SKRIPSI
SEPTRIA NONA SARI 12601066
PROGRAM STUDI S1 EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Proposal : Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimimum Regional Terhadap Tingkat
Pengangguran Di Kabupaten Aceh Barat
Nama Mahasiswa : SEPTRIA NONA SARI
NIM : 12601066
Program Studi : EKP (Ekonomi Pembangunan)
Fakultas : EKONOMI
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Mahrizal, SE,M.Si Yasrizal, M.Si
telah dapat menyelesaikan tugas proposal ini guna untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Ekonomipada Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar.
Dalam tugas proposal ini peneliti memilih judul yaitu “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah minimum Regional Terhadap Tingkat
Pengangguran diKabupaten Aceh Barat”.Untuk itu peneliti sangat
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan proposal ini.
Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah banyak membantu, kepada:
1. Bapak Dr. Ishak Hasan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar.
2. Bapak Yasrizal, M.Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi Ekonomi Pembangunan dengan tulus dan ikhlas telah memberikan ilmu dan pengetahuan selama ini.
3. Bapak Mahrizal SE.M.Si sebagai Komisi Pembimbing Ketua dan Bapak Yasrizal, M.Si, sebagai Komisi Pembimbing Anggota atas kesempatan waktu dan pikiran yang telah diberikan dalam penulisan proposal ini.
4. Buat Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan do’a serta bimbingan sehingga peneliti dengan semangat dapat menyelesaikan tugas proposal ini.
Kepada Allah SWT jualah peneliti serahkan semuanya atas jasa-jasa semua yang telah peneliti sebutkan diatas semoga mendapat balasan yang setimpal dari-Nya.
Alue Peunyareng, Septria Nona Sari
LEMBAR PENGESAHAN...i
2.2.1. Jenis-Jenis Pengangguran Berdasarkan Penyebabnya...11
2.2.2. Jenis-Jenis Pengangguran Berdasarkan Cirinya...13
2.2. Pertumbuhan Ekonomi...15
2.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi...16
2.3. Upah Minimum Regional...19
2.3.1. Penetapan Upah Minimum Regional...20
2.4. Penelitian Terdahulu...21
2.5. Kerangka Pemikiran...22
2.6. Perumusan Hipotesis...23
III.METODE PENELITIAN...24
3.1. Ruang Lingkup Penelitian...24
3.2. Data Penelitian...24
3.2.1. Jenis dan Sumber Data...24
3.2.2. Teknik Pengumpulan Data...24
3.3. Model Analisis Data...25
3.3.1. Analisis Regresi Linier Berganda...25
3.3.2. Analisis Korelasi...25
3.3.3. Uji t...27
3.3.4. Uji f...27
3.4. Definisi Operasional Variabel...28
3.5. Pengujian Hipotesis...28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...30
4.1. Statistik deskriptif variabel penelitian...30
4.1.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Aceh Barat...30
4.1.2. Perkembangan Tingkat Upah Minimum Regional dan Pengangguran
di Kabupaten Aceh Barat...32
4.2. Hasil Pengujian Hipotesis...35
4.2.1. Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi...36
4.2.2. Uji Regresi Linear Berganda...37
V. SIMPULAN DAN SARAN...39
5.1. Simpulan...39
5.2. Saran...40
DAFTAR PUSTAKA...41
Judul Halaman 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2000-2014...3 1.2 Jumlah Pengangguran Di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2000-2014...4 1.3 Upah Minimum Regional (UMR) Tahun 2005-2014...6
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Provinsi Aceh merupakan wilayah yang memiliki sumber daya alam yang sangat baik, namun dengan demikian bukan berarti permasalahan tidak di alami di Aceh, berbagai masalah dihadapi salah satu permasalahan yang dialami seperti jumlah penduduk miskin yang secara akumulatif terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sehingga berpengaruh terhadap jumlah pengangguran di Aceh.Meningkatnya jumlah pengangguran di Aceh dapat dilihat dengan ketidakseimbangan angkatan kerja dan peluang kesempatan kerja dengan
lapangan kerja tersebut berdampak terhadap perpindahan tenaga kerja (Imigrasi) baik parsial antara desa-kota maupun secara sektoral.Terjadinya perpindahan penduduk disebabkan oleh tingginya upah atau pendapatan yang diperoleh di daerah tujuan. Kesenjangan upah pendapatan yang besar antara desa atau kota mendorong penduduk desa atau daerah untuk datang dan mencari pekerjaan di kota (Todaro 2000).Masalah pengangguran tidak lepas dari masalah ekonomi lainnya seperti pertumbuhan ekonomi, fluktuasi nilai tukar, upah dan pendapatan.
Salah satu indikator dari kemajuan pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi, indikator ini pada dasarnya mengukur kemampuan satu negara memperbesar outputnya dalam laju yang lebih cepat dari tingkat pertumbuhan penduduknya.Pertumbuhan ekonomi juga mencerminkan kegiatan
ekonomi.Pertumbuhan ekonomi juga dapat bernilai positif dan dapat bernilai negatif, jika pada periode tersebut mengalami peningkatan.Sedangkan jika pada satu periode perekonomian mengalami pertumbuhan negatif, berarti kegiatan ekonomi pada periode tersebut mengalami penurunan.
Pertumbuhan ekonomi merupakan kunci dari tujuan ekonomi makro.Hal ini di dasari oleh tiga alasan.Pertama, selama keinginan dan kebutuhan selalu tidak terbatas, perekonomian harus selalu mampu memproduksi lebih banyak barang dan jasa untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut.Kedua, usaha menciptakan kemerataan ekonomi (economic stability) melalui restribusi pendapatan (income restribution) akan lebih mudah dicapai dalam periode pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Ketiga. Penduduk mengalami peningkatan, meningkatnya jumlah penduduk ini bearti akan meningkatkan pertumbuhan tenaga kerja, tetapi bila peningkatan hanya terjadi pada pertumbuhan tenaga kerja dan tidak terjadi peningkatan pada ketersediaan lapangan kerja menimbulkan pengangguran yang tinggi.
