• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Faktor Dan Kondisi Yang Mempengar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Faktor Faktor Dan Kondisi Yang Mempengar"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor-Faktor Dan Kondisi Yang Mempengaruhi Sosial, Emosional Dan Karakter Anak

Muslimatun Mokhlisah

Larangan Tokol, Tlanakan, Pamekasan 18201501060035

Chaicha265@gmail.com 087850531668

Muslimatun Mokhlisah1 Abstrac

Abstrak

Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terpesialisasi. Salah satu diantaranya ialah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-8 tahun. Anak usia tersebut dipandang memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak usia dini di atasnya sehingga pendidikannya dipandang perlu untuk dikhususkan. Di negara-negara maju, taman bermain dan taman kanak-kanak (TK) dipandang sebagai bagian integral dari sistem pendidikan nasional sehingga sederajat dengan SD atau jenjang pendidikan lainnya. Guru TK tidak dipandang lebih mudah dari guru SD atau dari jenjang pendidikan di atasnya. Rumusan masalah, pertama apa pengaruh emosi terhadap kehidupan Anak Usia Dini?, kedua faktor yang mempengaruhi emosi anak?, ketiga kondisi yang mempengaruhi perkembangan emosi anak?, keempat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak?, dan kelima peran keluarga dalam memengaruhi sosial emosional anak?. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh emosi terhadap kehidupan Anak Usia Dini, kedua faktor yang mempengaruhi emosi anak, ketiga kondisi yang mempengaruhi perkembangan emosi anak, keempat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak, dan kelima peran keluarga dalam memengaruhi sosial emosional anak. Pengelolaan emosi oleh seorang anak akan mempengaruhi bagaimana orang dewasa memperlakukan anak, dan hal ini akan mendasari bagaimana cara anak menilai dirinyua sendiri. Peranan anak dalam masyarakat dan keluarga secara sosial sangat dipengaruhi oleh perkembangan emosi mereka dan mempengaruhi pandangan anak terhadap kehidupan. Faktor Kematangan yaitu Perilaku emosional yang matang dapat terjadi jika ada perkembangan kelenjar endokrin itulah sebabnya bayi belum matang secara emosional. Mereka masih kekurangan produksi kelenjar yang penting untuk mendukung reaksi fisiologis terhadap stress. Kedua, Faktor Belajar. Kondisi kesehatan anak yang bagus akan mendorong tumbuhnya emosi yang menyenangkan, sementara kesehatan yang kurang baik akan menyebabkan emosi negative menjadi dominan. Bentuk interaksi yang terjadi dapat di konseptualisasikan sebagai bentuk hubungan yang terjadi memengaruhi

(2)

hubungan lain yang akan terjadi.Alat pendidikan yang digunakan keluarga adalah kasih sayang dan kewibawaan. Kasih sayang orang tua berperan melindungi anak dalam hal ketidakberdayaannya. Dengan dilandasi oleh kasih sayang, anak akan merasa terlindungi dan merasa aman, memungkinkan anak akan tumbuh dan berkembang secara baik.

Kata Kunci : Faktor, sosial, emosional, Lingkungan, anak usia Dini

Pendahuluan

Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terpesialisasi. Salah satu diantaranya ialah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-8 tahun. Anak usia tersebut dipandang memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak usia dini di atasnya sehingga pendidikannya dipandang perlu untuk dikhususkan. Di negara-negara maju, taman bermain dan taman kanak-kanak (TK) dipandang sebagai bagian integral dari sistem pendidikan nasional sehingga sederajat dengan SD atau jenjang pendidikan lainnya. Guru TK tidak dipandang lebih mudah dari guru SD atau dari jenjang pendidikan di atasnya.

