MAKALAH
PERANAN GURU DALAM PEMBELAJARAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Hidayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah ini berisikan tentang beberapa peranan guru dalam pembelajaran, kemudian ada beberapa pendapat dari tokoh yang terkemuka mengenai peran guru dalam proses pembelajaran, dan kinerja guru makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita tentang peran guru dalam pembelajaran maupun kinerja guru yang baik dan optimal.
Kami mengakui bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang membangun sehingga kedepannya makalah kami bisa menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
COVER... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ... 1
B. rumusan Masalah... 2
C. Tujuan ... 2
BAB II PEMBAHASAN A. Kompetensi Guru dalam Pembelajaran... 3
B. Peran Guru... 4
C. Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran... 5
BAB PENUTUP... 13
A. Kesimpulan... 13
BAB I PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Guru dewasa ini berkembang sesuai dengan fungsinya, membina untuk mencapai tujuan pendidikan. Lebih-lebih dalam sistem sekolah sekarang ini, masalah pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan tenaga pengajar perlu mendapat perhatian yang serius. Bagaimanapun baiknya kurikulum, administrasi, dan fasilitas perlengkapan, kalau tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas guru-gurunya tidak akan membawa hasil yang diharapkan. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untukk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.
Salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh guru di sekolah adalah memberikan pelayanan kepada para siswa agar mereka menjadi siswa atau anak didik yang selaras dengan tujuan sekolah. Melalui bidang pendidikan, guru mempengaruhi aspek kehidupan, baik sosial, budaya maupun ekonomi. Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan faktor utama yang bertugas sebagai pendidik. Guru memegang berbagai jenis peranan yang mau tidak mau harus dilaksanakannya sebagai guru.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kompetensi guru dalam pembelajaran? 2. Bagaimana peran guru itu?
3. Bagimanakah peran guru dalam pembelajaran?
C. Tujuan
1. Memahami kompetensi guru dalam pembelajaran 2. Mengerahui peran guru
BAB II PEMBAHASAN
A. Kompetensi Guru dalam Pembelajaran
Sebelum penulis membahas tentang peran guru dalam pembelajaran, disini akan dijelaskan terlebih dahulu tentang kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam pembelajaran.
Adapun kompetensi guru yaitu kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak. Kompetensi guru berkaitan dengan profesionalisme yaitu, guru yang profesional adalah guru yang kompeten (berkemampuan), karena itu kompetensi profesionalisme guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya dengan kemampuan tinggi. Dengan kata lain kompetensi adalah pemilikan, penguasaan, ketrampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang.
Jadi kompetensi profesional guru adalah merupakan suatu keharusan dalam mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang pemahaman tentang pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar. Pada umumnya di sekolah-sekolah yang memiliki guru dengan kompetensi profesional akan menerapkan “pembelajaran dengan melakukan” untuk menggantikan cara mengajar dimana guru hanya berbicara dan peserta didik hanya mendengarkan.
Sedangkan menurut Depdikbud kompetensi yang harus dimiliki seorang guru adalah : 1. Kompetensi Profesional, guru harus memiliki pengetahuan yang luas dari subject matter
( bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi dalam arti memiliki konsep teoritis mampu memilih metode dalam proses belajar mengajar.
3. Kompetensi Sosial, artinya guru harus mampu menunjukkan dan berinteraksi sosial, baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesama guru dan kepala sekolah, bahkan dengan masyarakat luas.
4. Kompetensi untuk melakukan pelajaran yang sebaik-baiknya yang berarti mengutamakan nilai-nilai sosial dari nilai-nilai material.
B. Peran Guru
Guru sebagai pelaku utama dalam penerapan program pendidikan di sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi murid-murid untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan anak. Pendidik adalah orang yang mengajar dan membantu siswa dalam memecahkan masalah pendidikannya. Sedangkan menurut kajian Islam, menurut Imam al-Ghazali guru/pendidik adalah orang yang berusaha membimbing, meningkatkan, menyempurnakan, segala potensi yang ada pada peserta didik. Serta membersihkan hati peserta didik agar bisa dekat dan berhubungan dengan Allah SWT.
Pendidik di indonesia sendiri lebih dikenal dengan istilah pengajar, adalah tenaga kependidian yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan dengan tugas khusus sebagi profesi pendidik. pendidik adalah orang-orang yang dalam melaksanakan tugasnya akan berhadapan dan Perinteraksi langsung dengan para peserta didiknya dalam suatu proses yang sistematis, terencana, dan bertujuan. Menurut Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono, peran guru dalam proses belajar berpust pada :
1. Mendidik anak dengan memberikan pengarahan dan motivasi untuk mencapai tujuan, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang;
2. Memberi fasilitas, media, pengalaman belajar yang memadai;
3. Membantu mengembangkan aspek-aspek kepribadian siswa, seperti sikap, nilai-nilai, dan penyesuaian diri.
rupa, sehingga dapat merangsang murid untuk belajar aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan.
Mengingat peranannya yang begitu penting, maka guru dituntut untuk memiliki pemahaman dan kemampuan secara komprehensif tentang kompetensinya sebagai pendidik. Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, seperti yang di ungkapkan oleh Brand dalam Educational Leadership menyatakan bahwa hampir semua usaha reformasi pendidikan seperti pembaharuan kurikulum dan metode pembelajaran, semua bergantung kepada guru.
C. Peran Guru dalam Pembelajaran
Perkembangan baru terhadap pandangan belajar mengajar membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya karena proses belajar- mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal.
Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal sebagaimana yang diungkapkan oleh Adam dan Becey dalam Basic principles of student teaching, antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembingbing, pengatur, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator dan konselor. Yang akan dikemukakan disini adalah peranan yang dianggap paling dominan dan diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Guru Sebagai Pendidik dan Pengajar
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas pribadi teretentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Berkaitan dengan tanggung jawab, guru harus mengetahui, serta memahami nilai, moral dan social serta berusaha dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut.
kepribadian guru” dengan segala cirri tingkat kedewasaannya. Dengan kata lain bahwa untuk menjadi pendidik atau guru, seseorang harus berpribadi.
Tugas pendidik adalah sebagai teladan bagi siswa. Sukses tidaknya seorang pendidik adalah dilihat dari hasil didikan seorang pendidik. Pendidik yang sukses akan mengikat peserta didik dengan nilai-nilai universal dan menjauhkan peserta didik dari pengaruh budaya dan pemikiran yang merusak. Sebagai seorang guru yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mendidik peserta didik dalam mengembangkan kepribadian, guru dituntut memiliki kepribadian ideal yang patut untuk dicontoh. Peserta didik tidak akan mudah untuk tergugah hati dan pikiran atas ajaran pendidik, bila tidak melihat bukti aktualisasinya pada diri pendidik. Sebagai contoh siswa tidak akan disiplin dalam mengikuti pelajaran guru yang sering terlambat masuk dan memulai pelajaran.
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dan dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman, dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika faktor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik.
2. Guru sebagai Pelatih dan pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral, dan spiritual yang lebih dan kompleks.
Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang ditempuhmenggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesui dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.
