• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA SUATU TRAGE (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA SUATU TRAGE (2)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA SUATU TRAGEDI YANG TIDAK PERLU

Oleh,

Bambang Sukamto. S.H., M.H.1

A. PENDAHULUAN

1. Pengertian Rumah Tangga

Akhir-akhir ini banyak buku yang membicarakan rumah tangga islami. Seminar dan diskusi tentang hal ini di berbagai kota pun tak pernah sepi dari peserta. Alhamdulilah, hal ini menunjukkan bahwa kesadaran akan kebutuhan membentuk rumah tangga islami itu semakin luas di tengah masyarakat.Di sisi lain, kita melihat kenyataan masyarakat, betapa banyak keluarga muslim tidak menampakkan kehidupan yang islami. Berbagai sarana kemaksiatan dibiarkan bebas digunakan tanpa kendali. 2

Lebih parah lagi, masing-masing anggota keluarga tidak menetapi adab islami, lantaran ketidaktahuan atau lebih tepatnya ketidakmautahuan dengan hal itu. Wajar jika kemudian timbul pertanyaan krittis, “Apa sebenarnya yang dimaksud dengan rumah tangga islami itu? Bagaimana indikasinya? Apakah tolak ukurnya?

Pengertian Rumah Tangga Islami Menurut Ensiklopedia Nasional jilid ke-1, yang dimaksud dengan “rumah” adalah tempat tinggal atau bangunan untuk tinggal manusia. Sementara rumah tangga memiliki pengertian tempat tinggal beserta penghuninya dan apa-apa yang ada di dalamnya.

Secara bahasa, kata rumah (al bait) dalam Al Qamus Al Muhith

bermakna kemuliaan; istana; keluarga seseorang; kasur untuk tidur, bisa

1 Penulis Adalah Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Jakarta, Makalah ini disampaikan pada tanggal 25 Maret 2012 di Bandung. Dalam kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Islam Jakarta

2Embun Tarbiyah, http://embuntarbiyah.wordpress.com/2007/07/24/rumah-tangga-islami/ tanggal

(2)

pula bermakna menikahkan, atau bermakna orang yang mulia. Dari makna bahasa tersebut, rumah memiliki konotasi tempat kemuliaan, sebuah istana, adanya suasana kekeluargaan, kasur untuk tidur, dan aktivitas pernikahan. Sehingga rumah tidak hanya bermakna tempat tinggal, tetapi juga bermakna penghuni dan suasana.

Rumah tangga islami bukan sekedar berdiri di atas kenyataan kemusliman seluruh anggota keluarga. Bukan juga karena seringnya terdengar lantunan ayat-ayat Al Qur’an dari rumah itu, bukan pula sekedar karena anak-anaknya disekolahkan ke masjid waktu sore hari. Rumah tangga islami adalah rumah tangga yang di dalamnya ditegakkan adab-adab islami, baik yang menyangkut individu maupun keseluruhan anggota rumah tangga. Rumah tangga islami adalah sebuah rumah tangga yang didirkan di atas lkitasan ibadah. Mereka bertemu dan berkumpul karena Allah, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, serta saling menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, karena kecintaan mereka kepada Allah.

Rumah tangga islami adaah rumah tangga teladan yang menjadi teladan yang menjadi panutan dan dambaan umat. Mereka betah tinggal di dalamnya karena kesejukan iman dan kekayaan ruhani. Mereka berkhimat kepada Allah swt. Dalam suka maupun duka, dalam keadaan senggang maupun sempit.

Rumah tangga islami adalah rumah yang di dalamnya terdapat sakinah, mawadah dan rahmah (perasaan tenang, cinta dan kasih sayang). Perasaan itu senantiasa melingkupi suasana rumah setiap harinya. Seluruh anggota keluarga merasakan suasana “surga” di dalamnya. Baiti jannati, demikian slogan mereka sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah saw.