Keseriusan di negara-negara maju mengembangkan PAUD sangat beralasan. Berbagai hasil penelitian menunjukkan usia dini merupakan masa peka yang sangat penting bagi pendidikan anak. Pada masa tersebut tempaan dapat memberikan efek bekas yang kuat dan tahan lama, kesalahan menempa akan memberikan efek negatif jangka panjang yang sulit diperbaiki. Ki Hadjar Dewantara merangkum semua potensi anak menjadi cipta, rasa dan karsa, PAUD bertujuan membimbing dan mengembangkan potensi setiap anak agar dapat berkembang secara optimal sesuai tipe kecerdasannya. Oleh karena itu guru harus memahami kebuthan khusus atau kebutuhan individual anak. Akan tetapi disadari oula ada faktor-faktor yang sulit atau tidak dapat diubah dalam diri anak yaitu faktir genetis. Oleh sebab itu, PAUD diarahkan untuk memfalisitasi setiap anak dengan lingkungan dan bimbingan bekajar yang tepat agar anak dapat berkembang sesuai kapasitas genetisnya.

Untuk dapat memahami dan mendalami karakter, kecerdasan dan kecenderungan setiap anak, maka guru dan pihak-pihak terkait di Lembaga PAUD harus melakukan penelaan terhadap tingkah laku anak. Sebaba hanya dari tingkah laku inilah akan tampak seberapa jauh kemampuan dasarnya bagaimana karakteristiknya, apa kecenderungannya, dan lain-lain sebagainya. Anak usia dini sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun mental. Selain pertumbuhan dan perkembangan fisik dan motorik, perkembangan moral (termasuk kepribadian, watak dan akhlak),sosial, emosional, intelektual, dan bahasa juga berlangsung sangat pesat.

(3)

sesuatu mengenai dirinya.Kecenderang perilaku tersebut tidak hanya terjadi di suatu tempat atau suatu Negara saja, tetapi hampir merata ke seluruh dunia. Dari hasil survei terhadap para orangtua dan guru di seluruh dunia, ternyata ditemukan bahwa generasi sekarang lebih banyak memiliki kesulitan emosi dan sosial daripada generasi sebelumnya. Generasi sekarang lebih kesepian dan pemurung, lebih beringasan, kurang memiliki sopan santun, mudah cemas, gugup, serta lebih implusif. Untuk itu penulis sangat tertarik untuk membuat artikel dengan judul “Permasalahan Sosial Emosional Anak Usia Taman Kanak-kanak” sebagai salah satu tugas Mata Kuliah Metodologi Pengembangan Sosial.

Dari latar belakang di atas dapat diambil beberapa rumusan masalah, pertama apa pengaruh emosi terhadap kehidupan Anak Usia Dini?, kedua faktor yang mempengaruhi emosi anak?, ketiga kondisi yang mempengaruhi perkembangan emosi anak?, keempat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak?, dan kelima peran keluarga dalam memengaruhi sosial emosional anak?

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh emosi terhadap kehidupan Anak Usia Dini, kedua faktor yang mempengaruhi emosi anak, ketiga kondisi yang mempengaruhi perkembangan emosi anak, keempat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak, dan kelima peran keluarga dalam memengaruhi sosial emosional anak.

Pembahasan

Pengaruh Emosi terhadap kehidupan Anak Usia Dini

Menurut Hurlock, emosi akan mempengaruhi penyesuaian pribadi anak dalam lingkungan sosialnya, antara lain: Emosi akan membuat tubuh bersiap untuk melakukan suatu tindakan, emosi yang sangat kuat dapat mempengaruhi keseimbangan dalam tubuh. Misalnya rasa marah yang luar biasa, tubuh akan bersiap untuk melakukan aktivitas yang biasa ketika timbul amarah. Jika tidak tersalurkan, bisa timbuk rasa gelisah, tidak nyaman atau amarah yang terpendam. Keterampilan motorik juga dapat terganggu oleh ketegangan emosi. Misalnya, karena merasa tegang seorang anak dapat melakukan gerakan yang kurang terarah dan mengganggu kemampuan motoriknya apabila hal ini berlangsung secara lama. Perasaan dan pikiran dapat dinyatakan melalui emosi yang dirasakan, yang akan menyebabkan perubahan ekspresi wajah, bahas tubuh atau gesture tubuh, intonasi suara dan sebagainya. Kegiatan mental pun dapat terganggu oleh emosi, maka dari itu proses berpikir, belajar, berkonsentrasi dan lainnya akan terpengaruh apabila emosi tidak stabil. Pengelolaan emosi oleh seorang anak akan mempengaruhi bagaimana orang dewasa memperlakukan anak, dan hal ini akan mendasari bagaimana cara anak menilai dirinyua sendiri. Peranan anak dalam masyarakat dan keluarga secara sosial sangat dipengaruhi oleh perkembangan emosi mereka dan mempengaruhi pandangan anak terhadap kehidupan. Interaksi anak dengan lingkungannya juga dipengaruhi oleh kematangan emosi, dan juga dapat menjadi panduan cara berprilaku bagi anak untuk menyesuaikan diri dengan norma sosial. Anak perlu dibiasakan untuk mengulang perilaku positif, karena reaksi emosional yang diulang akan menetap menjadi suatu kebiasaan yang akan sulit diubah pada satu saat tertentu.2