3
Berikut adalah data pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Barat dari tahun 2005-2014, guna untuk melihat laju pertumbuhan ekonomi :
Tabel 1.1
Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2000-2014
No Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%)
1 2000 1,50
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh Barat (2016)
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Barat mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya, pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi sebesar 1,79 persen, dan pada tahun 2007 pertumbuhan ekonomi megalami kenaikan yang sangat tinggi sebesar 11,95 persen. Di tahun 2008-2012 pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Barat mengalami
penurunan kembaliyaitu sebesar 5,46 persen dan 5,00 persen dan mengalami kenaikan lagi pada tahun 2013-2014 sebesar 6.63 persen dan 7,35 persen.
Masalah pengangguran di Provinsi Aceh masih tetap merupakan masalah yang cukup rawan.Pengangguran terjadi karena faktor, jumlah kesempatan kerja yang tersedia umumnya lebih kecil dari angka yang ada, padahal jumlah
Kabupaten Aceh Barat adalah salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi Aceh, dengan jumlah penduduk 182.364 jiwa pada tahun 2014.Kepada jumlah penduduk di Kabupaten Aceh Barat ini juga dapat mempengaruhi jumlah pengangguran, berikut data jumlah pengangguran di Kabpaten Aceh Barat :
Tabel 1.2
Jumlah Pengangguran Di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2000-2014
No Tahun Jumlah Pengangguran
1 2000 22,218
Sumber : Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Aceh Barat (2016)
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa jumlah pengangguran di Kabupaten Aceh Barat pada setiap tahunnya mengalami perubahan, terlihat dari tahun 2000 jumlah pengangguran yaitu sebesar 22,218 jiwa, selanjutnya ditahun 2005 sebesar 13,266 jiwa. Dapat disimpulkan bahwa jumlah pengangguran pada setiap tahunnya akan mengalami peningkatan dan penurunan, sehingga pada tahun 2014 jumlah pengangguran di Kabupaten Aceh Barat sebesar 8,987 jiwa.
Perdebatan tentang upah minimum bukanlah isu baru. Ini dapat kita lihat seringnya perselisihan antara pengusaha atau pelaku industri dengan para pekerja, Dimana pekerja menginginkan kenaikan upah minimum yang berpihak
5
merugikan usahanya. Padahal pekerja menuntut kenaikan upah tersebut karena mereka merasa bahwa kebutuhan hidup mereka tidak dapat terpenuhi dengan upah yang telah ada, mengingat harga barang-barang semakin hari semakin meningkat.
Penerapan kebijakan kenaikan upah minimum regional yang mulai diberlakukan pada awal tahun di beberapa lembaga yang mulai direalisasikan pada Januari 2011 terkait program reformasi birokrasi di tengarai turut mendorong kenaikan indeks penghasilan saat ini. Kenaikan penghasilan sangat dirasakan oleh kelompok masyarakat dengan tingkat pengeluaran Rp 1 Juta – 3 Juta per bulan. Seiring dengan peningkatan penghasilan masyarakat tersebut, indeks konsumsi pembelian barang-barang tahan lama juga mengalami peningkatan sebesar 2,9 poin menjadi 92,9 poin. Menurut hasil survei yang dilakukan BI, meningkatnya konsumsi barang tahan lama terutama dilakukan oleh kelompok masyarakat dengan tingkat pengeluaran Rp 1 juta – 3 juta per bulan, sedangkan masyarakat yang tingkat pengeluarannya lebih dari Rp 3 juta per bu;na cenderung mengurangi pembelian barang-barang lama.
Munculnya ketentuan upah minimum regional akan mendorong terjadinya kekuatan dalam pasar tenaga kerja, artinya dengan ketentuan upah minimum, maka buruh mempunyai kekuatan monopoli yang cenderung melindungi buruh yang telah bekerja dalam industri itu. Kekuatan serikat buruh yang cenderung memaksimumkan pendapatan dari buruh yang ada akan mendiskriminasi
pendatang baru dalam pasar tenaga kerja. Pandangan serupa valid dalam kondisi Di mana perusahaan tidak mempunyai kekuatan monopsoni untuk menekan buruh.
Tabel 1.3
Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Aceh Barat Tahun 2000-2014
No Tahun Upah Minimum Regional (UMR) (Rp)
2 2001 425.000
Sumber : Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Aceh Barat (2016)
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa Upah Minimum Regional selalu mengalami kenaikan pada setiap tahunnya pada tahun 2000 upah minimum regional sebesar RP 550.000 dan mengalami penurunan di tahun 2003-2004 sebesar RP 300.000-265.000, di tahun 2005 mengalami kenaikan kembali sebesar RP 620.000 dan semakin meningkat sehingga di tahun 2014 menjadi sebesar RP 1.750.000.
Upah minimum regional pada setiap tahunnya mengalami kenaikan, semakin meningkatnya upah minimum regional yang didapatkan maka porsi pekerjaan setiap harinya akan semakin bertambah. Dengan meningkatnya upah minimum regional maka akan terjadi pengurangan tenaga kerja, dengan kata lain jumlah pengangguran akan mengalami perubahan setiap tahunnya tergantung dari besar kecilnya upah minimum regional. Kemudian meningkatnya upah minimum regional dan pengangguran akan berpengaruh secara tidak menentu terhadap pertumbuhan ekonomi.
7
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah di dalam penelitian ini yaitu :“ Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi dan upah minimum regional terhadap tingkat pengangguran di Kabupaten Aceh Barat?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui berapa besar pengaruh pertumbuhan ekonomi dan tingkat upah minimum regional terhadap pengangguran di Kabupaten Aceh Barat.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, manfaat yang diperoleh dengan diadakannya penelitian ini.
1.4.1. Manfaat Teoritis
1. Untuk memberikan masukan berupa informasi pada kalangan akademi sebagai dasar penelitian mendalam mengenai analisis pertumbuhan ekonomi, upah minimum regional terhadap tingkat pengangguran di Kabupaten Aceh Barat.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah pengetahuan dan wawasan mengenai masalah yang dibahas.
