• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK KELUARGA BERENCANA TERHADAP KUALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DAMPAK KELUARGA BERENCANA TERHADAP KUALI"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

85 DAMPAK KELUARGA BERENCANA TERHADAP

KUALITAS HIDUP PENDUDUK DI PROVINSI JAWA TIMUR

(Studi tentang Penguatan Fungsi Keluarga di Bidang Kesehatan, Pendidikan, dan Ekonomi)

Darni

Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya darniunesa@gmail.com

Mutimmatul Faidah

Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya Oikurema Purwati

Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya Yuni Lestari

Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya

Abstract: This research has three objectives, 1) describing the effect of controlling people development on people’s health quality in East Java province; 2) describing the effect of controlling people development on people’s education quality in East Java province; 3) describing the effect of controlling people on people’s economic quality in East Java province. Those aims will be analyzed by using quantitative descriptive research method. The population of quantitative research is determined by sampling technique. Purposive sampling technique is used to determine the sample, as many as 100 contraceptive acceptors in East Java participated in this research. Contraception indeed contributes to the increase of people’s health quality. More ideal the number of children in a family, more attention is given to children education. The education level of family will be improved if the number of children in a family is ideal compared to the family with many children. Contraception program also contributes to the increase of people economic quality. More ideal the number of children in a family, more attention is given to the economic condition of a family. The economic level of family with ideal number of children will reduce the level of daily need and support more the family need.

Keywords: ideal number of children, health facility, education facility, economic quality

Pendahuluan

(2)

86 tersebut berdampak terjadinya kemiskinan dan krisis pangan di beberapa negara. Demikian halnya dengan Indonesia yang memiliki jumlah penduduk yang sangat luar biasa.

Menurut Kemmeyer dalam Mantra (2013:6) dalam suatu bagan analisis demografi dan studi kependudukan memformulasikan bahwa variabel penting yang mempengaruhi kependudukan (demografi) suatu negara adalah: kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk suatu wilayah. Dimana ketiga variabel utama akan turut mempengaruhi variabel-variabel diluar variabel kependudukan, antara lain kebutuhan pangan, kemiskinan, dan pertumbuhan ekonomi. Pada saat ini pun yang menjadi problema utama kependudukan adalah perkembangan penduduk di wilayah-wilayah perkotaan serta wilayah-wilayah industri. Berbagai alasan pemenuhan kebutuhan menjadi magnet tersendiri bagi wilayah-wilayah tersebut. Hal tersebutlah yang menjadi salah satu penyebab berbagai masalah kependudukan bermunculan.

(3)

87 Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Penduduk dan Pembangunan Keluarga, menjelaskan bahwa perkembangan penduduk adalah kondisi yang berhubungan dengan perubahan keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh dan dipengaruhi oleh keberhasilan pembangunan berkelanjutan. Pengembangan kualitas penduduk dapat diwujudkan melalui peningkatan beberapa aspek, antara lain: (a) kesehatan, (b) pendidikan, (c) nilai agama, (d) perekonomian, dan (e) nilai sosial budaya. Pengembangan kualitas penduduk ini pun sudah seyogyanya menjadi tanggung jawab pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dengan bekerjasama dengan masyarakat.

Sebagaimana telah diamanatkan dalam undang-undang tentang Perkembangan Penduduk dan Pembangunan Keluarga bahwa pengembangan kualitas penduduk dilaksanakan oleh pemerintah melalui program-program pembinaan dan pemenuhan pelayanan penduduk. Program tersebut dapat dilakukan melalui komunikasi, informasi, edukasi, serta penyediaan sarana dan prasarana. Adapun wujud nyata dari upaya pemerintah dengan bekerjasama dengan berbagai pihak dalam meningkatkan kualitas penduduk melalui berbagai program, antara lain: (a) peningkatan perekonomiaan melalui program program pemberdayaan masyarakat sehingga berkembanlah lapangan pekerjaan-lapangan pekerjaan baru (semisal melalui program UMKM maupun PNPM Mandiri); (b) peningkatan kualitas pendidikan melalui bantuan-bantuan dalam bidang pendidikan (semisal melalui program dana BOS dan berbagai jenis beasiswa lainnya); (c) penigkatan kualitas kesehatan melalui program jaminan kesehatan bagi masyarakat; serta berbagai program pemerintah lainnya.

Berangkat dari latar belakang sebagaimana telah diuraikan di atas, maka dirasakan perlu melakukan pengkajian lebih mendalam melalui kegiatan penelitian untuk melihat gambaran dampak dari perkembangan penduduk di Jawa Timur yang dilihat dari beberapa aspek kehidupan, yakni aspek pendidikan, ekonomi, dan sosial budaya. Selain itu penelitian ini dilakukan untuk dapat mengetahui upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas penduduk di Jawa Timur.

Berdasarkan latar permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

(4)

88 2. Bagaimana dampak pengendalian penduduk terhadap penguatan fungsi keluarga dalam

bidang pendidikan di Provinsi Jawa Timur?