Faktor Yang Mempengaruhi Emosi Anak

(4)

Pada anak yang masih sangat muda, emosi mereka pada umumnya ditunjukkan dari reaksi fisik atau tingkah laku dan mereka akan mengambangkan kemampuan untuk mengenali berbagai jenis emosi seiring dengan pertumbuhannya. Banyak hal yang akan memberi pengaruh kepada cara anak mengapresikan emosinya, baik itu melalui kata-kata ataupun tingkah laku. Faktor yang mempengaruhi tersebut adalah: Yang pertama Faktor Kematangan yaitu Perilaku emosional yang matang dapat terjadi jika ada perkembangan kelenjar endokrin itulah sebabnya bayi belum matang secara emosional. Mereka masih kekurangan produksi kelenjar yang penting untuk mendukung reaksi fisiologis terhadap stress. Kedua, Faktor Belajar. Dalam metode belajar yang dapat menunjang perkebangan emosi anak usia dini yaitu; pertama Trial and error, anak yang mempelajari untuk mengekspresikan emosi secara coba-coba melalui beberapa macam perilaku dan memilih yang memberikan pemuasan terbedar kepadanya, dan mengeliminasi perilaku yang memberikan sedikit kepuasan atau tidak sama sekali. Ketiga meniru, anak belajar mengenal emosi dengan cara meniru yang akan mempengaruhi rangsangan yang dirasakannya atau aspek reaksinya terhadap emosi atau situasi tertentu. anak mengamati apa saja hal yang bisa membangkitkan emosi tertentu pada orang lain, dan akan bereaksi dengan cara yang sama dengan orang yang diamati.

Mengidentifikasi, Sama dengan belajar meniru, namun berbeda dalam aspek bahwa anak hanya meniru orang yang dikaguminya. Biasanya orang ini adalah orang yang memounyai ikatan kuat dengan anak, sehingga keinginan anak untuk meniru kepada orang tersebut akan lebih kuat daripada untuk meniru sembarang orang. Mengkondisi, Kondisi ini berarti bahwa anak mengasosiasikan objek dan situasi yang awalnya gagal memancing reaksi emosional darinya. Pengkondisian terjadi dengan mudah pada anak usia dini karena pada saat itu anak belum mampu menalar situasi, kurangnya pengalaman untuk bersikap kritis, dan tidak menyadari jika reaksi mereka tidak rasional. Berlatih, anak berlatih mengelola emosi dengan bimbingan orang dewasa, yang mengajarkan cara bereaksi yang tepat jika emosinya terpancing. Anak akan berlatih untuk memberikan reaksi kepada rangsangan yang memberikan emosi menyenangkan, dan juga mengendalikan emosi ketika mendapatkan rangsangan yang tidak menyenangkan.

