• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOMPOKAN WILAYAH SUNGAI DI INDONESI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGELOMPOKAN WILAYAH SUNGAI DI INDONESI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENELITIAN

PENGELOMPOKAN WILAYAH SUNGAI DI INDONESIA

DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA

Waluyo Hatmoko1*, Radhika1, Bayu Purnama1, Rendy Firmansyah1, Anthon Fathoni1 1Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air,

Badan Litbang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat *whatmoko@yahoo.com

Pemasukan: ….. Perbaikan: ….. Diterima: …..

Intisari

Pengelolaan sumber daya air di Indonesia dilaksanakan berbasis wilayah sungai yang beragam kondisinya. Keragaman tersebut meliputi antara lain luas wilayah sungai, jumlah penduduk, aktivitas sosial ekonomi, kondisi iklim dan hidrologi, pengguna air, tingkat pemanfaatan air, dan kelembagaan pengelolaan wilayah sungai. Dengan beragamnya kondisi wilayah sungai, maka penanganan suatu wilayah sungai tidak dapat disamakan dengan wilayah sungai lainnya. Untuk itu perlu adanya tipologi atau pengelompokan wilayah sungai sesuai dengan karakteristiknya. Diperlukan informasi mengenai wilayah sungai mana saja yang masih perlu dikembangkan, dan bagaimana urutan prioritas pengembangannya; wilayah sungai yang perlu lebih mengutamakan pengelolaan dan konservasi. Analisis komponen utama merupakan metode matematis untuk mengungkap struktur utama yang tersembunyi dari data mutivariat atau multi-dimensi. Dengan analisis komponen utama akan diperoleh 1, 2, atau 3 komponen utama yang menjelaskan variabilitas data yang maksimal, sehingga dapat disajikan dalam bidang dari kedua sumbu komponen utama, dimana bisa diamati kedekatan satu wilayah sungai dengan lainnya, dan pengelompokannya. Penelitian ini mengungkap 2 buah komponen utama dengan variabilitas maksimal dari berbagai variabel kondisi wilayah sungai. Komponen Utama Pertama menyatakan tingkat berkembangnya suatu wilayah sungai. Sedangkan Komponen Utama Kedua menyatakan kondisi ketersediaan air di wilayah sungai.

Kata Kunci: pengelolaan sumber daya air, wilayah sungai, analisis komponen utama, pengelompokan, kebijakan

LATAR BELAKANG

(2)

wilayah sungai strategis nasional; 52 wilayah sungai lintas kabupaten/kota; dan 12 wilayah sungai dalam kabupaten kota.

Wilayah sungai tersebut diatas sangat beragam kondisinya. Keragaman tersebut meliputi antara lain luas wilayah sungai, jumlah penduduk, aktivitas sosial ekonomi, kondisi iklim dan hidrologi, pengguna air, tingkat pemanfaatan air, dan kelembagaan pengelolaan wilayah sungai. Dengan beragamnya kondisi wilayah sungai, maka penanganan suatu wilayah sungai tidak dapat disamakan dengan wilayah sungai lainnya. Untuk itu perlu adanya tipologi atau pengelompokan wilayah sungai sesuai dengan karakteristiknya. Diperlukan informasi mengenai wilayah sungai mana saja yang masih perlu dikembangkan, dan bagaimana urutan prioritas pengembangannya; wilayah sungai yang perlu lebih mengutamakan pengelolaan dan konservasi.

Analisis komponen utama merupakan metode matematis untuk mengungkap struktur utama yang tersembunyi dari data mutivariat atau multi-dimensi. Dengan analisis komponen utama akan diperoleh 1, 2, atau 3 komponen utama yang menjelaskan variabilitas data yang maksimal, sehingga dapat disajikan dalam bidang dari kedua sumbu komponen utama, dimana bisa diamati kedekatan satu wilayah sungai dengan lainnya, dan pengelompokannya.

MAKSUD DAN TUJUAN

Penelitian ini mengelompokkan dan mengurutkan wilayah sungai di Indonesia dengan metode analisis komponen utama, sehingga diperoleh karakteristik utama dari wilayah sungai yang tersembunyi dari data dan dibentuk secara alami oleh data yang ada, serta pengelompokan dan urutan wilayah sungai berdasarkan karakteristik utama tersebut.