(3)

Hal itu terjadi karena Islam telah mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik yang berskala individu maupun kelompok, hubungan antar individu, antar kelompok masyarakat, bahkan antar negara. Demikian pula, dalam keluarga terdapat peraturan-peraturan, baik yang rinci maupun global, yang mengatur hubungan individu maupun keseluruhannya sebagai satu kesatuan. Iniah ciri khas rumah tangga islami. Mereka berserikat dalam rumah tangga itu untuk berkhidmat pada aturan Allah swt. Mereka bergaul dan bekerja sama di dalamnya untuk saling menguatkan dalam beribadah kepada-Nya.

Konsekuensi- Konsekuensi Rumah Tangga Islami dari pengertian di atas, ada sepuluh konsekuensi dasar yang menjadi lkitasan bagi tegaknya rumah tangga islami, yakni:3

1. Didirikan di atas lkitasan ibadah

2. Terjadi internalisasi nilai-nilai islam secara kaffah 3. Terdapat qudwah yang nyata

4. Penempatan posisi masing-masing aggota keluarga harus sesuai dengan syari’at

5. Terbiasa tolong-menolong dalam menegakkan adab-adab Islam 6. Rumah harus kondusif bagi terlaksananya peraturan Islam 7. Tercukupinya kebutuhan materi secara wajar

8. Menghindari hal-hal yang tidak sesuai dengan semangat Islam 9. Berperan dalam pembinaan masyarakat

10. Terbentengi dari pengaruh lingkungan yang buruk

2. Pengertian Kekerasan.

Kekerasan atau (bahasa Inggris: Violence ejaan Inggris: berasal dari (bahasa Latin: violentus yang berasal dari kata vī atau vīs berarti kekuasaan atau berkuasa) adalah dalam prinsip dasar dalam hukum publik

(4)

dan privat Romawi 4 yang merupakan sebuah ekspresi baik yang dilakukan

secara fisik ataupun secara verbal yang mencerminkan pada tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat seseorang yang dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang umumnya berkaitan dengan kewenangannya yakni bila diterjemahkan secara bebas dapat diartinya bahwa semua kewenangan tanpa mengindahkan keabsahan penggunaan atau tindakan kesewenang-wenangan itu dapat pula dimasukan dalam rumusan kekerasan ini.

Berkaitan dengan kekerasan, maka kekerasan secara umum dapat dibagi sebagai berikut :5

1. Kekerasan yang dilakukan perorangan perlakuan kekerasan dengan menggunakan fisik (kekerasan seksual), verbal (termasuk menghina), psikologis (pelecehan), oleh seseorang dalam lingkup lingkungannya. 2. Kekerasan yang dilakukan oleh negara atau kelompok, yang oleh Max

Weber didefinisikan sebagai "monopoli, legitimasi untuk melakukan kekerasan secara sah" yakni dengan alasan untuk melaksanakan putusan pengadilan, menjaga ketertiban umum atau dalam keadaan perang yang dapat berubah menjadi semacam perbuatanan terorisme yang dilakukan oleh negara atau kelompok yang dapat menjadi salah satu bentuk kekerasan ekstrem (antara lain, genosida, dll.).

3. Tindakan kekerasan yang tercantum dalam hukum publik yakni tindakan kekerasan yang diancam oleh hukum pidana (sosial, ekonomi atau psikologis (skizofrenia, dll.).

4. Kekerasan dalam politik umumnya pada setiap tindakan kekerasan tersebut dengan suatu klaim legitimasi bahwa mereka dapat melakukannya dengan mengatas namakan suatu tujuan politik (revolusi, perlawanan terhadap penindasan, hak untuk memberontak atau alasan pembunuhan terhadap raja lalim walaupun tindakan kekerasan dapat dibenarkan dalam teori hukum untuk pembelaan diri atau oleh doktrin hukum dalam kasus perlawanan terhadap penindasan di bawah tirani dalam doktrin hak asasi manusia.

5. Kekerasan simbolik (Bourdieu, Theory of symbolic power), merupakan tindakan kekerasan yang tak terlihat atau kekerasan secara struktural dan kultural (Johan Galtung, Cultural Violence) dalam beberapa kasus dapat pula merupakan fenomena dalam penciptaan stigmatisasi.