1.4.2. Manfaat Praktis
1.5 Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sabagai berikut:
Pada bab satu menjelaskan tentang pokok-pokok pembahasan mengenai latar belakang penelitia, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika pembahasan.
Pada bab dua membahas tentang tinjauan pustakadari penelitian yang berjudul “analisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum
regionalterhadappengangguran di Kabupaten Aceh Barat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengangguran
Pengangguran merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja (Labor Force) tidak memiliki pekerjaan dan secara aktif tidak sedang mencari pekerjaan (Nanga, di dalam Mariani 2013, h. 6). Pengangguran merupakan masalah yang tidak hanya dihadapi oleh Negara-Negara sedang berkembang (Develoved Contries) akan tetapi juga dialami oleh Negara yang sudah maju (Developing Contries).
Menurut Sukirno (2007, h. 472) penngangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja, yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu.tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang di inginkan.
Menurut Samuelson (2004 h. 362) pengangguran adalah orang yang tidak memiliki pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan, dan orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan dan tidak mencari kerja termasuk angkatan kerja. Angka pengangguran adalah jumlah pengangguran dibagi dengan jumlah total angkatan kerja.
Mankiw (2007 h. 154) menjelaskan bahwa para ekonomi mempelajari pengangguran untuk mengidentifikasi penyebabnya dan untuk membantu
memperbaiki kebijakan publik yang mempengaruhi pengangguran. Sebagian dari kebijakan tersebut, seperti program dari pelatihan kerja, membantu orang dalam mendapatkan pekerjaan. Kebijakan lain, seperti asuransi pengangguran,
membantu mengurangi kesulitan yang di alami pengangguran. Tetapi kebijakan lainnya tetap saja mempengaruhi munculnya pengangguran secara tidak sengaja. Undang-undang yang menetapkan upah minimum yang tinggi, misalnya
cenderung akan meningkatkan pengangguran di kalangan angkatan kerja yang kurang terdidik dan kurang pengalaman.
Sedangkan menurut Sukirno (2013 h. 13) mendefinisikan bahwa pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.
2.2.1. Jenis-Jenis Pengangguran Berdasarkan Penyebabnya
Berikut penggolongan ini pengangguran dapat dibedakan kepada jenis pengangguran berikut Sukirno (2010, h. 328) :
a. Pengangguran normal atau friksional. b. Pengangguran siklikal.
c. Pengangguran struktural. d. Pengangguran teknologi.
Uraian berikut akan menerangkan arti dari berbagai bentuk pengangguran tersebut dan keadaan yang bagaimana akan mewujudkan pengangguran tersebut.
1.
Pengangguran Normal atau FriksionalTelah diterangkan dalam Bab satu, apabila dalam suatu ekonomi terdapat pengangguran sebanyak dua atau tiga persen dari jumlah tenaga kerja maka ekonomi itu sudah dipandang sebagai mencapai kesempatan kerja
penuh.Pengangguran sebanyak dua atau tiga persen tersebut dinamakan
11
Ini akan mendorong para pekerja untuk meninggalkan pekerjaannya yang lama dan mencaripekerjaan baru yang lebih tinggi gajinya atau lebih sesuai dengan keahliannya. Dalam proses mencari kerja baru ini untuk sementara para pekerja tersebut tergolong sebagai penganggur. Mereka inilah yang digolongkan sebagai penganggur normal.
2.
Pengangguran SiklikalPerekonomian tidak selalu berkembang dengan teguh. Adakalanya permintaan agregat lebih tinggi,dan ini mendorong pengusaha menaikkan produksi. Lebih banyak pekerja baru digunakan dan pengangguran berkurang.Misalnya, di Negara-negara produsen bahan mentah pertanian, penurunan ini mungkin disebabkan kemerosotan harga-harga komoditas. Kemunduran ini menimbulkan efek kepada perusahaan-perusahaan lain yang berhubungan, yang juga akan mengalami kemerosotan dalam permintaan terhadap produksinya. Kemerosotan permintaan agregat ini mengakibatkan perusahaan- perusahaan mengurangi pekerja atau menutup perusahaanny, maka pengangguran akan bertambah.Pengangguran yang wujud tersebut dinamakan pengangguran siklikal.
3.
Pengangguran Strukturalproduksi industri itu sangat menurun oleh karena persaingan yang lebih serius dari Negara-negara lain. Kemerosotan itu akan menyebabakan kegiatan produksi dalam industri tersebut menurun. Pengangguran yang wujud digolongkan sebagai penganggur struktural. Dinamakan demikian karena ia disebabakan oleh
perubahan struktur kegiatan ekonomi.
4.
Pengangguran TeknologiPengangguran dapat pula ditimbulkan oleh adanya penggantian tenaga manusia oleh mesin-mesin dan bahan kimia. Racun lalang dan rumput, misalnya,telah mengurangi penggunaan tenaga kerja untuk membersihkan perkebunan, sawah dan lahan pertanian lain. Begitu juga mesin telah mengurangi kebutuhan tenaga kerja untuk membuat lubang, memotong rumput, membersihkan kawasan dan memungut hasil. Sedangkan di pabrik-pabrik, adakalanya robot telah menggantikan kerja-kerja manusia.Pengangguran yang ditimbulkan oleh
pengguna mesin dan kemajuan teknologi lainnyadinamakan pengangguran teknologi.
2.2.2. Jenis-Jenis Pengangguran Berdasarkan Cirinya
Berdasarkan kepada ciri pengangguran yanag berlaku, pengangguran dapat pula digolongkan sebagai berikut:
1. Pengangguran terbuka. 2. Pengangguran tersembunyi. 3. Pengangguran bermusim. 4. Setengah menganggur.
13
Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja.Sebagai akibatnya dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak memperoleh pekerjaan.Efek dari keadaan ini didalam suatu jangka masa yang cukup panjang mereka tidak melakukan sesuatu pekerjaan.Jadi mereka menganggur secara nyata dan sepenuh waktu, dan oleh karenanya dinamakan pengangguran
terbuka.Pengangguran terbuka dapat pula wujud sebagai akibat dari kegiatan ekonomi yang menurun, dari kemajuan teknologi yang mengurangi penggunaan tenaga kerja, atau sebagai akibat dari kemunduran perkembangan sesuatu industri.
b. Pengangguran Tersembunyi
Pengangguran ini terutama wujud sektor pertanian atau jasa. Setiap kegiatan ekonomi memerluukan tenaga kerja, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan tergantung kepada banyak faktor. Antara lain faktor yang perlu dipertimbangkan adalah: besar atau kecilnya perusahaan, jenis kegiatan perusahaan, mesin yang digunakan (apakah intensif buruh atau intensif modal) dan tingkat produksi yang dicapai. Di banyak Negara berkembang seringkali didapati bahwa jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi adalah lebih banyak dari yang sebenarnya diperlukan supaya ia dapat menjalankan kegiatannya dengan efesien. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan digolongkan dalam pengangguran
tersembunyi.Contoh-contohnya ialah pelayan restoran yang lebih banyak dari yang diperlukan dan keluarga petani dengan anggota keluarga yang besar yang mengerjakan luas tanah yang sangat kecil.
Pengangguran ini terutama terdapat di sektor pertanian dan perikanan.Pada musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan mereka dan terpaksa menganggur pada musim kemarau pula para pesawah tidak begitu aktif di antara waktu sesudah menanam dan sesudah menuai. Apabila dalam masa di atas para penyadap karet, nelayan dan pesawah tidak melakukan pekerjaan lain maka mereka terpaksa menganggur. Pengangguran seperti ini digolongkan sebagai pengangguran bermusim.
d. Setengah menganggur
Luasnya kesempatan kerja dan angkatan kerja biasanya digambarkan oleh banyaknya penduduk yang bekerja dan banyaknya penduduk yang menawarkan atau mencari pekerjaan.Berhubung dengan itu perlu di tengah kriteria tentang kapan seorang penduduk dimasukkan kelompok kerja, menurut pedoman yang dipakai oleh Biro Pusat Statistik penduduk yang dalam seminggu minimum bekerja selama satu jam dimasukkan ke dalam kelompok bekerja.Pekerjaan dianggap sebagai sesuatu mata pencarian bersifat rutin. Jadi bekerja satu jam dianggap sudah mewakili.
2.2. Pertumbuhan Ekonomi
15
karena faktor-faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitas (sukirno 2004, h.9).
2.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses yang mencerninkan aspek dinamis dari suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Dalam ilmu ekonomi terdapat beberapa teori pertumbuhan ekonomi, dimana para ekonom mempunyai pandangan yang berbeda tentang proses suatu perekonomian. Teori-teori pertumbuhan ekonomi dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Teori Pertumbuhan Klasik
Menurut pandangan ahli-ahli teori pertumbuhan klasik, ada 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (sukirno 2006, h.268), yaitu:
1. Jumlah penduduk
2. Jumlah stok barang-barang modal
3. Luas tanah dan kekayaan alam
Menurut teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha didalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Artinya para pengusaha merupakan golongan yang akan terus-menerus membuat pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Ada beberapa inovasi yang dapat mewujudkan pertumbuhan ekonomi disuatu wilayah, meliputi (sukirno 2004, h. 434):
1. Memperkenalkan barang-barang baru
2. Mempertinggi efisien cara memproduksi dalam menghasilkan sesuatu barang
Dalam menganalisi mengenai masalah pertumbuhan ekonomi, teori Harrod-Domar bertujuan untuk menerangkan syarat yang harus dipenuhi agar suatu perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang teguh dalam jangka panjang.Analisis Harrod-Domar menggunakan pemisalan-pemisalan sebagai berikut (Sukirno 2004, h. 435).
1. Barang modal telah mencapai kapasitas penuh
2. Rasio modal produksi (capital output rasio) tetap nilainya.
b. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik
Teori pertumbuhan Neo-Klasik melihat dari sudut pandang yang berbeda, yaitu dari segi penawaran.Menurut teori ini yang dikembangkan oleh Abramovits dan Solow, pertumbuhan ekonomi tergantung kepada perkembangan faktor-faktor produksi.Faktor yang terpenting mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukan hanya pertambahan modal dan pertambahan tenaga kerja.Faktor yang paling penting adalah kemajuan teknologi dan pertambahan kemahiran dan kepakaran tenaga kerja.
Teori pertumbuhan neo-klasik dikembangkan oleh Robert M.solow (1970) dari Amerika Serikat dan T.W Swan (1956) dari Australia. Model Solow-Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan
17
restriktif disebabkan kemungkinan subtitusi antara modal dan tenaga kerja (Tarigan 2007, h. 52).
c. Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern
Teori ini meliputi teori pertumbuhan Rostow dan Kuznet. Menurut Rostow pembangunan ekonomi adalah suatu transformasi dari suatu masyarakat
tradisional menjadi masyarakat modern melalui tahapan sebagai berikut (Sukirno 2006, h. 169) :
1. Tahap masyarakat tradisional (the traditional society), Perekonomian masyarakat yang belum berkembang sehingga mereka belum mengenai alat-alat canggih, pada tahap ini mereka masih menggunakan alat-alat-alat-alat tradisional, baik disektor pertanian sampai cara memproduksi suatu barang yang masih
primitive membutuhkan waktu yang lama.
2. Tahap prasyarat tinggal landas (the precondition for take-off), Tahap ini masyarakat sedang melakukan perubahan untuk mencapai pertumbuhan atas kekuatan sendiri sehingga masyarakat dapat memproleh tujuan-tujuan yang di inginkan.