KAJIAN PUSTAKA

Analisa Komponen Utama adalah salah satu metode dalam ilmu statistika untuk mereduksi ukuran dimensi dari suatu variabel menjadi variable yang memiliki dimensi lebih kecil akan tetapi masih mengandung informasi/karakteristik yang dikandung dalam variabel awalnya. Aplikasi analisis komponen utama terutama adalah pada teknologi informasi, dalam pengenalan pola atau pattern recognition (Jain et al., 2000), yang digunakan untuk mengenali tulisan tangan, atau wajah seseorang, sebagaimana yang dikembangkan oleh Thakur et al. (2004), dan Zhao et al. (2006).

Dalam pengelolaan sumber daya air, analisis komponen utama diterapkan antara lain untuk mengevaluasi kualitas air sungai oleh Ouyang (2005) dan Abdul Zali et al. (2011); serta analisis hujan lebat oleh Kadoya dan Chikamori (1993). Levina et al. (2011) menggunakan SPI skala waktu 12 bulan sebagai data dasar dalam pemilihan pos hujan untuk pemantauan kekeringan di Wilayah Sungai Pemali-Comal. Dari 147 buah pos hujan yang ada dipilih 15 buah pos hujan tersebar pada setiap Zona Prakiraan Iklim, dengan pendekatan statistika berupa analisis komponen utama.

LANDASAN TEORI

(3)

variansi yang dikandung di dalam p buah variabel. Komponen utama tersebut merupakan vektor karakteristik dari matriks korelasi antar p buah variabel tersebut. Sedangkan variansi dari komponen utama adalah nilai karakteristik dari matriks korelasi yang sama.

Komponen utama merupakan himpunan variabel baru yang merupakan kombinasi linier dari variabel-variabel yang diamati. Komponen utama memiliki sifat variansi yang semakin mengecil, sebagian besar variasi (keragaman atau informasi) dalam himpunan variabel yang diamati cenderung berkumpul pada beberapa komponen utama pertama, dan semakin sedikit informasi dari variabel asal yang terkumpul pada komponen utama terakhir. Hal ini berarti bahwa komponen-komponen utama pada urutan terakhir dapat diabaikan tanpa kehilangan banyak informasi. Dengan cara ini Analisa Komponen Utama dapat digunakan untuk mereduksi variabel-variabel.

METODOLOGI STUDI Proporsi hutan di wilayah sungai; 4) Proporsi irigasi di wilayah sungai; dan 5) Jumlah penduduk per km2

Metode

Metodologi yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis komponen utama (principal component analysis) pada 5 variabel data tersebut diatas, untuk mereduksi menjadi 2 atau 3 komponen utama, sehingga posisi karakteristik wilayah sungai dapat disajikan dalam sebuah bidang yang dibangun oleh dua buah komponen utama.

HASIL STUDI DAN PEMBAHASAN Komponen Utama

Dari 5 variabel pada 128 wilayah sungai di Indonesia, analisis komponen utama menghasilkan 5 buah komponen utama, dengan 4 diantaranya disajikan pada tabel berikut.

Tabel 1 Komponen Utama

(4)

Komponen utama pertama, yang menyerap informasi hampir 50%, memiliki bobot tinggi pada variabel proporsi hutan, dan bobot sangat negatif untuk variabel indeks pemakaian air, irigasi, dan kepadatan penduduk. Dengan demikian komponen utama pertama ini menunjukkan perkembangan wilayah sungai. Nilai tinggi pada komponen utama ini mengindikasikan wilayah sungai dengan proporsi hutan yang baik, penduduk masih jarang, dan air yang ada belum dimanfaatkan.. Sebaliknya, nilai negatif menunjukkan wilayah sungai yang padat, banyak penggunaan air, dan proporsi hutan yang minim.

Komponen utama kedua, yang menjelaskan informasi sebesar 20%, memiliki bobot tinggi pada tinggi aliran andalan Q80%. Komponen utama kedua ini mengindikasikan wilayah sungai dengan ketersediaan air yang tinggi, dengan irigasi dan hutan yang seimbang.