4http://id.wikipedia.org/wiki/Kekerasan tanggal 15 Februari 2012

(5)

Kekerasan antara lain dapat pula berupa pelanggaran (penyiksaan, pemerkosaan, pemukulan, dll.) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain, dan - hingga batas tertentu - kepada binatang dan harta-benda. Istilah "kekerasan" juga berkonotasi kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang merusak..

Kekerasan pada dasarnya tergolong ke dalam dua bentuk -kekerasan sembarang, yang mencakup kekerasan dalam skala kecil atau yang tidak terencanakan, dan kekerasan yang terkoordinasi, yang dilakukan oleh kelompok-kelompok baik yang diberi hak maupun tidak -seperti yang terjadi dalam perang (yakni kekerasan antar-masyarakat) dan terorisme.

Berangkat dari masalah kekerasan di atas, maka dalam makalah yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan hokum bagi masyarakat di Bandung, penulis mencoba meminventarisir permasalahan-permasalahan kekerasan terhadap Istri dalam suatu rumah tangga yang seharusnya tidak terjadi. Seperti :

1. Bagaimana Bentuk – Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga.?

2. Apa penyebab Kekerasan Dalam Rumah Tangga ? 3. Bagaimana Dampak Kekerasan Terhadap Istri ?

B. PEMBAHASAN

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 6 Apakah kita korban

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) ataukah kita termasuk ke dalam

6 Pudji Susilowati, S.Psi, Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Terhadap Istri,

(6)

anggota masyarakat yang masih awam dengan KDRT? Apapun jawabannya dan siapapun kita, sebaiknya kita tetap perlu mengetahui informasi penting ini.

Akhir-akhir ini, KDRT makin marak di masyarakat, terutama KDRT yang terjadi pada istri. Salah satu contoh kasus yang sempat marak dibicarakan adalah kasus KDRT yang dialami oleh Lisa, seorang ibu rumah tangga yang wajahnya menjadi rusak akibat disiram air keras oleh suamnya. Yang cukup mengundang pertanyaan disini adalah: "Apakah memang KDRT hanya terjadi pada istri tidak bekerja / Ibu Rumah Tangga, ataukah juga terjadi pada istri yang bekerja?"

Julius Nyaree "Kalau seorang perempuan itu berdaya, maka ia akan berdaya, dan kalau perempuan itu berdaya maka ia akan menyejahterakan keluarga dan masyarakatnya"

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dilakukan oleh suami pada istrinya, sebenarnya tidak hanya terjadi pada istri yang tidak bekerja tetapi juga pada istri yang bekerja. Menurut Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, sekitar 24 juta perempuan di Indonesia mengalami kekerasan dalam rumah tangga, tetapi jumlah yang pasti belum diperoleh. Di Indonesia, pada tahun 2008 jumlah kekerasan yang terjadi pada istri yang tidak bekerja adalah 39,7 % dan 35,7 % pada istri yang bekerja. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Amalia dkk. pada tahun 2000 ditemukan bahwa kekerasan yang dilakukan oleh suami pada istri dikarenakan adanya stereotype bahwa laki-laki itu maskulin dan perempuan feminim, selain itu, suami juga merasa frustrasi dengan penghasilan istri yang lebih tinggi.

Di Indonesia sendiri, kasus kekerasan terhadap istri lebih banyak yang tidak terungkap karena adanya anggapan bahwa hal tersebut adalah

(7)

Apakah yang sebenarnya dimaksud dengan KDRT terhadap istri? KDRT terhadap istri adalah segala bentuk tindak kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri yang berakibat menyakiti secara fisik, psikis, seksual dan ekonomi, termasuk ancaman, perampasan kebebasan yang terjadi dalam rumah tangga atau keluarga. Selain itu, hubungan antara suami dan istri diwarnai dengan penyiksaan secara verbal, tidak adanya kehangatan emosional, ketidaksetiaan dan menggunakan kekuasaan untuk mengendalikan istri.