3. Bagaimana dampak pengendalian penduduk terhadap penguatan fungsi keluarga dalam bidang ekonomi di Provinsi Jawa Timur?

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang terstruktur dan menguantitatifkan data untuk dapat digeneralisasikan (Anshori, 2009:13). Selanjutnya menurut Idrus (2007: 29), penelitian kuantitatif memiliki beberapa keuntungan, sebagai berikut.

1) Menggunakan tata pikir dan tata kerja yang pasti dan konsisten. 2) Data dapat dicatat dan disajikan dengan ringkas dan pasti.

3) Menggunakan metode analisis yang lebih unggul, yakni statistik dan matematika. 4) Komunikabilitas tinggi.

5) Memungkinkan dilakukannya prediksi. 6) Memudahkan generalisasi.

Penelitian kuantitatif sebagian besar menguji hipotesis. Namun menurut Brannen (2005:15), penelitian kuantitif tidak selalu menguji hipotesis. Ada penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskripfif. Penelitian dengan bentuk pendekatan deskriptif ini dilakukan untuk mengetahui variabel-variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa memperbandingkan atau antara satu dengan yang lainnya (Anshori, 2009:12). Maka penelitian ini akan mendeskripsikan dampak-dampak yang ditimbulkan oleh perkembangan penduduk serta mendeskripsikan program-program pemerintah sebagai upaya pengendalian penduduk dalam meningkatkan kualitas hidup penduduk.

Populasi sebuah penelitian menurut Azwar (2004:77), harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik bersama yang membedakannya dari kelompok subjek yang lain. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berdampak terhadap program pengendalian pertumbuhan penduduk di Jawa Timur, khususnya di wilayah Kabupaten Sidoarjo, Mojokerto, dan Jombang.

(5)

89 sampel jenis ini adalah bahwa ketiga wilayah tersebut terletak berdekatan. Populasi dari ketiga wilayah tersebut diambil 100 orang sebagai sampel.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien, bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono, 2005: 162).

Pengumpulan data secara terfokus dilakukan dengan menggunakan teknik angket terbuka. Para responden diberikan angket yang pengisiannya dilakukan dengan dipandu melalui wawancara. Teknik tersebut dipilih agar data yang dikumpulkan lebih akurat dari pada angket tertutup.

Teknik analisis data kuantitatif menurut Idrus (2007:199-202) ada tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tabulasi, dan penerapan data. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif ada dua cara, yaitu analisis deskriptif dan analisis uji inferensial. Analisis statistik deskriptif meliputi modus, mean, median, prosentase, rentang, dan deviasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif prosentase.

Pembahasan

1. Kualitas Penduduk

Program-program pengendalian laju pertumbuhan penduduk yang dilakukan oleh pemerintah merupakan salah satu cara pemerintah untuk meningkatkan kualitas penduduk suatu negara. Salah satu program pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas penduduk yakni melalui kebijakan pembangunan keluarga. Dalam UU RI No 52 Tahun 2009 pasal 48, diuraikan bahwa kebijakan pembangunan keluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga yang dilaksanakan dengan cara:

a. peningkatan kualitas anak dengan pemberianakses informasi, pendidikan, penyuluhan, danpelayanan tentang perawatan, pengasuhan dan perkembangan anak;

b. peningkatan kualitas remaja dengan pemberian akses informasi, pendidikan, konseling, dan pelayanan tentang kehidupan berkeluarga;

c. peningkatan kualitas hidup lansia agar tetap produktif dan berguna bagi keluarga dan masyarakat dengan pemberian kesempatan untuk berperan dalam kehidupan keluarga; d. pemberdayaan keluarga rentan dengan memberikan perlindungan dan bantuan untuk

(6)

90 e. peningkatan kualitas lingkungan keluarga;

f. peningkatan akses dan peluang terhadap penerimaan informasi dan sumber daya ekonomi melalui usaha mikro keluarga;

g. pengembangan cara inovatif untuk memberikan bantuan yang lebih efektif bagi keluarga miskin; dan

h. penyelenggaraan upaya penghapusan kemiskinan terutama bagi perempuan yang berperan sebagai kepala keluarga.

2. Konsep Keluarga

a. Keluarga secara Definitif

Keluarga merupakan harta paling berharga. Keluarga merupakan kelompok pertama tempat orang tua dan anak-anak untuk melakukan kontak. Keluarga juga disebut sebagai tempat pembentukan kesadaran kemanusian pada anak. Secara definitif keluarga dapat dijabarkan sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Konsep tersebut mengadopsi dari definisi keluarga sebagaimana terurai dalam UU RI Nomer 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, lebih tepatnya pada pasal 1 (6).