Kedua komponen utama ini menyerap informasi hampir 70%, dan dengan memetakan posisi koordinat wilayah sungai pada kedua sumbu komponen utama maka diperoleh posisi dan pengelompokan masing-masing wilayah sungai.

(5)

Posisi Wilayah Sungai pada Komponen Utama

Gambar 1 menyajikan posisi wilayah sungai pada kedua buah sumbu komponen utama. Sumbu horisontal menyatakan tingkat perkembangan wilayah sungai. Semakin ke kiri menunjukkan semakin berkembangnya wilayah sungai, yaitu penggunaan air yang tinggi dan hutan yang minim, contohnya wilayah sungai Ciliwung-Cisadane dan Bali-Penida. Sebaliknya semakin ke kanan menunjukkan wilayah sungai yang masih belum dikembangkan. Jelas terlihat bahwa wilayah sungai di Jawa pada umumnya terletak di bagian sebelah kiri, dan wilayah sungai di Papua dan Kalimantan belum berkembang dan terletak di sebelah kanan. Sumbu vertikal adalah komponen utama kedua, yang menyatakan ketersediaan air. Semakin tinggi skor di di komponen kedua ini, atau semakin diatas menunjukkan semakin tinggi ketersediaan air. Terlihat bahwa wilayah sungai Benanain di Nusa Tenggara dengan ketersediaan air yang minim terletak di bagian bawah.

Urutan Prioritas Pengembangan Sumber Daya Air pada Wilayah Sungai

Berdasarkan nilai skor wilayah sungai ada komponen utama pertama, maka dapat disusun urutan prioritas pengembangan wilayah sungai. Gambar 2 menyajikan wilayah sungai yang perlu dikembangkan, yaitu semua wilayah sungai dengan skor tinggi atau positif pada komponen utama pertama, antara lain wilayah sungai Sambas dan Einlanden-Digul-Bikuma. Sebaliknya, Gambar 3 menyajikan wilayah sungai yang sudah berkembang, misalnya wilayah sungai di Jawa pada umumnya, yang memiliki nilai negatif pada komponen utama pertama.

0.000

(6)
(7)

-5.00 -4.00 -3.00 -2.00 -1.00 0.00 1.00

Gambar 5.Urutan Prioritas Pengembangan Wilayah Sungai di Jawa

0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500

(8)

-2.500 -2.000 -1.500 -1.000 -0.500 0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500

Gambar 7.Urutan Prioritas Pengembangan Wilayah Sungai di Sulawesi

-6.000 -5.000 -4.000 -3.000 -2.000 -1.000 0.000 1.000

(9)

-1.000 -0.500 0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500

Gambar 9.Urutan Prioritas Pengembangan Wilayah Sungai di Maluku dan Papua

Gambar 4, Gambar 5, Gambar 6, Gambar 7, Gambar 8, dan Gambar 9 menyajikan urutan prioritas pengembangan sumber daya air di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, serta Maluku dan Papua. Terlihat bahwa di Jawa dan Bali - Nusa Tenggara hampir semua wilayah sungai memiliki nilai negatif. Sedangkan kebalikannya di Kalimantan dan Papua semuanya positif, yang harus dikembangkan

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan

Dari penelitian penggunaan analisis komponen utama pada 128 buah wilayah sungai di Indonesia, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Analisis komponen utama pada 5 data berupa tinggi aliran andalan Q80%, indeks penggunaan air, proporsi hutan, proporsi irigasi, dan kepadatan penduduk, telah mengungkapkan sebuah faktor utama yang bermakna kondisi pengembangan sumber daya air, yang dicirikan dengan rendahnya proporsi hutan dan tinggi aliran serta tingginya proporsi irigasi, indeks penggunaan air dan kepadatan penduduk.

2. Pada komponen kondisi pengembangan sumber daya air telah disusun prioritas kondisi berkembangnya suatu wilayah sungai, mulai dari yang paling belum berkembang, dengan nilai positif, sampai dengan yang paling berkembang dengan skor paling negatif.

(10)

berkembang ini, dengan skor negatif ini, maka perlu lebih mengutamakan upaya-upaya non-fisik, antara lain pengelolaan alokasi air, kualitas air, dan konservasi sumber daya air.

4. Wilayah sungai dengan potensi air dan hutan masih tinggi, dan prioritas dikembangkan, yaitu dengan skor sangat positif, pada umumnya adalah wilayah sungai di Papua dan Kalimantan.