3. Tahap tinggal landas (the take-off), Tahap ini disuatu Negara pertumbuhan ekonomi selalu terjadi, seperti halnya terjadi kemampuan pekat dalam inovasi atau terbukanya pasar-pasar baru.
4. Tahap menuju kedewasaan (the drive to maturity), Tahap ini situasi masyarakat sudah menuju dewasa atau kematangan, artinya masyarakat sudah
5. Masyarakat berkonsumsi tinggi (the age of high mass consumtion), Tahap ini mereka lebih mementingkan perhatian kepada masyarakat, karena pada tahap ini mereka lebih menekankan masalah konsumsi dan kesejahteraan masyarakat, tetapi tidak mementingkan kemasalahan produksi.
Kuznet mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kemampuanjangka panjang untuk menyediakan berbagai jenis barang ekonomi yang terus meningkat kepada masyarakat.Kemampuan ini tumbuh atas dasar kemajuan teknologi, institusional dan ideology yang diperlukannya.
2.3. Upah Minimum Regional
Upah minimum adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada karyawan untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan atas dasar suatu persetujuan atau peraturan perundang-undangan serta dibayarkan atas dasar suatu perjajian kerja antara pengusaha dengan karyawan termasuk tunjangan, baik untuk karyawan itu sendiri maupun untuk keluarganya (sumarsono 2003, h. 156).
Upah minimum pada dasarnya merupakan upah yang ditetapkan secara minimum regional, sektoral regional maupun sub sektoral. Dalam hal ini upah minimum adalah upah pokok dan tunjangan.
Upah pada dasarnya merupakan sumber utama penghasilan seseorang, Oleh sebab itu, upah harus cukup untuk memenuhi kebutuhan karyawan dan
keluarganya dengan wajar. Kewajaran dapat dinilai dan diukur dengan kebutuhan hidup minimum atau kebutuhan fisik minimum (KFM) adalah kebutuhan
19
jumlah maupun dari segi mutu barang dan jasa yang dibutuhkan sehingga merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindari atau dikurangi lagi.Nilai
kebutuhan fisik minimum mencerminkan nilai ekonomi dari barang dan jasa yang diperlukan oleh pekerja dan keluarganya (sumarsono 2003, h. 142).
2.3.1.Penetapan Upah Minimum Regional
Pemerintah mengatur pengupahan melalui pengaturan menteri tenaga kerja No. 05/Men/1989 tanggal 29 mai 1989 tentang Upah minimum. Penetapan upah dilaksanakan setiap tahun melalui proses yang panjang. Mula-mula Dewan Pengupah Daerah (DPD) yang terdiri dari birokrat, akademis, buruh dan pengusaha mengadakan rapat, membentuk tim survey dan turun kelapangan mencari tahu harga sejumlah kebutuhan yang dibutuhkan oleh pegawai, buruh, dan karyawan. Setelah survey disejumlah kota dan provinsi tersebut dianggap
representatif, diperoleh angka Kebutuhan Hidup Layak (KLH). Berdasarkan KLH, dewan perwakilan daerah mengusulkan Upah Minimum Regional kepada Gubernur untuk disahkan (Hasiholan 2006, h. 46)
Saat ini UMR juga dikenal dengan istilah UMP karena ruang cakupnya biasanya meliputi suatu provinsi.Selain itu setelah otonomi daerah berlaku penuh, dikenal juga dengan istilah Upah Minimum Kabupaten/kota (UMK).
MenurutUU No. 13 tahun 2003 pasal 92 tentang ketenagakerjaan komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, Tunjangan tetap adalah
a. Sebagai jaringan pengaman agar nilai upah tidak merosot dibawah kebutuhan hidup minimum.
b. Sebagai wujud pelaksanaan pancasila, Undang-Undang 45 dan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) secara nyata.
c. Agar hasil pembangunan tidak hanya dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat yang memiliki kesempatan, tetapi perlu menjangkau sabagian terbesar
masyarakat berpenghasilan rendah dan keluarganya.
d. Sebagai satu upaya pemerataan pendapatan dan proses penumbuhan kalas menengah.
e. Kepastian hukum bagi perlindungan atas hak-hak dasar buruh dan keluarganya sebagai warga Negara Indonesia.
f. Merupakan indikator perkembangan ekonomi pendapatan perkapita.
2.4. Penelitian Terdahulu
Safiah.(2011) penelitian Analisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran di Kabupaten Aceh Barat.Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran di
Kabupaten Aceh Barat dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Barat. Apabila terjadinya kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 1% maka akan berpengaruh terhadap menurunnya pengangguran di Kabupaten Aceh Barat, dengan asumsi variabel lainnya yang berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi dianggap tetap.
21
pertumbuhan ekonomi dapat tumbuh dengan baik maka jumlah pengangguran akan berkurang.
Nurliza (2012) penelitian Analisis kenaikan upah minimum regional
terhadap tingkat konsumsi masyarakat di Kabupaten Aceh Barat.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel UMR berpengaruh yang signifikan terhadap tingkat konsumsi masyarakat di Kabupaten Aceh Barat.
2.5. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran di dalam penelitian ini adalah jumlah pengangguran di Kabupaten Aceh Barat dapat dipengaruhi oleh perubahan tingkat pertumbuhan ekonomi dan pergerakan jumlah upah minimum regional. Pertumbuhan ekonomi dan upah minimum regional akan menjadi variabel Independen atau lebih sering disebut sebagai variabel bebas, yang artinya variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab terjadinya perubahan atau
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
Keterangan :
X1= Variabel Independen X2= Variabel Independen Y = Variabel Dependen
2.6. Perumusan Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu bahwa pertumbuhan ekonomi dan upah minimum regional berpengaruh negatif, sedangkan tingkat upah minimum
regional berpengaruh positif terhadap pengangguran di Kabupaten Aceh Barat.Sehingga dapat di artikan bahwa di ukur dari bagaimana tingkat pertumbuhan ekonomi dan upah minimum regional pada saat ini.
Pertumbuhan Ekonomi (X1)
Pengangguran (Y)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup dari penelitian ini yaitu data pertumbuhan ekonomi, upah minimum regional, dan pengangguran yang ada pada setiap tahunnya.Untuk memudahkan, maka penulis hanya mengambil data dalam kurun waktu 2005-2014 di Kabupaten Aceh Barat.
3.2. Data Penelitian
3.2.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder, Data Sekunder adalah data yang diperoleh baik yang belum diolah maupun yang telah diolah, baik dalam bentuk angka ataupun dalam bentuk uraian.Dalam penelitian ini data yang diambil dari literature yang relevan dengan judul
penelitian seperti buku-buku, artikel, makalah, waktu/periode, petunjuk teknis dan lain-lain yang memiliki relevensi dengan masalah yang diteliti.
3.2.2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sabagai berikut:
a. Studi Pustaka (Library Research), metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dengan cara membaca buku dan literatur lainnya yang berhubungan dengan pembahasan dalam penelitian ini.
b. Penelitian Lapangan (Field Research), pada metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data secara langsung, yaitu dengan cara mengumpulkan hasil dari semua data yang didapatkan dari kantor atau perusahaan kemudian
data tersebut dijadikan sebagai input dalam penelitian ini atau lebih sering disebut dengan metode Dokumentasi.
3.3. Model Analisis Data
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda,analisis korelasi, uji t dan uji f. yang akan diolah dengan menggunakan program statistik SPSS dengan penjelasan sebagai berikut :
3.3.1.Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda merupakan analisis besarnya hubungan dan pengaruh variabel independen yang jumlahnya lebih dari dua (Suharyadi & Purwanto 2004, h. 508). Dimana persamaan regresi berganda dituliskan sebagai berikut :
Y = a + β1X1 + β2X2 + e...(1) Dimana :
Y = Variabel Terikat (Pengangguran) B = Koefisien regresi
β1, β2 = Koefisien regresi faktor X1 X1 = Pertumbuhan ekonomi
X2 = Upah Minimum Regional (UMR) E = error term (Kesalahan Pengganggu)
3.3.2.Analisis Korelasi
Korelasi linier berganda merupakan alat ukur mengenai hubungan yang terjadi antara variabel terikat (Y) dan beberapa variabel bebas (X1, X2,… Xn).analisis korelasinya menurut Hasan (2002, h. 270-279) menggunakan koefisien korelasi yaitu:
25
Koefisien korelasi berganda disimbolkan dengan rr.12yang merupakan ukuran keeratan hubungan antara variabel terikat dan semua variabel bebas secara bersama-sama. Koefisien Korelasi Berganda akar dari koefisien determinasi berganda dirumuskan sebagai berikut :
rr .12=
√
b1∑ X1Y+b2∑ X2Y
∑ y2 ...
...(2) Dimana :
r = Koefisien korelasi
Y = Variabel terikat (Pengangguran) X1 = Pertumbuhan ekonomi
X2 = Pengeluaran Pemerintah
b. Koefisien Determinasi Berganda
Koefisien determinasi berganda, disimbolkan dengan R2 merupakan ukuran kesesuaian garis regresi linier berganda terhadap suatu data. Digunakan untuk mengukur besarnya kontribusi variasi X1, dan X2 terhadap variasi Y.
R2
R2 = Koefisien Penentu Berganda (determinasi) Y = Variabel terikat (Pengangguran)
3.3.3.Uji t
Uji signifikansi parameter individual (uji t) dilakukan untuk melihat
signifikan dari pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara individual dengan rumus sebagai berikut ( Hasan 2002, h. 241)
t=r
√
n−r 2√
1−r2 ... ...(5)Dimana :
n = Jumlah Tahun r = Koefisien Korelasi
3.3.4.Uji f
Uji hipotesis ini berguna untuk memeriksa atau menguji apakah koefisien regresi yang di dapat signifikan atau tidak. Uji f, ini diperuntukkan guna
melakukan uji hipotesis koefisien regresi secara bersamaan yaitu antara X1, dan X2 terhadap Y. dengan rumus adalah sebagai berikut (Nachrowi dan Usman 2006, h. 16-17) :
K = banyaknya variabel bebas R2 = koefisien determinasi
3.4. Definisi Operasional Variabel
27
a. Pertumbuhan Ekonomi (X1)
Pertumbuhan Ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu Negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.
b. Upah Minimum Regional (X2)
Upah Minimum Regional merupakan suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pegawai, karyawan atau buruh di dalam lingkungan usaha atau kerjanya. c. Pengangguran (Y)
Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.
3.5. Pengujian Hipotesis
Pengujian Hipotesis dalam penelitian ini dalam bentuk statistiknya adalah: a. H0 ;β = 0, pertumbuhan ekonomi dan upah minimum regional, yang diteliti
secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengangguran di Kabupaten Aceh Barat.
b. H1 ; β≠ 0, pertumbuhan ekonomi dan upah minimum regional, yang diteliti secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap pengangguran di Kabupaten Aceh Barat.
a. Apabila th>tt , maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat pengaruh yang siginifikan antara pertumbuhan ekonomi dan upah minimum regional terhadap pengangguran di Kabupaten Aceh Barat.
b. Apabila th<tt , maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pertumbuhan ekonomi dan upah minimum regional terhadap pengangguran di Kabupaten Aceh Barat.
Kriteria uji f, hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah a. Apabila Fhitung< Ftabel maka H0 ditolak H1 diterima, artinya secara bersamaan
terdapat pengaruh yang signifikan antara pertumbuhan ekonomi dan upah minimum regional terhadap pengangguran di Kabupaten Aceh Barat. b. Apabila Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya secara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Statistik deskriptif variabel penelitian
4.1.1.Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Aceh Barat Pertumbuhan ekonomi merupakana salah satu bagian yang dapat mengatasi masalah pertumbuhan seperti pengangguran, akan tetapi jika pertumbuhan ekonomi dari tahun ketahun mengalami penurunan maka jumlah pengangguran akan bertambah. Seandainya pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan otomatis pembangunan ekonomi juga meningkat karena banyak tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pembangunan ekonomi seperti pembangunan jalan, pendidikan, dan jembatan.
Untuk melihat tingkat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.1
Data Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Barat
No. Tahun PDRB (Rp) PertumbuhanEkonomi (%)
2000 540.212,24 1,50
10 2009 1.197.904,53 5,00
11 2010 1.258.936,75 5,09
12 2011 1.324.894,51 5,24
13 2012 1.413.244,37 5,00
14 1013 894.871,87 6,63
15 2014 938.906,29 7,35
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh Barat (data diolah Agustus 2016)
Dari tabel 4.1 diatas terlihat bahwa petumbuhan ekonomi di Kabupaten Aeh Barat dari tahun 2000-2014 sangat bervariasi pada tahun 2000-2006 pertumbuhan ekonomi sebesar 1,50 persen dan 1,59 persen, dan pada tahun 2007 pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan yang sangat tinggi sebesar 11,95 persen. Di tahun 2008-2012 pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Barat mengalami penurunan kembali yaitu sebesar 5,46 persen dan 5,00 persen, dan mengalami kenaikan kembali pada tahun 2013-2014 sebesar 6,63 persen dan 7,35 persen.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah pada tahun 2007 sebesar 11,95 persen, hal ini disebabkan oleh kondisi ketenagakerjaan pada saat itu sudah mulai membaik, sehingga masyarakat dapat membuka usaha sendiri dan dapat sedikit mengurangi pengangguran.Grafik pertumbuhan ekonomi dapat dilihat seperti tertera dibawah ini :
Gambar 4.1
31
4.1.2.Perkembangan Tingkat Upah Minimum Regional dan Pengangguran di Kabupaten Aceh Barat
Kenaikan upah merupakan suatu hal yang sangat dinanti-nantikan oleh para pekerja, karena dengan kenaikan upah tersebut diharapkan dapat menaikkan taraf hidupnya.Namun demikian terkadang kenaikan tersebut masih belum membuat para pekerja merasa senang, ini terjadi karena para pekerja merasa kenaikan tersebut sangat kecil, sehingga tidak memberi pengaruh yang besar terhadap kesejahteraan hidup pekerja.Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat tentu saja akan menimbulkan masalah bagi perekonomian, terutama karena tidak tersedianya lapangan kerja. Untuk mengatasi masalah pengangguran tidak semudah membalikkan telapak tangan tetapi perlu waktu yang cukup lama untuk memulihkannya. Jika masalah pengangguran tidak diatasi dengan segera maka masalah lain akan muncul seperti berkurangnya keahlian para penganggur, meningkatnya kriminalitas dan pendapatan pajak pemerintah berkurang.
Tabel 4.2
Data Upah Minimum Regional (UMR) dan Pengangguran di Kabupaten Aceh Barat
No. Tahun UMR (Rp) Pengangguran
(Jiwa)
10 2009 1.200.000 7,868
11 2010 1.300.000 7,651
12 2011 1.350.000 7,568
13 2012 1.400.000 7,827
14 2013 1.550.000 8,851
15 2014 1.750.000 8,987
Sumber : Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Aceh Barat (data diolah agustus 2016)
Berdasarkan dari tabel 4.2 diatas dijelaskan bahwa Upah Minimum Regional selalu mengalami kenaikansetiap tahunnya, dari tahun 2000-2014 upah minimum regional sebesar RP 550.000-1.750.000. sedangkan
Pengangguran mengalami perubahan pada setiap tahunnya, pada tahun 2000jumlah pengangguran sebesar 22,218 jiwa, selanjutnya terjadi
penurunan ditahun 2006-2007 sebesar 7,818-7,810 jiwa. Dapat disimpulkan bahwa jumlah pengangguran selalu mengalami peningkatan dan penurunan, sehingga pada tahun 2014 jumlah pengangguran di Kabupaten Aceh Barat sebesar 8,987 jiwa.
33
kebijakan selalu berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat, khususnya masyarakat yang bekerja atau tenaga kerja di Kabupaten Aceh Barat.
Terhitung dari tahun 2000-2014, jumlah pengangguran di Kabupaten Aceh Barat mengalami fluktuasi (naik turunnya) artinya pengangguran tertinggi adalah tahun 2002 sebesar 37,519 jiwa.Tahun 2005 sebesar 13,266 jiwa.Musibah gempa dan tsunami pada tahun 2004 silam membuat kondisi ketenagakerjaan masyarakat Kabupaten Aceh Barat ikut memburuk.Pada saat itu sebagian masyarakat banyak kehilangan pekerjaan karena tempat mereka habis akibat tsunami.Grafik pertumbuhan ekonomi dapat dilihat seperti tertera dibawah ini :
Gambar 4.1
Grafik pertumbuhan ekonomi
4.2. Hasil Pengujian Hipotesis
Tabel 4.3
Standar Deviasi Rata-Rata dan Observasi
Variabel Rata-Rata DeviasiStd. N
Pertumbuhan
ekonomi 5.8884 .27581 15
Upah minimum
regional 4.1427 3.07299 15
Sumber :Hasil Regresi (Data diolah agustus 2016)
Dari tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah pengangguran di Kabupaten Aceh Barat selama tahun 2000-2014 adalah 4.11 jiwa, dengan standar deviasi .280 persen, sementara rata-rata tingkat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Barat adalah 5.88 dengan standar deviasi .275 persen, dan rata-rata tingkat upah minimum regional di
Kabupaten Aceh Barat adalah 4.14 dengan standar deviasi .3.07 persen. Sedangkan N menyatakan jumlah observasi yang masing-masing berjumlah 15 tahun.