Dalam definisi yang lebih berpandangan secara normatif, menyebutkan bahwa keluarga merupakan kelompok utama yang dibentuk melalui upacara perkawinan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan. Melalui perkawinan tersebut yang kemudian menghasilkan lahirnya satu anak atau lebih. Anak-anak tersebut dibesarkan untuk menjadi anggota masyarakat yang terhormat.

(7)

91 b. Peran dan Fungsi Keluarga

Keluarga merupakan sebuah lembaga yang berfungsi untuk melindungi anggotanya dari keadaan darurat dalam kehidupan. Keluarga didirikan atas dasar cinta dan kasih sayang yang disucikan berdasarkan perkawinan yang bersifat sacramental atau bukan sacramental. Hubungan yang terjalin dalam suatu keluarga merupakan hubungan yang dekat dan erat serta harmonis. Hubungan ini didominasi oleh tradisi hak-hak manusia yang paling baik dan oleh saling pengertian sesamanya serta saling memikirkan. Pemerintah melakukan berbagai cara sebagai upaya untuk mengoptimalkan fungsi keluarga, salah satunya dengan dikeluarkannya kebijakan pembangunan keluarga. Sebagaimana termasud dalam UU RI Nomer 52 Tahun 2009 pasal 47 yang menyatakan bahwa pemerintah mewujudkan kebijakan pembangunan keluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.

Dengan mengacu pada upaya pembangunan keluarga, maka diperlukan pemahaman tentang peran dan fungis keluarga. Menurut Cordero dan Panopio, (dalam Engels,2010) tugas-tugas keluarga meliputi tugas untuk memproduksi, pemeliharaan secara biologis, sosialisasi, control social, penempatan status, fungsi ekonomi, agama, pendidikan, rekreasi, dan politik. Berikut ini adalah penjelasannya.

1) Keluarga mengatur tingkah laku seks, dan merupakan pula unit untuk reproduksi. Dalam ikatan perkawinan pernyataan seks diakui oleh masyarakat. Hal ini dimaksudkan untuk kepuasan dan reproduksi. Dalam keluarga praktek-praktek seks diatur dan dikontrol. Kontrol secara kebudayaan ditetapkan untuk menjaga kesejahteraan keluarga.

2) Keluarga melaksanakan fungsi untuk pemeliharaan biologis. Orangtua memperhatikan kebutuhan fisik dan kebutuhan material anak, memberinya makanan bergizi dan perlindungan.

3) Keluarga merupakan badan utama mensosialisasikan anak. Di dalam hubungan intim dalam keluargalah si anak mengembangkan kepribadiannya dan memperoleh dasar-dasar untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

(8)

92 yang diperhatikan oleh anggota-anggotanya dan sejauh mana mereka telah ikut mengambil bagian dalam aktifitas dan urusan-urusan masyarakat.

5) Keluarga merupakan mekanisme penting untuk control social. Keluarga melancarkan tekanan untuk membuat para anggotanya menyesuaikan diri pada standar-standar dan norma-norma tingkah laku. Keluarga mengatur hubungan social serta pengalaman-pengaalaman anak-anak. Keluarga berusaha menempatkan keluarganya dalam batas-batas berbagai aspek cara hidup demi menjaga nama baik.

6) Keluarga merupakan unit ekonomi yang penting. Keluarga adalah unit produksi, konsumsi dan distribusi yang penting. Keluarga merupakan sumber tenaga kerja, penguasa hak milik dan penerus kekayaan sekaligus sebagai konsumen barang-barang dan jasa.

7) Keluarga mempunyai fungsi politik. Aspek-aspek tertentu suatu keluarga seperti jalur-jalur otorita, pembuatan keputusan, sistim member perintah dan mengikutinya, kesetiaan terhadap anggota lainnya, dan semangat kerja sama akan diteruskan pada aktivitas politik dalam masyarakat yang lebih luas.

(9)

93 normatif keluarga. Hal tersebut dipertegas dengan adanya kekerasan (violence) dan perlakuan salah (abused) dalam keluarga, terutama terhadap anak dan istri (perempuan).

Pendekatan psikologi lebih menitikberatkan bahwa anggota keluarga merupakan unsur penting dan subjek yang berperan aktif. Menurut Megawangi (Faturochman, 2001) secara psikologis keluarga mempunyai peran penting yang diantaranya: pertama, keluarga memiliki peran yang besar dalam pengembangan personal (personal growth). Ada beberapa unsur penting dalam diri individu yang perlu dikembangkan dalam keluarga, diantaranya adalah intelektualitas yang berorientasi pada kebudayaan, moral keagamaan, kemandirian, orientasi pada prestasi dan produkvitivitas, serta kemandirian. Bila unsur-unsur tersebut berkembang dengan baik maka ia akan dapat memecahkan berbagai masalah yang dihadapi, mampu mencukupi diri, kompetitif, adaptif dan dapat memajukan lingkungan sosial dan budayanya, serta berperilaku etis. Kedua, keluarga merupakan jaringan sosial paling kecil. Di era sekarang ini, jaringan sosial memegang peranan penting. Karenanya, keluarga juga harus berperan sebagai arena menjalin hubungan dan arena belajar untuk mengembangkan jaringan sosial. Terjalinnya sebuah hubungan yang progresif dan tidak monoton dapat dijadikan sebagai upaya preventif munculnya masalah-masalah hubungan interpersonal dalam keluarga. Ketiga, di dalam keluarga tentu ada sistem yang mengorganisir, mengontrol dan memelihara keberlangsungan hidup keluarga. Peran ini tampaknya terkikis paling awal di masa yang terus mengalami perubahan seperti yang sekarang ini. Sebagaimana diketahui, dimana sistem inilah mempersatukan individu dalam bentuk keluarga.