Setelah membaca definisi di atas, bahwa kekerasan pada istri bukan hanya terwujud dalam penyiksaan fisik, namun juga penyiksaan verbal yang sering dianggap remeh namun akan berakibat lebih fatal dimasa yang akan datang.

Oleh karena itu untuk mengetahui kekerasan dalam rumah tangga, maka kita wajib mengetahui Gejala-gejala Kekerasan Terhadap Istri yang mengalami kekerasan. Istri yang mengalami kekerasan adalah dengan gejala merasa rendah diri, cemas, penuh rasa takut, sedih, putus asa, terlihat lebih tua dari usianya, sering merasa sakit kepala, mengalami kesulitan tidur, mengeluh nyeri yang tidak jelas penyebabnya, kesemutan, nyeri perut, dan bersikap agresif tanpa penyebab yang jelas. Jika kita mengetahui gejala-gejala di atas, tentu kita akan menyadari bahwa akibat kekerasan yang paling fatal adalah merusak kondisi psikologis yang waktu penyembuhannya tidak pernah dapat dipastikan.

1. Bentuk-bentuk Kekerasan Terhadap Istri

Jika kita sudah mengetahui gejala-gejalanya, maka selanjutnya yang harus kita ketahui adalah bentuk-bentuk kekerasan tersebut. Dengan mengetahui bentuk-bentuk kekerasan yang terjadi, kita dapat menjadi lebih peka dalam menghadapi kasus KDRT, dan kita dapat membantu orang lain (baik yang kita kenal maupun tidak) yang mungkin mengalaminya. Jangan sampai terjadi, kita hanya sebagai penonton yang tidak berempati ketika mengetahui terjadinya KDRT di sekitar kita.

(8)

Di dalam UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, kekerasan dibagi empat bentuk, yaitu:

a. Kekerasa Fisik

Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, dan luka berat. (Pasal 6)

b. Kekerasan Psikis

Perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri,hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang. (Pasal 7) c. Kekerasan Seksual

Kekerasan seksual meliputi:

1) Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut;

2) Pemaksaan hubungan seksual terhadapsalah seorang dalam lingkup rumah tangga dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu. (Pasal 8)

Pada Pasal 9 menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan penelantaran rumah tangga atau dapat diartikan sebagai sebuah kekerasan ekonomi terhadap rumah tangga, yaitu:

(9)

2) “Penelantaran sebagaimana dimaksud ayat (1) juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara menbatasi dan/atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada dibawah kendali orang tersebut.”

Dalam buku Kekerasan Terhadap Istri, bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga meliputi :7

1. Kekerasan ekonomi adalah tiap-tiap perbuatan yang membatasi istri untuk bekerja di dalam atau luar rumah yang menghasilkan uang atau barang dan atau membiarkan si istri bekerja untuk dieksploitasi; atau menelantarkan anggota keluarga, dalam arti tidak memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

2. Kekerasan fisik adalah setiap perbuatan yang membahayakan rasa sakit, cedera, luka atau cacat pada tubuh seseorang, dan atau menyebabkan kematian.

3. Kekerasan psikologis/psikis adalah setiap perbuatan dan ucapan yang mengakibatkan hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, dan rasa tidak berdaya serta rasa ketakutan terhadap istri.

4. Kekerasan seksual adalah tiap-tiap perbuatan yang mencangkup pelecehan seksual, memaksa istri baik secara fisik untuk

melakukan hubungan seksual dan atau melakukan hubungan seksual tanpa persetujun dan disaat istri tidak menghendaki,

(10)

melakukan hubungan seksual dengan cara-cara yang tidak disukai istri, maupun menjauhkan atau tidak memenuhi kebutuhan seksual istri.