Kondisi Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Anak

Perkembangan emosi pada anak usia dini akan sangat dipengaruhi oleh berbagai kondisi seperti berikut: Nilai serta kepercayaan mengenai cara mengekspresikan emosi yang layak dan tidak layak, yang dipelajari anak dari orang tua, kerabat dan guru disekolah akan menjadi cara membentuk karakter anak usia dini. Temperamen dari si anak itu sendiri, yang terkadang dapat menjadi penyebab kenakalan anak. Perilaku emosional yang dipelajari anak berdasarkan pengamatan atau pengalaman. Contohnya, cara merubah diri menjadi lebih baik. Anggota keluarga lain yang menunjukkan caranya menangani stress dapat mempengaruhi tahap perkembangan kepribadian. Kondisi kesehatan anak yang bagus akan mendorong tumbuhnya emosi yang menyenangkan, sementara kesehatan yang kurang baik akan menyebabkan emosi negative menjadi dominan. Lingkungan rumah yang banyak berisi emosi positif juga akan memperkuat emosi yang baik dan sebaliknya. Hal ini merupakan pola asuh anak usia dini yang tepat.3

(5)

Peran Keluarga Dalam Memengaruhi Sosial Emosional Anak

Berkaitan dengan pengaruh lingkungan, Anastasi mengemukakan adanya semacam faktor segmental, yaitu ada kalanya berlangsung dalam satuan waktu yang singkat, ada kalanya berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Ada masa-masa dimana pengaruh lingkungan sangat kecil dan sebaliknya ada masa-masa-masa-masa dimana pengaruhnya sangat besar. Faktor nature dan nurture menjadi sumber dari timbulnya setiap perkembangan tingkah laku. Kedua faktor ini tidak bisa berfungsi secara terpisah, melainkan saling berinteraksi. Bentuk interaksi yang terjadi dapat di konseptualisasikan sebagai bentuk hubungan yang terjadi memengaruhi hubungan-hubungan lain yang akan terjadi. Interaksinya merupakan multiplicative interactive.4

Dalam melaksanakan fungsi sosialisai, keluarga memiliki kedudukan sebagai penghubung anak dalam kehidupan sosial dan norma-norma sosial. Faktor yang menyebabkan peran keluarga sangat penting dalam proses sosialisasai anak yaitu, keluarga merupakan kelompok kecil yang anggotanya berinteraksi face to face secara tertutup. Orang tua mempunyai motivasi kuat untuk mendidik anak karena anak merupakan buah dari kasih sayang hubungan suami istri. Karena hubungan sosial dalam keluarga bersifat tertutup

Fungsi sosialisasi menunjukkan peran keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga, anak mempelajari pola-pola sikap, tingkah laku, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai di masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya. Adapun tujuan dari sosialisasi dalam lingkungan keluarga, yaitu orang tua mengajarkan kepada anaknya tentang ; Penguasaan Diri, masyarakat menuntut penguasaan diri setiap anggotanya. Proses mengajar anak untuk menguasai dirinya timbul pada saat orang tua melatih anak untuk memelihara kebersihan dirinya. Nilai, nilai dasar dalam diri seseorang terbentuk pada saat usia enam tahun bersamaan dengan latihan penguasaan diri. Peranan sosial, setelah pada diri anak berkembang kesadaran diri sendiri yang membedakan dirinya dengan orang lain, dia mulai mempelajari peranan sosial yang sesuai dengan gambaran tentang dirinya.

Alat pendidikan yang digunakan keluarga adalah kasih sayang dan kewibawaan. Kasih sayang orang tua berperan melindungi anak dalam hal ketidakberdayaannya. Dengan dilandasi oleh kasih sayang, anak akan merasa terlindungi dan merasa aman, memungkinkan anak akan tumbuh dan berkembang secara baik. Tindakan kewibawaan sebagai perilaku seseorang tercermin pada rasa tanggung jawab sehingga orang merasa hormat kepadanya.5

Pola asuh yang dilaksanakan dalam keluarga sangat berperan dalam pembentukan karakter anak. Hubungan emosional muncul karena hubungan cinta kasih sayang ada dalam keluarga merupkan unsur yang paling mendasar bagi perkembangan anak. Pola asuh keluarga diantaranya; Pola asuh yang memanjakan, dalam hal ini masih ada orang tua yang mengartikan kasih sayang dengan memanjakan yang berlebihan, sehingga segala sesuatu yang diberikan kepada si anak diluar batas kewajaran. Akibatnya si anak tidak dapat mengembangkan