3. Guru sebagai Perancang Pembelajaran (Designer Instruction)
Pihak Departemen Pendidikan Nasional telah memprogram bahan pembelajaran yang harus diberikan guru kepada peserta didik pada suatu waktu tertentu. Disini guru dituntut untuk berperan aktif dalam merencanakan PBM tersebut dengan memerhatikan berbagai komponen dalam sistem pembelajaran yang meliputi :
a. Membuat dan merumuskan bahan ajar.
b. Menyiapkan materi yang relevan dengan tujuan, waktu, fasilitas, perkembangan ilmu, kebutuhan dan kemampuan siswa, komprehensif,sistematis, dan fungsional efektif.
c. Merancang metode yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa.
d. Menyediakan sumber belajar, dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator dalam pengajaran.
4. Guru sebagai Pengaruh Pembelajaran
Hendaknya guru senantiasa berusaha menimbulkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar. Dalam hubungan ini guru mempunyai fungsi sebagai motivator dalam keseluruhan kegiatan belajar mengajar. Empat hal yang dapat dikerjakan guru dalam memberikan motivasi adalah sebagai berikut:
a. Membangkitkan dorongan siswa untuk belajar.
b. Menjelaskan secara konkret, apa yang dapat dilakukan pada akhir pengjaran
c. Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai hingga dapat merangsang pencapaian prestasi yang lebih baik dikemudian hari
d. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
5. Guru sebagai Konselor
Sesuai dengan peran guru sebagai konselor adalah ia diharapkan akan dapat merespon segala masalah tingkah laku yang terjadi dalam proses pembelajaran, Oleh karena itu, guru harus dipersiapkan agar.
a. Dapat menolong peserta didik memecahkan masalah-masalah yang timbul antara peserta didik dengan orang tuanya.
Pada akhirnya, guru akan memerlukan pengertian tentang dirinya sendiri, baik itu motivasi, harapan, prasangka ataupun keinginannya. Semua hal itu akan memberikan pengaruh pada kemampuan guru dalam berhubungan dengan orang lain terutama siswa.
6. Guru sebagai Pelaksana Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat pengalaman belajar yang akan didapat oleh peserta didik selama ia mengikuti suatu proses pendidikan. Secara resmi kurikulum sebenarnya merupakan sesuatu yang diidealisasikan atau dicita-citakan . Keberhasilan dari suatu kurikulum yang ingin dicapai sangat bergantung pada faktor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru. Artinya guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam mewujudkan segala sesuatu yang telah tertuang dalam suatu kurikulum resmi. Bahkan pandangan mutakhir menyatakan bahwa meskipun suatu kurikulum itu bagus, namun berhasil atau gagalnya kurikulum tersebut pada akhirnya terletak di tangan pribadi guru. Sedangkan peranan guru dalam pembinaan dan pengembangan kurikulum secara aktif antara lain yaitu : perencanaan kurukulum, pelaksanaan di lapangan, proses penilaian, pengadministrasian, perubahan kurikulum.
7. Guru dalam Pembelajaran yang Menerapkan Kurikulum Berbasis Lingkungan
Peranan guru dalam kurikulum berbasis lingkungan tidak kalah aktifnya dengan peserta didik. Sehubungan dengan tugas guru untuk mengaktifkan peserta didik dalam belajar, maka seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang memadai. Pengetahuan, sikap, dan ketramoilan yang dituntut dari guru dalam proses pembelajaran yang memiliki kadar pembelajaran tinggi didasarkan atas posisi dan peranan guru, tugas dan tanggung jawab sebagai pengajar yang profesional.
Posisi dan peran guru yang dikaitkan dengan konsep pendidikan berbasis lingkungan dalam proses pembelajaran dimana guru harus menempatkan diri sebagai :
a. Pemimpin belajar, dalam arti guru sebagai perencana, pengorganisasi pelaksana, dan pengontrol kegiatan belajar peserta didik.
c. Moderator belajar, guru sebgai pengatur arus kegiatan belajar peserta didik,. Selain itu guru bersama peserta didik harus menarik kesimpulan atau jawaban masalah sebagai hasil belajar peserta didik,atas dasar semua pendapat yang telah dibahas dan diajukan peserta didik.
d. Motivator belajar, guru sebagai pendorong peserta didik agar mau melakukan kegiatan belajar. Sebagai motivator guru harus dapat menciptakan kondisi kelas yang merangsang peserta untuk mau melakukan kegiatan belajar, baik individual maupun kelompok.
e. Evaluator belajar, guru sebagai penilai yang objektif dan komprehensif. Sebagai evaluator guru berkewajiban mengawasi, memantau proses pembelajaran peserta didik dan hasil belajar yang dicapainya. Guru juga berkewajiban melakukan upaya perbaikan proses belajar peserta didik, menunjukkan kelemahan dan cara memperbaikinya, baik secara individual, kelompok, maupun secara klasikal.
8. Guru sebagai Demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembagkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menetukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini berarti bahwa guru harus belajar terus-menerus. Dengan cara demikian ia akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan demonstrator sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis. Maksudnya agar apa yang disampaikannya itu dimiliki betul-betul dimiliki oleh anak didik.
9. Guru sebagai pengelola kelas
Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan. Guru selalu mengelola kelas ketika dia melaksanakan tugasnya. Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efesien.
kepada tujuan –tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap belajar lingkungan itu turut menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik ialah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.
Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa belajar, tetapi juga mengembangkan kebiasaan bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Pengelolaan kelas juga terkait dengan kegiatan penjadwalan penggunaan kelas untuk berbagai mata pelajaran yang sesuai dengan sifat dan karakteristiknya masing-masing, sehingga tidak saling ganggu-menggangu. Ketika pada satu kelas terjadi kegiatan pelajaran bernyanyi misalnya, maka kelas yang berdekatan dengannya tidak merasa terganggu.[1
10. Guru sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran disekolah.
Sebagai mediator guru menjadi perantara dalam hubungan antarmanusia. Untuk keperluan itu guru harus terampil mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana orang berintraksi dan berkomunikasi. Tujuannya agar guru bias menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan yang interaktif.
Dan sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar-mengajar baik yang berupa narasumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar.
11. Guru sebagai evaluator
belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiata evaluasi atau penilaian.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Peranan guru akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa (yang terutama), sesama guru, maupun mengajar, dapat dipandang sebagai sentral bagi peranannya. Sebab baik disadari atau tidak bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap proses belajar mengajar dan berinteraksi dengan siswanya.
Peran guru dalam proses pembelajaran adalah guru sebagai pendidik, guru sebagai pengajar dan fasilitator, guru sebagai pembimbing, guru sebagai pengarah, guru sebagai pelatih, guru sebagai penilai, guru sebagai pemimpin, guru sebagai didaktikus, guru sebagai rekan seprofesi, guru sebagai inisiator, guru sebagai transmitter, guru sebagai mediator, guru sebagai evaluator.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 1991, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta.
Djaramah Syaiful Bahra dan Zain Aswan, 2010, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta. Haidir dan Salim, 2012, Strategi Pembelajaran, Medan : Perdana Publishing.
Moh Uzer Usman, 2011, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya,.
Nata Abuddin. 2009, Perspektif islam tentang strategi pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenedia Group. Syamsu Yusuf dan Nani Sugandhi, 2012, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta : Rajawali Press.
Wina Sanjaya, 2011, Strategi Pembelajaran, Jakarta : Kencana.