Zaitunah Subhan dalam bukunya yang berjudul kekerasan terhadap perempuan membagi bentu-bentuk kekerasan dalam dua kategori, yaitu:8 kekerasan yang bersifat fisik dan non fisik. Kekerasan

fisik antara lain berupa pelecehan seksual, seperti perabaan, colekan yan tidak diinginkan, pemukulan, penganiayaan, serta pemerkosaan. Termasuk dalam kategori ini adalah teror dan intimidasi, kawin paksa, incest, kawin di bawah tangan, pelacuran paksa, stigma negatif, ekploitasi tenaga kerja, dan pemaksaan penggunaan alat kontrasepsi. Sedangkan kekerasan non fisik antara lain berupa pelecehan seksual, seperti sapaan, siulan, colekan, atau bentuk perhatian yang tidak diinginkan, direndahkan, dianggap selalu tidak mampu, dan (istri yang) ditinggal suami tanpa kabar berita.

Apapun bentuk kekerasan yang dilakukan dapat dilakukan sebagai kejahatan atas kemanusiaan atau kejahatan terhadap hak asasi manusia. Apalagi jika kejahatan itu dilakukan pada orang-orang yang seharusnya kita kasihi. Sayangi dan kita cintai, yaitu mereka yang berada dalam rumah tangga.

Pada saat ini kekerasan pada rumah tangga kian meningkat baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga tidak dapat

8 Zaitunah Subhan, Kekerasan Terhadap Perempuan, (Yogyakarta: PustakaPesantren,

(11)

didiamkan dan diselesaikan hanya oleh intern keluarga. Kekerasan dalam rumah tangga telah banyak melanggar hak-hak asasi manusia sehingga negara berkewajiban untuk terlibat aktif dalam mencegah dan juga menyelesaikannya.

Langkah-langkah yang telah diambil pemerintah untuk menanggulangi pelanggaran hak asasi ini antara lain dengan mengeluarkan Keppres nomor 181 tahun 1998 tentang Pembentukan Komisi Nasioanal Anti Kekerasan Terhadap Perempuan.

Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan mempunyai peran dan kedudukan yang sangat srategis dalam upaya menciptakan kondisi yang konduktif bagi penghapusan berbagai bentuk kekerasan. Hal ini dapat dilihat dari tujuan dan kegiatnnya yang terdapat dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 181 tahun 1998 tentang Pembentukan Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, pasal 4 yaitu :

Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan bertujuan :

a. penyebarluasan pemahaman atas segala bentuk kekerasan terhadap perempuan yang berlangsung di Indonesia ;

b. mengembangkan kondisi yang konduktif bagi penghapusan sega bentuk kekerasan terhadap perempuan di Indonesia ;

c. peningkatan upaya pencegahan upaya pencegahan dan

penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan perlindungan hak asasi manusia perepuan.9

(12)

Selain itu pemerintah telah mengamandemen UUD1945 khususnya yang berhubungan dengan hak asasi manusia, yang dimana pembahasan tentang hak asasi manusia diatur tersendiri dalam Bab X A. Pada dasarnya UUD 1945 yang mengatur tentang hak asasi manusia bukan hanya diperuntukan khusus pada perempuan tetapi untuk semua manusia, sehingga pengaturannya bersifat umum.

Adapun pasal-pasal dalam UUD 1945 yang melindungi setiap warga Negara dari dan melarang tindakan kekerasan dalam rumah tangga antara lain :

1. Pasal 1 ayat 3

“Negara Indonesia adalah Negara hukum”. 2. Pasal 27

ayat 1

“Segala warga Negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintah dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.

3. Pasal 28 B Ayat 1

“Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah”.

(13)

“Setiap anak berhak atas kelangsunagn hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.

4. Pasal 28 D ayat 1

“Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”.

5. Pasal 28 G Ayat 1

“Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta berbda yang dibawah kekuasannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi”.

Ayat 2

“Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain”.

(14)

“Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun yang berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif”.