4.2.1. Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi
Tabel 4.4
Hasil Koefisien Korelasi dan Determinasi
No. Variabel Pengangguran
35
a. Koefisien Korelasi (R) b. Koefisien Determinasi
Adjusted
c. Koefisien Determinasi (R2)
0,846 0,820 Sumber : Hasil Regresi (Data diolah agustus2016)
Dari tabel 4.4 diatas dapat di ketahui bahwa :
a. Koefisen korelasi besarnya pertumbuhan ekonomi diperoleh R= 0.920
menjelaskan tidak adanya hubungan yang kuat antara jumlah pengangguran (Y) upah minimum regional (X1) dan pertumbuhan ekonomi (X2), hal ini disebabkan karena tingkat pertumbuhan ekonomi mempengaruhi jumlah pengangguran dan upah minimum regional.
b. Koefisien determinasi adjusted bernilai 0.846, hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap jumlah pengangguran dan upah minimum regional di Kabupaten Aceh Barat sebesar 26,6%, sedangkan sisanya 73,4% tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya diluar model penelitian ini. c. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0.820 menunjukkan bahwa pertumbuhan
ekonomi berpengaruh terhadap jumlah pengangguran dan upah minimum regional.
4.2.2. Uji Regresi Linear Berganda
Model Sumber : Hasil Regresi(Data Diolah Agustus 2016)
1) Konstanta
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai konstanta sebesar 9.095. Nilai konstanta ini menyatakan bahwa apabila variabel pertumbuhan ekonomi dan UMR sama dengan nol maka jumlah pengangguran di
Kabupaten Aceh Barat sebesar 9.095 jiwa.
37
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai X1 sebesar 838. Hal ini menyatakan bahwa apabila terjadi perubahan sebesar 1% terhadap variabel upah minimum regional maka akan berpengaruh terhadap jumlah pengangguran di Kabupaten Aceh Barat sebesar 0,012 jiwa.
3) Koefisien Regresi X2 (upah minimum regional)
Dari persamaan diatas dilihat bahwa nilai X2 sebesar 012. Hal ini menyatakan bahwa apabila terjadi perubahan sebesar 1% terhadap variabel pertumbuhan ekonomi maka jumlah pengangguran di Kabupaten Aceh Barat sebesar 838 jiwa.
4.2.3. Uji t
a. Nilai signifikan variabel X1 sebesar 0,00 atau dibawah nilai toleran, yaitu antara 0,00-0,05 maka variabel pertumbuhan ekonomi berpengarug signifikan terhadap pengangguran di Kabupaten Aceh Barat.
b. Nilai variabel X2 tingkat signifikannya sebesar 0,398 atau di atas 0,05 lebih besar dari nilai toleran 0,05 sehingga bisa di simpulkan bahwa variabel upah minimum regional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengangguran di Kabupaten Aceh Barat.
a
Sumber : data diolah (Agustus 2016)
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan pada bagian IV maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Diperoleh hasil persamaannya yaitu Y = 9.095 – 0.838 – 0.12X. konstanta sebesar 9.095 nilai konstanta ini menyatakan apabila variabel pertumbuhan ekonomi dan UMR sama dengan nol maka akan berpengaruh terhadap tingkat pengangguran sebesar 9.095.
b. Apabila terjadi peningkatan pada variabel pertumbuhan ekonomi dan UMR sebesar 1 persen maka akan berpengaruh terhadap meningkatnya tingkat pengangguran di kabupaten Aceh Barat sebesar 0.838 (X1) dan 0.12 (X2) dengan asumsi variabel lainnya diluar model penelitian.
c. Koefisien korelasi (R) sebesar 0.920 menggambarkan bahwa variabel
pertumbuhan ekonomi dan UMR memiliki hubungan terhadap variabel tingkat pengangguran.
d. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0.820 menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi dan UMR berpengaruh sebesar 28,0 persen terhadap tingkat pengangguran.
e. Nilai (X1) thitung =0,691 < ttabel =1,859 selanjutnya diperoleh nilai (X2) thitung =1,156 < ttabel = 1,859 yang berarti secara parsial variabel pertumbuhan ekonomi dan UMR berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran diKabupatenAceh Barat.
f. Nilai Fhitung = 1.270 sedangkan Ftabel4,737 atau Fhitung< Ftabel. Artinya variabel pertumbuhan ekonomi dan UMR berpengaruh terhadap tingkat pengangguran di Kabupaten Aceh Barat atau H0 diterima dan H1 ditolak.
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BPS, 2005-2014. Aceh Barat Dalam Angka. Kabupaten Aceh Barat.
Hutabarat, Hasiholan. 2006. Realitas Upah Buruh Industri. Kelompok Pelita Sejahtera. Medan.
Hasan, ikbal 2002.Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif) Edisi – 2. PT Bumi Aksara.Jakart
Maisarah Iskandar, 2012. “Analisis Pengaruh Pertumbuhan ekonomi dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Provinsi Aceh”. Universitas Teuku Umar.
Mariani, 2013.“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Di Kabupaten Aceh Barat”. Universitas Teuku Umar.
Nurliza, 2012.“Analisis Kenaikan Upah Minimum Regional (UMR) Terhadap Tingkat Konsumsi Masyarakat Di Kabupaten Aceh Barat.
Nachrawi, D dan Usman, Hardius.2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk analisis Ekonomi dan Keuangan.Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Safiah, 2011. “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran Di Kabupaten Aceh Barat.
Samuelson, Nordharus, 2004. Ilmu Ekonomi. PT Media Global Edukasi, Jakarta
Sukirno, Sadono. 2007. Teori Makro Ekonomi Modern “Perkembangan
PemikiranDari Klasik Hingga Keynesian Baru”. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sukirno, sadono. 2006. Teori Makro Ekonomi Modern “Teori pengantar”. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sukirno, sadono. 2004. Teori Makro Ekonomi “Teori pengantar”. Edisi-3. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sumarsono. 2003. Ekonomi Manajemen Sumberdaya Manusia dan Ketenagakerjaan, Graha Ilmu : Yogyakarta.
Tarigan, Robinson. 2007. Ekonomi Regional “Teori Aplikasi”. Edisi Revisi. PT Bumi Aksara. Jakarta.