FUNGSI DAN POSISI GURU DALAM PROSES MENGAJAR BELAJAR
(PMB)
Oleh : Yuri Alamsyah
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
membentuk sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga professional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang makin berkembang. Dalam arti khusus dikatakan bahwa pada setiap diri guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu.
Peserta didik merupakan salah satu komponen terpenting dalam pendidikan. Tanpa anak didik, proses kependidikan tidak akan terlaksana. Oleh karena itu pengertian tentang peserta didik dirasa perlu diketahui dan dipahami secara mendalam oleh seluruh pihak. Sehingga dalam proses pendidikannya nanti tidak akan terjadi distorsi yang terlalu jauh dengan tujuan pendidikan yang direncanakan. Dalam paradigma pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan.
Hubungan antara pendidik dan peserta didik inilah yang kemudian disebut dengan proses mengajar belajar (dalam istilah baru), yang mengalami terus pengembangan sesuai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
tekhnologi. Jika dahulu proses pembelajaran berpusat kepada guru (teacher
centre), namun sekarang sudah berubah bahwa pembelajaran berpusat
kepada peserta didik (student centre). Dengan adanya perubahan
paradigma ini akan berimplikasi terhadap fungsi dan posisi guru dalam pelaksanaan pembelajaran.
Salah satu contohnya, Menurut teori konstruktivisme yang dikembangkan oleh Von Glasserfeld, pembentukan pengetahuan seseorang dilakukan sendiri oleh orang itu dan bukan oleh guru, sehingga para guru hanya bisa mendorong para siswa agar aktif dalam pembelajaran untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Dorongan para guru sangat memicu dan memacu para Siswa aktif dan giat belajar.
Fungsi guru dalam kelas bukan lagi mengajari namun kehadiran guru membuat siswa belajar sehingga fungsi guru tidak mengajar namun lebih pada empat fungsi yang harus difahami oleh guru yaitu :
1. Menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, kereatif, menciptakan
berbagai kiat dan model penyampaian materi pembelajaran, membuat suasana pembelajaran menjadi menarik.
2. Membangkitkan motivasi para siswa agar lebih aktif dan giat dalam belajar. 3. Membimbing dan memberikan kemudahan bagi siswa dalam pembelajaran,
sehingga proses pembelajaran menjadi berkualitas.
4. Memimpin pembelajaran, juga sebagai tempat bertanya bagi para siswa.
Dengan guru melaksanakan fungsinya seperti ini akan mendorong siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Keaktifan siswa tersebut akan meningkatkan mutu pendidikan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan.
Siswa diajak dan ditekankan kepada learning how to learn. Pemahaman ini
akan sangat mendorong para siswa terus mencari ilmu pengetahuan
Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada seluruh siswa, agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka. Untuk kepentingan tersebut perlu dikondisikan lingkungan belajar yang kondusif dan menantang rasa ingin tahu siswa, sehingga proses pembelajaranakan berlangsung secara efektif.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apa sajakah fungsi guru dalam proses mengajar-belajar?
2. Bagamana fungsi guru tersebut diimplementasikan dalam PMB?
3. Bagaimana posisi guru dalam proses mengajar-belajar?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami perubahan paradigma yang berpengaruh terhadap fungsi guru
dalam proses mengajar-belajar.
2. Mengetahui macam- macam fungsi guru dalam PMB.
3. Memahami operasional dari fungsi guru dalam PMB.
4. Mengetahui posisi guru dalam proses mengajar-belajar.
BAB II PEMBAHASAN
Sebelum lebih jauh membahas tentang fungsi dan posisi guru dalam PMB. Terlebih dahulu penulis ingin meluruskan istilah yang sudah lama diangggap valid yakni “proses belajar mengajar” menjadi “proses mengajar belajar”. Namun dikesempatan lain istilah PBM masih juga digunakan. Istilah ini penulis kutip dari Muhibbin Syah (2010) sebagai berikut:
“Perlu dicatat bahwa dalam interaksi instruksional antara guru dengan siswa, istilah proses mengajar-belajar (PMB) dipandang lebih tepat daripada proses belajar-mengajar (PBM). Alasannya, karena dalam “proses” ini yang hampir selalu lebih dahulu aktif adalah guru (mengajar) lalu diikuti oleh aktivitas siswa (belajar), bukan sebaliknya. Selain itu para pakar psikologi pendidikan kelas dunia seperti Barlow (1985) dan Good & Brophy (1990) menyebut
hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu dengan istilah “
teaching-learning process” bukan “learning-teaching process”. Sehubungan dengan ini, setiap guru sangat diharapkan memiliki karakteristik (ciri khas) kepribadian yang ideal sesuai dengan persyaratan yang bersifat psikologis-pedagosis.”
karena itu, dalam hal ini penulis akan menguraikan tentang posisi dan ragam guru dalam konteks belajar-mengajar. Namun dalam penggunaannya istilah
PBM masih tetap dipertahankan untuk selanjutnya.”1[1]
A. Fungsi Guru Dalam Proses Mengajar Belajar
Pada asasnya, fungsi atau peran penting guru dalam PMB ialah sebagai “director of learning” (direktur belajar). Artinya, setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar (kinerja akademik) sebagaimana yang telah ditetapkan dalam sasaran kegiatan PMB. Dengan demikian, semakin jelaslah bahwa peranan guru dalam dunia pendidikan modern seperti sekarang ini semakin meningkat dari sekadar pengajar menjadi direktur belajar. Konsekuensinya, tugas dan tanggung jawab guru pun menjadi lebih kompleks dan berat pula. Perluasan tugas dan tanggung jawab guru tersebut membawa konsekuensi timbul fungsi-fungsi khusus yang menjadi bagian integral (menyatu) dalam kompetensi profesionalisme keguruan yang disandang oleh para guru. Menurut Gagne, seperti dikutip Muhibbin Syah, setiap guru berfungsi sebagai:
1. Designer of instruction (perancang pengajaran); 2. Manager of instruction (pengelola pengajaran);
3. Evaluator of student learning (penilai prestasi belajar siswa).
a. Guru sebagai Designer of Instruction
Guru sebagai designer of instruction (perancang pengajaran). Fungsi ini
menghendaki guru untuk senantiasa mampu dan siap merancang kegiatan mengajar-belajar yang berhasil guna dan berdaya guna.
Untuk merealisasikan fungsi tersebut, maka setiap guru memerlukan pengetahuan yang memadai mengenai prinsip-prinsip belajar sebagai dasar dalam menyusun rancangan kegiatan mengajar-belajar. Rancangan tersebut sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Memilih dan menentukan bahan pelajaran; 2. Merumuskan tujuan penyajian bahan pelajaran;
3. Memilih metode penyajian bahan pelajaran yang tepat; 4. Menyelenggarakan kegiatan evaluasi.
b. Guru sebagai Manager of Instruction
Guru sebagai Manager of Instruction, artinya sebagai pengelola pengajaran. Fungsi ini menghendaki kemampuan guru dalam mengelola (menyelenggarakan dan mengendalikan) seluruh tahapan proses mengajar-belajar. Di antara kegiatan-kegiatan pengelolaan proses mengajar-belajar, yang terpenting ialah menciptakan kondisi dan situasi sebaik-baiknya, sehingga memungkinkan para siswa belajar secara berdayaguna dan berhasilguna.