c. Paradigma Keluarga Berancana

(10)

94 tersebut dapat menjadi peringatan keras kepada semua orang tentang dampak negatif pertumbuhan penduduk.

Dalam rangka masalah-masalah yang tidak dinginkan sebagai akibat dari peledakan penduduk, pemerintah Indonesia mempunyai kebijakan sebagai upaya penekanan laju pertumbuhan pendudiuk, yakni melalui progran Keluarga Berencana (KB). Program Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Secara regulatif dalam UU No. 52 Tahun 2009 dijelaskan bahwa definisi keluarga berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Adapun cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga yang berupa Alat dan Obat Kontrasepsi (ALOKON) (Sulistyaningsih, 2013:371).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menjelaskan bahwa kebijakan KB bertujuan untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas. Adapun riciannya adalah sebagai berikut.

a) Mengatur kehamilan yang diinginkan.

b) Menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak.

c) Meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling, dan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.

d) Meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek keluarga berencana. e) Mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak

kehamilan.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut diperlukan pula adanya upaya-upaya implementasi. sebagaimana tercantum dalam Pasal 21 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 bahwa tujuan kebijakan KB dapat terlaksana melalui beberapa upaya, seperti di bawah ini.

(11)

95 c) Pengaturan kehamilan dengan memperhatikan agama, kondisi perkembangan sosial

ekonomi dan budaya, serta tata nilai yang hidup dalam masyarakat.

3. Dampak Program Keluarga Berencana Terhadap Kualitas Kesehatan Penduduk

Pada sub bagian ini akan membahas dampak program KB terhadap kualitas kesehatan penduduk. Beberapa data penelitian yang dapat digunakan unruk mengungkap bahasan ini adalah sebagai berikut. Basic data yang dapat dipergunakan adalah terkait dengan identitas responden, yakni data jumlah anak responden. Dimana sebagian besar responden telah mengikuti program KB. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah anak yang dimiliki oleh responden. Data yang ada menyebutkan bahwa sebagian besar responden mempunyai anak 2, yakni sebanyak 51 responden. Sedangkan 49 dari 100 responden tersisa mempunyai 1 anak, 3 anak, dan anak lebih dari 3 orang.

Jumlah anak pun nampaknya juga membawa pengaruh bagi keluarga dalam menentukan tujuan pengobatan. Dari data yang ada menyebutkan bahwa sebagian responden masih mempercayai keberadaan tenaga medis. Tenaga medis tersebut antara lain: dokter praktek, tenaga medis di puskesmas, tenaga medis di rumah sakit, sampai dengan tenaga medis lainnya seperti bidan, mantri, dan lain-lain.

Walaupun data yang ada menyebutkan bahwa sebagian besar responden (masyarakat) telah mempercayakan masalahan kesehatan kepada tenaga medis, namun masih ditemukan responden yang masih atau pernah memanfaatkan pengobatan alternatif sebagai salah satu pertolongan pengobatan. Sebanyak 31 dari 100 responden menyebutkan pernah memanfaat pengobatan alternatif. Beberapa alasan yang muncul antara lain karena: (a) pengobatan alternatif dengan alasan pengobatan alternatif dengan jenis pengobatan herbal tidak menimbulkan efek samping; pengobatan alternatif tidak memerlukan biaya yang mahal; responden masih mempercayai pengobatan secara herbal; seta responden mempunyai trauma dengan pengobatan kimia (pabrikan). Dari seluruh alasan yang ada, sebagian besar responden mempunyai alasan bahwa memilih pengobatan alternatif dengan alasan pengobatan alternatif dengan jenis pengobatan herbal tidak menimbulkan efek samping.

(12)

96 kesehatan. Namun nampaknya program pemerintah tersebut perlu disosialisasikan secara lebih giat lagi. Hal tersebut mengingat hasil penelitian yang menyebutkan masih sedikitnya penduduk (responden) yang menggunakan asuransi kesehatan. Dari 100 responden, masih terdapat 59 responden yang mempunyai asuransi, sedangkan sisanya belum tercover asuransi kesehatan apapun.

Terdapat 2 (dua) jenis asuransi yang dipergunakan oleh masyarakat penggunakan asuransi, yakni asuransi kesehatan milik pemerintah (BPJS) dan asuransi milik swasta. Sebagian besar atau sebanyak 45 responden menggunakan asuransi milik pemerintah. Ada kemungkinan responden yang menggunakan asuransi kesehatan ini adalah Pegawai Negeri, masyarakat miskin, maupun masyarakat yang telah bergabung dengan BPJS atas kesadaran sendiri. Sedangakan 14 dari 59 responden yang menggunakan asuransi kesehatan memilih asuransi kesehatan milik swasta. Rata-rata masyarakat yang menggunakan asuransi ini adalah responden yang bekerja di perusahaan swasta dengan cover dari perusahan tempat bekerja. Sebagian responden yang menggunakan asuransi kesehatan pun mempunyai alasan bahwa menggunakan asuransi kesehatan karena mendapat cover_an baik dari pemerintah maupun dari swasta. Sedangkan hanya sebagian kecil saja yang mempunyai kesadaran sendiri akan pentingnya keberadaan asuransi kesehatan sebagai salah satu bentuk saving keuangan jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dikemudiaan hari.

Selain dengan keberadaan asuransi kesehatan, pentingnya kondisi kesehatan keluarga dapat dilihat dari respon keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit. Berbagai respon muncul menaggapi respon keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit, antara lain: (a) langsung dibawa ke pusat pelayanan kesehatan (puskesmas, rumah sakit, klinik kesehatan, dll); (b) menunggu perkembangan kondisi kesehatan, jika memang sangat diperlukan baru ke pusat pelayanan kesehatan; dan (c) membawanya ke pengobatan alternatif. Sebagian besar atau sebanyak 67 dari 100 responden pun mempunyai respon dengan langsung membawa anggota keluarga yang sakit ke pusat pelayanan kesehatan (puskesmas, rumah sakit, klinik kesehatan, dll).

(13)

97 besar dalam menjaga anggota keluarga dari kepenatan akan rutinitas sehari-hari. Sebagian besar atau sebanyak 90 responden memberikan pernyataan pernah melakukan rekreasi, baik yang pernah atau sering maupun pernah tapi jarang. Sebagian responden pun memilih tujuan rekreasi ke beberapa tempat, dengan 3 (tiga) tempater rekreasi favorit dengan urutan: (1) rekreasi atau wisata di luar kota, (2) rekreasi atau wisata di dalam kota, dan (3) lebih memilih berlibur ke tempat saudara. Dari data yang adapun dapat diketahui alasan bagi responden yang tidak atau jarang melakukan rekreasi atau liburan bersama keluarga. Adapun alasan responden tersebut jika diperingkatkan, adalah sebagai berikut: alasan terbanyak pertama, anggota keluarga jarang menemukan waktu yang pas untuk berkumpul; alasan terbanyak kedua, rekreasi membutuhkan budget (keuangan) yang tidak sedikit; dan alasan terakhir adalah rekreasi bukanlah suatu kebutuhan prioritas dalam keluarga.

4. Dampak Program Keluarga Berencana Terhadap Kualitas Pendidikan Penduduk

Subbagian ini akan membahas dampak program KB terhadap kualitas pendidikan penduduk. Sebagaimana telah dibahas pada subbagian pembahasan sebelumnya bahwa keberikutsertaan penduduk dalam program KB dapat ditandai dengan jumlah anak yang dimiliki oleh setiap responden. Dimana sebagian besar (rata-rata) responden mempunyai 2 (dua) anak. Masih terkait dengan jumlah anak dalam satu keluarga, sebagian responden memberikan pendapat bahwa jumlah anak yang ideal dalam satu keluarga adalah 2 (dua) anak dalam satu keluarga. Hal tersebut dibuktikan dengan 81 responden yang menyepakati hal tersebut. Data tersebut tentunya juga mempertegas bahwa masyarakat sesungguhnya telah menyadari atau memahami dengan benar keberadaan anak akan membawa dampak pada kualitas pendidikan anak dikemudian hari.

(14)

98 Beberapa alasan lainnya muncul mengapa responden lebih banyak memilih mempunyai sedikit anak daripada banyak anak. Terdapat 2 (dua) alasan terbanyak menanggapi hal tersebut. Adapun 2 (dua) alasan tersebut, antara lain: alasan terbanyak pertama, mempunyai 2 (dua) anak atau kurang dapat membiayai sekolah anak sampai jenjang pendidikan tinggi (kuliah); dan alasan terbanyak kedua, mempunyai 2 (dua) anak atau kurang dapat memberikan fasilitas pendidikan yang diinginkan oleh anak.

Selain terkait dengan kualitas pendidikan anak, jumlah anak pun akan mempunyai kaitan yang erat dengan biaya pendidikan anak. Tabel 4.25 berikut ini akan memberikan gambaran tentang penanggungjawaban biaya pendidikan anak. Dengan harapan dengan jumlah anak sedikit (tidak lebih dari dua anak), maka orang tua akan dapat bertanggung jawab secara penuh terhadap biaya pendidikan anak.