2. Penyebab Kekerasan Terhadap Istri

KDRT pada istri tidak akan terjadi jika tidak ada penyebabnya. Di negara kita, Indonesia, kekerasan pada perempuan merupakan salah satu budaya negatif yang tanpa disadari sebenarnya telah diturunkan secara turun temurun. Apa saja penyebab kekerasan pada istri? Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan suami terhadap istri, antara lain:

a. Masyarakat membesarkan anak laki-laki dengan menumbuhkan keyakinan bahwa anak laki-laki harus kuat, berani dan tidak toleran.

b. Laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat.

c. Persepsi mengenai kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga harus ditutup karena merupakan masalah keluarga dan bukan masalah sosial.

d. Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama mengenai aturan mendidik istri, kepatuhan istri pada suami, penghormatan posisi suami sehingga terjadi persepsi bahwa laki-laki boleh menguasai perempuan.

e. Budaya bahwa istri bergantung pada suami, khususnya ekonomi.

f. Kepribadian dan kondisi psikologis suami yang tidak stabil.

g. Pernah mengalami kekerasan pada masa kanak-kanak.

h. Budaya bahwa laki-laki dianggap superior dan perempuan inferior.

(15)

Selain itu, faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap istri berhubungan dengan kekuasaan suami/istri dan diskriminasi gender di masyarakat. Dalam masyarakat, suami memiliki otoritas, memiliki pengaruh terhadap istri dan anggota keluarga yang lain, suami juga berperan sebagai pembuat keputusan. Pembedaan peran dan posisi antara suami dan istri dalam masyarakat diturunkan secara kultural pada setiap generasi, bahkan diyakini sebagai ketentuan agama.

Hal ini mengakibatkan suami ditempatkan sebagai orang yang memiliki kekuasaan yang lebih tinggi daripada istri. Kekuasaan suami terhadap istri juga dipengaruhi oleh penguasaan suami dalam sistem ekonomi, hal ini mengakibatkan masyarakat memkitang pekerjaan suami lebih bernilai. Kenyataan juga menunjukkan bahwa kekerasan juga menimpa pada istri yang bekerja, karena keterlibatan istri dalam ekonomi tidak didukung oleh perubahan sistem dan kondisi sosial budaya, sehingga peran istri dalam kegiatan ekonomi masih dianggap sebagai kegiatan sampingan.

3. Siklus Kekerasan Terhadap Istri

Mungkin Kita sering melihat bahwa seorang istri yang telah mengalami kekerasan dari suaminya, akhirnya akan kembali mengalami kekerasan. Bagaimana siklus kekerasan terhadap istri? Siklus kekerasan terhadap istri adalah suami melakukan kekerasan pada istri kemudian suami menyesali perbuatannya dan meminta maaf pada istri, tahap selanjutnya suami bersikap mesra pada istri, apabila terjadi konflik maka suami kembali melakukan kekerasan pada istri.

Namun, Istri berusaha menganggap bahwa kekerasan timbul karena kekhilafan sesaat dan berharap suaminya akan berubah menjadi baik sehingga ketika suami meminta maaf dan bersikap mesra, maka harapan tersebut terpenuhi untuk sementara. Biasanya kekerasan terjadi berulang-ulang sehingga menimbulkan rasa tidak aman bagi istri dan adanya rasa takut ditinggalkan dan sakit hati atas perilaku suami. Ternyata, siklus kekerasan pada istri tanpa disadari menjadi seperti lingkaran setan.

(16)

Kekerasan terhadap istri menimbulkan berbagai dampak yang merugikan. Dampak kekerasan terhadap istri yang bersangkutan itu sendiri adalah: mengalami sakit fisik, tekanan mental, menurunnya rasa percaya diri dan harga diri, mengalami rasa tidak berdaya, mengalami ketergantungan pada suami yang sudah menyiksa dirinya, mengalami stress pasca trauma, mengalami depresi, dan keinginan untuk bunuh diri.

Dampak kekerasan terhadap pekerjaan si istri adalah kinerja menjadi buruk, lebih banyak waktu dihabiskan untuk mencari bantuan pada Psikolog ataupun Psikiater, dan merasa takut kehilangan pekerjaan.

Dampaknya bagi anak adalah: kemungkinan kehidupan anak akan dibimbing dengan kekerasan, peluang terjadinya perilaku yang kejam pada anak-anak akan lebih tinggi, anak-anak dapat mengalami depresi, dan anak-anak berpotensi untuk melakukan kekerasan pada pasangannya apabila telah menikah karena anak mengimitasi perilaku dan cara memperlakukan orang lain sebagaimana yang dilakukan oleh orang tuanya.