Selain itu, kondisi dan situasi tersebut perlu diciptakan sedemikian rupa agar proses komunikasi baik dua arah maupun multiarah antara guru dengan
siswa dalam PBM dapat berjalan secara demokratis. Alhasil, baik guru sebagai pengajar maupun siswa sebagai pembelajar dapat memainkan peranan masing-masing secara integral dalam konteks komunikasi instruksional yang kondusif (yang membuahkan hasil).
c. Guru sebagai Evaluator of Student Learning
Guru sebagai evaluator of student learning, yakni sebagai penilai hasil
belajar siswa. Fungsi ini menghendaki guru untuk senantiasa mengikuti perkembangan taraf kemajuan prestasi belajar atau kinerja akademik siswa dalam setiap kurun waktu pembelajaran.
Pada asasnya, kegiatan evaluasi prestasi belajar itu seperti kegiatan belajar itu sendiri, yakni kegiatan akademik yang memerlukan kesinambungan. Evaluasi, idealnya berlangsung sepanjang waktu dan fase kegiatan belajar. Artinya, apabila hasil evaluasi tertentu menunjukkan kekurangan, maka siswa yang bersangkutan diharapkan merasa terdorong untuk melakukan kegiatan belajar perbaikan (relearning). Sebaliknya, apabila evaluasi tertentu menunjukkan hasil yang memuaskan, maka siswa yang bersangkutan diharapkan termotivasi untuk meningkatkan volume kegiatan belajarnya agar materi pelajaran lain yang lebih kompleks dapat pula dikuasai.
Selanjutnya, informasi dan data kemajuan akademik yang diperoleh guru dari kegiatan evaluasi (khususnya evaluasi formal) seyogianya dijadikan
feed back (umpan balik) untuk melakukan penindaklanjutan proses mengajar-belajar. Hasil kegiatan evaluasi juga seyogianya dijadikan pangkal tolak dan bahan pertimbangan dalam memperbaiki atau meningkatkan penyelenggaraan PMB pada masa yang akan datang. Dengan demikian, kegiatan mengajar-belajar tidak akan statis, tetapi terus meningkat hingga
mencapai puncak kinerja akademik yang sangat memuaskan.2[2]
Fungsi utama evaluasi dalam kelas adalah untuk menentukan hasil-hasil urutan pengajaran. Hasil-hasil dicapai langsung bertalian dengan penguasaan tujuan-tujuan yang menjadi target. Selain dari itu, evaluasi juga berfungsi menilai unsur-unsur yang relevan pada urutan perencanaan dan
pelaksanaan pengajaran.3[3]
Guru sebagai evaluator, maka fungsi guru adalah menilai perkembangan hasil belajar siswa. Guru karena tanggung jawabnya berkewajiban untuk mengetahui perkembangan belajar siswa melalui proses penilaian, sehingga siswa yang belum berhasil, perlu dibantu dan dicari cara-cata yang tepat dalam mengatasi kesulitan belajarnya sehingga hasil belajar mereka meningkat.
Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa bisa berasal dari kemampuan akademiknya seperti lamban dalam menangkap pelajaran, dan bisa juga berasal dari cara-cara mengajar guru yang kurang profesional. Hasil belajar siswa rendah mungkin disebabkan strategi dan metode mengajar guru yang kurang tepat. Guru dalam mengajar tidak memberikan contoh-contoh yang kongrit yang mudah difahami oleh siswa misalnya contoh yang berasal dari
kehidupan siswa sehari-hari. Guru mengajar tidak menggunakan alat peraga atau media yang tidak sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan. Guru tidak memberikan latihan atau pekerjaan rumah kepada siswa baik dalam bentuk tugas individual maupun tugas kelompok untuk mendorong siswa belajar mendalami materi pelajaran yang sudah disampaikan oleh guru di kelas.
Guru bisa mengevaluasi ketidak berhasilan siswa dalam belajar melalui kegagalannya dalam menerapkan startegi dan metode mengajar dikelas kelas itu telah berhasil, melalui hasil evaluasinya terhadap kemajuan belajar siswa. Bilamana guru mampu menjalankan fungsinya, sebagaimana diuraikan di atas, maka dapatlah diharapkan bahwa proses pendidikan yang dilakukan oleh guru di sekolah akan mampu menghasilkan siswa-siswa yang berprestasi, educated dan bermoral.
Selain fungsi-fungsi di atas, Sardiman A.M. (2001) merinci fungsi-fungsi guru sebagai berikut:
a. Sebagai Informator,
Artinya guru sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum. Dalam pada itu berlaku teori komunikasi:
- teori stimulus respon - teori dissonance-reduction - teori pendekatan funsional
b. Sebagai Organisator,
Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, sylabus, workshop, jadwal pelajaran dan lain-lain. Komponen-komponen yang berkaitan dengan kegiatam PMB, semua diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektiftas dan efsiensi dalam belajar pada diri peserta didik.
c. Sebagai motivator,
Peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar peserta didik. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta
reinforcement untuk mendinamisasikan potensi peserta didik, menumbuhkan swadaya (aktiftas) dan daya cipta (kreatiftas), sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar.
berperestasi baik diberikan hadiah sebagai penghargaan atas usahanya. Sedangkan siswa yang berprilaku baik diberikan pujian, sehingga dengan demikian pada diri siswa tertanam nilai prilaku untuk berbuat baik. Penguat negatif berupa hukuman (Punishment) ataupun pembatalan terhadap sesuatu yang telah diberikan ( Ekstention). bilamana siswa melakukan prilaku-prilaku yang menyimpang dalam belajar seperti menyontek, tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, maka guru perlu memberikan hukuman agar prilaku itu tidak diulangi lagi. Sedangkan pembantalan adalah penarikan kembali suatu penghargaan atau keputusan yang telah diberikan kepada siswa karena mengetahui apa yang dilakukan siswa tersebut ternyata tidak benar. Sebagai contoh misalnya membatalkan hasil ujian yang telah diumumkan karena mengetahui bahwa ternyata siswa bekerja sama dalam menjawab soal ujian tersebut.
Sebagai pemicu guru harus mampu melipat gandakan potensi siswa dan mengembangkannya sesuai dengan aspirasi dan cita-cita mereka di masa yang akan datang. Hal ini sangat penting karena guru sangat berperan dalam membantu perkembangan siswa untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.
d. Sebagai pengarah/ direktor,
Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
e. Sebagai Inisiator,
Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Sudah barang tentu ide-ide itu ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak
Guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses mengajar belajar, misalnya saja dengan menciptakan suasan kegiatan belajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan peserta didik, sehingga interaksi belajar- mengajar akan belangsung secara efektif.
Guru sebagai fasilitator sedikitnya harus memiliki tujuh sikap sebagai berikut :
1. Tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinannya atau kurang
terbuka.
2. Dapat lebih mendengarkan siswa terutama tentang aspirasi dan
perasaannya.
3. Mau dan mampu menerima ide siswa yang ionovatif dan kereatif, bahkan
yang sulit sekalipun.
4. Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan siswa seperti
halnya terhadap bahan pelajaran.
5. Dapat menerima balikan baik yang sifatnya positif maupun nagtif dan
6. Toleransi terhadap kesalahan yang diperbuat siswa selama proses
pembelajaran dan
7. Menghargai siswa meskipun biasanya mereka sudah tahu prestasi yang
dicapainya.
h. Sebagai Mediator,
Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar peserta didik. Misalnya menengahi atau memberikan jalan keluar ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pendidikan. Walaupun begitu, tugas guru tentu tidak hanya menuangkan ilmu pengetahuan ke dakam otak para siswa, tetapi juga melatih keterampilan (ranah karsa) dan menanamkan sikap serta nilai rasa (ranah rasa) kepada mereka (Daradjat, 1982).
Sehubungan dengan hal itu, rangkaian tujuan dan hasil yang harus dicapai guru terutama ialah membangkitkan kegiatan belajar siswa. Dengan kegiatan siswa diharapkan berhasil mengubah tingkah lakunya sendiri ke arah yang lebih maju dan positif. Selanjutnya , untuk memperjelas uraian mengenai posisi guru tadi, berikut ini penulis sajikan sebuah model.
Model Posisi Guru dalam PMB atau hasil kegiatan guru mengajar dalam konteks PBM. Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan adanya proses belajar siswa tanpa melibatkan
kegiatan guru, misalnya belajar di luar konteks PMB atau ketika siswa melakukan apa yang disebut everyday learning (Biggs, 1991). Artinya, setiap guru mengajar selalu membutuhkan murid belajar, tetapi tidak semua murid
belajar membutuhkan guru mengajar.5[5]
BAB III KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Fungsi guru dalam proses mengajar belajar dipengaruhi oleh perubahan
paradigma tentang pembelajaran itu sendiri. Dari tradisional ke arah
modern. Dari teacher centre ke student centre. Fungsi guru awalnya sebagai transfer pengetahuan menjadi memfasiltasi peserta didik dalam menggali potensi peserta didik.
2. Dengan adanya perubahan paradigma tersebut maka fungsi guru semakin
beragam diantaranya sebagai berikut: a. Guru sebagai Designer of Instruction
Guru sebagai designer of instruction (perancang pengajaran). Fungsi ini
menghendaki guru untuk senantiasa mampu dan siap merancang kegiatan mengajar-belajar yang berhasil guna dan berdaya guna.
b. Guru sebagai Manager of Instruction
Guru sebagai Manager of Instruction, artinya sebagai pengelola pengajaran. Fungsi ini menghendaki kemampuan guru dalam mengelola (menyelenggarakan dan mengendalikan) seluruh tahapan proses mengajar-belajar.
c. Guru sebagai Evaluator of Student Learning
Guru sebagai evaluator of student learning, yakni sebagai penilai hasil belajar
siswa. Fungsi ini menghendaki guru untuk senantiasa mengikuti perkembangan taraf kemajuan prestasi belajar atau kinerja akademik siswa dalam setiap kurun waktu pembelajaran.
3. Disamping fungsi-fungsi di atas guru juga mempunyai fungsi sebagai
informator, organisator, motivator, direktor, inisiator, transitter, fasilitator, mediator, evaluator, dan masih banyak lagi fungsi-fungsi lainnya. Bahkan dalam pendidikan Islam yang sangat penting adalah guru sebagai teladan,
panutan (Uswatun Hasanah) yang dalam istilah lain sebagai model terutama
dalam sikap atau perilaku kehidupan sehari-hari. Lihat dalam Zakiyah Daradjat, Ahmad Tafsir dan tokoh-tokoh pendidikan lainnya
4. Posisi guru dalam PMB pemegang hak otoritas atas cabang-cabang ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan pendidikan. Walaupun begitu, tugas guru tentu tidak hanya menuangkan ilmu pengetahuan ke dakam otak para siswa, tetapi juga melatih keterampilan (ranah karsa) dan menanamkan sikap serta nilai rasa (ranah rasa) kepada mereka .
DAFTAR PUSTAKA
Endin Nasrudin, (2008), Psikologi Pembelajaran, Sukabumi: STAI Sukabumi
Publishing.
Muhibbin Syah, (2010) Psikologi Pendidikan denganPendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Oemar Hamalik,( 2001) Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara
Sardiman A.M., (2001) Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Udin S. Winata Putra, (2008), Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Universitas Terbuka.
Zakiah daradjat, (1982), Kepribadian Guru, Jakarta: Bulan Bintang
GURU SEBAGAI DESIGNER OF INSTRUCTION (PERANCANG
PENGAJARAN)
GURU SEBAGAI DESIGNER OF INSTRUCTION
(PERANCANG PENGAJARAN)
OLEH : PRIYONO, SH
Waka Kurikulum SMP Al Islam Cipari
Menurut Ary H Gunawan guru adalah seorang administrator, informator, konduktor
dan sebagainya, dan harus berkelakuan menurut harapan masyarakatnya. Sikap perbuatan dan
kepribadian seorang guru sangat besar sekali pengaruhnya terhadap kondisi kelas atau
sekolah. Guru dituntut harus dapat menciptakan kebebasan terbaik bagi peserta didik untuk
dapat menciptakan pagar pembatas kebebasan siswa dalam rangka pembinaan dan
pengembangan kepribadian peserta didik.
Peran guru harus dapat mengadministrasikan kegiatannya, memberikan informasi
yang diperlukan oleh peserta didik, mengatur proses transfers keilmuan, dan kegiatan-kegiatan
lainnya terkait dengan tugas pokoknya untuk mendidik siswa. Begitu kompleks dan beragamnya
tanggung jawab seorang guru sebagai subyek pemberi materi keilmuan atau pendidik sekaligus
pembangun dan pencetak generasi penerus bangsa, sehingga menjadi suatu keharusan bagi
seorang guru untuk bertingkah laku baik terpuji, dan memiliki moralitas yang tinggi demi masa
depan bangsa dan Negara tercinta.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua tahun 1991 guru diartikan
sebagai oarng yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Dan dilengkapi oleh
Muhibbin Syah, M.ED, bahwa yang disebut sebagai guru adalah tenaga pendidik yang tugas
utamanya mengajar, dalam arti mengembangkan ranah cipta, rasa dan karsa siswa sebagai
implementasi konsep mendidik. Tetapi manakala ditelaah dengan lebih teliti, bahwa fungsi dan
peranan seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagai director of learning
(direktur belajar). Disini guru harus dapat membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk
tercapainya kinerja akademik sesuai dengan prosesnya dan mampu memenuhi tujuan-tujuan
yang menjadi target dan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sehingga jelas terlihat bahwa
fungsi dan peran guru bukan hanya sebagai pengajar saja tetapi sekaligus sebagai direktur
belajar.
Sebagai seorang direktur belajar, guru harus mampu mengarahkan subyek dan obyek
kenirja akademik agar tepat sasaran sehingga tujuan belajar yang dicanangkan dapat tercapai
dengan baik. Bahkan menurut Cagne fungsi guru lebih luas lagi, yaitu meliputi hal-hal sebagai
1. Designer of instruction (perancang pengajaran).
2. Manager of instruction (pengelola pengajaran).
3. Evaluator of student learning (penilaian pretasi belajar siswa).
Pada tulisan ini hanya mengupas dan menyajikan secara singkat dan sederhana
mengenai fungsi guru sebagai Designer of instruction (perancang pengajaran) saja, yaitu
dengan mengacu kepada standar baku yang telah digariskan oleh pemerintah. Kita maklumi
bersama bahwa peraturan-peraturan yang melingkupi dunia pendidikan saat ini begitu dinamis
dan sangat cepat sekali berubah. Hampir banyak hal belum sepenuhnya dipahami, tetapi telah
diikuti oleh perubahan-perubahan yang telah ditetapkan oleh para stakeholders di bidang
pendidikan. Sehingga menjadi sangat penting sekali bagi seorang guru untuk selalu mengikuti
dan meneliti perkembangan dunia pendidikan dengan segala macam dinamisasinya. Salah satu
contohnya adalah kasus ujian nasional saat sekarang yang masih menjadi silang sengketa dan
yang masih menjadi obyek pemberitaan sekaligus obyek untuk meraup keuntungan oleh
pihak-pihak tertentu.