Rekomendasi

Urutan prioritas pengembangan sumber daya air pada penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam kebijakan pengelolaan sumber daya air nasional. Sedangkan studi selanjutnya disarankan untuk dengan menggunakan lebih banyak variabel yang mencakup kondisi infrastruktur, sosial-ekonomi, dan budaya masyarakat di dalam wilayah sungai.

REFERENSI

Abdul Zali, Munirah, Ananthy Retnam, and Hafizan Juahir. 2011. “Spatial

Characterization of Water Quality Using Principal Component Analysis Approach

at Juru River Basin, Malaysia.” World Applied Sciences Journal 14: 55–59.

Firmansyah, R., Radhika, B. Purnama, A. Fathoni, dan W. Hatmoko, 2014. Prioritas Pendayagunaan Sumber Daya Air pada Wilayah Sungai di Pulau Jawa Berdasarkan Analisis AHP, Prosiding Kolokium Puslitbang Sumber Daya Air 2014.

Jain, A.K. , R.P.W. Duin, and J Mao. 2000. “Statistical Pattern Recognition: A Review.” IEEE Transaction on Pattern Analysis and Machine Intelligence

(TPAMI) 22 (1): 4–37.

Kadoya, M, and H Chikamori. 1993. “Some Characteristics of Heavy Rainfalls in the

Yamato River Basin Found by the Principal Component and Cluster Analyses”,

IAHS Publication no. 213, 1993.

Levina, W. K. Adidarma, L. Martawati, dan W. Seizarwati, 2011. Analisis Pemilihan Pos Hujan untuk Pemantauan Kekeringan di Wilayah Sungai Pemali Comal,

Jurnal Teknik Hidraulik, Vol. 2 No. 1, Juni 2011.

Ouyang, Ying. 2005. “Evaluation of River Water Quality Monitoring Stations by Principal Component Analysis.” Water Research 39 (12): 2621–35. doi:10.1016/j.watres.2005.04.024.

Thakur, S, J K Sing, D K Basu, M Nasipuri, and M Kundu. 2004. “Face Recognition Using Principal Component Analysis and RBF Neural Network”, International Journal of Simulation System Science and Technology (IJSSST) Vol. 10 No. 5, page: 7–15.

Zhao, Haitao, Pong Chi Yuen, and J.T. Kwok. 2006. “A Novel Incremental Principal Component Analysis and Its Application for Face Recognition.” IEEE

Gambar

Tabel 1 Komponen Utama
Gambar 1. Posisi wilayah sungai pada dua sumbu komponen utama
Gambar 2. Wilayah Sungai di Indonesia yang Perlu Dikembangkan
Gambar 3.Wilayah Sungai di Indonesia yang Telah Berkembang
+4

Referensi

Dokumen terkait

Mata kuliah ini memberikan pemahaman mengenai konsep dasar Sistem Informasi, dibahas juga mengenai bagaimana membuat perencanaan dan pengembangan Sistem Informasi

Regenerasi dari sumberdaya ini sangat tergantung dari proses biologi (reproduksi), akan tetapi meski pun sumberdaya ikan bisa melakukan proses regenerasi, jika titik kritis

Kedua yaitu Kebutuhan afektif – emosional dalam penelitian ini bermain game onine dapat mengakibatkan remaja bersifat emosional ini terlihat dari mereka yang

Penandaan dan informasi produk yang terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari.. persetujuan izin

Berdasarkan Analisa susut bobot pada buah strawberry yang telah dilapisi edible coating dengan tambahan ekstrak flavonoid dan disimpan pada suhu kamar selama tujuh hari,

1.2 Unit kompetensi ini berlaku untuk produksi benih tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, dan tanaman pakan ternak... 33 1.3 Dalam unit

26. Tubuh setiap saat dapat mengalami kontak dengan mikroba penyebab penyakit tetapi tidak selalu mengakibatkan sakit karena memiliki system pertahanan. Sistem pertahanan tubuh

Pada nyeri kepala klaster terjadi pengaktifan sistem trigeminovaskuler yang ditandai oleh peningkatan CGRP di dalam peredaran pembuluh darah vena kranial