang lingkup sejarah Indonesia tidak lagi dibatasi oleh pertanyaan-pertanyaan tentang proses, tetapi juga mengenai struktur. Sejarah yang semula bersifat deskriptif dan diakronik mulai menuju ke arah tulisan yang analitis dan sinkronis.

Berdasarkan konsep integrasi yang bersumber dari metodologi sejarah struktural dan pendekatan ilmu-ilmu sosial, Sartono Kartodirdjo berhasil meyakinkan para sejarawan Indonesia bahwa konsep Indonesiasentrisme tidak perlu lagi diperdebatkan karena telah memiliki kekuatan metodologis yang memadai untuk kerja kesejarahan yang didasarkan kaedah-kaedah ilmu pengetahuan.13 Pendekatan itu ia tunjukkan dalam kajiannya tentang sejarah sosial di Indonesia, terutama dalam kajian

(10)

pemberontakan petani terhadap kaum penguasa pada masa kolonial dan gerakan protes sosial dari sekelompok masyarakat kecil yang terpinggirkan.

Pemikiran-pemikiran Sartono tersebut membuktikan bahwa Mazhab Annales yang muncul di Perancis pada tahun 1920-an dan berkembang sampai di Eropa dan Amerika selama delapan dekade telah mempengaruhi penulisan historiografi Indonesia modern yang baru dimulai sekitar tahun 1957, waktu diselenggarakannya Seminar Sejarah Nasional Indonesia pertama di Yogyakarta. Sejarawan Annales telah memberikan inspirasi bagi sejarawan di Indonesia untuk menulis sejarah tentang setting pedesaan dan perkotaan, konflik antara petani dan bangsawan, petisi-petisi, protes-protes, dan pemberontakan petani.14

C. PENUTUP

Kesimpulan

Sebagai bentuk reaksi terhadap sejarah politik, di Perancis pada periode tahun 1920-an muncul suatu ‘gerakan sejarah jenis baru’ yang dipimpin oleh dua guru besar Universitas Strasbourg yaitu Marc Bloch dan Lucien Febvre. Mereka ingin menggantikan sejarah politik dengan konsep sejarah yang lebih luas dan manusiawi, artinya suatu sejarah yang berbicara tentang seluruh kegiatan manusia dan bukan semata-mata hanya menceritakan suatu kejadian, melainkan lebih berorientasi pada analisis struktur. Teori para sejarawan Perancis tersebut selanjutnya disebut dengan Mazhab Annales walaupun sebenarnya mereka tidak ingin disebut mewakili suatu mazhab.

13 Bambang Purwanto, Historitas Kebangsaan dan Demokrasi : Historiografi, Pendidikan

Sejarah dan Genre, Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013, hlm. 100.

(11)

Mazhab Annales menganjurkan pendekatan dalam penulisan sejarah dangan ilmu-ilmu sosial atau interdisipliner. Pengaruh Mazhab Annales di Perancis ini ternyata juga mempengaruhi penulisan sejarah di Benua Eropa dan Amerika. sejarawan Perancis, Belgia, Amerika Serikat, dan di negara lainnya mulai berpaling ke ilmu sosial untuk memperluas pengertian mereka tentang masyarakat modern, industri, dan demokratis.

Pemikiran dari sejarawan Annales juga turut menginspirasi Sartono Kartodirdjo dan generasi sejarawan Indonesia setelahnya. Pendekatan dari berbagai macam teori-teori sosial atau pendekatan multidimensional memberikan model yang berbeda dalam perkembangan historiografi terutama bagi historiografi Indonesiasentris. Pendekatan multidimensional sangat diperlukan agar lebih tampak dinamika dari masyarakat Indonesia.

Berdasarkan konsep integrasi yang bersumber dari metodologi sejarah struktural dan pendekatan ilmu-ilmu sosial, Sartono Kartodirdjo berhasil meyakinkan para sejarawan Indonesia bahwa konsep Indonesiasentrisme tidak perlu lagi diperdebatkan karena telah memiliki kekuatan metodologis yang memadai untuk kerja kesejarahan yang didasarkan kaedah-kaedah ilmu pengetahuan. Hal tersebut membuktikan bahwa Mazhab Annales yang muncul di Perancis pada tahun 1920-an dan berkembang sampai di Eropa dan Amerika selama delapan dekade juga telah mempengaruhi penulisan historiografi Indonesiasentris melalui pemikiran Sartono Kartodirdjo.

DAFTAR PUSTAKA

Burke, Peter. 2011. Sejarah dan Teori Sosial. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Kartodirdjo, Sartono. 2014. Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia. Yogyakarta : Ombak.

_________________. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

(12)

Nina, H. Lubis. 2003. Historiografi Barat. Bandung : Satya Historika.

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara

Pasal 1 angka 3 Undang ± Undang No.. hutan dan tumpang tindih dalam penunjukan kawasan hutan. 2 Bahkan di daerah Kabupaten Padang Lawas Utara sekalipun penunjukan

Instrumen tes tulis uraian yang dikembangkan haruslah disertai kunci jawaban dan pedoman penskoran. Pelaksanaan penilaian melalui penugasan setidaknya

Perintisan dan pengembangan pola-pola kemitraan antara pelaku seni kria dengan pelaku-pelaku pariwisata dalam rangka meningkatkan dan membudayakan hasil karya seni

Perhitungan kebutuhan air irigasi ini dimaksudkan untuk menentukan besarnya debit yang akan dipakai untuk mengairi daerah irigasi, setelah sebelumnya diketahui besarnya

Rasio arus kas yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan yaitu, Rasio Arus Kas Operasi terhadap kewajiban lancar, Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Bunga,

Table 7-34 Details of Best Superstructure Replacement + Substructure Rehabilitation Primary Cost Model for all Bridge

Hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan antara lain: pemanfaatn DAS Ciliwung oleh masyarakat setempat, tingkat pemahaman