Tetapi guru adalah orang yang harus selalu siap menerima titah demi nasib bangsa
tercinta ini. Polemik yang ada biarlah menjadi pemikiran orang-orang yang ahli di bidangnya,
sementara tugas utama guru adalah mengajar dan mendidik anak bangsa dengan sebaik-baik
menurut segala macam peraturan yang mengaturnya. Posisi guru menjadi sangat fundamental
sekali bagi kepentingan perubahan situasi kondisi suatu bangsa, yaitu memberikan suatu
perubahan dan perkembangan secara pasti melalui tahapan-tahapan pendidikan yang mampu
untuk membekali anak bangsa dengan segala sesuatu yang memang dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup suatu bangsa.
Untuk dapat menjadi seorang Designer of instruction (perancang pengajaran), seorang
guru terlebih dahulu harus memiliki pengetahuan yang cukup memadai tentang segala sesuatu
didik, memahami situasi dan kondisi, memahami sarana dan prasarana yang tersedia, atau
hal-hal lainnya yang terjadi disekitar tempat guru bekerja.
Secara keilmuan suatu desian pengajaran atau rancangan belajar baru dapat diangap
baik apabila didalam rancangan tersebut termuat ketentuan-ketentuan tentang : pemilihan dan
penentuan bahan pelajaran, perumusan penyajian bahan pelajaran, pemilihan metode
penyajian bahan pelajaran yang tepat dan adanya penyelenggaraan kegiatan evaluasi prestasi
belajar yang cukup memadai dan sesuati standar. Kesemua unsure tersebut harus menyatu
utuh dalam satu kesatuan yang saling mendukung saling mengisi satu sama lainnya untuk
mencapai suatu bentuk kesempurnaan penyajiannya. Kesempurnaan yang terbentuk inilah
yang akan dapat diterjemahkan oleh para guru untuk dapat memberikan materi keilmuaan yang
tepat sasaran dan yang sama persis meskipun diberikan oleh guru yang berbeda-beda.
Pada masa sekarang peran guru sebagai seorang designer of instruction (perancang
pengajaran) dapat ditelusuri pada kelihaian dan keahlian seorang guru dalam membuat dan
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Rencana pelaksanaan pembelajaran ini
merupakan suatu desain pembelajaran atau skenario proses kegiatan belajar mengajar di kelas
sekaligus merupakan suatu manifestasi yang nyata bagi keberhasilan guru dalam merancang
suatu system pengajaran yang akan diberikan kepada peserta didik. Bahkan saat sekarang,
menurut penulis, penilaian baik buruknya kinerja seorang guru yang dilakukan oleh atasannya
cenderung lebih melihat kepada caranya didalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
yang dibuatnya.
Seperti pula dijelaskan oleh Tim Pengembang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kabupaten Cilacap maupun dari Propinsi Jawa Tengah pada acara Evaluasi dan Telaah KTSP
SD SMP/MTs Negeri Swasta se Kabupaten Cilacap di Gedung Dwijaloka Cilacap pada tanggal
para Kepala SD, bahwa peran guru yang teramat fital adalah membuat scenario pembelajaran
atau rencana pelaksanaan pembelajaran sebagai tolak ukur pemahaman seorang guru
terhadap silabus yang telah ditentukan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Hasil rancangan seorang guru sebagai designer of instruction (perancang pengajaran)
umumnya berupa berupa rencana pelaksanaan pembelajaran. Untuk dapat mendesain suatu
rencana pelaksanaan pembelajaran yang ideal, seorang guru harus memahami betul
langkah-langkah penyusunannya. Pada pokoknya suatu rencana pelaksanaan pembelajaran baru dapat
dianggap baik dan ideal apabila didalamnya termuat sebelas hal sebagai berikut :1). Identitas
mata pelajaran, 2). Standar Kompetensi, 3). Kompetensi Dasar darisilabus yang akan dicapai,
4). Indikator pencapaian kompetensi, 5). Tujuan Pembelajaran, 6). Alokasi Waktu yang
diperlkan, 7). Materi Ajar, 8). Metode pembelajaran, 9). Kegiatan Pembelajaran atau
langkah-langkah pembelajaran, 10). Penilaian Hasil Belajar, 11). Sumber dan Bahan.
Dalam Permendiknas juga diterangkan dengan detail prinsip-prinsip penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran dengan rinci dan lengkap. Untuk dapat menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip umum sebagai berikut :
1. Memperhatikan perbedaan individu siswa. Perbedaan-perbedaan yang ada antara siswa yang
satu dengan siswa yang lain, baik dalam hal tingkat ekonomi, suku, agama, dan lain-lain,
menjadi suatu keragaman yang mampu memberikan nuansa pendalaman materi yang lebih
kompleks dan lebih luas. Perbedaan yang terjadi akan menjadikan satu kenyataan bahwa
sesuatu yang kompleks masih dapat dibuat menjadi satu kesimpulan yang sama yang pada
akhirnya akan dapat memperkaya tataran keilmiahannya. Jadi bukan suatu kendala maupun
hambatan, tetapi justru menjadi satu masukan yang mampu membuat suasana pembelajaran
2. Mendorong partisipasi aktif siswa. Dalam rencana pelaksanaan pembelajaran didalamnya
diterangkan cara-cara guru dalam memberikan dorongan kepada siswa agar lebih aktif dalam
belajar, siswa menjadi subyek belajar bukan menjadi obyek belajar. Dengan menjadi subyek
pemahaman dan pengetahuan yang didapatnya akan mengendap lebih lama dimemori otaknya
dan akan mudah mengingatnya kembali karena siswa terlibat dalam proses pembelajaran
secara langsung dengan aktif. Alternatif pemberian motivasi siswa agar aktif berpartisipasi ini
bisa ditemukan melalui penafasiran atau dengan melihat kata-kata pada langkah-langkah
pembelajaran yang ditetapkan. Langkah-langkah pembelajaran tersebut memungkinkan siswa
untuk dapat mengapresiasi pembelajaran, memberikan masukan, dan atau melatih agar siswa
dapat berpikir kritis dalam menerima materi pelajaran.
3. Mengembangkan budaya membaca dan menulis. Desain pembelajaran seharusnya juga
menjadi ajang siswa untuk rajin membaca dan menulis. Membaca dan menulis menjadi suatu
kebutuhan dan keharusan yang dilakukan oleh para peserta didik dengan sukarela tanpa
paksaan dan dilakukan dengan penuh kesenangan, yang pada gilirannya akan menjadi suatu
kebiasaan yang menguntungkan. Melalui tahap-tahap pembelajaran yang ditetapkan guru
didalamnya terkandung perintah agar siswa mau membaca dan menulis segala sesuatu yang
diperlukan untuk pemahaman dan pendalaman materi ajar yang sedang dipelajarinya. Guru
harus dapat membimbing dan mengarahkan siswa agar dengan sukarela mau membaca dan
menulis demi kepentingan dirinya sendiri.