4Christiana Hari Soetjiningsih, Seri Psikologi Perkembangan, Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai Dengan Kanak-Kanak Terakhir. (Jakarta:Prenadamedia Goup, 2012) hlm. 25-26

(6)

dirinya karena terlalu dikhawatirkan oleh orang tuanya. Yang kedua pola asuh membiarkan, Pola ini dilakukan oleh orang tua dengan membiarkan anak sendiri tanpa mengarahkan sehingga anak dapat berbuat apa saja yang sesuai keinginannya. Kemungkinan akibat yang muncul adalah anak akan mementingkan dirinya sendiri, sulit untuk bekerja sama. Yang ketiga, pola asuh otoriter, dalam pola ini orang tua bertindak bahwa sesuatuyang menjadi aturannya harus dijalani dan dipatuhi oleh anak. Akibat dari pola ini yaitu anak tidak akan pernah mampu mengambil keputusan sendiri selalu bertanya kepada orang tuanya, atau enggan dan tidak dapat mengambil inisiatif sendiri. Yang keempat, pola asuh otorittif, pola asuh yang wajar dan tempat untuk membantu perkembangan potensi-potensi anak yang dibawanya sejak lahir. Dalam penerapan pola ini disesuaikan dengan situasi dan kondisi.6

Faktor penyebab perilaku agresif anak usia dini yaitu, Lingkungan Sekolah. Sekolah memiliki peran sentral atas terjadinya perilaku agresif. Hal ini terjadi karena, sudah menjadi tradisi di sekolah, bahwa pihak sekolah merasa hal itu sesuatu yang lumrah terjadi. Dalam hal ini pihak sekolah tidak peduli, menganggap biasa, toleran, dan tidak mengambil kebijakan apapun untuk mengurangi dan menghilangkan perilaku agresif yang terjadi sekolah melakukan pembiaran atas agresivitas yang dilakukan siswa-siswanya. Selain lingkungan sekolah yaitu Lingkungan keluarga, keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat hubungannya dengan seseorang. Di dalam keluarga itu seseorang dibesarkan, bertempat tinggal, berinteraksi satu dengan yang lain, dibentuknya nilai-nilai, pola pemikiran, dan kebiasaannya. Keluarga juga berfungsi sebagai seleksi terhadap segenap budaya luar, dan mediasi hubungan anak dengan lingkungannya. Perlakuan orang tua terhadap anak berkaitan dengan apa yang dilakukan orang tua atau anggota keluarga lain kepada anak. Apakah anak dibiarkan, diperlakukan secara kasar, atau dimanfaatkan secara salah, atau diperlakukan secara penuh toleransi dan menciptakan iklim yang sehat. Semuanya memengaruhi perkembangan anak, dan mungkin juga berpengaruh pada anggota keluarga secara keseluruhan. Tindakan keluarga yang membiarkan anak, diberlakukan secara kasar, atau diperlakukan yang semestinya tidak perlu, akan memengaruhi perkembangan mental anak. Dan Sifat Kepribadian, istilah kepribadian atau personality berasal dari bahasa latin persona yang berarti topeng. Menurut Goldon Allport, kepribadian merupakan susunan sistem psikofisik yang dinamis dalam arti diri individu yang unik dan memengaruhi penyesuaian dirinya terhadap lingkungan. Faktor-faktor yang memengaruhi kepribadian antara lain fisik, inteligensi, jenis kelamin, teman sebaya, keluarga, kebuadayaan, lingkungan dan sosial budaya, serta faktor internal dari dalam diri individu seperti tekanan emosional.7

Simpulan

Pengelolaan emosi oleh seorang anak akan mempengaruhi bagaimana orang dewasa memperlakukan anak, dan hal ini akan mendasari bagaimana cara anak menilai dirinyua sendiri. Peranan anak dalam masyarakat dan keluarga secara sosial sangat dipengaruhi oleh perkembangan emosi mereka dan mempengaruhi pandangan anak terhadap kehidupan. Interaksi anak dengan lingkungannya juga

6Ibid, hlm. 73

(7)

dipengaruhi oleh kematangan emosi, dan juga dapat menjadi panduan cara berprilaku bagi anak untuk menyesuaikan diri dengan norma sosial. Anak perlu dibiasakan untuk mengulang perilaku positif, karena reaksi emosional yang diulang akan menetap menjadi suatu kebiasaan yang akan sulit diubah pada satu saat tertentu.