Setelah Kita mengetahui dampak dari kekerasan pada istri maka Kita tentu harus turut berempati dengan berupaya memberdayakan dan menolong korban KDRT. Karena tanpa adanya perubahan pola pikir kita dalam memkitang kasus-kasus kekerasan seperti ini maka kekerasan pada perempuan masih akan terus terjadi. Dan siapa pun dapat menjadi korban kekerasan termasuk Kita dan keluarga Kita.

C. KESIMPULAN

1. Solusi Untuk Mengatasi Kekerasan Terhadap Istri

(17)

kekerasan; mempromosikan kesetaraan jender; mempromosikan sikap tidak menyalahkan korban melalui media.

Sedangkan untuk pelaku dan korban kekerasan sendiri, sebaiknya mencari bantuan pada Psikolog untuk memulihkan kondisi psikologisnya. Bagi suami sebagai pelaku, bantuan oleh Psikolog diperlukan agar akar permasalahan yang menyebabkannya melakukan kekerasan dapat terkuak dan belajar untuk berempati dengan menjalani terapi kognitif. Karena tanpa adanya perubahan dalam pola pikir suami dalam menerima dirinya sendiri dan istrinya maka kekerasan akan kembali terjadi.

Sedangkan bagi istri yang mengalami kekerasan perlu menjalani terapi kognitif dan belajar untuk berperilaku asertif. Selain itu, istri juga dapat meminta bantuan pada LSM yang menangani kasus-kasus kekerasan pada perempuan agar mendapat perlidungan.

(18)

D. BAHAN PUSTAKA.

Departemen Kesehatan (2002), Pedoman Pencegahan dan Penanganan Kekerasan terhadap Perempuan. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Cahyadi Takariawan, “Pernik-pernik Rumah Tangga Islami” http://embuntarbiyah.wordpress.com/2007/07/24/rumah-tangga-islami/ http://id.wikipedia.org/wiki/Kekerasan tanggal 15 Februari 2012

Embun Tarbiyah, http://embuntarbiyah.wordpress.com/2007/07/24/rumah-tangga-islami/ tanggal 13 Maret 2012 Pukul 20.00 WIB.

Pudji Susilowati, S.Psi, Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap Istri,

http://www.e-psikologi.com/epsi/individual_detail.asp?id=475 tanggal 20 Januari 2008

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Venny A (2003). Memahami Kekerasan terhadap Perempuan. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan.

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat bahwa masalah yang dapat terjadi pada sistem ventilasi sangat luas cakupannya, maka pembatasan-pembatasan yang diambil sehubungan dengan tinjauan perawatan sistem

email : <adysubagya@gmail.com> Taman Gading Indah Blok C No 15 Kelapa Gading Timur..

Berdasarkan hasil pengukuran beban kerja dengan KEP/75/M.PAN/2004 dan work sampling , perlu dilakukan pengurangan satu orang pegawai pada jabatan Pengadministrasi Umum

 Berdasarkan analisis lingkungan pengendapan dan sikuenstratigrafi, didapatkan bahwa Formasi Telisa memiliki porositas yang lebih tinggi dari Formasi Bekasap apabila

39. Terbuka kepada pelajar Perempuan sahaja 40. Terletak 600m dari Politeknik Melaka 42.. Terbuka kepada pelajar lelaki sahaja 45. Terletak 600m dari Politeknik Melaka

Ini disebabkan membudidayakan ikan hias dapat memberikan nilai ekonomis walaupun hanya dilakukan dilahan sempit dengan jumlah air terbatas (Lesmana dan Damawan,

1) Berdasarkan tingkat perkembangan politik di Indonesia petisi sangat prematur dalam hubungan itu. 2) Dipersoalkan bagaimana kedudukan minoritas di dalam struktur

Judul Skripsi : PENGARUH PENDIDIKAN ETIKA, SELF EFFICACY , RELIGIUSITAS, DAN PERILAKU KECURANGAN TERHADAP PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA AKUNTANSI (Studi Kasus