4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut. Umpan balik disini umumnya berupa
pertanyaan-pertanyaan pancingan yang diberikan oleh guru untuk merangsang minat siswa dalam
memahami dan mendalami materi yang sedang dipelajarinya.
5. Keterkaitan dan keterpaduan antara standar kompetensi, kompetensi dasar, materi dan
sumber belajar. Pokok-pokok penyusunan disain pembelajaran ini harus menjadi satu kesatuan
yang padu, yang utuh tak terpisah satu sama lainnya, yang kesemuanya harus ada dan sama
pentingnya untuk suatu keberhasilan penyajian materi pelajaran. Satu bagian dengan bagian
lainnya harus ada secara lengkap dan utuh untuk dapat menjadi suatu desain pembelajaran
yang ideal. Tak ada satua bagian pun yang boleh dihilangkan atau dikurangi.
6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi. Penerapan teknologi dan informasi ini lebih
menyenangkan dan menggairahkan siswa dalam belajar. Karena dengan teknologi dan
informasi ini materi pelajaran yang diberikan akan lebih mudah dipahami siswa, lebih mudah
dicerna siswa, lebih irit waktu dan menjadi sumber belajar yang mampu menuangkan nuansa
audio visual secara sekaligus. Penerapan teknologi ini juga dimaksudkan agar guru mampu
mendapatkan informasi yang up date sesuai dengan tugas dan kewajiban guru. Dan memang
untuk masa sekarang seorang guru yang baik harus menguasai perkembangan teknologi,
karena dalam perkembangan teknologi tersebut menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan
profesionalisme seorang guru.
Desain pengajaran atau scenario pembelajaran adalah urut-urutan langkah
pembelajaran yang dibuat dan ditetapkan oleh seorang guru untuk dapat menyajikan materi
pelajaran dengan baik dan mendalam.keberhasilan seorang guru sebagai designer of
instruction (perancang pengajaran) adalah berupa suatu keberhasilan administrative. Dimana
keberhasilan ini merupakan suatu keberhasilan awal yang menjadi penentu untuk
keberhasilan-keberhasilan selanjutnya. Apabila pembuatan desain pembelajaran ini sudah tidak baik maka
bisa dinilai bahwa keberhasilan keberhasilan lainnya juga sulit untuk diukur. Atau untuk
sampainya materi kepada para peserta didik akan mengalami kesulitan dan hambatan yang
pada akhirnya akan menghambat proses penilaian keberhasilan suatu pembelajaran. Dengan
desain pembelajaran yang baik maka akan menjadi jaminan bahwa suatu materi akan sampai
Aturan pembuatan desain pembelajaran menurut Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) terbagi menjadi tiga bagian besar yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup. Pada kegiatan pendahuluan, dalam butir-butir scenario guru harus
mencantumkan antara lain hal-hal sebagai berikut:
1. Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, Jaman dulu
sering disebut dengan guru dapat menguasai kelas terlebih dulu sehingga dapat menyiapkan
siswa untuk menerima materi pelajaran dengan sebaik-baiknya. Manakala ada hal-hal yang
dirasa akan dapat mengganggu proses pembelajaran, guru akan secepatnya menyingkirkan
hal-hal tersebut. Guru dengan arif dan bijaksana meneliti dan menyiapkan suasana kelas baik
mengenai tempat maupun para peserta didik dan hal-hal lain yang dibutuhkan agar dapat
menjadi tempat yang ideal untuk kegiatan belajar mengajar.
2. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi
yang akan dipelajari, Materi yang disajikan dalam desain pembelajaran harus menjadi
kesinambungan dengan materi sebelumnya berdasarkan panduan silabus yang telah
ditetapkan. Karena desian pembelajaran itu harus menjadi satu kesatuan integral dengan
silabus yang menjadi sumber penyusunan dan pembuatan desain pembelajaran tersebut.
Keberhasilan kegiatan belajar mengajar hari ini harus diikuti dengan keberhasilan kegiatan
belajar mengajar hari-hari selanjutnya, sehingga materi ajara yang telah ditetapkan akan dapat
diberikan secara keseluruhan dengan baik dan dapat mencapai hasil yang maksimal.
3. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai, Berisi informasi
tentang tujuan yang harus didapat siswa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa
mengerti untuk apa ia belajar dengan susah payah, dan siswa dapat menilai apakah ia sudah
belajar apa belum. Karena siswa yang benar-benar belajar ia akan mengerti bahwa ia telah
4. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai dengan silabus.
Tahap kegiatan pendahuluan tersebut harus dapat mengantarkan atau berurutan
dengan kegiatan inti pembelajaran sekaligus dengan bagian kegiatan penutup. Kegiatan inti
pembelajaran terbagi lagi menjadi tiga bagian yang berurutan satu sama lainya tidak boleh
terbalik dan dialokasikan waktunya secara sendiri-sendiri. Ketiga bagian kegiatan inti
pembelajaran tersebut adalah meliputi eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
Untuk kegiatan eksplorasi, guru harus dapat menerangkan dan menyampaikan
cara-cara yang seperti apa dan bagaimana dalam hal :
a) Melibatkan siswa mencari informasi yang luas dan dalam tentang topic/tema materi yang akan
dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber.
Disini harus dapat dimanfaatkan agar materi ajar yang dipelajari harus dapat berkembang,
harus mendalam agar pengetahuan yang didapatkan juga tidak hanya parsial saja.
b) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar
lain. Beragamnya pendekatan belajar menjadikan seorang guru menjadi mudah memilih cara
yang paling tepat untuk dapat menyampaikan materi dengan baik. Apabila pendekatan yang
satu tidak dapat diterapkan dengan baik meskipun telah diawali dengan suatu pemilihan yang
tepat, seorang guru dapat menggantikan jenis pendekatan tersebut dengan jenis lainnya karena
situasi yang kurang menguntungkan bagi peserta didik. Pokok persoalannya sebenarnya
pendekatan yang mana yang dapat mengantarkan siswa untuk dapat memahami materi ajar
dengan baik.
c) Memfasilitasi terjadinya interaksi antarsiswa serta antar siswa dengan guru, lingkungan dan
sumber belajar lainnya. Desain pembelajaran didalamnya juga harus dinyatakan adanya
suasana social di kelas, yaitu adanya interaksi yang baik dan menguntungkan diantara para
d) Melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, dan
e) Memfasilitasi siswa melakukan percobaan di laboratorium, studio atau lapangan.
Untuk kegiatan elaborasi, guru harus dapat menerangkan dan menyampaikan
cara-cara yang seperti apa dan bagaimana dalam hal :
1. Membiasakan siswa membaca dan menulis yang beragam, melalui tugas-tugas tertentu yang
bermakna,
2. Memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas, diskusi dan lain-lain untuk memunculkan gagasan
baru baik secara lisan maupun tertulis,
3. Memberi kesempatan untuk berfikir, menganalisis, menyelesaikan masalah dan bertindak tanpa
rasa takut,
4. Memfasilitasi siswa dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif,
5. Memfasilitasi siswa berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar,
6. Memfasilitasi siswamembuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis
secara individual maupun kelompok,
7. Memfasilitasi siswauntuk menyajikan hasil kerja secara individual maupun kelompok,
8. Memfasilitasi siswa melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan,
9. Memfasilitasi siswa melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri
siswa.
Untuk kegiatan konfirmasi, guru harus dapat menerangkan dan menyampaikan
a. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun
hadiah terhadap keberhasilan siswa,
b. Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi siswa melalui berbagai
sumber,
c. Memfasilitasi siswa melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah
dilakukan,
d. Memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai
kompetensi dasar :
1) Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan siswa yang
menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar,
2) Membantu menyelesaikan masalah,
3) Memberi acuan agar siswa dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi,
4) Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh, dan
5) Memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.
Secara garis besar kegiatan penutup dalam suatu desain pembelajaran berupa
penarikan kesimpulan dan penilaian belajar. Tetapi secara lebih rinci kegiatan penutup ini
memuat beberapa hal sebagai berikut :
a) Bersama-sama dengan siswa dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran.
Rangkuman dan kesimpulan ini yang menjadi hasil perolehan siswa selama proses
b) Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara
konsisten dan terprogram, Assesment disini diberikan oleh seorang guru untuk dapat
mengetahui apakah siswa telah dapat menyerap materi pembelajaran dengan baik atau belum,
atau masih diperlukannya hal-hal lain untuk dapat merangsang siswa agar dapat menguasai
materi pembelajaran tersebut.
c) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran,
d) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, program pengayaan,
layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik secara individual maupun kelompok sesuai
dengan hasil belajar siswa,
e) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Desain pembelajaran tersebut merupakan hal baru yang harus secepatnya dipahami
pembuatan dan penyusunannya oleh seorang guru. Sebagai seorang designer of instruction ia
harus dapat membuat suatu scenario yang memungkinkan ia dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik, tulus dan penuh pengabdian. Desain pembelajaran tersebut merupakan modal
pokok yang harus dimiliki guru untuk dapat mengemban tugas memberikan materi
pembelajaran kepada anak bangsa sebagai generasi penerus dan pengisi bangsa ini.
Pembahasan yang serba sepintas dan serba sederhana ini akan kami ikuti dengan
pembahasan-pembahasan lainnya seperti yang diuraikan oleh Cagne dimuka apabila
memungkinkannya. Karena apa yang disampaikan oleh Cagne tersebut adalah merupakan
suatu hal yang utama bagi kepentingan seorang guru dalam menjalankan fungsi dan perannya
ditengah-tengah masyarakat dengan segala macam tuntutan dan keinginannya, dimana telah
Tulisan-tulisan yang kami sajikan selanjutnya adalah berkaitan dengan hal-hal fungsi
dan peran guru sebagai Manager of instruction (pengelola pengajaran) dan sebagai
Evaluator of student learning (penilaian pretasi belajar siswa).
DAFTAR PUSTAKA
1. Syah, Muhibbin, M.Ed, 2007, Psikologi Pendidikan, Remaja Rosda Karya, Bandung.
2. Gunawan, H, Ary, 2006, Sosiologi pendidikan, Jakarta.
FUNGSI DAN URGENSI DESAIN PEMBELAJARAN Fungsi desain pembelajaran
Fungsi atau kegunaan desain pembelajaran adalah :
a. Sebagai acuan atau pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran.
Sekecil apapun bentuk dan jenis suatu pekerjaan, mestilah didahului
oleh rancangan atau planning. Semakin matang rencana yang dipersiapkan
maka akan semakin bagus pula usaha itu dilaksanakan karena rencana yang sudah disusun akan dijadikan acuan ataupun patokan ketika pelaksanaan usaha tersebut.
Begitu pula dengan pembelajaran, jika seorang guru mendesain pembelajaran yang akan dilaksanakan itu dengan baik, maka dalam pelaksanaan juga akan baik dan dapat meminimalisir kendala-kendala yang mungkin akan terjadi disaat pembelajaran berlangsung.
b. Menjadikan guru lebih siap dan percaya diri dalam menjalankan tugas
mengajar.
indikator jika guru tersebut telah menguasai bahan yang akan disuguhkan dihadapan peserta didik.
c. Meningkatkan kemampuan guru
Dengan adanya desain bagi seorang guru, akan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar dan akhirnya akan menjadikan pembelajaran lebih berkualitas dan bermakna bagi peserta didik.
Urgensi dan Peran desain pembelajaran
Peranan desain pembelajaran dalam suksesnya proses belajara mengajar, antara lain :
a) Agar belajar dapat bermakna dan efektif
b) Agar tersedia atau termanfaatkan sumber belajar
c) Agar dapat dikembangkan kesempatan atau pola belajar
d) Agar belajar dapat dilakukan siapa saja secara berkelanjutan. (Mardia Hayati
: hal 17-18)
Manfaat dan fungsi perencanaan pembelajaran 1. Manfaat Perencanaan
Untuk mencapai hasil yang optimal, senantiasa tersedia berbagai alternatif. Ketika kita menyusun perencanaan, tentu kita akan mengambil keputusan alternatif mana yang terbaik agar proses pencapaian tujuan berjalan secara efektif. Dengan demikian, ada beberapa manfaat yang dapat kita petik dari penyusunan proses pembelajaran.
a) Melalui proses perencanaan yang matang, maksudnya dengan perencanaan
yang matang dan akurat, kita akan mampu memprediksi seberapa besar keberhasilan yang akan dapat dicapai. Mengapa demikian ? sebab perencanaan disusun untuk memperoleh keberhasilan, dengan demikian kemungkinan- kemungkinan kegagalan dapat diantisipasi oleh setiap guru. b) Sebagai alat untuk memecahkan masalah. Seorang perencana yang baik
guru akan dengan mudah mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin timbul.
c) Untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar secara tepat. Melalui
perencanaan, guru dapat menentukan sumber-sumber mana saja yang dianggap tepat untuk mempelajari suatu bahan pembelajaran.
d) Perencanaan akan dapat membuat pembelajaran berlangsung secara
sistematis artinya, proses pembelajaran tidak akan berlangsung seadanya, akan tetapi akan berlangsung secara terarah dan terorganisir.
2. Fungsi Perencanaan
a) Fungsi kreatif
b) Fungsi inovatif
c) Fungsi selektif
d) Fungsi komunikatif
e) Fungsi prediktif
f) Fungsi akurasi
g) Fungsi pencapaian tujuan
h) Fungsi control (Wina Sanjaya : hal. 33-37)
Fungsi dan urgensi desain pembelajaran ini sangat berkaitan dengan komponen-komponen dasar desain pembelajaran, satu dengan yang lain saling keterkaitan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada dasarnya mendesain suatu desain pembelajaran adalah proses merancang atau mempola suatu proses pembelajaran yang mulai dari merumuskan tujuan pembelajaran, memilih dan menetapkan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, setelah memilih metode dan strategi yang cocok dan sesuai dengan tujuan dan materi pembelajaran dan akhiri dengan proses merancang bagaimana mengukur keberhasilan tujuan pembelajaran tersebut.
BELAJAR
STRATEGI TUJUAN EVALUAS MATERI