Program KB dapat membawa dampak pada peningkatan kualitas pendidikan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya penanggungan biaya pendidikan anak. Dimana sebagian besar atau sebanyak 96 responden yang mengakui bahwa orang tua (suami/istri) sebagai penanggung jawab utama terhadap biaya pendidikan anak. Selain adanya data tersebut adapun data yang mengungkapkan bahwa sebagian besar orang tua beranggapan bahwa biaya pendidikan anak tidaklah menjadi sebuah tanggung jawab yang berat. Sebanyak 88 responden yang telah memberikan respon sebagaimana tersebutkan di atas.

Semakin erat kaitannya antara jumlah anak dengan kualitas pendidikan yang diberikan oleh orang tua dapat dibuktikan dari adanya data berikut ini. Data yang ada menyebutkan bahwa semakin sedikit anak atau semakin idealnya jumlah anak dalam satu keluarga, maka akan semakin tingginya tingkat pendidikan anak. Hal tersebut dibuktikan dengan tingkat pendidikan anak pertama responden, yang sebagian besar atau sebanyak 49 anak responden telah lulus SMA. Sedangkan 22 anak pertama respon telah lulus S1 maupun masih menempuh pendidikan di perguruan tinggi (PT).

Data selanjutnya terkait dengan tingkat pendidikan anak kedua responden. Sebagian besar atau sebanyak 58 anak responden sedang menempuh pendidikan di bangku perkuliahan, sedangkan 25 lainnya telah lulus SMP dan SMA. Adapun data terkait dengan tingkat pendidikan anak ketiga dan anak keempat responden lebih banyak pada pernyataan abstain.

(15)

99 dalam memberikan penghidupan yang layak bagi anak. selain itu, pendidikan juga menjadi bekal bagi anak dalam menyongsong masa depan yang lebih baik. Sebagian responden sudah puas dengan pendidikan yang diberikan kepada anak, dimana sebagian responden ini telah membekali anak dengan pendidikan tinggi. Sedangkan ketidakpuasan responden akan pendidikan yang telah diberikan anak saat ini, lebih pada adanya keinginan orang tua untuk memberikan pendidikan yang lebih baik lagi kepada anak.

5. Dampak Program Keluarga Berencana Terhadap Kualitas Ekonomi Penduduk

Dampak program KB terhadap kualitas pendidikan dan kesehatan penduduk telah dibahas subpembahasan sebelumnya. Selanjutnya akan dibahas tentang dampak program KB terhadap kualitas ekonomi penduduk. Adapun basic data yang dapat dipergunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh program KB terhadap kualitas ekonomi keluarga, antara lain: data tentang jenis kelamin responden, pendidikan responden dan pasangan, jenis pekerjaan responden dan pasangan, sampai dengan jumlah penghasilan responden dan pasangan.

Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yakni sebanyak 91 responden dan tersisa 9 dari 100 responden berjenis kelamin laki-laki. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian responden bukanlah kepala keluarga dan tentunya bukanlah pencari nafkah utama dalam keluarga. Hal tersebut dapat diketahui dengan kecilnya tingkat penghasillan responden. Sebagian besar atau sebanyak 20 responden mempunyai penghasilan dibawah 1 juta, sedangkan terbanyak lainnya atau sebanyak 39 responden abstain untuk kategori ini. Disisi yang berbeda, pasangan responden yang merupakan penanggung jawab keluarga mempunyai penghasilan yang lebih besar yakni sebesar 1 juta s.d. 2 juta sebanyak 20 responden dan 20 responden kurang dari 1 juta. Namun tidak sedikit pasangan responden yang memiliki penghasilan diatas 3,5 juta yakni sebanyak 17 juta.

Rendahnya tingkat penghasilan responden sebagai salah satu dampak rendahnya tingkat pendidikan responden, yang tentunya secara tidak langsung berdampak pula pada jenis pekerjaan responden. Hal tersebut dengan mengingat bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan. Kondisi-kondisi tersebutlah yang pada akhirnya semakin mempertinggi tingkat kebergantungan responden (perempuan) pada pasangan (laki-laki).

(16)

100 dan pendidikan terbanyak ketiga adalah S1 sebanyak 19 responden. Sedangkan tingkat pendidikan pasangan (suami/istri) responden dapat dikategorikan sebagai berikut: pendidikan terbanyak pertama adalah SMA sebanyak 44 responden, pendidikan terbanyak kedua adalah S1 sebanyak 20 responden, dan pendidikan terbanyak ketiga adalah SMP sebanyak 16 responden.

Dengan mengingat banyaknya responden yang masih memenuhi kebutuhan keluarga dengan bergantung pada pasangan dan resndahnya tingkat pendidikan responden, maka menjadikan sebagaian responden atau sebanyak 40 responden mempunyai jenis pekerjaan sebagai Ibu/Bapak Rumah Tangga. Sedangkan pasangan responden sebagian besar mempunyai jenis pekerjaan yang lebih bervariatif, antara lain: sebagai wirausahawan sebanyak 34 pasangan responden, bekerja sebagai pegawai perusahaan swasta sebanyak 28 pasangan responden, dan bekerja sebagai PNS sebanyak 22 pasangan responden.

Pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa sebagian besar responden memiliki anak kurang atau 2 orang anak dalam satu keluarga. Secara tidak langsung hal tersebut membawa dampak pada rata-rata biaya hidup bulanan responden. Sebagian besar atau sebanyak 53 responden memerlukan biaya hidup antara 500 ribu s.d. 2 juta rupiah, sedangkan sebanyak 33 dari 47 responden yang tersisan mempunyai pengeluaran bulanan sebesar 2 juta s.d. 4 juta. Menanggapi besarnya pengeluaran yang harus ditanggung oleh sebuah keluarga, muncul respon bahwa sebagian besar atau 53 responden mengungkapkan bahwa orang tua mampu memenuhi kebutuhan hidup dan mampu menabung untuk setiap bulannya. Sebagian yang lain atau sebanyak 40 responden mengakui walaupun responden mampu memenuhi kebutuhan hidup setiap bulan, namun itu dilakukan tanpa bisa menabung.

Masih terkait dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya bahwa mempunyai anak satu mempunyai kaitan yang erat dengan beban ekonomi keluarga. Dari data yang ada dapat diketahui bahwa dengan memiliki 1 (satu) anak, pada umumnya setiap kebutuhan dapat terpenuhi dengan baik. Tabel 4.31 memberikan penjelasan bahwa dengan 1 (satu) anak, sebanyak 55 responden mengakui bahwa kebutuhan anak akan terpunuhi baik secara maksimal (kebutuhan sekunder dan mewah). Sedangkan sebanyak 39 responden mengakui bahwa kebutuhan anak akan terpenuhi walaupun sebatas kebutuhan pokok dan sekolah.

(17)

101 dengan 2 (dua) anak sebanyak 60 responden mengakui mampu memenuhi kebutuhan anak sebatas kebutuhan pokok dan sekolah saja. Sedangkan 32 responden lainnya mengakui mampu memenuhi kebutuhan anak secara maksimal (kebutuhan sekunder dan mewah). Hal ini tentunya dapat disimpulkan bahwa kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan keluarga akan semakin menurun ketika jumlah anak mulai bertambah.

Kesepakatan responden untuk mengikuti program KB pun dapat dilihat dari ketidakinginan responden untuk memiliki anak lebih dari 2 (dua) orang anak. Pernyataan tersebut dapat diperkuat dengan adanya data yang menyebutkan bahwa sebagian besar atau sebanyak 59 responden tidak menginginkan mempunyai anak lebih dari 2 (dua) karena hanya dengan dua anak responden akan bisa menyukupi kebutuhan keluarga dan sekolah anak secara maksimal. Kemudian sebanyak 10 responden mengakui bahwa dengan dua anak saja sudah merasa berat menanggung kebutuhan ekonomi keluarga.

Berbagai kebutuhan keluarga setiap bulan yang dapat dikategorikan sebagai berikut: kebutuhan belanja bulanan, kebutuhan pendidikan anak, kebutuhan rekreasi, sampai dengan kebutuhan untuk menabung. Sebagian besar atau sebanyak 55 responden yang beranggapan bahwa kebutuhan akan pendidikan anak hendaklan menjadi prioritas utama keluarga. Selanjutnya sebanyak 20 responden yang beranggapan bahwa kebutuhan untuk berbelanja (dalam memenuhi kebutuhan bulanan) haruslan menjadi prioritas keluarga. Sedangkan 20 responden lainnya beranggapan bahwa semua kebutuhan perlu mendapatkan prioritas masing-masing.

Penutup

Program Keluarga Berencana membawa dampak pada peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Semakin ideal jumlah anak, maka akan semakin meningkatkan perhatian keluarga terhadap kondisi kesehatan anak atau anggota keluarga. Salah satu indikator peningkatan kualitas kesehatan keluarga dapat dilihat dengan tersedianya fasilitas kesehatan bagi anggota keluarga.

(18)

102 Program Keluarga Berencana membawa dampak pada peningkatan kualitas ekonomi penduduk. Semakin ideal jumlah anak, maka akan semakin meningkatkan perhatian keluarga terhadap kondisi ekonomi keluarga. Tingkat ekonomi keluarga dengan jumlah anak ideal, akan semakin memperkecil tingkat kebutuhan dan tentunya akan semakin mendorong terpenuhinya kebutuhan keluarga.

Daftar Pustaka

Anshori, Muslich dan Iswati, Sri. 2009. “Metodelogi Penelitian Kuantitatif”. Airlangga University Press. Surabaya

Bachtiar, Rizqi, M. Irfan Islamy, dan Bambang Santoso Haryono. 2013. “Implementasi Kebijakan Pengendalian Pertumbuhan dan Peningkatan Kualitas Penduduk di Tulungagung Ditinjau Dari Teori Brinkerhoff dan Crosby”. Jurnal Administrasi Publik, Vol. 1, No. 4, Oktober 2013. Halaman 184-193.

Bappeda Jatim Online. http://www.bappeda.jatimprov.go.id. Diunduh pada tanggal 9 Mei 2015.

BKKBN. 2013. Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia Tahun 2013. Jakarta: BKKBN Pusat.

Brannen, Julia. 2005. “Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif”. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Direktorat Analisis Dampak Kependudukan, BKKBN. 2012. “Kajian dan Analisis Situasi Dampak Kependudukan terhadap Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan”. http://www.bkkbn.go.id/infoprogram/Documents/Hasil%20Seminar%20Eksekutif%20 Analisis%20Dampak%20Kependudukan/ANALISIS%20DAMPAK%20KEPENDUDU KAN%20TERHADAP%20KETAHANAN%20PANGAN.pdf. Diunduh pada 21 Mei 2015

Ekwarso, Hendro dan Lapeti Sari. 2010. “Penyerasian Kebijakan Kependudukan di Provinsi Riau”, Jurnal Ekonomi, Vol. 18, No. 2, Juni 2010. Halaman 36-49.

Mantra, Ida Bagoes. 2013. “Demografi Umum (Edisi Kedua)”. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Sugiyono. 2005. “Metode Penelitian Administrasi”. CV Alfabeta. Bandung

Supari, Siti Fadilah. 2006. Angka Kematian Ibu Indonesia 50 Per Hari. (Online). (http://www.freelist.org/archives/ppi/01-2006/msg00626.html. Diakses pada 6 Mei 2015).

(19)

103 Sutarto, Endiartono. 2012. “Kependudukan dan Pembangunan Nasional”.

http://www.bkkbn.go.id/infoprogram/Documents/Hasil%20Seminar%20Eksekutif%20 Analisis%20Dampak%20Kependudukan/Penduduk%20dan%20Pembangunan%20Endr iartono%20%5BRead-Only%5D.pdf. Diunduh pada 9 Mei 2015

Suyono, H. 2005. Kualitas Penduduk Indonesia Terendah di ASEAN. (Online). (http://www.gatra.com/2005-03-22/artikel.php?id=82894. Diakses pada 6 Mei 2015).

Syaadah, Nilatus. 2014. “Analisis Dampak Pertambahan Penduduk terhadap Penyerapan Angkatan Kerja”. Jurnal Ilmiah Pendidikan Geografi, Vol. 2, No. 1, Oktober 2014. Halaman 61-70.

Tulenan, Yoan Friska Angel. 2014. “Perkembangan Jumlah Penduduk dan Luas Lahan Pertanian di Kabupaten Minahasa Selatan”. Jurnal Kependudukan, Vol. 2, No. 1, Agustus 2014. Halaman 1-10.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Penduduk dan Pembangunan Keluarga

UNDP. 2012. Human Development Report. United Nations Development Programme. New York.Wilopo, Siswanto Agus. 2010. “Dari Pengendalian Pertumbuhan Penduduk melalui KB ke Kesehatan Reproduksi (dalam Tukiran, dkk. (editor) Keluarga Berenca dan Kesehatan Reproduksi)”. Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Yulianto, Eko Harri. 2010. “Pengaruh Migrasi Tenaga Kerja terhadap Pengangguran di Kalimantan Timur”. Jurnal Kependudukan, Vol. 2, No. 2, Januari 2010. Halaman 15-23.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Terima kasih kepada teman-teman angkatan 2013 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta atas semua

(2) Faktor penghambat dalam proses penanaman nilai-nilai sosial untuk membentuk karakter siswa di MTs Negeri Bantarwaru yaitu, pertama kurangnya kompetensi pedagogik

12.000.000.000,00 Retribusi Pelayanan Kesehatan Tempat Pelayanan Kesehatan Lainnya yang Sejenis yang Dimiliki.. dan/atau Dikelola

Bagi peserta didik SDN Cindai Alus 1 Martapura yang ingin meningkatkan prestasi khususnya dalam lari cepat 40 meter hendaknya mempunyai badan yang tinggi dan daya ledak

Pengaplikasian Face Recognition ini memiliki database berupa informasi wajah pemilik mobil yang sebelumnya telah disimpan kemudian dibandingkan oleh wajah yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa permainan Baking Card memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap ibu tentang

Hal 14 Fried Fish with Garlic & Pepper Sauce Fried Fish with Sweet & Sour Sauce Fried Fish with Lemon Sauce Fried Fish with Orange Sauce Fried Fish with Schezuan Sauce