Faktor Kematangan yaitu Perilaku emosional yang matang dapat terjadi jika ada perkembangan kelenjar endokrin itulah sebabnya bayi belum matang secara emosional. Mereka masih kekurangan produksi kelenjar yang penting untuk mendukung reaksi fisiologis terhadap stress. Kedua, Faktor Belajar. Dalam metode belajar yang dapat menunjang perkebangan emosi anak usia dini yaitu; pertama Trial and error, anak yang mempelajari untuk mengekspresikan emosi secara coba-coba melalui beberapa macam perilaku dan memilih yang memberikan pemuasan terbedar kepadanya, dan mengeliminasi perilaku yang memberikan sedikit kepuasan atau tidak sama sekali. Ketiga meniru, anak belajar mengenal emosi dengan cara meniru yang akan mempengaruhi rangsangan yang dirasakannya atau aspek reaksinya terhadap emosi atau situasi tertentu. anak mengamati apa saja hal yang bisa membangkitkan emosi tertentu pada orang lain, dan akan bereaksi dengan cara yang sama dengan orang yang diamati.

Kondisi kesehatan anak yang bagus akan mendorong tumbuhnya emosi yang menyenangkan, sementara kesehatan yang kurang baik akan menyebabkan emosi negative menjadi dominan. Lingkungan rumah yang banyak berisi emosi positif juga akan memperkuat emosi yang baik dan sebaliknya. Hal ini merupakan pola asuh anak usia dini yang tepat.

Faktor nature dan nurture menjadi sumber dari timbulnya setiap perkembangan tingkah laku. Kedua faktor ini tidak bisa berfungsi secara terpisah, melainkan saling berinteraksi. Bentuk interaksi yang terjadi dapat di konseptualisasikan sebagai bentuk hubungan yang terjadi memengaruhi hubungan-hubungan lain yang akan terjadi.

Alat pendidikan yang digunakan keluarga adalah kasih sayang dan kewibawaan. Kasih sayang orang tua berperan melindungi anak dalam hal ketidakberdayaannya. Dengan dilandasi oleh kasih sayang, anak akan merasa terlindungi dan merasa aman, memungkinkan anak akan tumbuh dan berkembang secara baik. Tindakan kewibawaan sebagai perilaku seseorang tercermin pada rasa tanggung jawab sehingga orang merasa hormat kepadanya.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.co.id/amp/s/dosenpsikologi.com/perkembangan-anak-usia-dini/amp

Christiana Hari Soetjiningsih, Seri Psikologi Perkembangan, Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai Dengan Kanak-Kanak Terakhir. Jakarta:Prenadamedia Goup, 2012

Mursid, Belajar Dan Pembelajaran Paud. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015 Khamim zarkasih, Suryadi, Bimbingan Dan Konseling Paud. Bandung: PT Remaja

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Penelitian: Hasil uji korelasi Spearman pada variabel aktivitas fisik dan kadar hemoglobin menunjukkan secara statistik tidak terdapat hubungan

 Perseroan mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp9,2 triliun yang mana mengalami peningkatan sebesar Rp2,2 triliun dari periode yang sama tahun 2016.. Peningkatan pendapatan

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Personalisasi reward dalam penelitian ini masih terbatas karena menggunakan Finite State Machine yang perilakunya terbatas, sehingga jika dimainkan berulangkali maka

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Selain dari beberapa karya di atas, Fazlur Rahman pernah menulis artikel yang berjudul “Iqbal in Modern Muslim Thoght” Rahman mencoba melakukan survei terhadap

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang